Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG TASNIM

RUMAH SAKIT UMUM AMINAH


BLITAR
Disusun untuk memenuhi tugas laporan kelompok praktek profesi ners
departemen manajemen keperawatan

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK II

ELVANDA MIFTA RAHMAN (1603.14901.079)


AJI PURNOMO (1603.14901.073)
ENNY OCTAVIA (1603.14901.081)
MUNIRA HI ALI (1603.14901.095)
HAMIDATUN KHASANAH (1603.14901.085)
ANTONIUS DONI DAWA (1603.14901.076)
FITRAHMAN ALI (1603.14901.083)
EMERENSIANA NG. BULU (1603.14901.080)

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2017
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Manajemen Keperawatan Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek


Profesi Ners Di Ruang Tasnim Rumah Sakit Umum Aminah Blitar

Hari :
Tanggal : Juni 2017

Mengetahui,
Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan

(Frengky Apriyanto, S.Kep., Ns., M.Kep) (Ns. Nita Feriani, S.Kep.)


NIDN. NRP.

Kepala Ruangan

(Rita Hartini, Amd.Kep)


NRP.
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tentang
Laporan Manajemen Keperawatan Di Rumah Sakit Umum Aminah Blitar
dengan lancar serta tepat waktu yang telah ditentukan.
Dalam menyelesaikan laporan ini penulis tidak lupa mengucapkan
terimakasi kepada :
1. Dr. David Ilahude selaku Direktur Utama RSU Aminah Blitar.
2. Ibu Rita Hartini, Amd.Kep, selaku Kepala Ruangan Ruang Darussalam RSU
Aminah Blitar.
3. Ibu Ns. Nita Feriani, S.Kep. selaku Pembimbing Lahan RSU Aminah Blitar.
4. Bapak dr. Rudy Joegijantoro, MMRS selaku Ketua STIKES Widyagama
Husada Malang.
5. Ibu Mizam Ari Kurniyanti, S.Kep., Ners., M.Kep, selaku Ketua Program Studi
Profesi Ners STIKES Widyagama Husada Malang.
6. Bapak Frengky Apriyanto, S.Kep.,Ners., M.Kep, selaku Pembimbing
akademik STIKES Widyagama Husada Malang.
7. Staf dan petugas kesehatan di Ruang Tasnim RSU Aminah Blitar.
8. Kedua orang tua kami yang telah memberikan dukungan moril maupun
materil selama praktek profesi ners dan selama pembuatan laporan
kelompok ini.
9. Teman-teman profesi ners angkatan 2016 yang senantiasa bersama sama
dalam kekeluargaan dan salling mendukung satu sama lain.
10. Segenap pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca sangat penulis harapkan.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan setimpal atas segala
amal yang telah diberikan dan semoga laporan ini berguna baik bagi diri kami
sendiri maupun pihak lain yang memanfaatkan.

Blitar, Juni 2017


Penulis

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................2
KATA PENGANTAR..............................................................................................3
DAFTAR ISI.......................................................................................................... 4
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................6
1.1 Latar Belakang.......................................................................................6
1.2 Tujuan......................................................................................................7
1.2.1 Tujuan Umum.......................................................................................7
1.2.2 Tujuan Khusus......................................................................................7
1.3 Manfaat......................................................................................................8
1.3.1 Mahasiswa............................................................................................8
1.3.2 Perawat................................................................................................8
1.3.3 Rumah Sakit.........................................................................................8
BAB II PENGUMPULAN DATA.............................................................................9
2.1 Visi, Misi dan Motto Rumah Sakit...........................................................9
2.1.1 Visi..................................................................................................9
2.2 Tujuan Khusus Unit unit di Ruangan....................................................9
2.3 Sumber Daya Manusia (M1 - Man).......................................................10
2.3.1 Struktur Organisasi........................................................................10
2.3.2 Jumlah Tenaga Di Ruang Tasnim..................................................10
2.3.3 BOR (Bed Occupation Rate)..........................................................11
2.3.4 Kebutuhan Tenaga Perawat...........................................................11
2.4 Sarana dan Prasarana (M2 - Material).................................................13
2.4.1 Lokasi dan Denah Ruang..............................................................13
2.4.2 Peralatan dan Fasilitas..................................................................14
2.4.3 Administrasi Penunjang.................................................................15
2.5 Metode Asuhan Keperawatan (M3- Metode)........................................16
2.5.1 Penerapan MAKP..........................................................................16
2.5.2 Timbang Terima.............................................................................16
2.5.3 Ronde Keperawatan......................................................................18
2.5.4 Sentralisasi Obat...........................................................................19
2.1.1 Discharge Planning.......................................................................21
2.1.2 Supervisi........................................................................................22
2.1.3 Dokumentasi.................................................................................23
2.6 Pembiayaan (M4- Money)....................................................................23
2.7 Pemasaran (M5- Marketing).................................................................24
2.7.1 Pemasaran....................................................................................24
2.7.2 Produk...........................................................................................25
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumah Sakit merupakan unit pelayanan kesehatan dari sistem
pelayanan kesehatan dan merupakan unsur strategis dilihat dari konteks
jumlah biaya yang dikeluarkan, dimana sebagian besar dana kesehatan
terserap dalam sektor pengelolaan rumah sakit baik di Negara maju maupun
di Negara berkembang. Pelayanan medik dan perawatan merupakan sub
sistem dari sistem pelayanan yang ada di rumah sakit. Bentuk pelayanan
yang diberikan disesuaikan dengan keadaan pasien, sehingga lebih bersifat
individual (Depkes, 2002).
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan di
rumah sakit dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh
perawat. Oleh karena itu pelayanan keperawatan ini perlu mendapat prioritas
utama dalam pengembangan ke masa depan. Perawatharus mau
mengembangkan ilmu pengetahuannya dan berubah sesuai tuntutan
masyarakat, dan menjadi tenaga perawat yang professional. Pengembangan
dalam berbagai aspek keperawatan bersifat saling berhubungan, saling
bergantung, saling mempengaruhi dan saling berkepentingan oleh karena itu
inovasi dalam pendidikan keperawatan, praktek keperawatan, ilmu
keperawatan dan kehidupan keprofesian merupakan fokus utama
keperawatan Indonesia dalam proses profesionalitas. Proses profesionalisasi
merupakan proses pengakuan terhadap sesuatu yang dirasakan, dinilai dan
diterima secara spontan oleh masyarakat, maka dituntut untuk
mengembangkan dirinya dalam sistem pelayanan kesehatan. Oleh karena
alasan-alasan di atas maka pelayanan keperawatan harus dikelola secara
professional, karena itu perlu adanya Manajemen Keperawatan (Priharjo,
2005).
Manjemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif
dalam menjalankan suatu kegiatan organisasi. Sedangkan manajemen
keperawatan adalah proses bekerja melalui anggota staff keperawatan untuk
memberikan asuhan keperawatan secara professional. Proses manajemen
keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai suatu metode
pelaksanaan asuhan keperawatan secara professional, sehingga diharapkan
keduanya saling menopang. Sebagaimana yang terjadi di dalam proses
keperawatan, di dalam manajemen keperawaatan pun terdiri dari
pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi hasil. Karena manajemen keperawatan mempunyai kekhususan
terhadap mayoritas tenaga seorang pegawai, maka setiap tahapan di dalam
proses manajemen lebih rumit jika dibandingkan dengan proses
keperawatan. Manajemen keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam
tatanan pelayanan nyata di Rumah Sakit, sehingga perawat perlu memahami
bagaimana konsep dan aplikasinya di dalam organisasi keperawatan itu
sendiri (Gillies, 2002).
Ruang Tasnim RSU Aminah Blitar merupakan ruang rawat inap yang
memberikan pelayanan asuhan keperawatan pada pasien, untuk itu
diperlukan penerapan MAKP yang bertujuan untuk memberikan pelayanan
keperawatan yang sebaik-baiknya kepada pasien.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa memahami dan mampu menerapkan konsep teori dalam
aplikasi prinsip-prinsip manajemen keperawatan dalam pelaksanaan
manajemen asuhan keperawatan dan manajemen pelayanan keperawatan
di ruang rawat inap Tasnim RSU Aminah Kota Blitar.

1.2.2 Tujuan Khusus


Selama berlangsungnya praktek manajemen keperawatan
mahasiswa diharapkan mampu untuk :
a. Mengidentifikasi masalah yang tidak sesuai dengan prinsip manajemen
keperawatan yang terdapat di ruang rawat inap Tasnim RSU Aminah
Kota Blitar.
b. Mempraktekkan konsep teori manajemen asuhan keperawatan, baik
manajemen pelayanan maupun manajemen asuhan keperawatan.
c. Mengaplikasikan model keperawatan modular dengan cara bermain
peran (Role play) di salah satu ruangan di ruang rawat inap Tasnim RSU
Aminah Kota Blitar.
d. Memudahkan perawat yang ada di ruangan rawat inap Tasnim RSU
Aminah Kota Blitar dalam mengatasi masalah yang terkait dengan
manajemen keperawatan dengan metode 5 M (Man, Methode, Material,
Money, Marketing) yang dipaparkan dalam analisa SWOT.
1.3 Manfaat
Dengan diadakannya praktek manajemen keperawatan ini
diharapkan akan memberikan manfaat kepada ;
1.3.1 Mahasiswa
a. Mahasiswa lebih terampil dalam penerapan aplikasi prinsip-prinsip
manajemen keperawatan di lapangan.
b. Mahasiswa mendapat pengalaman baru di lapangan dalam hal
penerapan manajemen keperawatan.
1.3.2 Perawat
a. Membantu meringankan beban kerja perawat selama praktek
berlangsung di ruang rawat inap Tasnim RSU Aminah Kota Blitar.
b. Menambah pengetahuan tenaga perawat tentang manajemen
pelayanan dan manajemen asuhan keperawatan melalui bermain peran
oleh mahasiswa (role play) dan penyegaran yang diberikan sesuai
dengan masalah yang ditemukan.
1.3.3 Rumah Sakit
Data yang diperoleh dari hasil pengkajian akan membantu sebagai bahan
masukan bagi Rumah Sakit, dalam upaya peningkatan mutu manajerial
pelayanan rumah sakit.
BAB II
PENGUMPULAN DATA

2.1 Visi, Misi dan Motto Rumah Sakit


2.1.1 Visi
Rumah Sakit umum Aminah Blitar sebagai amal usaha kesehatan
muhammadiyah yang bermutu tinggi dan menjadi kepercayaan masyarakat
sebagai perwujudan amal ibadah kepada Allah SWT.

2.1.2 Misi
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna, Islami, Cepat
berorientasi pada keselamatan pasien, kepuasan pelanggan dan ramah
lingkungan.
2. Menjadi rumah sakit unggulan yang senantiasa menerapkan ilmu
pengetahuan kesehtan terkini, tata kelola manajemen terintegrasi
efektif, efisien dan akuntabel sehingga mampu memimpin
pengembangan rumah sakit lain.
3. Senantiasa meningkatkan profesionalitas, kompetensi, budaya kerja
dan kesejahteraan seluruh karyawan.
4. Mampu mengantisipasi perubahan dinamika untuk mewujudkan
masyarakat sehat sebagai sarana dakwah amar maruf nahi munkar.

2.1.3 Motto
CINTA (Cepat, Islami, Nyaman, Tepat, Aman dan Bermutu)
Cepat dalam Pelayanan
Islami dalam pengabdian
Nyaman bagi pelanggan
Tepat dalam tindakan
Aman dan bermutu dalam pelayanan

2.2 Tujuan Khusus Unit unit di Ruangan


1 Memberikan pelayanan keperawatan secara optimal melalui asuhan
keperawatan anak dan bedah yang paripurna dan islami.
2 Menyelenggarakan asuhan keperawatan secara optimal dan bermutu
pada pasien penyakit dalam guna mencegah komplikasi yang lebih
lanjut.
2.3 Sumber Daya Manusia (M1 - Man)

2.3.1 Struktur Organisasi


Dari hasil wawancara dan observasi kelompok tentang model asuhan
keperawatan professional (MAKP) yang digunakan di Ruang Tasnim
adalah MAKP Jenis Tim, Ruang Tasnim dipimpin oleh kepala ruangan dan
dibantu oleh Penanggung Jawab Shift, dan perawat pelaksana. Adapun
struktur organisasinya adalah sebagai berikut:

Kepala Ruang

Penanggung Penanggung Penanggung


Jawab Shift Jawab Shift Jawab Shift

Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana

Struktur Organisasi di Ruang Tasnim RSU Aminah Blitar

2.3.2 Jumlah Tenaga Di Ruang Tasnim


a. Medis
No Nama Kualifikasi Masa Kerja Pelatihan Keterangan
1. Ny. Rita Hartini D3 - Keperawatan 10,9 Tahun NLS, BCLS Karu
2. Ny. Yuliatiningsih D3 10,3 Tahun BCLS PJ Shift
Keperawatan
3 Ny. Nita Feriani S1 - Keperawatan 8,4 Tahun PPGD PJ Shift
4 Ny. Iin Wahyuni D3 7,2 Tahun BCLS PJ Shift
Keperawatan
5 Ny. Yulikah D3 6,6 Tahun BCLS PJ Shift
Keperawatan
6 Ny. Miatul Muklis S1 Keperawatan 5,8 Tahun BCLS PJ Shift
7 Ny. Endang Sri L. D3 4 Tahun PPGD PJ Shift
Keperawatan
8 Ny. Ela Retno D3 3,8 Tahun BCLS PJ Shift
Keperawatan
9 Ny. Anis Susandiyatma S1 - Keperawatan 3,5 Tahun BCLS PJ Shift
10 Tn. Luhky Adi C D3 3,5 Tahun BCLS PP 1
Keperawatan
11 Ny. Nophia D3 1,11 Tahun BTLS, PPGD PP 2
Keperawatan
12 Ny. Deby Ilahi, D3 1,1 Tahun PPGD PP 3
Keperawatan
13 Ny. Riska Fahimatus D3 1,1 Tahun BCLS PP 4
Keperawatan

Menurut data observasi dan interview secara langsung didapatkan data


bahwa kualifikasi tenaga dengan pendidikan S-1 keperawatan sebanyak
3 orang dengan masa kerja <10 tahun, sedangkan kualifikasi tenaga
dengan pendidikan D-3 keperawatan sebanyak 10 orang dengan masa
kerja >10 tahun sebanyak 2 orang, <10 tahun sebanyak 8 orang,
dimana semua tenaga bekerja sebagai pegawai swasta. Para perawat di
ruang tasnim semuanya sudah pernah mengikuti pelatihan, diantaranya
adalah PPGD, BCLS. BTLS, NLS.
b. Non Medis
Ruang Tasnim dibersihkan oleh cleaning service, dimana pembagian
tugas tempat tempat pembersihan dilakukan oleh manajemen rumah
sakit, pada shift pagi terdapat 3 cleaning service yang tetap siaga di
ruang CS , sendangkan pada shift sore dan malam para cleaning
service hanya on call saat diperlukan saja. Pengaturan gizi pasien diatur
oleh ahli gizi yang diatur secara terpisah oleh ruangan gizi rumah sakit,
sedangkan tenaga satpam di tiap ruangan tidak ada hanya berada di
ruang UGD sehingga untuk keamanan di RSU Aminah Blitar kurang
maksimal.

2.3.3 BOR (Bed Occupation Rate)


Berdasarkan hasil pengkajian dan observasi didapatkan gambaran
kapasitas tempat tidur ruang Tasnim yaitu sebanyak 28 tempat tidur dengan
rincian sebagai berikut :
No Shift Kelas VIP Kelas I Kelas II BOR
1 Pagi 4 dari 6 Bed 2 dari 6 Bed 8 dari 16 Bed 14/28 x 100% = 50%
2 Siang 5 dari 6 Bed 2 dari 6 Bed 9 dari 16 Bed 16/28 x 100% = 64%
3 Malam 5 dari 6 Bed 2 dari 6 Bed 9 dari 16 Bed 16/28 x 100% = 64%
Tabel 1.3 BOR (Bed Occupation Rate)

Dari data tabel diatas didapatkan bahwa rata-rata BOR per hari di ruang
Tasnim adalah 59,3%.

2.3.4 Kebutuhan Tenaga Perawat


a. Jumlah jam keperawatan langsung
1) Ketergantungan minimal : 10 orang x 1 jam = 10 jam
2) Ketergantugan partial : 6 orang x 3 jam = 18 jam
3) Ketergantungan total : 1 orang x 6 jam = 6 jam

b. Jumlah keperawatan tidak langsung


Jumlah klien x 1 jam : 17 orang x 1 jam = 17 jam

c. Pendidikan kesehatan
Jumlah klien x 0,25 : 17 x 0,25 = 4,25 jam
Sehingga jumlah total jam keperawatan / klien / hari

: = = 3,25 jam

Jumlah tenaga yang dibutuhkan :

Jumlah jam Rata-rata Jumlah hari/tahun


X klien/hari X
keperawatan yang
dibutuhkan klien/hari

- Hari libur masing- X Jumlah jam kerja


Jumlah hari/tahun
masing perawat
tiap perawat

= = jumlah perawat di suatu


unit

= = = 9,86 = 10 orang

Untuk cadangan 20% menjadi : 10 x 20% = 2 orang


Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan : 10 + 2 = 12
orang.
Pembagian shift perawat :
1) Pagi :47% x 12 = 5 orang
2) Siang : 36% x 12 = 4 orang
3) Malam : 17% x 12 = 3 orang

Berdasarkan hasil observasi, didapatkan data bahwa ruang Tasnim


dipimpin oleh seorang kepala ruangan dan dibantu 12 perawat pelaksana, serta
3 orang cleaning service. Jumlah tenaga lepas dinas per hari sebanyak 3 orang
dan total jumlah perawat sebanyak 12 orang dengan rincian 3 orang
berpendidikan S-1 keperawatan dan 10 orang berpendidikan D-3 keperawatan
yang dibagi menjadi 3 shift yaitu shift pagi (07.00-14.00), shift siang (14.00-
20.00) dan shift malam (20.00-07.00) dengan jumlah jam kerja 7-8 jam per hari.
Dari hasil wawancara didapatkan data bahwa perawat mendapat
kesempatan mengambil cuti sebanyak 12 kali dalam setahun dan dalam 1
minggu ini terdapat 1 perawat yang sedang mengambil cuti.
2.4 Sarana dan Prasarana (M2 - Material)
2.4.1 Lokasi dan Denah Ruang
Lokasi penerapan proses manajerial keperawatan yang di gunakan dalam
pembelajaran pendidikan ners di ruang Tasnim lantai 3 RSU Aminah Blitar
dengan uraian sebagai berikut :
a. Sebelah utara berbatasan dengan ruang kesehatan lingkungan
b. Sebelah selatan berbatasan dengan IPAL dan halaman parkir
c. Sebelah timur berbatasan dengan ruang penjemuran dan tandon air
d. Sebelah barat dengan Tangga Evakuasi
Adapun dalam ruang Tasnim lantai 3 RSU Aminah Blitar terdiri dari 16
kamar (kamar kelas II 17, kamar kelas I 13 dan kamar kelas VIP 1-6).
Kamar kelas II dimana Kamar II 3 dan 7 ruang anak, Kamar II/1 dan 2
perempuan, dan Kamar II/4,5,6 laki laki. Kamar I kelas 1 dimana Kamar
I/ 1,2 perempuan sedangkan I/3 laki-laki. Kamar VIP dimana tiap kamar
berisi 1 bed pasien. Kamar kelas 2 memiliki kepasitas 16 bed, kamar kelas
1 memiliki kapasitas 6 bed dan kamar kelas VIP memiliki kapasitas 6 bed.
Kamar II/1-6 dan VIP terletak di sebelah barat ners station, sedangkan
kamar II/7 dan I/1-3 terletak di sebelah timur ners station. Ruangan ini
berbentuk persegi panjang dengan ners station terletak di tengah. Ruang
Karu di sebelah kamar mandi khusus perawat dan tempat linen diruang
Karu terdapat kulkas obat, wastafel, lemari untuk menyimpan berkas
berkas penting.

Denah Ruang Tasnim Lantai 3 Gedung K. H. Mas Mansyur


2.4.2 Peralatan dan Fasilitas
a. Alat-alat Keperawatan

Kondisi
No Nama alat Jumlah
Baik Rusak ringan Rusak berat
1. Standart infus (dewasa) 28 25 3 3
3. Nebulizer 3 3
4. Suction 1 1
5. Stetoskop 4 4
6. Manometer (dinding) 7
7. Manometer (tabung) 3
8. Tensimeter (dewasa) 5
9. EKG 1 1
10. Ambubag (dewasa) 1 1
Ambubag (anak) 1 1
11. Kasur angin 1 1
12. Thermometer 7
13. Syring pump 2
14. Pispot 15
15. Urinal 17
16 Lampu ba foto 1
17 Syring pump 1
18 Termomer dinding 7
19 Manometer transport 1
20 Manometer tabung 3
21 Troly 2
22 Korentang 3
23 Troly EKG 1
Tabel 2.1 tabel peralatan medis ruang Tasnim RSU Aminah Blitar Bulan mei 2017

b. Alat-alat pencatatan dan pelaporan

Kondisi
No Nama alat Jumlah
Baik Rusak ringan Rusak berat
1. Form persetujuan Ada
2. Form persetujuan Ada
tindakan khusus
3. Form laboratorium Ada
4. Form penolakan Ada
5. Form radiologi Ada
6. Form anastesi Ada
7. Form rever pasien Ada
8. Form ICU Ada
9. Form transfusi darah Ada
10. From TTV Ada
11. From visite dokter Ada
12. From catatan askep Ada
13. Form pinjaman Ada
14. From APS Ada
15. Form kematian Ada
16. Buku TTV 1 1
17. Spidol permanen 3 3
18. Spidol white board Ada 2
19. Steples 2 2
20. White board Ada 3
21. Pensil blue/red Ada 3
Tabel 2. 2 tabel pencatatan dan pelaporan ruang Tasnim RSU Aminah Blitar

c. Alat-alat tenun
Kondisi
No Nama alat Jumlah
Baik Rusak ringan Rusak berat
1. Bantal
2. Kasur
3. Perlak
4. Sarung bantal anak
5. Sarung bantal
dewasa
6. Selimut lorek
7. Selimut tebal
8. Sprei anak
9. Sprei dewasa

2.4.3 Administrasi Penunjang


1 Buku injeksi
2 Buku observasi
3 Buku timbang terima
4 Lembar dokumentasi
5 Buku observasi tekanan darah, nadi, dan suhu

Sarana dan prasarana di ruang rawat inap Tasnim di RSU Aminah


Blitar sudah cukup baik. Ventilasi udara terdapat sekitar 10 jendela
kondisinya cukup baik. Setiap pagi dan sore ruangan dibersihkan oleh
petugas cleaning service dan kondisi ruangan cukup tenang. Jumlah safety
box di ruangan ada 2 untuk membuang sisa jarum, spuit, dan ampul
sebaiknya safety box perlu ditambah 1 karena idealnya safety box untuk
sisa jarum, ampul, dan spuit ada sendiri tidak menjadi satu karena untuk
memudahkan pemilihan sisa sisa alat dan obat yang telah digunakan.
Jumlah tabung O2 transport hanya ada 1 buah, perlu ditambah 1
karena idealnya tabung O2 hanya ada 2 per ruangan. Semua perawat
ruangan mampu menggunakanya dengan baik. Kondisi administrasi
penunjang cukup baik yang terdiri dari 1 buah buku injeksi, 1 buah buku
observasi, 1 buku timbang terima, dan sekitar 30 lembar buku
dokumentasi, dan satu buah buku observasi Tanda Vital (tekanan darah,
suhu, dan nadi). Nurse station ada 1 diruangan biasanya digunakan
sebagai ruang pertemuan perawat, juga sebagai tempat perawat
mengobrol di Ners station.
2.5 Metode Asuhan Keperawatan (M3- Metode)
2.5.1 Penerapan MAKP
Dari hasil wawancara dan observasi kelompok tentang model asuhan
keperawatan yang digunakan di Ruang Tasnim adalah Tim, sebagian besar
perawat menyatakan cocok dengan model yang ada serta model yang
digunakan sudah sesuai dengan visi dan misi ruangan. Adapun saran dari
kami yaitu pertahankan model yang digunakan apabila ada kecocokan dan
kesesuaian dengan visi dan misi ruangan hanya saja diperlukan
pemahaman yang menyeluruh tentang model yang digunakan.
Hasil wawancara yang dilakukan sudah terjalin komunikasi yang baik
dan adekuat antara perawat dan unit kesehatan lainnya salah satunya
adalah dalam menerima intruksi (advice) dari dokter selalu dilakukan
validasi kembali sebelum akan melakukan tindakan, hal ini berbanding
lurus dengan data yang diperoleh melalui observasi kelompok terhadap
seluruh kegiatan di Nurse Station.
Data mengenai tanggung jawab dan pembagian tugas diperoleh dari
wawancara, beberapa responden mengatakan pembagian tugas sudah
jelas serta tugasnya sesuai dengan model asuhan keperawatan yang ada
di ruangan yaitu menggunakan format DAR (Data, Action and Response).
2.5.2 Timbang Terima
Berdasarkan hasil observasi kelompok timbang terima status pasien
di ruang Tasnim selalu dilakukan di Nurse Station, sedangkan yang di
timbang terimakan yaitu mulai dari identitas pasien, dokter penanggung
jawab, keluhan pasien, diagnosa medis, terapi yang sudah dilkukan dan
rencana tindak lanjut yang akan dilakukan kepada pasien di ruangan
tersebut.
Timbang terima dilakukan tiga kali dalam sehari, yaitu pada saat
pergantian shift malam ke pagi (pukul 07.00), pagi ke siang (pukul 14.00),
dan siang ke malam (pukul 20.00). Selalu diikuti oleh semua perawat yang
telah dan akan dinas jaga di ruangan tersebut. Kegiatan ini dipimpin
langsung oleh Penanggung Jawab shift. Untuk hal-hal yang perlu disiapkan
dalam timbang terima, semua perawat dapat menyebutkan dengan benar
dan menyiapkan hal-hal yang akan dibutuhkan dalam timbang terima,
meliputi status pasien, buku obat, dan buku SOP. Sementara untuk hal-hal
yang perlu disampaikan semua perawat mencantumkan nama pasien,
diagnosa medis pasien, keluhan pasien, terapi yang diberikan, diagnosa
keperawatan dan rencana tindak lanjut sudah dilakukan secara maksimal,
selain itu dalam proses timbang terima kepala ruangan terkadang
membuka acara timbang terima dan menutup acara timbang terima
sebagaimana tugas yang seharusnya dilakukan.
Pelaporan timbang terima dicatat dalam buku khusus laporan
timbang terima yang akan di tanda tangani oleh perawat yang melaporkan
(PJ Shift) dan oleh perawat (PJ Shift) yang menerima laporan dan kepala
ruangan. Setelah pelaksaan timbang terima, kepala ruangan seharusnya
mengadakan diskusi singkat untuk mengetahui sekaligus mengevaluasi
kesiapan sift selanjutnya, kemudian timbang terima akan ditutup oleh PJ
Shift. Adapun Standar Prosedur Operasional RSU Aminah Blitar adalah :
SPO Timbang Terima Pasien di Ruang Rawat Inap
Pengertian Suatu rangkaian kegiatan serah terima tugas dan tanggung
jawab dari kelompok perawat suatu shift kepada kelompok
perawat shift berikutnya
Tujuan 1. Menjamin kesinambungan asuhan keperawatan terbaik
bagi pasien dengan waktu 24 jam
2. Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum klien
3. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindak lanjuti
oleh perawat dinas selanjutnya
4. Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya
Kebijakan Timbang terima pasien harus dilakukan dari satu shift ke shift
berikutnya dengan mengelilingi kamar masing-masing pasien
untuk memastikan kondisi pasien sesuai yang dioperkan
(dilaporkan)
Prosedur A. Persiapan
1. Kedua kelompok shift sudah dalam keadaan siap
timbang terima
2. Perawat shift yang tugas menyiapkan format timbang
terima pasien
B. Pelaksanaan
1. Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift
dinas
2. Timbang terima dilakukan di nurse station untuk
dilakukan diskusi dengan mengkaji secara
komperhensif / menyeluruh yang berkaitan tentang
masalah keperawatan pasien, rencana tindakan yang
sudah dan belum dilaksanakan serta hal-hal penting
lainnya yang perlu dilimpahkan
3. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan
perincian yang lengkap sebaiknya dicatat secara
khusus (buku komunikasi) untuk kemudian diserah
terimakan kepada perawat jaga berikutnya
4. Hal-hal yang perlu disampaikan saat timbang terima
adalah:
- Identitas pasien dan diagnosa medis
- Masalah keperawatan yang memungkinkan masih
muncul
- Tindakan keperawatan yang sudah dan belum
dilaksanakan
- Intervensi kolaboratif
- Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan
dalam kegiatan selanjutnya, misalnya: operasi,
pemeriksaan laboratorium/ pemeriksaan penunjang
lainnya, persiapan untuk konsultasi/ prosedur
lainnya yang tidak dilaksanakan secara rutin
5. Perawat yang melakukan timbang terima dapat
melakukan klarifikasi, tanya jawab dan melakukan
validasi terhadap hal-hal yang ditimbang terimakan dan
berhak menanyakan hal-hal yang kurang jelas
6. Penyampaian saat timbang terima secara singkat dan
jelas
7. Lama timbang terima untuk setiap pasien tidak lebih
dari 5 menit, kecuali pada kondisi khusus dan
memerlukan penjelasan yang lengkap
8. Setelah selesai diskusi di nurse station semua perawat
yang operan langsung keliling menuju pasien dengan
mengevaluasi keadaannya sesuai yang dioperkan serta
melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien
Unit terkait Keperawatan

2.5.3 Ronde Keperawatan


Ronde keperawatan di ruang Tasnim tidak ada, tetapi terdapat suatu
kegiatan yang membahas tentang kasus unik yang pernah terjadi di RSU
Aminah Blitar, kegiatan tersebut adalah Round Table Discuss yaitu diskusi
oleh semua unit kesehatan di rumah sakit yang mana dilakukan pada
waktu sebulan sekali, pada rapat pembahasan kasus unik tersebut akan
melibatkan semua unit seperti dokter, farmasi, ahli gizi, dan kepala
ruangan, pada pertemuan tersebut hanya terdapat kepala ruang saja yang
mengikuti acara pembahasan kasus tersebut.
Sehingga para perawat pelaksana tidak dapat mengikuti kegiatan
tersebut sehingga hanya dapat memperoleh informasi dari apa yang sudah
disepakati dan diterima oleh kepala ruang saja. Dengan demikian dapat
ditemukan masalah yaitu kurangnya informasi terhadap perawat pelaksana
pada pembahasan kasus unik atau kasus yang sulit diselesaikan. Dengan
melibatkan semua unit diharapkan bisa mendapat solusi melalui
pendekatan berfikir kritis, sehingga masalah pasien dapat teratasi dan dan
terjalin kerjasama antar tim kesehatan.

2.5.4 Sentralisasi Obat


Data yang diperoleh dari wawancara dan observasi didapatkan
bahwa sudah terlaksananya sentralisasi obat di ruangan, namun
mempunyai masalah dengan penataan ruangan, sehingga diperlukan
modifikasi ruangan khusus untuk obat. Penanggung jawab pengelolaan
obat tidak semuanya dilakukan oleh kepala ruangan tetapi di ambil alih
oleh semua perawat yang dinas di ruang tasnim, dan untuk obat oral
ditangani juga oleh perawat ruang.
Adapun data tentang alur penerimaan obat yang didapat, pertama
yaitu saat dokter memberikan advise resep obat pada pasien tertentu yang
tertulis di rekam medis pasien, kemudian perawat membuatkan resep obat
untuk pasien untuk ditebuskan keluarga pasien ke unit farmasi, kemudian
obat yang diperoleh dari keluarga pasien langsung disimpan ke loker obat
tanpa adanya pengecekan kembali sesuai dengan isi SPO yang
menyatakan bahwa Perawat ruangan mengecek kembali kesesuaian
obat dengan resep yang telah diberikan, kemudian obat diambil dan
diletakkan diruang keperawatan (karena pembagian obat dilakukan
oleh perawat) dan perawat menghitung serta mencatat pada format
penerimaan obat, sehingga diperlukan buku penerimaan obat sebelum
obat dimasukan kedalam loker obat pasien, dan selama ini belum ada
format persetujuan sentralisasi obat untuk pasien, tetapi jika obat tersebut
di kelola oleh petugas farmasi maka pengecekan sudah dilalukan antara
resep dan buku obat.
Data tentang cara penyimpanan obat meliputi adanya tempat khusus
obat seperti loker obat yang memadai. Selama ini obat obat bagi pasien
ditandai dengan menggunakan etiket kepemilikan, akan tetapi masuknya
obat tidak didokumentasikan.
Terdapat sarana prasarana penunjang untuk pelaksanaan sentralisasi
obat yaitu di nurse station ruang tasnim, terdapat penyimpan obat injeksi
berdasarkan nomor kamar dan nama pasien, terdapat lemari es / kulkas
untuk penyimpanan obat-obat tertentu yang membutuhkan suhu
penyimpanan dingin, selain itu diperlukan juga tempat khusus untuk vial
dan ampul obat untuk mengurangi resiko jatuh dan mengurangi beban
biaya pasien. Obat oral disimpan pada loker tersendiri yang berukuran
lebih kecil dengan diberikan etiket kepemilikan pada setiap loker kecil
tersebut, sedangkan obat injeksi, spuid dan cairan infus semuanya di
simpan pada loker obat utama di Nurse station. Semua obat seperti obat
oral, syirup dan injeksi disimpan dan diberikan oleh perawat. Adapun
standar prosedur operasional rumah sakit umum aminah blitar adalah :
SPO Pengelolaan Sentralisasi Obat di Ruangan Rawat Inap
Pengertian Pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan diberikan pasa
pasien diserahkan sepenuhnya pada perawat/ pengeluaran dan
pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh perawat
Tujuan 1. Sebagai wujud pelayanan terbaik kepada pasien agar pasien
tidak terbebani dalam menjaga keamanan obat
2. Mempermudah pemantauan kebutuhan obat pasien agar
cepat terdeteksi untuk menghindari pasien kehabisan stok
obet
3. Mempercepat pelayanan perawatan dalam memenuhi
semua kebutuhan pasien
Kebijakan Selama tenaga farmasi klinik belum ada di RSU Aminah Blitar,
maka tanggung jawab pengelolaan dan pembagian obat kepada
pasien ditangani oleh perawat
Prosedur 1. Perawat saat menerima pasien baru menjelaskan tata cara
pengelolaan obat di ruangan sambil menyodorkan lembar
inform consent bukti persetujuan pengelolahan sentralisasi
obat nantinya dengan pendekatan secara terapeutik
2. Dokter memberikan resep pada pasien/ keluarga saat visite
3. Perawat pendamping visite dokter mengingatkan kembali
pada pasien/ keluarga untuk menyerahkan obat yang telah
dibeli ke perawat untuk di cek
4. Pasien/ keluarga membeli obat ke bagian farmasi/ kamar
obat
5. Bagian farmasi melayani obat sesuai dengan resep yang
telah di tulis dokter
6. Pasien/ keluarga menyerahkan obat yang telah dibeli ke
perawat ruangan
7. Perawat ruangan mengecek kembali kesesuaian obat
dengan resep yang telah diberikan, kemudian obat diambil
dan diletakkan diruang keperawatan (karena pembagian
obat dilakukan oleh perawat) dan perawat menghitung serta
mencatat pada format penerimaan obat
8. Obat yang sudah di terima perawat di tempatkan pada kotak
obat sesuai nomor kamar dan diberi nama pasien pada kotak
obat tersebut

9. Perawat memberikan obat sesuai advis dokter dan


mengevaluasinya
10. Bila ada kondisi pasien yang menurun perawat melaporkan
kedokter untuk konfirmasi pemberian obat selanjutnya
Unit
Keperawatan
Terkait

Bagan alur sentralisasi obat

Advise Obat Perawat Keluarga pasien


Dokter PJ Membuat Resep menerima resep
Keluarga pasien Keluarga pasien
Bidang Farmasi mengambil obat
mengantar obat
ke perawat

Perawat Jadwal Perawat


menyimpan obat pemberian obat memberikan obat
di Loker pada pasien

2.1.1 Discharge Planning


Dari hasil observasi yang dilakukan, perencanaan pulang sudah
dilaksanakan akan tetapi hanya dilaksanakan oleh sebagian perawat dan
hanya saat pasien akan pulang. Isi format perencanaan pulang hanya
tentang penjelasan penyakit yang diderita pasien dan cara mengatasi
penyakitnya jika kambuh. Dari hasil angket yang sudah disebarkan kepada
perawat di ruangan, didapatkan hasil bahwa semua perawat memahami
perencanaan pulang dengan benar dan 100% perawat mengatakan bahwa
perencanaan pulang hanya dilakukan saat pasien akan pulang.
Semua perawat mengatakan bahwa tehnik yang digunakan saat
pemberian perencanaan pulang melalui lisan dan tertulis, namun menurut
data observasi saat melakukan proses discharge planning perawat tidak
memberikan leaflet sehingga pasien lupa tentang informasi dan penjelasan
yang telah diberikan oleh perawat. Bahasa yang digunakan saat
memberikan perencanaan pulang menggunakan Bahasa Indonesia.
Semua perawat mengatakan bahwa mereka selalu melakukan
pendokumentasian setelah melakukan perencanaan pulang. Adapun
standar prosedur operasional rumah sakit umum aminah blitar adalah :
SPO Persiapan Pasien Pulang
Pengertian Menyiapkan segala sesuatu pada saat pasien akan pulang
yaitu tentang tindak lanjut perawatan pasien sehingga setelah
pulang dari rumah sakit tidak ada permasalahan yang muncul.
Tujuan 1. Memberik pemahaman tentang hal-hal yang harus
dilakukan setelah pulang
2. Memberikan kelancaran dalam proses pemulangan pasien.
Kebijakan 1. Semua pasien yang akan pulang diberikan pendidikan
kesehatan sesuai dengan form yang telah disediakan.
2. Apabila pasien atau keluarga menghendaki pulang dan
belum dapat persetujuan dari DPJP, maka pasien atau
keluarga menandatangani surat pulang atas permintaan
sendiri.
Prosedur 1. DPJP menyatakan pasien sudah boleh pulang
2. Pasien dan keluarganyadiberitahu ulang bahwa pasien
boleh pulang
3. Petugas menyiapkan obat yang perlu di retur (jika ada),
resep baru, surat kontrol dan pemeriksaan penunjang yang
perlu di bawa pulang
4. Keluarga di anjurkan menyelesaikan pembiayaan
perawatan selama di rumah sakit sekaligus meretur obat
(jika ada) serta membeli resep obat baru (jika ada
peresepan dari dokter)
5. Setelah keluarga menunjukkan surat surat pelunasan
biaya, selanjutnya pasien atau keluarganya diberi
penjelasan tentang hal-hal yang harus dilakukan dan
diperhatikan pada pasien di rumah misalnya tentang:
a. Obat-obatan yang diminum
b. Perawatan di rumah
c. Pengaturan makan/ dietnya
d. Kegiatan aktifitas yang tidak/ boleh dilakukan
e. Waktu kontrol
6. Sebagai bukti setelah diberikan penjelasan, keluarga atau
pasien tanda tangan di form tersebut
7. Petugas melepas semua peralatan yang ada di pasien
(infus, kateter, gelang identitas pasien, dll)
8. Petugas mengantarkan pasien pulang sampai di kendaraan
Unit terkait Keperawatan

2.1.2 Supervisi
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di ruang
tasnim bahwa supervisi yang dilakukan oleh kepala ruangan tasnim yaitu
pada saat pemberian tindakan kepada pasien secara langsung, supervisi
tersebut dilakukan oleh kepala ruang tasnim secara mendadak dan setiap
saat tanpa terjadwal, sehingga apabila terdapat tindakan yang tidak sesuai
dengan SPO yang dilakukan oleh perawat pelaksana terhadap pasien
maka kepala ruang akan memberikan teguran terhadap perawat pelaksana
yang melakukan tindakan tersebut.
Supervisi yang lainnya yaitu dari kepala seksi penjaminan mutu
rumah sakit, supervisor tersebut melakukan supervisi / sidak (inspeksi
mendadak) sama halnya dengan kepala ruang, tanpa memberikan
informasi terlebih dahulu sesaat sebelum melakukan sidak. Jika terdapat
suatu tindakan atau hal yang tidak sesuai dengan SPO yang ada di RSU
Aminah Blitar maka langsung diberikan teguran pada pegawai tersebut,
sehingga untuk menekan angka kesalahan prosedur dan meningkatkan
mutu dan pelayanan oleh rumah sakit.
2.1.3 Dokumentasi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di ruang tasnim, model
dokumentasi keperawatan yang digunakan adalah DAR (Data, Action and
Response). Dokumentasi keperawatan yang dilakukan meliputi pengkajian
menggunakan system Head to Toe, diagnosa, waktu intervensi,
implementasi evaluasi dan tanda tangan dan catatan perkembangan
pasien menggunakan DAR, dokumentsi dilakukan setelah selesai tindakan
ke pasien, dokumentsi dilakukan oleh perawat pelaksana.
Format pengkajian sudah ada dan dapat memudahkan perawat
dalam pengkajian dan pengisiannya. Sistem pendokumentasian masih
dilakukan secara manual (belum ada komputerisasi), namun untuk setiap
tindakan asuhan keperawatan langsung di masukkan pada billing server di
komputer Nurse Station. Catatan keperawatan berisikan jawaban terhadap
advise dokter dan tindakan mandiri perawat.

2.6 Pembiayaan (M4- Money)


Pembiayaan di ruang tasnim menerima JAMSOSTEK, ASKES, SKTM
dan BPJS, sebagian besar sumber dana diperoleh dari pemasukan rumah
sakit itu sendri (RSU Aminah Blitar). Adapun untuk biaya perawatan di
ruang kamar bersain adalah sebagai berikut:
No Jenis Tindakan Tarif Umum Tarif BPJS
1 Sewa Ruangan/ Kamar
Kelas 2 Rp 250.000 / hari Rp 250.000 / hari
Kelas 1 Rp 300.000 / hari Rp 300.000 / hari
VIP Rp 350.000 / hari Rp 350.000 / hari
2 Administrasi Ruangan
3 Ambil darah vena Rp 6.000 Rp 6.000
4 Nutrisi Rp19.000 Rp 16.000
5 Perawatan Luka operasi Rp Rp
6 Injeksi IM Rp 12.000 Rp
7 Pasang infus
Dewasa Rp 23.000 Rp
Anak Rp 34. 000 Rp
8 Pasang NGT Rp 34.000 Rp 34.000
9 Linen Rp 20.000
10 Asuhan gizi Rp 10.000 Rp
11 Infus pump Rp Rp
12 Suction Rp Rp
13 AFF Drain Rp 26.000 Rp
14 Pasang kateter Rp 21.000 Rp
15 AFF DC Rp 11.000 Rp 11.000
16 Pasang infus Rp 17.000 Rp 12.000
17 EKG Rp 59.000 Rp
18 GDA Rp 7.000 Rp
19 Pemeriksaan
Laboratorium
Hb Rp 70.000 Rp
LED Rp 18.000
20 Injeksi intra cutan Rp 12. 000 Rp
21 Vulva hygiene Rp 10.000 Rp
22 Visite dokter Rp 45.000 Rp 35.000
23 Konsul dokter Rp 88.000 Rp

24 Askep Rp 11.0000 Rp 11.000

Dari hasil wawancara dan observasi yang didapat menemukan hasil


bahwa sistem administrasi pada ruangan rawat inap tasnim terpusat pada
administrasi rumah sakit dan dari hasil wawancara dengan perawat
ruangan mengatakan ruangan tidak memperoleh sumber dana lain di
ruangan tasnim. Pendapatan setiap jenis ruangan perawatan berbeda dan
perawat ruangan mengatakan setiap ruangan tarif yang ditawarkan
berbeda tidak terkecuali pada dokter visite untuk dokter umum dan
spesialis.

2.7 Pemasaran (M5- Marketing)


2.7.1 Pemasaran
Berdasarkan hasil wawancara pada salah satu pegawai rumah sakit
RSU Aminah Blitar mengatakan: Pemasaran pelayanan oleh rumah sakit
dilakukan pada momen-momen tertentu seperti pada saat diadakan
Khitanan masal, pengobatan massal, bakti sosial, operasi bibir sumbing,
pembagian zakat, dari data yang diperoleh gambaran ALOS (Average Long
of Stay) di ruang tasnim adalah jumlah total lama rawat inap mencapai 4
hari. Sedangkan jumlah pasien meninggal pada bulan mei 2017 tidak ada.

2.7.2 Produk
Ruang tasnim terdiri dari 16 ruangan, 6 ruang VIP, 7 ruang kelas 2
dan 3 ruang kelas 1, adapun alur masuk pasien sebagai berikut:
Bagan alur berobat pasien mulai datang hingga pulang
2.8 Analisis SWOT
UNSUR BOBOT RATING HASIL BOBOT X
ANALISIS SWOT TOTAL JUMLAH
MANAJEMEN (0,0-1,0) (1-4) RATING
Keterangan Dari 13 orang sasaran responden (100% responden ) yang
M-1 (man) ada di ruang tasnim hanya 7 orang (7) responden yang
Sumber daya menerima angket, (50%) responden tidak mendapakatkan
Manusia angket
A. INTERNAL FACTOR (IFAS)
Strength (Kekuatan)
1. Dari 7 responden yang menerima angket 7 responden mengatakan 0,2 2 0,4
sudah puas dengan kesesuaian struktur organisasi yang berjalan
diruangan
2. 7 responden mengatakan pembagian tugas sudah sesuai dengan
0,2 2 0,4
struktur organisasi diruangan
3. Dari 7 responden yang menerima angket, 6 responden mengatakan
0,15 2 0,3
kepala ruangan sudah optimal dalam melaksanakan tugas-tugasnya
4. Dari 7 responden yang menerima angket, 6 responden mengatakan
kinerja ketua tim sudah kompeten melaksanakan tugas-tugasnya 0,2 2 0,4
5. Dari 7 responden yang menerima angket 5 responden mengatakan
sudah puas dengan kejelasan pembagian tugas diruangan
0,11 3 0,33
6. Adanya bidan yang telah mengikuti pelatihan dan workshop
7. Sebagian bidan mengatakan tidak terbebani dengan ketergantungan
pasien diruangan. 0,1 3 0,3
0,12 2 0,24 S-W
Total 1 2,37
Weakness (Kelemahan)
1. Jenis ketenaga kerjaan di ruangan:
S1 Keperawatan : 3 Orang 0,4 3 1,2
D3 Keperawatan : 10 Orang
2. Dari 7 responden yang menerima angket, 4 responden mengatakan 0,3 2 0,6
2,37-2,4= -0,03
tidak ada kesempatan untuk mengambil cuti dalam seminggu
3. Dari 7 responden yang menerima angket, 4 responden mengatakan
tidak puas dengan pendapatan yang diterima sesuai dengan tingkat
0,3 2 0,6
pendidikan responden
Total 1 2,4
B. EKSTERNAL FACTOR (EFAS)
Opportunity (Peluang)
0,5 3 1,5
1. 7 responden mempunyai kemauan untuk melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi
2. Dari 7 responden yang menerima angket, 3 responden merasa puas 0,2 2 0,4
dengan kebijaksanaan rumah sakit mengenai pemberian beasiswa
untuk pelatihan/pendidikan
3. Dari 7 responden yang menerima angket, 5 responden pengatakan
0,3 2 0,6
cukup terbantu dengan adanya POS di ruangan yang dapat
meringankan beban kerja responden
Total 1 2,5
Threatened (Ancaman)
1. Semakin banyak pesaing tenaga kesehatan 0,1 2 0,2
2. Ada tuntutan tinggi dari masyarakat untuk pelayanan yang lebih
0,2 2 0,4
baik.
3. Makin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan.
O-T
4. Adanya pertanggung jawaban legalitas bagi pasien 0,2 2 0,4
5. Rendahnya kesejahteraan tenaga kesehatan 2,5-2,2= 0,3
0,2 3 0,6
0,3 2 0,6
Total 1 2,2
M-2 (material) A. INTERNAL FACTOR (IFAS) S-W
Sarana dan Strength (Kekuatan) 2,2-2,8= -0,6
prasarana 1. Dari 7 respoden yang menerima angket, 5 responden mengatakan 0,2 2 0,4
sudah mengerti cara menggunakan alat-alat yang ada di ruangan.
2. Sudah tersedia handscrab di setiap ruangan.
0,2 3 0,6
3. Tersedia poster cuci tangan di ruangan perawat dan ruangan pasien.
4. Terdapat papan pengumuman data statistik pasien 0,1 2 0,2
5. Terdapat papan informasi.
0,1 2 0,2
6. Tersedia Nurse Station.
0,2 2 0,4
0,2 2 0,4
Total 1 2,2
Weakness (Kelemahan)
1. Dari 7 responden yang menerima angket, diperoleh 5 responden 0,1 2 0,2
mengatakan lokasi dan denah ruangan belum sesuai.
2. Tempat sampah medis kurang sehingga sampah medis dan
0,2 4 0,8
sampah non medis kadang-kadang tercampur
3. Dari 7 responden yang menerima angket, 6 responden mengatakan
0,1 3 0,3
peralatan yang ada di ruangan belum lengkap untuk perawatan
pasien.
4. Dari 7 responden yang menerima angket , 5 responden
mengatakan fasilitas di ruang perawatan pasien tidak lengkap. 0,1 2 0,2
5. Dari 7 responden sebanyak 2 responden yang mengatakan tidak
mengerti cara menggunakan alat-alat yang ada di ruangan.
0,1 2 0,2
6. Dari 7 responden yang menerima angket 4 responden mengatakan
administrasi penunjang yang dimiliki tidak memadai
7. Tidak terdapat administrasi penunjang khusus untuk therapy obat 0,1 3 0,3
dan cairan .
8. Tidak terdapat struktur organisasi ketenagaan di ruangan
0,1 2 0,2

0,2 4 0,8
Total 1 2,8
B. EKSTERNAL FACTOR (EFAS)
Opportunity (Peluang) O-T
1. 7 responden mengatakan ruang kamar bersalin direncanakan untuk 0,4 3 1,2 3-2,6= 0,4
direnovasi.
2. 7 responden mengatakan ada rencana untuk menambah peralatan
0,6 3 1, 8
perawatan.
Total 1 3
Threatened (Ancaman)
1. Adanya tuntutan yang tinggi dari masyarakat untuk melengkapi 0,6 3 1,8
sarana dan prasarana.
2. Adanya persaingan yang tinggi dengan rumah sakit bersalin lainnya
yang memiliki alat dan fasilitas untuk pasien yang lebih lengkap 0,4 2 0,8
Total 1 2,6
M-3 (method) A. INTERNAL FACTOR (IFAS)
Penerapan MAKP Strength (Kekuatan)
1. sudah ada model asuhan keperawatan/kebidanan yang digunakan 0,1 3 0,3
yaitu TIM.
2. Dari 7 respoden yang menerima angket, 5 respoden mengatakan 0,1 2 0,2
mengerti/memahami dengan model asuhan kebidanan yang
digunakan saat ini.
3. Dari 7 respoden yang menerima angket, 1 respoden mengatakan 0,1 2 0,2
model asuhan kebidanan tersebut cocok digunakan di ruangan kamar
bersalin.
4. Dari 7 respoden yang menerima angket, 5 respoden mengatakan 0,1 3 0,3
model asuhan kebidanan yang ada sesuai dengan visi misi.
5. Dari 7 respoden yang menerima angket, dengan model asuhan
kebidanan 5 responden mengatakan terjadi peningkatan kepercayaan 0,1 3 0,3
pasien terhadap ruangan.
6. Dari 7 respoden yang menerima angket, 3 respoden mengatakan
model yang digunakan saat ini tidak memberatkan dalam 0,1 2 0,2
pembiayaan.
7. Dari 7 respoden yang menerima angket, 4 respoden mengatakan
telah terlaksana komunikasi yang adekuat 0,1 2 0,2
8. Dari 7 respoden yang menerima angket, 5 responden mengatakan 0,1 3 0,3
telah menjalankan asuhan kebidanan sesuai dengan standar.
9. Dari 7 respoden yang menerima angket, 5 responden mengatakan
pembagian tugas sudah jelas, sisanya tidak menjawab 0,1 3 0,3
10. Dari 7 respoden yang menerima angket, 3 responden mengatakan
mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan, 0,1 2 0,2
Total 1 2,5
Weakness (Kelemahan)
1. 1 responden mengatakan, model asuhan kebidanan pernah 1 2 2 S-W
mendapatkan kritik dari pasien 2,5-2 = 0,5
Total 1 2
B. EKSTERNAL FACTOR (EFAS)
Opportunity (Peluang)
0,4 3 1,2
1. Kepercayaan dari pasien yang cukup baik.
2. Ada kebijakan pemerintah tentang profesionalisme. 0,3 3 0,9
3. Adanya kesempatan setiap orang berkesempatan menjadi ketua
0,3 2 0,6
tim. O-T
Total 1 2,7 2,7-2,5 = 0,2
Threatened (Ancaman)
1. Persaingan dengan RS lain 0,5 3 1,5
2. Tuntutan masyarakat akan pelayanan maksimal.
0,25 2 0,5
3. Kebebasan teknologi dan tempat yang strategis mengakibatkan
0,25 2 0,5
mudahnya penyebaran informasi di dalam masyarakat
Total 1 2,5
M-3 (method) A. INTERNAL FACTOR (IFAS) S-W=
2.35-2=
Timbang terima Strength (Kekuatan)
0.35
1. Timbang terima merupakan kegiatan rutin, yaitu dilaksanakan tiga kali 0,05 3 0,15
dalam sehari
2. 4 responden mengatakan timbang terima dilakukan tepat waktu.
0,1 2 0,2
3. 7 responden mengatakan timbang terima dihadiri oleh semua bidan
0,1 4 0,4
yang berkepentingan.
4. 4 responden mengatakan timbang terima dipimpin oleh bidan
pelaksana. 0,1 2 0.2
5. 6 responden mengatakan menyiapkan buku laporan dan status
pasien
0,1 3 0,3
6. 7 respoden mengatakan ada buku khusus untuk mencatat hasil
0.2 2 0,4
laporan timbang terima
7. 1 responden mengatakan tidak ada kesulitan dalam melakukan
pendokumentasian buku timbang terima. 0.1 2 0,2
8. 7 responden mengatakan Timbang terima dilakukan dua kali. Di
ruang kebidanan dan di ruang pasien
0.2 4 0,4
9. 7 respoden mengatakan tehnik timbang terima dengan pasien
adalah menggunakan tehnik 5S
0.05 2 0,1
Total 1 2,35
Weakness (Kelemahan)
1. Timbang terima dilakukan tidak tepat waktu 2 respoden mengatakan 0,5 2 1

timbang terima dilakukan tidak tepat waktu


2. 3 respoden memeberi jawaban tidak ada evaluasi kesiapan. 0,5 2 1
Total 1 2
B. EKSTERNAL FACTOR (EFAS)
Opportunity (Peluang)
0,3 3 0,9
1. Adanya mahasiswa PSIK yang praktik profesi di ruangan
0,3 3 0,9
2. Adanya kerjasama yang baik antara mahasiswa PSIK dengan
perawat ruangan
0,4 3 1,2
3. Sarana dan prasarana penunjang cukup tersedia
1 3 O-T
Total 3-2,5 = 0,5

Threatened (Ancaman)
1. Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari masyarakat untuk 0,05 3 0,15
mendapatkan pelayanan yang profesional
2. Meningkatnya kesadaran masyarakat tentang tanggung jawab dan
0,05 2 0,1
tanggung gugat perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan
Total 1 2,5
M-3 (method) A. INTERNAL FACTOR (IFAS)
Ronde Strength (Kekuatan)
Keperawatan 1. Dari 8 responden yang menerima angket, 5 responden mendukung 0,6 3 1,8
Atau kebidanan adanya ronde kebidanan
2. Adanya kemauan bidan untuk berubah
0,4 2 0,8
Total 1 2,6
Weakness (Kelemahan)
SW
1. Ronde kebidanan di ruang bersalin tidak ada 0,8 2 1,6
2,6 2 = 0,6
2. Dari 7 responden yang menerima angket, 2 responden tidak 0,2 2 0,4
mengerti tentang ronde kebidanan
Total 1 2
B. EKSTERNAL FACTOR (EFAS)
Opportunity (Peluang)
0,5 3 1,5
1. Apabila ada kesulitan didalam ruangan menyelesaikan kasusnya
langsung dirapatkan di ruangan
2. Adanya kesempatan dari kepala ruangan dan bidan ruangan untuk 0,5 3 1,5
menyelesaikan masalah secara bersama apabila mendapat kesulitan
dalam pelaksanaan asuhan kebidanan O-T
Total 1 3
Threatened (Ancaman) 3-2.6 = 0,4

1. Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari pasien dan keluarga pasien 0,6 3 1.8
untuk mendapat pelayanan yang lebih profesional
2. Tingginya persaingan bidan rumah sakit dengan bidan yang
0,4 2 0.8
membuka praktek di rumah
Total 1 2,6
M-3 (method) A. INTERNAL FACTOR (IFAS)
Sentralisasi obat Strength (Kekuatan)
1. Dari 7 responden yang menerima angket, 7 responden mengatakan 0,12 2 0,24
diruangan terdapat sentralisasi obat.
2. Dari 7 responden yang menerima angket, 5 responden mengatakan
0,12 2 0,24
sentralisasi obat sudah dilakukan secara optimal.
3. Dari 7 responden yang menerima angket, 4 responden mengatakan
0,15 2 0,3
pernah diberi wewenang dalam urusan sentralisasi obat.
4. Dari 7 responden yang menerima angket, 5 responden mengatakan
terdapat format daftar penggadaan tiap-tiap macam obat. 0,11 3 0,33
5. Dari 7 responden yang menerima angket, 5 responden mengatakan
ada format persetujuan sentralisasi obat.
0,1 2 0,2
6. Dari 7 responden yang menerima angket, 5 responden mengatakan
memberi etiket berupa nama, no RM, tanggal lahir, pada tempat
0,2 4 0,8
penyimpanan obat pasien
7. Terdapat ruang khusus penyimpanan obat sehingga obat pasien dan
obat khusus pasien disimpan secara terpisah
8. Dari 7 responden yang menerima angket, 5 responden mengatakan
0,1 3 0,3
sebelum memberikan obat kepasien selalu menginformasikan jumlah
kepemilikan obat yang telah digunakan
0,1 2 0,2

S-W
Total 1 2,61
Weakness (Kelemahan)
1. sentralisai obat belum optimal karena penerimaan obat tidak ada 0,3 3 0,9
bukti secara tertulis hanya secara lisan saja pada pasien dan
keluarga.
2. Tidak ada perhitungan obat antara pasien dan keluarga untuk 2,61-3 = -0,39
0,4 3 1,2
menandatangani surat persetujuan sentralisasi obat serta bukti
penerima obat secara tertulis.
0,3 3 0,9
3. Sentralisasi obat pasien di ruang perawat/bidan
Total 1 3
A. EKSTERNAL FACTOR (EFAS)
Opportunity (Peluang).
0,4 3 1,2
1. Kerjasama yang baik antar bidan ruangan dengan mahasiswa
2. Adanya mahasiswa PSIK yang praktek stase manajemen 0,6 2 1,2
Total 1 3 O-T
Threatened (Ancaman) 3-3,2 = 1
1. Adanya tuntutan dari pasien dan keluarga dalam pelayanan 0,4 2 0,8
kesehatan termasuk obat-obatan yang di berikan.
2. Kurangnya kepercayaan pasien terhadap sentralisasi obat.
0,6 4 2,4
Total 1 3,2
M-3 (method) A. INTERNAL FACTOR (IFAS)
Discharge Strength (Kekuatan)
planning 1. Dari 7 responden yang menerima angket, 7 responden menjawab 0,2 3 0,6

mengerti tentang discharge planning.


2. Dari 7 responden yang menerima angket, 4 responden mengatakan 0,2 2 0,4
discharge planning dilakukan saat pasien masuk rumah sakit dan saat
pasien akan keluar rumah sakit.
3. Dari 7 responden yang menerima angket, 5 respoden mengatakan 0,1 3 0,3
sudah ada pembagian tugas tentang discharge planning.
4. Dari 7 responden yang menerima angket, 7 respoden mengatakan 0,2 2 0,4
discharge planning disampaikan secara lisan dan tertulis.
5. Dari 7 responden yang menerima angket, 7 respoden mengatakan
0,3 3 0,9
setelah selesai melakukan discharge planning dilakukan
pendokumentasian.
Total 1 2,6
Weakness (Kelemahan) S-W
1. Saat pasien pulang discharge planning hanya disampaikan secara 1 3 3 2,6-3 = -0,4
lisan tetapi tidak menggunakan brosur/lefleat
Total 1 3
B. EKSTERNAL FACTOR (EFAS) O-T
2,2-2 = 0,2
Opportunity (Peluang)
0,4 2 0,8
1. Adanya Mahasiswa PSIK yang praktek manajement di ruang kamar
bersalin
0,6 4 2,4
2. adanya perhatian pasien terhadap anjuran perawat/bidan.
Total 1 2,2
Threatened (Ancaman)
1. Adanya tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan 0,3 2 0,6
keperawatan yang profesional.
2. Makin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan. 0,3 2 0,6
3. Persaingan anatara rumah sakit khususnya kamar bersalin yang 0,4 2 0,8
makin ketat.
Total 1 2
M-3 (method) A. INTERNAL FACTOR (IFAS)
Supervisi Strength (Kekuatan)
1. Dari 7 responden yang menerima angket, 4 responden mengatakan 0,1 2 0,2

format untuk supervisi sudah sesuai dengan standar.


2. Dari 7 responden yang menerima angket 6 responden mengerti 0,2 2 0,4
tentang supervisi
3. Dari 7 responden yang menerima angket, 4 responden mengatakan 0,1 2 0,2
alat instrumen untuk supervisi tersedia secara lengkap.
4. 4 respoden mengatakan hasil dari supervisi langsung disampaikan
5. 1 respoden mengatakan selalu ada feed back dari supervisor untuk 0,1 3 0,3

setiap tindakan. 0,2 2 0,4


6. Dari 7 responden yang menerima angket , 4 respoden mengatakan
puas dengan hasil dari feed back. 0,1 2 0,2
7. Dari 7 responden yang menerima angket , 5 respoden mengatakan
ada follow up disetiap hasil supervisi. 0,1 3 0,3
8. Dari 7 responden yang menerima angket 5 respoden mengatakan
format baku untuk supervisi setiap tindakan tersedia. 0,1 3 0,3
Total 1 2,3
Weakness (Kelemahan)
1. Dari 7 responden yang menerima angket, 4 respoden mengatakan 0,3 1 0,3

belum pernah mendapatkan pelatihan tentang supervisi


2. kurangnya komunikasi dalam setiap supervisi di ruangan. S-W
0,3 1 0,3
3. Dari 7 respoden, 4 responden mengatakan supervisi tidak terjadawal
0,4 2 0,8
2,3-1,4 = 0,9
Total 1 1,4
B. EKSTERNAL FACTOR (EFAS)
Opportunity (Peluang)
0,4 3 1,6
1. Dari 7 responden yang menerima angket, 4 respoden mengatakan
menginginkan perubahan untuk setiap tindakan sesuai dengan hasil
perbaikan supervisi
2. Adanya mahasiwa PSIK yang praktek manajemen keperawatan. 0,6 4 2,4
Kepala ruang kamar bersalin dan kepala ruangan mendukung
kegiatan supervisi demi peningkatan mutu pelayanan mutu pelayanan
keperawatan O-T
Total 1 4
Threatened (Ancaman) 4-3 = 1

1. Tuntutan pasien sebagai konsumen untuk mendapatkan pelayanan 1 3 3


yang profesional dan bermutu sesuai dengan peningkatan biaya
perawatan.
Total 1 3
M-3 (method) A. INTERNAL FACTOR (IFAS)
Dokumentasi Strength (Kekuatan)
1. model dokumentasi kebidanan yang digunakan adalah PIE. 0,2 2 0,4
2. dokumentsi dilakukan setelah selesai tindakan ke pasien
0,3 4 1,2
3. Dokumentasi keperawatan yang dilakukan meliputi pengkajian
0,2 3 0,6
menggunakan sistem Head to Toe dan, serta diagnosa sampai
dengan evaluasi dengan menggunakan SOAP.
4. 1 respoden mengatakan sudah ada format pendokumentasian yang
baku, 2 respoden tidak memebrikan jawaban 0,05 2 0,1
5. 1 respoden mengatakan sudah mengerti cara pengisian format S-W
6. 7 respoden mengatakan format yang sudah ada dapat membantu 2,8-2,6 = 0,2
0,05 2 0,1
dan memudahkan dalam melakukan pengkajian.
0,2 2 0,4
Total 1 2,8
Weakness (Kelemahan)
1. Sistem pendokumentasian masih dilakukan secara manual (belum
ada komputerisasi). 0,6 3 1,8
2. 2 respoden mengatakan model dokumentasi yang digunakan menyita
banyak waktu
0,4 2 0,8
Total 1 2,6
B. EKSTERNAL FACTOR (EFAS)
Opportunity (Peluang)
0,5 3 1,5
1. Adanya mahasiswa PSIK praktik manajemen keperawatan
0,5 2 1,0 O-T
2. Adanya kerjasama yang baik antara mahasiswa dan perawat ruangan
Total 1 2,5 2,5-3 = -0,5
Threatened (Ancaman)
1. Adanya kesadaran pasien dan keluarga akan tanggung jawab dan 1 3 3
tanggung gugat
Total 1 3
M-4 (Money) A. INTERNAL FACTOR (IFAS)
Strength (Kekuatan)
1. Pembiayaan di ruang kamar bersalin menerima JAMSOSTEK, 1 4 4
S-W
ASKES, SKTM dan BPJS
Total 1 4 4-3 = 1
Weakness (Kelemahan)
1. Sebagian besar sumber dana RS berasal dari pasien 1 3 3
Total 1 3
B. EKSTERNAL FACTOR (EFAS)
Opportunity (Peluang)
1 3 3
1. Adanya mahaiswa praktik dari berbagai institusi
O-T
Total 1 3
Threatened (Ancaman) 3,6-3 = 0,6
1. Tingginya pesaing RS khususnya kamar bersalin 0,6 4 2,4
2. Tingginya biaya perawatan
0,4 3 1,2
Total 1 3,6
M-5 (marketing) A. INTERNAL FACTOR (IFAS) S-W
3,3 3 = 0,3
Pemasaran Strength (Kekuatan)
1. Dijadikan sebagai Rumah Sakit rujukan 0,5 3 1,5
2. Letaknya yang strategis sehingga mudah dijangkau oleh
0,3 4 1,2
masyarakat.
3. Terdapat pemeriksaan penunjang yang memadai
0,2 3 0,6
Total 1 3,3
Weakness (Kelemahan)
1. Program pemasaran yang masih kurang karena pemasaran hanya di 0,4 2 0,8
lakukan pada momen-momen tertentu.
2. BOR Pasien di bulan oktober 34,9%, bulan november awal 40%
0,6 2 1,2
Total 1 3
B. EKSTERNAL FACTOR (EFAS)
Opportunity (Peluang)
0,7 2 1,4
1. Total lama rawat inap mencapai 4 hari sehingga dapat di gunakan
untuk melakukan promosi kesehatan dan promosi pelayanan rumah
sakit.
2. Adanya kerjasama dengan pelayanan kesehatan lainnya 0,3 1 0,3 OT
Total 1 1,7 1,7 1 = 0,7
Threatened (Ancaman)
1. Semakin banyak Rumah Sakit yang menawarkan pelayanan 1 1 1
keperawatan berkualitas yang bisa menjadi pesaing.
Total 1 1

Anda mungkin juga menyukai