Anda di halaman 1dari 3

SOP PENGELOLAAN

PREEKLAMSIA BERAT
DAN EKLAMSIA DI
PONED
No.
:
Dokumen

No. Revisi :
SOP
Tanggal
:
Terbit

Halaman :

DARSONO, SKM MM

BLUD UPT
PUSKESMAS DAWE

NIP. 19680312 198903 1 006

1. Pengertian Hipertensi yang terjadi selama kehamilan


Penyebab
Belum diketahui secara pasti
Gambaran Klinis
- Tekanan darah diastolik > 110 mmHg
- Proteinuria 2+
- Oliguria < 400 ml per 24 jam
Kode Penyakit (ICD X) : I.15
2. Tujuan Prosedur ini bertujuan sebagai pedoman petugas dalam
penatalaksanaan hipertensi kronik dalam kehamilan
3. Kebijakan Berlaku untuk petugas UPT Puskesmas Dawe

4. Referensi Pedoman Pengobatan dasar di Puskesmas, 2007, Departemen


Kesehatan RI
Standar Pengobatan Dasar di Puskesmas Kabupaten Kudus
5. Prosedur 1. Petugas menganamnesa pasien
2. Petugas membuat diagnosis :
a. Preeklampsia Berat didiagnosis pada kasus dengan salah satu
gejala berikut:
- Tekanan darah diastolik > 110 mmHg
- Proteinuria 2+
- Oliguria < 400 ml per 24 jam
- Edema paru: nafas pendek, sianosis dan adanya ronkhi
- Nyeri daerah epigastrium atau kuadran atas kanan perut
- Gangguan penglihatan: skotoma atau penglihatan yang
berkabut
- Nyeri kepala hebat yang tidak berkurang dengan
pemberian analgetika biasa
- Hiperrefleksia
- Mata: spasme arteriolar, edema, ablasio retina
- Koagulasi: koagulasi intravaskuler disseminata, sindrom
HELLP
- Pertumbuhan janin terhambat
- Otak: edema serebri
- Jantung: gagal jantung
b. Eklampsia ditandai oleh gejala preeklampsia berat dan kejang
- Kejang dapat terjadi dengan tidak tergantung pada
beratnya hipertensi
- Kejang bersifat tonik-klonik, menyerupai kejang pada
epilepsy grand mal
- Koma terjadi setelah kejang dan dapat berlangsung lama
(beberapa jam)
3. Petugas menentukan penatalaksanaan sesuai kondisi pasien
6. Langkah - langkah
1. Penanganan preeklampsia berat dan eklampsia sama, kecuali
bahwa persalinan harus berlangsung dalam 6 jam setelah
timbulnya kejang pada eklampsia.
2. Jika tekanan diastolik > 110 mmHg, berikan antihipertensi sampai
tekanan diastolik antara 90 100 mmHg : Obat pilihan adalah
Nifedipin, yang diberikan 5 10 mg oral yang dapat diulang
sampai 8 kali / 24 jam
3. Jika respons tidak membaik setelah 10 menit, berikan tambahan 5
mg Nifedipin sublingual.
4. Pasang infus Ringer Laktat dengan jarum besar no.16 atau lebih
5. Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload
6. Kateterisasi urin untuk pengukuran volume dan pemeriksaan
proteinuria
7. Infus cairan dipertahankan 1.5 2 liter/24 jam
8. Observasi tanda vital, refleks dan denyut jantung janin setiap 1
jam
9. Auskultasi paru untuk mencari tanda edema paru. Adanya
krepitasi merupakan tanda adanya edema paru. Jika ada edema
paru, hentikan pemberian cairan dan berikan diuretik (mis.
Furosemide 40 mg i.v)
a. Pengelolaan kejang:
- Beri obat anti kejang (anti konvulsan) :
o Mgso4
MgSO4 4 g i.v sebagai larutan 40% selama 5 menit
Segera dilanjutkan dengan 15 ml MgSO4 (40%) 6 g
dalam larutan Ringer Asetat / Ringer Laktat selama 6
jam
Jika kejang berulang setelah 15 menit, berikan MgSO4
(40%) 2 g i.v selama 5 menit
o Diazepam tetapi dengan resika distress janin
Diasepam 10 mg i.v pelan-pelan selama 2 menit
Jika kejang berulang, ulangi pemberian sesuai dosis
awal
- Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas,
penghisap lendir, masker oksigen, oksigen)
- Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
- Aspirasi mulut dan tenggorokan
- Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi Trendelenburg untuk
mengurangi risiko aspirasi
- Berikan O2 4 6 liter/menit
b. Persiapkan rujukan

7. Unit terkait Unit PONED

8 Dokumen terkait Catatan Medik pasien


Formularium

9. rekaman histori perubahan

No. Yang diubah Isi perubahan Tanggal mulai diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai