Anda di halaman 1dari 5

SINDROM ROTATOR CUFF

M75.1

1. Pengertian
Sindrom rotator cuff ialah kumpulan gejala yang timbul akibat
kerusakan atau lesi dari rotator cuff yang bisa ditimbulkan akibat
overuse, trauma dan degenerasi. Sindrom ini terdiri dari bicipital
tendinitis, calcific tendinitis, impingement sindrom dan bursitis.

2. Anamnesis
a. Tendinitis Supraspinatus
Adanya gesekan dan penekanan yang berulang-ulang serta dalam
jangka waktu yang lama oleh tendon otot supraspinatus akan
berlanjut sebagai tendinitis supraspinatus. Sehingga akan muncul
keluhan nyeri bahu yang disertai keterbatasan gerak sendi bahu.
Pada malam hari, nyeri ini dirasakan terus menerus dan bertambah
nyeri bila lengan diangkat.
b. Tendinitis Bisipitalis
Tendinitis biasanya merupakan reaksi terhadap adanya trauma
akibat jatuh atau trauma berulang dan kronik pada bahu. Tendinitis
bisipitalis memberi rasa nyeri pada bagian depan lengan atas.
Penderitanya biasanya datang dengan keluhan-keluhan kalau
mengangkat atau menjinjing benda berat.
c. Bursitis
Merupakan kelanjutan dari tendinitis (kadang-kadang) nyeri akut
biasanya 12-72 jam, nyeri pada lengan bagian lateral, nyeri tajam,
tetap, berdenyut dan lain-lain. Gerakan ke semua arah gerak akan
menimbulkan nyeri.

3. Pemeriksaan Fisik
Tendinitis Supraspinatus
Pemeriksaan fisik pada tendinitis supraspinatus didapatkan adanya :
Keterbatasan gerak sendi bahu, terutama anduksi dan eksorotasi
Nyeri tekan pada daerah tendon otot supraspinatus
Nyeri pada abduksi bahu antara 60-75
Tes Apley scratch dan mosley-positif (kedua tes ini bukan
merupakan tes khusus bagi tendinitis supraspinatus)
Tendinitis Bisipitalis
Pemeriksaan fisik pada penderita tendinitis bisipitalis didapatkan
adanya :
Adduksi sendi bahu terbatas
Nyeri tekan pada tendon otot biseps (pada sulkus bisipitalis/
sulkus intertuberkularis)
Tes yergason positif. Bila pada tes yergason disamping timbul
nyeri juga didapati penonjolan disamping medial tuberculum
minus humeri, berarti tendon bisep tergeser dan berada di luar
sulkus bisipitalis.
Bursitis
Lokasi nyeri yang dirasakan adalah pada lengan atas. Nyeri ini
merupakan nyeri rujukan dari bursitis subacromialis yang khas.
Pemeriksaan lain yang akan didapat berupa :
Pada gerakan aktif, ditandai adanya pembatasan pada semua
bidang
Kadang-kadang nyeri agak berkurang pada saat elevasi lengan
Tidak terasa adanya gerakan tertahan karena rasa nyeri yang
hebat
Gerakan rotasi dengan lengan disisi badan dapat dilakukan, tetapi
gerakan abduksi 60 atau fleksi 90 biasanya tidak dapat dilakukan
tertahan karena timbulnya rasa sakit.

4. Kriteria Diagnosis
Memenuhi kriteria anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.

5. Diagnosa Banding
Biceps Rupture
Bicipital Tendonitis
Cervical Disc Disease
Cervical Myofacial Pain
Cervical Spondylosis
Cervical Sprain and Strain

6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi pada pasien dengan nyeri bahu diindikasikan
sebagai pemeriksaan yang mendukung diagnosis. Terdapat dua jenis
pemeriksaan yaitu radiologi awal dan radiologi lanjutan. Pemeriksaan
radiologi awal berupa radiografi atau foto polos standar posisi
anteroposterior, scapular Y dan axillary view. Foto polos merupakan
pilihan untuk melihat adanya osteoarthritis sendi AC atau sendi
glenohumeral, tendinitis kalsifikasi, sclerosis subacromion akibat
kelainan rotator cuff kronik dan fraktur avulsi glenoid inferiror.
Pemeriksaan radiologi lainnya yang perlu dikerjakan adalah
pemeriksaan USG dan MRI bahu.

7. Tatalaksana
A. Konservatif
Modifikasi gaya hidup
Obat anti inflamasi non steroid
Terapi fisik
Terdapat modalitas terapi yang di design secara khusus untuk
meredakan nyeri (menggunakan pnas dan es, ultrasound
iontophoresis, hypertimia). Pada nyeri bahu yang bersifat akut,
dimana proses pembengkaan masih bekerja, diperlukan
immobilisasi sampai proses pembengkaan berhenti.

Injeksi steroid
Injeksi, apabila pasien memiliki respon yang buruk setelah
pemberian terapi awal pada penyakit bahu kronik, dapat diberikan
injeksi kortikosteroid yang dikombinasikan dengan anastesi lokal.
Injeksi ini dilakukan pada area yang sakit, seperti ruang
subacromial, sendi acromioclavicular, atau sendi glenohumeral.
B. Operatif
Pasien yang tidak adanya respon perbaikan dengan tatalaksana
yang adekuat dan juga waktu yang lama dapat dipikirkan untuk
dilakukan tindakan pembedahan. Pembedahan juga harus di
pertimbangkan ketika diagnosa dari penyakit tidak diketahui
dengan pasti.

8. Edukasi
Berperan aktif dalam pengobatan, mengurangi atau menghindari
aktivitas yang berlebihan dapat dilakukan pada penyakit-penyakit
glenohumeral osteoarthritis dan adhesive capsulitis yang dimana
nyeri dapat terjadi bila bahu digerakkan ke sudut antara 60-120
derajat. Menghindari mengangkat beban berat dan mengurangi
kegiatan seperti bermain golf, mendayung kayak harus di batasi
pada glenohumeral osteoarthritis dan acromioclavicularis
osteoarthritis.

9. Prognosis
Ad vitam : bonam
Ad functionam : bonam
Ad sanationum : bonam

10. Kewenangan berdasar Tingkat Pelayanan Kesehatan


Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
Skrining diagnostik
Terapi pendahuluan dan merujuk ke dokter spesialis saraf
PPK 2 (RS tipe B dan C) :
Tatalaksana medis dan intervensi invasif minimal sesuai dengan
ketersediaan fasilitas
PPK 3 (RS tipe A) :
Tatalaksana medis komprehensif, intervensi inavasif minimal dan
operatif

11. Kepustakaan
1. Larsson B, S. gaard K, Rosendal L. work related neck-shoulder pain:
a review on magnitude, risk factors, biochemical characteristics,
clinical picture and preventive interventions. Best Pract Res Clin
Rheumatol. 2007;21(3):447-463. doi:10.1016/j.berh.2007.02.015.
2. Burbank KM, Stevenson JH, Czarnecki GR, Dorfman J. chornic
shoulder pain: part I. Evaluation and diagnosis. Am Farm Physician.
2008;77(4):453-460. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?
cmd=Retrieve&db=PubMed&dopt=Citation&list_uids=18326164.
3. Luque-Suarez A, Rondon-Ramos A, Fernandez-Sanchez M, Roach
KE, Morales-Asencio JM. Spanish version of SPADI (shoulder pain
and disability index) in musculoskeletal shoulder pain: a new 10-
items version after confirmatory factor analysis. Health Qual Life
Outcomes. 2016;1491):32. doi10.1186/s12955-016-0436-4.
4. Thelen MD, Dauber JA, Stoneman PD. The clinical efficacy of kinesio
tape for shoulder pain: a randomized, double-blinded, clinical trial. J.
Orthop Sports Phys Ther. 2008;38(7):389-395.
doi10.2519/jospt.2008.2791.
5. Sethi PM, Kingston S, Elattrache N. Accuracy of anterior intra-
articular injection of the glenohumeral joint. Arthosc J Arthrosc
Relat Surg. 2005;21(1):77-80. doi10-1016/j.arthro.2004.09.009.
6. Kaya E, Zinnuroglu M, Tugcu I. Kinesio taping compared to physical
therapy modalities for the treatment of shoulder impingement
syndrome. Clin Rheumatol. 2011;30(2):201-207. doi10.1007/s10067-
010-1475-6.
7. Tobergte DR, Curtis S. Orthopedic Physical Assessment. Vol 53.
Philadelphia: Saunders; 2013. doi:10-
1017/CBO9781107415324.004.
8. Hashiuchi T, Sakurai G, Morimoto M, Komei T, Takakura Y, Tanaka Y.
Accuracy of the biceps tendon sheath injection: Ultrasound-guided or
unguided injection? A randomized controlled trial. J Shoulder Elb
Surg. 2011;20(7):1069-1073. doi:10.1016/j.jse.2011.04.004.
9. Hamilton TW, Bulstrode C. Expert Review: Examination of the Knee.
J Clin Exam. 2010;10:41-60. http://thejce.com/journals/10/41-60
Hamilton and Bulstrode - Knee Exam - Review.
pdf\npapers2://publication/uuid/6CF9A658-3419-4674-B814-
6BD66BFBA7F7.
10. Yewlett A, Dearden PMC, Ferran NA, Evans RO, KUlkani R.
Acromioclavicular Joint Dislocation: Diagnosis and Management.
Shoulder Elb. 2012;4(2):81-86.
doi:10.1111/j.1758.5740.1011.00154.x.

Anda mungkin juga menyukai