Stratigrafi PDF
Stratigrafi PDF
5P ENGUKURAN STRATIGRAFI
5.1 Pendahuluan
Pengukuran stratigrafi merupakan salah satu pekerjaan yang biasa dilakukan dalam
pemetaan geologi lapangan. Adapun pekerjaan pengukuran penampang stratigrafi
dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang terperinci dari hubungan stratigrafi antar
setiap perlapisan batuan atau satuan batuan, ketebalan setiap satuan stratigrafi, sejarah
sedimentasi secara vertikal dan lingkungan pengendapan dari setiap satuan batuan.
Di lapangan, metoda pengukuran penampang stratigrafi biasanya dilakukan dengan
menggunakan tali meteran dan kompas pada singkapan-singkapan yang menerus dengan jalur
pengukuran diusahakan tegak lurus dengan jurus perlapisan batuannya, sehingga koreksi
sudut antara jalur pengukuran dan arah jurus perlapisan tidak begitu besar.
5. Jika jurus dan kemiringan dari tiap satuan berubah rubah sepanjang penampang,
sebaiknya pengukuran jurus dan kemiringan dilakukan pada alas dan atap dari satuan
ini dan dalam perhitungan dipergunakan rata-ratanya.
6. Membuat catatan hasil pengamatan disepanjang lintasan pengkuran stratigrafi yang
meliputi semua jenis batuan yang dijumpai pada lintasan tersebut, yaitu: jenis batuan,
keadaan perlapisan, ketebalan setiap lapisan batuan, struktur sedimen (bila ada), dan
unsur-unsur geologi lainnya yang dianggap perlu. Jika ada sisipan, tentukan jaraknya
dari atas satuan.
7. Data hasil pengukuran stratigrafi kemudian disajikan diatas kertas setelah melalui
proses perhitungan dan koreksi-koreksi yang kemudian digambarkan dengan skala
tertentu dan data singkapan yang ada disepanjang lintasan di-plot-kan dengan
memakai simbol-simbol geologi standar.
8. Untuk penggambaran dalam bentuk kolom stratigrafi, perlu dilakukan terlebih dahulu
koreksi-koreksi antara lain koreksi sudut antara arah lintasan dengan jurus kemiringan
lapisan, koreksi kemiringan lereng (apabila pengukuran di lintasan yang berbukit),
perhitungan ketebalan setiap lapisan batuan dsb.
a) Kedudukan lapisan (Jurus dan Kemiringan), apakah curam, landai, vertikal atau
horizontal. Arah lintasan yang akan diukur sedapat mungkin tegak lurus terhadap
jurus.
b) Harus diperiksa apakah jurus dan kemiringan lapisan secara kontinu tetap atau
berubah rubah. Kemungkinan adanya struktur sepanjang penampang, seperti sinklin,
antiklin, sesar, perlipatan dan hal ini penting untuk menentukan urut-urutan stratigrafi
yang benar.
c) Meneliti akan kemungkinan adanya lapisan penunjuk (key beds) yang dapat diikuti di
seluruh daerah serta penentuan superposisi dari lapisan yang sering terlupakan pada
saat pengukuran.
Tebal lapisan adalah jarak terpendek antara bidang alas (bottom) dan bidang atas (top).
Dengan demikian perhitungan tebal lapisan yang tepat harus dilakukan dalam bidang yang
tegak lurus jurus lapisan. Bila pengukuran di lapangan tidak dilakukan dalam bidang yang
tegak lurus tersebut maka jarak terukur yang diperoleh harus dikoreksi terlebih dahulu dengan
rumus:
Didalam menghitung tebal lapisan, sudut lereng yang dipergunakan adalah sudut yang
terukur pada arah pengukuran yang tegak lurus jurus perlapisan. Apabila arah sudut lereng
yang terukur tidak tegak lurus dengan jurus perlapisan, maka perlu dilakukan koreksi untuk
mengembalikan kebesaran sudut lereng yang tegak lurus jurus lapisan. Biasanya koreksi dapat
dilakuan dengan menggunakan tabel koreksi dip untuk pembuatan penampang.
o
1. Pengukuran pada daerah datar (lereng 0 )
Pengukuran pada daerah datar, apabila jarak terukur adalah jarak tegak lurus jurus, ketebalan
langsung di dapat dengan menggunakan rumus : T = d sin (dimana d adalah jarak
terukur di lapangan dan adalah sudut kemiringan lapisan). Apabila pengukuran tidak tegak
lurus jurus, maka jarak terukur harus dikoreksi seperti pada cara diatas.
Terdapat beberapa kemungkinan posisi lapisan terhadap lereng seperti diperlihatkan pada
gambar 5-4 dan gambar 5-5. { Catatan: sudut lereng (s) dan kemiringan lapisan () adalah
pada keadaan yang tegak lurus dengan jurus atau disebut true dip dan true slope }.
Bila kemiringan lapisan ( ) lebih besar daripada sudut lereng (s) dan arah lintasan tegak lurus
jurus, maka perhitungan ketebalan adalah :
Bila kemiringan lapisan lebih kecil daripada sudutlereng dan arah lintasan tegak lurus jurus,
maka perhitungan ketebalan adalah:
(c)
Gambar 5-4 Posisi pengukuran pada lereng yang searah dengan kemiringan lapisan
Bila kemiringan lapisan membentuk sudut lancip terhadap lereng dan arah lintasan tegak lurus
jurus maka:
Apabila jumlah sudut lereng dan sudut kemiringan lapisan adalah 90 0 (lereng berpotongan
tegak lurus dengan lapisan) dan arah lintasan tegak lurus jurus maka :
T = d (Gambar 5-5 c)
Bila kemiringan lapisan membentuk sudut tumpul terhadap lereng dan arah lintasan tegak
lurus jurus, maka :
T = d sin (s)
Gambar 5-5 Posisi pengukuran pada lereng yang berlawanan dengan kemiringan lapisan
Penyajian hasil pengukuran stratigrafi seperti yang terlihat pada gambar 5-6 dibawah ini.
Adapun penggambaran urutan perlapisan batuan/satuan batuan/satuan stratigrafi disesuaikan
dengan umur batuan mulai dari yang tertua (paling bawah) hingga yang termuda (paling atas).
Seringkali hasil pengukuran stratigrafi disajikan dengan disertai foto-foto singkapan seperti
yang diperlihatkan pada gambar 5-7. Adapun maksud dari penyertaan foto-foto singkapan
adalah untuk lebih memperjelas bagian bagian dari perlapisan batuan ataupun kontak antar
perlapisan yang mempunyai makna dalam proses sedimentasinya.
Pada umumnya banyak cara untuk menyajikan suatu kolom stratigrafi, namun demikian
ada suatu standar umum yang menjadi acuan bagi kalangan ahli geologi didalam menyajikan
kolom stratigrafi. Penampang kolom stratigrafi biasanya tersusun dari kolom-kolom dengan
atribut-atribut sebagai berikut: Umur, Formasi, Satuan Batuan, Ketebalan, Besar-Butir, Simbol
Litologi, Deskripsi/Pemerian, Fosil Dianostik, dan Linkungan Pengendapan. Tabel 5-1 adalah
kolom stratigrafi daerah Karawang Selatan, Jawa Barat yang tersusun dari kiri ke kanan
sebagai berikut: umur, formasi, satuan batuan, simbol litologi, deskripsi batuan, dan
lingkungan pengendapan.
(N14-N16)
Napal, abu-abu, kompak
Lempung-gampingan, laminasi,
sisipan tipis lanau.
MIOSEN
TENGAH CIBULAKAN
Laut
(N8-N13) Batugamping fragmental berseling Dangkal
Batulempung an dengan batugamping masif.
gampingan Umumnya banyak mengandung
Sisipan Algae.
Batugamping dan
Batupasir Lempung sisipan batupasir dan
batubara.
Berikut ini adalah beberapa contoh korelasi stratigrafi yang umum dilakukan antara lain:
(1). Korelasi Litostratigrafi; (2). Korelasi Biostratigrafi; dan (3). Korelasi Kronostratigrafi
Gambar 5-10 Korelasi biostratigrafi yang didasarkan atas kandungan fosil yang sama
Gambar 5-11: Susunan sekuen stratigrafi yang disusun berdasarkan kandungan fosilnya dengan
memakai prinsip suksesi fauna. Pada gambar di-ilustrasikan ada 5 spesies
foraminifera plantonik yang digunakan untuk mengenal satuan satuan stratigrafi yang
didasarkan atas asosiasi spesies tertentu. Prinsip suksesi fauna dilakukan dengan
cara atau mengenal satuan stratigrafi karena spesies merupakan individu individu
memiliki titik awal yang unik dan tertentu (peristiwa kemunculan awal dan peristiwa
kepunahan secara global). Dengan demikian, kisaran stratigrafi dari suatu spesies
fosil mencakup suatu interval waktu yang jelas. Secara paleontologi, satuan stratigrafi
berbeda didalam kedua jumlah dan macam dari satuan litologi.
1. Zona Kumpulan
Zona Kumpulan ialah kesatuan sejumpah lapisan yang terdiri oleh kumpulan alamiah
fosil yang hkas atau kumpulan sesuatu jenis fosil.
Kegunaan Zona Kumpulan, selain sebagai penunjuk lingkungan kehidupan purba dapat
juga dipakai sebagai penciri waktu.
Batas dan kelanjutan zona Kumpulan ditentukan oleh batas terdapat bersamaannya
(kemasyarakatan) unsur-unsur utama dalam kesinambungan yang wajar.
Nama Zona Kisaran harus diambil dari satu unsur fosil atau lebih yang menjadi penciri
utama kumpulannya.
2. Zona Kisaran
Zona Kisaran ialah tubuh lapisan batuan yang mencakup kisaran stratigrafi untur
terpilih dari kumpulan seluruh fosil yang ada.
Kegunaan Zona Kisaran terutama ialah untuk korelasi tubuh-tubuh lapisan batuan dan
sebagai dasar untuk penempatan batuan batuan dalam skala waktu geologi
Btasa dan Kelanjutan Zona Kisaran ditentukan oleh penyebaran tegak dan mendatar
takson (takson-takson) yang mencirikannya.
Nama Zona Kisaran diambil dari satu jenis atau lebih yang menjadi ciri utama Zona.
3. Zona Puncak
Zona Puncak ialah tubuh lapisan batuan yang menunjukkan perkembangan maksimum
suatu takson tertentu.
Kegunaan Zona Puncak dalam hal tertentu ialah untuk menunjukkan kedudukan
kronostratigrafi tubuh lapisan batuan dan dapat dipakai sebagai petunjuk lingkungan
pengendapan purba, iklim purba
Batas vertikal dan lateral Zona Puncak sedapat mungkin bersifat obyektif
Nama-nama Zona Puncak diambil dari nama takson yang berkembang secara
maksimum dalam Zona tersebut.
Gambar 5-12: Zona persebaran fosil : Total range zone (Zona kemunculan dan kepunahan
suatu fosil yang umurnya relatif pendek); Consecutive range zone, Partial
range zone, Assemblage zone dan Acme zone.
4. Zona Selang
Zona Selang ialah selang stratigrafi antara pemunculan awal/akhir dari dua takson
penciri.
Kegunaan Zona Selang pada umumnya ialah untuk korelasi tubuh-tubuh lapisan
batuan
Batas atas atau bawah suatu Zona Selang ditentukan oleh pemunculan awal atau akhir
dari takson-takson penciri.
Nama Zona Selang diambil dari nama-nama takson penciri yang merupakan batas atas
dan bawah zona tersebut.
SUMUR-1 SUMUR- 2
Miosen Miosen
Atas Atas
Miosen
Tengah
Miosen
Tengah
Miosen
Bawah
Miosen
Bawah
Pada gambar dibawah diberikan 3 kolom stratigrafi hasil dari pemboran sumur bor: S1,
S2, dan S3. Notasi angka 1, 2, 3 dan 4 merupakan batas umur formasi batuan, dimana
angka 1 adalah batas umur Pra-Tersier, angka 2 merupakan batas atas umur Miosen
Bawah, angka 3 adalah batas atas umur Miosen Tengah, dan angka 4 adalah batas atas
umur Miosen Atas. Buatlah korelasi dari ke 3 sumur tersebut ?
Batupasir
Batupasir Tuff
Konglomerat 3
3
Konglomerat
Batulempung 3 Batupasir
2
Lanau Batupasir
2 Konglomerat
Batupasir Batugamping
2
Batulempung
Batugamping Konglomerat 1
1
Konglomerat Metamorfik
Metamorfik
1
Metamorfik