Anda di halaman 1dari 15

Bab 5.

Pengukuran Stratigrafi 2010

5P ENGUKURAN STRATIGRAFI

5.1 Pendahuluan

Pengukuran stratigrafi merupakan salah satu pekerjaan yang biasa dilakukan dalam
pemetaan geologi lapangan. Adapun pekerjaan pengukuran penampang stratigrafi
dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang terperinci dari hubungan stratigrafi antar
setiap perlapisan batuan atau satuan batuan, ketebalan setiap satuan stratigrafi, sejarah
sedimentasi secara vertikal dan lingkungan pengendapan dari setiap satuan batuan.
Di lapangan, metoda pengukuran penampang stratigrafi biasanya dilakukan dengan
menggunakan tali meteran dan kompas pada singkapan-singkapan yang menerus dengan jalur
pengukuran diusahakan tegak lurus dengan jurus perlapisan batuannya, sehingga koreksi
sudut antara jalur pengukuran dan arah jurus perlapisan tidak begitu besar.

5.2 Metoda Pengukuran Stratigrafi

Pengukuran stratigrafi dimaksudkan untuk memperoleh gambaran terperinci urut-urutan


perlapisan satuan stratigrafi, ketebalan setiap satuan stratigrafi, hubungan stratigrafi, sejarah
sedimentasi dalam arah vertikal, dan lingkungan pengendapan. Pengukuran stratigrafi dari
singkapan mempunyai arti penting dalam penelitian geologi. Secara umum tujuan pengukuran
penampang stratigrafi adalah:
a) Mendapatkan data litologi terperinci dari urut-urutan perlapisan suatu satuan stratigrafi
(formasi), kelompok, anggota dan sebagainya.
b) Mendapatkan ketebalan yang teliti dari tiap-tiap satuan stratigrafi.
c) Untuk mendapatkan dan mempelajari hubungan stratigrafi antar satuan batuan dan
urut-urutan sedimentasi dalam arah vertikal secara detil, untuk menafsirkan lingkungan
pengendapan.
Pengukuran stratigrafi biasanya dilakukan terhadap singkapan singkapan yang menerus,
terutama yang meliputi satu atau lebih satuan satuan stratigrafi yang resmi. Metoda
pengukuran penampang stratigrafi banyak sekali ragamnya. Namun demikian metoda yang
paling umum dan sering dilakukan di lapangan adalah dengan menggunakan pita ukur dan
kompas. Metoda ini diterapkan terhadap singkapan yang menerus atau sejumlah singkapan-
singkapan yang dapat disusun menjadi suatu penampang stratigrafi.

89 Copyright@2010 by Djauhari Noor


Bab 5. Pengukuran Stratigrafi 2010

Metoda pengukuran stratigrafi dilakukan dalam tahapan sebagai berikut:

1. Menyiapkan peralatan untuk pengukuran stratigrafi, antara lain: pita ukur ( 25


meter), kompas, tripot (optional), kaca pembesar (loupe), buku catatan lapangan,
tongkat kayu sebagai alat bantu.
2. Menentukan jalur lintasan yang akan dilalui dalam pengukuran stratigrafi, jalur lintasan
ditandai dengan huruf B (Bottom) adalah mewakili bagian Bawah sedangkan huruf T
(Top) mewakili bagian atas.
3. Tentukan satuan-satuan litologi yang akan diukur. Berilah patok-patok atau tanda
lainnya pada batas-batas satuan litologinya.
4. Pengukuran stratigrafi di lapangan dapat dimulai dari bagian bawah atau atas. Unsur-
unsur yang diukur dalam pengukuran stratigrafi adalah: arah lintasan (mulai dari sta.1
ke sta.2; sta.2 ke sta.3. dst.nya), sudut lereng (apabila pengukuran di lintasan yang
berbukit), jarak antar station pengukuran, kedudukan lapisan batuan, dan pengukuran
unsur-unsur geologi lainnya.

Gambar 5-1 Sketsa pengukuran penampang stratigrafi

5. Jika jurus dan kemiringan dari tiap satuan berubah rubah sepanjang penampang,
sebaiknya pengukuran jurus dan kemiringan dilakukan pada alas dan atap dari satuan
ini dan dalam perhitungan dipergunakan rata-ratanya.
6. Membuat catatan hasil pengamatan disepanjang lintasan pengkuran stratigrafi yang
meliputi semua jenis batuan yang dijumpai pada lintasan tersebut, yaitu: jenis batuan,
keadaan perlapisan, ketebalan setiap lapisan batuan, struktur sedimen (bila ada), dan
unsur-unsur geologi lainnya yang dianggap perlu. Jika ada sisipan, tentukan jaraknya
dari atas satuan.
7. Data hasil pengukuran stratigrafi kemudian disajikan diatas kertas setelah melalui
proses perhitungan dan koreksi-koreksi yang kemudian digambarkan dengan skala
tertentu dan data singkapan yang ada disepanjang lintasan di-plot-kan dengan
memakai simbol-simbol geologi standar.

90 Copyright@2010 by Djauhari Noor


Bab 5. Pengukuran Stratigrafi 2010

8. Untuk penggambaran dalam bentuk kolom stratigrafi, perlu dilakukan terlebih dahulu
koreksi-koreksi antara lain koreksi sudut antara arah lintasan dengan jurus kemiringan
lapisan, koreksi kemiringan lereng (apabila pengukuran di lintasan yang berbukit),
perhitungan ketebalan setiap lapisan batuan dsb.

Gambar 5-2 Aktivitas dari pengukuran stratigrafi terukur

5.2.1 Perencanaan lintasan pengukuran

Perencanaan lintasan pengukuran ditetapkan berdasarkan urut-urutan singkapan yang


secara keseluruhan telah diperiksa untuk hal hal sebagai berikut:

a) Kedudukan lapisan (Jurus dan Kemiringan), apakah curam, landai, vertikal atau
horizontal. Arah lintasan yang akan diukur sedapat mungkin tegak lurus terhadap
jurus.
b) Harus diperiksa apakah jurus dan kemiringan lapisan secara kontinu tetap atau
berubah rubah. Kemungkinan adanya struktur sepanjang penampang, seperti sinklin,
antiklin, sesar, perlipatan dan hal ini penting untuk menentukan urut-urutan stratigrafi
yang benar.

91 Copyright@2010 by Djauhari Noor


Bab 5. Pengukuran Stratigrafi 2010

c) Meneliti akan kemungkinan adanya lapisan penunjuk (key beds) yang dapat diikuti di
seluruh daerah serta penentuan superposisi dari lapisan yang sering terlupakan pada
saat pengukuran.

5.2.2 Menghitung Ketebalan

Tebal lapisan adalah jarak terpendek antara bidang alas (bottom) dan bidang atas (top).
Dengan demikian perhitungan tebal lapisan yang tepat harus dilakukan dalam bidang yang
tegak lurus jurus lapisan. Bila pengukuran di lapangan tidak dilakukan dalam bidang yang
tegak lurus tersebut maka jarak terukur yang diperoleh harus dikoreksi terlebih dahulu dengan
rumus:

d = dt x cosinus ( = sudut antara arah kemiringan dan arah pengukuran).

Didalam menghitung tebal lapisan, sudut lereng yang dipergunakan adalah sudut yang
terukur pada arah pengukuran yang tegak lurus jurus perlapisan. Apabila arah sudut lereng
yang terukur tidak tegak lurus dengan jurus perlapisan, maka perlu dilakukan koreksi untuk
mengembalikan kebesaran sudut lereng yang tegak lurus jurus lapisan. Biasanya koreksi dapat
dilakuan dengan menggunakan tabel koreksi dip untuk pembuatan penampang.

o
1. Pengukuran pada daerah datar (lereng 0 )

Pengukuran pada daerah datar, apabila jarak terukur adalah jarak tegak lurus jurus, ketebalan
langsung di dapat dengan menggunakan rumus : T = d sin (dimana d adalah jarak
terukur di lapangan dan adalah sudut kemiringan lapisan). Apabila pengukuran tidak tegak
lurus jurus, maka jarak terukur harus dikoreksi seperti pada cara diatas.

Gambar 5-3 Posisi pengukuran pada daerah datar

92 Copyright@2010 by Djauhari Noor


Bab 5. Pengukuran Stratigrafi 2010

2. Pengukuran pada Lereng

Terdapat beberapa kemungkinan posisi lapisan terhadap lereng seperti diperlihatkan pada
gambar 5-4 dan gambar 5-5. { Catatan: sudut lereng (s) dan kemiringan lapisan () adalah
pada keadaan yang tegak lurus dengan jurus atau disebut true dip dan true slope }.

a. Kemiringan lapisan searah dengan lereng.

Bila kemiringan lapisan ( ) lebih besar daripada sudut lereng (s) dan arah lintasan tegak lurus
jurus, maka perhitungan ketebalan adalah :

T = d sin ( - s ). (Gambar 5-4 b)

Bila kemiringan lapisan lebih kecil daripada sudutlereng dan arah lintasan tegak lurus jurus,
maka perhitungan ketebalan adalah:

T = d sin (s - ). (Gambar 5-4 c)

(c)
Gambar 5-4 Posisi pengukuran pada lereng yang searah dengan kemiringan lapisan

93 Copyright@2010 by Djauhari Noor


Bab 5. Pengukuran Stratigrafi 2010

b. Kemiringan lapisan berlawanan arah dengan lereng

Bila kemiringan lapisan membentuk sudut lancip terhadap lereng dan arah lintasan tegak lurus
jurus maka:

T = d sin ( + s ) (Gambar 5-5 b)

Apabila jumlah sudut lereng dan sudut kemiringan lapisan adalah 90 0 (lereng berpotongan
tegak lurus dengan lapisan) dan arah lintasan tegak lurus jurus maka :

T = d (Gambar 5-5 c)

Bila kemiringan lapisan membentuk sudut tumpul terhadap lereng dan arah lintasan tegak
lurus jurus, maka :

T = d sin (1800 - - s) (Gambar 5-5 d )

Bila lapisannya mendatar, maka :

T = d sin (s)

Gambar 5-5 Posisi pengukuran pada lereng yang berlawanan dengan kemiringan lapisan

94 Copyright@2010 by Djauhari Noor


Bab 5. Pengukuran Stratigrafi 2010

Penyajian hasil pengukuran stratigrafi seperti yang terlihat pada gambar 5-6 dibawah ini.
Adapun penggambaran urutan perlapisan batuan/satuan batuan/satuan stratigrafi disesuaikan
dengan umur batuan mulai dari yang tertua (paling bawah) hingga yang termuda (paling atas).
Seringkali hasil pengukuran stratigrafi disajikan dengan disertai foto-foto singkapan seperti
yang diperlihatkan pada gambar 5-7. Adapun maksud dari penyertaan foto-foto singkapan
adalah untuk lebih memperjelas bagian bagian dari perlapisan batuan ataupun kontak antar
perlapisan yang mempunyai makna dalam proses sedimentasinya.

Gambar 5-6 Contoh Penyajian Hasil Pengukuran Stratigrafi

95 Copyright@2010 by Djauhari Noor


Bab 5. Pengukuran Stratigrafi 2010

Seringkali hasil pengukuran stratigrafi disajikan dengan disertai foto-foto singkapan


seperti yang diperlihatkan pada gambar 5-7. Adapun maksud dari penyertaan foto-foto
singkapan adalah untuk lebih memperjelas bagian bagian dari perlapisan batuan ataupun
kontak antar perlapisan yang mempunyai makna dalam proses sedimentasinya.

Gambar 5-7 Penggambaran penampang stratigrafi terukur yang


dilengkapi dengan foto-foto untuk menjelaskan
hubungan antar lapisan batuan ataupun kontak
antar lapisan batuan.

5.3 Kolom Stratigrafi


Kolom stratigrafi pada hakekatnya adalah kolom yang menggambarkan susunan
berbagai jenis batuan serta hubungan antar batuan atau satuan batuan mulai dari yang tertua
hingga termuda menurut umur geologi, ketebalan setiap satuan batuan, serta genesa
pembentukan batuannya.

96 Copyright@2010 by Djauhari Noor


Bab 5. Pengukuran Stratigrafi 2010

Pada umumnya banyak cara untuk menyajikan suatu kolom stratigrafi, namun demikian
ada suatu standar umum yang menjadi acuan bagi kalangan ahli geologi didalam menyajikan
kolom stratigrafi. Penampang kolom stratigrafi biasanya tersusun dari kolom-kolom dengan
atribut-atribut sebagai berikut: Umur, Formasi, Satuan Batuan, Ketebalan, Besar-Butir, Simbol
Litologi, Deskripsi/Pemerian, Fosil Dianostik, dan Linkungan Pengendapan. Tabel 5-1 adalah
kolom stratigrafi daerah Karawang Selatan, Jawa Barat yang tersusun dari kiri ke kanan
sebagai berikut: umur, formasi, satuan batuan, simbol litologi, deskripsi batuan, dan
lingkungan pengendapan.

Tabel 5-1 Kolom Stratigrafi Daerah Karawang Selatan, Jawa Barat

Umur Formasi Satuan Simbol Deskripsi Batuan Lingk


Litologi

Batugamping Batugamping, fragmental dan Laut


MIOSEN Dangkal
PARIGI Sisipan batugamping masif
ATAS
Napal

(N14-N16)
Napal, abu-abu, kompak

Lempung gampingan, laminasi


sisipan batugamping berlapis.

Lempung-gampingan, laminasi,
sisipan tipis lanau.

MIOSEN
TENGAH CIBULAKAN
Laut
(N8-N13) Batugamping fragmental berseling Dangkal
Batulempung an dengan batugamping masif.
gampingan Umumnya banyak mengandung
Sisipan Algae.
Batugamping dan
Batupasir Lempung sisipan batupasir dan
batubara.

Pasir kuarsa selang seling lempung

Batupasir kuarsa konglomeratan


selang seling lempung mengandung
batubara.

97 Copyright@2010 by Djauhari Noor


Bab 5. Pengukuran Stratigrafi 2010

5.4 Korelasi Stratigrafi


Korelasi stratigrafi pada hakekatnya adalah menghubungkan titik-titik kesamaan waktu
atau penghubungan satuan-satuan stratigrafi dengan mempertimbangkan kesamaan waktu.
Adapun maksud dan tujuan dari korelasi stratigrafi adalah untuk mengetahui persebaran
lapisan-lapisan batuan atau satuan-satuan batuan secara lateral, sehingga dengan demikian
dapat diperoleh gambaran yang menyeluruh dalam bentuk tiga dimensinya.

Berikut ini adalah beberapa contoh korelasi stratigrafi yang umum dilakukan antara lain:
(1). Korelasi Litostratigrafi; (2). Korelasi Biostratigrafi; dan (3). Korelasi Kronostratigrafi

5.4.1 Korelasi Litostratigrafi

Korelasi litostratigrafi pada hakekatnya adalah menghubungkan lapisan-lapisan batuan


yang mengacu pada kesamaan jenis litologinya. Catatan: Satu lapis batuan adalah satu satuan
waktu pengendapan. Gambar 5-9 memperlihatkan korelasi litostratigrafi stratigrafi yang
mengutamakan pentingnya kecocokan sekuen stratigrafi diantara singkapan singkapan batuan.
Pada gambar diatas diperlihatkan 2 singkapan kolom hipotetis yang dikorelasikan berdasarkan
jenis batuannya dan dibagi bagi dalam perlapisan perlapisan yang seragam (satuan-satuan
batuan).

Gambar 5-9 : Model Steno menekankan pada pentingnya korelasi stratigrafi:


kecocokan sekuen stratigrafi diantara singkapan singkapan
batuan. Pada gambar diatas diperlihatkan 2 singkapan kolom
hipotetis yang dikorelasikan berdasarkan jenis batuan dan
dibagi-bagi kedalam perlapisan perlapisan yang seragam
(satuan batuan).

98 Copyright@2010 by Djauhari Noor


Bab 5. Pengukuran Stratigrafi 2010

5.4.2 Korelasi Biostratigrafi

Korelasi biostratigrafi adalah menghubungkan lapisan-lapisan batuan didasarkan atas


kesamaan kandungan dan penyebaran fosil yang terdapat di dalam batuan. Dalam korelasi
biostratigrafi dapat terjadi jenis batuan yang berbeda memiliki kandungan fosil yang sama.

Gambar 5-10 Korelasi biostratigrafi yang didasarkan atas kandungan fosil yang sama

Gambar 5-11: Susunan sekuen stratigrafi yang disusun berdasarkan kandungan fosilnya dengan
memakai prinsip suksesi fauna. Pada gambar di-ilustrasikan ada 5 spesies
foraminifera plantonik yang digunakan untuk mengenal satuan satuan stratigrafi yang
didasarkan atas asosiasi spesies tertentu. Prinsip suksesi fauna dilakukan dengan
cara atau mengenal satuan stratigrafi karena spesies merupakan individu individu
memiliki titik awal yang unik dan tertentu (peristiwa kemunculan awal dan peristiwa
kepunahan secara global). Dengan demikian, kisaran stratigrafi dari suatu spesies
fosil mencakup suatu interval waktu yang jelas. Secara paleontologi, satuan stratigrafi
berbeda didalam kedua jumlah dan macam dari satuan litologi.

99 Copyright@2010 by Djauhari Noor


Bab 5. Pengukuran Stratigrafi 2010

Tingkat dan Jenis Satuan Stratigrafi

1. Zona ialah satuan dasar biostratigrafi


2. Zona adalah suatu lapisan atau tubuh batuan yang dicirikan oleh satu takson fosil atau
lebih.
3. Urutan tingkat satuan biostratigrafi resmi, masing-masing dari besar sampai kecil ialah:
Super-Zona, Zona, Sub-Zona, dan Zenula,
4. Berdasarkan ciri paleontologi yang dijadikan sendi satuan biostratigrafi, dibedakan: Zona
Kumpulan, Zona Kisaran, Zona Puncak, dan Zona Selang

1. Zona Kumpulan

Zona Kumpulan ialah kesatuan sejumpah lapisan yang terdiri oleh kumpulan alamiah
fosil yang hkas atau kumpulan sesuatu jenis fosil.
Kegunaan Zona Kumpulan, selain sebagai penunjuk lingkungan kehidupan purba dapat
juga dipakai sebagai penciri waktu.
Batas dan kelanjutan zona Kumpulan ditentukan oleh batas terdapat bersamaannya
(kemasyarakatan) unsur-unsur utama dalam kesinambungan yang wajar.
Nama Zona Kisaran harus diambil dari satu unsur fosil atau lebih yang menjadi penciri
utama kumpulannya.

2. Zona Kisaran

Zona Kisaran ialah tubuh lapisan batuan yang mencakup kisaran stratigrafi untur
terpilih dari kumpulan seluruh fosil yang ada.
Kegunaan Zona Kisaran terutama ialah untuk korelasi tubuh-tubuh lapisan batuan dan
sebagai dasar untuk penempatan batuan batuan dalam skala waktu geologi
Btasa dan Kelanjutan Zona Kisaran ditentukan oleh penyebaran tegak dan mendatar
takson (takson-takson) yang mencirikannya.
Nama Zona Kisaran diambil dari satu jenis atau lebih yang menjadi ciri utama Zona.

3. Zona Puncak

Zona Puncak ialah tubuh lapisan batuan yang menunjukkan perkembangan maksimum
suatu takson tertentu.
Kegunaan Zona Puncak dalam hal tertentu ialah untuk menunjukkan kedudukan
kronostratigrafi tubuh lapisan batuan dan dapat dipakai sebagai petunjuk lingkungan
pengendapan purba, iklim purba
Batas vertikal dan lateral Zona Puncak sedapat mungkin bersifat obyektif
Nama-nama Zona Puncak diambil dari nama takson yang berkembang secara
maksimum dalam Zona tersebut.

100 Copyright@2010 by Djauhari Noor


Bab 5. Pengukuran Stratigrafi 2010

Gambar 5-12: Zona persebaran fosil : Total range zone (Zona kemunculan dan kepunahan
suatu fosil yang umurnya relatif pendek); Consecutive range zone, Partial
range zone, Assemblage zone dan Acme zone.

4. Zona Selang

Zona Selang ialah selang stratigrafi antara pemunculan awal/akhir dari dua takson
penciri.
Kegunaan Zona Selang pada umumnya ialah untuk korelasi tubuh-tubuh lapisan
batuan
Batas atas atau bawah suatu Zona Selang ditentukan oleh pemunculan awal atau akhir
dari takson-takson penciri.
Nama Zona Selang diambil dari nama-nama takson penciri yang merupakan batas atas
dan bawah zona tersebut.

101 Copyright@2010 by Djauhari Noor


Bab 5. Pengukuran Stratigrafi 2010

Perbedaan Satuan Litostratigrafi dan Biostratigrafi

Gambar 5-13 Perbedaan antara satuan stratigrafi berdasarkan batuan / litostratigrafi


(kiri) dan satuan stratigrafi berdasarkan umur / biostratigrafi (kanan).

5.4.3 Korelasi Kronostratigrafi

Korelasi kronostratigrafi adalah menghubungkan lapisan lapisan batuan yang mengacu


pada kesamaan umur geologinya.

Contoh : Korelasi Kronostratigrafi (Geokronostratigrafi)

SUMUR-1 SUMUR- 2

Miosen Miosen
Atas Atas

Miosen
Tengah
Miosen
Tengah

Miosen
Bawah
Miosen
Bawah

102 Copyright@2010 by Djauhari Noor


Bab 5. Pengukuran Stratigrafi 2010

Prosedur dan penjelasan:

Prosedur korelasi kronostratigrafi adalah sebagai berikut:


1. Korelasikan/bubungkan titik titik kesamaan waktu dari setiap kolom yang ada (Pada
gambar diwakili oleh garis merah, dan garis ini dikenal sebagai garis kesamaan umur
geologi)
2. Korelasikan lapisan-lapisan batuan yang jenis litoginya sama dan berada pada umur
yang sama, seperti Konglomerat pada Sumur-1 dengan konglomerat pada Sumur-2,
dikarenakan umur geologinya yang sama yaitu Miosen Bawah.
3. Pada kolom umur Miosen Tengah, batupasir pada Sumur-1 dengan batupasir pada
Sumur-2, dan batugamping pada Sumur-1 dan batugamping pada Sumur-2 dapat
dikorelasikan.
4. Korelasi lapisan lapisan batuan tidak boleh memotong garis umur (Pada gambar
diwakili oleh garis warna merah).

Soal Latihan Korelasi:

Pada gambar dibawah diberikan 3 kolom stratigrafi hasil dari pemboran sumur bor: S1,
S2, dan S3. Notasi angka 1, 2, 3 dan 4 merupakan batas umur formasi batuan, dimana
angka 1 adalah batas umur Pra-Tersier, angka 2 merupakan batas atas umur Miosen
Bawah, angka 3 adalah batas atas umur Miosen Tengah, dan angka 4 adalah batas atas
umur Miosen Atas. Buatlah korelasi dari ke 3 sumur tersebut ?

S-1 S-2 S-3


4 4 4
Batulempung
Lanau Batupasir

Batupasir
Batupasir Tuff

Konglomerat 3
3
Konglomerat
Batulempung 3 Batupasir

2
Lanau Batupasir
2 Konglomerat

Batupasir Batugamping
2
Batulempung
Batugamping Konglomerat 1
1
Konglomerat Metamorfik
Metamorfik
1

Metamorfik

103 Copyright@2010 by Djauhari Noor

Anda mungkin juga menyukai