Anda di halaman 1dari 4

B.

Etiologi
Sekresi hormon paratiroid yang kurang adekuat akibat dari suplai darah
terganggu.hipofungsi paratiroid atau kehilangan fungsi kelenjar paratiroid.
Terjadi setelah tindakan strumektomi karena kelenjar paratiroid ikut terekresi.

Komplikasi pembedahan pada jaringan kelenjar paratiroid pada saat dilakukan


tiroidektomi, paratiroidektomi atau diseksi radikal leher.

Radiasi atas kelenjar tiroid

Resistensi terhadap hormon paratiroid (pseudohipoparatiroid).

D. Manifestasi Klinik

Gejala utama adalah reaksi neuromuskuler yang berlebihan yang disebabkan oleh
kalsium serum yang rendah. Keluhan penderita 70 % adalah tetani.
Laten tetani: Mati rasa, tingling, kram pada tangan dan kaki.
Over tetani: bronchospasme, laringospasme, spasme carpopedal, dispagia, potophobia,
cardiac disritmia.
Gejala lain:

a) Gangguan emosional: cemas, mudah marah, depresi .

b) Perubahan tropik pada ectoderm: rambut jarang dan cepat putih, kulit kering dan permukaan
kasar, kuku tipis.

c) Pada keadaan tetanus laten terdapat gejala patirasa, kesemutan dan kram pada ekstremitas
dengan keluhan perasaan kaku pada kedua belah tangan serta kaki. Pada keadaan tetanus
yang nyata, tanda-tanda mencakup bronkospasme, spasme laring, spasme karpopedal (fleksi
sendi siku serta pergelangan tangan dan ekstensi sensi karpofalangeal), disfagia, fotopobia,
aritmia jantung serta kejang. Gejala lainnya mencakup ansietas, iritabilitas, depresi dan
bahkan delirium. Perubahan pada EKG dan hipotensi dapat terjadi. (Brunner & Suddath,
2001)

d) Nyeri abdomen, malabsorbsi intestinal disertai steatore; rambut kering dan kusam;
kerontokan rambut spontan; kuku jari tangan rapuh; dan memiliki garis tonjolan (krista) atau
terlepas, kulit kering dan bersisik, dermatitis eksfoliatif, infeksi kandida, katarak dan email
gigi yang lemah sehingga gigi mudah berubah warna, pecah dan keropos (efek hipokalsemia)
E. Pemeriksaan Diagnostik

Tetanus laten ditunjukan oleh tanda trousseau atau tanda Chvostek yang positif. Tanda
trousseau dianggap positif apabila terjadi spasme karpopedal yang ditimbulkan akibat
penyumabtan aliran darah ke lengan selama 3 menit dengan manset tensimeter. Tanda
Chvostek menujukkan hasil positif apabila pengetukan yang dilakukan secara tiba-tiba
didaerah nervous fasialis tepat di kelenjar parotis dan disebelah anterior telinga menyebabkan
spasme atau gerakan kedutan pada mulut, hidung dan mata.

Diagnosa sering sulit ditegakkan karena gejala yang tidak jelas seperti rasa nyeri dan
pegal-pegal, oleh sebab itu pemeriksaan laboratorium akan membantu. Biasanya hasil
laboratorium yang ditunjukkan, yaitu:
Kalsium serum rendah. Tetanus terjadi pada kadar kalsium serum yang berkisar dari
5-6 mg/dl (1,2 1,5mmol/L) atau lebih rendah lagi.
Fosfat anorganik dalam serum tinggi
Fosfatase alkali normal atau rendah
Foto Rontgen:

a. Sering terdapat kalsifikasi yang bilateral pada ganglion basalis di tengkorak

b. Kadang-kadang terdapat pula kalsifikasi di serebellum dan pleksus koroid

Density dari tulang bisa bertambah

EKG: biasanya QT-interval lebih panjang

F. Komplikasi

Hipokalsemia : keadaan klinis yang disebabkan oleh kadar kalsium serum kurang dari
9 mg/100ml. Kedaan ini mungkin disebabkan oleh terangkatnya kelenjar paratiroid
waktu pembedahan atau sebagai akibat destruksi autoimun dari kelenjar-kelenjar
tersebut
Insufisiensi ginjal kronik : Pada keadaan ini kalsium serum rendah, fosfor serum
sangat tinggi, karena retensi dari fosfor dan ureum kreatinin darah meninggi.
G. Penatalaksanaan
Tujuan adalah untuk menaikkan kadar kalsium serum sampai 9-10 mg/dl (2,2-2,5
mmol/L) dan menghilangkan gejala hipoparatiroidisme serta hipokalsemia. Apabila terjadi
hipokalsemia dan tetanus pascatiroidektomi, terapi yang harus segera dilakukan adalah
pemberian kalsium glukonas intravena. Jika terapi ini tidak segera menurunkan iritabilitas
neuromuskular dan serangan kejang, preparat sedatif seperti pentobarbital dapat dapat
diberikan.

Pemberian peparat parathormon parenteral dapat dilakukan untuk mengatasi


hipoparatiroidisme akut disertai tetanus. Namun demikian, akibat tingginya insidens reaksi
alergi pada penyuntikan parathormon, maka penggunaan preparat ini dibatasi hanya pada
hipokalsemia akut. Pasien yang mendapatkan parathormon memerlukan pemantauan akan
adanya perubahan kadar kalsium serum dan reaksi alergi.

Akibat adanya iritabilitas neuromuskuler, penderita hipokalsemia dan tetanus


memerlukan lingkungan yang bebas dari suara bising, hembusan angin yang tiba-tiba, cahaya
yang terang atau gerakan yang mendadak. Trakeostomi atau ventilasi mekanis mungkin
dibutuhkan bersama dengan obat-obat bronkodilator jika pasien mengalami gangguan
pernafasan.

Terapi bagi penderita hipoparatiroidisme kronis ditentukan sesudah kadar kalsium


serum diketahui. Diet tinggi kalsium rendah fosfor diresepkan. Meskipun susu, produk susu
dan kuning telur merupakan makanan tinggi kalsium, jenis makanan ini harus dibatasi karena
kandungan fosfor yang tinggi. Bayam juga perlu dihindari karena mengandung oksalat yang
akan membentuk garam kalsium yang tidak laut. Tablet oral garam kalsium seperti kalsium
glukonat, dapat diberikan sebagai suplemen dalam diet. Gel alumunium karbonat (Gelusil,
Amphojel) diberikan sesudah makan untuk mengikat fosfat dan meningkatkan eksresinya
lewat traktus gastrointestinal. Preparat vitamin D dengan dosis yang bervariasi
dihidrotakisterol (AT 10 atau Hytakerol), atau ergokalsiferol (vitamin D2) atau
koolekalsiferpol (vitamin D3) biasanya diperlukan dan akan meningkatkan absorpsi kalsium
dari traktus gastrointestinal.

DAFTAR PUSTAKA

WWW.GOOGLE.COM
Ganong.1998.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

Rumahorbor, Hotma.1999. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Endokrin.Jakarta:EGC.

Smeltzer, Suzzanne C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &


Suddarth Ed.8.Jakarta: EGC.

Kozier, et al.1993. Fundamental of nursing. California: Addison-Wesley Publishing


Company.

Anda mungkin juga menyukai