Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak diperkenalkan pertama kali dibidang obstetri oleh Ian Donald sekitar 50 tahun
yang lalu, USG telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik dalam hal tekhnik
maupun kualitas resolusi yang dihasilkan. Hal ini telah membawa kemajuan yang sangat
dramatis didalam hal diagnosis dang penanganan kehamilan.
Morfologi dan fungsi organ janin dapat dipelajari kasat mata dengan menggunakan
USG 2-Dimensi (USG 2-D) jenis real-time. Fungsi hemodinamik uterus plasenta-janin dapat
dipelajari dengan lebih mudah dan akurat dengan tekhnik pemeriksaan doppler (color
doppler dan pulsed doppler). Dalam dekade terakhir ini telah dikembangkan tekhnik
pemeriksaan USG 3-Dimensi (USG 3-D), baik jenis 3-D statik maupun 3-D real-time (USG
4-Dimensi atau life 3-D). Melalui USG 3-D morfologi, perilaku, dan sirkulasi janin-plasenta
dapat dipelajari dengan lebih mudah dan jelas berdasarkan aspek 3-Dimensi.
Dengan ultrasonografi memungkinkan untuk melakukan pengukuran terhadap tulang
dan struktur jaringan lunak janin secara cepat dan akurat dibandingkan dengan pemeriksaan
rontgen. Melalui pemeriksaan biometri janin dengan USG, maka dapat diperoleh keterangan
penting, antara lain : umur kehamilan, kesesuaian besarnya janin dengan usia kehamilan, dan
malformasi janin.
Umur janin adalah pertanyaan pertama yang penting dalam praktek obstetri modern
dan merupakan satu pertanyaan yang paling sering dalam pelayanan rujukan di negara-negara
dimana pemeriksaan ultrasonografi secara rutin pada kehamilan tidak dilakukan. Evaluasi
pertumbuhan janin dan deteksi pertumbuhan janin yang terhambat juga merupakan perhatian
utama karena janin yang mengalami hambatan pertumbuhan mempunyai risiko morbiditas
dan mortalitas yang tinggi. Bila penyebab kematian perinatal oleh karena prematuritas dan
infeksi dapat dikendalikan maka deteksi malformasi akan menjadi satu hal yang penting.
Biometri janin mempunyai tabel normal yang sudah dibuat oleh beberapa peneliti
seperti Jeanty, Hadlock dan lain-lain yang bisa digunakan sebagai pegangan, namun yang
paling akurat apabila tabel tersebut diperoleh dari masyarakat kita sendiri. Tabel
pertumbuhan yang digunakan atau dibuat di negara lain belum tentu sesuai dengan
masyarakat Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

1.1. Defenisi
Biometri janin adalah sesuatu yang berhubungan dengan bagian-bagian tubuh atau
dimensi janin untuk mengetahui pertumbuhannya. Melalui pemeriksaan biometri janin
dengan USG, maka dapat diperoleh keterangan penting, antara lain : umur kehamilan,
kesesuaian besarnya janin dengan usia kehamilan, dan malformasi janin.
1.2. Umur Kehamilan
Pertumbuhan janin sebenarnya merupakan pertambahan ukuran tubuh janin yang
berlangsung terus menerus selama kehamilan. Oleh karena itu pengukuran biometri janin
dapat dipakai untuk menentukan usia kehamilan.
Ada beberapa perhitungan umur kehamilan. Umur kehamilan yang dihitung dari hari
pertama haid terakhir disebut menstrual age. Umur kehamilan yang dihitung dari saat
fertilisasi disebut conceptual age, sedangkan umur kehamilan yang dihitung dari saat ovulasi
ditambah 2 minggu (teori) disebut gestational age. Umur kehamilan berdasarkan haid
terakhir secara klasik selalu digunakan bila siklus haid teratur dan ovulasi tepat pada
pertengahan siklus. Umur kehamilan ini juga yang digunakan dalam menentukan lamanya
kehamilan pada pemeriksaan USG.

Trimester I
Penentuan usia kehamilan pada trimester I akan lebih akurat apabila dilakukan
dengan pemeriksaan USG, khususnya USG transvaginal. Pemeriksaan ini tidak dipengaruhi
oleh status fisik ibu maupun posisi uterus.
Adanya kehamilan intra uterin dapat ditentukan mulai kehamilan 4-5 minggu (2-3
minggu setelah ovulasi), yaitu dengan melihat adanya struktur kantung kehamilan
(gestational sac) yang gambarannya spesifik di dalam uterus. Parameter yang sering
digunakan untuk menentukan umur kehamilan pada trimester I adalah diameter kantong
kehamilan dan CRL.

1. Kantong Kehamilan (Gestational Sac, GS)


Kantong kehamilan mulai bisa dilihat dengan alat USG pada usia kehamilan 4-5
minggu. Kantong kehamilan merupakan area hipoekoik yang berasal dari vesikel khorion dan
dibatasi oleh cincin ekhogenik yang berasal dari trofoblas. Kantong kehamilan yang normal
akan didapatkan gambaran cincin ekhogenik ganda (double echogenic ring) dengan cincin
dalam yang berasal dari desidua kapsularis dan khorion leave serta cincin luar yang berasal
dari desidua vera. Harus dibedakan dari pseudogestational sac pada kehamilan ektopik yang
tidak didapatkan gambaran cincin ganda dan yolk sac
(Gambar 1).
Perhitungan umur kehamilan dengan mengukur kantong kehamilan dapat diperoleh
dengan cara :
1. Mengukur diameter kantong kehamilan, selanjutnya digunakan rumus :
Umur kehamilan (minggu) = rata-rata GS (mm) + 25,43 / 7,02 minggu atau umur
kehamilan (minggu) = diameter kantong kehamilan (cm) x 1,384 + 4,452.

2. Bila diameter kantong kehamilan belum mencapai 25 mm, maka secara kasar umur
kehamilan dapat dihitung dengan rumus :
Umur kehamilan (hari) = Diameter kantung kehamilan + 30

3. Mengukur volume kantong kehamilan dan diperlukan pengukuran 2 dimensi dengan 3


ukuran (L, T dan AP), selanjutnya dimasukkan dalam rumus : GS volume (ml) =
L(cm) x T(cm) x AP (cm) x 0,5233. Hasil ini kemudian dimasukkan dalam tabel yang
sudah tersedia untuk menentukan umur kehamilan.
Selain untuk menentukan umur kehamilan, pemeriksaan keadaan kantong kehamilan juga
untuk konfirmasi kehamilan intrauterin dan untuk menyingkirkan blighted ovum.

Gambar 1. Kantong kehamilan


Gambar 2. Pengukuran kantong kehamilan

2. Crown Rumph Lenght (CRL)


CRL adalah ukuran terpanjang janin dari kepala sampai bokong tanpa menyertakan
anggota gerak. CRL sudah dapat diukur pada umur kehamilan 6-7 minggu. CRL merupakan
cara pengukuran yang paling akurat dalam menentukan umur kehamilan pada awal
kehamilan dengan kesalahan 3 hari saja. Hal ini disebabkan karena pada kehamilan
trimester I, pertumbuhan panjang janin sangat erat hubungannya dengan umur kehamilannya
karena belum atau sedikit sekali dipengaruhi oleh keadaan patologis yang mungkin ada.
Namun, semakin bertambah umur kehamilan, maka janin akan semakin bertambah panjang
sehingga cenderung membungkuk dan tidak menggambarkan lagi panjang sebenarnya.
Cara mendapatkan bidang potong untuk pengukuran CRL adalah sebagai berikut :

1. Usahakan janin ditampilkan pada potongan sagital.


2. Janin dalam sikap ekstensi.
3. Janin diukur pada jarak terpanjang.
4. Kaliper ditempatkan pada tepi luar kepala dan bokong janin tanpa mengukur anggota
gerak atau yolk sac.
5. Hasil yang dipakai merupakan rata-rata dari 3 pengukuran.
Perhitungan umur kehamilan dengan mengukur CRL dapat diperoleh dengan cara :
1. Setelah mengukur CRL, selanjutnya digunakan rumus :
Umur kehamilan (hari) = 8,052 x (CRL)1/2 + 23,73.
2. Menggunakan the rule of thumb untuk mendapatkan umur kehamilan secara kasar,
yaitu :
Umur kehamilan (minggu) = CRL (cm) + 6,5.
3. Pengukuran Lain Pada Trimester I
Pengukuran dimensi lain dari janin pada trimester I, antara lain : pengukuran tebalnya
lapisan trofoblas, pengukuran diameter dan volume yolk sac. Pengukuran ini mempunyai
nilai ketepatan yang kurang dibanding pengukuran CRL untuk menentukan umur kehamilan
oleh karena mempunyai nilai yang sangat bervariasi.

Trimester II dan III


Pemeriksaan USG pada trimester II dan III akan dapat mengidentifikasi struktur janin
secara lebih jelas dan lebih bervariasi. Oleh karena itu, penentuan umur kehamilan pada
trimester II dan III dapat dilakukan melalui beberapa parameter biometri janin, misalnya :
1. Kepala : Diameter biparietal, diameter oksipitofrontal, lingkar kepala.
2. Toraks : Diameter transversal toraks, diameter anteroposterior toraks.
3. Abdomen : Diameter transversal abdomen, diameter anteroposterior, lingkar
abdomen.
4. Ekstremitas : femur, tibia, fibula, humerus, radius, ulna.
5. Organ-organ : ventrikel otak, orbita, jarak interorbita, ventrikel jantung, ginjal.

1. Diameter Biparietal (BPD)


BPD adalah jarak maksimal antara tulang parietal depan dan belakang pada posisi
kepala oksiput transversa. Pengukuran BPD paling akurat dalam penentuan usia kehamilan
antara 12-28 minggu dimana pertumbuhan BPD menunjukkan garis yang linier. Disamping
untuk menentukan umur kehamilan, pengukuran ini dapat juga digunakan untuk menentukan
berat janin dan deteksi kelainan kepala janin (makrosefalus, mikrosefalus atau hidrosefalus).
Cara mendapatkan bidang potong untuk pengukuran BPD adalah sebagai berikut
(Gambar 3) :
1. Cari potongan kepala sampai mendapatkan bentuk paling simetris, yaitu jarak antara
garis tengah dan tulang kepala pada kedua sisi harus sama.
2. Potongan harus tegak lurus pada garis tengah dan dicari potongan yang terbesar.
3. Gunakan gain yang rendah untuk mencegah penebalan tulang tengkorak karena
artefak.
4. Bentuk kepala harus oval yang dikonfirmasi dengan indeks sefalik (normal antara 75-
85).
5. Pada bidang yang benar akan terlihat gambaran dari thalamus, kavum septum
pelusidum, sebagian dari falks serebri, dan insula dengan arteri serebri media.
Gambar 3. Bidang potong untuk pengukuran BPD

Kesalahan yang sering terjadi pada pengukuran BPD adalah :


1. Potongan kepala yang tidak simetris.
2. Bidang potong tidak tepat, terlalu tinggi sehingga tampak adanya ventrikel lateralis
dan terlalu rendah sehinga tampak pedunkulus serebri.
3. Penempatan kaliper tidak tegak lurus pada garis tengah.
4. Transduser terlalu ditekan sehingga kepala mengalami perubahan bentuk.
5. Tulang parietal masih terlalu tebal oleh karena artefak, meskipun gain telah
dikecilkan.
Setelah mendapatkan ukuran BPD maka melalui tabel yang tersedia dapat ditentukan
umur kehamilan, dan biasanya tabel tersebut ditampilkan dengan 5,50 dan 95 persentil.

2. Lingkar Kepala (Head Circumference, HC)


HC digunakan pada keadaan dimana indeks sefalik diluar batas normal, yaitu terlalu
bulat (brakhisefalus) atau terlalu oval (dolikosefalus). Pengukuran pada keadaan ini memberi
hasil yang lebih baik dari BPD untuk menentukan umur kehamilan. Selain untuk menentukan
umur kehamilan, HC juga digunakan untuk mendiagnosis mikrosefalus atau PJT.
Untuk menentukan bidang yang baik untuk pengukuran BPD perlu ditentukan indeks
sefalik, yaitu perbandingan antara diameter biparietal (BPD) dengan diameter oksipito-
frontalis (OFD). Indeks ini tidak berubah selama kehamilan, yaitu 0,75-0,85. Bila indeks
lebih kecil atau lebih besar maka BPD tidak digunakan untuk menentukan umur kehamilan
dan digantikan dengan HC.
Perhitungan umur kehamilan dengan mengukur HC dapat diperoleh dengan cara :
1. Menggunakan rumus :
HC = 1,57 (BPD + OFD)
2. Mengukur lingkar kepala secara langsung menggunakan tracing.
Cara mendapatkan bidang potong untuk pengukuran HC adalah :
1. Potongan sama dengan BPD.
2. Pengukuran dilakukan pada midpoint.
Permasalahan yang sering terjadi pada pengukuran HC adalah sebagai berikut :

1. Kadang-kadang besarnya kepala melebihi besarnya transduser sehingga tidak seluruh


kepala janin terlihat di layar monitor.
2. Pengukuran ini kurang praktis dibandingkan dengan pengukuran BPD atau FL.

3. Lingkar Perut (Abdominal Circumference, AC)


Pengukuran AC biasanya untuk menaksir besarnya janin setinggi hepar. Pada keadaan
dimana terjadi gangguan nutrisi yang lama maka hepar janin akan mengecil. Dengan
demikian pengukuran AC dimaksudkan untuk menilai status gizi atau nutrisi dari janin.

Untuk menentukan umur kehamilan maka parameter ini mempunyai nilai diagnostik
yang paling rendah dibandingkan dengan BPD, FL atau HC akan tetapi sangat bermanfaat
untuk menentukan pertumbuhan janin dan taksiran berat badan janin serta diagnosis
mikrosefsalus.
Cara mendapatkan bidang potong untuk pengukuran AC adalah sebagai berikut
(Gambar 4) :
1. Bidang yang diambil adalah potongan transversal abdomen melalui pertemuan vena
umbiilikalis dan vena porta kiri yang tampak seperti tongkat hoki.
2. Sudut pengambilan harus tepat dimana potongan transversal tulang belakang terlihat
jelas dan tulang rusuk tidak terlihat.
3. Bentuk sebulat mungkin karena bila tidak dapat menambah ukuran antero-posterior.
4. Tidak tampak jantung (terlalu tinggi) dan ginjal janin (terlalu rendah).
5. Lambung akan terlihat bila berisi cukup cairan.
6. Diameter antero-posterior diambil dari prosesus spinosus vertebra ke arah tepi luar
dinding perut didepannya sedangkan diameter transversa diambil pada bidang tegak
lurus dan pertengahan diameter antero-posterior, dari tepi luar ke tepi luar abdomen
janin (outer to outer).

Gambar 4. Bidang potong untuk pengukuran AC

Cara pengukuran AC untuk perhitungan umur kehamilan adalah :


1. Langsung mengukur keliling abdomen janin menggunakan tracing.
2. Menggunakan rumus :
AC = 1,57 (Diameter Transversa + Diameter Antero-posterior) x 1,57
selanjutnya dimasukkan ke dalam tabel yang tersedia.

4. Panjang Femur (Femur Lenght, FL)


Akurasi pengukuran FL cukup lebar, yaitu 4-5 minggu dan tidak dapat
menggantikan BPD, tetapi dapat sebagai pembanding atau bila BPD tidak dapat diukur
dengan baik, misalnya kepala sudah jauh masuk panggul atau kelainan kepala seperti
anensefalus.

Cara untuk mendapatkan tulang femur dan mengukur FL adalah sebagai berikut

(Gambar 5) :

1. Ikuti tubuh janin secara longitudinal sepanjang tulang vertebra sampai terlihat vesika
urinaria.
2. Cari krista iliaka yang berupa dua gema yang ekogenik pendek sepanjang vesika
urinaria.
3. Gerakkan transduser sedikit ke arah distal. Gema ekogenik yang tampak dekat krista
iliaka adalah femur.
4. Kalau pangkal femur telah ditemukan, transduser diputar 90o sampai terlihat seluruh
panjang femur.
5. Tanda seluruh panjang femur telah diambil bila dibawahnya tampak bayangan
akustik.
6. Seluruh panjang femur terlihat utuh dan tidak terputus serta ujung tulang tampak
tegas.
7. Pengukuran panjang femur diambil dari trokanter mayor sampai kondilus lateralis.
Kaput femoris dan epifisis tidak termasuk dalam pengukuran.
8. Apabila dalam satu bidang terlihat kedua femur kiri dan kanan, maka yang diukur
adalah femur yang paling dekat dengan transduser.

Gambar 5. Bidang potong untuk pengukuran FL

5. Parameter Lain Pada Trimester II dan III


Selain parameter yang diuraikan diatas, untuk menentukan umur kehamilan bisa
dilakukan pengukuran dari :
1. Fetal Ocular Biometry ( Jarak kedua bola mata)
2. Humerus Length (Panjang humerus)
3. Tibia and Fibula Length (Panjang tibia dan fibula)
4. Ulna and Radius Length (Panjang radius dan ulna)
5. Fetal Kidney Biometry (Volume, ketebalan, panjang dan lebar )
6. Fetal Adrenal Biometry.

Anda mungkin juga menyukai