Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Persoalan sampah di perkotaan tak kunjung selesai. Tingginya kepadatan
penduduk membuat konsumsi masyarakat pun tinggi. Di sisi lain, lahan untuk
menampung sisa konsumsi terbatas. Persoalan semakin bertambah, sampah
konsumsi warga perkotaan itu ternyata banyak yang tidak mudah terurai, terutama
plastik. Semakin menumpuknya sampah plastik menimbulkan pencemaran serius.
Kondisi ini disadari sebagian masyarakat dengan menumbuhkan upaya
pengurangan sampah plastik.

Menurut Riset Greeneration, organisasi non pemerintah yang 10 tahun


mengikuti isu sampah, satu orang di Indonesia rata-rata menghasilkan 700
kantong plastik per tahun. Di alam, sampah anorganik seperti kantong plastic dan
sebagainya yang tak terurai menjadi ancaman kehidupan dan ekosistem (Kompas,
23 Januari 2016).

Data hasil riset tersebut diperkuat oleh kenyataan akhir-akhir ini di sekitar
masyarakat Indonesia. Di Kota Banda Aceh misalnya, sampah yang dihasilkan
setiap harinya juga sangat banyak. Di ibu kota Aceh ini, sampah yang dihasilkan
per harinya mencapai 200 ton. Karena itu, Wali Kota Banda Aceh Illiza
Sa'aduddin Djamal mengaku bersyukur pemerintah pusat bisa memberikan
bantuan alat pengelolaan sampah. (Baca: 12 Pemda Dapat Hibah Rp 115 Miliar).

"Sampah yang dihasilkan 200 ton. Sampah-sampah ini menghasilkan gas," ujar
Illiza kepada Kompas.com, di Jakarta, Senin (25/1/2016).

Kondisi ini menjadi salah satu pemicu Indonesia dalam kondisi darurat sampah.
Namun, tidak semua masyarakat menyadari kondisi ini.

Masyarakat Kota Pontianak sendiri menghasilkan 250 hingga 300 ton sampah
setiap hari. Sebanyak 1.424 meter kubik sampah mesti diangkut ke Tempat
Pembuangan Akhir. Sebuah persoalan nyata yang bergilir sepanjang hari.
Tentunya Pontianak tak mampu melepaskan beban sampah hanya mengandalkan
ke TPA ( tempat pembuangn akhir ). Sebab lokasi pembuangan tidak selamanya
bakal mampu menampung. Jika tidak ingin bencana sampah menghantui, tentu
butuh terobosan.

Khususnya di kota Pontianak Kalimantan barat untuk mengatasi masalah


tersebut Pemerintah Kota Pontianak telah mengeluarkan Perda Nomor 58 Tahun
2009 tentang jadwal pembuangan sampah. Masyarakat hanya diperkenankan
membuang sampah sisa kebutuhan hidup sejak pukul 18.00 hingga 06.00.
Lengkap dengan penjagaan ketat petugas kebersihan dari instansi terkait
mengawasi lokasi pembuangan. Sanksi tegas bakal diberikan kepada masyarakat
jika kedapatan secara sengaja melanggar ketentuan. Mulai teguran hingga denda.

Namun untuk penuntasan masalah sampah di kota Pontianak telah timbul


upaya di kalangan masyarakat, Tetapi masih dalam ruang lingkup kecil. Belum
secara menyeluruh, melalui kesadaran yang muncul masyarakat mampu
mengelola sampah berbasis lingkungan. Sebuah edukatif dan pengembangan yang
perlu diperluas cakupannya.

Sampah anorganik seperti kantong plaastik, CD bekas, pipet dan yang


sejenisnya baru dapat mulai terurai paling tidak selama lebih dari 20 tahun di
dalam tanah. Jika kantong plastik itu berada di air, akan lebih sulit lagi terurai.
Hasil riset Jenna R Jambeck dan kawan-kawan (publikasi di www.sciencemag.org
12 Februari 2015) yang diunduh dari laman www.iswa.org pada 20 Januari 2016
menyebutkan Indonesia berada di posisi kedua penyumbang sampah plastik ke
laut setelah Tiongkok, disusul Filipina, Vietnam, dan Sri Lanka.

Salah satu sampah anorganik yang sulit terurai adalah CD bekas, dimana
sampah ini banyak di temui di masyarakat. Sampah ini sangat sulit untuk terurai,
kalaupun bisa akan menyita waktu yang begitu lama. Untuk mengatasi masalah
ini maka perlu adanya suatu upaya dimana pemanfaatan CD bekas ini agar
mempunyai daya guna sekaligus daya jual, maka penulis tertarik untuk menulis
suatu karya ilmiah tentang pembuatan kaligrafi dengan pemanfaatan CD bekas
guna mengatasi permasalahan sampah di kota pontianak.

1.2 rumusan masalah


Agar penulisan ini lebih terarah maka perlu adanya suatu rumusan masalah,
adapun rumusan masalah dalam penulisan ini yaitu
1. bagaimana cara mengatasi permasalahan sampah di kota pontianak ?
2. bagaimana strategi agar masyarakat ikut berperan aktif dalam program
pemanfaatan CD bekas sebagai bahan pembuatan kaligrafi guna mengatasi
permasalahan sampah di kota pontianak ?
1.3 Tujuan dan manfaat
Tujuan
1. Untuk mendeskripsikan cara yang dapat dilakukan untuk engatasi
permasalahan sampah di kota pontianak
2. Untuk menjelaskan pembuatan kaligrafi dengan memanfaatkan sampah
CD bekas dapat mengatasi permaslahan sampah nonorganik di kota
pontianak.
Manfaat

a. Secara Teoritis
Secara teoritis, hasil tulisan ini bermanfaat untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang
penanggulangan sampah di kota pontianak.
b. Secara Praktis
1) Bagi Penulis
Melalui penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis dapat
menambah kajian ilmu secara ilmiah dan wawasan dalam
menangani masalah-masalah yang ada di daerah sekitar.

2) Bagi Pemerintah Kota pontianak


Melalui penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat
menjadi dorongan dan pertimbangan bagi Pemerintah kota
pontianak untuk meningkatkan perhatian terhadap masyarakat
khususnya dalam penanggulangan sampah.

3) Bagi Penulis Lainnya


Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
perbandingan, khususnya dalam masalah yang dibahas jika akan
meneliti tentang pemanfaatan sampah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sampah
Pengertian sampah menurut SK SNI T 13 1990 F adalah limbah yang
bersifat padat terdiri dari zat organik dan zat anorganik yang dianggap tidak
berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan
melindungi investasi pembangunan. Sedangkan menurut WHO, sampah adalah
sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang
dibuang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya
(Chandra, 2007).1
Sedangkan menurut WHO , sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan,
tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan
manusia dan tidak dapat terjadi dengan sendirinya. (chandara, 2007).1

Pengertian sampah dalam modul Materi Training Untuk Tingkat Staf


Teknis Proyek PLP Sektor Persampahan : 1986 Bab II : 1) adalah ;

Sampah adalah limbah yang berbentuk padat dan juga setengah padat
, dari bahan organik dan atau anorganik, baik benda logam maupun
bukan logam yang dapat terbakar dan yang tidak dapat terbakar.

Sedangkan pengertian limbah adalah :


Limbah adalah suatu benda yang saat itu dianggap tidak berguna
lagi, kehadirannya tidak diinginkan dan tidak disenangi, harus
segera disingkirkan, merupakan benda buangan yang timbul dari
lingkungan masyarakat normal. Bentuk limbah adalah : padat, cair
dan gas. (mohamad rizal, 2011, analisis pengelolaan
persampahan perkotaan (sudi kasus pada kelurahan boya
kecamatan banawa kabupaten donggala), jurnal smartek, vol.9
no.2 mei 2011: 155-172)
Dalam bahar ( 1986) 1, sampah di identifikasikan menurut jenis-jenisnya
yaitu:

a. Garbage atau sampah basah yaitu sampah yang berasal dari sisa
pengolahan, sisa pemasakan, atau sisa makanan yang telah membusuk,
tetap masih dapat digunakan sebagai bahan makanan organisme lainnya.
b. Rubbish atau sampah kering yaitu sampah sisa pengolahan yang tidak
mudah membusuk dan dapat pula dibagi atas dua golongan, yaitu:
- sampah yang tidak mudah membusuk, tetapi mudah terbakar.
- Sampah yang tidak mudah membusuk dan tidak mudah terbakar.
c. Ashes dan cider, yaitu berbagai jenis abu dan arang yang berasal dari
kegiatan pembakaran.
d. Dead animal, yaitu sampah yang berasal dari bangkai hewan.
e. Street sweeping, yaitu sampah atau kotoran yang berserakan di sepanjang
jalan.
f. Industial waste merupakan sampah berasal dari kegiatan industri, sampah
jenis ini biasanya lebih homogen bila dibandingkan dengan sampah jenis
lainnya.
Menurut Dirjen Cipta Karya (1992)1
sampah diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Sampah basah (garbage), yaitu sampah yang berasal dari sisa hasil
pengolahan, sisa makanan atau sisa makanan yang telah membusuk, tetapi
masih dapat digunakan sebagai makanan organisme lainnya.
b. Sampah kering (rubbish), yaitu sampah sisa pengolahan yang tidak mudah
membusuk. Sampah kering dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu
sampah yang tidak mudah membusuk tetapi mudah terbakar.
c. Sampah lembut, yaitu sampah yang berasal dari berbagai jenis abu,
merupakan partikel-partikel kecil yang mudah berterbangan dan dapat
mengganggu pernafasan dan mata.
d. Sampah berbahaya, terdiri dari sampah patogen (berasal dari rumah sakit
atau klinik), sampah beracun (yaitu sampah sisa-sisa pestisida, kertas
bekas pembungkus bahan-bahan beracun, dan lain-lain), sampah radioaktif
(sampah dari bahan nuklir), dan sampah yang dapat meledak (petasan,
mesiu, dan sebagainya).
e. Sampah balokan (bulky waste), seperti mobil rusak, kulkas rusak, pohon
tumbang, balok kayu, dan sebagainya.
f. Sampah jalan, yaitu sampah atau kotoran yang berserakan di sepanjang jalan
seperti sisa-sisa pembungkus dan sisa makanan, kertas, dan daun.
g. Sampah binatang mati, seperti bangkai tikus, ayam, dan lain-lain.
h. Sampah bangunan, seperti potongan kayu, pecahan atap genteng, bata,
buangan adukan.
i. Sampah industri, merupakan sampah yang berasal dari kegiatan industri.
j. Sampah khusus, yaitu sampah dari benda-benda berharga, atau sampah
dokumentasi.
k. Sampah kandang atau pemotongan hewan, dapat pula berupa kotoran hewan,
sisa makananya, sisa-sisa daging, tulang, isi perut, dan sebagainya.
l. Sampah lumpur, yaitu sampah setengah padat yang dapat berasal dari
lumpur selokan, riol, lumpur dari bangunan pengolahan air buangan, septic
tank, dan sebagainya.
2.2.1 sampah organik

Sampah organik yang biasanya berasal dari limbah dapur rumah tangga,
limbah restoran, hotel, dan lainnya. Sampah dari bahan organik ini banyak
mengandung air dan serat, dan senyawa komplek lainnya. Bila jenis sampah
organic dibiarkan atau terlambat diolah akan mengalami proses pembusukan.
Senyawa sulfat yang ada dalam sampah diproses menjadi sulfide bakteri
pembusuk.

2.2.2 sampah anorganik

Tim Penulis PM (2008) mengatakan bahwa sampah anorganik (sampah


kering), yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah
pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng,
dan sebagainya. Sampah jenis ini tidak dapat terdegradasi secara alami oleh alam.
Walaupun demikian, sampah ini dapat dijadikan sampah komersil atau sampah
yang laku dijual untuk dijadikan produk lainnya sehingga apabila diolah lebih
lanjut dapat menghasilkan keuntungan. Selain dijual sampah anorganik dapat
diolah menjadi barang hiasan rumah tangga, peralatan rumah tangga, dan bahan
dalam pembuatan karya seni rupa. Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual
dan diolah menjadi produk baru adalah plastik wadah pembungkus makanan,
botol dan gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan kertas, baik kertas koran, HVS,
maupun karton.(novi marliani, 2014, pemanfaatan limbah rumah tangga (sampah
anorganik) sebagai bentuk implementasi dari pendidikan lingkungan hidup,
jurnal formatif, 4(2): 124-132, 2014 ISSN: 2088-351X).
Sampah yang dapat merusak lingkungan sekitar kita sebaiknya didaur
ulang menjadi bahan-bahan untuk membuat karya seni. Banyak masyarakat yang
sudah membuat karya seni dari sampah akan tetapi masih ada satu benda yang
masih jarang sekali orang-orang memakainya yaitu Compact Disc atau
disingkat sebagai CD. Dari sekeping CD terdapat berbagai macam bahan-bahan
kimia maupun materi yang merugikan bagi lingkungan, misalnya aluminium dan
plastik berbahan polikarbonat.
Sayangnya, tanah tidak dapat menghancurkan CD dalam waktu singkat.
Perlu waktu hingga puluhan, bahkan ratusan tahun, agar sebuah CD bisa hancur
dan menyatu dengan tanah. Repotnya lagi, ada bahan bernama Bisphenol A yang
menurut beberapa penelitian sangat merugikan kesehatan. Perlu adanya
pemanfaatan sampah cd bekas yang bias menjadi kan cd bekas memiliki nilai jual
yang tinggi, salah satunya dengan menggunakan cd bekas untuk pembuatan
kaligrafi.

2.2 Kaligrafi

Kaligrafi merupakan khasanah kebudayaan Islam. Secara tradisional terus hadir


sepanjang riuh perkembangan agama ini, karena berfungsi sebagai bahasa visual
dari ayat-ayat suci.
Menurut huda (2003:3) Kaligrafi dalam bahasa Arab sering disebut khat
yang berarti garis, tulisan indah, dan jamaknya (bentuk plural) adalah khuthuth.
Ahli khat Arab disebut khatkhath. Di sisi lain, defenisi khat secara terminologi
sebenarnya terungkap sesuai dengan pengalaman para kaligrafi itu sendiri
sehingga setiap kaligrafi dapat memiliki corak tersendiri dalam memaknai
kaligrafi atau khat Arab.
Sedangkan menurut Syaikh Syamsuddin Al Akhfani (Dalam Irsyad Al Qoshid,
2000) Kaligrafi adalah suatu ilmu yang memperkenalkan bentuk-bentuk huruf
tunggal, letak-letaknya, dan cara-cara merangkai menjadi sebuah kalimat tersusun.
Atau apa-apa yang ditulis di atas garis-garis, bagaimana cara menulisnya dan
menentukan mana yang tidak perlu ditulis mengubah ejaan yang perlu diubah dan
menentukan cara bagaimana untuk menggubahnya.
Sekarang ini sudah banyak pembuatan kaligrafi menggunakan berbagai macam
bahan dalam pembuatannya , salah satu nya dengan pemanfaatan cd bekas.

BAB III
METODOLOGI PENULISAN
3.1 Umum
Dalam melaksanakan suatu penulisan perlu ditentukan suatu metodologi
penulisan yang tepat. Adapun tujuan dari dibuatnya metodologi penulisan adalah
sebagai acuan atau pedoman yang berguna untuk lebih mudah melakukan
kegiatan analisa dalam suatu penelitian yang terdiri atas beberapa tahap agar
rmemperoleh hasil yang diharapkan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode kualitatif yaitu prosedur pemecahan masalah yang diteliti dengan
menjabarkan keadaan objek penulisan pada saat sekarang berdasarkan faktor-
faktor yang tampak.
Sebagai tahap awal dalam suatu metodologi penulisan adalah membuat
terlebih dahulu bagan alir atau flow chart. Bagan alir atau flowchart merupakan
suatu kerangka rangkaian garis besar kegiatan yang dilakukan dalam pola yang
sistematis dan terstruktur dimana rangkaian tersebut terdiri dari beberapa langkah
kegiatan analisa dalam penulisan serta program kerja yang berguna untuk lebih
mempermudah proses analisis.

3.3 Pendekatan Penulisan


Pada dasarnya metode yang penulis gunakan berupa pendekatan
konseptual, menggali masalah-masalah yang cukup aktual dengan menyesuaikan
tema, membandingkan dengan kondisi yang sebenarnya dan meninjau dari
berbagai displin ilmu yang berkaitan secara kualitatif serta menganalisis data-data
hasil browsing untuk mendapatkan gambaran umum suatu permasalahan.
Selanjutnya dikaji dan dibahas secara analitis dan ilmiah untuk menawarkan suatu
solusi inovatif secara berkesinambungan.

3.4 Metode Pengumpulan Informasi


Penulis menggunakan metode pengumpulan informasi yaitu pengumpulan
dan data sekunder. Data-data sekunder berupa hasil penelitian dan penelaahan
berbagai sumber pustaka. Sumber data dan informasi yaitu berasal dari jurnal
hasil penelitian dan prosiding seminar yang pernah dilakukan sebelumnya, buku-
buku referensi yang berkaitan dengan bidang terkait mikoriza, dan e-book yang
ditulis oleh peneliti terdahulu. Pengolahan dan analisis data dilaksanakan secara
sistematis dan terstruktur melalui diskusi antara anggota tim dan konsultasi
dengan mentor pembimbing.

3.5 Tahapan Penulisan


Penulisan diawali dengan melihat permasalahan mengenai kondisi sampah
di kota pontiaanak dan pemanfaatan sampah nonorganik seperti CD bekas yang
seharusnya dapat di kelola menjadi sebuah barang yang mempunyai nilai daya,
maka Penulis mengangkat suatu topik kemudian mulai mengumpulkan referensi
serta membaca beberapa hasil penelitian berupa jurnal ilmiah, artikel, essay dan
makalah yang ditulis oleh beberapa ahli. Selanjutnya melakukan pengumpulan
infrormasi berupa literatur. Hasil literatur kemudian disesuaikan dengan telaah
pustaka dan kondisi sebenarnya. Pada akhirnya materi disusun secara sistematis
sehingga menghasilkan karya tulis ilmiah ini.

3.6 Bagan Alir Penulisan

Mulai

Identifikasi Masalah

Studi Literatur

Pengumpulan Data

Data Sekunder
- Penelitian terdahulu
- Prosiding seminar
- Sumber Pustaka
- Internet
- E-book

Pengolahan Data
Analisis Data
Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.1 Bagan Alir Penulisan

BAB IV

PEMBAHASAN
4.1 cara mengatasi permasalahan sampah di kota pontianak
Sampah sampah di kota pontianak sudah sangat meresahkan warga
dikarenakan tempat pembuangannya yang belum juga tertata rapi dengan bau
yang sangat menggangu serta masih kurang nya kesadaran masyrakat akan
sampah, membuat masyrakat membuang sampah tidak pada tempatnya,
sehingga prilaku seperti ini akan berbampak terhadap Kesehatan.
Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan
sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa
organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang
dapat menjadi sumber penyebaran penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang
dapat ditimbulkan adalah terjangkitnya penyakit diare, kolera, tifus menyebar
dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak
tepat dapat bercampur air minum, penyakit demam berdarah dapat juga
meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang
memadai.
Dampak terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi akan membentuk
lingkungan yang kurang menyenangkan bagi masyarakat, bau yang tidak
sedap dan pemandangan yang buruk karena sampah bertebaran dimana-mana.
Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan
memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan,
drainase, dan lain-lain. Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh
pengelolaan sampah yang tidak memadai, seperti tingginya biaya yang
diperlukan untuk pengolahan air. Jika sarana penampungan sampah kurang
atau tidak efisien, maka masyarakat akan cenderung membuang sampahnya di
jalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering dibersihkan dan
diperbaiki.
A. Pengolahan Sampah
Sampah sangat berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan sekitar.
Oleh karena itu, sampah haruslah diolah atau di daur ulang dengan baik agar
tidak mencemari lingkungan dan mengganggu kesehatan manusia. Khususnya
sampah nonorganik yang masih dapat diolah kembali antara lain dalam
bentuk kerajinan yang bernilai ekonomi, bercita rasa seni dan unik seperti
kaligrafi dari CD bekas.
B. Alternatif Mengolah Sampah

Sampah yang dibuang harus dipilih sehingga tiap bagian dapat di daur
ulang secara optimal. Hal ini jauh lebih baik di bandingkan membuangnya ke
sistem pembuangan sampah yang tercemar. Pembuangan sampah yang
tercampur dapat merusak dan mengurangi nilai material yang mungkin masih
bisa dimanfaatkan dari sampah-sampah tersebut.

Berikut ini adalah prinsip-prinsip yang dapat di terapkan dalam pengolahan


sampah. Prinsip ini sering dikenal dengan 4R, yaitu :

1. Reduse (mengurangi)
yaitu meminimalisasi barang atau material yang di pergunakan. Semakin
banyak barang yang di gunakan maka semakin banyak sampah yang di
hasilkan
2. Reuse (menggunakan kembali)

yaitu memilih barang yang masih bisa di gunakan kembali. Hal ini dapat
memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum barang menjadi sampah.

3. Recycle (mendaur ulang)

sebisa mungkin, barang-barang yang tidak berguna di daur ulang kembali.


Tidak semua barang bisa didaur ulang, tetapi saat ini sudah banyak industri
informal dan rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.

4. Replace (mengganti)

yaitu meneliti barang yang di pakai sehari-hari. Seharusnya konsumen dapat


memilah dan memilih barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan
barang yang lebih tahan lama dan hanya barang-barang yang lebih ramah
lingkungan.

Dalam mengelola usaha daur ulang, usaha yang harus dilakukan yaitu
meliputi pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian, dan pembuangan
produk/material bekas pakai, atau jika usaha daur ulang berkembang dengan
pesat, bisa dilakukan semua kegiatan tersebut secara bersamaan.
4.2 Peran Masyarakat Dalam program pengelolaan Sampah CD bekas di kota
pontianak

Peran serta masyarakat dalam mengolah sampah khususnya sampah CD bekas ini
sangat diperlukan untuk mengurangi jumlah dan volume sampah di kota
Pontianak. Untuk menumbuhkan, mengembangkan, dan membina peran serta
masyarakat secara terarah dalam program pembuatan kaligrafi melalui
pemanfaatan CD bekas yang akan dilaksanakan secara intensif dan berorientasi
kepada penyebar luasan pengetahuan, penanaman kesadaran, pemupukan skill,
dan pembentukan perilaku masyarakat.

Dengan adanya Produk pemanfaatan CD bekas sebagai bahan pembuatan kaligrafi


ini diharapkan dapat membentuk perilaku masyarakat sebagai berikut :

Masyarakat mengerti dan memahami masalah kebersihan ingkungan

Masyarakat turut serta secara aktif dalam mewujudkan kebersihan lingkungan.

Masyarakat bersedia mengikuti prosedur/tata cara pemeliharaan kebersihan.

Masyarakat bersedia membiayai pengelolaan sampah.

Masyarakat turut aktif menularkan kebiasaan hidup bersih pada anggota


masyarakat lainnya.

Masyarakat aktif memberi masukan (saran-saran) yang membangun agar usaha


pemanfaatan samapah nonorganik seperti CD bekas dapat berkembang lebih maju
lagi.

4.3 Strategi peningkatan peran serta masyarakat Pengembangan peran serta


masyarakat dibidang pembuatan kaligrafi dari CD bekas ini diterapkan dengan
pendekatan secara edukatif menggunakan strategi 2 tahap, yaitu

1. Pengembangan petugas pengelola program


Kunci dari pengembangan petugas pengelola ialah keterbukaan, dan
pengembangan komunikasi timbal balik (unsur petugas pengelola sendiri, atar
petugas dan atau masyarakat dan atau anggota masyarakat).

2. Pengembangan masyarakat.

Kunci dari pengembangan masyarakat ialah pengembangan kesamaan


persepsi, antara masyarakat dan pengelola program. Suatu komunikasi
dikatakan berhasil bila menimbulkan umpan balik dan pesan yang diberikan.

Berikut ini penjabaran strategi peningatan peran serta masyarakat dalam


menyukseskan program pembuatan kaligrafi dengan pemanfaatan CD bekas.

1. Menyampaikan informasi, atau meneruskan informasi melalui media masa dan

komunikasi langsung dengan masyarakat sekitar.


2. Membujuk dan menjelaskan manfaat dari program pembuatan kaligrafi dari

CD bekas ini dalam aspek ekonomi, sosial dan budaya.


3. Mengadakan dialog dan kerjasama kepada tokoh masyarakat.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
cara mengatasi permasalahan sampah di kota pontianak melalui dua cara yaitu,
a. Pengolahan Sampah
b. Alternatif Mengolah Sampah meliputi
1. Reduse (mengurangi)
2. Reuse (menggunakan kembali)
3. Recycle (mendaur ulang)
4. Replace (mengganti)

Peran Masyarakat Dalam program pengelolaan Sampah CD bekas di kota


Pontianak
Untuk menumbuhkan, mengembangkan, dan membina peran serta masyarakat
secara terarah dalam program pembuatan kaligrafi melalui pemanfaatan CD
bekas yang akan dilaksanakan secara intensif dan berorientasi kepada
penyebar luasan pengetahuan, penanaman kesadaran, pemupukan skill, dan
pembentukan perilaku masyarakat.

Pengembangan peran serta masyarakat dibidang pembuatan kaligrafi dari CD


bekas ini diterapkan dengan pendekatan secara edukatif menggunakan
strategi 2 tahap, yaitu

1. Pengembangan petugas pengelola program

2. Pengembangan masyarakat

5.2 saran

1. melalui program pembuatan kaligrafi dengan pemanfaatan CD bekas ini


harapannya pemerintah juga mendukung dan ikut tergabung dalam proses
pelaksanaanya

2. Untuk menumbuhkan, mengembangkan, dan membina peran serta


masyarakat secara terarah dalam program pembuatan kaligrafi melalui
pemanfaatan CD bekas ini perlu adanya kerja sama yang yang baik pada
semua pihak, baik masyarakat, pemerintah maupun pengelola
DAFTAR PUSTAKA

Arief, Fadhilah. dkk . 2011. kajian pengelolaan sampah kampus


jurusan arsitektur fakultas teknik universitas diponegoro. Modul
Vol.11 No.2

Ali,Akbar. 2012. Kaedah Menulis dan Karya-karya Master Kaligrafi Islam.


Jakarta: PT. Pustaka Firdaus

Fauzi Salim Afifi. 2012. Cara Mengajar Kaligrafi, Terjemahan


Drs. H.D Sirojuddin AR. Jakarta : Darul Ulum

Mohamad Rizal. analisis pengelolaan persampahan perkotaan


(Sudi kasus pada Kelurahan Boya Kecamatan Banawa Kabupaten
Donggala). Jurnal SMARTek, Vol. 9 No. 2. Mei 2011: 155 172

Huda, M. 2013. Model-model pengajaran dan pembelajaran. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.
Purwendro, S. Nurhidayat. 2006. Mengolah Sampah Untuk Pupuk Pestisida
Organik. Jakarta: Penebar Swaday
19

Anda mungkin juga menyukai