Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Dalam makalah ini kami
membahas tentang Audit Berbasis Risiko, Etika, Dan Pengendalian Mutu Dan
Standar Audit.

Makalah sederhana ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini.

Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat,

Samata, 29 September 2013

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Dalam sebuah perusahaan pengauditan adalah sesuatu yang sangat vital yang
erat hubungannya dalam laporan keuangan. Para akuntan akuntan public harus
menekankan pemeriksaan laporan keuangannya dengan menekankan resiko resiko
apa saja ditemukan para auditor dalam memberikan opini terhadap perusahaan yang
dia periksa, tentu saja hal tersebut berhubungan dengan etika seorang akuntan dalam
mengemban tugasnya sebagai penanggung jawab atas sehat atau tidaknya suatu
perusahaan. Sehingga dalam pelaksanaannya seorang auditor harus memperhatikan
dan menerapkan pengendalian mutu.
Melaksanakan pengendalian mutu dimulai dari kepemimpinan yang kuat di
dalam KAP, dan partner penugasan. Kepemimpinan yang mempunyai komitmen kuat
terhadap standar etika tertinggi. Semua itu dilakukan berpedoman kepada standar
audit yang berlaku umum di seluruh dunia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa tujuan, tinjauan umum,dan pengertian risiko audit ?
2. Bagaimana cara melaksanakan Audit ?
3. Apa Tinjauan umum Etika, dan pengendalian mutu ?
4. Apa pengertian QC sistem dan pengertian lingkungan pengendalian QC
system ?
5. Bagaimana cara penilaian risiko KAP ?
6. Apa penjelasan Sistem Informasi dalam KAP ?
7. Bagaimana Kegiatan Pengendalian dan Pemantauan dalam KAP ?
8. Bagaimana Standar Umum Audit, Standar pekerjaan khusus audit dan
Standar pelaporan audit ?
C. Tujuan pembelajaran
1. Untuk mengetahui tujuan, tinjauan umum, dan pengertian audit risiko
2. Untuk mengetahui cara melaksanakan audit risiko
3. Untuk mengetahui tinjauan umum Etika, dan pengendalian mutu
4. Untuk mengetahui pengertian QC system dan pengertian lingkungan
pengendalian QC system
5. Untuk mengetahui cara penilaian risiko KAP
6. Untuk mengetahui Sistem informasi dalam KAP
7. Untuk mengetahui kegiatan pengendalian dan pemantauan dalam KAP
8. Untuk mengetahui Standar umum Audit, Standar pekerjaan khusus audit, dan
Standar pelaporan Audit
BAB II

PEMBAHASAN

A. AUDIT BERBASIS RISIKO


1. Tujuan Audit
Mengangkat tingkat kepercayaan dari pemakai laporan keuangan yang dituju,
terhadap laporan keuangan itu. Tujuan itu dicapai dengan pemberian opini oleh
auditor mengenai apakah laporan keuangan disusun, dalam segala hal yang material,
sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
Pada umumnya, dalam kerangka pelaporan keuangan dengan tujuan
umum,opini tersebut menyatakan apakah laporan keuangan disajikan secara wajar,
dalam segala hal yang material, atau memberikan gambaran yang benar dan wajar
sesuaui kerang pelaporan keuangan. Suatu audityang dilakasanankan sesuai dengan
ISAs dan persyaratan etika yang relevan memungkinkan auditor memberikan
pendapat tersubut.
2. Tinjauan umum
Bagian ini meliahat secara utuh makna audit berbasis resiko melalui
pemahaman beberapa konsep dasar yang saling berkaitan.
a. Reasonable assurance ( asuransi yang layak)
Asurans yang layak adalah asurans yang tinggi, tetapi bukan pada
tingkat tinggi yang mutlak. Asurans yang layakdicapai ketrika auditor
memperoleh memperoleh audit yang cukup dan tepat untuk menekan resiko
yang audit. Resiko Audit adalah risiko dimana Auditor memberikan opini yag
salah ketika laporan keuangan disalah sajikan secara material. Auditor ingin
menekankan audit risiko ini ke tingjat yang rendah yang apat diterima.

Dengan Audit yang cukup dan tepat, auditor sudah menekan risiko
audit. Namun, tidak mungkin smpai ke tingkat titik nol, karena Adanya
kendala bawaan dalam setiap audit. Auditor menekan resiko auditnya sampai
ketingkat yang disebut an acceptably low level , atau tingkat rendah yang
dapat diterima oleh auditor.

b. Inherent limitation (kendala bawaan)


1) Sifat pelaporan keuangan
Pembuatan pelaporan keuangan memerlukan
a) Judgement management dalam rangka menerapkan pelaporan
keuangan.
b) Keputusan atau atau penilaia subjektif seperti estimasi oleh
manajemen dalam memilh berbagai tafsiran atau judgement yang
akseptabel
2) Sifat Bukti audit yang tersedia
a) Kebanyakan pekerjaan Auditor dalam merumuskan pendapatnya
adalh mengumpulkan dan mengevaluasi bukti audit. Bukti ini
cenderung bersifat persuasive dan tidak konklusif.
3) Sifat prosedur Audit
a) Bagaimana pun Bagusnya rancangan prosedur Audit, ia tidak akan
mampu mendeteksi setiap salah saji:
Setiap sampel (kurang dari 100%) mengandung risiko bahwa
salah saji tidak akan terdeteksi;
Manajemen/pihak lain (sengaja/tidak)mungkin tidak
memeberikan semua informasi yang diminta
Kecurangan yang canggih disembunyikan dengan rapi;
Prosedur bukti audit untk mengumpulkan bukti audit mungkin
tidak mendeteksi informasi yang hilang
4) Pelaporan keuangan tepat waktu
Relevansi/nilai informasi keuangan cenderung menurunb dengan lewat
waktu. Oleh karena itu, perlu ada keseimbangan antara keandalan
informasi dan biayanya.
c. Audit scope (lingkup audit)
Lazimnya, lingkup pekerjaan auditor dan opini yang diberikannya,
dibatasi pada menjawab pertanyaan : apakah laporan keuangan dibuat, dalam
semua hal yangmaterial, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku. Laporan auditor yang tidak dimodifikasi ( unmodified auditors
report ) atau opini wajar tanpa pengecualian (WTP) tidak menjamin
keberhasilan dan daya bertahan entitas itu dimasa mendatang ( future
viability of the entity ). WTP juga tidak mencerminkan apakah manajemen
mengelola entitas secara efektif dan efisien.

Setiap perluasan dari tanggung jawab audit yang utama, seperti yang
mungkin ditetapkan dalam ketentuan perundang-undangan, mewajibkan
auditor untuik melaksanakan pekerjaan tambahan dan memodifikasi atau
memperluas laporan auditor sesuai dengan perluasan tanggung jawabnya.

d. Material misstatement (salah saji yang material )


Salah saji yang material biasa:
1) Terjadi secara sendiri-sendiri atau bersama. Contoh, laporan keuangan
mencantumkan pabrik senilai 10 miliar. Pabrik itu tidak pernah
dibangu atau dibeli. Laporan keuangan tersebut mengandung satu
salah saji yang material. Laporan keuangan dapat juga berisi beberapa
salah saji, yang secara agregatif atau tergabung, berjumlah material.
2) Berupa salah saji yang tidak dikoreksi, misalnya yang ditemukan oleh
Auditor dan dikomunikasikan kepada kepala bagian pembukuan, dan
dikui sebagai salah saji. Namun kepala bagian Pembukuan tidak
bersedia mengoreksinya.
3) Berupa pengungkapa yang menyesatkan dalam laporan keuangan,
atau pengungkapan yang tidak dicantumkan dalam laporan keuangan.
Ini salah saji yang material secara Kualitatif. Bandingkan dengan
contoh-contoh diatas yang merupakan salah saji yang material secara
kuantitatif.
4) Berupa kesalahan atau kecurangan.

e. Assertion (asersi)
Asersi adalah pernyataan yang diberikan secara ekspklisit maupun
implisit, yang tertanam didalam tau merupakan bagian dari laporan keuangan.
Asersi berhubungan dengan pengakuan (recognition), pengukuran
(measurement), penyajian (Presentation), dan pengungkapan (Disclosure) dari
berbagai unsur laporan keuangan. Yang dimaksud dengan unsur laporan
keuangan adlah angka-angka/jumlah dan pengungkapan. Contoh, asersi bhwa
sesuatu (unsur laporan keuangan) sudah lengkap nberkaitan dengan semua
transaksi danoperistiwa yang seharusnya dibukukan. Asersi-asersi ini
digunakan oleh Auditor untuk mempertimbangkan berbagai jenis
kemungkinan salah saji yang biasa terjadi.
3. RISIKO AUDIT
Risiko audit adalah memberikan opini yang tidak tepat atas laporan keuangan
tyang disalah sajikan secara material. Tujuan Auditb ialah menekan risiko audit ini ke
tingkat rendah yang dapat diterima auditor.

Untuk menekan risiko audit ke tingkat yang rendah yang dapat diterima, Auditor
harus

a. Menilai risiko salah saji yang material


b. Menekan risiko pendeteksian
Risiko yang dinilai Auditor mengenai salah saji yang material, adalah risiko
pada tingkat laporan keuangan dan pada tingkat asersi (untuk jenis transaksi, saldo
akun, dan pengungkapan)

4. Melaksanakan Audit
1. Risk Assesment
Melaksanakan prosedur penilaian risiko untuk mengidentifikasi dan
menilai risiko salah saji material dalam laporan keuangan
2. Risk response
Merancang dan melaksankan prosedur audit selanjutnya yang menaggapi
risiko (salah saji yang material) yang tyelah diidentifikasi dan dinilai, pada
tingkat laporan keuangan dan asersi.
3. Reporting
Tahap melaporkan meliputi:
a. Merumuskan pelaporan berdasarkan bukti audi yang diperoleh
b. Membuat dan menerbitkan laporan yang tepat sesuai kesimpulan
yang ditarik

B. ETIKA DAN PENGENDALIAN MUTU


1. Tinjauan umum
Pelaksanakan pengendalian mutu di mulai dari kepemimpinan kuat dan
partner penugasan. Kepemimpinan yang mampunyai kemitmen kuat terhadap standar
etika terkini. Mengapa pemberi audit dan jasa terkait lain yang bermutu,
sangatpenting alasannya adalah melindungi kepentingan public, memberika kepuasan
kepada klain, memastikan kepatuhan terhadap standar profesi dan mengembangkan
dan mempertahankan reputasi profesional .
2. QC System (Sistem Pengendalian Mutu)

QC Sistem dalam suatu KAP dapat dipatahkan menurut ke lima unsur


pengendalian internal. Merupakan kewajiban auditor mengevaluasi kelima unsur
pengendalian internal ini juga dapat di terapkan untuk QC Sistem itu sendiri, maupun
untuk hal-hal di luar QC Sistem, misalnya untuk Pemrosesan time nd billing, office
workfloe, expense control, dan kegiatan pemasaran (marketing).

3. Lingkungan pengendalian
Pemberi jasa berkualitas tinggi dan Cost-effective adalah kunci utama
suksesnya KAP. Pemberi an jasa berkualitas juga vital bagi akuntan professional
dalam melaksanakan public-intterent responsibilitesnya.
Pemberian jasa berkualitas harus senantiasa menjadi tujuan utama dalam
strategi bisnis KAP; tujuan ini perlu dikomunikasikan kepada semua staf di KAP,
secara teratur dan hasilnya dimonitor. Inilah peran kepemimpinan dan akuntabilitas
atas apa yag di janjikan KAP kepada public. QC yang buruk menimbulkan kesan
tidak professional, mendorong pemberian layanan yang buruk, berpotensi tuntutan
hokum, saksi regulator, dan di atas segala-galanya, kehilanga reputasi

4. Penilaian risiko KAP

Pengelolaan Risiko adalah proses yang berkeseimbangan pengelolaan risiko


di KAP (seperti juga klien), membantu KAP mengatisipasikan peristiwa negative,
mengembangkan kerangka perbuatan keputusan yang efektif, dan mendayagunakan
sumber daya KAP.

Kebanyakan KAP mengelola risiko, dengan bentuk dan cara yang bervariasi
yang sering dipraktikkan KAP ialah manajemen risiko yang informal dan tidak
didokumentasikan. Memformalkan dan mendokumentasikan proses keseluruhan lebih
bersifat proaktif dan lebih efektif. Impelemtasinya

Juga tidak usah memakan banyak waktu atau merepotkan. Bahkan manajemen risiko
yang efektif mengurangi stress bagi para partner dan staf, menghemat waktu dan
biaya, dan meningkatan peluang untuk mencapai tuujuan dan sasaran KAP.
5. Sistem Informasi

Banyak KAP mempunyai system informal yang baik untuk memantau klien,
waktu dan pembebanan (time and billing), OPE (out-of-pocket expenditures), staf,
dan engagement file management (pengelolaan file penugasan). Namun, system
informal yang memantau mutu pekerjaan dan kepatuhan terhadap kendali mutu,
kurang berkembang atau bahkan tidak ada sama sekali. Sistem informasi juga harus
dirancang untuk menangani risiko yang diidentifikasi dan dinilai sebagai dari proses
penilaian risiko KAP.

6. Kegiatan Pengendalian

Kegiatan pengendalian dirancang untuk memastikan terjadinya keputusan


terhadap kebijakan dan prosedur yang di tetapkan KAP. Salah satu cara untuk
merancang, mengimplementasikan, dan memantau pengendalian mutu adalah dengan
proses PDCA. PDGA adalah singkatan dari Plan (merencanakan)-Do (melakukan)-
Check (memeriksa)- Act (bertindak).

KAP tentunya perlu dipertimbangkan biaya yang dikeluarkannya untuk


kegiatan pengendalian dan manfaat yang diperolehnya. KAP harus menggunakan
kearifan profesionalnya dan hasil penilaian atas risiko, untuk menentukan
pengendalian apa yang perlu diimplementasi. Kegiatan pengendalian dapat untuk

1. Semua kebijakan dan prosedur yang didokumentasikan dalam QC manual;

2. Kebijakan arus kerja kantor

3. Semua kebijakan dan prosedur operasional, dan

4. Kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan urusan personalia lainnya.

Lingkungan kegiatan pengendalian menangani semua kewajiban QC, etika,


dan independensi serta keputuhan KAP terhadap ISAs yang relevan dengan audit.
Kegiatan pengendalian KAP dilakukan pada dua jenjang, yakni jenjang KAP dan
jenjang penugasan.

Kegiatan pengendalian pada jenjang KAP adalah sebagai berikut.

1. Nilai-nilai dan sasaran KAP

a. Pembagian tugas dan wewenang di antara para partner sehubungan


dengan pengendalian mutu

b. Proses penilaian risiko di KAP: apa, bagaimana, dan siapa yang


bertanggung jawab

c. Pengembangan staf, manajemen/pengelolaan KAP, dan disiplin.

d. Sistem informasi mengenai staf, klien, indepedensi partner dan staf


penjadwalan penugasan dan lain-lain

e. Mendokumentasikan system pengendalian mutu, dan penyempurnaan


secara berkelanjutan.

2. Sikap dan perilaku:

a. Kepemimpinan

b. Etika dan idependensi

c. Kearifan professional

d. Skeptisime/kewaspadaan professional

e. Supervisi dan review

Kegiatan pengendalian pada jenjang KAP penugasan. Pada dasarnya kegiatan


pengendalian di tingkat penugasan ialah mematuhi ISAs, khususnya yang berkenaan
dengan
a) Menerima atau melanjutkan penugasan

b) Membagi tugas dan tanggung jawab staf

c) Konsultasi dan menggunakan tenaga ahli

d) Dokumentasi

e) Merillis/menerbitkan laporan.

7. Pemantauan
Di mengenai fungsinya system itu secara efektif. Ini dapat di capai dengan
reviu secara independen atas berfungsinya kebijakan/prosedur di tingkat KAP dan
penugasan secara efektif, dan inspeksi dari seluruh file audit yang sudah rampung.

Proses pemantauan yang efektif membantu pengembangan penyempurnaan


berkesinambungan, dimana partner dan staf bekomitmen terhadap pekerjaan bermutu
dan memberi penghargaan kepada kinerjayang diperbaiki.

a. Proses pemantauan KAP terdiri atas duan bagian sebagai berikut.

1. Pemantauan berjalan (ongoing monitoring)

Pemantauan berjalan atas QC KAP memastikan kebijakan dan


prosedur KAP adalah relevan, cukup, dan berfungsi efektif. Jika
dilaksanakan dan dokumentasikansetahun sekali, pemantuan-an
ini akan mendukung keharusan berkumunikasi dengan staf
setiaptahun mengenai rencana KAP untuk meningkatkan mutu
penugasan

2. Inpeksi file yang rampung, berdasarkan siklus

Pertimbangan dan evaluasi yang terus-menerus di buatatas QC


system KAP, termasuk apa yang dikenal sebagai cyclical
inspection (inspeksi dengan siklus) dari file audit untuk penugasan
yang sudah rampung. Inspeksi ini sekurang-kurangnya atas file
audit dari satu penugasan untuk setiap partner. Hal ini memastikan
keputuhan terhadap kewajiban professional/hokum, dan bahwa
laporan asuransi sudah tepat. Cyclical inspection membantu
mengidentifikais kelemahan dan kebutuhan pelatihan, dan
memungkinkan KAP membuat perubahan/perbaikan, tepat pada
waktunya.

C. STANDAR AUDIT

Berikut Standar Audit yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia dalam Pernyataan Standar Auditing (PSA) No.1 disajikan berikut
ini.

1. Standar umum
a. Audit harus dialaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian
dan pelatihan teknis cukup sebagai Auditor.
b. Dalam semua hal yang berhubungan denghan perikatan, independensi dalan
sikapmental harus dipertahankan oleh auditor.
c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, Auditor Wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
2. Standar Pekerjaan Khusus
a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten
harus disupervisi dengan semestinya
b. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk
merencanakan audoit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujia
yang akan dilakukan.
c. Bukti audit yang kompeten harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit
3. Standar pelaporan
a. Laporan Auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun seusai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan
laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan
prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya
c. Pengungkapan informative dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan Auditor
d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat menghenai
laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asesrsi bahwa pernyataan
demikian tidak dapat diberikan.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1. Risiko audit adalah memberikan opini yang tidak tepat atas laporan keuangan
tyang disalah sajikan secara material. Tujuan Auditb ialah menekan risiko
audit ini ke tingkat rendah yang dapat diterima auditor
2. Melaksanakan Audit
1. Risk Assesment
Melaksanakan prosedur penilaian risiko untuk mengidentifikasi dan
menilai risiko salah saji material dalam laporan keuangan
2. Risk response
Merancang dan melaksankan prosedur audit selanjutnya yang menaggapi
risiko (salah saji yang material) yang tyelah diidentifikasi dan dinilai, pada
tingkat laporan keuangan dan asersi.
3. Reporting
Tahap melaporkan meliputi:
c. Merumuskan pelaporan berdasarkan bukti audi yang diperoleh
d. Membuat dan menerbitkan laporan yang tepat sesuai kesimpulan
yang ditarik
3. Pelaksanakan pengendalian mutu di mulai dari kepemimpinan kuat dan
partner penugasan. Kepemimpinan yang mampunyai kemitmen kuat terhadap
standar etika terkini. Mengapa pemberi audit dan jasa terkait lain yang
bermutu, sangatpenting alasannya adalah melindungi kepentingan public,
memberika kepuasan kepada klain, memastikan kepatuhan terhadap standar
profesi dan mengembangkan dan mempertahankan reputasi profesional.
4. Adapun Standar Audit yaitu Standar umum, Standar pekerjaan khusus, dan
Standar pelaporan
DAFTAR PUSTAKA

Tuanakotta, Theodorus M., 2013, Audit Berbasis ISA (International Standards on

Auditing), Salemba Empat, Jakarta.

Mulyadi, 2002, Auditing, Salemba Empat, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai