PATOLOGIS
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan fisik obstetri dan ginekologi secara
lege artis.
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi dan menginterpretasikan temuan obstetri dan
ginekologi yang patologis pada kehamilan trimester 1, 2 dan 3
3. Mahasiswa dapat menyebutkan penyakit yang menunjukkan tanda dan gejala
patologis pada kehamilan trimester 1, 2 dan 3 dari pemeriksaan fisik obstetri dan
ginekologi.
B. ALAT DAN BAHAN
a. Laennec
b. Handscoon
c. Jelly sebagai pelumas
d. Microtoise staturmeter
e. Pita ukur
f. Timbangan berat badan
g. Tensimeter
h. Pelvimeter
PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK OBSTETRI DAN GINEKOLOGI PATOLOGIS
1. Pemeriksaan umum
Perhatikan pasien apakah cemas, senang, sedih, nyeri, sambil diukur tinggi
badan dan timbang beratnya untuk menghitung BMI. Perhatikan tangan pasien
apakah terlihat pucat, adakah eritem palmaris, koilonychia (tanda anemia
defisiensi besi), clubbing finger, sianosis dan hitung nadi pasien. Kemudian
lakukan pengukuran tekanan darah pasien, untuk melihat apakah ada
kemungkinan terjadinya preeklampsia.
Perhatikan dan periksa mata pasien apakah terlihat pucat pada konjungtiva
yang menandakan anemia. Adakah sklera ikterik (jaundice), eksoftalmus
(tirotoksikosis) yang menjadi masalah dalam kehamilan. Perhatikan membran
mukosa mulut yang pucat sebagai tanda lain dari anemia. Adanya stomatitis
angularis menandakan terjadi defisiensi folat. Kelenjar tiroid sering membesar
pada kehamilan karena terjadi peningkatan metabolisme dalam kehamilan.
2)
3)
4)
5)
6)
b. Perasat II
Telapak tangan pemeriksa diletakkan di kedua sisi abdomen
dilanjutkan dengan penekanan yang lembut tapi dalam. Satu sisi akan teraba
bagian yang keras dan resisten yaitu punggung dan di sisi lain teraba bagianbagian kecil tidak teratur yang mudah digerakkan yaitu ekstremitas janin.
Namun, pada kondisi tertentu seperti letak lintang, punggung janin akan
berada di anterior atau posterior dan di sisi perut ibu akan teraba balotemen
pada salah satu sisi dan bagian kecil irregular janin pada sisi yang lain. Letak
lintang pada janin biasanya disebabkan oleh multiparitas yang tinggi, janin
prematur, plasenta previa, uterus abnormal, polihidramnion, dan panggul
sempit.Perasat II juga dapat membantu indentifikasi denyut jantung janin
(DJJ).
c. Perasat III
Bagian bawah abdomen ini dipegang tepat di atas simpisis pubis
dengan ibu jari dan jari-jari satu tangan. Bila bagian bawah janin belum
engaged, akan teraba bagian yang mudah digerakkan, biasanya kepala janin.
Bila bagian bawah janin sudah engaged temuan pada perasat III hanya
menunjukkan bahwa kutub bawah janin terfiksasi di dalam panggul
dandilanjutkan dengan perasat ke IV. Apabila kepala janin belum engaged
pada minggu-minggu terakhir mendekati persalinan khususnya pada nulipara,
maka curiga adanya disproporsi sefalopelvik dengan pintu atas pelvis.
d. Perasat IV
Ujung jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis kedua tangan pemeriksa
menekan ke arah sumbu pintu atas panggul. Bila presentasi kepala, satu
tangan akan lebih cepat tertahan oleh tonjolan kepala dan tangan yang lain
akan turun lebih jauh ke dalam panggul. Tonjolan tersebut merupakan
petunjuk seberapa jauh terjadinya penurunan kepala. Apabila saat persalinan
tonjolan tersebut tidak menurut maka itu dapat merupakan tanda terjadinya
transvers arrest.
3. Pemeriksaan Auskultasi Denyut Jantung Janin dan Interpretasi Hasil
Patologis
Denyut jantung janin (DJJ) dapat diidentifikasi melalui doppler (usia
kehamilan 12 minggu),fetoscope (usia kehamilan 18 20 minggu) atau
ultrasound (awal trimester). Lokasi untuk mendengar denyut jantung janin berada
disekitar garis tengah fundus 2 3 cm diatas simphisis terus ke arah kuadran kiri
bawah. Skema di bawah ini akan menunjukkan letak auskulitasi DJJ pada saat
kehamilan.
(a)
(b)
1- left sacroanterior position of the head
2- left sacroposterior position of the head
3- right sacroanterior of the head
4- right sacroposterior position of the head
5- left sacroanterior position of the breech
6- left sacroposterior position of the breech
7- right sacroanterior position of the breech
8- right sacroposterior position of the breech
Gambar 4.Auskultasi Denyut Jantung Janin
Keterangan: (a) penggunaan stetoskop Laennec; (b) lokasi auskultasi denyut jantung janin
(a)
(b)
Gambar 5. Pengukuran Panggul eskternal
(a) Pelvimeter; (b) distantia spinarum, distantia cristarum, distantia trochaanterica dan
Conjugata eskternal
Distantia spinarum (2) : jarak antara kedua titik spina iliaca anterior superior
(SIAS). Rentang normal 25-26 cm.
Distansia cristarum (1) : jarak antara kedua titik crista iliaca. Rentang normal 2829 cm.
Distantia trochanterica (3) : jarak rongga cotyloid os femur. Titik ini mudah
ditentukan karena terlihat dengan jelas (bahkan pada wanita gemuk). Rentang
normal 31-32 cm.
Conjugata external (4) : jarak antara titik tengah tepi atas simfisis pubis dan fossa
pada bagian belakang vertebra Lumbalis V dan Sacralis I. Rentang normal 20-21
cm.
Panggul atas abnormal bila konjugata obstetrik berdiameter <10 cm. Hal ini
akan menyebabkan gangguan pada penurunan kepala.
Konjugata obstetrika tidak dapat diukur secara langsung dengan
pemeriksaan jari. Perkiraan diameter konjugata obstetrik dapat diukur dari tepi
bawah simpisis pubis ke promontorium os sacrum (konjugata diagonalis)
normalnya >11.5 cm dan hasilnya dikurangi 1.5-2 cm.
b. Pintu Tengah Panggul (PTP)
Kesempitan PTP lebih sering terjadi daripada kesempitan PAP.
Kesempitan PTP menyebabkan transvers arrest paska engagementkepala janin
yang mengakibatkan persalinan patologis dengan tindakan atau dengan sectio
caesarea. Diameter interspinarum 10 cm atau lebih sedikit merupakan
diameter panggul terkecil. Diameter anteroposterior setinggi spina isciadila
normalnya berukuran 11.5 cm. Komponen posterior antara sakrum dengan
garis tengah diameter interspinarum setidaknya berukuran 4.5 cm.
c. Pintu Bawah Panggul (PBP)
Tiga diameter PBP disebut sebagai: anteroposterior, transversal, dan
sagital posterior. Diameter anteroposterior terbentang dari tepi bawah simpisis
pubis sampai ujung sakrum dengan diameter 9.5-11.5 cm. Diameter
transversal diukur dari tuberositas iscii dengan diameter 11 cm. Diameter
transversal dianggap normal secara klinis jika >8 cm. Diameter sagital
posterior terbentang dari ujung sakrum ke perpotongan tegak lurus dengan
garis imajiner di antara tuberositas iscii dengan diameter normal > 7.5 cm.
Prognosis persalinan bergantung pada diameter sagital posterior PBP
DM,
malnutrisi,
penggunaaan
obat-obatan,
merokok,
sindroma Asherman
Faktor Ayah (Paternal) : kelainan sperma
Diagnosis :
Nyeri perut
Sedang
imminens
Uterus
Sesuai usia
Serviks
Tertutup
kehamilan
Abortus
Sedang
insipiens
banyak
Abortus
Sedang -
inkomplit
banyak
Sedang - hebat
Sesuai usia
ekspulsi jaringan
Terbuka
kehamilan
Sedang - hebat
Sesuai usia
Gejala khas
Tidak ada
konsepsi
Tidak ada
ekspulsi jaringan
Terbuka
kehamilan
konsepsi
Ekspulsi
sebagian
jaringan
Abortus
Sedikit
Tanpa / sedikit
komplit
Missed
Tidak ada
abortion
Tidak ada
Lebih kecil
Terbuka/t
konsepsi
Ekspulsi seluruh
dari usia
ertutup
jaringan
kehamilan
Lebih kecil
Tertutup
konsepsi
Janin telah mati
dari usia
kehamilan
ekspulsi jaringan
konsepsi
Infertilitas
Riwayat inseminasi buatan atau teknologi bantuan reproduktif (assisted
Diagnosis :
Anamnesa :
a.
b.
c.
d.
Pada pemeriksaan pertama dan ulang ada kesan uterus lebih besar dan
Pada trimester kedua TFU biasanya lebih besar daripada TFU kehamilan
Auskultasi :
Terdengar denyut jantung janin pada 2 tempat yang agak berjauhan dengan
perbedaan kecepatan sedikitnya 10 denyut per menit atau sama-sama dihitung dan
berselisih 10.
3. KEHAMILAN DENGAN HIDRAMNION
Hidramnion adalah cairan amnion dalam jumlah berlebihan. Hidramnion
berhubungan dengan peningkatan mortalitas dan morbiditas perinatal, serta
komplikasi maternal seperti abrupsio plasenta, disfungsi uterus, dan perdarahan
pascapersalinan.
Faktor predisposisi :
Ibu dengan Diabetes mellitus
Riwayat hidramnion dalam keluarga
Diagnosis :
Diagnosis hidramnion ditegakkan bila jumlah cairan amnion lebih dari 2000 mL.
Temuan klinis yang utama pada hidramnion adalah ukuran uterus yang besar dan
tegang disertai dengan kesulitan meraba bagian janin atau mendengarkan denyut
jantung janin. Pada keadaan berat, ibu dapat mengalami kesulitan bernapas,
pembengkakan tungkai dan oliguria.
Diagnosis pasti dilakukan dengan pemeriksaan Ultrasonografi.
4. KEHAMILAN DENGAN MIOMA UTERI
Mioma uteri sering ditemukan pada wanita usia reproduktif dan dapat
dijumpai pada masa kehamilan. Leiomioma adalah tumor uterus yang paling sering
ditemukan, dengan insiden 40-60% pada usia 35 tahun dan 70-80% pada usia 50
tahun. Leiomioma terjadi sekitar 2% pada wanita hamil. Komplikasi pada kehamilan
sering disebabkan karena leiomioma yang semakin membesar, mioma submukosa dan
yang terletak di bawah perlekatan plasenta. Fibroid yang terletak di segmen bawah
uterus dapat meningkatkan kejadian malpresentasi, persalinan dengan sectio caesaria
dan perdarahan post partum.
DENGAN
IUGR
(INTRA
UTERINE
GROWTH
RETARDATION)
Intra Uterine Growth Restriction (IUGR) merupakan suatu keadaan dimana
janin tidak mampu berkembang sesuai dengan ukuran normal akibat adanya gangguan
nutrisi dan oksigenase, atau dengan kata lain suatu keadaan yang dialami bayi dengan
berat badan lahir dibawah batasan tertentu dari umur kehamilannya.Defenisi IUGR
yang sering digunakan adalah bayi yang mempunyai berat badan lahir dibawah
persentil ke-10 dari kurva berat badan normal yang disesuaikan dengan usia
kehamilan.
Walaupun pemeriksaan tunggal dengan biometri atau doppler dapat secara
tepat dalam membantu penegakkan diagnosa IUGR, skrining dari IUGR sangat
penting untuk mengidentifikasi janin dengan resiko tinggi. Secara umum skrinng
dilakukan dengan cara mengukur tinggi fundus uteri (TFU), yang dilakukan secara
rutin pada waktu pemeriksaan antenatal (PAN) sejak usia kehamilan 20 minggu
sampai aterm.
Diagnosis IUGR dimulai dengan palpasi abdomen menggunakan manuver
Leopold dan pengukuran tinggi fundus uteri. Cara ini tidak bisa memprediksi dengan
tepat IUGR akan tetapi dengan pembatasan pertumbuhan ini adalah cara yang efisien
untuk mengidentifikasi kehamilan beresiko. IUGR terdeteksi oleh pemeriksaan
ultrasound yang memantau berat badan janin, pertumbuhan asimetris dan volume
cairan ketuban.
Pada wanita yang mempunyai resiko untuk terjadinya IUGR sebaiknya
dilakukan pemeriksaan USG serial sepanjang kehamilannya. Pemeriksaan skrining
IUGR terutama dilakukan pada kehamilam trimester ke-2 (18 minggu sampai 20
minggu) untuk evaluasi ada tidaknya malformasi, dan kehamilan multipel.
Pemeriksaan ulang sebaiknya dilakukan pada usia kehamilan 28 minggu smpai 32
minggu untuk mendeteksi gangguan pertumbuhan, pertumbuhan asimetris dan
retribusi darah ke organ penting, antara lain otak, jantung dan kelenjar adrenal.
NIM
NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
terakhir (HPHT)
Mencuci tangan dan siapkan alat-alat
Memberi salam dan memanggil pasien dengan namanya
Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan
Memberi kesempatan bertanya kepada pasien
Menganjurkan pasien untuk berkemih sebelum melakukan tindakan
Memperhatikan privasi pasien
Menganjurkan pasien untuk melepaskan pakaian luar dan dalam
Pasien diminta untuk berbaring ditempat tidur dengan satu bantal
dibagian kepala. Bagian tubuh pasien yang tidak diperiksa ditutupi
11.
13.
14.
15.
16.
Tekanan darah )
Inspeksi kontur abdomen dan jarang fundus uteri dari prosesus xifoideus
PEMERIKSAAN LEOPOLD
Perasat Leopold I
Posisi pemeriksa menghadap ke kepala pasien
Meletakkan ujung-ujung jari kedua tangan di bagian fundus uteri klien.
Melakukan palpasi dengan menggunakan ujung jari untuk menentukan
17.
12.
NILAI
0 1 2
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
yang lain
Interpretasikan hasil pemeriksaan
Letak lintang ; teraba bagian bulat di bagian kanan/kiri
28.
29.
30.
symphisis pubis
Menganjurkan
31.
menghembuskannya.
Lakukan penekanan jari tangan ke bawah secara perlahan dan dalam ke
32.
33.
pasien
untuk
menarik
nafas
dalam
dan
37.
38.
39.
40.
41.
42.
satu menit
Interpretasikan hasil pemeriksaan
43.
44.
45.
46.
47.
48.
50.
51.
52.
53.
tengah
Menentukan diameter konjugata diagonalis dari promontorium os
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
sacrum.
Menentukan diameter konjugata obstetrika
Menilai linea terminalis/inominata
Menilai kelengkungan sacrum
Menilai penonjolan spina ischiadica
Menilai mobilitas/kelenturan os coxigis
Menyimpulkan hasil pemeriksaan
Membersihkan alat dan mencuci tangan
Mencacat hasil pemeriksaan pasien pada rekam medic
TOTAL SKOR
Keterangan :
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan dengan perbaikan
2 = Dilakukan dengan sempurna
Penilaian :
= ...................
Penguji,
.
D. REFERENSI
Clinical Practice Gynaecology Committeeand approved by Executive and Council of
theSociety of Obstetricians and Gynaecologists of Canada.2003. The Management of
Uterine Leiomyomas. SOGC Clinical Practice Guidelines.
Hee Joong Lee.,Errol R. Norwitz., Julia Shaw. 2010. Contemporary Management of Fibroid
in Pregnancy. Reviews in Obstetrics and Gynecology.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas
Kesehatan Dasar dan Rujukan. Edisi pertama. 2013.
Leanza V, Giunta MR, Leanza G, Carbonaro A, DAgati A, Giannone TT, Teodoro MC and
Pafumi C. 2014. Intrauterine Growth Retardation (IUGR) : Clinical Management.
Prensa Med Argnt 100:1
Practical Skills for State Examination-Obstetry&Gynecology Guidelines. 2014.Obstetrics &
Gynecology Department (Head of Department - Doctor of Medical Science Professor
V.A.Potapov). Health Ministry of Ukraine.
Sun Joo Choi, et al. 2011. Intramural leiomyoma during pregnancy becoming delivered
posrtpartally. J womens Med. Korean Society of Obstetric and Gynecology.
Tiran Dias. 2012. Fetal growth restriction. Sri Lanka Journal of Obstetrics and Gynaecologist,
4 : 29-32.