Anda di halaman 1dari 2

ZAT WARNA REAKTIF

Ciri khas zat warna reaktif adalah warnanya yang relatif cerah dan
kemampuannya berikatan dengan serat membentuk ikatan kovalen. Ikatan ini
terbentuk dari hasil reaksi antara gugus reaktif pada zat warna reaktif dengan
gugus OH, -SH, -NH2, dan >NH yang ada dalam serat, sehingga disamping
memberikan hasil celupan yang cerah juga tinggi tahan lunturnya.

Struktur Molekul Zat Warna Reaktif

Struktur zat warna reaktif dibuat sedemikian rupa agar dapat memberikan
sifat zat warna reaktif yang dikehendaki, seperti mempunyai tingkat efisiensi
fiksasi yang tinggi, stabil pada penyimpanannya, mudah pemakaiannya, tahan
luntur warnanya tingi, dan secara teknis maupun ekonomis mudah membuuatnya,.

Faktor mendasar yang lazim dipertimbangkan dalam mendisain struktur


zat warna reaktif tertentu adalah sifat primer zat warna reaktif, yaitu kereaktifan,
substantifitas, koefisien difusi dan kelarutannya.

Konsep yang umum dilakukan dalam mendesain struktur zat warna reaktif adalah

Mengatur kereaktifan zat warna sedemikian rupa guna memperbesar reaksi


fiksasi dan berusaha memperkecil reaksi hidrolisis. Hal ini penting karena zat
warna reaktif yang terhidrolisa tidak dapat bereaksi dengan serat, sehingga
akan menurunkan tingkat fiksasi zat warna. Kereaktifan juga akan berpengaruh
terhadap stabilitas penyimpanan dan ketahanan luntur warna hasil celupannya.
Subtantifitas zat warna reaktif biasanya diatur tidak terlalu tinggi, agar zat
warnanya bersifat mudah rata dan untuk memudahkan dalam proses
pencucianketika membuang sisa zat warna yang tidak fiksasi. Substantivitas zat
warna reaktif juga tidak boleh terlalu rendah sebab akan mengurangi jumlah
penyerapan zat warna.
Ketahanan luntur hasil zat warna reaktif terhadap pencucian sangat tergantung
pada kestabilan ikatan antara serat dengan zat warna serta kesempurnaan
proses pencucian dalam membuang zat warna yang tidak fiksasi.
Untuk mendapatkan zat warna reaktif yang sifat sifatnya sesuai dengan yang
diharapkan, dalam mendesain struktur zat warna reaktif perlu dipilih jenis gugus
reaktif yang sesuai, umumnya digabung dengan kromofor yang substantifitasnya
tidak terlalu tinggi dan mempunyai kelarutan yang optimum.

Kereaktifan

Cara memperkirakan kereaktifan secara kualitatif zat warna reaktif adalah


dengan cara mempertimbangkan sifat penarikan atau pendorongan electron dari
suatu gugus tertenru terhadap kerapatan muatan pada atom pusat reaksi (yaitu
atom C elektrofilik pada gugus reaktif), dimana sifat penarikan atau pendorongan
elektron suatu gugus dapat terjadi baik yang melalui efek induksi, efek mesomeri,
serta efek sterik dari gugus tersebut. Apabila suatu gugus tertentu berpengaruh
meningkatkan muatan positif dari atom C elektrofilik pusat reaksi, maka
kereaktifannya akan makin besar, dan sebaliknya.

Menyatakan kereaktifan secara kuantitatif dapat dilakukan dengan


menggunakan berbagai indeks kereaktifan. Indeks kereaktifan tersebut dapat
diperoleh melalui percobaan (empiris) maupun secara teoritis. Indeks kereaktifan
secara teoritis umumnya diturunkan berdasarkan teori orbital molekul dari ilmu
kimia kuantum.

Zat warna yang kereaktifannya tinggi cenderung mempunyai tetapan laju


hidrolisis yang lebih besar. Dengan kata lain menunjukkan bahwa makin reaktif
suatu zat warna reaktif maka kestabilan zat warna tersebut terhadap hidrolisisnya
makin rendah.

Kereaktifan zat warna reaktif tergantung pada kondisi pencelupan (suhu,


pH) dan struktur molekulnya(gugus reaktif, gugus lepas, gugus penghubung,
kromofor, dan gugus pelarut).

Anda mungkin juga menyukai