Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hubungan seksual adalah bersatunya alat genetal pria dan wanita, yaitu masuknya alat
genetal pria (penis) ke dalam vagina wanita. Namun sebenarnya dalam hubungan seksual ini
bukanlah semata-mata bertemunya secara fisiologis antara seorang wanita dengan seorang pria,
tetapi juga bertemunya keadaan psikologis dari kedua individu itu. Semua curahan hatinya,
curahan perasaannya dinyatakan pada waktu hubungan seksual tersebut. Karena itu sering
dikemukakan bahwa hubungan seksual adalah sebagai curahan kasih sayang dari kedua insan
yang saling memadu kasih.
Banyak suami yang melakukan masturbasi ketika istrinya hamil untuk melepaskan
gairahnya meskipun dengan seizin istrinya. Selain itu tidak sedikit juga istri yang melakukan
hand job (seks dengan tangan), seks krukal (penis dijepit dipaha), atau seks oral kepada suami
karena ingin tetap memuaskan orang yang dicintai tesebut
Kehidupan seks yang bahagia dan memuaskan selalu didambakan oleh setiap pasangan
suami isteri . keinginan itu tetap ada pada mereka walaupun pada saat hamil . Saat hamil
sebagian besar calon ibu merasa tidak percaya diri dan tidak nyaman dengan perubahan yang
terjadi pada tubuhnya sehingga kebutuhan untuk behubungan intim jadi terabaikan. Akan tetapi,
berbeda dengan wanita, sebagian besar pria justru merasa perut yang membulat lebih seksi dan
meyenangkan untuk dipandang sehingga perubahan fisik pasangan tidak membuat mereka
kehilangan hasrat.
Hubungan seks sebaiknya lebih diutamakan menjaga kedekatan emosional daripada
rekreasi fisik karena pada trimester terakhir ini, dapat terjadi kontraksi kuat pada wanita hamil
yang diakibatkan karena orgasme. Hal tersebut dapat berlangsung biasanya sekitar 30 menit
hingga terasa tidak nyaman

Adapun dampak apabila tetap berhubungan seks saat hamil yaitu akan beresiko keguguran
karena akan terjadi kelainan pada embrio, atau masalah yang dialami janin yang sedang
berkembang. Adapun dapat Menyakiti janin, serta dapat mengacu pada Orgasme yang memicu
kelahiran premature.

1
1.2 Tujuan
Adapun tujuan Makalah ini yaitu untuk :
1. Mengetahui bagaimana hubungan seks yang bisa dilakukan dalam keadaan
hamil
2. Apa saja yag bisa membahayakan janin saat behubungan seks dengan
pasangan.
3. Bagimana posisi berhubungna seks yang diperbolehkan saat kehamilan.

1.3 Manfaat
Adapun Manfaat dari makalah ini yaitu :
1. Masyarakat : dapat dijadikan sebagai literature atau sebagai bahan rujukan
oleh pasangan yang telah menikah dan akan segera memiliki anak. Untuk
lebih menambah pengetahuan pasangan suami istri agar dapat berhati-hati saat
berhungungan seks saat kehamilan.
2. Penulis : untuk menambah pengetahuan sesuai ilmu keperawatan yang
digeluti selama ini.

BAB II
PEMBAHASAN

2
2.1 Pengertian
Hubungan seksual adalah aktifitas seksual yang berkaitan dengan system
reproduksi yang melibatkan gamet pria dan wanita (Dorland, 2002, hlm 105). Selain itu ,
Kamus Besar Indonesia (2003, hlm 312 ), hubungan seksual adalah yang berhubungan
dengan persetubuhan antara laki-laki dan perempuan

2.2 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Melakukan Hubungan Seksual


Menurut Eisenberg (2006, hlm 308) banyak sekali perubahan fisik dan
psikologis yang mempengaruhi gairah dan kenikmatan seksual , baik yang bersifat positif
maupun negative. Namun, untuk beberapa factor yang membuat pasangan harus
membiasakan diri dengan keadaan tersebut, yaitu :
a.Kondisi fisik
1) Mual dan muntah (pada waktu hamil muda), bila serangan mual hanya terjadi pada
waktu-waktu tertentu , gunakanlah saat waktu tenang untuk berhubungan seksual. Hal
itu akan menghilang diakhir trimester pertama
2) Keletihan biasanya terjadi pada bulan keempat, dapat mempengaruhi hasrat untuk
bercintaa. Hal ini dapat diatasi dengan tidur siang diselingi acara bercinta dengan
pasangan anda
3) Perubahan bentuk fisik tubuh , perut buncit, kaki bengka dan wajah sembab. Bercinta
pada waktu hamil dapat menjadi kaku dan tidak nyaman karena terhalang dengan
perut yang membesar. Bentuk tubuh wanita yang berubah dapat membuat
pasangannya menjadi tidak bergairah. Anda harus dapat mengatasi perasaan ini
dengan mengatakanpada diri sendiri bahwa besar itu indah
4) Menyempitnya genital dapat menyebabkan seks kurang memuaskan (terutama pada
waktu hamil tua ), karena terasa penuh pada vagina setelah orgasme sehingga
membuat wanita merasa seolah tidak puas. Bagi pria menyempitnya alat kelamin
waniita dapat meningkatkan kenikmatan atau mengurangi gairahnya karena penis
terasa terjepit sehingga kehilangan ereksinya
5) Kebocoran kolostrum. Pada akhir kehamilan beberapa wanita mulai memproduksi
kolostrum. Kolostrum ini dapat bocor karena adanya rangsangan seksual payudara
6) Perubahan pada cairan vagina, bertambahnya pelican ini dapat membuat hubungan
seksual menjadi lebih nikmat bagi pasangan yang cairan vaginanya kering atau terlalu

3
sempit. Tetapi dapat membuat saluran vagina menjadi terlalu basah dan licin sehingga
pasangan prianya sulit untuk mempertahankan ereksi
7) Perdarahan yang disebabkan oleh kepekaan leher rahim. Selama kehamilan leher
rahim menjadi sempit dan lebih lunak . ini berarti bahwa penetrasi yang dalam
kadang kadang menyebabkan perdarahan , terutama pada kehamilan tua
b. Kondisi psikologis
1) Takut menyakiti janin atau menyebabkan keguguran. Pada kehamilan yang normal
hubungan seksual tidak akan menyebabkan keguguran karena janin terlindung dari
bantalan amnion dan rahim
2) Takut bahwa orgasme akan merangsang terjadinya keguguran atau persalinan. Pada
saat orgasme uterus akan mengalami kontraksi tetapi ini bukan tanda persalinan dan
tidak menimbulkan bahaya pada kehamilan normal. Tapi orgasme yang kuat
ditimbulkan mastubarsi dilarang pada kehamilan beresiko tinggi terhadap keguguran
dan kelahiran premature
3) Takut terjadi infeksi pada saat penis masuk kedalam vagina. Apabila suami tidak
memiliki penyakit menular seksual, tidak ada bahaya infeksi bagi ibu dan janin
melalui hubungan seksual selama kehamilan, asal kantong amnion tetap utu. Untuk
pencegahan infeksi, pasangan dianjurkan untuk menggunakan kondom selama
hubungan seksual
4) Kecemasan akan peristiwa persalinan yang akan datang. Calon ibu dan ayah dapat
mengalami persaan yang bercampur aduk dalam menghadapi peristiwa persalinan ,
pemikiran tentang tanggung jawab dan perubahan cara hidup yang akan dating dan
biaya emosional membesarkan anak, semua ini dapat menghambat hubungan cinta.
Perasaan mendua tentang bayi harus dibicarakan secara terbuka
5) Kemarahan yang tidak didasari dari calon ayah terhadap ibu karena cemburu bahwa
istrinya sekarang menjadi pusat perhatian ataupun sebaliknya karena wanita merasa
bahwa dirinya harus menaggung penderitaan selama kehamilan (terutama jika
ditemukan komplikasi )
6) Takut menyakiti janin, ketika kepala janin sudah turun kerongga panggul. Pada
sebagian pasangan dapat menikmati hubungan seksual yang nyaman selama
kehamilan , ibu dapat menjadi tegang karena posisi janin yang sudah dekat. Ibu dan
suami tidak akan menyakiti janin, jika tidak melakukan penetrasi dalam
7) Anggapan bahwa hubungan seksual pada enam minggu terakhir kehamilan akan
menyebabkan dimulainya proses melahirkan kontraksi yang disebabkan oleh orgasme

4
akan semakin kuat pada kehamilan tua. Tetapi bila leher rahim matang dan siap, maka
kontraksi ini tidak akan memulai proses melahirkan

2.3 Perubahan yang Mempengaruhi Hasrat Hubuungan Seksual


Berbagai perubahan pada segi fisik dan emosi dapat mempengaruhi hasrat
melakukan hubungan seksual, baik secara positif dan negatif. Akan tetapi ada banyak cara
untuk meminimalkan pengaruh negative tersebut. Salah satunya ialah dengan terus berusaha
untuk selalu berkomunikasi dengan pasangan. Efek kondisi kehamilan terhadap minat untuk
berhubungan seksual pada tiap trimester:
1. Trimester Pertama (Usia kehamilan 0-12 Minggu)
a.Kondisi fisik dan emosi calon ibu:
Mual, dengan atau tanpa muntah, di pagi, malam, atau sepanjang hari.
Produksi air ludah meningkat
Tubuh mudah lelah dan mengantuk.
Payudara membengkak, putting tegang, nyeri jika disentuh atau diraba.
Mulut terasa pahit.
Sering buang air kecil.
Perut terasa panas, kembung, dan mengalami gangguan pencernaan.
Menginginkan atau menolak makanan tertentu (mengidam)
Sembelit
Sakit kepala atau pusing.
Mengalami perasaan tidak biasa, seperti tidak bisa melihat, sensitife pada
bau-bauan tertentu, malas berdandan, selalu ingin tidur, dll.
Suasana hati cepat berubah, kadang gembira, kadang bte cenderung
cengeng.
Sering merasa cemas terhadap kehamilan, misalnya takut keguguran, takut
janin terluka, dan lain-lain.

b. Efek terhadap hubungan seksual


Meskipun terdapat bermacam-macam variasi dari masing-masing
pasangan, pola ketertarikan seksual pada trimester pertama tetaplah umum.
Tidak mengherankan jika pada awal kehamilan terjadi penurunan minat
terhadap seks. Akan tetapi pada wanita yang kehamilan trimester pertamanya
sangat nyaman, hasrat seksual yang muncul kemungkinan sama bahkan
meningkat dengan kondisi sebelum kehamilan terjadi. Sebagian kecil wanita
bahkan merasakan perubahan yang sangat signifikan terhadap kehidupan
seksualnya. Hal tersebut sering kali disebabkan oleh perubahan hormon pada

5
awal kehamilan yang membuat organ vulva lebih sensitif dan payudara yang
lebih berisi sehingga meningkatkan kepekaan terhadap sentuhan. Pada saat
ini, orgasme bahkan multiorgasme bukan tidak mungkin dapat terjadi.

2. Timester kedua (Usia Kehamilan 12-28 Minggu)


a. Kondisi fisik dan emosi calon ibu:
Pergerakan janin yang mulai terasa.
Rasa mual dan muntah yang mulai berkurang dan perlahan menghilang.
Vagina mengeluarkan cairan berwarna putih susu, encer, dan tidak bebau yang
lazim disebut leukorhea. Ini normal terjadi karena adanya peningkatan
hormone selama kehamilan.
Nafsu makan mulai meningkat
Payudara tidak lagi nyeri.
Produksi hormone progesterone meningkat.
Pinggul dan payudara lebih berisi berkat hormone kehamilan dan pertambahan
berat badan. Areola dan putting susu berwarna lebih gelap, rambut dan kulit
semakin mengilap dan bercahaya.
Suasana hati jauh lebih baik, meskipun terkadang rasa sensitif dan suasana hati
masih mudah berubah.
Mulai merasa percaya diri dengan kehamilannya.

b. Efek terhadap hubungan seksual


Meski tidak selalu, minat untuk berhubungan seks umumnya mulai
meningkat pada trimester kedua ini. Pada masa ini, secara fisik dan psikologi
sudah lebih dapat menyesuaikan diri pada berbagai perubahan yang terjadi karena
kehamilan.
Hubungan seksual ditrimester kedua ini dapat terasa jauh lebih
menyenangkan. Hal ini dikarenakan meningkatnya hormon estrogen dan volume
darah di tubuh sehingga lebih banyak darah yang mengalir ke panggul dan oegan
kelamin dan akan lebih mudah mengalami orgasme. Umumnya pada trimester ke
dua ini sebagian besar wanita mengalami pembesaran bibir vagina dan klitoris
sehingga ujung-ujung saraf menjadi semakin sensitif. Akan tetapi banyaknya
aliran darah ke vagina juga menyebabkan suasana vagina. Lubrikasi yang terjadi
memang memudahkan penetrasi tetapi jika terlalu licin dapat membuat penis sulit
mempertahankan ereksi.

6
3. Trimester ketiga (Usia Kehamilan 28 40 Minggu)
a. Kondisi fisik dan emosi calon ibu:
Gerakan janin yang lebih kuat dibanding sebelumnya, sering kali lebih aktif di
malam hari.
Perut semakin buncit, kaki bengkak, dan wajah sembab.
Semakin mudah lelah dan nafas pendek.
Kram kaki, terutama di malam hari.
Kulit perut terasa gatal, pusar menonjol.
Kemungkinan mengalami varises.
Kelenjar susu mulai aktif, ASI menetes jika payudara dirangsang.
Sering buang air kecil.
Kadang kala terjadi kontraksi palsu (braxton hicks contractions).
Sulit tidur.

b. Efek terhadap hubungan seksual


Saat persalinan semakin dekat, umumnya hasrat libido kembali menurun,
bahkan lebih drastis dibandingkan dengan saat trimester pertama. Perut yang makin
membuncit membatasi gerakan dan posisi nyaman saat berhubungan intim. Pegal
dipunggung dan pinggul, tubuh bertambah berat dengan cepat, nafas lebih sesak
(karena besarnya janin mendesak dada dan lambung). Selain hal fisik, turunnya libido
juga berkaitan dengan kecemasan dan kekhawatiran yang meningkat menjelang
persalinan. Sebenarnya tidak ada yang perlu dirisaukan jika kehamilan tidak disertai
faktor penyulit.

2.4 Resiko Yang Tidak Diperbolehkan Melakukan Hubungan Seksual


1. Placenta previa :
Placenta yang normalnya terletak di atas rahim (sebagian atau seluruhnya) berada
dibagian bawah rahim, menutupi mulut/jalan keluar janin, atau menyentuh bagian pinggir
leher rahim pada pembukaan rahim. Semakin dekat posisi plasenta dengan leher rahim,
semakin besar kemungkinan terjadi perdarahan. Perdarahan ini juga dapat dipicu oleh
batuk, mengejan, atau hubungan seksual. Oleh karena itu, wanita hamil yang mengalami
plasenta previa disarankan untuk tidak melakukan hubungan seksual karena ppenetrasi
yang menekan mulut rahim dikhawatirkan akan memicu perdarahan. Kelainan letak
plasenta ini diketahui sejak awal kehamilan dan bisa berubah pada usia kehamilan lebih

7
lanjut. Wanita yang mengalami plasenta previa, ketika melahirkan kemungkinan besar
akan menjalini operasi secar.
2. Resiko kehamilan prematur :
Ibu hamil juga bisa mengalami kelahiran premature jika mulai mengalami
kontraksi regular sebelum kehamilan berusia 37 minggu yang menyebabkan mulut rahim
mulai terbuka. Oleh karena itu pada kondisi kehamilan disarankan tidak melakukan
hubungan seksual karena orgasme yang terjadi dikhawatirkan akan memicu munculnya
kontraksi. Selain itu paparan terhadap hormone prostaglandin di dalam semen (cairan
sperma) juga dapat memicu kontraksi, walaupun tidak berbahaya bagi kehamilan normal
harus tetap diwaspadai jika memiliki resiko melahirkan (janin) premature. Jika tetap
memilih berhubungan seks, sperma sebaiknya dikeluarkan diluar.
3. Perdarahan (flek/vaginal bleeding):
Perdarahan dapat dikaitkan dengan tanda-tanda keguguran, maka sebaiknya
hubungan seksual dihindari. Kecuali jika dokter menyatakan bahwa flek yang dialami
merupakan gejala normal yang kadang terjadi, tergantung usia kehamilan, kondisi
janin, volume dan rupa flek, serta kondisi ibu yang kemungkinan hubungan seksual
bisa dilakukan.
4. Mulut rahim (cervix) lemah:
Kadang kala terjadi kelonggaran atau kelemahan pada mulut rahim yang bisa
disebut cervical incompetence. Keadaan ini bisa terjadi terutama pada wanita yang
pernah mengalami keguguran atau menggugurkan anak dengan sengaja. Jika keadaan
ini terjadi, pangkal rahim akan dijahit ketika usia kehamilan telah mencapai empat
bulan. Jika mulut rahim mulai terbuka secara prematur, seks dapat meningkatkan resiko
infeksi. Oleh karena itu jika terdiaknosis mulut rahim mengalami kelonggaran
hubungan seks sebaiknya dihindari.
5. Janin kembar (setelah kehamilan 28 minggu) :
Jika terjadi kehamilan kembar. Sebaiknya menghindari berhubungan seksual saat
kehamilan memasuki trimester tiga, walaupun hingga saat ini belum ditemukan adanya
hubungan antara seks dengan kelahiran kembar prematur.
6. Herpes kelamin atau penyakit infeksi akibat hubungan seksual lain :
Jika menderita penyakit herpes kelamin atau penyakit infeksi akibat hubungan
seksual lain dan belum sembuh sempurna, sebaiknya hubungan intim dihindari karena
dikhawatirkan dapat menginfeksi janin.

8
2.5 Beberapa Hal Yang Perlu Diperhatikan Saat Hubungan Seksual
1. Jika memilih seks oral, pastikan pasangan tidak meniupkan udara ke dalam vagina.
Walaupun jarang, tetapi masuknya udara kedalam pembuluh darah (emboli) dapat
berakibat vatal bagi ibu dan janin. Jadi sebisa mungkin dihindari.
2. Lebih baik hindari berbaring terlentang selama berhubungan seksual. Jika rahim (dan
janin) menekan pembuluh darah utama dibagian belakang perut, anda dapat merasa
pusing (lightheaded) atau mual. Akan tetapi jika tidak bermasalah dengan posisi ini,
lakukan saja.
3. Jika memang tidak ingin melakukan hubungan seksual, katakan apa adanya. Cemas, tidak
nyaman, tidak tertarik sama sekali, atau tidak memungkinkan (harus menghindari),
adalah beberapa alasan yang umum.
4. Perasaan cinta tidak harus diwujudkan dengan hubungan seksual. Pelukan yang hangat,
ciuman mesra, atau pijatan yang nikmat juga merupakan bentuk perhatian seksual.

2.6 Hal-Hal yang Menimbulkan Minat Seksual


1. Melihat gambar-gambar dan atau mendengar cerita yang mengarah kepada
seksual
2. Dengan bau-bauan yang merangsang
3. Persentuhan langsung anggota badan wanita dan pria
4. Melihat secara langsung
5. Pikiran atau fantasi yang tertuju kepada masalah koitus

2.7 Beberapa Petunjuk Aman untuk Berhubungan seksual :


1. Penetrasi penis yang dalam tidak boleh membuat ibu tidak nyaman
2. Tidak diperbolehkan untuk vaginal douching
3. Pengertian dan empati
4. Hindari bila ada Pecah ketuban,perdarahan,atau kontraksi rahim.
5. Pada HIV gunakankondom
6. Bila gemelli (kehamilan kembar) jangan lakukan pada trimester III.

BAB III

9
HUBUNGAN SEKSUAL SELAMA KEHAMILAN

3.1 Seks Selama Hamil


Saat hamil sebagian besar calon ibu merasa tidak percaya diri dan tidak nyaman
dengan perubahan yang terjadi pada tubuhnya sehingga kebutuhan untuk behubungan
intim jadi terabaikan. Akan tetapi, berbeda dengan wanita, sebagian besar pria justru
merasa perut yang membulat lebih seksi dan meyenangkan untuk dipandang sehingga
perubahan fisik pasangan tidak membuat mereka kehilangan hasrat.
Banyak suami yang melakukan masturbasi ketika istrinya hamil untuk
melepaskan gairahnya meskipun dengan seizin istrinya. Selain itu tidak sedikit juga istri
yang melakukan hand job (seks dengan tangan), seks krukal (penis dijepit dipaha), atau
seks oral kepada suami karena ingin tetap memuaskan orang yang dicintai tesebut. Hal
yang perlu diperhatikan terkait dengan hubungan seks selama kehamilan antara lain:
1. Banyak pasangan yang menikmati hubungan seksual terutama saat kehamilan,
ketika tidak ada lagi kehawatiran tentang kontrasepsi.
2. Satu-satunya pembatasan untuk hubungan seksual selama kehamilan adalah
keinginan wanita dan tingkat kenyamanan yang dirasakan.
3. Masih bisa menikmati keintiman satu sama lain meski merasa tidak ingin
berhubungan seksual. Ciuman dan belaian dengan satu sama lain bisa jadi
merupakan hal yang sangat menyenangkan, bahkan jika hal-hal ini tidak
mengarah ke hubungan seksual.

3.2 Fase-Fase Berhubungan Seksual


Kalau ditelusuri lebih jauh tentang hubungan seksual atau koitus, maka ada
beberapa fase atau periode yang dilalui hingga terjadinya koitus itu, yaitu fase persiapan,
fase koitus sebenarnya dan fase follow up atau post coitus period (Hastings, 1972).
a. Fase persiapan koitus
Fase ini sering dikenal dengan fase foreplay, yang dapat berbentuk rayuan,
yang diteruskan dengan stimulasi-stimulasi seksual, misalnya dengan mencium,
saling memegang alat-alat genetalnya, sehingga pada akhirnya mencapai kesiapan
untuk mengadakan koitus atau sexual intercourse yang sebenarnya.
Suatu hal yang perlu dikemukakan bahwa dalam melakukan koitus antara suami
isteri janganlah sampai ada perasaan terpaksa. Sebab kalau hal itu terjadi berarti

10
belum adanya saling sepakat untuk mengadakan koitus. Karena itulah perlu adanya
sikap yang searah dalam hal melakukan hubungan seksual
Ketidakserasian kuatnya dorongan seksual dari masing-masing pasangan
mungkin akan dapat mempengaruhi sikap dalam rangka mengadakan koitus . Bila
hal itu terjadi maka masing-masing pihak baik suami maupun isteri, harus dapat
mengerti mengenai hal tersebut. Tidak jarang isteri maupun suami yang kadang-
kadang mengeluh bahwa pasangannya sering minta mengadakan koitus, padahal
salah satu pasangan kurang berminat dalam hal tersebut. Hal ini bisa terjadi
disebabkan karena dorongan seksual tidak seimbang dalam pasangan tersebut.
Namun bila adanya saling pengertian antara suami dan isteri, hal-hal yang tidak
diinginkan dapat dihindarkan.
Pada fase ini masing-masing saling memberikan stimulasi seksual dalam
berbagai-bagai macam bentuk. Saling melepaskan pakaian dapat merupakan
stimulus seksual yang cukup meyakinkan. Pembicaraan, cumbu rayu, ciuman,
rabaan, dapat merupakan bentuk-bentuk stimulus seksual. Daerah kepala, misalnya
mulut, hidung, mata, telinga, daerah leher, buah dada, pinggul, merupakan daerah
yang sensitif mengenai stimulasi seksual di samping alat genetal. Sudah barang tentu
sensitifitas masing-masing daerah itu berbeda satu dengan yang lainnya. Dalam hal
stimulasi seksual pada umumnya pria akan lebih cepat terangsang, namun juga tak
jarang pihak wanita lebih cepat terangsang juga.
Pada pihak pria, seluruh bagian alat genetalnya bersifat sensitif terhadap stimulasi
seksual dari pihak wanita. Walaupun pada mulanya alat genetal pria dalam keadaan
tidak tegang, namun begitu dikenai stimulasi seksual akan segera berereksi atau
tegang. Ereksi atau tegang-nya alat genetal pria (penis) ini, karena adanya aliran
darah di daerah penis itu. Stimulasi terhadap penis dapat berujud rabaan, diusap,
dicium untuk mendapatkanstimulasi yang optimal. Rabaan-rabaan ataupun usapan-
usapan yang lama terhadap penis, baik pada bagian kepala ataupun pada bagian badan
penis, akan mempercepat terjadinya ejakulasi, yaitu keluarnya air mani atau
semen. Karena itu disarankan kalau sekiranya telah cukup lama foreplay ini
untuk dapat langsung mengadakan koitus yang sebenarnya.
Dalam foreplay akan terjadi respons yang bersifat psiko-fisiologis. Ketika pihak
pria mulai menerima stimulasi seksual yang diberikan oleh pihak wanita, maka akan

11
terlihat adanya beberapa perubahan pada dirinya, yang berupa menegangnya otot-otot,
denyut jantung yang meningkat dan frekuensi pernafasannya juga meningkat.
Penisnya berereksi atau tegang dan scrotumnya mengecil atau mengkerut. Klimaks
dari keadaan ini ialahterpancarnya air mani atau semen dari penis atau ejakulasi. Dengan
ejakulasi dicapai kepuasan yang memuncak.
Demikian pula pada pihak wanita juga terdapat perubahan-perubahan, yang berujud
ketegangan otot-otot, denyut jantung juga makin cepat demikian pula frekuensi
pernafasannya. Bila seorang wanita sudah mulai terangsang, menerima stimulasi seksual,
maka pada vaginanya terdapat semacam cairan, di mana cairan ini akan membasahi
seluruh permukaan dinding vagina. Cairan ini akan membantu atau mempermudah
masuknya atau penetrasi penis ke dalam vagina. Bila wanita tidak terangsang, maka tidak
akan keluar cairan tersebut dan dinding vagina akan saling bersentuhan, dan
karenanya penis akan mengalami kesulitan atau tidak begitu lancar penetrasinya karena
tidak dibantu oleh cairan tersebut.
Dalam memasukkan penis ke dalam vagina, disarankan dijalankan dengan hati-hati dan
secara lembut, tidak secara kasar. Karena dengan kekasaran pada umumnya hal tersebut
tidak dikehendaki oleh pasangannya. Lubang vagina itu sifatnya elastis dan akan
menyesuaikan dengan keadaan penis. Tidak jarang pria merisaukan tentang keadaan
penisnya. Khususnya yang terlalu kecil. Demikian pula halnya dengan wanita, kadang-
kadang juga merisaukan tentang keadaan vaginanya. Perlu dikemukakan bahwa
sebenarnya hal itu tidak perlu terjadi, karena bagaimanapun keadaan penis atau
vagina, masing-masing akan mampu mengadakan penyesuaian satu dengan yang lain,
apakah penis itu besar atau kecil, karena vagina memang sifatnya elastis.

b. Fase koitus sebenarnya


Fase ini merupakan proses koitus yang sebenarnya yaitu bersatunya alat genetal
pria ke dalam vagina wanita, sampai tercapainya ejakulasi atau orgasme.
Fase ini ialah merupakan fase masuknya penis ke dalam vagina. Koitus ini merupakan
kelanjutan dari foreplay yang telah dipaparkan di muka. Seperti telah dijelaskan di muka untuk
melakukan koitus maka penis harus dalam keadaan ereksi, kalau tidak maka penis tidak dapat
dimasukkan dalam vagina seperti telah juga dijelaskan di muka.

3.3 Hubungan Seksual yang Aman Bagi Ibu Hamil


12
Dalam koitus ada bermacam-macam variasi posisi. Adanya bermacam-macam posisi
koitus ini kadang-kadang tidak diketahui oleh pasangan suami isteri. Posisi koitus mana yang akan
diambil, sebaiknya dibicarakan bersama dan biasanya untuk mengadakan variasi ataupun untuk
mengadakan eksperimentasi tentang sesuatu posisi, di samping juga karena faktor kebiasaan.
Beberapa posisi koitus dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Perempuan di Atas, (women on top)

Posisi ini adalah salah satu posisi favorit pada


kehamilan trimester-3. Woman on top sangat baik untuk
Ibu dengan ukuran perut yang sudah semakin membesar.
Posisi Ibu berada di atas suami sambil berlutut atau
setengah berbaring menghadap ke suami. Hal ini
memungkinkan Ibu untuk mengontrol kedalaman dan
kecepatan penetrasi. Selain itu, posisi ini juga
memungkinkan stimulasi klitoris secara manual untuk
membantu orgasme Ibu.

Keuntungan :
Kendali pada wanita
Rangsang klitoris lebih baik
Daya penetrasi bisa diatur

Kerugian :
Kurang nyaman bagi pria penetrasi tidak
maksimal
Kurang mesra kontak tubuh kurang

2. Berbaring Membelakangi (Your Back On His Side)


Ibu berbaring membelakangi suami yang juga
berbaring menyamping. Penetrasi pada posisi ini
dilakukan dari sisi belakang.
Keuntungan
Kontak fisik lebih banyak
Nyaman atasi masalah panggul

13
Penetrasi kurang
Kerugian :
Daya dorong kurang
Kurang bebas

3. Posisi duduk.

Ibu bisa memilih melakukan posisi ini


dalam setiap trimester kehamilan. Ibu duduk di
pangkuan suami dan saling berhadapan. Posisi ini
aman dilakukan di trimester awal saat perut belum
terlalu besar. Di trimester lanjut, posisi ini juga
masih bisa dilakukan, tetapi dengan posisi Ibu
duduk membelakangi suami. Menggunakan kursi
sebagai bagian dari posisi ini bisa membantu Ibu
merasa lebih nyaman untuk mengendalikan
kecepatan dan kedalaman penetrasi.

4. Dari Belakang (Rear Entry)


Posisi rear entry bisa diterapkan dalam
trimester apa pun, tetapi sangat baik untuk akhir
kehamilan, karena perut Ibu tidak akan terganggu.
Ibu duduk bersimpuh dengan posisi badan
dicondongkan ke depan. Penetrasi dilakukan dari
belakang dengan posisi suami yang juga bersimpuh.
Posisi ini memungkinkan penetrasi yang lebih
dangkal, sehingga Ibu pun merasa lebih nyaman
serta dapat mengurangi kekhawatiran suami.
Apabila Ibu memiliki kesulitan mencapai orgasme
dengan posisi ini, maka dapat menggunakan
stimulasi klitoris manual.

14
5. Posisi misionaris (Man On Top)
Posisi ini dapat digunakan pada awal
kehamilan. Posisi ini masih bisa diterapkan dengan
sedikit modifikasi, misalnya dengan meletakkan
bantal di belakang punggung Ibu. Suami ada di atas
tubuh ibu dengan menahan berat badannya agar
tidak membebani perut.

Keuntungan :
Wanita lebih relaks, nyaman
Hindari rasa lelah

Kerugian :
Pria lebih aktif kontrol kurang
Terbentur sisi tempat tidur perlu
bantal penyangga

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Hubungan seks sebaiknya lebih diutamakan menjaga kedekatan emosional daripada
rekreasi fisik karena pada trimester terakhir ini, dapat terjadi kontraksi kuat pada wanita
hamil yang diakibatkan karena orgasme.
Saat hamil sebagian besar calon ibu merasa tidak percaya diri dan tidak nyaman
dengan perubahan yang terjadi pada tubuhnya sehingga kebutuhan untuk behubungan intim
jadi terabaikan. Akan tetapi, berbeda dengan wanita, sebagian besar pria justru merasa
perut yang membulat lebih seksi dan meyenangkan untuk dipandang sehingga perubahan
fisik pasangan tidak membuat mereka kehilangan hasrat.
Banyak suami yang melakukan masturbasi ketika istrinya hamil untuk melepaskan
gairahnya meskipun dengan seizin istrinya. Selain itu tidak sedikit juga istri yang
melakukan hand job (seks dengan tangan), seks krukal (penis dijepit dipaha), atau seks oral
kepada suami karena ingin tetap memuaskan orang yang dicintai tesebut
15
4.2 Saran
a. Masyarakat
1. Trimester pertama
Meskipun terdapat bermacam-macam variasi dari masing-masing
pasangan, pola ketertarikan seksual pada trimester pertama tetaplah
umum. Akan tetapi alangka baiknya untuk tidak memaksa pasangan untuk
berhubungan seks, karena pada awal kehamilan terjadi penurunan minat
terhadap seks. Hal tersebut sering kali disebabkan oleh perubahan hormon
pada awal kehamilan yang membuat organ vulva lebih sensitif.
2. Trimester kedua
Berhubungan seks umumnya mulai meningkat pada trimester
kedua ini, walaupun hubungan seks pada trimester ini sangat
menyenangkan, akibat meningkatnya hormon estrogen. Tapi harus tetap
mengontrolnya.. Akan tetapi akibat dari banyaknya aliran darah ke vagina
juga dapat menyebabkan suasana vagina. Lubrikasi yang terjadi memang
memudahkan penetrasi tetapi jika terlalu licin dapat membuat penis sulit
mempertahankan ereksi.
3. Trimester ketiga
Hubungan seks sebaiknya lebih diutamakan menjaga kedekatan
emosional daripada rekreasi fisik karena pada trimester terakhir ini, dapat
terjadi kontraksi kuat pada wanita hamil yang diakibatkan karena orgasme.
Hal tersebut dapat berlangsung biasanya sekitar 30 menit hingga terasa
tidak nyaman. Jika kontraksi berlangsung lebih lama, menyakitkan,
menjadi lebih kuat, atau ada indikasi lain yang menandakan bahwa proses
kelahiran akan mulai.

b. Pendidikan :
Diharapkan kepada pendidik supaya memperlengkapi perpustakaan
terutama buku buku yang membahas tentang penyakit system perkemihan agar
mempermudah proses belajar dan mengajar.

16

Anda mungkin juga menyukai