Anda di halaman 1dari 4

Refarat Kepada Yth:

Divisi Gastroenterologi

Infant Dyschezia

Penyaji : dr. Sofiah Marlina Hutasuhut


Hari/Tanggal :
Pembimbing :

Pendahuluan
Pola defekasi yang normal selama ini masih menjadi salah satu acuan
seorang anak dianggap sehat. Khususnya pada bulan pertama kehidupan, orang
tua akan lebih memberi perhatian terhadap frekuensi dan karakteristik defekasi
anak mereka. Segala sesuatu yang dianggap tidak normal, akan memicu orang tua
untuk membawa anak mereka ke dokter. Sehingga bukan hal yang mengejutkan
jika 3% dari kunjungan ke dokter anak dan 25% dari konsultasi dengan
gastroenterologist anak berupa masalah terhadap gangguan defekasi.1
Adanya gangguan defekasi akan menjadi sumber kecemasan orang tua,
yang tentu saja mengkhawatirkan adanya penyakit serius yang mendasari keluhan
tersebut. Namun, dari seluruh kasus anak dengan gangguan defekasi, hanya
sejumlah kecil yang mempunyai kelainan organik sebagai penyebab. Sisanya
adalah gangguan defekasi yang dialami secara fungsional.1,2
Infant dyschezia adalah salah satu gangguan defekasi fungsional yang
sering dialami pada anak. Dyschezia berarti kesulitan dalam koordinasi saat buang
air besar. Menurut kriteria Roma III, infant dyschezia ini didefinisikan dengan
kondisi mengedan atau menangis sekurang-kurangnya 10 menit sebelum
mengeluarkan feses yang lunak dan dialami pada anak sehat dengan usia kurang
dari 6 bulan. 3,4
Anak dengan infant dyschezia sering kali mempunyai keluhan wajah
berubah merah atau ungu pada saat defekasi. 3 Hal ini tentu saja menambah
kecemasan orang tua,. Karena itu, penting bagi seorang dokter untuk memahami
kondisi ini sehingga tidak terjadi overtreatment dan dapat memberikan edukasi
yang tepat.
Tujuan dari penulisan refarat ini adalah untuk memahami infant dyschezia
secara menyeluruh

Infant Dyschezia
1. Definisi
Dyschezia berarti kesulitan dalam mengkoordinasikan aksi
volunter yang dibutuhkan untuk buang air besar, yaitu mengkontraksikan otot
abdomen dan mengrelaksaskikan dinding pelvis. Menurut Kriteria Rome III,
Infant dyschezia adalah kondisi dimana untuk buang air besar (defekasi),
seorang anak harus mengedan atau menangis sekurang-kurangnya 10 menit,
diikuti defekasi dengan feses yang lunak, dan dialami oleh anak kurang dari 6
bulan.4,5

2. Epidemiologi
Jumlah anak yang memenuhi kriteria Rome III untuk infant
dyschezia bervariasi tergantung usia. Pada usia 1 bulan, dyschezia ditemukan
pada 3,9% anak, dan pada usia 3 bulan, prevalensi dyschezia turun menjadi
0,9%.6
Terdapat dugaan dyschezia terjadi berhubungan dengan pemberian ASI.
Sebuah penelitian melaporkan adanya hubungan signifikan antara pemeberian
ASI eksklusif dengan kejadian dyschezia pada anak dimana anak yang
mendapatkan ASI eksklusif lebih sedikit mengalami infant dyschezia.
Mekanisme dasar mengapa hal ini dapat terjadi masih belum diketahui.6

3. Manifestasi Klinis
Awalnya, orang tua mengunjungi dokter dalam masa anaknya berusia 6
bulan, dengan keluhan sang anak mengalami konstipasi. Orang tua akan
mendeskripsikan anak yang sehat, yang menangis selama 20-30 menit,
menjerit dan wajah berubah merah, hingga buang air besar berhasil dilakukan.
Feses akan terlihat lunak dan bebas darah. Episode menangis ini, akan
membuat anak kelelahan dan orang tua cemas. 4,6
Penilaian yang dilakukan meluputi: pola pertumbuhan, riwayat (termasuk
pola makan), dan pemeriksaan fisik (termasuk rectal examination) akan
ditemukan normal.4,6
4. Patofisologi
Pada setiap orang, untuk buang air besar dibutuhkan dua kejadian yang
terkoordinir baik, yaitu relaksasi otot dinding pelvis dan peningkatan tekanan
abdomen untuk mengeluarkan feses. Anak dengan infant dyschezia belum
belajar untuk melakukan dua kejadian terkoordinir tersebut. Menangis adalah
usaha anak tersebut untuk meningkatkan tekanan abdomen. Anak tersebut
akan menangis hingga berhasil merelaksasikan dinding pelvic secara
bersamaan dan buang air besar terjadi.4
Dalam minggu-minggu awal kehidupan, banyak aktivitas termasuk
menhisap, menelan, buang air kecil dan buang air besar dilakukan berdasarkan
insting saja. Selama perkembangan terjadi, insting perlahan-lahan akan hilang
dan anak belajar bagaimana makan berdasarkan aroma, rasa dan tekstur,
bagaimana buang air kecil berdasarkan dorongan fisik dan bagaimana buang
air besar. Dyschezia adalah waktu peralihan antara hilangnya insting dan
mahirnya anak dalam merespon sinyal tubuh untuk buang air besar dengan
merelaksasikan dinding pelvis dan meningkatkan mengkontraksikan otot
abdomen.4

5. Diagnosis
Diagnosis infant dyschezia ditegakkan berdasarkan kriteria Rome III yaitu
sekurang-kurangnya 10 menit mengedan atau menagis sebelum berhasil
mengeluarkan feses yang lunak dan ditemukan pada anak yamg sehat berusia
kurang dari 6 bulan.5,7
Pada anak dengan infant dyschezia, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
feses akan ditemukan normal. Tidak ada indikasi untuk melakukan tes lainnya.
Infant dyschezia merupakan masalah yang muncul pada pembelajaran saat
defekasi.4,6

6. Penatalaksanaan
Edukasi efektif adalah tatalaksana terbaik. Pemeriksaan fisik harus
dilakukan didepan orang tua agar orang tua merasa yakin tidak ada
pemeriksaan yang terlewatkan. Dokter sebaiknya berjanji untuk memantau
kembali apabila ada gejala-gejala lain yang muncul, namun biasanya orang
tua akan cukup senang dan lega dengan diagnosis berupa anak sehat.4,6
Pengobatan dengan supposituria atau stimulasi digital tidak diperlukan
dan bukan hal yang produktif. Merupakan hal yang salah apabila orang tua
beranggapan dapat merelaksasikan dinding pelvis atau membantu anak
untuk defekasi. Infant dyschezia biasanya jarang bertahan hingga lebih dari 1-
2 minggu dan akan sembuh spontan.4,6,7

Kesimpulan
Persoalan infant dyschezia penting untuk dipahami dengan baik, sehingga
dokter tidak melakukan penatalaksanaan yang tidak diperlukan dan dapat
melakukan edukasi secara tepat dan efektif.

Daftar Pustaka
1. North American Society for Pediatric Gastroenterology, Hepatology and Nutrition
(NASPGHAN). Clinical practice guideline evaluation and treatment of
constipation in infant and children: Recommendation of the North American
Socienty for Pediatric Gastroenterology, Hepatology, and Nutrition. JPGN.
2006;43:1-13.
2. Felt BT, Brown PI, van Harrison R, et al. Functional constipation and soiling in
children. Guideline for Clinical Care Ambulatory. 2008:1-15.
3. Van den Berg MM, van Rossum CH, de Lorjin F, Reitma JB, Di Lorenzo C,
Bennnga MA. Functional constipation in infants: a follow-up study. J Pediatr.
2005;147:700-4.
4. Hymsn PE. Childhood defecation disorders: constipation and stool incontinence.
International Foundation for Functional Gastrointestinal Disorders. 2009:1-5.
5. Hyman PE, Cocjin J, Oller M. Infant dyschezia. Cinical Pediatric. 2009;4:438-9.
6. Krame EAH, den Hertog-Kuijl JH, van den Broek LMCL, et al. Defecation
pattern in infants: a prospective cohort study. Arch Dis Child. 2015;100:533-6.
7. Hyman PE, Milla PJ, Benninga MA, et al. Childhood functional gastrointestinal
disorders: neonate/toddler. Gastroenterology. 2006;130:1519-26.

Anda mungkin juga menyukai