Anda di halaman 1dari 27

Seseorang yang memiliki pikiran positif akan berdampak pada sikapnya.

Sikapnya akan
selalu menunjukkan keoptimisan dan selalu berprasangka baik terhadapa apa yang terjadi
pada dirinya. Sikap yang positif akan berdampak pada pembentukan karakter sehingga
nantinya akan memiliki karakter yang kuat dan matang. Sikap dan karakter yang dibekali
pikiran positif dan dijalani secara konsisten akan membentuk kebiasaan sehingga nantinya
perilaku ini akan terus ada pada diri seseorang. Konon, kebiasaan itu sulit untuk kita ubah
maka pembiasaan untuk berperilaku positif akan membantu kita untuk bisa hidup lebih baik.
Ada ungkapan yang sangat menarik, Pada awalnya kita yang membentuk kebiasaan, lama-
kelamaan kebiasaan yang membentuk kita. Ini menunjukkan bahwa kebiasaan baik diawali
oleh pikiran yang positif, kebiasaan buruk diawali dari pemikiran yang negatif.

Jika saya buatkan skema pembentukan kebiasaan, diawali dengan pikiran hingga kebiasaan.
Maka skemanya kurang lebih seperti ini :

Pola pikir > Sikap > Karakter > Kebiasaan

Abstrak

Dalam rangka mewujudkan cita-cita bangsa dan tujuan negara memerlukan aparatur sipil
negara yang berintegritas dan profesional. Reformasi birokrasi pada hakekatnya adalah
perubahan pola pikir (mindset) aparatur negara. Kesiapan dan kemauan untuk merubah pola
pikir, sikap dan perilaku sebagai pegawai negeri sipil yang berintegritas dan profesional
menjadi pondasi dan esensi strategis yang menentukan keberhasilan reformasi birokrasi di
Indonesia. Diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil merupakan langkah awal untuk menciptakan pegawai negeri sipil yang
berintegritas dan profesional.

Kata kunci : Pola Pikir, Sikap, Perilaku, Pegawai Negeri Sipil

Pendahuluan

Dalam rangka pelaksanaan cita-cita bangsa dan mewujudkan tujuan negara sebagaimana
tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
perlu dibangun aparatur sipil negara yang memiliki integritas, profesional, netral dan bebas
dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta mampu
menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai
unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pernyataan tersebut diatas merupakan poin a,
bab menimbang dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
yang menggantikan keberadaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian (Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian).

Undang-Undang Aparatur Sipil Negara pasal 1 poin 3 menyebutkan bahwa Pegawai Negeri
Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat
tertentu, diangkat sebagai Pegawai Aparatur Sipil Negara secara tetap oleh pejabat pembina
kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.
Tuntutan untuk mewujudkan cita-cita bangsa dan memiliki aparatur sipil negara yang
memiliki integritas dan profesional tentunya membutuhkan kesungguhan dan kesiapan
sumber daya manusia yang baik melalui penyaringan penerimaan aparatur sipil negara yang
baik dan selektif. Juga tidak bisa diabaikan adalah pentingnya pembinaan, pendidikan dan
pelatihan sumber daya aparatur sipil negara untuk membentuk dan mengkader aparatur yang
berintegritas dan profesional.

Kesiapan sumber daya aparatur yang baik dan berkualitas tentunya akan memudahkan
berlangsungnya proses reformasi birokrasi yang sedang dijalankan. Sehubungan dengan hal
tersebut faktor kesiapan dan kemauan untuk merubah pola pikir, sikap dan perilaku sebagai
pegawa negeri sipil yang berintegritas dan profesional menjadi pondasi dan esensi strategis
yang ikut menentukan keberhasilan reformasi birokrasi di Indonesia.

Pola Pikir yang Menentukan Sikap dan Perilaku

Menurut bahasa, Pola Pikir terdiri dari dua kata yaitu Pola dan Pikir. Dalam
pengertiannya Pola adalah cara, model atau sistem, sementara Pikir yakni akal budi atau
ingatan. Jadi pola pikir adalah proses mental yang melibatkan otak dalam menilai tentang
baik dan buruk suatu pilihan. DalamAmerican Heritage Dictionary, pola pikir atau mindset
didefinisikan sebagai a fixed mental attitude or disposition that predetermines a persons
responses to and interpretation of situation (suatu sikap mental atau disposisi tertentu yang
menentukan respons dan pemaknaan seseorang terhadap situasi yang dihadapinya).

Menurut James Arthur Ray dengan karyanya The Science of Success yang ditulis oleh
Andreas Harefa dalam buku mindset therapy menjelaskan bahwa mindset merupakan
gugusan keyakinan, nilai-nilai, identitas, ekspektasi, sikap, kebiasaan, opini, dan pola pikir
tentang diri anda, orang lain dan kehidupan.

Mel sandy dalam bukunya The piece of mind yang diambil dari Modul Pendidikan dan
Pelatihan Prajabatan Golongan III tentang Pola Pikir Pegawai Negeri Sipil oleh Brisma
Renaldi mengatakan bahwa pikiran bawah sadar adalah gudang dimana seluruh informasi
tersimpan. Pengalaman-pengalaman sejak masa kecil di rekam secara permanen. Pengalaman
yang direkam dalam pikiran bawah sadar inilah yang membentuk pola pikir seseorang.
Rekaman bawah sadar ini berasal dari lingkungan dimana dia berada. Beberapa pengaruh
lingkungan yang terekam dalam pikiran bawah sadar seseorang bisa positif dan juga negatif.
Pengaruh lingkungan tersebut di antaranya adalah lingkungan keluarga di mana seseorang
tersebut di besarkan, lingkungan sosial, nilai tradisi budaya setempat, serta lingkungan
pergaulan masyarakat sekitarnya.

Kesemuanya tersebut direkam secara permanen dalam pikiran bawah sadarnya. Rekaman
akan muncul dalam pikiran apabila ada rangsangan yang membangkitkan rekaman tersebut
untuk berputar kembali secara utuh. Pertanyaannya adalah pola pikir yang bagaimanakah
yang terekam dalam diri seseorang ? Hal ini sangat tergantung dari input (masukan) ke dalam
otak seseorang. Pola pikir yang telah tertanam dan mengakar dalam dirinya tersebut akan
terlihat dalam pola perilaku sehari-hari. Dengan demikian faktor dominan yang membentuk
pola pikir seseorang adalah lingkungan dimana dia berada. Pola pikir ini dapat memicu
pelaksanaan pekerjaan sekaligus juga menghambat pelaksanaan pekerjaan. Pola pikir yang
kemudian membentuk seseorang bersikap dan bertindak. Bila seseorang lebih dominan pola
pikir negatifnya maka yang tampak adalah sikap dan perilaku negatif. Sebaliknya bila
seseorang lebih cenderung berpola pikir positif, maka orang tersebut lebih bersikap dan
berperilaku positif.

Pola Pikir, Sikap dan Perilaku Pegawai Negeri Sipil Yang Dikehendaki

Sebagaimana telah dijelaskan di bahasan sebelumnya bahwa pola pikir seseorang itu dapat
memicu pelaksanaan pekerjaan sekaligus juga menghambat pelaksanaan pekerjaan. Menurut
Andrias Harefa dalam Mindset Therapy, pada dasarnya manusia memiliki 2 (dua) pola pikir,
yaitu pola pikir positif (berkembang) dan pola pikir negatif (tetap). Dalam konteks selaku
pegawai negeri sipil, maka pola pikir pegawai negeri sipil terbagi dua bagian yaitu pola pikir
positif (pola pikir berkembang) dan pola pikir negatif (pola pikir tetap).

Pola pikir pegawai negeri sipil agar senantiasa terdorong berpola pikir, bersikap dan
berperilaku positif sesungguhnya telah dipikirkan dan diakomodir oleh pemerintah. Dengan
adanya Peraturan Pemerintah nomor 53 tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil
dalam pasal 3 dijelaskan tentang kewajiban selaku pegawai negeri sipil sebagai berikut :

1. mengucapkan sumpah/janji PNS;

2. mengucapkan sumpah/janji jabatan;

3. setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Pemerintah;

4. menaati segala ketentuan peraturan perundangundangan;

5. melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan penuh pengabdian,
kesadaran, dan tanggung jawab;

6. menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah, dan martabat PNS;

7. mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri, seseorang, dan/atau


golongan;

8. memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus
dirahasiakan;

9. bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan negara;

10.melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang dapat
membahayakan atau merugikan negara atau Pemerintah terutama di bidang keamanan,
keuangan, dan materiil;

11.masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja;

12.mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan;

13.menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan sebaik-baiknya;

14.memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat;


15.membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas;

16.memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan karier; dan

17.menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.

Pola pikir positif yang demikianlah yang membentuk konsep diri selaku pegawai negeri sipil.
Adapun konsep diri Pegawai Negeri Sipil adalah sebagai berikut :

(1) bekerja sebagai Ibadah;

(2) menghindari sikap tidak terpuji;

(3) bekerja secara profesional;

(4) berusaha meningkatkan kompetensi dirinya secara terus menerus;

(5) pelayan dan pengayom masyarakat;

(6) bekerja berdasarkan peraturan yang berlaku;

(7) tidak rentan terhadap perubahan dan terbuka serta bersikap realistis.

Disamping itu sebagai parameter kinerja di akhir tahun, pegawai negeri sipil juga
mendapatkan laporan kinerja pegawai dan/atau berupa Daftar Penilaian Pelaksanaan
Pekerjaan (DP3) yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah nomor 10 tahun 1979, terdiri atas
delapan norma-norma sikap perilaku: 1. Kesetiaan 2. Prestasi Kerja 3. Tanggung Jawab 4.
Ketaatan 5. Kejujuran 6. Kerjasama 7. Prakarsa, dan 8. Kepemimpinan.

Dengan adanya peraturan dan ketentuan tersebut diatas, maka norma dan aturan tersebut
dimaksudkan dan diarahkan agar pegawai negeri sipil dalam kesehariannya di tempat kerja
dapat menjaga pola pikir, sikap, perilaku, dan performa kerja (kinerjanya) dalam organisasi
pemerintah dengan sebaik-baiknya dalam rangka pencapaian target kerja dirinya dan
tercapainya output dan tujuan organisasi.

Pola Pikir, Sikap dan Perilaku Pegawai Negeri Sipil yang tidak dikehendaki

Pola pikir negatif (pola pikir tetap) selaku pegawai negeri sipil dapat saja muncul setiap saat
dan menimpa siapa saja di tempat kerja. Untuk itu agar pola pikir, sikap, dan perilaku yang
negatif ini tidak mengganggu dan merusak lingkungan organisasi pemerintah maka perlu
diatur sebagaimana ketentuan dalam Peraturan Pemerintah nomor 53 tahun 2010 tentang
Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Pasal 4 Peraturan Pemerintah nomor 53 tahun 2010
menjelaskan pola pikir, sikap dan perilaku yang tidak dikehendaki atau yang dilarang bagi
pegawai negeri sipil sebagai berikut :

1. menyalahgunakan wewenang;

2. menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau orang lain dengan

menggunakan kewenangan orang lain;


3. tanpa izin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain dan/atau lembaga
atau organisasi internasional;

4. bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga swadaya masyarakat asing;

5. memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barang-


barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau surat berharga milik negara secara
tidak sah;

6. melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lain di
dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi,
golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara;

7. memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada siapapun baik secara langsung
atau tidak langsung dan dengan dalih apapun untuk diangkat dalam jabatan;

8. menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun juga yang berhubungan
dengan jabatan dan/atau pekerjaannya;

9. bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya;

10.melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang dapat menghalangi
atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga mengakibatkan kerugian bagi yang
dilayani;

11.menghalangi berjalannya tugas kedinasan;

12.memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat,


Dewan Perwakilan Daerah, atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan cara:

a. ikut serta sebagai pelaksana kampanye;

b. menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai atau atribut PNS;

c. sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS lain; dan/atau

d. sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara;

13.memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden dengan cara :

a. membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu
pasangan calon selama masa kampanye; dan/atau

b. mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan calon yang
menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan,
ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit
kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat;

14.memberikan dukungan kepada calon anggota Dewan Perwakilan Daerah atau calon
Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dengan cara memberikan surat dukungan disertai foto
kopi Kartu Tanda Penduduk atau Surat Keterangan Tanda Penduduk sesuai peraturan
perundangundangan; dan

15.memberikan dukungan kepada calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, dengan cara:

a. terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon Kepala Daerah/Wakil Kepala
Daerah;

b. menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan dalam kegiatan kampanye;

c. membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu
pasangan calon selama masa kampanye; dan/atau

d. mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan terhadap pasangan calon yang
menjadi peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan,
ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada PNS dalam lingkungan unit
kerjanya, anggota keluarga, dan masyarakat.

Merubah Pola Pikir, Sikap, dan Perilaku Negatif ke Pola Pikir, Sikap, dan Perilaku
Positif

Menurut Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dengan diterbitkannya Peraturan


Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil dimaksudkan
sebagai langkah awal untuk menciptakan aparatur yang berintegritas dan profesional sebagai
pengganti Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai
Negeri Sipil yang sudah tidak sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan keadaan.

Dalam upaya mewujudkan aparatur yang berintegritas dan profesional, perlu ditumbuhkan
kesadaran para pegawai negeri sipil untuk merubah pola pikirnya sejalan dan searah dengan
reformasi birokrasi pemerintah. Mengapa pola pikir perlu dirubah? Dengan perubahan pola
pikir diharapkan pegawai negeri sipil mampu mengembangkan pola pikir yang positif dan
meminimalisasi pola pikir dirinya yang negatif. Hal ini berarti akan mensukseskan tugas dan
peranan pegawai negeri sipil sebagai abdi negara, abdi masyarakat, dan pelayan masyarakat.

Menyangkut tentang pergeseran dan bentuk perubahan pola pikir seorang pegawai negeri
sipil perlu penyadaran dan kesungguhan merubah pola pikir dari negatif kearah positif
sebagaimana konsep diri sebagai pegawai negeri sipil. Misalnya menekankan bahwa bekerja
itu tidak semata-mata untuk uang/materi saja melainkan bekerja untuk ibadah. Meski uang itu
penting dalam hidup namun sebagai pegawai negeri sipil yang berintegritas tidak boleh
menghalalkan segala cara dalam mencari uang sampai melakukan tindakan korupsi, kolusi
dan nepotisme.

Semestinya selaku pegawai negeri sipil selalu sadar untuk tidak mengendorkan semangat
kerja dan profesionalitas kerja serta berusaha sekuat tenaga untuk merubah cara pandang dari
bekerja untuk uang menjadi bekerja untuk ibadah serta dari berpikir linier menuju berpikir
sistem. Menyadari bahwa bekerja untuk melayani masyarakat bukan sebaliknya. Bersikap
terbuka dan optimis terhadap perubahan bukannya tertutup (menolak) atau pesimis adanya
perubahan.
Kesadaran dan kemauan untuk merubah hal tersebut diatas akan mudah dilakukan bilamana
seorang pegawai negeri sipil mampu menggeser dan merobohkan dinding mental pembatas
(mental block) yang ada pada dirinya. Mental block yang ada dalam pikiran seseorang inilah
yang menghambat dirinya untuk mau bergerak dan mau berubah untuk mencapai impian,
tujuan, harapan, keinginan ataupun perubahan yang lebih baik dalam kehidupannya.

Kesimpulan

Sejalan dengan tujuan perubahan reformasi birokrasi diperlukan adanya sumber daya aparatur
sipil negara (pegawai negeri sipil) yang berintegritas dan profesional. Untuk mewujudkan hal
tersebut, dibutuhkan kesadaran dan kesungguhan pegawai negeri sipil untuk merubah pola
pikir, sikap dan perilakunya yang negatif menjadi positif. Peraturan Pemerintah Nomor 53
Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil memberikan wadah, rambu dan saluran
bagi pegawai negeri sipil terhadap pola pikir, sikap dan perilaku yang positif (yang
dikehendaki) berupa kewajiban pegawai negeri sipil dan pola pikir, sikap dan perilaku negatif
(yang tidak dikehendaki) berupa hal-hal yang dilarang dilakukan selaku pegawai negeri sipil.

Sulitnya seorang pegawai negeri sipil merubah pola pikirnya lebih dikarenakan hambatan
pada diri sendiri berupa hambatan pola pikir mental block. Sikap pesimis seseorang
disebabkan keyakinan negatif terhadap dirinya berdasarkan cara berpikir yang salah. Dengan
cara mengubah pola berpikir negatif menjadi positif, maka seorang pegawai negeri sipil yang
semula memiliki sikap pesimis akan berubah menjadi sikap optimis. Sikap optimis dan
perilaku positif inilah yang diharapkan untuk membawa perubahan dalam reformasi birokrasi
sebagaimana yang dicita-citakan dan diharapkan pemerintah dan masyarakat Indonesia.

*) Penulis adalah Widyaiswara Muda Pada Pusat Pendidikan dan Pelatihan Anggaran dan
Perbendaharaan

DAFTAR REFERENSI

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara

Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil

Harefa, Andrias. 2010. Mindset Therapy. Terapi Pola Pikir tentang makna Learn, Unlearn,
dan Relearn. Gramedia Pustaka Utama

Ide, Pangkalan. 2010. Imunisasi Mental untuk Bangkitkan Optimisme. Elex Media
Komputindo

Prihadhi, Endra K. 2009. Breaking Your Mental Block. Elex Media Komputindo

Renaldi ,Brisma. 2009. Pola Pikir Pegawai Negeri Sipil Modul Diklat Prajabatan Golongan
III. Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia

Pola pikir mengubah sikap. Sikap mengubah mengubah aksi. Aksi mengubah kebiasaan. Kebiasaan
mengubah karakter karakter akan mengubah nasib. Loa Zhu

Dengan menabur pola pikir maka Anda akan menuai tindakan, dengan menabur tindakan
maka Anda akan menuai kebiasaan, dengan menabur kebiasaan maka Anda akan menuai
karakter, dengan menabur karakter maka Anda akan menuai masa depan. -John C. Maxwell
(2009)

Pola pikir juga dikenal dengan istilah mindset adalah cara otak dan akal menerima,
memproses, menganalisis, mempersepsi, dan membuat kesimpulan terhadap informasi yang
masuk melalui indra kita. Pola pikir itu bekerja bagaikan ramalan bintang di kepala kita.
Sewaktu kita hanyut dalam samudra informasi maka pikiran mencari arah dengan
berpegangan pada pola pikir yang sudah terbentuk sebelumnya. Pola pikir itu untuk menjaga
pikiran agar tetap berada pada jalur yang sudah menjadi keyakinan kita dan mendukung
pencapaian tujuan yang menjadi pilihan kita.

Pola pikir yang sudah dimiliki masih dapat diubah apabila dirasa sudah tidak mampu
membawa diri kita sampai ke tempat tujuan dengan sukses. Untuk mengganti pola pikir lama
dengan pola pikir baru yang lebih baik diperlukan tekad dan keberanian untuk berubah. Pola
pikir baru yang dianut harus bisa mendorong imajinasi dan kreativitas untuk berkembang.
Pola pikir yang digunakan selayaknya tidak terlalu jauh meloncat ke depan agar orang-orang
di sekitar kita tetap dapat mengikuti serta mengetahui bagaimana dan di mana pikiran kita
berada.

Pola Pikir adalah cara otak dan akal menerima, memproses, menganalisi, mempersepsi, dan
membuat kesimpulan terhadap informasi yang masuk melalui indra.

Pola pikir seseorang akan mudah terlihat ketika menghadapi suatu permasalahan yang harus
diselesaikan. Pola pikir itu sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan, pengalaman, dan nilai-
nilai yang dianut di lingkungannya. Meskipun demikian, setiap orang bebas memilih dan
menentukan pola pikir seperti apa yang akan dijadikan pegangan bagi dirinya. Pola pikir yang
sudah teruji dan diyakini kebenarannya dapat menjadi prinsip hidup. Perlu dipahami bahwa
pola pikir itu ada yang positif dan ada pula yang negatif. Pola pikir positif akan membawa
dampak positif bagi penganutnya, sebaliknya pola pikir negatif akan membawa dampak
negatif.

Pola pikir itu ada yang bersifat umum, dan ada pula yang bersifat spesifik sesuai dengan
tuntutan bidang tertentu. Beberapa ungkapan pola pikir yang bersifat umum, misalnya
Jadilah kita sebagai penyebab bukan sebagai akibat, karena ,kita yang harus menentukan
nasib bukan nasib yang menentukan kita. Setiap pikiran menjadi penyebab, dan setiap
kondisi yang terjadi merupakan suatu akibat. Karena itu, kita perlu mengelola pola pikir agar
kondisi yang muncul hanyalah kondisi yang kita inginkan.

Salah satu ungkapan pola pikir Einstein bahwa imajinasi jauh lebih baik dari pengetahuan.
Pengetahuan yang orisinal bersumber dari imajinasi. Oleh sebab itu, dunia kita tidak akan
lebih luas dari imajinasi kita. Pola pikir yang pernah diucapkan oleh Jonathan Swift, Kita
dibatasi bukan oleh kemampuan kita, tetapi oleh visi kita. Warren Bennis memiliki pola
pikir seperti yang ia ucapkan, Kepemimpinan adalah kemampuan mengubah visi menjadi
realitas. Pemimpin adalah orang yang melakukan hal yang benar dan manajer adalah orang
yang melakukan dengan cara yang benar. Stephen R. Covey mengatakan bahwa ada empat
peran utama sebagai pemimpin, yaitu: 1) menjadi panutan; 2) menjadi perintis; 3) menjadi
penyelaras; dan 4) menjadi pemberdaya.

Dunia kita tidak akan lebih luas daripada imajinasi kita


Ada banyak ungkapan pola pikir dalam bisnis, antara lain: 1) lebih baik keuntungan kecil
dengan frekuensi penjualan yang tinggi daripada keuntungan besar tetapi frekuensi rendah; 2)
konsumen adalah raja, oleh sebab itu berikan pelayanan yang prima; 3) ada peluang pada
setiap kesulitan, dan ada tantangan pada setiap peluang.

Dalam dunia olahraga prestasi, terdapat berbagai ungkapan pola pikir, antara lain: 1) jangan
mengubah pola permainan ketika kita sedang memimpin (leading); 2) kenalilah kekuatani
dan kelemahan lawan sebelum atau di awal pertandingan; 3) seranglah terus-menerus ke arah
kelemahan lawan; 4) jika dalam kondisi lelah peliharalah konsistensi dengan memperlambat
tempo permainan; 5) jangan sekali-kali meremehkan lawan meskipun prestasi lawan jauh di
bawah prestasi kita.

Dalam dunia pendidikan terdapat ungkapan pola pikir sebagai berikut: 1) hal yang utama dan
pertama dalam belajar adalah belajar bagaimana cara belajar dan belajar bagaimana cara
berpikir; 2) belajar dengan ulangan yang banyak dan volume kecil, jauh lebih baik daripada
ulangan sedikit dengan volume besar; 3) pemahaman jauh lebih penting dan bermanfaat
daripada hafalan; 4) belajar sambil melakukan jauh lebih bermakna daripada hanya sekadar
memahami teori.

Semua kata-kata bijak merupakan ungkapan pola pikir dari orang yang mencetuskannya.
Oleh sebab itu, setiap topik dalam buku ini didahului dengan kutipan kata-kata bijak yang
merupakan salah satu inti dari topik itu. Kita pun dapat belajar menjadi bijak dengan
mengadopsi dan menerapkan kata-kata bijak dari orang lain yang kita yakini kebenarannya.
Pola pikir yang benar, dengan sikap yang benar, diaplikasikan dengan cara yang benar,
dengan alasan yang benar, dan dalam lingkungan yang sesuai, akan menuai hasil yang
optimal.

Hal yang pertama dan utama dalam belajar adalah belajar bagaimana cara belajar dan hal
yang pertama dan utama dalam belajar adalah belajar bagaimana cara belajar dan belajar
bagaimana cara berpikir dengan pola pikir yang benar.

Apa yang didapatkan seseorang secara langsung atau tidak langsung dipengaruhi oleh
pikirannya apakah ia mampu atau tidak. Keyakinan yang tidak memiliki batas akan
melahirkan hasil yang besar. Lim How-teck (Zaenudding, 2009)

Ada banyak ungkapan pola pikir dalam bisnis, antara lain: 1) lebih baik keuntungan kecil
dengan frekuensi penjualan yang tinggi daripada keuntungan besar tetapi frekuensi rendah; 2)
konsumen adalah raja, oleh sebab itu berikan pelayanan yang prima; 3) ada peluang pada
setiap kesulitan, dan ada tantangan pada setiap peluang. Dalam dunia olahraga prestasi,
terdapat berbagai ungkapan pola pikir, antara lain: 1) jangan mengubah pola permainan
ketika kita sedang memimpin (leading); 2) kenalilah kekuatan dan kelemahan lawan sebelum
atau di awal pertandingan; 3) seranglah terus-menerus ke arah kelemahan lawan; 4) jika
dalam kondisi lelah peliharalah konsistensi dengan memperlambat tempo permainan; 5)
jangan sekali-kali meremehkan lawan meskipun prestasi lawan jauh di bawah prestasi kita.

Dalam dunia pendidikan terdapat ungkapan pola pikir sebagai berikut: 1) hal yang utama dan
pertama dalam belajar adalah belajar bagaimana cara belajar dan belajar bagaimana cara
berpikir; 2) belajar dengan ulangan yang banyak dan volume kecil, jauh lebih baik daripada
ulangan sedikit dengan volume besar; 3) pemahaman jauh lebih penting dan bermanfaat
daripada hafalan; 4) belajar sambil melakukan jauh lebih bermakna daripada hanya sekadar
memahami teori.

Semua kata-kata bijak merupakan ungkapan pola pikir dari orang yang mencetuskannya.
Oleh sebab itu, setiap topik dalam buku ini didahului dengan kutipan kata-kata bijak yang
merupakan salah satu inti dari topik itu. Kita pun dapat belajar menjadi bijak dengan
mengadopsi dan menerapkan kata-kata bijak dari orang lain yang kita yakini kebenarannya.
Pola pikir yang benar, dengan sikap yang benar, diaplikasikan dengan cara yang benar,
dengan alasan yang benar, dan dalam lingkungan yang sesuai, akan menuai hasil yang
optimal.

Hal yang pertama dan utama dalam belajar adalah belajar bagaimana cara belajar dan
belajar bagaimana cara berpikir dengan pola pikir yang benar.

Apa yang didapatkan seseorang secara langsung atau tidak langsung dipengaruhi oleh
pikirannya apakah ia mampu atau tidak. Keyakinan yang tidak memiliki batas akan
melahirkan hasil yang besar. Lim How-teck (Zaenuddin 2oog)

Membentuk Pola Pikir yang Baru


by admin

Pola pikir kita (atau kadang-kadang disebut paradigma kita) adalah jumlah total keyakinan,
nilai, identitas, harapan, sikap, kebiasaan, keputusan, pendapat, dan pola-pola pemikiran kita
tentang diri kita sendiri, orang lain, dan bagaimana kehidupan bekerja. Ini adalah saringan
yang dengannya kita menafsirkan apa yang kita lihat dan alami. Pola pikir Anda membentuk
kehidupan Anda dan menarik kepada diri Anda hasil-hasil yang merupakan refleksi pasti pola
pikir itu. Apa yang Anda percayai akan terjadi, benar-benar terjadi.

Kita mendekati, bereaksi, dan pada kenyataannya menciptakan dunia kita berdasarkan pola
pikir individual kita sendiri. Pola pikir kita memberitahu kita bagaimana permainan hidup ini
harus dimainkan, dan mengatur apakah kita memainkannya secara berhasil atau tidak. Kita
mungkin memiliki pola pikir, misalnya, yang memberitahu kita, Kehidupan ini sangat keras,
dan aku harus berjuang hanya sekadar untuk hidup pas-pasan. Atau kita mungkin memiliki
pola pikir yang lebih positif, seperti, Aku punya kemampuan yang hebat dan orang-orang
ingin bekerja sama denganku.

Pikiran adalah magnet yang sangat kuat. Apa pun yang diberitahukan pola pikir kita kepada
kita adalah apa yang kita tarik, baik kita menyadarinya atau tidak! Jika Anda memiliki
keyakinan bahwa, Kehidupan ini sangat keras, dan aku harus berjuang hanya sekadar untuk
hidup pas-pasan, misalnya, Anda tidak perlu menyadari akan keyakinan itu untuk
mengalami perjuangan dalam hidup Anda. Pada kenyataannya, jika Anda ingin melihat apa
pola pikir Anda sebenarnya, Anda hanya perlu melihat hidup Anda dan hasil-hasil Anda.
Hasil yang kita peroleh sesuai dengan apa yang kita yakini.

Jika kita tidak memeriksa pola pikir kita dan bertanya apakah pola pikir itu mendukung atau
membatasi kita, kita beroperasi secara otomatis. Kita tidak lagi memilih keyakinan dan
pola pikir kita, tetapi keyakinan dan pola pikir itu menyebabkan kita menjalani hidup dengan
cara tertentu. Kita menciptakan pola pikir kita sendiri, tetapi pada saat yang sama, pola pikir
kita menciptakan diri kita. Jika kita tidak mempertanyakan keyakinan yang menyebutkan
bahwa kehidupan ini sulit, misalnya, kita akan terus berjuang bahkan tanpa mengetahui
penyebabnya.

Kita semua memiliki keyakinan lama yang tersembunyi. Banyak dari keyakinan itu diperoleh
pada masa kanak-kanak dan tidak lagi berguna bagi kita atau mendukung keberhasilan kita.
Ketika Alice mulai memeriksa pola pikirnya, ia menyadari ia memiliki keyakinan bahwa
Uang berasal dari kedua orangtua saya. Ketika ia masih kecil dan ingin es krim, mainan,
atau boneka, dari orangtuanyalah uang berasal. Ketika remaja, dari orangtuanyalah uang
tunjangannya berasal. Ketika dewasa, ia sering menemukan dirinya dalam kesulitan finansial
dan terpaksa meminjam sejumlah besar uang kepada kedua orangtuanya.

Joel Arthur Barker menulis dalam Paradigms, Mengabaikan kekuatan paradigma untuk
memengaruhi pendapat Anda berarti menempatkan diri Anda dalam risiko ketika menjajaki
masa depan. Agar mampu membentuk masa depan, Anda harus siap dan mampu mengubah
paradigma Anda.

Pola pikir menggerakkan perilaku kita. Jika Anda ingin melihat pola pikir Anda sendiri dan
keluarga serta teman-teman Anda, cobalah mengadakan permainan kartu dengan keluarga
selama liburan. Kemungkinan besar orang-orang akan melakukan di sekeliling meja kartu apa
yang mereka lakukan dalam hidup mereka. Apakah beberapa orang bersikap jemu?
Kompetitif? Santai? Apakah mereka ingin menyelamatkan muka atau bersikap tenang, atau
apakah mereka mengambil risiko menyinggung perasaan orang lain agar dapat
mengendalikan dan mendominasi? Apakah mereka malu-malu atau menguasai? Bagaimana
mereka memandang orang lain akan bertindak terhadap mereka? Apakah beberapa orang
berpikir mereka akan dimanfaatkan atau dibuat tampak bodoh? Apakah mereka berpikir
orang lain bodoh atau berperilaku buruk? Semua perilaku ini mencerminkan pola pikir
tertentu, cara melihat diri sendiri, orang lain, dan dunia.

Kita dapat mempercayai apa pun yang ingin kita percayai. Dan kita dapat menemukan
banyak bukti untuk mendukung keyakinan atau pola pikir apa pun yang kita pilih, jadi kita
juga dapat memilih keyakinan yang memperkuat kita dan menggerakkan kita untuk maju.
Kita mulai berhasil ketika kita memahami bahwa kita mempunyai sebuah pilihan, karena,
pada saat itu, kita dapat mulai memilih keyakinan yang membawa kita ke mana kita ingin
pergi. William James, bapak psikologi modern, berkata, Yakinlah bahwa hidup Anda
berharga, maka keyakinan Anda akan menciptakan faktanya.

Agar berhasil, Anda perlu memahami pola pikir Anda. Anda harus membawanya ke tingkat
sadar, memerhatikannya dengan baik, dan melihat apakah ada sesuatu yang ingin Anda ubah.
Jika tidak, keyakinan Anda yang tersembunyi akan mengendalikan Anda. Jika Anda tidak
mengetahui pola pikir Anda, Anda tidak dapat melakukan apa pun terhadapnya. Jika Anda
ingin mengubah hasil-hasil Anda, Anda harus mengubah pola pikir Anda.

Pergeseran pola pikir berarti berubah dari satu pola pikir kepada pola pikir yang lain. Dalam
Ilmu Sukses, ini berarti beralih dari satu pola pikir yang menghalangi keberhasilan ke cara
berpikir yang mendorong dan menarik keberhasilan.

Ketika menggeser pola pikir Anda, Anda beralih ke sebuah permainan baru dan seperangkat
aturan yang baru. Ketika permainan Anda dan aturan berubah, seluruh dunia Anda mulai
berubah. Anda mulai mengeluarkan energi yang berbeda, sehingga Anda menarik jenis
orang-orang dan situasi yang berbeda ke dalam hidup Anda. Ketika Anda mentransformasi
pemikiran Anda, Anda mentransformasi dunia Anda. Oliver Wendell Holmes pernah berkata,
Pikiran manusia yang dibentangkan ke sebuah gagasan baru tidak pernah kembali ke
dimensi asalnya.

Banyak orang mengatakan mereka ingin mengubah hidup mereka. Mereka menghadiri
ceramah pembicara motivasi atau membuat janji Tahun Baru dan menjadi sangat gembira
dengan semua perubahan yang mereka lihat untuk diri mereka sendiri. Atau mereka pergi ke
seminar atau membaca buku dan melihat bahwa mereka ingin mulai melakukan hal-hal
secara berbeda. Mereka bahkan mungkin melakukan beberapa perubahan dalam beberapa
minggu pertama. Tetapi kemudian energi mereka tampak berkurang. Antusiasme mereka
merosot. Sebelum Anda mengetahui hal itu, mereka kembali ke dalam rutinitas lama mereka.
Ketika ini terjadi, penyebabnya adalah mereka mencoba untuk memanipulasi akibat-akibat
dari kehidupan mereka, dan bukannya mencari sebabnya. Mereka mencoba untuk mengubah
hasil tanpa mengubah pola pikir mereka.

Untuk memberikan hasil yang dramatis dan permanen, Anda harus mengubah cara berpikir.
Jika tidak ada pergeseran pola pikir, setiap perubahan atau perbaikan hanya akan bersifat
minimal dan/atau berjangka pendek.

Pikiran Bawah Sadar Anda

Pikiran bawah sadar adalah pusat kekuatan Anda, bagian yang paling menakjubkan dari diri
Anda. Pikiran itu adalah sisi spiritual diri kita, dan beberapa orang bahkan menyebutnya
jiwa. Pikiran bawah sadar mengekspresikan diri melalui perasaan dan intuisi. Ia tidak
memiliki batas-batas kecuali yang ditempatkan atasnya oleh pikiran sadar Anda pada waktu
pikiran sadar itu memilih pikiran atau oleh pengondisian Anda sebelumnya. Pikiran bawah
sadar adalah karunia terbesar yang Anda miliki, peti harta karun yang memiliki potensi yang
sangat besar.

Pikiran bawah sadar berfungsi dalam setiap sel tubuh Anda. Cobalah eksperimen ini:
Gerakkan lengan kanan Anda secara memutar. Pada waktu Anda melakukannya, pikirkanlah
fakta bahwa pikiran bawah sadar Andalah yang melakukan perintah ini. Tidak ada cara bagi
Anda untuk dapat menggerakkan kurang lebih 157 otot antara bahu dan pergelangan tangan
Anda secara sadar. Itu terlalu banyak bagi pikiran sadar Anda untuk mengaturnya. Terlalu
rumit untuk mengatakan, Nah, mari kita putar otot No. 63 sepuluh derajat ke kanan, otot No.
32 sebelas derajat ke kiri, dan seterusnya.

Pikiran bawah sadar Anda hanya menerima pengarahan, Gerakkan lengan kanan Anda
secara memutar dan melaksanakannya, sama seperti jantung Anda tetap berdenyut dan paru-
paru Anda bernapas bahkan sementara Anda tidur. Pikiran sadar Anda memberikan perintah
untuk menggerakkan lengan, tetapi pikiran bawah sadar melaksanakannya.

Proses ini terjadi ribuan, bahkan ratusan ribu, kali setiap hari. Setiap kali pikiran sadar Anda
menerima sebuah pikiran, pikiran bawah sadar Anda mulai melaksanakannya dan
mewujudkannya di dunia di sekitar Anda. Inilah alasan mengapa sangat penting memilih
pikiran Anda dengan hati-hati. Apa pun yang disimpan di dalam pikiran sadar langsung
melewati pikiran bawah sadar dan mulai menggerakkan tubuh dan kekuatan yang tak terlihat
menjadi tindakan.

Pikiran bawah sadar tidak memiliki kemampuan untuk menyensor atau menolak informasi. Ia
langsung bertindak atas perintah apa pun yang diberikan padanya. Pikiran bawah sadar tidak
dapat mengetahui perbedaan antara sesuatu yang benar-benar terjadi dan sesuatu yang
dibayangkan dengan jelas.

Setiap pikiran yang secara terus-menerus Anda tanamkan pada pikiran bawah sadar Anda
menjadi tetap dan membentuk kebiasaan. Gagasan dan kebiasaan yang tetap ini menjadi pola
pikir Anda. Pola pikir kita berada dalam pikiran bawah sadar. Pola pikir terus
mengekspresikan diri dan menggerakkan hasil-hasil kita tanpa bantuan pikiran sadar sampai
diganti secara sengaja. Sering kali, kita bahkan tidak menyadari keberadaan mereka, tetapi
mereka aktif di dalam pikiran bawah sadar dan mendikte tingkat keberhasilan kita sampai
kita dengan sadar menggantinya.

Pikiran bawah sadar dan pikiran sadar seperti kebun dan tukang kebun. Pikiran sadar adalah
tukang kebunnya. Anda dapat menggunakannya untuk memilih benih apa, atau pikiran apa,
yang ingin Anda tanam. Pikiran bawah sadar akan menanam benih tersebut dan memberikan
hasil yang persis mencerminkan jenis pikiran yang Anda tanam. Pikiran apa pun yang Anda
terima dan pelihara akan tumbuh dalam kebun dan dilaksanakan oleh pikiran bawah sadar
Anda.

Jalan Menuju Hasil

Inilah cara kerjanya. Kita memilih sebuah pikiran dalam pikiran sadar dan menjadi terlibat
secara emosional dengan pikiran itu. Pada waktu kita terus memilih pikiran itu dan
menanamkannya di dalam pikiran bawah sadar, pikiran bawah sadar mulai menggerakkan
tubuh untuk bertindak. Itulah tepatnya apa yang terjadi beberapa menit yang lalu ketika Anda
menggerakkan lengan Anda. Anda secara sadar memilih pikiran itu dan merasakan Anda
ingin melakukannya. Anda memberikan perintah dan menanamkannya di dalam pikiran
bawah sadar Anda, yang mengaktifkan semua otot yang diperlukan untuk menggerakkan
lengan Anda. Dengan cara inilah semua hasil tercipta. Pikiran menciptakan perasaan dalam
pikiran bawah sadar Anda. Perasaaan menciptakan tindakan, dan tindakan menciptakan hasil.

Ubahlah pemikiran Anda, dan Anda mengubah hasil Anda. Setiap pikiran yang terus-
menerus Anda pikirkan akhirnya berakhir dalam bentuk fisik. Jika pikiran Anda berubah,
hasil Anda pasti berubah.

PIKIRAN => PERASAAN => TINDAKAN => HASIL

Memilih Pola Pikir Anda Yang Baru

Bagaimana Anda mendapatkan pola pikir yang baru? Bagaimana Anda memilih pikiran baru
untuk menggantikan pikiran lama Anda yang membatasi? Berikut ini adalah beberapa
petunjuk untuk menciptakan pola pikir Anda yang baru:

1. Buatlah pola pikir Anda senyata, sekonkret, dan sekomprehensif mungkin.

Itu berarti menuliskannya dengan tepat sebagaimana yang Anda inginkan. Keyakinan baru
apa yang ingin Anda jalani? Sikap atau pendapat baru apa yang ingin Anda terapkan?
Kebiasaan mental dan pola baru apa yang akan bermanfaat untuk dimasukkan ke dalam hidup
Anda? Apa nilai-nilai Anda yang sesungguhnya? Harapan-harapan apa yang akan membawa
Anda kepada keberhasilan? Ingin menjadi siapakah Anda? Ketika Anda membaca pola pikir
Anda yang baru dan gambar kehidupan yang Anda inginkan, bagaimana rupa gambar itu? Di
mana diri Anda? Bagaimana perasaan Anda? Apa yang Anda lihat? Siapa yang ada di dekat
Anda? Akan seperti apakah suatu hari yang Anda jalani jika Anda menjalani hidup dengan
sikap, keyakinan, dan pikiran baru itu?

Mulailah dengan menulis, Aku sangat gembira, dan bersyukur sekarang karena
Kemudian lanjutkan untuk menggambarkan keyakinan, sikap, pendapat, kebiasaan mental,
nilai-nilai, dan harapan-harapan Anda tepat seperti yang Anda inginkan.

2. Berpikirlah secara tidak terbatas.

Biarkan diri Anda membayangkan masa depan dan sikap Anda terhadap diri sendiri, orang
lain, dan bagaimana dunia bekerja tepat seperti yang Anda inginkan. Jangan sekadar berusaha
mendapatkan apa yang Anda pikir dapat Anda peroleh. Wujudkan kehidupan yang benar-
benar Anda inginkan!

3. Pastikan untuk menuliskannya dalam kalimat seolah-olah Anda sudah memilikinya.

Anda tidak boleh berpikir dalam bentuk suatu hari, atau menulis Aku akan. Tulislah dan
alamilah, seolah-olah hal itu terjadi saat ini, sekalipun hasilnya belum terwujud. Tulislah,
misalnya, Aku suka menghasilkan uang dan menjalankan bisnis yang berhasil, karena hal itu
memungkinkan aku bermurah hati kepada orang lain. Berikan pikiran bawah sadar Anda
pesan bahwa realitas ini sudah nyata dalam hidup Anda.
Ingatlah, pikiran bawah sadar menerima segala sesuatu yang diberikan kepadanya, tanpa
menyunting, menyensor, atau menilai. Jika Anda menuliskan bahwa itu akan terjadi nanti, hal
itu memberitahukan pikiran bawah sadar Anda bahwa Anda tidak memiliki apa yang Anda
inginkan, dan Anda belum menjadi orang yang Anda inginkan. Ketika Anda mengatakan,
Aku akan, Anda sedang mengatakan kepada pikiran bawah sadar Anda bahwa Anda tidak
demikian. Saya pernah membaca pernyataan misi sebuah organisasi yang mengatakan
mereka berjuang untuk menjadi nomor satu. Terkalah apa yang selalu mereka lakukan.
Berjuang! Dengan pernyataan misi itu, mereka selalu berjuang, tetapi tidak pernah menjadi
nomor satu! Jika Anda mendapatkan diri Anda tergelincir dan menuliskan dalam bentuk masa
mendatang, kembalilah dan bawa gambaran pola pikir Anda ke dalam bentuk saat ini.

4. Buatlah pola pikir Anda bersifat emosional.

Selain menuliskan dalam bentuk sekarang, sertakan kata-kata emosional dan terlibatlah
secara emosional dengan apa yang sedang Anda tulis. Ingatlah, perasaan adalah pintu
gerbang menuju pikiran bawah sadar, dan pikiran bawah sadar Anda adalah kekuatan yang
sesungguhnya di balik keberhasilan Anda. Emosi menciptakan motivasi. Anda harus menjadi
bersemangat. Jika Anda tidak bersemangat dengan pola pikir Anda yang baru, jika Anda
tidak benar-benar jatuh cinta dengan pola pikir yang baru itu, pola pikir yang baru itu tidak
akan terbentuk dalam bentuk fisik. Semangat manusia tidak akan menginvestasikan upayanya
untuk sesuatu yang biasa-biasa saja! Jika Anda tidak merasa penuh semangat setelah
menuliskan pola pikir Anda yang baru, kembalilah dan kerjakan ulang apa yang telah Anda
tuliskan. Ketika hal itu benar-benar menggerakkan Anda, Anda siap membuatnya menjadi
kenyataan.

5. Berhati-hatilah agar Anda menyatakan apa yang benar-benar Anda inginkan, bukan
apa yang tidak Anda inginkan.

Pikiran kita tidak dapat memproses kata tidak. Jika saya mengatakan pada Anda untuk tidak
berpikir tentang es krim, apa yang Anda pikirkan? Terlebih dahulu Anda pasti berpikir
tentang apa yang saya katakan untuk tidak Anda pikirkan, sebelum Anda dapat mengatakan
pada pikiran Anda untuk tidak berpikir tentang hal itu! Semua pemikiran ini akan membuat
Anda menarik hal yang benar-benar tidak Anda inginkan. Jadi ingatlah untuk menyatakan
apa yang benar-benar Anda inginkan.

6. Ciptakan sebuah gambar tentang pola pikir Anda dan beradalah dalam gambar itu,
bukan sekadar menjadi pengamat yang melihat ke gambar itu.

Rata-rata orang yang melakukan latihan ini, mereka hampir selalu mendapati bahwa mereka
melihat diri mereka dalam gambar itu. Itu tidak akan berhasil. Anda harus berada dalam
gambar pola pikir Anda yang baru itu. Jika Anda melihat ke diri sendiri dalam gambar itu,
Anda mengatakan pada pikiran bawah sadar Anda bahwa itu bukan benar-benar diri Anda,
Anda belum benar-benar berada di sana. Ketika Anda benar- benar berada dalam gambar itu,
Anda sedang merasakan emosi dan hasil yang telah Anda peroleh dalam hidup baru Anda.
Anda mengatakan pada pikiran bawah sadar Anda, Ini nyata! Pikiran bawah sadar Anda
segera mulai menciptakan realitas itu. Lihatlah apa yang Anda lihat jika Anda berada dalam
gambar itu, bukan melihat ke diri Anda sendiri dalam gambar itu.

Ketika Anda mulai menjalani kehidupan berdasarkan pola pikir Anda yang baru, Anda mulai
mengambil keputusan yang berbeda. Anda mungkin mulai berhubungan dengan berbagai
jenis orang, dan Anda menarik lingkungan yang berbeda ke dalam hidup Anda. Semakin
sering dan bersemangat Anda memasukkan pola pikir Anda ke dalam pikiran Anda, semakin
cepat pola pikir itu akan bermanifestasi.

Tips ini efektif apakah Anda sedang membuat pola pikir yang baru atau visi yang baru,
semoga bermanfaat!

Perkembangan jaman & teknologi yang saat ini sudah demikian canggih sedikit banyak akan
mempengaruhi sifat, sikap, pola pikir dan karakter individu yang hidup di jamannya. Setiap
generasi memiliki pola pikir & karakter yang berbeda dengan generasi sesudahnya. Misalnya
: generasi era 80-an memiliki pola pikir & karakter yang jauh berbeda dengan generasi 2000-
an.

Dari beberapa tulisan yang pernah dipublikasikan, generasi manusia diklasifikasikan sesuai
dengan jamannya menjadi sebagai berikut:

1. Generasi Baby Boomers (sebelum tahun 1960-an)

Generasi ini disebut sebagai generasi baby boomers karena di era itu kelahiran bayi sangat
tinggi. Karakter orangnya masih sangat memegang teguh prinsip & adat istiadat yang mereka
anut. Sulitnya akses untuk mendapatkan informasi, tingkat pendidikan di masa itu membuat
manusia generasi ini memegang teguh prinsip & tradisi secara turun temurun. Pola pikirnya
pun dapat dibilang masih konservatif alias mempertahankan kebiasaan, nilai-nilai tradisional
yang berlaku (bahasa slank-nya kolot). Pasti kita sering dengar ada anak muda suka berucap
wah orangtuamu kolot banget sih. Namun dari sikap keteguhan dan kekonservatifan itulah
yang menyebabkan generasi ini pada umumnya cenderung lebih berani dalam mengambil
keputusan/resiko dibanding generasi di bawahnya. Kebiasaan untuk mempertimbangkan
dengan matang untuk mengambil keputusan itulah yang menyebabkan manusia generasi ini
berani mengambil keputusan sulit yang resikonya pun sudah diperhitungkan dengan matang.

2. Generasi X (1963 1980)

Generasi ini sedikit banyak masih dipengaruhi oleh generasi baby boomers, karena secara
usia anak-anak dari generasi x adalah keturunan generasi baby boomers. Keberanian generasi
ini dalam mengambil keputusan & resiko didasari oleh pola pikir generasi sebelumnya yang
dipadukan dengan memperhatikan perkembangan realita. Kejadian-kejadian yang terjadi di
beberapa belahan dunia di masa rentang waktu tahun 60-an s/d 70-an juga mempengaruhi
pola pikir manusia generasi ini. Generasi ini juga generasi transisi karena tahun 60-an hingga
80-an merupakan masa peralihan perkembangan teknologi, dari teknologi kuno menuju awal
teknologi modern. Orang pada generasi ini mulai memikirkan (berinovasi) untuk menemukan
sesuatu yang dapat mempermudah kehidupan manusia. Sebagai contoh: komputer mulai
dikembangkan & kemudian dipasarkan secara luas antara tahun 1960an 1970an. Dengan
digunakannya komputer sebagai sebuah produk umum, dimulailah era komputerisasi di dunia
yang akan mempengaruhi pola pikir generasi era itu.

3. Generasi Y (1980 1994)

Generasi ini di nilai sebagai generasi yang mulai keranjingan dengan jaman yang sudah serba
computerized. Wabah PC (Personal Computer) melanda masyarakat, ini karena komputer
telah digunakan untuk berbagai aspek kehidupan manusia. Bahkan di era itu mulai
diperkenalkan games di dalam bentuk komputer (Video games). Ditambah lagi, pada tahun
80-an teknologi internet telah diperkenalkan. Generasi ini mulai mencari dan mendapatkan
ilmu dengan cara yang mudah melalui akses internet. Pola pikir & karakter generasi ini dapat
dikatakan generasi penuh ide-ide visioner & inovatif untuk melahirkan generasi yang
memiliki pengetahuan dan penguasaan iptek.

4. Generasi Z (1994 2009)

Generasi ini tidak mengenal awal mula kemajuan teknologi. Mereka umumnya sudah
melek teknologi. Di jaman yang segala sesuatunya serba terbuka & tidak ada gap antara
yang baik & yang salah, pola pikir & karakter manusia jaman ini cenderung ingin yang serba
instan & cepat tanpa dipikirkan dengan matang lebih dulu. Mereka kurang memahami bahwa
segala sesuatunya membutuhkan sebuah proses. Sebagai contoh: adanya teknologi komputer
yang dapat meng-copy paste tulisan dari internet milik orang lain sangat mudah dilakukan
oleh manusia generasi ini. Bandingkan dengan generasi terdahulu yang tidak tahu soal meng-
copy paste, menulis dengan teknologi mesin tik (sebuah alat canggih untuk menulis era itu)
yang segala sesuatunya harus dipikirkan lebih dulu (di konsep) sebelum ditulis.

5. Generasi Alpha (2009 saat ini)

Generasi ini sudah hidup di jaman yang serba modern & canggih. Era komputerisasi sudah
tidak ada batasnya lagi. Akses terhadap informasi & teknologi komunikasi dari segala
penjuru sangat mudah didapat. Tidak ada lagi batasan, segalnya sudah sangat transparan. Hal-
hal yang dulu dianggap tabu, oleh generasi ini tidak lagi dianggap tabu. Secara garis
keturunan, manusia generasi ini adalah keturunan dari generasi Y awal (kelahiran tahun 80-
an). Pola pikir & karakter mereka dipengaruhi oleh pola pikir orangtuanya yang memiliki
pandangan terbuka & moderat. Orangtua generasi ini umumnya telah mendapat pendidikan
yang sangat baik & bahkan tinggi sehingga anak-anak mereka pun akan mengikuti pola pikir
orangtuanya yang menurut mereka open minded. Tak jarang generasi sudah banyak yang
melupakan nilai-nilai akhlak, tradisi & norma kehidupan yang dapat membuat generasi ini
tumbuh tanpa mengenal jati diri yang seutuhnya. Mereka umumnya selalu mudah meniru
(ikut-ikutan) sesuatu yang saat itu sedang menjadi trend, namun dengan mudah pula mereka
melupakan itu dalam sekejab apabila ada sesuatu yang baru lagi. Tak jarang apa yang mereka
tiru itu pun tidak mereka pahami esensinya. Generasi ini sangat dimanjakan dengan kemajuan
teknologi sehingga mereka cenderung menjadi malas untuk menggunakan kemampuan
analisa mereka, menjadi pribadi yang mudah putus asa hanya hal-hal sepele, mudah galau
dan melakukan sesuatu tanpa pertimbangan yang matang. Generasi ini juga cenderung
memiliki sikap pesimistis terhadap sesuatu.

PERAN ORANGTUA & PENDIDIK SEBAGAI FILTER KEMAJUAN JAMAN

Kemajuan jaman & teknologi tidak akan mungkin dibendung lagi. Saat ini kemajuan sudah
demikian pesat. Segalanya sangat mudah didapat & transparan. Kita tidak bisa lagi
menganggap hal-hal yang menurut kita tabu untuk diberitahukan pada anak generasi saat ini.

Menghadapi kemajuan jaman ini, peran orangtua & pendidik (guru) menjadi sangat penting.
Orangtua sebagai tempat awal seorang anak mendapatkan pembinaan & bimbingan tentang
hidup wajib menjadi orangtuan yang sesungguhnya. Peran orangtua tidak akan mungkin
dapat digantikan oleh siapapun. Anak dalam kondisi apapun membutuhkan belaian kasih
sayang orangtua sebagai pelindung & pembimbingnya.

Di era yang sangat serba cepat ini, ditambah dengan emansipasi persamaan hak pada wanita
yang saat ini pun sudah memasuki dunia kerja yang tadinya hanya diisi oleh kaum pria
pastinya sedikit banyak akan mempengaruhi dalam meluangkan waktu untuk anak. Mendidik
anak tidak bisa hanya diserahkan pada kaum wanita saja, walaupun secara kodratinya tugas
yang paling mulia untuk seorang wanita adalah merawat & mendidik anaknya. Tapi harus
diingat bahwa anak ini pun membutuhkan figur (sosok) seorang ayah yang dihormati dengan
ketegasannya sebagai pemimpin rumah tangga. Tugas mendidik anak adalah tugas dari
ayah & ibu.

Orangtua harus bisa menjalankan fungsinya sebagai filter kemajuan jaman untuk anaknya.
Luangkan waktu untuk anak dan dampingi di saat mereka membutuhkan sosok orangtua.
Jangan sampai anak justru mendapatkan pelajaran dari luar yang belum tentu bagus
untuknya & tanpa ada filter dari orangtua. Sekali orangtua tidak pernah meluangkan waktu
untuk anak maka anak itu akan mencarinya dari orang lain. Dan apabila itu sudah terlanjur
terjadi maka akan sulit orangtua menarik kembali si anak dari pengaruh orang lain.
Orangtua harus dapat berperan sebagai seorang teman dari si anak agar menjadi tempat yang
nyaman bagi si anak untuk bercerita secara terbuka.

Peran pendidik sebagai filter kemajuan jaman juga tidak boleh dilupakan. Sekolah dimana
tempat dari para pendidik berada merupakan lingkungan kedua untuk anak dalam berinteraksi
dengan orang lain & anak seusianya. Lingkungan sekolah juga mampu memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap perkembangan anak. Pendidik atau guru adalah ibarat orangtua
kedua dari anak. Mereka inilah yang memberikan anak kita ilmu-ilmu yang berguna untuk
masa depannya. Guru sebagai tenaga pendidik harus mampu menjadi pembimbing yang baik,
mampu mengarahkan anak agar tidak salah dalam bergaul.

Guru juga harus mengikuti perkembangan jaman agar dapat mudah mudah
berinteraksi dengan anak didiknya. Sama seperti orangtua, guru juga harus bisa menjadi
seorang teman untuk anak didiknya. Guru memiliki tanggungjawab moril untuk mendidik
anak supaya tidak salah melangkah.

Banyaknya kasus-kasus kenakalan remaja, pergaulan bebas, tindak kriminal oleh anak-anak
saat ini dapat dikatakan karena si anak kurang mendapatkan bimbingan yang diperlukan dari
orangtua & gurunya. Anak-anak jaman sekarang banyak yang mengalami krisis identitas &
tidak mengenal jati dirinya. Bahkan mereka tidak memiliki akhlak, etika, norma
kesopansantunan yang baik. Hal ini dipengaruhi oleh perkembangan jaman & teknologi,
sementara kita tidak siap menghadapinya, hingga anak-anak kita terbawa oleh arus
perkembangan jaman yang tidak seluruhnya baik untuk anak.

Secara keseluruhan, peran orangtua dan guru sangat vital dalam membentuk pola pikir &
karakter dari seorang anak. Namun jangan dilupakan bahwa guru memiliki keterbatasan
waktu dalam mendidik anak. Berapa lamakah seorang guru dapat berinteraksi dengan anak
didiknya di sekolah? Katakanlah sekitar 6 8 jam sehari, itu tidak akan cukup. Salah besar
jika orangtua hanya menyerahkan seluruh pendidikan si anak hanya pada sekolah/gurunya.
Tidak akan mungkin peran orangtua sebagai tempat awal dari anak untuk mendapatkan
pendidikan awal tergantikan.
Tanamkan pada anak nilai-nilai agama, akhlak, spiritual, mental dan jasmani yang baik.
Bimbing & dampingi anak dalam setiap melakukan sesuatu agar mereka tidak salah
melangkah. Bangun kepercayaan diri pada anak agar mereka tidak menjadi pribadi yang
rendah diri & pesimistis. Karena jika seorang anak memiliki pribadi yang rendah diri & tidak
percaya diri, mereka tidak akan pernah dapat melakukan sesuatu dengan mandiri karena
mereka selalu tergantung pada orang lain.
Pola pikir > Sikap > Karakter > Kebiasaan

Sosialisasi terus menerus kepada staf penting patient safety dan six goal
supervisi terus menerus ke lapangan pelaksanaan patient safety
menanamkan bekerja berdasarkan standar yang ada
Menganalisis indikator mutu rumah sakit

Pendahuluan

Pada kesempatan yang lalu, penulis pernah membagikan ide mengenai penyusunan indikator
mutu rumah sakit dan penyajian indikator mutu rumah sakit. Walaupun keduanya sudah
cukup untuk karya sehari-hari, tidak ada salahnya bila para manajer dan pemimpin sistem
mikro di rumah sakit menambahkan analisis secara statistika terhadap pengukuran indikator
mutu tersebut.

Analisis ini diharapkan menjadi insight apakah intervensi yang dilakukan untuk memperbaiki
nilai indikator mutu sudah adekuat. Analisis ini juga akan merangsang para pemimpin sistem
mikro di rumah sakit beserta tim untuk terbiasa melakukan penelitian. Tim yang terbiasa
melakukan penelitian akan mudah mengembangkan diri karena senantiasa menanyakan
kepada dirinya sendiri, "Apakah usaha ini sudah cukup signifikan?"

Pada tulisan bagian pertama ini, penulis mengajak pembaca untuk menyimak salah satu
contoh analisis data sebelum dan setelah intervensi pada indikator mutu rumah sakit dengan
tipe data kontinyu. Indikator yang digunakan dalam mengilustrasikan contoh analisis data ini
adalah: waktu tunggu masuk ruang perawatan.

Ilustrasi Kasus

Rumah Sakit "Pantai Bahagia" menetapkan salah satu indikator mutu pelayanan ruang
persiapan rawat inap adalah "waktu tunggu masuk ruang perawatan". Rumah sakit ini
mengukur waktu yang diperlukan sejak bagian admisi (tempat penerimaan pasien)
menentukan ruang perawatan bagi pasien sampai dengan pasien diantar dari ruang persiapan
rawat inap. Semakin besar angka yang diukur dalam menit ini, semakin lama pula pasien
menunggu di ruang persiapan rawat inap dan meningkatkan potensi penuhnya ruang
persiapan rawat inap.

Disepakati pula bahwa tidak semua kasus akan diukur, hanya sepuluh pasien pertama di
ruang persiapan rawat inap setiap tanggal 1 bulan baru saja yang diukur. Waktu diukur dalam
satuan menit dan dicatat untuk disajikan dan dianalisis. Hasil pengukuran bulan pertama
disajikan dalam Tabel 1.

No. Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rerata


Waktu tunggu 75 67 45 46 52 36 92 88 73 65 63,9
(menit)

Tabel 1 Hasil pengukuran waktu tunggu persiapan rawat inap.


Tim ruang persiapan rawat inap mendiskusikan hasil pengukuran ini. Hasilnya, beberapa
proses administrasi bisa dipersingkat. Meski demikian, ada satu kendala yang tidak dapat
diputuskan solusinya. Rumah sakit ini mengatur bahwa ruang persiapan rawat inap tidak
dapat memobilisasi pasien, harus menunggu dijemput dari ruang perawatan yang dituju.
Perawat penjemput ini sering datang lambat sehingga pasien menumpuk di ruang persiapan
rawat inap.

Akhirnya kepala ruang persiapan rawat inap mengusulkan kepada direktur agar pasien dapat
dimobilisasi dari ruang persiapan rawat inap oleh perawat persiapan rawat inap ditemani satu
orang petugas transporter atau petugas keamanan. Direktur setuju, sehingga ruang persiapan
rawat inap secara resmi mengerjakan dua macam perbaikan, yaitu proses administrasi yang
dipersingkat dan perubahan mobilisasi pasien. Mereka menargetkan rerata waktu tunggu
kurang dari 40 menit. Hasil pengukuran satu bulan setelah intervensi disajikan dalam Tabel 2.

No. Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rerata


Waktu tunggu 54 17 36 34 61 24 53 44 72 25 42
(menit)

Tabel 2 Hasil pengukuran waktu tunggu persiapan rawat inap setelah intervensi.

Sekilas dari perhitungan rerata didapatkan bahwa intervensi tempo hari membuahkan hasil
penurunan rerata waktu tunggu persiapan rawat inap namun belum mencapai target. Muncul
pertanyaan apakah intervensi yang dilakukan sudah secara signifikan memperbaiki kondisi
atau belum. Di sinilah peran analisis statistik.

Analisis Statistik

Analisis statistika dapat dilakukan dengan penghitungan manual atau dengan menggunakan
perangkat lunak. Berbagai perangkat lunak tersedia baik yang berbayar maupun yang gratis,
karena penulis ingin mendorong pengujian secara statistik ini dilakukan secara rutin, maka
disarankan menggunakan program analisis statistik yang mudah dan umum digunakan seperti
misalnya SPSS. Dalam tulisan ini tidak akan dijelaskan langkah demi langkah analisis dalam
program analisis statistik. Penjelasan mengenai hal tersebut jamak ditemukan lewat mesin
pencari daring (online). Data mentah yang ada dimasukkan ke dalam program analisis
statistik tersebut.

Langkah pertama dalam analisis data indikator ini adalah menentukan tipe data. Penjelasan
mengenai tipe data dapat dibaca kembali pada tulisan sebelumnya mengenai penyajian
indikator mutu rumah sakit (http://mutupelayanankesehatan.net/index.php/19-headline/2048-
menyajikan-indikator-mutu-rumah-sakit). Dari keterangan tersebut, kita mengetahui bahwa
data kuantitatif indikator waktu tunggu persiapan rawat inap ini adalah data kontinyu.
Umumnya, data kontinyu dianalisis menggunakan statistik parametrik apabila datanya
terdistribusi normal.

Untuk mengetahui apakah data tersebut terdistribusi normal atau tidak, mari kita menetapkan
hipotesis 0 (H0) dan hipotesis alternatif. Prinsipnya, uji normalitas membandingkan data
yang akan diuji dengan data distribusi normal. Hipotesis dalam uji ini ditampilkan dalam
Tabel 3.
Hipotesis 0 (H0) Tidak ada perbedaan antara data yang akan diuji dengan data
distribusi normal.
Hipotesis Alternatif Ada perbedaan antara data yang akan diuji dengan data
(Ha) distribusi normal.

Tabel 3 Hipotesis dalam uji normalitas.

Dalam program SPSS, lakukan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov yang ada dalam menu
analisis non parametrik. Hasil analisis yang dilakukan program analisis statistik ditampilkan
dalam Tabel 4.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Waktu
Tunggu
N 20
a,,b
Normal Parameters Mean 52.9500
Std. Deviation 21.08997
Most Extreme Absolute .089
Differences Positive .089
Negative -.067
Kolmogorov-Smirnov Z .399
Asymp. Sig. (2-tailed) .997

Tabel 4 Hasil uji normalitas.

Dalam tabel hasil uji normalitas tersebut, perhatikan nilai yang dicetak tebal (0,399). Karena
nilai tersebut >0,05, maka hipotesis 0 (H0) diterima sehingga tidak ada beda antara data yang
diuji dengan data terdistribusi normal. Dengan kata lain, data indikator tersebut adalah data
terdistribusi normal sehingga analisis statistik dapat dilanjutkan dengan statistik parametrik.

Langkah kedua dalam analisis statistik adalah menguji beda rerata antara kedua kelompok
perlakuan. Kelompok perlakuan pertama (sebelum intervensi) dan kelompok perlakuan kedua
(setelah intervensi) dianalisis bedanya dengan independent sample t-test. Mengapa tidak
dianalisis dengan paired sample t-test? Walaupun analisis ini akan menguji beda sebelum dan
setelah intervensi, tidak ada subjek penelitian yang diukur dua kali. Subjek untuk data
sebelum intervensi berbeda dengan subjek untuk data setelah intervensi.

Sebelum melakukan uji beda, mari kita menetapkan hipotesis 0 (H0) dan hipotesis alternatif.
Prinsipnya, uji normalitas membandingkan data yang akan diuji dengan data distribusi
normal. Hipotesis dalam uji ini ditampilkan dalam Tabel 5. Pada uji beda, kita akan
membandingkan nilai p dengan nilai suatu konstanta. Pada tingkat kepercayaan 95%, kita
akan membandingkan nilai p dengan angka 0,05. Apabila nilai p>0,05 maka hipotesis nol
(H0) diterima. Sebaliknya, apabila nilai p<0,05 maka hipotesis nol (H0) ditolak dan otomatis
hipotesis alternatif (Ha) yang diterima.

Hipotesis 0 (H0) Tidak ada perbedaan antara data sebelum intervensi dan setelah
intervensi.
Hipotesis Alternatif Ada perbedaan antara data sebelum intervensi dan setelah
(Ha) intervensi.

Tabel 5 Hipotesis dalam uji beda.

Setelah menetapkan kedua hipotesis, kita dapat langsung melakukan uji beda dengan
memerintahkan SPSS untuk melakukan uji independent sample t-test. Hasil uji beda tersebut
akan nampak seperti pada Tabel 6.

Tabel 6 Hasil uji independent sample t-test.

Perhatikan angka yang dicetak tebal (0,016). Nilai p tersebut <0,05 sehingga hipotesis nol
(H0) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Hal tersebut berarti ada beda secara
signifikan pada kedua kelompok. Dengan kata lain, data setelah intervensi berbeda secara
signifikan dengan data sebelum intervensi.

Interpretasi

Proses analisis yang dijelaskan di atas merupakan salah satu contoh penerapan statistika
dalam pengelolaan rumah sakit. Dalam hal ini, secara khusus adalah pengelolaan mutu
pelayanan rumah sakit. Statistika adalah ilmu yang mempelajari bagaimana merencanakan,
mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi, dan mempresentasikan data. Walau
demikian, karena pengelolaan rumah sakit bersandar pada sumber-sumber ilmiah tertentu,
maka interpretasi atas apa yang telah diterapkan oleh statistika tidak boleh dilakukan secara
sembarangan.

Ketika melakukan analisis terhadap data sebelum intervensi, tim mutu di rumah sakit
dibiasakan untuk memakai metode tertentu seperti metode tulang ikan atau 5-why's. Diagram
tulang ikan biasa mengungkap berbagai faktor kontributor terhadap suatu masalah. Dalam
ilustrasi kasus di atas, dijelaskan ada dua faktor yang menyebabkan waktu tunggu persiapan
rawat inap, yaitu panjangnya proses administrasi dan masalah pengantaran atau penjemputan
pasien.
Ketika dua masalah tersebut dipecahkan secara konsisten, pengukuran pada bulan berikutnya
menunjukkan penurunan waktu tunggu persiapan rawat inap yang yang signifikan secara
statistik. Statistika menjelaskan sampai di sini. Apakah penurunan secara signifikan ini akibat
intervensi yang dilakukan? Analisis statistik yang tadi dilakukan tidak sepenuhnya bisa
menjelaskan. Secara akal sehat, penurunan tersebut sangat mungkin akibat intervensi yang
kita lakukan. Mengapa demikian?

Dengan asumsi bahwa penelusuran penyebab lamanya waktu tunggu persiapan rawat inap
dilakukan dengan teliti dan sah (benar), maka penyebab yang ditemukan (atau faktor
kontributornya) pun juga sahih. Apabila faktor penyebab (atau kontributor) tersebut diatasi,
maka secara logis waktu tunggu persiapan rawat inap akan berkurang. Inilah yang
kemungkinan besar terjadi pada kasus ini. Dalam kerangka pengelolaan mutu di sistem mikro
rumah sakit, interpretasi ini lebih sahih daripada klaim yang hanya berdasarkan naik atau
turunnya grafik.

Interpretasi juga dapat dilakukan dengan mencari sumber bukti yang terpercaya mengenai
suatu masalah. Misalnya penurunan kejadian infeksi daerah operasi setelah intervensi
penggunaan desinfektan baru yang berbasis bukti (evidence-based). Apabila desinfektan yang
disarankan suatu penelitian sahih diterapkan, maka penurunan angka infeksi daerah operasi
yang mengikutinya merupakan dampak langsung dari penerapan tersebut.

Penutup

Analisis statistik seperti yang diuraikan dalam tulisan ini belum jamak diterapkan dalam
pengelolaan mutu di rumah sakit. Bila akan diterapkan pun, seringkali diperoleh kekeliruan
dalam pemilihan uji statistik sehingga hasilnya tidak sahih digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan oleh manajemen rumah sakit. Diharapkan setelah membaca tulisan
ini, tim pengelola mutu di rumah sakit dapat secara rutin menerapkan statistika lebih dalam
untuk menganalisis indikator mutu rumah sakit.

Penulis

Artikel ini merupakan pendapat pribadi penulis yaitu dr. Robertus Arian Datusanantyo,
M.P.H. Penulis adalah dokter, pernah memimpin instalasi gawat darurat rumah sakit swasta
di Yogyakarta. Saat ini penulis merupakan peserta pendidikan dokter spesialis di Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya.

Pendahuluan

Pada kesempatan yang lalu, penulis pernah membagikan ide mengenai penyusunan indikator
mutu rumah sakit dan penyajian indikator mutu rumah sakit . Walaupun keduanya sudah
cukup untuk karya sehari-hari, tidak ada salahnya bila para manajer dan pemimpin sistem
mikro di rumah sakit menambahkan analisis secara statistika terhadap pengukuran indikator
mutu tersebut.

Analisis ini diharapkan menjadi insight apakah intervensi yang dilakukan untuk memperbaiki
nilai indikator mutu sudah adekuat. Analisis ini juga akan merangsang para pemimpin sistem
mikro di rumah sakit beserta tim untuk terbiasa melakukan penelitian. Tim yang terbiasa
melakukan penelitian akan mudah mengembangkan diri karena senantiasa menanyakan
kepada dirinya sendiri, "Apakah usaha ini sudah cukup signifikan?"

Pada tulisan bagian kedua ini, penulis mengajak pembaca untuk menyimak salah satu contoh
analisis data sebelum dan setelah intervensi pada indikator mutu rumah sakit dengan tipe data
ordinal. Indikator yang dipakai dalam mengilustrasikan contoh analisis data ini adalah:
kepuasan pasien instalasi gawat darurat.

Ilustrasi Kasus

Rumah Sakit "Puri Sejahtera" menetapkan salah satu indikator mutu instalasi gawat darurat
(IGD) adalah "kepuasan pasien instalasi gawat darurat". Rumah sakit ini membuat kuesioner
singkat terkait tingkat kepuasan pasien IGD dengan skala 1-9. Skala satu artinya sangat tidak
puas sementara angka 9 artinya sangat puas. Kuesioner ini diberikan pada akhir perawatan di
IGD. Hasil pengukurannya disajikan dalam Tabel 1. asd

No. Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tingkat Kepuasan 4 5 7 2 3 9 3 4 3 5
(1-9)

Tabel 1 Hasil Pengukuran Sebelum Intervensi

Tim instalasi gawat darurat mendiskusikanhasil pengukuran ini. Setelah menggunakan


berbagai alat bantu untuk mengidentifikasi faktor-faktor kontributor dan faktor penyebab, tim
menyimpulkan bahwa tingkat kepuasan yang belum mencapai target tersebut adalah karena
para pasien di IGD tersebut menunggu terlalu lama untuk diperiksa dokter. Dengan hanya
satu dokter yang melayani 12 tempat tidur, seorang pasien dapat menunggu lebih dari 30
menit sampai diperiksa oleh dokter.

Untuk itulah tim kemudian mendiskusikan dengan kepala bidang pelayanan untuk menambah
jumlah dokter jaga IGD dan menerapkan sistem triase baru. Dengan kedua intervensi ini,
diharapkan waktu tunggu pasien berkurang dan kepuasan pasien kembali meningkat. Hasil
pengukuran satu bulan setelah intervensi disajikan dalam Tabel 2.

No. Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tingkat Kepuasan 8 6 9 7 8 8 6 5 9 3
(1-9)

Tabel 2 Hasil Pengukuran Satu Bulan setelah Intervensi

Analisis Statistik

Berbeda dengan statistik parametrik yang dibahas dalam tulisan bagian pertama mengenai
analisis indikator, data indikator mutu ini memiliki tipe data ordinal. Data ordinal termasuk
ke dalam tipe data kategorial, memiliki penjenjangan, namun jarak antara jenjang satu dan
berikutnya tidak dapat diasumsikan sama. Artinya, seorang yang memilih tingkat kepuasan 8
belum tentu dua kali lebih puas daripada orang lain yang memilih tingkat kepuasaan 4.
Untuk menguji perbedaan antara kedua kelompok berdata ordinal ini digunakan uji statistik
non parametrik. Nama uji yang sesuai adalah Mann-Whitney. Dalam statistik parametrik, uji
ini setara dengan t-test yang kita pakai dalam ilustrasi pada tulisan bagian pertama yang lalu.

Sebelum melakukan uji beda, mari kita menetapkan hipotesis 0 (H0) dan hipotesis alternatif.
Prinsipnya, uji normalitas membandingkan data yang akan diuji dengan data distribusi
normal. Pada uji beda, kita akan membandingkan nilai p dengan nilai suatu konstanta. Pada
tingkat kepercayaan 95%, kita akan membandingkan nilai p dengan angka 0,05. Apabila nilai
p>0,05 maka hipotesis nol (H0) diterima. Sebaliknya, apabila nilai p<0,05 maka hipotesis nol
(H0) ditolak dan otomatis hipotesis alternatif (Ha) yang diterima. Hipotesis ditetapkan seperti
yang disajikan dalam Tabel 3

Hipotesis 0 (H0) Tidak ada perbedaan antara data sebelum intervensi dan setelah
intervensi.
Hipotesis Alternatif Ada perbedaan antara data sebelum intervensi dan setelah
(Ha) intervensi.

Tabel 3 Hipotesis dalam uji beda.

Jalankan uji non parametrik 2 sampel independen. Setelah melengkapi kotak dialog, maka
akan muncul hasil seperti yang disajikan dalam Tabel 4.

Test Statisticsb
Tingkat Kepuasan
Mann-Whitney U 20.000
Wilcoxon W 75.000
Z -2.289
Asymp. Sig. (2-tailed) .022
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .023a

Tabel 4 Hasil uji Mann-Whitney.

Perhatikan angka yang dicetak tebal (0,022). Nilai p tersebut <0,05 sehingga hipotesis nol
(H0) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Hal tersebut berarti ada beda secara
signifikan pada kedua kelompok. Dengan kata lain, data setelah intervensi berbeda secara
signifikan dengan data sebelum intervensi.

Interpretasi

Proses analisis yang dijelaskan di atas merupakan salah satu contoh penerapan statistika
dalam pengelolaan rumah sakit. Meskipun demikian, karena pengelolaan rumah sakit
bersandar pada sumber-sumber ilmiah tertentu, maka interpretasi atas apa yang telah
diterapkan oleh statistika tidak boleh dilakukan secara serampangan. Sebelum melakukan
interpretasi, perlu ditanyakan: apakah peningkatan kepuasan pasien IGD ini akibat intervensi
yang dilakukan? Analisis statistik yang tadi dilakukan tidak sepenuhnya bisa menjelaskan
walau secara logis bisa diterima.

Seperti juga dalam ilmu kedokteran, pengelola rumah sakit secara langsung maupun tidak
langsung digiring untuk menggunakan bukti-bukti ilmiah yang sahih untuk mengelola rumah
sakit, pun mutunya. Ilustrasi di atas cukup menarik karena di Indonesia, IGD disalahartikan
oleh sebagian masyarakat sebagai pelayanan yang "ekspres" dibandingkan pelayanan rawat
jalan. Instalasi rawat jalan (IRJ) di hampir semua rumah sakit selalu memiliki kursi tunggu
jauh lebih banyak daripada di IGD. Hal ini membuat IRJ identik dengan menunggu.

Pada kenyataannya, pelayanan di IGD tidaklah selalu cepat karena digunakan suatu
prioritisasi berbasis kebutuhan pasien yang disebut sebagai triase. Pasien yang lebih gawat
dan/atau darurat akan didahulukan, sehingga pasien yang sebenarnya bisa berobat ke rawat
jalan tetap harus menunggu. Di sinilah banyak sumber bukti mengenai implementasi triase
yang dapat digunakan sebagai acuan tim mutu di IGD untuk memperbaiki mutu.

Kembali kepada ilustrasi kasus di atas, peningkatan kepuasan pasien sangat mungkin akibat
intervensi. Akal sehat pasti mengatakan demikian. Namun bila menggunakan bukti-bukti
ilmiah untuk menelaah masalah dan menyusun intervensi, bisa jadi kesimpulan akhir
interpretasi tidak sepenuhnya demikian. Misalnya, intervensi memang meningkatkan
kepuasan pasien, namun bukan akibat waktu tunggu yang semakin singkat namun akibat IGD
yang lebih teratur pasca implementasi sistem triase baru.

Penutup

Analisis statistik seperti yang diuraikan dalam tulisan ini belum jamak diterapkan dalam
pengelolaan mutu di rumah sakit. Bila diterapkan pun, seringkali didapatkan kekeliruan
dalam pemilihan uji statistik sehingga hasilnya tidak sahih digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan oleh manajemen rumah sakit. Diharapkan setelah membaca tulisan
ini, tim pengelola mutu di rumah sakit dapat secara rutin menerapkan statistika lebih dalam
untuk menganalisis indikator mutu rumah sakit.

Penulis

Artikel ini merupakan pendapat pribadi penulis: dr. Robertus Arian Datusanantyo, M.P.H..
Penulis adalah dokter, pernah memimpin instalasi gawat darurat rumah sakit swasta di
Yogyakarta. Saat ini penulis merupakan peserta pendidikan dokter spesialis di Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai