Anda di halaman 1dari 7

Ketidakseimbangan calcium

1. Definisi/pendahuluan
Kalsium merupakan ion yang paling banyak dalam tubuh, terutama berikatan dengan fosfor
membentuk mineral untuk pembentukan tulang dan gigi. Diperoleh dari reabsorpsi usus dan
reabsorpsi tulang. Dikeluarkan melalui ginjal, sedikit melalui keringat dan disimpan dalam
tulang. Pengaturan konsentrasi kalsium dilakukan hormon kalsitonin yang dihasilkan oleh
kelnjar tiroid dan hormon paratiroid. Jika kadar kalsium rendah maka hormon paratiroid
dilepaskan sehingga terjadi peningkatan reabsorpsi kalsium pada tulang dan jika terjadi
peningkatan kadar kalsium maka hormon kalsitonin dilepaskan untuk menghambat reabsorpsi
tulang. Jumlah normal 4-5mEq/Lt.
Kalsium mempunyai fungsi intraseluler yang penting termasuk pembentukan potensial aksi
jantung dan konstraksi otot. Kurang dari 1% kalisum dikandung dalam CES, konsentrasi ini
diatur oleh hormon paratiroid dan kalsitonin. Hormon paratiroid dilepaskan oleh kelenjar
paratiroid sebagai respon terhadap kadar kalsium serum yang rendah. Dan ini meningkatkan
resorpsi tulang (gerakan kalsium dan fosfor keluar dari tulang), mengaktivasi vitamin D,
meningkatkan absobsi kalisum dari saluran GI, merangsang ginjal untuk menyimpan kalisum
dan mengekskresikan fosfor.
Paratiroid Hormon (PTH), adalah suatu faktor yang penting dalam regulasi keseimbangan
kalsium dengan menurunkan ekskresi dan meningkatkan absorpsi kalsium di ginjal dengan
bantuan 1,25 COH2 Vitamin D3 (calcitrol), dan merangsang osteoklas melepaskan kalsium dari
tulang. Efek PTH di tubulus adalah merangsang aktifitas 1 alfa hidroksilase yang akan memicu
produksi calcitrol. PTH meningkatkan reabsorpsi Ca di TAL, dan begitu juga pada tubulus distal.
Selain itu, calcitrol juga akan meningkatkan absorpsi kalsium di intestinal. PTH bergantung
kepada Calsium Sensing Reseptor (CSR) untuk mendeteksi adanya kelebihan kalium serum, dan
menghambat sekresi PTH. PTH disekresikan oleh chief cells pada kelenjar paratiroid yang akan
meningkatkan kadar kalsium darah.2,9
Reasorbsi kalsium terjadi pada semua tubulus ginjal. 60 70 % terjadi di tubulus proksimal, 30
% di Thick Ascending Limb (TAL) dari ansa henle. Karena reasorpsi Ca pada TAL bergantung
kepada reabsorpsi NaCl, maka pada loop diuretic, kalsium diinhibisi untuk direabsorpsi. Asidosis
menghambat reabsorpsi kalsium dengan mekanisme yang belum dapat dipahami.9,15,16
Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar kalsium :
Hormon paratiroid bekerja pada tulang untuk melepaskan kalsium ke dalam darah,
meningkatkan absorpsi kalsium di usus dan meningkatkan reabsorbsi kalsium di ginjal.
Vitamin D menstimulasi absorpsi kalsium di usus.
Estrogen meningkatkan simpanan kalsium dalam tulang
Androgen, glukokortikoid dan kelebihan hormon tiroid dapat menyebabkan hipokalsemia dan
kekurangan kalsium dalam tulang.

Pedoman Interpretasi Data Klinik Jika diperlukan kadar kalsium terion, pH darah haruslah
diukur secara bersamaan.
Faktor pengganggu :
Diuretik tiazid dapat mengganggu ekskresi kalsium urin dan menyebabkan hiperkalsemia
Bagi pasien dengan insufi siensi ginjal menjalani dialisis, resin penukar ion kalsium terkadang
digunakan untuk hiperkalemia. Resin ini dapat meningkatkan kadar kalsium
Peningkatan uptake magnesium dan fosfat dan penggunaan laksatif berlebih dapat menurunkan
kadar kalsium karena peningkatan kehilangan kalsium di usus halus
Jika kadar kalisum menurun akibat defi siensi magnesia (seperti pada absorbsi usus besar yang
tidak baik), pemberian magnesium akan memperbaiki defi siensi kalsium
Jika seorang pasien diketahui memiliki atau diduga memiliki abnormalitas pH, pemeriksaan pH
dengan kadar kalsium dilakukan secara bersamaan
Banyak obat menyebabkan peningkatan atau penurunan kadar kalsium. Suplemen kalsium
yang dikonsumsi segera sebelum pengumpulan spesimen akan menyebabkan nilai kalsium tinggi
yang false.
Peningkatan kadar protein serum meningkatkan kalsium; penurunan protein menurunkan
kalsium. Hal yang harus diwaspadai: 1. Nilai kritis total kalsium: 2. < 6 mg/dL (1,5 mmol/L)
dapat menyebabkan tetanus dan kejang 3. 13 mg/dL (3,25 mmol/L) dapat menyebabkan
kardiotoksisitas, aritmia, dan koma)
Gangguan Keseimbangan Kalsium
Hipokalsemia
Keseimbangan kalsium diatur oleh hormon paratiroid (PTH) dan Vitamin D. Hormon paratiroid
bergantung kepada Calsium-sensing reseptor (CSR), untuk mendeteksi adanya kelebihan kalium
serum, dan merangsang PTH yang akan meningkatkan kadar kalsium darah. Apabila CSR ini
tidak ada maka akan terjadi hipokalsemia. Pada gagal ginjal, PTH menstimulasi reabsorpsi
osteoklas tulang. Pada hipokalsemia serum, belum tentu terjadi hipokalsemia total. Total serum
dapat tergambar dari penurunan albumin pada penyakit sirosis, sindroma nefrotik dan malnutrisi.
Hipokalsemi dapat menyebabkan iritabilitas dan tetani. Pada keadaan alkalosis, dapat
menimbulkan tetani akibat penurunan kadar kalsium.
Penyebab hipokalsemia antara lain:
Hipoparatiroidisme. Keadaan ini dapat herediter maupun didapat. Untuk yang didapat, bisa
terjadi karena iradiasi leher atau pasca paratiroidektomi, yang dikenal dengan Hungry Bone
Syndrome. Keadaan ini memberikan efek tulang yang akan meabsorpsi Ca dalam jumlah besar
Penyebab yang berhubungan dengan Vitamin D yaitu, asupan yang kurang, dan gangguan
absorpsi. Pada keadaan penyakit kritis dan sepsis berat dapat menjadipenyebab.
Pada keadaan hipokalsemia, terjadi peningkatan eksitabilitas saraf di tangan dan lengan, yang
disebabkan oleh hipokalsemia, dan bila iskemia dibuat, yaitu dengan menggunakan
sfigmomanometer, akan muncul twitching. Keadaan in dikenal dengan Trousseaus Sign.
Chovteks Sign dapat muncul dengan cara mengetok pada titik tertentu pada wajah, yang
ditandai dengan adanya respon berupa twitching. Mekanisme terjadinya adalah adanya stimulasi

mekanik langsung serabut motorik wajah. Pada sistem kardiovaskuler, efek berat hipokalsemia
adalah QT memanjang pada dan ST interval yang memanjang pada EKG.
Hiperkalsemia
Hiperkalsemia terutama terjadi akibat hiperparatiroidisme atau neoplasma (kanker). Penyebab
lain meliputi paratiroid adenoma atau hiperplasia (terkait dengan hipofosfatemia), penyakit
hodgkin, multiple mieloma, leukemia, penyakit addison, penyakit paget, respiratori asidosis,
metastase tulang, imobilisasi dan terapi dengan diuretik tiazid. Pada kanker, disekresikan suatu
PTH-related peptide yang akan meningkatkan kadar Ca plasma. Keadaan ini muncul pada 80%
kasus hiperkalsemia pada kanker. Pada 20 % kasus lainnya, terjadi akibat hiperkalsemia
osteolitik, dimana terjadi aktifitas osteoklastik yang mana terjadi resorpsi tulang di sekitar
jaringan tumor. Hal ini terjadi pada tumor dengan metastase ke tulang.
Hiperkalsemia mempengaruhi hampir semua organ tubuh. Akan tetapi yang paling utama adalah
sistem saraf pusat dan ginjal. Pada sistem saraf pusat, kalsium memberikan efek sebagai
depresan langsung. Sehingga pada keadaan kalsium yang tinggi, akan terjadi gangguan psikis
berupa ansietas, depresi dan perubahan kepribadian, Pada keadaan lanjut, dapat menyebabkan
penurunan kesadaran, bahkan kematian. Efek pada ginjal adalah nefrolitiasis akibat dari
hiperkalsiuria. Selain itu dapat terjadi poliuria dan polidipsia. Fungsi ginjal menurun akibat
vasokonstriksi renal akibat hiperkalsemia. Efek pada saluran pencernaan adalah berupa mual,
muntah, konstipasi atau diare. Pada kardiovaskler, efek hiperkalsemia adalah berupa
pemendekan QT, pelebaran gelombang t, dan pelebaran QRS kompleks.
Penyebab Calcium Imbalance (Ketidakseimbangan Kalsium)
1.Hipokalsemia
- Luka bakar
- Hipomagnesemia
- Hipoparatiroidisme akibat cedera, penyakit atau pembedahan
- Asupan kalsium dan vitamin D tidak cukup
- Hilangnya kalsium dari traktus GI akibat diare parah atau penyalahgunaan laksatif
- Melabsorpsi kalsium dari traktus GI
- Koreksi asidosis secara berlebihan
- Insufisiensi pankreatik atau pankreatitis
- Gagal ginjal
- Infeksi parah
2.Hiperkalsemia
- Insufisiensi adrenal
- Hiperparatiroidisme
- Hipertiroidisme
- Hipervitaminosis D

Sindrom susu alkali


Fraktur multipel dan imobilisasi dalam waktu lama
Mieloma multipel
Sarkoidosis
Diuretik thiazide
Tumor

Tanda Dan Gejala Calcium Imbalance (Ketidakseimbangan Kalsium)


1.Hipokalsemia
- Aritmia kardiak
- Spasma karpopedal
- Parestesia digital dan perioral
- Refleks hiperaktif
- Tanda chvostek positif
- Tanda trousseau positif
- Sawan
- Tetani
- Kejang
2.Hiperkalsemia
- Anoreksia
- Aritmia kardiak
- Koma
- Konstipasi
- Tonus otot menurun
- Dehidrasi
- Letargi
- Otot melemah
- Mual dan muntah
- Polidipsia
- Poliuria
2. Diagnosis
Uji Diagnostik
1.Hipokalsemia
- Kadar kalsium serum kurang dari 8,5 mg/dl memastikan hipokalsemia
- Kadar kalsium serum terionisasi kurang dari 4,5 mg/dl juga membantu memastikan
diagnosis
- Elektrokardiogram (ECG) memperlihatkan interval Q yang memanjang, segmen ST
yang memanjang dan aritmia.

2.Hiperkalsemia
- Kadar kalsium serum total lebih dari 10,5 mg/dl memastikan hiperkalsemia
- Kadar kalsium serum terionisasi lebih dari 5,3 mg/dl juga membantu memastikan
diagnosis
- Uji urin menunjukkan peningkatan presipitasi kalsium urin
- ECG memperlihatkan interval QT memendek dan halangan di jantung
Gejala klinis dapat berupa:
Terutama gejala neurologik, yaitu bingung, ensefalopati, depresi, psikosis
Tanda Chovstek, yaitu Kontraksi otot wajah yang dirangsang dengan mengetuk ringan nervus
fasialis pada lokasi lokasi tertentu

3. Pengobatan dan target terapi

Hiperkalsemia

Terapi cepat pada hiperkalsemia adalah kalsitonin Tatalaksana Hiperkalsemia Hiperkalsemia


parah (>3.5 mmol/L)
Kortikosteroid, misalnya prednisone dan hidrokortison berguna untuk menganani
sarkoidosis, hipervitaminosis D dan tumor tertentu
Plicamycin (mithracin) bisa menurunkan kadar kalsium serum dan sangat efektif melawan
hiperkalsemia yang menyertai tumor tertentu.
Salin iv untuk mengembalikan GFR dan meningkatkan diuresis kombinasi dengan furosemida
untuk meningkatkan ekskresi kalsium ginjal
Pamidronat IV 30 - 50 mg (mengganggu aktifi tas osteoklas) Pedoman Interpretasi Data Klinik
Pilihan lain

Fosfat IV atau oral. Efek samping pemberian fosfat adalah hipokalsemia (khususnya jika
diberikan infus lebih dari 6 jam), kalsifi kasi matastatik, hipotensi dan hiperkalemia atau
hipernatremia (tergantung sediaan yang digunakan).
Kalsitonin
Terapi Hipokalsemia
- Defisit kalsium ringan bisa membutuhkan asupan kalsium, vitamin D, protein yang
cukup dan bisa juga suplemen kalsium oral
Kronis
- Hipokalsemia kronis juga membutuhkan suplemen vitamin D untuk mempermudah
absorpsi kalsium oleh GI. Defisiensi ringan ditangani dengan sediaan multivitamin,
sedangkan defisiensi berat ditangani dengan beberapa bentuk vitamin D
Akut
-

Kalsium glukonat 10% 10 mL IV diberikan secara perlahan dengan monitoring EKG Terapi
IV lebih lanjut jika diperlukan melalui infus perlahan, jika terapi oral tidak sesuai Perbaiki
hipomagnesia jika terjadi Terapi kronik

Vitamin D analog (dengan atau suplemen kalsium tergantung pada asupan harian) o
Ergokalsiferol 50.000 - 100.000 UI per hari o Kalsiferol 0,5 - 2 g per hari Profi laksis
Vitamin D analog (dengan atau tanpa suplemen kalsium tergantung pada asupan harian) o
Ergokalsiferol 1000 UI per hari Tatalaksana Hipofosfatemia 1. Parah (fosfat < 0,3 mmol/L) atau
hipofosfatemia simptomatik: o Dosis fosfat 0,15 - 0,33 mmol/kg/dosis melalui infus lebih dari 6
jam diberikan sebagai berikut: - Kalium fosfat : 4,4 mmol K+/mL dan 3,0 mmol PO43-/mL
- Natrium fosfat : 1. 4,0 mmol Na+/mL dan 3.0 mmol PO43-/mL
Pemeliharaan 0,1 - 0,2 mmol/kg/hari
4. Monitoring prognosis
Blm nemu
5. Preventive medicine
Belum nemu

Anda mungkin juga menyukai