Dendeng Nanas
Dendeng Nanas
glikogen dan mengakibatkan otot menjadi kaku, setelah itu enzim-enzim proteolitik
pada daging akan bekerja dalam memperbaiki keempukan. Pada fase rigormortis
kemampuan daging dalam mengikat air akan menurun demikian pula daya putus
daging yang semakin menurun dan mengakibatkan meningkatnya nilai susut masak
pada daging, maka perlu dilakukan penambahan bahan sebagai bahan pengikat.
Pengawetan dan pengolahan daging merupakan suatu cara menyimpan daging untuk
jangka waktu yang cukup lama agar kualitas maupun kebersihannya tetap terjaga.
untuk meningkatkan cita rasa yang sesuai dengan selera konsumen. Ada beberapa
serta bumbu-bumbu lain. Dendeng dapat dibuat dari berbagai jenis daging ternak.
Namun, yang umum dijumpai di pasaran adalah dendeng sapi. Belakangan ini juga
mulai dikenal dendeng ikan, udang, bekicot, dan bahkan keong emas.
tinggi tingkat ketebalan maka semakin sedikit air yang keluar dalam bahan pangan.
1
Penentuan kualitas olahan dipengaruhi oleh bahan dasar termasuk daging yang
Daging merupakan produk olahan yang mudah rusak, untuk mengatasi hal
tersebut dibutuhkan pengolahan menjadi produk lain salah satunya adalah dendeng.
Selama penyimpanan daging akan mengalami perubahan baik secara fisik maupun
kimiawi, salah satunya adalah daging akan mengalami ketengikan akibat dari
vitamin C pada nanas dapat menghambat terjadinya proses oksidasi lemak dan
daerah tropis dan subtropis. Tanaman ini mempunyai banyak manfaat terutama pada
yang dikembangkan, karena memiliki potensi ekspor. Ada dua jenis enzim yang
terdapat pada buah nanas, yang sangat berguna untuk kesehatan tubuh. Enzim itu
adalah bromelin dan peroksidase, nanas juga memiliki vitamin C yang berfungsi
sebagai penghambat terjadinya oksidasi lemak. Enzim bromelin yang terdapat dalam
nanas merupakan enzim kompleks yang berfungsi untuk memecahkan protein pada
protein, enzim bromelin pada nanas juga dapat meningkatkan keempukan pada
penyimpanan pada dendeng giling daging sapi dapat menghambat terjadinya proses
oksidasi lemak dan mempertahankan sifat fungsional dan sifat fisik daging serta dapat
2
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian level nanas
terhadap kualitas dendeng giling daging sapi pada lama penyimpanan yang berbeda.
Adapun kegunaan dari penelitian ini diharapkan berguna sebagai bahan informasi
bagi peneliti, peternak, pemerintah dan masyarakat luas tentang penambahan nanas
untuk menjaga kualitas dan menghambat terjadinya proses oksidasi lemak pada
3
TINJAUAN PUSTAKA
tinggi, yang mampu menyumbangkan asam amino esensial yang lengkap. Daging
segar mudah busuk atau rusak karena perubahan kimiawi dan kontaminasi mikroba.
Oleh karena itu berbagai cara pengawetan daging perlu dikembangkan. Daging
adalah seluruh bagian dari ternak yang sudah dipotong dari tubuh ternak kecuali
tanduk, kuku, tulang dan bulunya. Dengan demikian hati, limpa, otak, dan isi perut
hewan potong yang digunakan manusia sebagai bahan makanan, selain mempunyai
penampakan yang menarik selera, juga merupakan sumber protein hewani berkualitas
tinggi. Daging adalah makanan yang berkualitas tinggi. Hal ini juga didukung oleh
Soeparno (2005) yang menyatakan bahwa sebagai semua jaringan hewan dan produk
hasil pengolahan tersebut yang sesuai untuk dimakan serta tidak menimbulkan
gangguan kesehatan bagi yang memakannya. Dalam daging terdapat asam amino
esensial yg diperlukan tubuh, sehingga diharapkan selalu ada dalam makanan (Levie,
1970).
Daging sapi merupakan daging yang berwarna merah dan mengandung nilai
gizi tinggi. Selain mutu proteinnya tinggi, pada daging terdapat pula kandungan
asam amino esensial yang lengkap dan seimbang. Definisi daging secara umum
4
adalah bagian dari tubuh hewan yang disembelih yang aman dan layak dikonsumsi
manusia. Termasuk dalam definisi tersebut adalah daging atau otot skeletal dan
Daging mempunyai struktur daging yang terdiri dari jaringan otot, jaringan
ikat, pembuluh darah dan jaringan syaraf (Lawrie, 1974). Menurut SNI 01-3947-1995
Urat daging melekat pada kerangka, kecuali urat daging dari bagian bibir, hidung dan
telinga yang berasal dari sapi /kerbau yang sehat waktu dipotong. Jenis mutu
dibedakan menjadi segar, dingin dan beku, syarat muut, pengambilan contoh dan
sapi/kerbau menurut kelasnya adalah yaitu golongan (kelas) I, meliputi daging bagian
has dalam (fillet), tanjung (rump), has luar (sirloin), lemusir (cube roll), kelapa
(inside), penutup (top side), pendasar + gandik (silver side). Golongan (kelas) II,
meliputi daging bagian paha depan, sengkel (shank), daging paha depan (chuck),
daging iga (rib meat), daging punuk (Blade). Golongan (kelas) III, meliputi daging
lainnya yang tidak termasuk golongan I dan II, yaitu samcan (flank), sandung lamur
(brisket ).
lemak, jaringan ikat, tulang dan tulang rawan merupakan komponen fisik utama
daging. Jaringan otot terdiri dari jaringan otot bergaris melintang, jaringan otot licin,
dan jaringan otot spesial. Soeparno (2005) menjelaskan lebih lanjut bahwa keadaan
fisik daging dapat dikelompokkan menjadi (1) daging segar yang dilayukan atau
tanpa pelayuan, (2) daging yang dilayukan kemudian didinginkan (daging dingin),
(3) daging yang dilayukan, didinginkan, kemudian dibekukan (daging beku), (4)
5
daging masak, (5) daging asap dan (6) daging olahan. Sedangkan jaringan lemak
penting adalah serabut kolagen, serabut elastin, dan serabut retikulin. Menurut
Hadiwiyoto (1994) dan Winarno (1993) secara garis besar struktur daging terdiri atas
satu atau lebih otot yang masing-masing disusun oleh banyak kumpulan otot, maka
Beberapa karakteristik kualitas daging yang penting dalam pengujian yakni pH,
daya ikat air, warna dan keempukan. Dijelaskan pula bahwa faktor kualitas daging
yang dimakan meliputi warna, keempukan, tekstur, flavor (cita rasa), aroma (bau),
dan kesan jus daging (juiciness) Soeparno (2005). Disamping itu susut masak
cooking lost ikut menentukan kualitas daging. Zat-zat yang terdapat dalam daging
yaitu protein 19-22%, lemak 2,5%, karbohidrat 1,2%, air 75% dan 1,5% substansi
non protein (Lawrie, 1995). (Abustam, 2009) menambahkan bahwa kualitas karkas
dan daging dipengaruhi oleh faktor sebelum dan sesudah pemotongan. Faktor
sebelum pemotongan yang dapat mempengaruhi kualitas daging antara lain adalah
genetik, spesies, bangsa, tipe ternak, jenis kelamin, umur, pakan termasuk bahan
mempengaruhi kualitas daging antara lain meliputi metode pelayuan, stimulasi listrik,
metode penyimpanan dan preservasi, macam otot daging dan lokasi otot daging.
6
Pada hewan potong, pH daging sesudah disembelih berkisar antara 6.7 8.
Pada daging sapi dalam waktu 25 jam sesudah dipotong terjadi penurunan pH hingga
5.6 5.8 di dalam semua otot-otot (Resang, 1982). Buckle dan Edwars, (1985)
menyebabkan daging pada tahap akhir akan mempunyai struktur yang tertutup atau
Dendeng merupakan hasil industri rumah tangga yang telah diterima luas oleh
kombinasi antara kuring daging dan pengeringan. Penambahan gula kelapa dan
rempah-rempah pada dendeng memberikan sifat flavor yang khas. Dendeng tergolong
dalam bahan makanan semi basah (intermediate moisture food), yaitu bahan pangan
yang mempunyai kadar air tidak terlalu tinggi dan juga tidak terlalu rendah, yaitu
7
antara 15-50 persen. Kadar air tersebut dapat dicapai melalui proses pengeringan
daging yang telah dibumbui terlebih dahulu. Tujuan dari pengeringan yaitu
Dendeng merupakan salah satu produk hasil ternak daging kering yang telah
banyak dibuat di Indonesia dan mempunyai masa simpan lebih dari 6 bulan dengan
kadar air 15% sampai 20% dan pH 4,5 5,1 (Soeparno, 2005). Sedangkan menurut
Indriwati (2006), SNI (Standar Nasional Indonesia) 01-2906-1990 kadar air dendeng
antara 15 - 25%. Dendeng giling merupakan produk olahan hasil ternak dengan
menggunakan berbagai jenis daging antara lain daging ayam, dan daging sapi dimana
8
Dendeng merupakan salah satu produk daging olahan sekaligus produk daging
yang diawetkan yang diproduksi di Indonesia secara sederhana dan mempunyai daya
terima yang tinggi di beberapa negara Asia. Pada umumnya dendeng yang ada di
pasaran yaitu dendeng sapi, baik dendeng sapi giling maupun dendeng sapi iris
pencampuran denga garam, gula, serta ramuan bumbu seperti lengkuas, ketumbar,
bawang putih, bawang merah yang diikuti dengan proses pengeringan sampai kadar
air 25% bk. Seluruh proses tersebut dapat disarikan sebagai kombinasi antara proses
Produk olahan seperti dendeng dapat dibuat dari irisan tipis (dendeng sayat)
atau dari daging giling (dendeng giling). Dendeng dengan penambahan gula merah,
garam dan bumbu yang memiliki rasa manis, karena memiliki kandungan gula yang
tinggi dengan itu flavour yang kuat berasal dari bumbu dan daging yang dikeringkan
membiarkan dendeng karakteristik flavour yang berbeda dari bahan pangan atau
makanan tradisional basah lainnya (Buckle, Edwards, Fleet dan Wooton 1987).
Contoh dari dendeng giling daging sapi dapat dilihat pada Gambar 1 berikut :
9
Dendeng yang bermutu baik harus memenuhi spesifikasi persyaratan mutu
seperti pada dendeng sapi, sehingga produk yang dihasilkan dapat diterima di pasaran
dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Spesifikasi persyaratan mutu dendeng dapat
pembersihan dari kotoran dan lapisan lemak maupun urat. Pengirisan dimaksud untuk
homogen dan daging mudah dibentuk. Pengeringan dendeng bisa dilakukan dengan
penjemuran maupun dengan menggunakan oven hingga mencapai kadar air tertentu
(Anonim, 2009).
Hadiwiyoto (1994), adalah daging, gula merah (30%), garam (5%), ketumbar (2%),
10
bawang putih (2%), sendawa (0,2%), lengkuas (1%) dan jinten (1%). Selama
citarasa, yang akan menambah rasa dan aroma dendeng menjadi lebih sedap.
campuran gula, garam, serta bumbu-bumbu lain (Astawan, 2004). Bahan pembantu
nilai gizi, cita rasa, mengendalikan keasaman dan kebasahan serta menerapkan
bentuk dan rupa. Bahan pembantu yang digunakan adalah garam, gula, bumbu-
bumbu yaitu bawang putih, lada dan kaldu ayam (Winarno, 2004).
Selain kesegaran dan mutu daging, bumbu merupakan faktor kunci yang
umumnya menggunakan bumbu garam, gula, lengkuas, ketumbar, asam dan bawang
merah. Kadang-kadang ada juga yang menambahkan lada dan bawang putih. Gula
yang ditambahkan dapat berupa gula merah maupun gula pasir. Campuran bumbu
berguna untuk menambah aroma, cita rasa, dan untuk memperpanjang daya awet.
2004).
Pernyataan ini juga dudukung oleh Johnson (1974) yang menyatakan bahwa
Bawang putih mengandung senyawa ferrodialil disulfide yang menimbulkan khas bau
11
bawang putih. Bawang merah dan bawang putih disamping berfungsi sebagai zat
makan dari masyarakat didaerah dimana produk ini dibuat, jadi komposisi campuran
1) Garam
karena dalam jumlah yang cukup, garam dapat menyebabkan terjadinya autolisis serta
memperbaiki flavour (sebagai zat pemberi rasa) dan mempertahankan daya simpan.
Efek pengawetan garam adalah mengurangi kandungan air bahan pangan sehingga
konsentrasi garam 2%. Penggunaan garam dianjurkan tidak terlalu banyak karena
akan menyebabkan terjadinya penggumpalan (salting out) dan rasa produk yang
terlalu asin (Buckle dkk, 1987). Selain sebagai bahan pengawet, garam juga berfungsi
2) Gula Merah
mencegah penguapan air dan tidak begitu kering sehingga lebih disukai konsumen
rasa, memperbaiki aroma, warna dan tekstur produk. Kadar gula yang tinggi, yaitu
pada konsentrasi 30-40% akan menyebabkan air dalam sel bakteri, ragi dan kapang
akan keluar menembus membran dan mengalir ke dalam larutan gula, yang disebut
12
osmosis dan menyebabkan sel mikroba mengalami plasmolisis dan pertumbuhannya
3) Bawang Putih
yang disebabkan oleh adanya zat aktif allicin yang sangat efektif terhadap bakteri,
selain itu bawang putih mengandung scordinin, yaitu senyawa komplek thioglisidin
Bawang putih memiliki aroma yang kuat dan tajam, tetapi hampir tidak
berbau jika belum dimemarkan atau dipotong-potong (Farrell, 1990). Winarno (2004)
menyatakan bahwa, senyawa yang menimbulkan aroma pada bawang putih adalah
senyawa sulfur yang akan menimbulkan bau bila jaringan sel bawang mengalami
kerusakan sehingga terrjadi kontak antara enzim dalam bahan dan substrat.
4) Ketumbar
Manfaat ketumbar diambil dari daun, biji dan buah. Dari semua bagian
tanaman yang diubah menjadi minyak terbang terdapat kandungan berupa sabinene,
kamfena, dan felandren. Selain itu dalam Cabe Puyang Warisan Nenek Moyang
(Farell, 1990) disebutkan bahwa ketumbar juga mengandung lemak dan abu.
5) Lengkuas
dikonsumsi. Pada masakan daging berguna sebagiai penghilang bau daging yang
kurang sedap dan juga menguatkan rasa dari daging tersebut. Selain itu warna dari
13
lengkuas akan memperbaiki struktur dari warna dendeng. Lengkuas digunakan
sebagai bumbu agar aroma daging lebih wangi sehingga bau anyir pada daging akan
rempah kering berbentuk bulat dan berwarna kuning kecoklatan, memiliki rasa gurih
dan manis, berbau harum dan dapat membangkitkan kesan sedap dimulut (Farrell,
1990).
daerah tropis dan subtropis. Tanaman ini mempunyai banyak manfaat terutama pada
yang dikembangkan, karena memiliki potensi ekspor. Nanas adalah buah tropis
dengan daging buah berwarna kuning memiliki kandungan air 90% dan kaya akan
kalium, kalsium, iodium, sulfur dan khlor. Selain itu juga kaya asam, biotin, vitamin
B12, Vit E serta enzim bromelin. Volume ekspor terbesar untuk komoditas
hortikultura berupa nanas olahan yaitu 49,32 % dari total ekspor hortikultura
Umur simpan buah nenas segar antara 1-7 hari pada 21,11oC, sedangkan
buah-buahan kering umur simpannya dapat mencapai 1 tahun atau lebih. Dengan
kadar air buah kering antara 18-25 % (Winarno dan Laksmi, 1974 dalam Muchtadi,
berkembang saat ini. Tujuan utama dari pengeringan makanan adalah untuk
14
menurunkan kadar air yang terdapat pada nenas segar, dimana air merupakan titik
Ada dua jenis enzim yang terdapat pada buah nanas, yang sangat berguna
untuk kesehatan tubuh. Enzim itu adalah bromelin dan peroksidase. Enzim bromelin
yang terdapat dalam nanas merupakan enzim kompleks yang berfungsi untuk
dalam proses penyerapan protein tersebut. Kandungan enzim bromelin yang terdapat
pada nanas berfungsi sebagai pengempuk pada daging yang mampu menguraikan
serat-serat daging, sehingga daging menjadi lebih empuk. Mengkonsumsi buah nanas
pertumbuhan sel kanker, bersifat anti radang, anti oksidan, menetralisir asam
lambung, dan juga mempercepat proses penyembuhan luka. Kandungan enzim ini
juga dapat mencegah penggumpalan darah dan mengatasi penyakit jantung. Buah
stress, serta menunda penuaan dini. Namun untuk mendapatkan manfaat buah nanas
Buah nanas juga dikenal memiliki kandungan mineral dan vitamin yang
cukup tinggi. Dalam 100 gram buah nanas terdapat kandungan mineral kalsium 19
mg, fosfor 9 mg, zat besi 0,2 mg, vitamin A (20 RE) , B1 (0,08 mg), B2 (0,04 mg),
vitamin C (20 mg), niasin (0,2 gr), dan serat (0,4 gr). Kandungan vitamin A dan C
yang tinggi dalam nanas sangat baik sebagai anti oksidan. Begitu juga kandungan
energi dalam buah nanas sebanyak 50 kalori, protein 0,4 mg, lemak, 0,2 gram, dan
15
karbohidrat 13 gram. Meskipun kandungan gula nanas cukup tinggi, namun tidak
berbahaya bagi penderita diabetes karena telah dinetralisir oleh enzim bromelin dan
peroksidase. Selain itu, kandungan serat yang ada maupun kandungan airnya yang
cukup tinggi juga bermanfaat dalam membantu melancar proses pencernaan dan
penyerapan gizi dalam tubuh, serta mengatasi penyakit wasir (Anonim, 2010b).
chlorogen, yaitu antioksidan yang banyak terdapat pada buah-buahan. Asam ini
Nitrosamine terbentuk ketika daging olahan yang diberi pengawet dipanaskan pada
suhu tinggi misalnya pada pembuatan sate. Pernyataan ini juga didukung oleh
mengandung banyak vitamin dan berfungsi sebagai tanaman obat. Mulai dari vitamin
Menurut hasil penelitian yang dilakukan baik di dalam maupun di luar negeri
16
Tabel 4. Komposisi buah nanas per100 gr bahan
Kandungan
Komponen a. b.
Energi (Kal) 52 -
Kalsium (mg) 16 -
Besi (mg) 0,3 -
Thiamine (mg) 0,08 0,08
Vitamin C (mg) 24 24
Protein (g) 0,4 0,4
Lemak (g) 0,2 0,2
Hidatarang (g) 13,7 -
Fosfor (mg) 11 -
Air (g) 83,5 85
Abu (%) - 0,4
Asam (%) - 1,0
Sumber : a. Daftar Komposisi bahan makanan, Direktorat Gizi Departemen
Kesehatan (Anonim, 1981).
b. Suluh Kelembagaan Tani. Buletin Agribisnis, no 19. Direktorat
Jenderal Departemen Pertanian Jakarta (Anonima, 1981).
Data tersebut di atas menunjukkan persentase yang sedang bila ditinjau dari
komposisinya menunjukkan bahwa buah nanas mengandung air yang cukup tinggi
dimana didalamnya mengandung banyak gula, vitamin serta garam mineral yang
nutrisi, vitamin dan zat yang penting dan juga sedikit mengandung serat (1,5 gram
serat per 100 gr buah nanas). 100 gr buah nanas mengandung: 55 kcal (231 kJ), 0,4 gr
protein, 0,2 gr lemak, karbohidrat 12,4 gr (1,0 BE) dan 1,5 gr serat (Anonim, 2009).
17
Kadar Air
Air dalam bahan pangan berperan sebagai pelarut dari beberapa komponen, di
samping ikut sebagai bahan pereaksi, sedangkan bentuk air dapat ditemukan sebagai
air bebas dan air terikat. Air bebas dapat dengan mudah hilang apabila terjadi
penguapan dan pengeringan, sedangkan air terikat sulit dibebaskan dengan cara
tersebut. Air dapat terikat secara fisik, yaitu ikatan menurut sistem kapiler dan air
terikat secara kimia, antara lain kristal dan air yang terikat dalam sistem dispersi
(Purnomo, 1986).
Air yang diikat dalam daging dapat dibagi dalam tiga komponen, yaitu air
yang terikat secara kimiawi oleh protein daging sebesar 4 5% yang merupakan
lapisan monomolekuler pertama. Lapisan kedua adalah air yang terikat agak lemah
dari molekul air terhadap kelompok hidrofilik yakni sebesar 4%. Lapisan ketiga
merupakan air bebas yang terdapat di antara molekul-molekul protein yang memiliki
jumlah terbanyak. Selanjurtnya, Forest (1989) menyatakan bahwa air bebas terletak
di bagian luar sehingga mudah lepas, sedangkan air terikat adalah kebalikkannya
dimana air sulit dilepaskan karena terikat kuat pada rantai protein, dan air dalam
bentuk tidak tetap merupakan air labil sehingga mudah lepas bila terjadi perubahan.
Winarno (1980) menyatakan kadar air dalam daging berkisar antara 6070% dan
apabila bahan (daging) mempunyai kadar air tidak terlalu tinggi atau tidak terlalu
rendah yaitu antara kisaran 15 50% maka bahan (daging) tersebut dapat tahan lama
selama penyimpanan. Soputan (2000) menyatakan kadar air pada dendeng daging
sapi yang digiling lebih tinggi dari dendeng daging sapi yang diiris. Hal ini karena
18
perlakuan fisik dalam pembuatan daging giling menyebabkan air terlepas, sekaligus
dalam proses kuring penyerapan bahan kuring lebih tinggi dibanding dengan daging
iris. Selain itu karena air terikat yang terdapat dalam dendeng daging sapi yang
digiling sudah terlepas terutama air terikat protein sudah terurai keluar sehingga
menyebabkan bertambahnya air bebas. Air bebas mudah lepas dengan perlakuan
mekanis. Selanjutnya dinyatakan bahwa semakin lama dendeng daging sapi disimpan
semakin tinggi kadar airnya. Hal ini karena semakin lama disimpan maka air terikat
akan terurai menjadi komponen yang lebih sederhana karena aktivitas enzim
mikroorganisme dan enzim daging, dengan demikian air bebas yang ada akan
semakin bertambah.
Penyimpanan daging
mikroorgansime, karena mempunyai kadar air atau kelembaban yang tinggi, adanya
oksigen, tingkat keasaman dan kebasaan (pH) serta kandungan nutrisi yang tinggi.
Karena itu daging sangat mudah mengalami kerusakan apabila disimpan pada suhu
bahwa sel-sel yang terdapat dalam daging mentah masih terus mengalami proses
rendah suhu semakin lambat proses tersebut berlangsung dan semakin lama daging
dapat disimpan. Di samping itu suhu penyimpanan yang rendah juga menghambat
19
permukaan daging. Siswani (1984) melaporkan bahwa daging segar atau mentah
tanpa pendinginan yang disimpan pada suhu kamar (27 0C) hanya dapat bertahan
selama 25 jam dan lebih dari itu sudah menunjukkan adanya pembusukan pada
daging tersebut. Sejalan dengan itu Buckle et al (1985), menyatakan daging segar
dalam suhu kamar hanya mampu bertahan 1 2 hari. Oleh karena itu bila masih ingin
disimpan selama 1 minggu maka daging tersebut harus diolah untuk menghasilkan
pengawet kimia. Dengan demikian proses kerusakan dapat dihambat dan usia simpan
dapat diperpanjang melalui penyimpanan yang sesuai untuk daging olahan, seperti
dendeng daging sapi, agar kualitasnya dapat dipertahankan pada penyimpanan suhu
kamar. Sudarisman dan Elvina (1996) menyatakan agar dendeng sapi dapat tahan
Organoleptik
Menurut Abustam dan Ali (2004) menyatakan bahwa daging mempunyai sifat
organoleptik yang dapat berkaitan dengan lima sifat dasar yaitu rasa (taste), bau
(smell), penampilan/warna (sight), kehalusan (feel) dan kekerasan. Empat rasa dasar
yang diidentifikasi dari daging adalah rasa asin, asam, manis dan pahit. Kebanyakan
daging dan hasil olahannya mempunyai rasa dasar asin atau manis dan kombinasi
keduanya. Bau merupakan sifat organoleptik yang penting dapat dibedakan atas
aromatik oleh saraf olfaktori pada berbagai daging. Tekstur dan kehalusan daging
konsumen.
20
Banyak faktor yang mempengaruhi warna daging, termasuk pakan, spesies,
bangsa, umur, jenis kelamin, stress (tingkat aktivitas dan tipe otot), pH dan oksigen.
pigmen daging mioglobin. Tipe molekul mioglobin, status kimia mioglobin, dan
kondisi kimia serta fisik komponen lain dalam daging mempunyai peranan besar
dalam menentukan warna daging. Mioglobin sebagai salah satu dari protein
sarkoplasmik terbentuk dari suatu rantai polipeptida tunggal terikat di sekeliling suatu
grup heme yang membawa oksigen. Grup heme tersusun dari suatu atom Fe dan suatu
kesadaran atau pengenalan alat indra akan sifat-sifat benda karena adanya rangsangan
yang diterima alat indra yang berasal dari benda tersebut. Pengindraan dapat juga
berarti reaksi mental (sensation) jika alat indra mendapat rangsangan (stimulus).
Reaksi atau kesan yang ditimbulkan karena adanya rangsangan dapat berupa sikap
untuk mendekati atau menjauhi, menyukai atau tidak menyukai akan benda penyebab
rangsangan. Kesadaran, kesan dan sikap terhadap rangsangan adalah reaksi psikologis
atau reaksi subyektif. Pengukuran terhadap nilai / tingkat kesan, kesadaran dan sikap
karena hasil penilaian atau pengukuran sangat ditentukan oleh pelaku atau yang
Jenis penilaian atau pengukuran yang lain adalah pengukuran atau penilaian
suatu dengan menggunakan alat ukur dan disebut penilaian atau pengukuran
21
instrumental atau pengukuran obyektif. Pengukuran obyektif hasilnya sangat
ditentukan oleh kondisi obyek atau sesuatu yang diukur. Demikian pula karena
rangsang pada alat atau organ tubuh (indra), maka pengukuran ini disebut juga
indrawi. Yang diukur atau dinilai sebenarnya adalah reaksi psikologis (reaksi mental)
berupa kesadaran seseorang setelah diberi rangsangan, maka disebut juga penilaian
22
METODE PENELITIAN
Materi Penelitian
gula merah, ketumbar, bawang putih, garam, merica, minyak goreng, tissue, buah
Alat yang digunakan yaitu baskom, pisau, mesin penggiling kasar, food
processor, cetakan kaca, timbangan analitik, oven, talenan, wajan dan sodet.
Prosedur Penelitian
A. Rancangan penelitian
Ao = 0%
A1 = 5%
A2 =10%
23
Faktor B (Lama Penyimpanan)
Bo = 1 Minggu
B1 = 2 Minggu
B2 = 3 Minggu
B3 = 4 Minggu
B. Pelaksanaan Penelitian
Penyediaan Sampel
sebagai berikut :
Daging sapi dibersihkan lalu dibuang lemaknya, kemudian diiris kecil dan
2. Penimbangan bahan
dan nanas dengan persentase masing-masing untuk 250 gr daging 0%, 5%,
24
4. Pencetakan
mm.
5. Pengeringan
6. Penyimpanan
Disimpan dalam suhu kamar selama 1, 2, 3 dan 4 minggu dan pada tiap
7. Penggorengan
Dendeng yang telah disimpan pada minggu pertama hingga minggu ke empat
organoleptik.
25
Prosedur Pembuatan Dendeng Giling
Daging 250 gr
Pencucian
Penirisan
Penggilingan
Nanas Gula merah 50 gr
A1 : kontrol Pencampuran bahan dan Ketumbar 2 gr
A2 : 5 % penggilingan (daging, Merica 2 gr
A3 : 10 % bumbu dan nanas) Bawang putih 7,5 gr
Garam 5 gr
Pencetakan dendeng (ketebalan
4 mm
Penyimpanan selama 1, 2, 3,
dan 4 minggu dalam suhu
kamar
Digoreng
Uji organoleptik
Uji TBA
26
C. Parameter yang Diukur
1. Kadar Air
mentah, kemudian menimbang lagi setelah pengeringan selama 24 jam dengan suhu
dan mengeringkannya selama 24 jam dengan suhu 105 0C, hal ini merupakan berat
kering dari dendeng. Rumus yang digunakan untuk menghitung kadar air (Anonim,
Uji ketengikan pada setiap sampel penelitian yang telah diberi perlakuan
47,5 ml akuades.
27
d) Destilasi dijalankan dengan pemanasan tinggi hingga diperoleh 50 ml destilat
selama 10 menit.
h) Tabung reaksi didinginkan dengan air pendingin selama 10 menit. Lalu diukur
3. Uji Organoleptik
Pada penelitian ini parameter organoleptik yang akan diamati yaitu warna,
keempukan, flavor, tekstur dan uji kesukaan yang akan dilakukan oleh 10 panelis.
Panelis sebelumnya dilatih mengenal sifat organoleptik yang akan diujikan. Penilaian
menggunakan uji skala dengan angka 1 sampai 6 seperti terlihat sebagai berikut :
a. Warna
Warna :
1. Tidak coklat
2. Agak coklat
3. Coklat
4. Agak coklat kehitaman
5. Coklat kehitaman
6. Sangat coklat kehitaman
28
b. Keempukan Keempukan :
1. Sangat alot
2. Alot
3. Agak alot
4. Agak empuk
5. Empuk
6. Sangat empuk
Analisa Data
Y ijk = + i + j + () ij + ijk
i = 1, 2, 3
j = 1, 2, 3,4
k = 1, 2, 3
Keterangan
Y ijk : Nilai Pengamatan pada Dendeng giling ke- k yang memperoleh kombinasi
29
: Nilai rata-rata perlakuan (nilai tengah umum).
() ij : Pengaruh interaksi penambahan nanas ke-i dan lama simpan dendeng ke-j
ijk : Pengaruh galat yang menerima perlakuan penambahan nanas ke-i dan
lama simpan dendeng ke-j.
Apabila perlakuan berpengaruh maka diuji lanjut dengan menggunakan uji BNT
30
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kadar Air
Kadar air merupakan bagian dari bahan pangan. Kadar air pada dendeng lebih
olahan yang kering (Winarno, 2004). Kadar air dapat menjadi salah satu faktor
kerusakan pada bahan pangan, dimana air merupakan media yang baik untuk
hasil penelitian maka rata-rata nilai kadar air dendeng giling daging sapi pada otot
Tabel 5. Nilai Rata-rata Kadar Air (%) Dendeng Giling Daging Sapi M.
semitendinosus Berdasarkan Tingkat/Level Nanas dan Lama Penyimpanan.
Tingkat Lama penyimpanan / Minggu
penambahan Rata-rata
Nanas (%) 1 2 3 4
0 16,66 18,55 20,80 21,99 19,50a
5 18,07 20,10 21,81 23,03 20,75b
10 20,13 21,75 22,97 24,24 22,27c
Rata-rata 18,29a 20,13b 21,86c 23,09d
Ket : - Huruf yang berbeda pada kolom atau baris yang sama menunjukkan perbedaan sangat
nyata (P<0,01).
berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap nilai rata-rata kadar air dendeng giling
daging sapi. Hasil uji beda nyata terkecil (BNT) menunjukkan bahwa terdapat
31
perbedaan sangat nyata (P<0,01) antara lama penyimpanan 1 minggu terhadap lama
penyimpanan 2 minggu, 3 minggu, dan 4 minggu. Hal ini berarti bahwa dendeng
giling dengan lama penyimpanan 4 minggu menunjukkan nilai kadar air yang baik
karena nilai kadar air yang dihasilkan tidak melampaui batas ambang kadar air yang
ditentukan yaitu 15-25%, dendeng giling merupakan produk olahan kering dengan
kadar air 15-25%. Hal ini mendukung pernyataan yang dikemukakan oleh Indriwati
(2006), bahwa SNI (standar Nasional Indonesia) 01-2906-1990 kadar air dendeng
antara 15-25%. Semakin lama penyimpanan, daging akan semakin banyak mengikat
air atau mengabsorbsi udara/oksigen dari suhu ruang sehingga air bebas pada
dendeng semakin bertambah dengan demikian semakin lama dendeng giling disimpan
maka nilai kadar air dendeng semakin meningkat. Hal ini mendukung pernyataan
yang dikemukakan oleh Soputan (2000) bahwa semakin lama dendeng daging sapi
disimpan semakin tinggi kadar airnya. Hal ini karena semakin lama disimpan maka
air terikat akan terurai menjadi komponen yang lebih sederhana karena aktivitas
enzim mikroorganisme dan enzim daging, dengan demikian air bebas yang ada akan
semakin bertambah.
nanas berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar air dendeng giling daging
sapi. Hasil uji beda nyata terkecil (BNT) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
sangat nyata (P<0,01) terhadap tingkat penambahan nanas (0%, 5%, dan 10%). Hal
ini berarti bahwa dendeng giling dengan penambahan nanas 10% memberikan nilai
kadar air yang lebih tinggi dibandingkan dengan dendeng giling pada tingkat
32
penambahan nanas 5%. Semakin tinggi penambahan nanas maka akan semakin tinggi
nilai kadar air dendeng giling daging sapi. Hal ini disebabkan karena tingginya kadar
air pada nanas serta adanya mekanisme kerja enzim bromelin pada buah nanas yang
mampu melepaskan air yang terikat dalam protein daging, sehingga pada saat
ditambahkan nanas pada dendeng giling dengan tingkat penambahan yang lebih
tinggi maka akan meningkatkan kadar air pada produk olahan dendeng. Hal ini
adalah buah tropis yang memiliki banyak manfaat dan kegunaan serta memiliki
kandungan air yang cukup tinggi yaitu 90%. Buah nanas juga memiliki mekanisme
kerja enzim yang mampu memecah air dalam protein daging yang terikat, sehingga
penyimpanan dan tingkat penambahan nanas tidak berpengaruh nyata antara 1-2
minggu sehingga tidak terdapat interaksi pada dendeng giling daging sapi dan
interaksi antara lama penyimpanan dan tingkat penambahan nanas berpengaruh nyata
antara 3-4 minggu. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa lama penyimpanan 1-2
minggu tidak dipengaruhi oleh tingkat penambahan nanas terhadap kadar air dendeng
giling daging sapi, serta lama penyimpanan 3-4 minggu dipengaruhi oleh tingkat
33
Ketengikan daging dapat diketahui secara kimiawi yaitu dengan melihat hasil
oksidasi lemak daging yang diketahui dengan nilai TBA. Semakin tinggi nilai TBA
maka semakin tinggi pula tingkat ketengikannya. Berdasarkan hasil penelitian maka
rata-rata nilai TBA dendeng giling daging sapi pada otot M.semitendinosus pada level
Tabel 6. Nilai Rata-rata Uji TBA (mg/kg) Dendeng Giling Daging Sapi
M.semitendinosus Berdasarkan Tingkat/Level Nanas dan Lama
Penyimpanan.
Tingkat Lama penyimpanan / Minggu
penambahan Rata-rata
Nanas (%) 1 2 3 4
0 0,06 0,09 0,12 0,14 0,10a
5 0,04 0,05 0,07 0,09 0,06b
10 0,03 0,04 0,04 0,06 0,04b
Rata-rata 0,04a 0,06b 0,07c 0,09d
Ket : - Huruf yang berbeda pada kolom atau baris yang sama menunjukkan
perbedaan sangat nyata (P<0,01).
berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap nilai TBA dendeng giling daging sapi.
Hasil uji beda nyata terkecil (BNT) menunjukkan perbedaan yang sangat nyata
penyimpanan, maka nilai TBA semakin meningkat. Peningkatan nilai TBA ini
dikarenakan pada proses penyimpanan daging dalam waktu relatif lama yang dapat
34
memicu terjadinya reaksi oksidasi lemak pada daging dan akibat dari oksigenasi
penyimpanan, sehingga nilai rata-rata TBA pada dendeng giling akan semakin
meningkat. Tetapi nilai rata-rata TBA pada Tabel 6. tidak melebihi batas ambang nilai
TBA yang di tentukan yaitu 1-2 mg/kg. Hal ini disebabkan karena adanya
menghambat proses oksidasi lemak oleh oksigen pada daging selama penyimpanan
sehingga nilai TBA yang dihasilkan tidak melebihi ambang batas yang ditentukan.
Hal ini medukung pernyataan yang dikemukakan oleh Watts (1962) bahwa batas
ambang nilai TBA yaitu 1-2 mg/kg, dan nilai rata-rata TBA berpengaruh dengan lama
penyimpanan yang disebabkan oleh perubahan fisik daging yang mengalami proses
nanas berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap nilai rata-rata TBA dendeng giling
daging sapi. Hasil uji beda nyata terkecil (BNT) menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan sangat nyata (P<0,01) terhadap tingkat penambahan nanas (0%, 5% dan
10%), dan pada penambahan nanas 5% dan 10% tidak berbeda nyata, tidak
mengalami perubahan yang konstan yang berkisaran antara 0,06-0,04 mg/kg. Hal ini
berarti bahwa dendeng giling dengan penambahan nanas 10% memberikan nilai TBA
yang lebih rendah dibanding dengan dendeng giling pada tingkat penambahan nanas
5%. Semakin tinggi tingkat pemberian nanas maka nilai TBA akan semakin rendah.
Hal ini disebabkan karena peran nanas yang berfungsi sebagai antioksidan yang dapat
35
menghambat terjadinya oksidasi lemak pada dendeng giling daging sapi. Hal ini
terjadinya oksidasi lemak dan mempertahankan sifat fungsional dan sifat fisik daging
serta enzim bromelin yang berfungsi untuk meningkatkan keempukan pada daging
penyimpanan dan tingkat penambahan nanas tidak berpengaruh nyata terhadap lama
penyimpanan 1-2 minggu sehingga tidak terdapat interaksi pada dendeng giling
daging sapi, tetapi interaksi berpengaruh nyata terhadap lama penyimpanan 3-4
minggu. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa lama penyimpanan 1-2 minggu tidak
dipengaruhi oleh tingkat penambahan nanas terhadap nilai rata-rata TBA dendeng
giling daging sapi, dan pada lama penyimpanan 3-4 minggu dipengaruhi oleh tingkat
penambahan nanas terhadap nilai rata-rata TBA dendeng giling daging sapi.
36
a. Warna Dendeng Giling Daging Sapi
Warna adalah salah satu faktor untuk menarik keinginan konsumen untuk
penambahan nanas dan lama penyimpanan terhadap warna dendeng giling daging
berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap nilai rata-rata warna dendeng giling
daging sapi. Hasil uji beda nyata terkecil (BNT) menunjukkan bahwa adanya
perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) antara lama penyimpanan 1 minggu terhadap
lama penyimpanan 2 minggu, 3minggu dan 4 minggu. Semakin lama dendeng giling
daging sapi disimpan maka akan semakin tinggi nilai rata-rata warna yang dihasilkan
pada dendeng giling. Hal ini berarti semakin lama penyimpanan maka warna dendeng
giling daging sapi akan semakin coklat kehitaman. Hal ini disebabkan karena adanya
37
pengaruh dari proses curing atau pengolahan selama pencampuran bahan terhadap
pembuatan dendeng giling daging sapi sehingga semakin lama penyimpanan maka
warna pada dendeng akan semakin mengalami pencoklatan dan warna menjadi gelap.
Hal ini mendukung pernyataan yang dikemukakan oleh Anonim (2008) bahwa
maka warna pada dendeng akan semakin mengalami pencoklatan dan warna menjadi
gelap.
nanas berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap warna dendeng giling daging sapi.
Hasil uji beda nyata terkecil (BNT) menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang
sangat nyata (P<0,01) antara tingkat penambahan nanas (0%, 5% dan 10%). Hal ini
berarti bahwa dendeng giling dengan tingkat penambahan nanas 10% menghasilkan
nanas 5%. Hal ini dikarenakan pada tingkat penambahan nanas 10% enzim bromelin
yang terkandung pada nanas semakin banyak oleh karna itu dapat meingkatkan warna
kecoklatan. Hal tersebut bisa terjadi karena adanya reaksi millard yang terjadi yaitu
gugus karbonil dari gula reduksi bereaksi dengan gugus amino dari protein daging
dan asam-asam amino secara non enzimatik, dan hasil reaksinya menimbulkan warna
coklat gelap terhadap panas sehingga mengakibatkan warna dendeng menjadi coklat
kehitaman. Semakin tinggi tingkat penambahan nanas warna pada dendeng giling
akan semakin gelap karena akibat dari proses pembuatan yang menggunakan gula
38
merah dan saat penggorengan terjadi reaksi panas terhadap gula sehingga
mengakibatkan warna dendeng menjadi gelap (coklat kehitaman). Hal ini mendukung
pernyataan yang dikemukakan oleh Nursiam (2010) bahwa warna gelap yang terjadi
pada dendeng diakibatkan oleh adanya reaksi antara gula terhadap panas pada saat
dilakukan penggorengan. Lebih lanjut Soeparno (2005) bahwa enzim bromelin yang
terkandung pada nanas dapat meingkatkan warna kecoklatan. Hal tersebut bisa terjadi
juga karena terjadinya reaksi millard yaitu gugus karbonil dari gula reduksi bereaksi
dengan gugus amino dari protein daging dan asam-asam amino secara non enzimatik,
penyimpanan dan tingkat penambahan nanas berpengaruh sangat nyata terhadap nilai
rata-rata warna pada lama penyimpanan 1-4 minggu. Hal ini menunjukkan bahwa
tidak ada kepekaan respon terhadap tingkat penambahan nanas dan lama
39
jumlah residu yang tertinggal semakin sedikit sisa daging selama pengunyahan
berarti daging semakin empuk. Nilai rata-rata hasil pengujian lama penyimpanan dan
daging sapi. Hasil uji beda nyata terkecil (BNT) menunjukkan bahwa adanya
perbedaan sangat nyata (P<0,01) antara lama penyimpanan 1 minggu terhadap lama
disimpan maka akan semakin tinggi nilai rata-rata keempukan yang dihasilkan pada
dendeng giling daging sapi. Hal ini berarti bahwa dendeng giling dengan lama
penetrasi pada gigi yang mudah dikunyah. Hal ini disebabkan karena semakin lama
40
dendeng mengalami perubahan-perubahan secara fisik yang dapat mengempukkan
daging serta karena adanya pencampuran bahan lain yang dapat membuat dendeng
semakin empuk pada saat disimpan selama 4 minggu. Hal ini mendukung pernyataan
yang dikemukakan oleh Lawrie (1974) bahwa lama penyimpanan juga berpengaruh
awal penetrasi gigi ke dalam daging, mudahnya daging dikunyah menjadi pigmen
potongan-potongan kecil
nanas berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap keempukan dendeng giling daging
sapi. Hasil uji beda nyata terkecil (BNT) menunjukkan bahwa adanya perbedaan
sangat nyata (P<0,01) terhadap tingkat penambahan nanas (0%, 5% dan 10%). Hal
ini menunjukkan bahwa dendeng giling dengan penambahan nanas 10% yang berarti
agak empuk - empuk dibandingkan tingkat penambahan nanas 5%. Hal ini berarti
dendeng giling dengan tingkat penambahan nanas 10% mengkasilkan nilai rata-rata
keempukan yang lebih baik. Hal ini dikarenakan pada tingkat nanas 10% enzim
bromelin yang terkandung pada nanas semakin banyak oleh karena itu dapat
meingkatkan keempukan dendeng dan enzim bromelin pada nanas dapat memecah
protein daging untuk mengempukkan daging. Hal ini mendukung pendapat Rahayu
(2004) dalam Mardiana (2011) bahwa enzim bromelin berfungsi sebagai pengempuk
pada daging yang mampu menguraikan serat-serat daging, sehingga daging menjadi
lebih empuk. Selain itu proses penggilingan daging juga dapat mengempukkan
daging.
41
c. Pengaruh Interaksi Lama Penyimpanan dan Tingkat Penambahan Nanas
penyimpanan dan tingkat penambahan nanas berpengaruh sangat nyata terhadap nilai
rata-rata keempukan pada lama penyimpanan 1-4 minggu. Hal ini menunjukkan
bahwa tidak ada kepekaan respon terhadap tingkat penambahan nanas dan lama
Flavor/cita rasa adalah sensasi yang kompleks, melibatkan bau dan rasa/taste,
tekstur, suhu dan pH dari semua ini, bau adalah yang paling penting. Evaluasi bau
dan rasa sangat tergantung pada panel cita rasa (Lawrie, 2003). Nilai rata-rata hasil
42
pengujian lama penyimpanan dan tingkat penambahan nanas terhadap keempukan
berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap nilai rata-rata flavor (cita rasa) dendeng
giling daging sapi. Hasil uji beda nyata terkecil (BNT) menunjukkan bahwa adanya
perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) antara lama penyimpanan 1 minggu terhadap
lama penyimpanan 2 minggu, 3 minggu, dan 4 minggu. Semakin lama dendeng giling
disimpan maka nilai rata-rata flavor (cita rasa) akan semakin meningkat walaupun
nilai rata-rata flavor pada minggu ke-3 lebih tinggi dibanding dengan nilai rata-rata
flavor (cita rasa) pada minggu ke-4. Hal ini berarti bahwa semakin lama penyimpanan
dendeng giling daging sapi dapat mempengaruhi nilai rata-rata flavor/cita rasa. Lama
penyimpanan mempengaruhi cita rasa pada produk olahan dendeng giling daging
sapi. Hal ini mendukung pernyataan yang dikemukakan oleh Soeparno (1992) bahwa
flavor dan aroma daging adalah sensasi yang kompleks dan saling terkait. Flavor
43
melibatkan bau, rasa, tekstur, temperatur, dan pH. Sensasi rasa yang dominan adalah
pahit, manis asin, dan asam. Perubahan peningkatan nilai rata-rata flavor (cita rasa)
organoleptik selama penyimpanan daging kering dapat terjadi karena adanya reaksi
Maillard yaitu gugus karbonil dari gula reduksi bereaksi dengan gugus amino dari
nanas berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap flavor dendeng giling daging sapi.
Hasil uji beda nyata terkecil (BNT) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan sangat
nyata (P<0,01) pada penambahan nanas (0%, 5% dan 10%). Hal ini berarti bahwa
dendeng giling dengan penambahan nanas 10% memiliki rasa yang agak lemah
aroma daging. Semakin tinggi tingkat penambahan nanas maka flavor yang
dihasilkan akan semakin lemah rasa dagingnya. Hal ini dikarenakan tingginya
tingkat penambahan nanas sehingga dapat merubah cita rasa/flavor dendeng. Hal ini
mendukung pendapat Ferial (2010) dan Mardiana (2011) bahwa semakin tinggi taraf
nanas yang ditambahkan pada dendeng maka akan semakin terasa nanas, sebaliknya
penyimpanan dan tingkat penambahan nanas tidak berpengaruh nyata (tidak terdapat
tingkat penambahan nanas 0,5 dan 10% dan lama penyimpanan berpengaruh sangat
44
nyata terhadap nilai rata-rata flavor yang dihasilkan. Hal ini dapat diinterpretasikan
bahwa lama penyimpanan tidak dipengaruhi oleh tingkat penambahan nanas terhadap
intensitas flavor/cita rasa dendeng giling daging sapi, tapi berpengaruh nyata terhadap
tingkat penambahan nanas dan lama penyimpanan dendeng giling daging sapi.
olahan dendeng giling tersebut. Penilaian kesukaan dilakukan untuk melihat respon
panelis terhadap produk yang dihasilkan. Nilai rata-rata hasil pengujian lama
45
penyimpanan dan tingkat penambahan nanas terhadap kesukaan dendeng giling dapat
Tabel 10. Nilai Rata-rata Kesukaan Dendeng Giling Daging Sapi (Silverside)
Berdasarkan Lama Pengeringan dan Taraf Nanas
Level Lama penyimpanan / Minggu
pemberian Rata-rata
Nanas (%) 1 2 3 4
0 3,32 3,24 3,05 2,82 3,11a
5 4,33 4,34 3,60 3,44 3,93b
10 5,77 4,74 4,43 3,72 4,67c
Rata-rata 4,47a 4,11b 3,70c 3,32d
Ket : - Huruf yang berbeda pada kolom atau baris yang sama menunjukkan perbedaan sangat
nyata (P<0,01).
- Semakin besar nilai yang tertera pada tabel berarti kesukaan daging semakin
suka Nilai 1 Berarti sangat tidak suka dan nilai 6 berarti amat sangat suka.
berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap tingkat kesukaan dendeng giling daging
sapi. Hasil uji beda nyata terkecil (BNT) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
sangat nyata nyata (P<0,01) tantara lama penyimpanan 1 minggu terhadap lama
daging sapi. Dari uji organoleptik pada Tabel 10. diatas menunjukkan bahwa nilai
rata-rata kesukaan pada lama penyimpanan 1-2 minggu lebih tinggi dibanding dengan
nilai rata-rata kesukaan pada lama penyimpanan 3-4 minggu. Hal ini dapat dilihat dari
respon panelis pada uji organoleptik warna, keempukan, cita rasa, kesukaan
lama penyimpanan respon panelis terhadap tingkat kesukaan semakin menurun. Hal
46
ini dikarenakan pada penyimpanan 1-2 minggu dendeng belum mengalami perubahan
secara fisik. Hal ini sependapat dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Soeparno
semakin lama disimpan akan semakin renda nilai organoleptik yang di hasilkan
nanas berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap kesukaan dendeng giling. Hasil uji
beda nyata terkecil (BNT) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan sangat nyata
(P<0,01) terhadap tingkat penambahan nanas (0%, 5% dan 10%). Hal ini
menunjukkan bahwa dendeng giling dengan penambahan nanas 10% mencapai nilai
yang baik. Hal ini disebabkan karena buah nanas yang memiliki rasa dan aroma yang
khas yang sangat disukai oleh konsumen karena buah nanas banyak memiliki
manfaat dan kegunaan bagi mahluk hidup. Hal ini mendukung pernyataan Ferial
(2010) dalam Mardiana (2012) bahwa hal tersebut disebabkan karena buah nanas
memiliki rasa dan aroma yang sangat disukai oleh konsumen, selain itu nanas juga
penyimpanan dan tingkat penambahan nanas tidak berpengaruh nyata (tidak terdapat
interaksi). Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa lama penyimpanan tidak dipengaruhi
oleh tingkat penambahan nanas terhadap kesukaan dendeng giling daging sapi.
47
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
48
1. Semakin lama penyimpanan dendeng giling daging sapi dapat meningkatkan
kadar air, warna, keempukan, flavor (cita rasa) dan nilai TBA, tetapi lama
dan kesukaan, tetapi tingkat penambahan nanas menurunkan nilai TBA dan
giling tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air, TBA, flavor (cita rasa) dan
daging sapi.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
49
Abustam, E. dan H. M. Ali. 2004. Bahan Ajar Ilmu dan Teknologi Pengolahan
Daging. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Anonima, 1981. Daftar Komposisi Bahan Makanan, Http//www.gizi.net/komposisi
makanan/index.html. Direktorat Gizi Departemen Kesehatan. Diakses Mei
2010.
b,
1981. Suluh Kelembagaan Tani. Buletin Agribisnis, no 19. www.Direktorat
Jenderal Departemen Pertanian Jakarta. Diakses Mei 2010.
50
Desroiser, N.W. 1985. Technologi of Food Preservation. 4th Eds, Publishing AVI Co.
Westport.
Djuarni. dkk, 1985. Membuka Aneka Dendeng. Teknologi Tepat Guna. Yogyakarta.
Farrell, K. T. 1990. Spices, Condiments and Seasonings. 2nd Ed. Van Nostrand
Reinhold, New York.
Ferial. A. 2010. Pengaruh lama pengeringan dan level penambahan nanas (Ananas
comosus) terhadap kualitas dendeng giling daging sapi. Fakultas Peternakan
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Indriwati, M. 2006. Studi Waktu Pengeringan dan Tingkat Ketebalan Dendeng Ayam.
Tesis Fakultas Pertanian. Program S1 IPB. Bogor.
Johnson et,.al 1974. Encyclopedia of Food Technologi The Avi Publishing CO.Inc.,
Wesport.
Levie A. 1970. The Meat Hand Book. Westport Evaluation of Food Academic Press,
New York, London.
Lharazati, Ria. 2006. Pemanfaatan Buah Nanas. My codes place.com. Diakses Mei
2010.
51
Mardiana,. 2011. Pengaruh ketebalan yang berbeda dan tingkat penambahan nanas
(Ananas comosus) terhadap kualitas dendeng giling daging sapi. Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Resang A A. 1982. Ilmu Kesehatan Daging. Edisi Kedua FKH. IPB, Bogor.
Robert. 1989. Evaluasi Gizi Dan Kerusakan Bahan Pangan. Institut Teknologi
Bandung. Bandung.
Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.
Sutatoso. 2008. Sari Buah nanas. ptp 2007.wordpress.com. Diakses Mei 2010.
.
Tumbronxs. 2009. Mencermati Tanaman Buah Nanas. www.iyoiye.com. Diakses Mei
2010.
Watts, BM. 1962. Meat products. In : Symposium on food lipids and their oxidation,
AVI Publ. Co. Inc., Wetsport, CT, Pp : 202 [International Food Research
52
Journal 17:221-227 (2010)].
Tabel Lampiran 1. Analisis Ragam Kadar Air Dendeng Giling Daging Sapi Terhadap
Lama Penyimpanan dan Tingkat Penambahan Nanas (Ananas
comosus).
53
Descriptive Statistics
Dependent Variable:K.Air
Lama_P
Level_ enyimp
Nanas anan Mean Std. Deviation N
A0 B0 16.6667 .49893 3
B1 18.5500 .35679 3
B2 20.8000 .62024 3
B3 21.9900 .64156 3
Total 19.5017 2.19102 12
A1 B0 18.0733 .73664 3
B1 20.1067 .68017 3
B2 21.8133 .35119 3
B3 23.0367 .30892 3
Total 20.7575 2.00593 12
A2 B0 20.1367 .39804 3
B1 21.7500 1.49880 3
B2 22.9767 .65241 3
B3 24.2467 .75871 3
Total 22.2775 1.77087 12
Total B0 18.2922 1.58812 9
B1 20.1356 1.62159 9
B2 21.8633 1.05980 9
B3 23.0911 1.10778 9
Total 20.8456 2.25474 36
54
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:K.Air
Type III Sum of
Source Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 166.329a 11 15.121 31.270 .000
Intercept 15643.339 1 15643.339 3.235E4 .000
Level_Nanas 46.371 2 23.186 47.948 .000
Lama_Penyimpanan 117.918 3 39.306 81.285 .000
Level_Nanas *
2.040 6 .340 .703 .650
Lama_Penyimpanan
Error 11.605 24 .484
Total 15821.273 36
Corrected Total 177.934 35
a. R Squared = .935 (Adjusted R Squared = .905)
Lama_Penyimpanan
Multiple Comparisons
K.Air
LSD
(I) (J) 95% Confidence Interval
Lama_ Lama_
Penyim Penyim Mean
panan panan Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
*
B0 B1 -1.8433 .32781 .000 -2.5199 -1.1668
*
B2 -3.5711 .32781 .000 -4.2477 -2.8946
B3 -4.7989* .32781 .000 -5.4754 -4.1223
B1 B0 1.8433* .32781 .000 1.1668 2.5199
B2 -1.7278* .32781 .000 -2.4043 -1.0512
B3 -2.9556* .32781 .000 -3.6321 -2.2790
B2 B0 3.5711* .32781 .000 2.8946 4.2477
B1 1.7278* .32781 .000 1.0512 2.4043
B3 -1.2278* .32781 .001 -1.9043 -.5512
B3 B0 4.7989* .32781 .000 4.1223 5.4754
B1 2.9556* .32781 .000 2.2790 3.6321
*
B2 1.2278 .32781 .001 .5512 1.9043
55
Level_Nanas
Multiple Comparisons
K.Air
LSD
(I) (J) 95% Confidence Interval
Level_ Level_ Mean
Nanas Nanas Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
*
A0 A1 -1.2558 .28389 .000 -1.8418 -.6699
A2 -2.7758* .28389 .000 -3.3618 -2.1899
A1 A0 1.2558* .28389 .000 .6699 1.8418
A2 -1.5200* .28389 .000 -2.1059 -.9341
A2 A0 2.7758* .28389 .000 2.1899 3.3618
A1 1.5200* .28389 .000 .9341 2.1059
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .484.
*. The mean difference is significant at the .05 level.
56
Tabel Lampiran 2. Analisis Ragam TBA Dendeng Giling Daging Sapi Terhadap
Lama Penyimpanan dan Tingkat Penambahan Nanas (Ananas
comosus).
Descriptive Statistics
Dependent Variable:TBA
Lama_
Level_ Penyim
Nanas panan Mean Std. Deviation N
A0 B0 .0867 .00577 3
B1 .0183 .00058 3
B2 .0237 .00058 3
B3 .0260 .00100 3
Total .0387 .02920 12
A1 B0 .0733 .00577 3
B1 .0160 .00100 3
B2 .0193 .00058 3
B3 .0220 .00100 3
Total .0327 .02475 12
A2 B0 .0567 .00577 3
B1 .0113 .00058 3
B2 .0157 .00153 3
B3 .0190 .00100 3
Total .0257 .01909 12
Total B0 .0722 .01394 9
B1 .0152 .00315 9
B2 .0196 .00357 9
B3 .0223 .00316 9
Total .0323 .02458 36
57
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:TBA
Type III Sum of
Source Squares df Mean Square F Sig.
a
Corrected Model .021 11 .002 212.035 .000
Intercept .038 1 .038 4.195E3 .000
Level_Nanas .001 2 .001 56.619 .000
Lama_Penyimpanan .019 3 .006 717.944 .000
Level_Nanas *
.001 6 9.767E-5 10.885 .000
Lama_Penyimpanan
Error .000 24 8.972E-6
Total .059 36
Corrected Total .021 35
a. R Squared = .990 (Adjusted R Squared = .985)
Lama_Penyimpanan
Multiple Comparisons
TBA
LSD
(I) (J) 95% Confidence Interval
Lama_ Lama_
Penyim Penyim Mean
panan panan Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
B0 B1 .0570* .00141 .000 .0541 .0599
*
B2 .0527 .00141 .000 .0498 .0556
*
B3 .0499 .00141 .000 .0470 .0528
B1 B0 -.0570* .00141 .000 -.0599 -.0541
B2 -.0043* .00141 .005 -.0072 -.0014
B3 -.0071* .00141 .000 -.0100 -.0042
B2 B0 -.0527* .00141 .000 -.0556 -.0498
B1 .0043* .00141 .005 .0014 .0072
B3 -.0028 .00141 .061 -.0057 .0001
B3 B0 -.0499* .00141 .000 -.0528 -.0470
B1 .0071* .00141 .000 .0042 .0100
B2 .0028 .00141 .061 -.0001 .0057
58
Level_Nanas
Multiple Comparisons
TBA
LSD
(I) (J) 95% Confidence Interval
Level_ Level_ Mean
Nanas Nanas Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
*
A0 A1 .0060 .00122 .000 .0035 .0085
A2 .0130* .00122 .000 .0105 .0155
A1 A0 -.0060* .00122 .000 -.0085 -.0035
A2 .0070* .00122 .000 .0045 .0095
A2 A0 -.0130* .00122 .000 -.0155 -.0105
A1 -.0070* .00122 .000 -.0095 -.0045
59
Tabel Lampiran 3. Analisis Ragam Warna Dendeng Giling Daging Sapi Terhadap
Lama Penyimpanan dan Tingkat Penambahan Nanas (Ananas
comosus).
Descriptive Statistics
Dependent Variable:Warna
Lama_
Level_ Penyim
Nanas panan Mean Std. Deviation N
A0 B0 2.6800 .04583 3
B1 3.0667 .03512 3
B2 3.1533 .02082 3
B3 3.2467 .06028 3
Total 3.0367 .22809 12
A1 B0 3.7767 .12423 3
B1 4.2000 .02646 3
B2 4.3200 .07211 3
B3 4.3967 .07506 3
Total 4.1733 .25977 12
A2 B0 4.5700 .04000 3
B1 4.7133 .06506 3
B2 5.0700 .12166 3
B3 5.2800 .02646 3
Total 4.9083 .30045 12
Total B0 3.6756 .82480 9
B1 3.9933 .73074 9
B2 4.1811 .83950 9
B3 4.3078 .88439 9
Total 4.0394 .82200 36
60
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:Warna
Type III Sum of
Source Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 23.538a 11 2.140 460.994 .000
Intercept 587.416 1 587.416 1.266E5 .000
Level_Nanas 21.341 2 10.671 2.299E3 .000
Lama_Penyimpanan 2.040 3 .680 146.465 .000
Level_Nanas *
.157 6 .026 5.622 .001
Lama_Penyimpanan
Error .111 24 .005
Total 611.065 36
Corrected Total 23.649 35
Level_Nanas
Multiple Comparisons
Warna
LSD
61
Multiple Comparisons
Warna
LSD
62
Tabel Lampiran 4. Analisis Ragam Keempukan Dendeng Giling Daging Sapi
Terhadap Lama Penyimpanan dan Tingkat Penambahan Nanas
(Ananas comosus).
Descriptive Statistics
Dependent Variable:Keempukan
Lama_
Level_ Penyim
Nanas panan Mean Std. Deviation N
A0 B0 3.2867 .02082 3
B1 3.3967 .02517 3
B2 3.4733 .01528 3
B3 3.6433 .02082 3
Total 3.4500 .13678 12
A1 B0 3.5800 .01732 3
B1 3.6633 .03786 3
B2 3.9167 .23459 3
B3 4.1200 .06928 3
Total 3.8200 .24636 12
A2 B0 4.1867 .02082 3
B1 4.2967 .03055 3
B2 4.4200 .11000 3
B3 4.6733 .18771 3
Total 4.3942 .21125 12
Total B0 3.6844 .39787 9
B1 3.7856 .40128 9
B2 3.9367 .43023 9
B3 4.1456 .45761 9
Total 3.8881 .44066 36
63
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:Keempukan
Type III Sum of
Source Squares Df Mean Square F Sig.
Corrected Model 6.572a 11 .597 64.017 .000
Intercept 544.211 1 544.211 5.831E4 .000
Level_Nanas 5.432 2 2.716 291.004 .000
Lama_Penyimpanan 1.086 3 .362 38.775 .000
Level_Nanas *
.055 6 .009 .975 .463
Lama_Penyimpanan
Error .224 24 .009
Total 551.008 36
Corrected Total 6.796 35
a. R Squared = .967 (Adjusted R Squared = .952)
Lama_Penyimpanan
64
Multiple Comparisons
Keempukan
LSD
(I) (J) 95% Confidence Interval
Lama_ Lama_
Penyim Penyim Mean
panan panan Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
*
B0 B1 -.1011 .04554 .036 -.1951 -.0071
B2 -.2522* .04554 .000 -.3462 -.1582
B3 -.4611* .04554 .000 -.5551 -.3671
B1 B0 .1011* .04554 .036 .0071 .1951
B2 -.1511* .04554 .003 -.2451 -.0571
B3 -.3600* .04554 .000 -.4540 -.2660
B2 B0 .2522* .04554 .000 .1582 .3462
B1 .1511* .04554 .003 .0571 .2451
B3 -.2089* .04554 .000 -.3029 -.1149
B3 B0 .4611* .04554 .000 .3671 .5551
B1 .3600* .04554 .000 .2660 .4540
*
B2 .2089 .04554 .000 .1149 .3029
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .009.
*. The mean difference is significant at the .05 level.
Level_Nanas
Multiple Comparisons
Keempukan
LSD
(I) (J) 95% Confidence Interval
Level_ Level_ Mean
Nanas Nanas Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
A0 A1 -.3700* .03944 .000 -.4514 -.2886
*
A2 -.9442 .03944 .000 -1.0256 -.8628
A1 A0 .3700* .03944 .000 .2886 .4514
A2 -.5742* .03944 .000 -.6556 -.4928
A2 A0 .9442* .03944 .000 .8628 1.0256
A1 .5742* .03944 .000 .4928 .6556
65
Tabel Lampiran 5. Analisis Ragam Flavor Dendeng Giling Daging Sapi Terhadap
Lama Penyimpanan dan Tingkat Penambahan Nanas (Ananas
comosus).
Descriptive Statistics
Dependent Variable:Flavour
Lama_
Level_ Penyim
Nanas panan Mean Std. Deviation N
A0 B0 5.9633 .06351 3
B1 5.7900 .07810 3
B2 5.7333 .08145 3
B3 5.5800 .03606 3
Total 5.7667 .15423 12
A1 B0 2.2567 .01528 3
B1 3.8067 .06658 3
B2 3.7067 .13317 3
B3 3.5200 .04000 3
Total 3.3225 .65498 12
A2 B0 1.3767 .02082 3
B1 1.2800 .04583 3
B2 2.4300 .03606 3
B3 2.3433 .04726 3
Total 1.8575 .55577 12
Total B0 3.1989 2.10834 9
B1 3.6256 1.95841 9
B2 3.9567 1.44484 9
B3 3.8144 1.41926 9
Total 3.6489 1.70701 36
66
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:Flavour
Type III Sum of
Source Squares Df Mean Square F Sig.
a
Corrected Model 101.889 11 9.263 2.309E3 .000
Intercept 479.318 1 479.318 1.195E5 .000
Level_Nanas 93.607 2 46.804 1.167E4 .000
Lama_Penyimpanan 2.927 3 .976 243.210 .000
Level_Nanas *
5.355 6 .893 222.525 .000
Lama_Penyimpanan
Error .096 24 .004
Total 581.303 36
Corrected Total 101.985 35
a. R Squared = .999 (Adjusted R Squared = .999)
Lama_Penyimpanan
Multiple Comparisons
Flavour
LSD
(I) (J) 95% Confidence Interval
Lama_ Lama_
Penyim Penyim Mean
panan panan Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
B0 B1 -.4267* .02986 .000 -.4883 -.3650
*
B2 -.7578 .02986 .000 -.8194 -.6962
*
B3 -.6156 .02986 .000 -.6772 -.5539
B1 B0 .4267* .02986 .000 .3650 .4883
B2 -.3311* .02986 .000 -.3927 -.2695
B3 -.1889* .02986 .000 -.2505 -.1273
B2 B0 .7578* .02986 .000 .6962 .8194
B1 .3311* .02986 .000 .2695 .3927
B3 .1422* .02986 .000 .0806 .2038
B3 B0 .6156* .02986 .000 .5539 .6772
B1 .1889* .02986 .000 .1273 .2505
B2 -.1422* .02986 .000 -.2038 -.0806
67
Level_Nanas
Multiple Comparisons
Flavour
LSD
(I) (J) 95% Confidence Interval
Level_ Level_ Mean
Nanas Nanas Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
A0 A1 2.4442* .02586 .000 2.3908 2.4975
*
A2 3.9092 .02586 .000 3.8558 3.9625
A1 A0 -2.4442* .02586 .000 -2.4975 -2.3908
A2 1.4650* .02586 .000 1.4116 1.5184
A2 A0 -3.9092* .02586 .000 -3.9625 -3.8558
A1 -1.4650* .02586 .000 -1.5184 -1.4116
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .004.
*. The mean difference is significant at the .05 level.
68
Tabel Lampiran 6. Analisis Ragam Kesukaan Dendeng Giling Daging Sapi Terhadap
Lama Penyimpanan dan Tingkat Penambahan Nanas (Ananas
comosus).
Descriptive Statistics
Dependent Variable:Kesukaan
Lama_
Level_ Penyim
Nanas panan Mean Std. Deviation N
A0 B0 3.3233 .05686 3
B1 3.2467 .05859 3
B2 3.0567 .09074 3
B3 2.8200 .05568 3
Total 3.1117 .21092 12
A1 B0 4.3300 .52943 3
B1 4.3400 .67535 3
B2 3.6067 .14572 3
B3 3.4433 .18175 3
Total 3.9300 .57127 12
A2 B0 5.7733 .03786 3
B1 4.7467 .06658 3
B2 4.4367 .04041 3
B3 3.7233 .53267 3
Total 4.6700 .80363 12
Total B0 4.4756 1.09938 9
B1 4.1111 .75322 9
B2 3.7000 .60807 9
B3 3.3289 .49024 9
Total 3.9039 .85800 36
69
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:Kesukaan
Type III Sum of
Source Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 23.566a 11 2.142 23.373 .000
Intercept 548.653 1 548.653 5.986E3 .000
Level_Nanas 14.583 2 7.291 79.549 .000
Lama_Penyimpanan 6.677 3 2.226 24.284 .000
Level_Nanas *
2.306 6 .384 4.193 .005
Lama_Penyimpanan
Error 2.200 24 .092
Total 574.418 36
Corrected Total 25.766 35
a. R Squared = .915 (Adjusted R Squared = .875)
Lama_Penyimpanan
Multiple Comparisons
Kesukaan
LSD
(I) (J) 95% Confidence Interval
Lama_ Lama_
Penyim Penyim Mean
panan panan Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
*
B0 B1 .3644 .14272 .017 .0699 .6590
*
B2 .7756 .14272 .000 .4810 1.0701
B3 1.1467* .14272 .000 .8521 1.4412
B1 B0 -.3644* .14272 .017 -.6590 -.0699
B2 .4111* .14272 .008 .1166 .7057
B3 .7822* .14272 .000 .4877 1.0768
B2 B0 -.7756* .14272 .000 -1.0701 -.4810
B1 -.4111* .14272 .008 -.7057 -.1166
B3 .3711* .14272 .016 .0766 .6657
B3 B0 -1.1467* .14272 .000 -1.4412 -.8521
B1 -.7822* .14272 .000 -1.0768 -.4877
*
B2 -.3711 .14272 .016 -.6657 -.0766
70
Level_Nanas
Multiple Comparisons
Kesukaan
LSD
(I) (J) 95% Confidence Interval
Level_ Level_ Mean
Nanas Nanas Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
*
A0 A1 -.8183 .12360 .000 -1.0734 -.5632
A2 -1.5583* .12360 .000 -1.8134 -1.3032
A1 A0 .8183* .12360 .000 .5632 1.0734
A2 -.7400* .12360 .000 -.9951 -.4849
A2 A0 1.5583* .12360 .000 1.3032 1.8134
A1 .7400* .12360 .000 .4849 .9951
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .092.
*. The mean difference is significant at the .05 level.
71
Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian Pembuatan Dendeng giling Daging Sapi
72
73
RIWAYAT HIDUP
74
pendidikan di Taman kanak-kanak Islam Asaada Cakung Jawa Barat dan selesai pada
tahun 1994, kemudian dilanjutkan pada tingkat Sekolah Dasar Negri Inpres
Toddopuli Makassar dan selesai pada tahun 2000, kemudian dilanjutkan kejenjang
lebih tinggi tingkat SLTP Kristen Makassar dan selesai pada tahun 2003, kemudian
dilanjutkan lagi ke jenjang yang lebih tinggi pada tingkat SMA Kristen Makassar dan
selesai pada tahun 2006. Di tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih serius di Perguruan Tinggi Negri dan lulus melalui Seleksi
selatan yaitu Universitas Hasanuddin makassar, penulis lulus dan terdaftar menjadi
75