PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Wilayah pesisir Indonesia selalu mengalami tekanan yang berat, termasuk akibat dari
aktivitas perikanan (budidaya maupun penangkapan ikan), industri perminyakan, dan transportasi
laut. Peningkatan konsentrasi sedimen pada perairan seringkali membawa akibat kepada kerusakan
lingkungan perairan tersebut. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk memonitor kualitas perairan
sebagai bagian dari pengelolaan wilayah pesisir. Data penginderaan jauh sangatlah diperlukan
untuk dapat memonitor wilayah pesisir yang sangat luas. Akan tetapi, diperlukan metode yang baik
untuk mendapatkan hubungan antara konsentrasi TSM (Total Suspended Matter/Total Padatan
Tersuspensi) dengan reflektansi yang diterima oleh sensor satelit (Budhiman, 2005).
Pada tugas akhir ini dilakukan pemetaan TSM dengan menggunakan data Landsat 8. Dan
pengolahan data dengan sofrware ER Mapper dan ArcGIS. Metode yang digunakan ada
Penggabungan band, Cropping, perhitungan menggunakan Koreksi Matahari (Radiometrik) untuk
memisahkan antara air dengan obyek lainnya (seperti daratan dan awan) dengan menerapkan rumus
reflektan dan menggunakan algoritma Syarif, Lemigas, Hasyim dan woerd Pasterkam. Data yang
digunakan pada pemetaan ini adalah data satelit Landsat 8 .
1.3 TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat memetakan pola distribusi konsentrasi
TSM dengan data dari Landsat 8 di., Jawa Tengah dengan menggunakan software Er Mapper dan
ArcGIS.10.
1.4 MANFAAT
Untuk mengetahui cara pemetaan suatu peta dan mengetahui nilai dan sebaran dari TSM
di.., Jawa Tengah
Menurut Budiman (2004), TSM adalah material tersuspensi (diameter > 1 m) yang tertahan
pada saringan milipore dengan diameter pori 0.45 (Effendi, 2000). Pada umumnya TSM terdiri dari
lumpur, pasir halus dan jasad-jasad renik yang sebagian besar disebabkan karena terjadinya
pengikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air. Pengamatan terhadap sebaran TSM
sering dilakukan untuk mengetahui kualitas air di suatu perairan, karena nilai TSM yang tinggi
menunjukkan tingginya tingkat pencemaran dan menghambat penetrasi cahaya ke dalam air
sehingga mengakibatkan terganggunya proses fotosintesis dari biota air.
Penginderaan jauh dapat didefinisikan sebagai teknik atau ilmu pengetahuan yang
menjelaskan tentang sesuatu obyek tanpa menyentuhnya (Campell, 1996). Teknologi ini dapat pula
diartikan sebagai kegiatan perolehan informasi tentang permukaan bumi dengan menggunakan citra
yang diperoleh dari dirgantara menggunakan energy elektromagnetik pada satu atau beberapa bagian
spektrum elektromagnetik yang dipantulkan maupun dipancarkan dari permukaan bumi (Hartono,
2012).
Menurut Susiati (2009), dalam menganalisis pola sebaran sedimen tersuspensi dilingkungan
bisa dilakukan dengan menggunakan citra satellite salah satunya dengan menggunakan citra satellite
LANDSAT TM dan SPOT dalam penggunaan algoritma untuk mendapat nilai konsentrasi TSS
menggunakan algortima yang dikembangkan syarif budiman yaitu TSS (mg/liter) =
7,9038*exp(23,942*Red Band) dengan Red band = Reflektans band 2.
Menurut Budiman (2004), dalam menyusun algoritma menggunakan persamaan dibawah ini
:
Menurut Pasterkamp dan Woerd dalam Budiman (2004), menjelaskan bahwa konsentrasi
dari optic kualitas air yang terkait dengan R (0-) melalui sifat optic yang melekat (IOP) air. IOP
merupakan total absorbsi (a) dan total backscattering (Pemantulan kembali) dari konsistuen optic
(Termasuk air itu sendiri). Penyerapan dan hamburan balik tergantung pada panjang gelombang ()
yang dinyatakan dalam m-1 dan. subsurface irradiance reflectance R (0 -) merupakan parameter
optik yang cocok untuk menghubungkan IOP dengan data radiasi penginderaan jauh. Beberapa
peneliti telah meneliti hubungan antara R (0 -) dan TIO laut dalam sistem air pesisir dan pedalaman.
Menurut Pasterkamp dan woerd (2002), pilihan untuk band merah (SPOT Band 2) adalah
yang paling tepat untuk digunakan dalam sebuah algoritma untuk memperkirakan hal ditangguhkan
di perairan ini. Hubungan antara konsentrasi TSM dan reflektansi band 2 (2 R) dapat tepat
digambarkan oleh fungsi yang diberikan dalam persamaan 2
Hasyim (1997) dan Lemigas (1996) dalam Parwali et al (2006), menunjukkan bahwa kanal-
kanal spektral yang mempunyai hubungan yang erat dengan parameter fisika dan kimia adalah kanal
1, 2, 3 dan 4. Selanjutnya (parwati, 2001) dengan menggunakan data lapang hasil survei kualitas air
yang dilakukan oleh Yayasan Mangrove (1997) dan Tim SACDP (1999) serta pemanfaatan kanal-
kanal spektral algoritma untuk TSM, yaitu Y = 14.2476621 + 1.13685022 B1 + 3.1031453 B2 +
0.933682272 B3
Er Mapper
Gambardisave as dengannamaGabungan
Gambardisave as dengannamaCropping
MasukkanrumusAlgoritma
Gambardisave as sebagaiRadiometrik
LAPORAN PEMETAAN TOTAL SUSPENDED MATTER (TSM) Page 6
3.3.2 Klasifikasi
3.3.3 Layouting
MasukkankoordinatwilayahdenganKoordinat system
4.1.3. Cropping
Buka data stack layer atau data gabungan dengan mengklik Load Dataset-data gabungan-Ok
This Layer Only. Setelah data gabungan muncul pada layer, klik icon RGB (Create RGB Algorithm)
dengan mengisi band 4 untuk Red, band 3 untuk Green dan band 2 untuk Blue. Data gabungan pada
layer akan berubah warna, klik kanan pada layer tersebut, pilih Zoom box Tool untuk menentukan
dan memperbesar area pilihan, yaitu area Teluk Cenderawasih. Tanpa menutup layer tersebut, buka
layer baru dan lakukan langkah yang sama seperti stack layer pada layer baru tersebut. Setelah itu,
klik kanan pada layer pertama (RGB), pilih Quick Zoom-Set Geolink to Window. Lakukan langkah
tersebut pada layer kedua (Stack Layer Baru) dan warna pada layer pertama akan berubah perlahan
sesuai dengan warna layer kedua. Klik kanan pada layer pertama yang telah berubah, pilih File-Save
As, ketik nama file (Cropping) lalu pilih ER Mapper Raster Dataset (.ers) pada File of Type-nya.
Klik Ok. Pilih IIEE4ByteReal pada Data type lalu klik Ok.
Buka radiometric yang baru disimpan, pilih band5, klik Edit Formula maka akan
munculFormula Editor. Pada kotak bertuliskan Input1 ganti dengan memasukkan rumus Algoritma
4.1.8. Layouting
Layouting adalah langkah yang dilakukan untuk menampilan hasil akhir dari pengolahan
data citra dalam bentuk peta lengkap beserta judul, simbol, skala, arah mata angin, sumber, tahun
dan nama pembuat. Biasanya disimpan dalam bentuk file gambar format JPEG. Langkahnya adalah
dengan melanjutkankan hasil klasifikasi pada bab sebelumnya paga program ArcGIS 9.3. Langkah-
langkahnya adalah sebagai berikut : Pilih add data untuk membuka data pelengkap lain yang
dibutuhkan, seperti peta ADM Indonesia. Klik layer hasil klasifikasi TSM - pilih menu Insert. Pada
menu inser sudah tersedia semua menu untuk keperluan perlengkapan peta, diantaranya: Title (judul
peta), Legend (menampilkan legenda berupa range warna dan nilai TSM, jalan, daratan, sungai dll),
Text (memberi nama keterangan peta), Picture (memasukkan gambar / lambing), Nort Arrow
(simbol arah mata angin), Scale Bar (skala garis), scale text (skala angka) dan banyak lagi menu
yang lain sesuai keinginan pembuat. Untuk memberikan grid pada peta dengan cara klik kanan pada
layer TSM - properties - Grids - New Grids - pilih Next Sampai finis. Selesai
Gambar diatas merupakan gambar peta persebaran TSM (Total Suspended Matter) atau
Jumlah Materi Terlarut pada Teluk Cenderawasih, Papua. Dengan skala 1: 123.071 dimana datanya
didapatkan dari data satelit Landsat 8 pada tanggal 3 Februari 2014 dengan Lat: 02 33 13 S,
Lon: 135 26 59 E yang berbatasan dengan Samudera Pasifik. Peta persebaran tersebut diperoleh
dengan menggunakan rumus Algoritma Woerd Pasterkam. Rumus algoritma ini menggunakan data
Radiometrik sebagai input datanya serta Band 5 untuk input pertama dan Band 3 untuk input kedua
sebagai input bandnya, sehingga didapatkan hasil TSM dengan 5 klasifikasi nilai. Warna orange
pada gambar peta menandakan bahwa wilayah tersebut memiliki sekitar 1 18,484024 materi yang
terlarut didalamnya. Untuk warna hijau menandakan bahwa wilayah tersebut memiliki sekitar
18,4840241 259,2747192 materi terlarut. Warna biru (muda) menunjukkan bahwa area Teluk
Cenderawasih yang mengandung 259,2747193 396,1798096 materi terlarut. Warna biru (tua)
menunjukkan area Teluk Cenderawasih yang mengandung 396,1798097 585,8179321 materi
terlarut. Sedangkan untuk warna merah menunjukkan area Teluk Cenderawasih dengan kandungan
materi terlarut sebesar 585,8179322 1,444,338501. Dan warna abu-abu menunjukkan wilayah
dekat Teluk Cenderawasih yang tidak memiliki TSM, seperti wilayah daratan dan perawanan.
Gambar diatas merupakan gambar peta persebaran TSM (Total Suspended Matter) atau
Jumlah Materi Terlarut pada Teluk Cenderawasih, Papua. Dengan skala 1: 123.374 dimana datanya
didapatkan dari data satelit Landsat 8 pada tanggal 3 Februari 2014 dengan Lat: 02 33 13 S,
Lon: 135 26 59 E yang berbatasan dengan Samudera Pasifik. Peta persebaran tersebut diperoleh
dengan menggunakan rumus Algoritma Lemigas. Rumus algoritma ini menggunakan data Cropping
sebagai input datanya, serta Band 3 untuk input pertama, Band 5 untuk input kedua, dan Band 4
untuk input ketiga sebagai input bandnya, sehingga didapatkan hasil TSM dengan 5 klasifikasi nilai.
Warna orange pada gambar peta menandakan bahwa wilayah tersebut memiliki sekitar 1
467,739,4063 materi yang terlarut didalamnya. Untuk warna hijau menandakan bahwa wilayah
tersebut memiliki sekitar 467,739,4064 509,892,6875 materi terlarut. Warna biru (muda)
menunjukkan bahwa area Teluk Cenderawasih yang mengandung 509,892,6876 575,486,1250
materi terlarut. Warna biru (tua) menunjukkan area Teluk Cenderawasih yang mengandung
575,486,1251 656,904,8750 materi terlarut. Sedangkan untuk warna merah menunjukkan area
Teluk Cenderawasih dengan kandungan materi terlarut sebesar 656,904,8751 950,174,8125. Dan
warna abu-abu menunjukkan wilayah dekat Teluk Cenderawasih yang tidak memiliki TSM, seperti
wilayah daratan dan perawanan.
Gambar diatas merupakan gambar peta persebaran TSM (Total Suspended Matter) atau
Jumlah Materi Terlarut pada Teluk Cenderawasih, Papua. Dengan skala 1: 121,182 dimana datanya
didapatkan dari data satelit Landsat 8 pada tanggal 3 Februari 2014 dengan Lat: 02 33 13 S,
Lon: 135 26 59 E yang berbatasan dengan Samudera Pasifik. Peta persebaran tersebut diperoleh
dengan menggunakan rumus Algoritma Hasyim. Rumus algoritma ini menggunakan data Cropping
sebagai input datanya, serta Band 2 untuk input pertama, Band 5 untuk input kedua, dan Band 4
untuk input ketiga sebagai input bandnya, sehingga didapatkan hasil TSM dengan 5 klasifikasi nilai.
Warna orange pada gambar peta menandakan bahwa wilayah tersebut memiliki sekitar 1
56,027,072 materi yang terlarut didalamnya. Untuk warna hijau menandakan bahwa wilayah
tersebut memiliki sekitar 56,027,072,01 57,796,184 materi terlarut. Warna biru (muda)
menunjukkan bahwa area Teluk Cenderawasih yang mengandung 57,796,184,01 61,648,160
materi terlarut. Warna biru (tua) menunjukkan area Teluk Cenderawasih yang mengandung
61,648,160,01 67,968,320 materi terlarut. Sedangkan untuk warna merah menunjukkan area Teluk
Cenderawasih dengan kandungan materi terlarut sebesar 67,968,320,01 94,679,152. Dan warna
abu-abu menunjukkan wilayah dekat Teluk Cenderawasih yang tidak memiliki TSM, seperti
wilayah daratan dan perawanan.
Gambar diatas merupakan gambar peta persebaran TSM (Total Suspended Matter) atau
Jumlah Materi Terlarut pada Teluk Cenderawasih, Papua dengan skala 1: 118.174 dimana datanya
didapatkan dari data satelit Landsat 8 pada tanggal 3 Februari 2014 dengan Lat: 02 33 13 S,
Lon: 135 26 59 E yang berbatasan dengan Samudera Pasifik.
Peta persebaran tersebut diperoleh dengan menggunakan rumus Algoritma Syarif Budiman
(2004). Rumus algoritma ini menggunakan nilai reflektan irradian (R(0-)) dari band merah yang
telah terkoreksi atmosferik sebagai inputnya. Digunakan data Radiometrik sebagai input datanya
serta Band 5 untuk input pertama dan Band 4 untuk input kedua sebagai input bandnya, sehingga
didapatkan hasil TSM dengan 5 klasifikasi nilai. Warna orange pada gambar peta menandakan
bahwa wilayah tersebut memiliki sekitar 1 18,21975899 materi yang terlarut didalamnya. Untuk
warna hijau menandakan bahwa wilayah tersebut memiliki sekitar 18,219759 22,37190056 materi
terlarut. Warna biru (muda) menunjukkan bahwa area Teluk Cenderawasih yang mengandung
22,37190057 29,56608009 materi terlarut. Warna biru (tua) menunjukkan area Teluk
Cenderawasih yang mengandung 29,5660801 46,77265167 materi terlarut. Sedangkan untuk
warna merah menunjukkan area Teluk Cenderawasih dengan kandungan materi terlarut sebesar
46,77265168 118,0518188 Dan warna abu-abu menunjukkan wilayah dekat Teluk Cenderawasih
yang tidak memiliki TSM, seperti wilayah daratan dan perawanan.
5.1 KESIMPULAN
Dalam pemetaan sebaran TSM ini digunakan Klasifikasi Unsupervised.
Hasil dari penggunaan algoritma Budiman menunjukkan nilai yang tersebar adalah dari
22,37190057 29,56608009 mg/l.
Klasifikasi Unsupervised algoritma Hasyim dan Lemigas dilakukan di software Er
Mapper.Hasil dari penggunaan algoritma Lemigas menunjukkan nilai yang tersebar
adalah dari 509,892,6876 575,486,1250 mg/l.
Hasil dari penggunaan algoritma Hasyim menunjukkan nilai yang tersebar adalah dari
57,796,184,01 61,648,160 mg/l.
Hasil dari penggunaan algoritma Woerd Pasterkam nilai yang ditunjukkan berkisar
antara 259,2747193 396,1798096 mg/l.
5.2 SARAN
Saran yang dapat diberikan penyusun adalah untuk lebih teliti dalam setiap langkah dalam
proses pemetaannya serta penggunaan analisa yang lebih tepat.
Arief, Muchlisin. 2012. Pemetaan Total Suspended Meters (Tsm) Menggunakan Data Satelit
Landsat (Studi Kasus : Teluk Trenggalek). Jurnal Penginderaan jauh Vol. 9 No. 1 (67-75).
Budhiman, Syarif. 2004. Mapping TSM Concentrations from Multisensor Satellite Images in
Turbid Tropoical Coastal Waters of Mahakam Delta- Indonesia. Master Thesis. Netherland
Budhiman, Syarif. 2005. Pemetaan Sebaran Total Suspended Matter (Tsm)Menggunakan Data
Aster Dengan Pendekatan Bio-Optical Model. MAPIN XIV. LAPAN. Jakarta
Hartono. 2010. Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi serta Aplikasinya di Bidang
Pendidikan dan Pembangunan. UGM
NASA. 2014. Landsat. (Online) http://landsat.gsfc.nasa.gov/?page_id=4071, diakses pada tanggal
15 Mei 2014
Parwali, Ety., Bambang Trisakti., Ila Carolila., Talik Kartika., Sri harini dan Katih Dewanti. 2002.
Analisis Hubungan Penutup/Penggunaan Lahan dengan Total Suspended matter (TSM)
Kawasan Perairan Segara Anakan Menggunakan Data Inderaja. Jurnal Penginderaan
Jauh. Vol. 3, No. 1 (87-97). LAPAN
Pasterkamp, R. and Van der Woerd, H.J. 2002. A general approach to map turbid estuaries with
remote sensing, Remote Sensing of the Environment. Submitted
Suciati, Heni. 2010. Pola Sebaran Sedimen Tersuspensi Melalui Pendekatan Penginderaan Jauh di
Perairan Pesisir Semenanjung Muria-Jepara. Bakosurtanal
Taofiqurohman S, Ankiq. 2012. Citra Modis Resolusi 250 Meters untuk Analisis Konsenrasi
Sedimen Tersuspensi Di Perairan Berau Kalimantan Timur. Jurnal. Universitas Padjajaran
Jatinangor. Bandung.
Trisakti, Bambang., Parwati dan Syarif Budhiman. 2005. Study of MODIS-AQUA Data for Mapping
Total Suspended Matter (TSM) in Coastal Waters. Jurnal Remote Sensing and Earth
Sciences. Vol. 2. LAPAN
Wahyunto. 2010. Aplikasi Teknologi Penginderaan Jauh dan Uji Validasinya untuk Deteksi
Penyebaran Lahan Sawah dan Penggunaan/Penutupan Lahan. Soil Research Institute,
CSARD Of IAARD