Anda di halaman 1dari 20

ATONIA UTERI

Disusun Oleh :

CATUR ARI WIBOWO


Npm.12310523.P

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI


BANDAR LAMPUNG
2013

0
BAB I
PENDAHULUAN

Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini


(50%), dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi
peripartum. Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol
perdarahan setelah melahirkan. Atonia uteri terjadi karena kegagalan mekanisme ini
dan kegunaan utama oksitosin sebagai pencegahan atonia uteri yaitu onsetnya yang
cepat, dan tidak menyebabkan kenaikan tekanan darah atau kontraksi tetani seperti
ergometrin.

1
BAB II
ATONIA UTERI

Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini (50%), dan
merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi peripartum. Kontraksi
uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah
melahirkan. Atonia uteri terjadi karena kegagalan mekanisme ini
A. Definisi
Atonia uteria (relaksasi otot uterus) adalah Uteri tidak berkontraksi dalam 15
detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahIR).

B. Etiologi
1. Overdistention uterus seperti: gemeli, makrosomia, polihidramnion, atau
paritas tinggi.
2. Umur yang terlalu muda atau terlalu tua
3. Multipara dengan jarak keahiran pendek
4. Partus lama / partus terlantar
5. Malnutrisi
6. Dapat juga karena salah penanganan dalam usaha melahirkan plasenta,
sedangkan sebenarnya belum terlepas dari uterus.

1. Atonia Uteri
Faktor predisposisi terjadinya atonia uteri adalah
- Umur : Umur yang terlalu muda atau tua
- Paritas : Sering dijumpai pada multipara dan grandemultipara
- Partus lama dan partus terlantar
- Obstetri operatif dan narkosa
- Uterus terlalu regang dan besar, misalnya pada gemeli, hidramnion, atau
janin besar.

2
- Kelainan pada uterus, seperti mioma uteri, uterus couvelair pada solusio
plasenta
- Faktor sosio ekonomi, yaitu malnutrisi

2. Sisa plasenta dan selaput ketuban


3. Jalan lahir : Robekan perineum, vagina seviks, forniks, dan rahim
4. Penyakit darah
Kelainan pembekuan darah misalnya atau hipofibrinogenemia yang sering
dijumpai pada :
- Perdarahan yang banyak
- Solusi plasenta
- Kematian janin yang lama dalam kandungan
- Pre-eklamsi dan eklamsi
- Infeksi, hepatitis, dan septik syok

C. Diagnosis
Pada tiap-tiap perdarahan postpartum harus dicari apa penyebabnya.
1. Palpasi uterus: bagaimana kontraksi uterus dan tinggi fundus tueri
2. Memeriksa plasenta dan ketuban : apakah lengkap atau tidak
3. Lakukan eksplorasi kavum uteri untuk mencari
- Sisa plasenta dan ketuban
- Robekan rahim
- Plasenta suksenturiata
4. Inspekulo : untuk melihat robekan pada serviks, vagina, dan varises yang
pecah
5. Pemeriksaan laboratorium : periksa darah, Hb, clot observation test (COT),
dan lain-lain.

3
1. Atonia uteri
2. Sisa-sia plasenta dan ketuban
3. Robekan jalan lahir
4. penyakit darah (kelainan pembekuan darah)

Perdarahan postpartum ada kalanya merupakan perdarahan yang hebat dan


menakutkan sehingga dalam waktu singkat ibu dapat jatuh ke dalam keadaan
syok. Atau dapat berupa perdarahan yang menetes perlahan-lahan tetapi terus-
terusan yang juga berbahaya karena kita tidak menyangka akhirnya perdarahan
berjumlah banyak, ibu menjadi lemas dan juga jatuh dalam subsyok atau syok.
Karena itu adalah penting sekali pada setiap ibu yang bersalin dilakukan
pengukuran kadar darah secara rutin: serta pengawasan tekanan darah, nadi,
pernafasan ibu, dan periksa juga kontraksi uterus dan perdarahan selama 1 jam.

D. Penyebab :
Atonia uteri dapat terjadi pada ibu hamil dan melahirkan dengan faktor
predisposisi (penunjang ) seperti :
1. Overdistention uterus seperti: gemeli makrosomia, polihidramnion, atau
paritas tinggi.
2. Umur yang terlalu muda atau terlalu tua.
3. Multipara dengan jarak kelahiran pendek
4. Partus lama / partus terlantar
5. Malnutrisi.
6. Penanganan salah dalam usaha melahirkan plasenta, misalnya plasenta belum
terlepas dari dinding uterus.
E. Manifestasi Klinis
Uterus tidak berkontraksi dan lembek
Perdarahan segera setelah anak lahir (post partum primer)

4
F. Gejala Klinis:
Uterus tidak berkontraksi dan lunak
Perdarahan segera setelah plasenta dan janin lahir (P3).

G. Pencegahan Atonia Uteri


Pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko perdarahan
pospartum lebih dari 40%, dan juga dapat mengurangi kebutuhan obat tersebut
sebagai terapi. Menejemen aktif kala III dapat mengurangi jumlah perdarahan
dalam persalinan, anemia, dan kebutuhan transfusi darah.

Analog sintetik oksitosin, yaitu karbetosin, saat ini sedang diteliti sebagai
uterotonika untuk mencegah dan mengatasi perdarahan pospartum dini.
Karbetosin merupakan obat long-acting dan onset kerjanya cepat, mempunyai
waktu paruh 40 menit dibandingkan oksitosin 4-10 menit. Penelitian di Canada
membandingkan antara pemberian karbetosin bolus IV dengan oksitosin drip pada
pasien yang dilakukan operasi sesar. Karbetosin ternyata lebih efektif dibanding
oksitosin.

Pencegahan atonia uteri.


Atonia uteri dapat dicegah dengan Managemen aktif kala III, yaitu pemberian
oksitosin segera setelah bayi lahir (Oksitosin injeksi 10U IM, atau 5U IM dan 5 U
Intravenous atau 10-20 U perliter Intravenous drips 100-150 cc/jam.
Pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko perdarahan
pospartum lebih dari 40%, dan juga dapat mengurangi kebutuhan obat tersebut
sebagai terapi. Menejemen aktif kala III dapat mengurangi jumlah perdarahan
dalam persalinan, anemia, dan kebutuhan transfusi darah.

Prostaglandin (Misoprostol) akhir-akhir ini digunakan sebagai pencegahan


perdarahan postpartum.

5
Pencegahan perdarahan postpartum
Mencegah atau sekurang-kurangnya bersiap siaga pada kasus yang disangka akan
terjadi perdarahan adalah penting. Tindakanan pencegahan tidak saja dilakukan
sewaktu bersalin, namun sudah dimulai sejak ibu hamil dengan melakukan
antenatal care yang baik.

DI rumah sakit diperiksa keadaan fisik, keadaan umum, kadar Hb, golongan
darah, dan bila mungkin tersedia donor darah. Sambil mengawasi persalinan,
dipersiapkan keperluan untuk infus dan obat-obatan penguat rahim (uterotonika).
Setelah ketuban pecah kepala janin mulai membuka vulva, infus dipasang dan
sewaktu bayi lahir diberikan 1 ampul methergin atau kombinasi dengan 5 satuan
sintosinon (sintometrin intravena). Hasilnya biasanya memasukan.

Tatalaksana perdarahan karena otonia uteri


Perdarahan karena otonia uteri
Tindakan persalinan
- Partus lama/persalinan terlantar
- Trauma persalinan robekan vagina serviks fomises ruptura uteri

Predisposisi faktor
KU lemah, anemia Grandemultipara
Jarak hamil kurang 2 tahun
Distensi rahim berlebihan
- Hidramnion
- Hamil kembar

Penanganan umum:
- Infus
- Uterotonika IM/IV/drip

6
- Tindakan mekanis
Masase fundus
Masase melipat
- Rujukan
- Uterovaginal tampon

Dak ada reaksi


Reaksi ada, tetapi perdarahan berlangsung
Reaksi baik perdarahan berkurang
Kontraksi baik

Kemungkinan
- Sisa plasenta
- Tampon basah
Dilatasi kuretage
Perdarahan terus
Histerektomi
- Umur lebih 35 tahun
- Grandemultipara
- Paritas kecil ligasi art hipogatrika
- Perawatan postoperatif

Perdarahan berhenti
Konservatif :
- Antibiotika
- Uterotonika
- Suportif
Preparat Fe
Vitamin

7
Bagaimana peranan bidan dalam menghadapi perdarahan pstpartum karena atonia
uteri ? bidan dapat mengambil langkah-langkah untuk menangani perdarahan
atonia uteri sebagai berikut:
1. Meningkatkan upaya preventif
- Meningkatkan penerimaan gerakan keluarga berencana sehingga
memperkecil jumlah grademultipara dan memperpanjang jarak hamil
- Melakukan konsultasi atau merujuk kehamilan dengan overdistensi uterus
hidramnion dan kehamilanganda dugaan janin besar (makrosomia)
- Mengurangi peranan pertolognan persalinan oleh dukun

2. Bidan dapat segera melakukan rujukan penderita dengan didahului tindakan


ringan
- Memasang infus-omemberikan cairan pengganti
- Memberikan uterotonika intramuskular, intravena atau dengan drip
- Melakukan masase uterus sehingga kontraksi otot rahim makin cepat dan
makin kuat
- Penderita sebaiknya diantar

Sikap bidan menghadapi atonia uteri


Perdarahan atonia uteri
Sikap bidan :
- Infus cairan
- Uterotonika
- Masase uterus
- Kompresi aorta abdominalis
- Kompresi bimanual uterus

8
Upaya preventif
- Meningkatkan KU ibu hamil
- Merujuk penderita overdistensi
Hidramnion
Hamil ganda
Janin besar

- Merujuk ke pusat dengan fasilitas untuk menetapkan penanganan yang


legeartis

Teknik kompresi aorta abdominalis


Peralatan yang diperlukan untuk dapat melakukan kompresi aorta abdominalis
tidak ada, kecuali sedapat mungkin teknik yang benar, sehingga aorta benar-benar
tertutup untuk sementara waktu sehingga perdarahan karena atonia uteri dapat
dikurangi.
Tatacara kompresi aorta abdominalis.
1. Tekanlah aorta abdominalis di atas uterus dengan kuat dan dapat dibantu
dengan tangan kiri, selama 5 sampai 7 menit
2. Lepaskan tekanan sekitar 30 sampai 60 detik, sehingga bagian lainnya tidak
terlalu banyak kekurangan darah

Teknik kompresi uterus bimanual


Kompresi uterus secara bimanual merupakan usaha untuk menghentikan
perdarahan sementara. Dengan jalan melipat uterus yang lembek antara dua
tangan (di dalam) dan tangan luar yang melipat uterus dari luar pada fundus uteri.
Sementara itu pemasangan infus dan upaya transfusi tetap dilaksanakan.

9
Teknik kompresi uterus bimanual
1. Bersihkan dan desinfeksi genitalia bagian luar
2. Sarung tangan dipasang pada tangan kiri (kalau darurat dapat tanpa sarung
tangan) dan masukkantangan ke dalam vagina
3. Kepalkan tangan dantekan forniks anterior
4. Kedua tangan dapat pula melakukan masase, sehingga merangsang kontraksi
otot rahim untuk menghentikan perdarahan
5. Apabila gagal menghentikan perdarahan maka histerektomi merupakanpilihan
terakhir.

H. Pengobatan perdarahan kala uri


Sikap dalam menghadapi perdarahan kala uri adalah :
- Berikan oksitosin
- Cobalah mengeluarkan plasenta menurut cara Crede (1-2 kali)
- Keluarkan plasenta dengan tangan

Pengeluaran plasenta dengan tangan segera sesudah janin lahir dilakukan jika
- Ada sangkaan akan terjadi perdarahan postpartum
- Ada perdarahan yang banyak (lebih dari 500 cc)
- Dilakukan tindakan obstetri dalam narkosa atau

Jika masih ada sisa-sisa plasenta yang agak melekat dan masih terdapat
perdarahan, segera lakukan utero-vaginal tamponade selama 24 jam.diikuti
pemberian uterotonika dan antibiotika selama 3 hari berturut-turut dan pada hari
ke empat baru lakukan kuretase untuk membersihkannya.

10
Pengobatan perdarahan postpartum pada atonia uteri
Tergantung pada banyaknya perdarahan dan derajat atonia uteri, dibagi dalam 3
tahap:
Tahap I : Perdarahan yang tidak begitu banyak dapat diatasi dengan cara
pemberian uterotonika, mengurut rahim (massage), dan memasang
gurita
Tahap II : Bila perdarahan belum berhenti dan bertambah banyak, selanjutnya
berikan infus dan transfusi darah dan dapat dilakukan :
- Perasat (maneuver) Zangemeister
- Pirasat (maneuver) Fritch
- Kompresi bimanual
- Kompresi aorta
- Tamponade utero-vaginal
- Jepitan arteri uterina dengan cara Henkel
Tamponade utero-vaginal walaupun secara fisiologis tidak tepat,
hasilnya masih memuaskan, terutama di daerah pedesaan di mana
fasilitas lainnya sangat minim atau tidak ada.

Tahap III : Bila semua upaya di atas tidak menolong juga, maka usaha terakhir
adalah menghilangkan sumber perdarahan, dapat ditempuh dua cara,
yaitu dengan meligasi arteri hipogastrika atau histerektomi.

11
I. Prognosis
Seperti dikatanan oleh Tadjuluddin (1965). Perdarahan postpartum masih
merupakan ancaman yang tidak terduga. Walaupun dengan pengawasan yang
sebaik-baiknya, perdarahan postpartum masih merupakansalah satu sebab
kematian ibu yang penting. Sebaliknya menurut pendapat para ahli kebidanan
modern. Perdarahan postpartum tidak perlu membawa kematian pada ibu
bersalin.
Pada perdarahan postpartum, Mochtar R. Dkk, (1969) melaporkan angka
kematian ibu sebesar 7,9 % dan Wiknjosastro H. (1960) 1,8-4,5%. Tingginya
angka kematian ibu karena banyak penderita yang dikirim dari luar dengan
keadaan umum yang sangat jelek dan anemis dimana tindakan apapun kadang
kadang tidak menolong.

J. Penanganan Atonia Uteri;


1. Penanganan Umum
Mintalah Bantuan. Segera mobilisasi tenaga yang ada dan siapkan fasilitas
tindakan gawat darurat.
Lakukan pemeriksaan cepat keadaan umum ibu termasuk tanda
vital(TNSP).
Jika dicurigai adanya syok segera lakukan tindakan. Jika tanda -tanda syok
tidak terlihat, ingatlah saat melakukan evaluasi lanjut karena status ibu
tersebut dapat memburuk dengan cepat.
Jika terjadi syok, segera mulai penanganan syok.oksigenasi dan pemberian
cairan cepat, Pemeriksaan golongan darah dan crossmatch perlu dilakukan
untuk persiapan transfusi darah.
Pastikan bahwa kontraksi uterus baik:

12
lakukan pijatan uterus untuk mengeluarkan bekuan darah. Bekuan darah
yang terperangkap di uterus akan menghalangi kontraksi uterus yang
efektif. berikan 10 unit oksitosin IM
Lakukan kateterisasi, dan pantau cairan keluar-masuk.
Periksa kelengkapan plasenta Periksa kemungkinan robekan serviks,
vagina, dan perineum.
Jika perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah.

Setelah perdarahan teratasi (24 jam setelah perdarahan berhenti), periksa


kadarHemoglobin:
Jika Hb kurang dari 7 g/dl atau hematokrit kurang dari 20%( anemia
berat):berilah sulfas ferrosus 600 mg atau ferous fumarat 120 mg
ditambah asam folat 400 mcg per oral sekali sehari selama 6 bulan;
Jika Hb 7-11 g/dl: beri sulfas ferrosus 600 mg atau ferous fumarat 60 mg
ditambah asam folat 400 mcg per oral sekali sehari selama 6 bulan;

2. Penanganan Khusus
Kenali dan tegakkan diagnosis kerja atonia uteri.
Teruskan pemijatan uterus.Masase uterus akan menstimulasi kontraksi
uterus yang menghentikan perdarahan.
Oksitosin dapat diberikan bersamaan atau berurutan
Jika uterus berkontraksi.Evaluasi, jika uterus berkontraksi tapi perdarahan
uterus berlangsung, periksa apakah perineum / vagina dan serviks
mengalami laserasi dan jahit atau rujuk segera.
Jika uterus tidak berkontraksi maka :Bersihkanlah bekuan darah atau
selaput ketuban dari vagina & ostium serviks. Pastikan bahwa kandung
kemih telah kosong

13
Antisipasi dini akan kebutuhan darah dan lakukan transfusi sesuai kebutuhan.
Jika perdarahan terus berlangsung:

Pastikan plasenta plasenta lahir lengkap;Jika terdapat tanda-tanda sisa


plasenta (tidak adanya bagian permukaan maternal atau robeknya membran
dengan pembuluh darahnya), keluarkan sisa plasenta tersebut.Lakukan uji
pembekuan darah sederhana.

Kegagalan terbentuknya pembekuan setelah 7 menit atau adanya bekuan


lunak yang dapat pecah dengan mudah menunjukkan adanya koagulopati.
Jika perdarahan terus berlangsung dan semua tindakan di atas telah
dilakukan, lakukan:
Kompresi bimanual internal atau Kompresi aorta abdominalis
Lakukan kompresi bimanual internal (KBI) selama 5 menit.
Jika uterus berkontraksi, teruskan KBI selama 2 menit, keluarkan tangan
perlahan-lahan dan pantau kala empat dengan ketat.Jika uterus tidak
berkontraksi, maka : Anjurkan keluarga untuk mulai melakukan kompresi
bimanual eksternal; Keluarkan tangan perlahan-lahan; Berikan ergometrin
0,2 mg LM (jangan diberikan jika hipertensi); Pasang infus menggunakan
jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 ml RL + 20 unit oksitosin.
Habiskan 500 ml pertama secepat mungkin; Ulangi KBI,Jika uterus
berkontraksi, pantau ibu dengan seksama selama kala empat.
Jika uterus tidak berkontraksi maka rujuk segera

Jika perdarahan terus berlangsung setelah dilakukan kompresi:


Lakukan ligasi arteri uterina dan ovarika.
Lakukan histerektomi jika terjadi perdarahan yang mengancam jiwa
setelah ligasi.

14
Uterotonika :

Oksitosin : merupakan hormon sintetik yang diproduksi oleh lobus posterior


hipofisis. Obat ini menimbulkan kontraksi uterus yang efeknya meningkat
seiring dengan meningkatnya umur kehamilan dan timbulnya reseptor
oksitosin. Pada dosis rendah oksitosin menguatkan kontraksi dan
meningkatkan frekwensi, tetapi pada dosis tinggi menyebabkan tetani.
Oksitosin dapat diberikan secara IM atau IV, untuk perdarahan aktif diberikan
lewat infus dengan Larutan Ringer laktat 20 IU perliter, jika sirkulasi kolaps
bisa diberikan oksitosin 10 IU intramiometrikal (IMM).

Efek samping pemberian oksitosin sangat sedikit ditemukan yaitu nausea dan
vomitus, efek samping lain yaitu intoksikasi cairan jarang ditemukan.
Metilergonovin maleat : merupakan golongan ergot alkaloid yang dapat
menyebabkan tetani uteri setelah 5 menit pemberian IM.

Dapat diberikan secara IM 0,25 mg, dapat diulang setiap 5 menit sampai dosis
maksimum 1,25 mg, dapat juga diberikan langsung pada miometrium jika
diperlukan (IMM) atau IV bolus 0,125 mg.

Obat ini dikenal dapat menyebabkan vasospasme perifer dan hipertensi, dapat
juga menimbulkan nausea dan vomitus. Obat ini tidak boleh diberikan pada
pasien dengan hipertensi.

Prostaglandin (Misoprostol) : merupakan sintetik analog 15 metil


prostaglandin F2alfa.
Misoprostol dapat diberikan secara intramiometrikal, intraservikal,
transvaginal, intravenous, intramuscular, dan rectal. Pemberian secara IM atau
IMM 0,25 mg, yang dapat diulang setiap 15 menit sampai dosis maksimum 2

15
mg. Pemberian secara rektal dapat dipakai untuk mengatasi perdarahan
pospartum (5 tablet 200 g = 1 g).

Prostaglandin ini merupakan uterotonika yang efektif tetapi dapat


menimbulkan efek samping prostaglandin seperti: nausea, vomitus, diare,
sakit kepala, hipertensi dan bronkospasme yang disebabkan kontraksi otot
halus, bekerja juga pada sistem termoregulasi sentral, sehingga kadang-
kadang menyebabkan muka kemerahan, berkeringat, dan gelisah yang
disebabkan peningkatan basal temperatur, hal ini menyebabkan penurunan
saturasi oksigen.

Uterotonika ini tidak boleh diberikan pada ibu dengan kelainan


kardiovaskular, pulmonal, dan gangguan hepatik.

Efek samping serius penggunaannya jarang ditemukan dan sebagian besar


dapat hilang sendiri. Dari beberapa laporan kasus penggunaan prostaglandin
efektif untuk mengatasi perdarahan persisten yang disebabkan atonia uteri
dengan angka keberhasilan 84%-96%. Perdarahan pospartum dini sebagian
besar disebabkan oleh atonia uteri maka perlu dipertimbangkan pemakaian
Uterotonika untuk menghindari perdarahan masif yang terjadi.

16
DAFTAR PUSTAKA

Obstetri fisiologi, Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Unversitas


Padjajaran Bandung, 1993.

Manuaba, Ida Bagus Gede. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga
berencana. Jakarta: EGC, 1998.

17
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul ATONIA
UTERI.

Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini jauh dari sempurna, untuk
itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna
perbaikan pada masa yang akan datang.

Semoga pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca
pada umumnya.

Bandar Lampung, November 2013

Penulis

ii
18
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................
KATA PENGANTAR ..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................

BAB II ATONIA UTERI.......................................................................................


A. Definisi..................................................................................................
B. Etiologi..................................................................................................
C. Diagnosis .............................................................................................
D. Manifestasi Klinis.................................................................................
E. Penyebab :.............................................................................................
F. Gejala Klinis:........................................................................................
G. Pencegahan Atonia Uteri .....................................................................
H. Pengobatan perdarahan kala uri ...........................................................
I. Prognosis .............................................................................................. 12
J. Penanganan Atonia Uteri;..................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA

iii
19

Anda mungkin juga menyukai