Anda di halaman 1dari 21

PEMERIKSAAN FISIK OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

PATOLOGIS

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan fisik obstetri dan ginekologi secara
lege artis.
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi dan menginterpretasikan temuan obstetri dan
ginekologi yang patologis pada kehamilan trimester 1, 2 dan 3
3. Mahasiswa dapat menyebutkan penyakit yang menunjukkan tanda dan gejala
patologis pada kehamilan trimester 1, 2 dan 3 dari pemeriksaan fisik obstetri dan
ginekologi.
B. ALAT DAN BAHAN
a. Laennec
b. Handscoon
c. Jelly sebagai pelumas
d. Microtoise staturmeter
e. Pita ukur
f. Timbangan berat badan
g. Tensimeter
h. Pelvimeter
PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK OBSTETRI DAN GINEKOLOGI PATOLOGIS
1. Pemeriksaan umum
Perhatikan pasien apakah cemas, senang, sedih, nyeri, sambil diukur tinggi
badan dan timbang beratnya untuk menghitung BMI. Perhatikan tangan pasien
apakah terlihat pucat, adakah eritem palmaris, koilonychia (tanda anemia
defisiensi besi), clubbing finger, sianosis dan hitung nadi pasien. Kemudian
lakukan pengukuran tekanan darah pasien, untuk melihat apakah ada
kemungkinan terjadinya preeklampsia.
Perhatikan dan periksa mata pasien apakah terlihat pucat pada konjungtiva
yang menandakan anemia. Adakah sklera ikterik (jaundice), eksoftalmus
(tirotoksikosis) yang menjadi masalah dalam kehamilan. Perhatikan membran
mukosa mulut yang pucat sebagai tanda lain dari anemia. Adanya stomatitis
angularis menandakan terjadi defisiensi folat. Kelenjar tiroid sering membesar
pada kehamilan karena terjadi peningkatan metabolisme dalam kehamilan.

2. Pemeriksaan abdomen (Pemeriksaan Leopold I-IV dan Interpretasi Hasil


Patologis)
Ibu dalam posisi supine dan nyaman dengan perut terbuka. Manuever ini
akan menjadi sulit untuk dilakukan atau diinterpretasikan jika pasiennya gemuk
(obese), jika ada cairan amnion berlebihan atau jika plasenta berimplantasi di
anterior.
Pemeriksaan abdomen adalah kunci dari pemeriksaan pasien obstetri.
Pasien diposisikan terlentang dengan nyaman dan kepala diganjal bantal. Bagian
tubuh pasien terbuka mulai xiphisternum sampai dengan simfisis pubis.
Pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi,palpasi dan auskultasi denyut jantung
janin.
Inspeksi
Selama inspeksi harus diperhatikan pembesaran abdomen, adanya linea
nigra, striae gravidarum, striae albicans, dilatasi vena, luka operasi (scar) dan
gerakan janin. Linea nigra, striae gravidarum dan striae albicans tidak selalu
muncul pada kehamilan. Striae gravidarum terjadi karena pembesaran abdomen
yang disebabkan kehamilan. Striae albicans karena distensi abdomen sebab
kehamilan sebelumnya atau penyebab lainnya. Luka operasi terutama luka
melintang di suprapubik sangat penting, karena biasanya tersembunyi. Jika ada
luka operasi deskripsikan lokasi, tipe, panjang, tanda infeksi dan adanya nyeri.
Palpasi
Palpasi harus dilakukan dengan gentle. Untuk memastikan apakah palpasi
menyebabkan nyeri atau tidak, dapat terlihat dari raut wajah pasien. Palpasi
dilakukan dengan teknik palpasi superfisial dan palpasi dalam. Palpasi superfisial
untuk melihat apakah ada tegangan abdomen. Palpasi dalam untuk menilai uterus
pasien dan letak janin. Palpasi dilakukan ketika uterus tidak berkontraksi.
Palpasi abdomen dapat dikerjakan pada bulan-bulan terakhir kehamilan dan
selama serta di antara kontraksi pada persalinan.Temuan-temuan tersebut
memberikan informasi tentang presentasi dan posisi janin serta seberapa jauh
bagian terbawah janin telah turun ke dalam panggul.Contoh temuan yang dapat
dinilai melalui pemeriksaan palpasi abdomen adalah ukuran janin, malpresentasi
janin, serta disproporsi sefalopelvik.

Gambar 1. Perasat Leopold


Keterangan: a, perasat I; b, perasat II; c, perasat III; d, perasat IV

Pemeriksaan Leopold I-IV dideskripsikan sebagai berikut.


a. Perasat I
Setelah melakukan inspeksi kontur uterus dan tinggi fundus uteri
terhadap prosesus xifoideus pemeriksa dengan lembut mempalpasi fundus
dengan ujung jari kedua tangan untuk menentukan kutub janin yang berada di
fundus.Bokong janin memberikan perabaan yang besar, sementara kepala
terasa keras dan bundar serta lebih bebas digerakkan dan digoyang
(ballotable).Kondisi yang perlu diperhatikan apabila pada akhir kehamilan
tidak teraba bokong pada fundus uteri sehingga diperkirakan terjadi kelainan
presentasi dan posisi janin.
Saat perasat I, pemeriksa dapat memperkirakan tinggi fundus uteri
(TFU) dan usia kehamilan. TFU diukur secara longitudinal dari fundus uteri

ke arah simfisis mengikuti kurva fundus. Sambil dipalpasi dari xiphisternum,


tentukan batas fundus uteri. Gunakan pita ukur dengan cara membalik bagian
skala centimeter, dari titik acuan fundus uteri

ke batas simfisis pubis,

kemudian baca skala centimeter.


Dengan mengukur tinggi fundus uteri dari simfisis pubis dapat
diperkirakan umur kehamilan. Perkiraan klinis ukuran uterus adalah sebagai
berikut :

Gambar 2. Usia Kehamilan berdasarkan TFU


Tinggi fundus uteri dapat digunakan sebagai perkiraan usia kehamilan.
Misalnya usia kehamilan 12 minggu TFU setinggi simpisis pubis, 20 minggu
setinggi umbilicus, dan 27 minggu setinggi sternum. Rumus McDonalds
dapat digunakan untuk meningkatkan ketepatan hasil perkiraan usia
kehamilan berdasarkan TFU. Perkiraan usia kehamilah berdasarkan rumus
McDonalds dilakukan pada usia kehamilan memasuki trisemester ke-II dan
III.
Rumus McDonalds
a. Hitungan Bulan
Usia kehamilan = TFU (cm) x 2/7
b. Hitungan Minggu
Usia kehamilan = TFU (cm) x 8/7

Kondisi patologis yang menyebabkan kelainan pada pengukuran TFU


di antaranya:
1) Gemeli (kehamilan ganda)

2)
3)
4)
5)
6)

Penghitungan tanggal awal kehamilan yang salah


Diabetes gestasional sebagai faktor risiko makrosomia
Mioma uteri
Obesitas maternal
polihidramnion

b. Perasat II
Telapak tangan pemeriksa diletakkan di kedua sisi abdomen
dilanjutkan dengan penekanan yang lembut tapi dalam. Satu sisi akan teraba
bagian yang keras dan resisten yaitu punggung dan di sisi lain teraba bagianbagian kecil tidak teratur yang mudah digerakkan yaitu ekstremitas janin.
Namun, pada kondisi tertentu seperti letak lintang, punggung janin akan
berada di anterior atau posterior dan di sisi perut ibu akan teraba balotemen
pada salah satu sisi dan bagian kecil irregular janin pada sisi yang lain. Letak
lintang pada janin biasanya disebabkan oleh multiparitas yang tinggi, janin
prematur, plasenta previa, uterus abnormal, polihidramnion, dan panggul
sempit.Perasat II juga dapat membantu indentifikasi denyut jantung janin
(DJJ).

Gambar 3. Janin Letak Lintang

c. Perasat III
Bagian bawah abdomen ini dipegang tepat di atas simpisis pubis
dengan ibu jari dan jari-jari satu tangan. Bila bagian bawah janin belum
engaged, akan teraba bagian yang mudah digerakkan, biasanya kepala janin.
Bila bagian bawah janin sudah engaged temuan pada perasat III hanya
menunjukkan bahwa kutub bawah janin terfiksasi di dalam panggul
dandilanjutkan dengan perasat ke IV. Apabila kepala janin belum engaged
pada minggu-minggu terakhir mendekati persalinan khususnya pada nulipara,
maka curiga adanya disproporsi sefalopelvik dengan pintu atas pelvis.
d. Perasat IV
Ujung jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis kedua tangan pemeriksa
menekan ke arah sumbu pintu atas panggul. Bila presentasi kepala, satu
tangan akan lebih cepat tertahan oleh tonjolan kepala dan tangan yang lain
akan turun lebih jauh ke dalam panggul. Tonjolan tersebut merupakan
petunjuk seberapa jauh terjadinya penurunan kepala. Apabila saat persalinan
tonjolan tersebut tidak menurut maka itu dapat merupakan tanda terjadinya
transvers arrest.
3. Pemeriksaan Auskultasi Denyut Jantung Janin dan Interpretasi Hasil
Patologis
Denyut jantung janin (DJJ) dapat diidentifikasi melalui doppler (usia
kehamilan 12 minggu),fetoscope (usia kehamilan 18 20 minggu) atau
ultrasound (awal trimester). Lokasi untuk mendengar denyut jantung janin berada
disekitar garis tengah fundus 2 3 cm diatas simphisis terus ke arah kuadran kiri
bawah. Skema di bawah ini akan menunjukkan letak auskulitasi DJJ pada saat
kehamilan.

(a)

(b)
1- left sacroanterior position of the head
2- left sacroposterior position of the head
3- right sacroanterior of the head
4- right sacroposterior position of the head
5- left sacroanterior position of the breech
6- left sacroposterior position of the breech
7- right sacroanterior position of the breech
8- right sacroposterior position of the breech
Gambar 4.Auskultasi Denyut Jantung Janin
Keterangan: (a) penggunaan stetoskop Laennec; (b) lokasi auskultasi denyut jantung janin

Sampai saat ini belum ada konsensus mengenai DJJ normal.Panduan


Internasional saat ini menyepakati DJJ normal apabila berada pada rentang 110150 kali permenit atau 110-160 kali permenit.Namun, lebih banyak panduan yang
menyepakati DDJ antara 110-160 kali permenit merupakan rentang DJJ normal
yang aman pada praktek sehari-hari.
Denyut jantung janin menggambarkan kondisi kesejahteraan janin.Pola DJJ
yang berbeda disebabkan oleh banyak faktor. Misalnya pada kondisi hipoksia,
variabilitas DJJ akan meningkat sebagai kompensata untuk memenuhi kebutuhan
O2. Namun, pada kondisi dekompensta akan terjadi deselesari atau penurunan
DJJ. Takikardi pada janin terjadi jika DJJ berada pada rentang 150-170 kali
permenit dan bradikardi jika DJJ berada pada rentang 100-110 kali permenit.
Takikardi dan bradikardi janin tidak selalu merepresentasikan kondisi
hipoksia.Takikardi biasanya disebabkan karena dua faktor yaitu faktor janin
berupa pergerakan janin, hipoksia, dan anemia serta faktor maternal berupa
dehidrasi, aktivitas simpatis, dan betamimetik. Bradikardia pada janin disebabkan
karena adanya blok jantung janin, hipoksia, kompresi tali pusat, abriptio plasenta,
dan hiperstimulasi uterus.

4. Pemeriksaan Kapasitas Panggul dan Interpretasi Hasil Patologis


Diameter panggul mempengaruhi kelancaran dalam proses persalinan.
Kesempitan panggul sering menyebabkan distosia selama persalinan. Bentuk
panggul yang kompleks dan lokasi pasti objek dalam panggul yang sulit
dijelaskan, maka panggul digambarkan mempunyai 4 bidang imajiner yaitu pintu
atas panggul (PAP), pintu tengah panggul (PTP), pintu bawah panggul (PBP),
serta bidang panggul besar.
Pengukuran diameter panggul eksternal dilakukan dengan menggunakan
alat pelvimeter.

(a)

(b)
Gambar 5. Pengukuran Panggul eskternal
(a) Pelvimeter; (b) distantia spinarum, distantia cristarum, distantia trochaanterica dan
Conjugata eskternal

Distantia spinarum (2) : jarak antara kedua titik spina iliaca anterior superior
(SIAS). Rentang normal 25-26 cm.
Distansia cristarum (1) : jarak antara kedua titik crista iliaca. Rentang normal 2829 cm.
Distantia trochanterica (3) : jarak rongga cotyloid os femur. Titik ini mudah
ditentukan karena terlihat dengan jelas (bahkan pada wanita gemuk). Rentang
normal 31-32 cm.

Conjugata external (4) : jarak antara titik tengah tepi atas simfisis pubis dan fossa
pada bagian belakang vertebra Lumbalis V dan Sacralis I. Rentang normal 20-21
cm.

Gambar 6.Ruang Panggul


a. Pintu Atas Panggul (PAP)
Pintu atas panggul dibatasi oleh promontorium dan ala sakrum di
posterior, linea terminalis di lateral, dan rami horizontalis tulang-tulang pubis
dan simpisis. Konfigurasi PAP lebih mendekati bulat daripada lonjong
(ginekoid). Diameter PAP biasanya disebut sebagai: anteroposterior,
transversal, dan dua oblik. Bagian terpenting secara obstetrik adalah konjugata
obstetrik yang terbentang antara promontorium sakrum dan simpisis pubis.

Panggul atas abnormal bila konjugata obstetrik berdiameter <10 cm. Hal ini
akan menyebabkan gangguan pada penurunan kepala.
Konjugata obstetrika tidak dapat diukur secara langsung dengan
pemeriksaan jari. Perkiraan diameter konjugata obstetrik dapat diukur dari tepi
bawah simpisis pubis ke promontorium os sacrum (konjugata diagonalis)
normalnya >11.5 cm dan hasilnya dikurangi 1.5-2 cm.
b. Pintu Tengah Panggul (PTP)
Kesempitan PTP lebih sering terjadi daripada kesempitan PAP.
Kesempitan PTP menyebabkan transvers arrest paska engagementkepala janin
yang mengakibatkan persalinan patologis dengan tindakan atau dengan sectio
caesarea. Diameter interspinarum 10 cm atau lebih sedikit merupakan
diameter panggul terkecil. Diameter anteroposterior setinggi spina isciadila
normalnya berukuran 11.5 cm. Komponen posterior antara sakrum dengan
garis tengah diameter interspinarum setidaknya berukuran 4.5 cm.
c. Pintu Bawah Panggul (PBP)
Tiga diameter PBP disebut sebagai: anteroposterior, transversal, dan
sagital posterior. Diameter anteroposterior terbentang dari tepi bawah simpisis
pubis sampai ujung sakrum dengan diameter 9.5-11.5 cm. Diameter
transversal diukur dari tuberositas iscii dengan diameter 11 cm. Diameter
transversal dianggap normal secara klinis jika >8 cm. Diameter sagital
posterior terbentang dari ujung sakrum ke perpotongan tegak lurus dengan
garis imajiner di antara tuberositas iscii dengan diameter normal > 7.5 cm.
Prognosis persalinan bergantung pada diameter sagital posterior PBP

BEBERAPA KONDISI OBSTETRI PATOLOGIS


PADA KEHAMILAN TRIMESTER I
1. MOLA HIDATIDOSA

Mola hidatidosa adalah bagian dari penyakit trofoblastik gestasional, yang


disebabkan oleh kelainan vili khorionik yang disebabkan oleh proliferasi trofoblastik
dan edema.
Faktor predisposisi :

Usia kehamilan terlalu muda dan terlalu tua


Riwayat kehamilan dengan mola sebelumnya
Beberapa penelitian menunjukkan karena penggunaan kontraseptif oral
Diagnosis :

Perdarahan pervaginam berupa bercak hingga berjumlah banyak


Mual dan muntah hebat
Ukuran uterus lebih besar dari usia kehamilan
Tidak ditemukan janin intrauterine
Nyeri perut
Serviks terbuka
Keluar jaringan seperti anggur, tidak ada janin

Penegakkan diagnosis kehamilan dengan mola dapat dibantu dengan pemeriksaan


Ultrasonografi
2. ABORTUS
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran konsepsi sebelum janin dapat hidup
di luar kandungan. WHO IMPAC menetapkan batas usia kehamilan kurang dari 22
minggu, namun beberapa acuan terbaru menetapkan batas usia kurang dari 20 minggu
atau berat janin kurang dari 500 gram.
Faktor predisposisi :
Faktor Janin (Fetal) : contohnya adalah kelainan genetik (kromosom)
Faktor Ibu (Maternal) : contohnya : infeksi, kelainan hormonal seperti
hipotiroidisme,

DM,

malnutrisi,

penggunaaan

obat-obatan,

merokok,

konsumsi alkohol, faktor imunologis dan defek anatomis seperti uterus


didelfis, inkompetensia serviks (penipisan dan pembukaan serviks sebelum
waktu inpartu, umumnya pada trimester kedua)dan sinekhiae uteri karena

sindroma Asherman
Faktor Ayah (Paternal) : kelainan sperma

Diagnosis :

Perdarahan pervaginam dari bercak hingga jumlah banyak


Perut nyeri dan kaku
Pengeluaran sebagian produk konsepsi
Serviks dapat tertutup maupun terbuka

Ukuran uterus lebih kecil dari yang seharusnya

Diagnosis ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan Ultrasonografi.


Macam-macam abortus
Diagnosis Perdarahan
Abortus
Sedikit

Nyeri perut
Sedang

imminens

Uterus
Sesuai usia

Serviks
Tertutup

kehamilan

Abortus

Sedang

insipiens

banyak

Abortus

Sedang -

inkomplit

banyak

Sedang - hebat

Sesuai usia

ekspulsi jaringan
Terbuka

kehamilan
Sedang - hebat

Sesuai usia

Gejala khas
Tidak ada
konsepsi
Tidak ada
ekspulsi jaringan

Terbuka

kehamilan

konsepsi
Ekspulsi
sebagian
jaringan

Abortus

Sedikit

Tanpa / sedikit

komplit
Missed

Tidak ada

abortion

Tidak ada

Lebih kecil

Terbuka/t

konsepsi
Ekspulsi seluruh

dari usia

ertutup

jaringan

kehamilan
Lebih kecil

Tertutup

konsepsi
Janin telah mati

dari usia

tapi tidak ada

kehamilan

ekspulsi jaringan
konsepsi

3. KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU (KET)


Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi di luar uterus. Hampir 95%
kehamilan ektopik terjadi di berbagai segmen tuba Falopii, dengan 5 % sisanya
terdapat di ovarium, rongga peritonium atau di dalam serviks. Apabila terjadi ruptur di
lokasi implantasi kehamilan, maka akan terjadi perdarahan masif dan nyeri abdomen
akut yang disebut kehamilan ektopik terganggu.
Faktor predisposisi :

Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya


Riwayat operasi di daerah tuba dan atau tubektomi
Riwayat penggunaan AKDR

Infertilitas
Riwayat inseminasi buatan atau teknologi bantuan reproduktif (assisted

reproductive technology /ART)


Riwayat infeksi saluran kemih dan pelvic inflammatory disease/PID
Merokok
Riwayat abortus sebelumnya
Riwayat sectio caesaria sebelumnya

Diagnosis :

Perdarahan pervaginam dari bercak hingga berjumlah sedang


Kesadaran menurun
Pucat
Hipotensi dan hipovolemia
Nyeri abdomen dan pelvis
Nyeri goyang porsio
Serviks tertutup

Penegakkan diagnosis dibantu dengan pemeriksaan Ultrasonografi

BEBERAPA KONDISI OBSTETRI PATOLOGIS


PADA KEHAMILAN TRIMESTER II DAN III
1. KELAINAN LETAK
A. LETAK LINTANG
Diagnosis :
Pemeriksaan abdominal : sumbu panjang janin teraba melintang, tidak teraba
bagian pada pelvis inlet sehingga terasa kosong.
Pemeriksaan vaginal : sebelum in partu yang tidak ada bagian terendah yang
teraba di pelvis, sedangkan saat in partu yang teraba adalah bahu, siku atau
tangan.
B. LETAK SUNGSANG
Diagnosis :
Gerakan janin teraba di bagian bawah abdomen.
Pemeriksaan abdominal : kepala terletak di bagian atas, bokong pada bagian
pelvis, auskultasi menunjukkan denyut jantung janin lokasinya lebih tinggi
Pemeriksaan vaginal : teraba bokong atau kaki, sering disertai adanya mekonium

Terdapat beberapa variasi presentasi bokong : presentasi bokong sempurna,


presentasi bokong murni, dan presentasi kaki (footling).
2. KEHAMILAN DENGAN GEMELLI
Gemelli adalah satu kehamilan dengan dua janin atau lebih
Faktor predisposisi :

Usia kehamilan ibu lebih dari 30 tahun


Konsumsi obat kesuburan , seperti obat induksi ovulasi profertil, domid dan
hormon gonadotropin dapat menyebabkan kehamilan dizigotik dan kembar

lebih dari dua


Fertilisasi in vitro
Faktor keturunan

Tanda dan gejala kehamilan dengan gemelli :

Pada kehamilan dengan gemelli distensi uterus berlebihan, sehingga melewati

batas toleransinya dan seringkali terjadi partus prematurus.


Mual dan muntah berat karena HCG meningkat.
Palpasi abdomen didapatkan 3 atau lebih bagian tubuh yang besar
Auskultasi lebih dari satu denyut jantung yang terdengar jelas dan berbeda
lebih dari 10 denyut/menit. Kecurigaan meningkat jika keluarga memiliki

riwayat kehamilan kembar.


Penggunaan stimulator ovulasi
Kebutuhan ibu akan zat-zat makanan pada kehamilan kembar bertambah

sehingga dapat menyebabkan anemia dan penyakit defisiensi lain.


Frekuensi hidramnion kira-kira sepuluh kali lebih besar pada kehamilan

kembar daripada kehamilan tunggal.


Besar uterus melebihi usia kehamilan atau lamanya amenorea

Anamnesa :
a.
b.
c.
d.

Perut lebih buncit dari umur kehamilan


Gerakan janin lebih banyak dirasakan ibu hamil
Uterus terasa lebih cepat membesar
Pernah hamil kembar atau ada keturunan

Inspeksi dan palpasi :

Pada pemeriksaan pertama dan ulang ada kesan uterus lebih besar dan

cepat tumbuhnya dari biasa.


Teraba gerakan-gerakan janin lebih banyak
Banyak teraba bagian-bagian kecil
Teraba 2 balotemen atau lebih

Pada trimester kedua TFU biasanya lebih besar daripada TFU kehamilan

tunggal yang sesuai.


Pada kehamilan 20-30 minggu, TFU kehamilan kembar lebih tinggi 5 cm

daripada kehamilan tunggal di usia gestasi yang sama.


Kepala janin relatif lebih kecil dibandingkan dengan ukuran uterus.
Terdengar lebih dari satu denyut jantung bayi dengan menggunakan
stetoskop fetal.

Auskultasi :
Terdengar denyut jantung janin pada 2 tempat yang agak berjauhan dengan
perbedaan kecepatan sedikitnya 10 denyut per menit atau sama-sama dihitung dan
berselisih 10.
3. KEHAMILAN DENGAN HIDRAMNION
Hidramnion adalah cairan amnion dalam jumlah berlebihan. Hidramnion
berhubungan dengan peningkatan mortalitas dan morbiditas perinatal, serta
komplikasi maternal seperti abrupsio plasenta, disfungsi uterus, dan perdarahan
pascapersalinan.
Faktor predisposisi :
Ibu dengan Diabetes mellitus
Riwayat hidramnion dalam keluarga
Diagnosis :
Diagnosis hidramnion ditegakkan bila jumlah cairan amnion lebih dari 2000 mL.
Temuan klinis yang utama pada hidramnion adalah ukuran uterus yang besar dan
tegang disertai dengan kesulitan meraba bagian janin atau mendengarkan denyut
jantung janin. Pada keadaan berat, ibu dapat mengalami kesulitan bernapas,
pembengkakan tungkai dan oliguria.
Diagnosis pasti dilakukan dengan pemeriksaan Ultrasonografi.
4. KEHAMILAN DENGAN MIOMA UTERI
Mioma uteri sering ditemukan pada wanita usia reproduktif dan dapat
dijumpai pada masa kehamilan. Leiomioma adalah tumor uterus yang paling sering
ditemukan, dengan insiden 40-60% pada usia 35 tahun dan 70-80% pada usia 50
tahun. Leiomioma terjadi sekitar 2% pada wanita hamil. Komplikasi pada kehamilan
sering disebabkan karena leiomioma yang semakin membesar, mioma submukosa dan
yang terletak di bawah perlekatan plasenta. Fibroid yang terletak di segmen bawah
uterus dapat meningkatkan kejadian malpresentasi, persalinan dengan sectio caesaria
dan perdarahan post partum.

Kebanyakan fibroid adalah asimptomatik. Namun nyeri abdomen yang parah


dapat terjadi jika fibroid mengalami torsi red degeration atau impaksi. Nyeri
abdomen adalah komplikasi yang paling sering terjadi pada kehamilan dengan fiboid,
dan sering terlihat pada wanita dengan pembesaran fibroid (>5cm) selama trimester
kedua dan ketiga.
Mayoritas fibroid (60-70%) ukuran volumenya selama kehamilan tidak
menunjukkan perubahan yang signifikan. Akan tetapi 20-32% fibroid dapat
mengalami peningkatan volume, perkembangannya terbatas pada trimester pertama
terutama 10 minggu pertama kehamilan, dan terjadi sedikit pertumbuhan pada
trimester kedua dan ketiga.
Komplikasi yang ditimbulkan diantaranya adalah keguguran spontan,
persalinan preterm, placenta abruption, malpresentasi, distosia, sectio caesaria dan
perdarahan postpartum.
Lokasi fibroid menentukan risiko terjadinya perdarahan. Perdarahan pada awal
kehamilan sering terjadi jika plasenta melekat dekat dengan fibroid. Fibroid multipel
dan fibroid yang kontak dengan plasenta meningkatkan risiko persalinan preterm.
Fibroid submukosa, retroplasenta dan fibroid dengan volume>200cm3 dapat menjadi
risiko abruptio placenta.
5. KEHAMILAN DENGAN PLASENTA PREVIA
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi di atas atau mendekati
ostium serviks interna. Ada 4 macam plasenta previa berdasarkan lokasinya yaitu :
Plasenta previa totalis (ostium internal ditutupi seluruhnya oleh plasenta), plasenta
previa parsialis (ostium internal ditutupi oleh sebagian plasenta), plasenta previa
marginalis (tepi plasenta terletak di tepi ostium internal), plasenta previa letak rendah
(plasenta berimplantasi di segmen bawah uterus sehingga tepi plasenta terletak dekat
dengan ostium).
Faktor predisposisi :
Kehamilan dengan usia lanjut
Multiparitas
Riwayat sectio caesaria sebelumnya
Diagnosis :

Perdarahan tanpa nyeri, usia kehamilan >22 minggu.

Darah segar yang keluar sesuai dengan beratnya anemia.


Syok.
Tidak ada kontraksi uterus.
Bagian terendah janin tidak masuk pintu atas panggul.
Kondisi janin normal atau terjadi gawat janin.

Penegakkan diagnosis dibantu dengan pemeriksaan Ultrasonografi.


6. KEHAMILAN

DENGAN

IUGR

(INTRA

UTERINE

GROWTH

RETARDATION)
Intra Uterine Growth Restriction (IUGR) merupakan suatu keadaan dimana
janin tidak mampu berkembang sesuai dengan ukuran normal akibat adanya gangguan
nutrisi dan oksigenase, atau dengan kata lain suatu keadaan yang dialami bayi dengan
berat badan lahir dibawah batasan tertentu dari umur kehamilannya.Defenisi IUGR
yang sering digunakan adalah bayi yang mempunyai berat badan lahir dibawah
persentil ke-10 dari kurva berat badan normal yang disesuaikan dengan usia
kehamilan.
Walaupun pemeriksaan tunggal dengan biometri atau doppler dapat secara
tepat dalam membantu penegakkan diagnosa IUGR, skrining dari IUGR sangat
penting untuk mengidentifikasi janin dengan resiko tinggi. Secara umum skrinng
dilakukan dengan cara mengukur tinggi fundus uteri (TFU), yang dilakukan secara
rutin pada waktu pemeriksaan antenatal (PAN) sejak usia kehamilan 20 minggu
sampai aterm.
Diagnosis IUGR dimulai dengan palpasi abdomen menggunakan manuver
Leopold dan pengukuran tinggi fundus uteri. Cara ini tidak bisa memprediksi dengan
tepat IUGR akan tetapi dengan pembatasan pertumbuhan ini adalah cara yang efisien
untuk mengidentifikasi kehamilan beresiko. IUGR terdeteksi oleh pemeriksaan
ultrasound yang memantau berat badan janin, pertumbuhan asimetris dan volume
cairan ketuban.
Pada wanita yang mempunyai resiko untuk terjadinya IUGR sebaiknya
dilakukan pemeriksaan USG serial sepanjang kehamilannya. Pemeriksaan skrining
IUGR terutama dilakukan pada kehamilam trimester ke-2 (18 minggu sampai 20
minggu) untuk evaluasi ada tidaknya malformasi, dan kehamilan multipel.
Pemeriksaan ulang sebaiknya dilakukan pada usia kehamilan 28 minggu smpai 32
minggu untuk mendeteksi gangguan pertumbuhan, pertumbuhan asimetris dan
retribusi darah ke organ penting, antara lain otak, jantung dan kelenjar adrenal.

C. DAFTAR TILIK PEMERIKSAAN FISIK OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


PATOLOGIS
PEMERIKSAAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
Nama

NIM

NO

ASPEK YANG DINILAI

1.
2.

Membaca catatan medik pasien


Memperkirakan usia kehamilan pasien berdasarkan hari pertama haidh

3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

terakhir (HPHT)
Mencuci tangan dan siapkan alat-alat
Memberi salam dan memanggil pasien dengan namanya
Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
Memberi kesempatan bertanya kepada pasien
Menganjurkan pasien untuk berkemih sebelum melakukan tindakan
Memperhatikan privasi pasien
Menganjurkan pasien untuk melepaskan pakaian luar dan dalam
Pasien diminta untuk berbaring ditempat tidur dengan satu bantal
dibagian kepala. Bagian tubuh pasien yang tidak diperiksa ditutupi

11.

dengan alat tenun.


Melakukan pemeriksaan 4 T ( Tinggi badan, Timbang Berat badan, Suhu,

13.
14.
15.
16.

Tekanan darah )
Inspeksi kontur abdomen dan jarang fundus uteri dari prosesus xifoideus
PEMERIKSAAN LEOPOLD
Perasat Leopold I
Posisi pemeriksa menghadap ke kepala pasien
Meletakkan ujung-ujung jari kedua tangan di bagian fundus uteri klien.
Melakukan palpasi dengan menggunakan ujung jari untuk menentukan

17.

bagian janin yang berada di fundus uteri


Interpretasi hasil pemeriksaan.

12.

Letak kepala : teraba bagian lunak


Letak sungsang: teraba bagian bulat keras melenting
Letak lintang : kosong

NILAI
0 1 2

Gemeli : teraba 2 bagian besar atau lebih

18.
19.

Hidramnion : sulit mengidentifikasi bagian janin


Melakukan Pengukuran Tinggi Fundus Uteri (TFU)
Meletakkan ujung microtoise tape di batas atas simphisis pubis.
Mengukur sepanjang garis tengah fundus uteri hingga batas atas

20.
21.

mengikuti kurva fundus (atau tanpa mengikuti fundus bagian atas).


Menentukan TFU
Membandingkan hasil taksiran usia kehamilan berdasakan TFU dengan

22.

usia kehamilan berdasarkan HPHT


Intepretasi :
IUGR : TFU lebih kecil di bandingkan usia kehamilan

23.
24.
25.

Gemelli/ Hidramnion : TFU lebih besar di bandingkan usia kehamilan


Perasat Leopold II
Posisi pemeriksa menghadap ke kepala klien
Meletakkan kedua belah telapak tangan di kedua sisi abdomen klien.
Mempertahankan letak uterus dengan menggunakan tangan yang satu

26.

pada salah satu sisi abdomen ibu


Menggunakan tangan yang lain untuk melakukan palpasi uterus pada sisi

27.

yang lain
Interpretasikan hasil pemeriksaan
Letak lintang ; teraba bagian bulat di bagian kanan/kiri

28.
29.

Letak kepala/sungsang : teraba tahanan dibagian kanan/kiri


Perasat Leopold III
Posisi pemeriksa menghadap ke kepala klien.
Dengan menggunakan ibu jari dan empat jari lainnya pada satu tangan,
bagian terbawah abdomen maternal dicengkeram sedikit di atas

30.

symphisis pubis
Menganjurkan

31.

menghembuskannya.
Lakukan penekanan jari tangan ke bawah secara perlahan dan dalam ke

32.
33.

arah panggul saat klien menghembuskan nafas.


Menentukan apakah bagian terbawah janin telah masuk panggul.
Interpretasikan hasil pemeriksaan

pasien

untuk

menarik

nafas

dalam

Letak kepala : Kepala masih dapat di goyang atau tidak


Letak bokong : teraba bagian lunak di atas simpisis
Letak lintang : kosong
Gemelli : teraba 2 bagian besar ata lebih
Hidramnion : sulit mengidentifikasi bagian terbawah ( balotemen)
PerasatLeopold IV

dan

(dilakukan jika bagian terbawah janin telah masuk panggul)


34.
35.
36.

Posisi pemeriksa menghadap ke kaki klien


Meletakkan kedua telapak tangan di sisi kanan kiri abdomen
Menggerakkan jari tangan secara perlahan kearah pelvis sambil palpasi

37.

menyusuri bagian bawah janin.


Menentukan seberapa jauh bagian bawah janin telah masuk ke dalam
rongga panggul dengan melihat sudut yang dibentuk oleh kedua tangan
saat menyusuri bagian bawah janin (konvergen, sejajar atau divergen ).

38.
39.
40.
41.

(tidak dilakukan untuk letak sungsang atau lintang)


Interpretasikan hasil pemeriksaan
Pemeriksaan Auskultasi Denyut Jantung Janin (DJJ)
Stetoskop Laennec diletakkan di punggung janin.
Melakukkan penekanan stetoskop Laennec secara lege artis
Menghitung DJJ pada tiap 5 detik pertama, ketiga dan kelima. Apabila
hasilnya regular, hasil pengukuran pada tiap 5 detik dijumlahkan
dikalikan empat. Jika hasil irregular lakukan penghitungan DJJ selama

42.

satu menit
Interpretasikan hasil pemeriksaan

43.
44.
45.
46.
47.
48.
50.
51.
52.

Gemelli : Identifikasi 2 denyut jantung janin


PEMERIKSAAN KAPASITAS PANGGUL
Mencuci tangan dan memakai handscoon
Memposisikan pasien dengan posisi litotomi
Melakukan toilet vulva
Inspeksi area genital dari pubes hingga perineum
Palpasi area genital
Melakukan tindakan inspekulo untuk mengamati organ genitalia dalam
Mengganti handscoon
Memberi jelly pada handscoon sebagai pelumas
Melakukkan vaginal touch dengan memasukkan jari telunjuk dan jari

53.

tengah
Menentukan diameter konjugata diagonalis dari promontorium os

54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.

sacrum.
Menentukan diameter konjugata obstetrika
Menilai linea terminalis/inominata
Menilai kelengkungan sacrum
Menilai penonjolan spina ischiadica
Menilai mobilitas/kelenturan os coxigis
Menyimpulkan hasil pemeriksaan
Membersihkan alat dan mencuci tangan
Mencacat hasil pemeriksaan pasien pada rekam medic
TOTAL SKOR

Keterangan :

0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan dengan perbaikan
2 = Dilakukan dengan sempurna
Penilaian :

Jumlah Skor x 100%


122

= ...................

Penguji,
.

D. REFERENSI
Clinical Practice Gynaecology Committeeand approved by Executive and Council of
theSociety of Obstetricians and Gynaecologists of Canada.2003. The Management of
Uterine Leiomyomas. SOGC Clinical Practice Guidelines.
Hee Joong Lee.,Errol R. Norwitz., Julia Shaw. 2010. Contemporary Management of Fibroid
in Pregnancy. Reviews in Obstetrics and Gynecology.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas
Kesehatan Dasar dan Rujukan. Edisi pertama. 2013.
Leanza V, Giunta MR, Leanza G, Carbonaro A, DAgati A, Giannone TT, Teodoro MC and
Pafumi C. 2014. Intrauterine Growth Retardation (IUGR) : Clinical Management.
Prensa Med Argnt 100:1
Practical Skills for State Examination-Obstetry&Gynecology Guidelines. 2014.Obstetrics &
Gynecology Department (Head of Department - Doctor of Medical Science Professor
V.A.Potapov). Health Ministry of Ukraine.
Sun Joo Choi, et al. 2011. Intramural leiomyoma during pregnancy becoming delivered
posrtpartally. J womens Med. Korean Society of Obstetric and Gynecology.
Tiran Dias. 2012. Fetal growth restriction. Sri Lanka Journal of Obstetrics and Gynaecologist,
4 : 29-32.

Anda mungkin juga menyukai