Widyaiswara Utama
Pusdiklat Kementrian Dalam Negeri Regional Yogyakarta
Jl. Melati Kulon 1 Baciro, Yogyakarta 55225
E-mail: ssugiharto81@yahoo.com
ABSTRAK
Menurut Serat Kalatida sebuah negara tidak akan bisa adil makmur
meskipun negara itu memiliki pemimpin dan penyelenggara
pemerintahan yang baik, sepanjang rakyatnya tidak mampu
bersatu dalam harmoni tujuan dan tindakan. Dari aspek
pengelolaan informasi, Serat Kalatida menekankan pentingnya
pengendalian diri dalam menerima kelimpahan informasi agar tidak
menyusahkan diri sendiri maupun orang lain. Serat Kalatida juga
menekankan bahwa perasaan kecewa dan sedih energinya bisa
disalurkan ke arah yang positif dan produktif. Selanjutnya kita
diharapkan untuk selalu eling (mengingat Tuhan YME) dan waspada
menghadapi situasi ketidak pastian Zaman Edan. Tetaplah berusaha
meningkatkan diri tanpa melupakan adanya kehendak Tuhan YME
agar kita bisa sejahtera dunia akhirat.
1
Kata Kunci: Zaman Edan, Serat Kalatidha
PENDAHULUAN
Pada tahun 2015 secara formal kita sudah menjadi bagian dari
Masyarakat Ekonomi ASEAN yang berarti saat ini kita sudah
memasuki era globalisasi. Globalisasi bisa dilihat sebagai suatu
proses integrasi internasional yang terjadi karena
pertukaran pandangan dunia, produk, pemikiran, dan aspek-
aspek kebudayaan lainnya. Globalisasi merupakan proses
masyarakat dunia menuju pada suatu keadaan saling terkait dan
saling ketergantungan dalam berbagai aspek kehidupan, baik
politik, ekonomi, sosial dan budaya. Proses globalisasi lahir karena
adanya perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi,
terutama kemajuan teknologi komunikasi, informasi dan
transportasi. Salah satu akibat dari adanya globalisasi adalah
semakin tingginya situasi ketidakpastian dalam banyak aspek
kehidupan dalam berbangsa dan bernegara. Agar kita bisa
menyiasati suasana ketidakpastian akibat globalisasi, maka perlu
diupayakan penggalian kearifan lokal yang berkaitan dengan
bagaimana kita menghadapi zaman yang penuh ketidakpastian
tersebut guna memperkuat jati diri dan mengoptimalkan peran
bangsa dan negara kita dalam era globalisasi.
2
ketentuan tentang jumlah baris, jumlah suku kata dalam satu baris,
dan vokal pada suku kata terakhir dalam setiap barisnya.
METODE
Topik tentang Zaman Edan dikaji dengan didasarkan pada
metode studi pustaka, yaitu dengan mengumpulkan informasi dan
data dengan bantuan berbagai macam material yang ada di
perpustakaan dan sumber lain termasuk internet berupa dokumen,
buku, catatan, majalah, kisah-kisah sejarah dan sebagainya yang
relevan dengan topik yang dibahas. Data dan informasi tadi
selanjutnya ditelaah untuk bisa menulis ulang naskah Serat Kalatida
dalam bahasa Indonesia dan memaknai kembali Serat Kalatida
sesuai dengan pendekatan yang sudah ditetapkan.
SERAT KALATIDHA
Serat Kalatidha ditulis oleh Rangga Warsita, Pujangga Kraton
Surakarta, kurang lebih pada tahun 1860 Masehi. Serat Kalatidha
bukanlah karya Rangga Warsita yang terpanjang. Syair ini hanya
terdiri dari 12 bait dalam bentuk tembang Sinom.
Kata Kalatidha sendiri berasal dari bahasa Sansekerta, yang
merupakan gabungan antara dua kata, yaitu kata kala dan tidha.
Kala berarti waktu, keadaan, atau dapat juga berarti zaman; sedang
3
kata tidha berarti ragu-ragu, atau keraguan. Jadi Kalatidha secara
harafiah dapat berarti zaman penuh keraguan, penuh ketidak
pastian yang bisa juga diidentikkan dengan era globalisasi.
4
kataman ing reh wirangi dipermalukan sekali
dening upaya sandi oleh upaya sandi
sumaruna anarawung yang tidak terlihat kalbu
mangimur manuhara terlanjur bergembira
met pamrih melik pakolih berharap yang belum pasti
teman suka ing karsa tanpa terlalu suka hingga hilang
wiweka waspada
5
luwih begja kang eling lawan lebih beruntung yang ingat dan
waspada waspada
6
mati ing sajrone urip selagi hidup pun mati
kalis ing reh aruhara terhindar dari bahaya
murka angkara sumingkir angkara murka menyingkir
tarlen meleng malat sih yang tinggal hanya kasih
sanityaseng tyas mematuh slalu berkehendak patuh
badharing sapu dhendha dibatalkan hukuman
antuk mayar sawatawis dapat ampunan sedikit
borong angga sawarga mesi kupasrahkan jiwa ragaku ya Allah
marata
7
sebagainya, bukan hanya terjadi pada ketika Rangga Warsita masih
hidup. Keadaan seperti ini sudah ada sejak jaman sebelum beliau
(Rangga Warsita) lahir, ketika beliau hidup, maupun ketika beliau
sudah meninggal, bahkan termasuk sekarang ini, tanda-tanda jaman
edan tersebut justru semakin jelas tampak di hadapan kita. Ajaran
dalam Serat Kalatida bisa dijadikan pedoman dalam menyikapi
keadaan Zaman Edan agar bisa selamat dunia dan akhirat.
1) Keteladanan
8
dan mudah terjerumus dalam konflik yang tidak jelas
pemicunya (tidhem tandhaning dumadi). Hal ini
sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara bahwa
seorang pemimpin, apalagi di negara berkembang seperti
Indonesia, menurut Ki Hajar Dewantara harus bisa Ing
Ngarso Sung Tuladha secara konsisten bagi
masyarakat yang dipimpinnya.
2) Nurani
9
Kalabendu akan semakin parah ketika orang senegara
berbeda-beda tujuan (mandar mangkin andadra,
rubeda angreribedi, beda-beda hardane wong
sanagara). Bahkan ketika para pemimpinnya baik-baik,
hal itu tak mampu mengatasi Zaman Edan ketika
masyarakatnya tidak ada kehendak untuk menjaga
persatuan dan kesatuan.
Seperti yang sudah disinggung di atas, saat ini kita berada di era
globalisasi. Globalisasi bisa dipahami sebagai proses integrasi
internasional yang terjadi karena pertukaran pandangan dunia,
produk, pemikiran, dan aspek-aspek kebudayaan lainnya.
Kemajuan infrastruktur transportasi dan telekomunikasi, termasuk
kemunculan telegraf dan Internet, merupakan faktor utama dalam
globalisasi yang semakin mendorong saling ketergantungan
(interdependensi) aktivitas ekonomi dan budaya. Jadi
Internet adalah produk globalisasi sekaligus penggerak (katalis)
yang menghubungkan para pengguna komputer di seluruh dunia.
10
Pada bait 3 dan 4 Serat Kalatidha digambarkan kekecewaan dan
kesedihan yang harus dialami Rangga Warsita karena terlalu
mempercayai pada desas desus dan kata-kata manis. Mendengar
desas desus dan kata-kata manis terkait kemungkinan beliau
dipromosikan, beliau menerima begitu saja informasi tersebut dan
menjadi terlalu bergembira sehingga hilang kewaspadaannya
(teman suka ing karsa tanpa wiweka). Akibatnya beliau
menjadi sangat berduka (Katetangi tangisira, sira sang
paramengkawi, kawileting tyas duhkita) ketika ternyata isu
bahwa beliau hendak dipromosikan itu ternyata tidak menjadi
kenyataan (Dhasar karoban pawarta, Bebaratan ujar lamis,
Pinudya dadya pangarsa, Wekasan malah kawuri ).
Berdasarkan pesan yang tersirat dalam bait 3 dan 4 di atas, maka
dalam era dimana keberlimpahan informasi seperti ini diperlukan
sikap kehati-hatian dan waspada dalam menerima informasi agar
kita tidak terjerat masalah yang tidak kita inginkan.
11
jejak informasi yang selama ini disajikan maupun berdasarkan
penilaian dari instasi yang bertanggungjawab mengawasi sumber
informasi (situs) di internet. Dengan pertimbangan Eling dan
Waspada maka situs-situs yang cenderung memuat materi yang
provokatif sebaiknya dihindari, atau setidaknya dicerna isinya
dengan penuh kehati-hatian.
Salah satu potensi diri terkait dengan apa yang kita kenal sebagai
kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional adalah kemampuan
merasakan, memahami, dan secara selektif menerapkan daya
dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan pengaruh yang
manusiawi. Kecerdasan emosi menuntut penilikan perasaan,
untuk belajar mengakui, menghargai perasaan pada diri sendiri
dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan
secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari.
12
sedihnya menjadi energi positif untuk menghasilkan karya yang
bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.
13
KESIMPULAN
Upaya menuliskan dan memaknai kembali Serat Kalatidha ini
masih banyak kekurangan, mengingat penulis tidak memiliki latar
belakang pendidikan dan pengalaman kerja yang sesuai. Meskipun
begitu dengan telah disajikannya Serat Kalatida dalam bahasa
Indonesia dengan tetap mempertahankan gaya tembang Sinom,
diharapkan upaya memahami pesan yang terkandung dalam Serat
Kalatidha menjadi lebih mudah.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, SW .2014. Kitab Sakti Ajaran Ranggawarsita, membongkar
saripati ajaran-ajaran kebajikan Sang Pujangga Besar. Araska
Publisher, Yogyakarta
Cak Nun. 2017. Indonesia Tidak Belajar Kepada Yogya. Kolom Wedang
Uwuh. SKH Kedaulatan Rakyat 17 Januari 2017
14
https://uns.ac.id/id/uns-update/menilik-serat-kalatidha-dalam-
konteks-kekinian.html
https://karlinasetiyanti.wordpress.com/sastra-jawa/serat-kalatidha-
karya-raden-ngabehi-ranggawarsita/
http://www.kompasiana.com/kalimana/inilah-jaman-edan-menyelisik-
serat-kalatidha-
ranggawarsita_581378678423bd462e94175a
https://id.wikipedia.org/wiki/Serat_Kalatidha
15