Anda di halaman 1dari 29

Fenomena Medan Magnet

17.01 | 0 comments

1. Aurora

Aurora adalah fenomena pancaran cahaya yang menyala-nyala pada lapisan ionosfer dari
sebuah planet sebagai akibat adanya interaksi antara medan magnetik yang dimiliki planet
tersebut dengan partikel bermuatan yang dipancarkan oleh matahari (angin matahari).Di bumi,
aurora terjadi di daerah di sekitar kutub Utara dan kutub Selatan magnetiknya. Hal ini
dikarenakan pada daerah kutub, baik utara maupun selatan memiliki medan magnet yang
sangat kuat. Aurora ini diperkirakan terjadi 11 tahun sekali, ketika terjadi peningkatan
aktifitas pada matahari. Aurora yang terjadi di daerah sebelah Utara dikenal dengan nama
Aurora Borealis, yang dinamai Dewi Fajar Rom, Aurora, dan nama Yunani untuk angin utara,
Boreas. Ini karena di Eropa, aurora sering terlihat kemerah-merahan di ufuk utara seolah-olah
matahari akan terbit dari arah tersebut. Aurora borealis selalu terjadi di antara September dan
Oktober dan Maret dan April. Fenomena aurora di sebelah Selatan yang dikenal dengan
Aurora Australis mempunyai sifat-sifat yang serupa.
Beberapa teori tentang aurora diberikan oleh beberapa ahli. Edmund Halley yang
sukses memprediksi kemunculan komet pernah memberi teori bahwa aurora itu uap air encer
yang tersublimasi oleh pemanasan yang dengannya terkandung juga sulfur yang akan
menghasilkan kilauan sinar warna-warni di atmosfer. Tahun 1746, Leonard Euler (Swiss)
menyatakan bahwa aurora adalah partikel dari atmosfer bumi yang melampaui ambang
batasnya akibat cahaya matahari dan selanjutnya naik ke ketinggian beberapa ribu mil. Di
daerah kutub partikel-partikel ini tidak akan terdispersi akibat perputaran bumi. Orang ketiga
yang berusaha menjelaskan tentang aurora adalah Benjamin Franklin.Benjamin mengatakan
bahwa aurora berkaitan dengan sirkulasi di atmosfer. Lebih lanjut Benjamin menjelaskan
bahwa atmosfer di daerah kutub lebih tebal/berat dan lebih rendah dibandingkan dengan di
daerah ekuator karena gaya sentrifugalnya (gaya akibat rotasi) lebih kecil. Elektrisitas
(kelistrikan) yang dibawa awan ke daerah kutub tidak akan dapat menembus es sehingga
akan terputus melewati atmosfer bawah kemudian ruang hampa menuju ke ekuator.
Elektrisitas akan kelihatan lebih kuat di daerah lintang tinggi dan sebaliknya di lintang rendah.
Hal itulah yang akan tampak sebagai Aurora Borealis. Sebenarnya selama seratus lima puluh
tahun terakhir banyak teori lain tentang aurora ini, antara lain bahwa aurora terjadi karena
pemantulan sinar matahari oleh partikel-partikel es, pemantulan sinar matahari oleh awan,
uap air yang mengandung sulfur, pembakaran udara yang mudah terbakar, pancaran partikel
magnetik, debu meteor yang terbakar akibat gesekan dengan atmosfer, thunderstorm, listrik
yang timbul antara dua kutub magnet bumi, dll.
Sekitar tahun 1800 an karakteristik aurora mulai diketahui. Seorang ilmuwan Inggris
bernama Cavendish berhasil menghitung ketinggian aurora yaitu antara 52 s.d 71 mil (83 km
s.d 113,6 km). Tahun 1852 diketahui bahwa ada hubungan antara aktivitas geomagnet, aurora,
dan sunspot dimana frekuensi dan amplitudo ketiganya berfluktuasi dengan periode yang
hampir sama yaitu 11 tahunan. Tahun 1860, Elias Loomis berhasil membuat diagram yang
menunjukkan daerah dengan kejadian aurora paling banyak. Dari temuannya itu diketahui
bahwa ternyata aurora berhubungan dengan medan magnet bumi. Angstrom, seorang
ilmuwan Swedia, pada tahun 1867 berhasil melakukan pengukuran spektrum-spectrum dari
aurora. Penelitian tentang aurora semakin menemukan titik terang ketika seorang fisikawan
Inggris J.J. Thomson berhasil menemukan elektron dan fisikawan Swedia Kristian Birkeland
menyatakan bahwa aurora disebabkan oleh sinar dari elektron yang diemisikan matahari.
Ketika elektron-elektron itu sampai ke bumi akan dipengaruhi oleh medan magnet bumi, dan
terbawa ke daerah lintang tinggi dan terjadilah aurora.
2. Jalan Lolos dari Black Hole
Sebuah unsur yang sangat panas telah terdeteksi oleh observatorium sinar gamma integral
milik European Space Agency, dalam hitungan milidetik sebelum ia terjerumus ke ruang
antah berantah di dalam lubang hitam (black hole).Temuan ini mengungkapkan adanya
sebuah struktur medan magnet yang menyediakan kesempatan lolos bagi partikel-partikel
yang disedot oleh black hole.
Dari pengamatan, beberapa ratus kilometer dari pusat lubang hitam, ruangan di sekitar
merupakan kawasan penuh badai partikel dan radiasi. Badai raksasa yang terdiri dari partikel
jatuh ke dalam lubang hitam dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya. Akibatnya,
temperatur naik ke angka jutaan derajat celcius.Umumnya, dibutuhkan hanya satu milidetik saja
bagi partikel untuk mencapai titik tersebut. Namun kini astronom mendapati bahwa kawasan yang
bergejolak itu juga memiliki medan magnet yang menyediakan jalan keluar bagi partikel yang
terhisap.
Temuan adanya emisi yang terpolarisasi dari pancaran black hole adalah temuan unik. Ini
pertamakalinya medan magnet teridentifikasi sangat dekat dengan lubang hitam. Penemuan ini
sendiri diawali ketika tim peneliti dari Institute for Research into the Fundamental Laws of the
Universe (IRFU) di Perancis tengah mengamati black hole Cygnus X-1. Ketika itu, Laurent dan
rekan-rekannya melihat bahwa ia sedang menggerogoti sebuah bintang yang ada di dekatnya dan
memakan gas milik bintang itu.
Dari bukti yang mereka temukan, terungkap bahwa medan magnet yang ada cukup kuat
untuk merebut sebagian partikel dari gaya gravitasi raksasa milik lubang hitam dan
melemparkannya ke luar, membuat sebuah semburan partikel ke ruang angkasa bebas.
Namun tim peneliti belum mengetahui persis bagaimana partikel yang jatuh diubah menjadi
semburan. Masih banyak perdebatan yang terjadi di kalangan pengamat, dan penelitian lebih
lanjut akan membantu membuat kesimpulan. Sebelum ini, semburan di sekitar black hole pernah
ditangkap oleh teleskop radio, namun observasi seperti itu tidak bisa melihat black hole dalam
detail yang cukup untuk mengetahui seberapa dekat black hole itu dengan sumber semburan.

3. Misteri Jabal Magnet di Arab


Magnetic Hill, atau warga setempat menyebutnya Manthiqa Baidha, yang berarti perkampungan
putih. Namun, banyak yang menamainya Jabal Magnet.Fenomena yang mengesankan disini
adalah efek keterbalikan gravitasi. Saat anda jalan menurun, rasanya sangat sulit. Pedal gas harus
di tekan dalam-dalam. Sebaliknya, saat anda menanjak naik, kendaraan seolah bergerak begitu
saja. Anda bahkan tidak perlu menekan pedal. Bila anda yang biasa di pegunungan, anda tentunya
tahu kalau sebaliknya lah yang masuk akal. Naik sangat sulit karena melawan gravitasi,
sementara turun sangat gampang, karena dibantu gravitasi. Bukan hanya dengan kendaraan,
menuang air atau menggulirkan bola akan tampak naik mendaki, bukannya turun.
Menurut fisikawan dan dibenarkan oleh pengukuran GPS, efek ini semata hanyalah
ilusi. Ilusi yang disebabkan oleh lansekap. Posisi pohon dan lereng di daerah sekitar, atau garis
cakrawala yang melengkung, dapat menipu mata sehingga apa yang terlihat menaiki tanjakan
sesungguhnya menuruni tanjakan. Dalam kasus jabal magnet dan ratusan gunung sejenis di
penjuru dunia, bukan Hukum Gravitasi Newton yang salah, tapi pikiran kita sendiri yang tertipu.
Pengujiannya sederhana sekali, hanya pengukuran GPS di titik dasar dan puncak tanjakan.
Mata manusia dan otak dapat dengan mudah dibohongi sehingga berpikir kalau hukum fisika
dapat berubah, namun yang ada hanyalah penyimpangan sudut pandang dan sudut yang ganjil.
Apa yang dimiliki oleh semua lokasi gravitasi terbalik ini adalah cakrawala yang sepenuhnya atau
sebagian besar terhalangi. Akibatnya, sulit bagi mata manusia untuk menilai kemiringan sebuah
permukaan. Tidak adanya titik referensi yang handal, diperkuat ilusinya oleh indera keseimbangan
tubuh, khususnya bila kemiringan lereng ini kecil. Akibat lain dari tidak adanya referensi adalah
benda yang secara normal dianggap tegak lurus tanah (seperti pepohonan) dikira memang tegak
lurus, padahal ia berbaring.
Selain itu pengamat geologi menyebutkan, secara geologis, fenomena Jabal Magnet bisa
dijelaskan dengan logika. Karena, Kota Madinah dan sekitarnya berdiri di atas Arabian Shield tua
yang sudah berumur 700-an juta tahun. Kawasan itu berupa endapan lava "alkali basaltik"
(theolitic basalt) seluas 180.000 km persegi yang berusia muda (muncul 10 juta tahun silam
dengan puncak intensitas 2 juta tahun silam). Lava yang bersifat basa itu muncul ke permukaan
bumi dari kedalaman 40-an kilo meter melalui zona rekahan sepanjang 600 kilo meter yang
dikenal sebagai "Makkah-Madinah-Nufud volcanic line". Banyak gunung berapi terbentuk di
sepanjang zona rekahan itu. Tidak seperti di Indonesia yang gunung-gunungnya berbentuk
kerucut, sehingga memberi pemandangan eksotis, gunung-gunung di Arab berbentuk melebar
dengan puncak rendah. Kompleks semacam ini cocok disebut volcanic field atau harrah dalam
bahasa Arab. Harrah Rahat adalah bentukan paling menarik. Dengan panjang 310 km
membentang dari utara Madinah hingga ke dekat Jeddah dan mengandung sedikitnya 2.000 km
kubik endapan lava yang membentuk 2.000 lebih kerucut kecil (scoria) dan 200-an kawah.

Aurora
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Untuk kegunaan lain dari Aurora, lihat Aurora (disambiguasi).


Aurora Borealis di atas Danau Bear,Alaska

Aurora adalah fenomena alam yang menyerupai pancaran cahaya yang menyala-nyala
pada lapisan ionosfer dari sebuah planetsebagai akibat adanya interaksi antara medan
magnetik yang dimiliki planet tersebut dengan partikel bermuatan yang dipancarkan oleh
Matahari (angin surya).
Di bumi, aurora terjadi di daerah di sekitar kutub Utara dan kutub Selatan magnetiknya.
Aurora yang terjadi di daerah sebelah Utara dikenal dengan nama Aurora
Borealis (IPA / bils/), yang dinamai bersempena Dewi Fajar Rom, Aurora, dan
nama Yunani untuk angin utara, Boreas. Ini karena di Eropa, aurora sering terlihat kemerah-
merahan di ufuk utara seolah-olah Matahari akan terbit dari arah tersebut. Aurora borealis
selalu terjadi di antara September dan Oktober dan Maret dan April. Fenomena aurora di
sebelah Selatan yang dikenal dengan Aurora Australis mempunyai sifat-sifat yang
serupa.Tapi kadang-kadang aurora muncul di puncak gunung di iklim tropis.

Proses Terjadinya Aurora[sunting | sunting sumber]


Beberapa hal penting yang berkaitan dengan terbentuknya aurora yaitu :

1. Medan magnetik suatu planet, (dalam hal ini bumi)


2. Angin Matahari, adalah suatu aliran partikel bermuatan (yakni plasma),yang
menyebar ke segala arah dari atmosfer terluar matahari (korona),tersusun dari
elektron berenergi tinggi dan proton, yang mampu melepaskan diri dari gravitasi
sebuah bintang, karena energi panasnya yang sangat tinggi. Plasma adalah partikel
sejenis gas yang telah terionisasi. Pada umumnya gas tidak bermuatan, tetapi
karena suhu yang sangat panas di matahari menyebabkan partikel gas terionisasi
maka terbentuklah plasma, biasanya pada saat terjadi aktivitas matahari pancaran
plasma bertambah.
3. Interaksi partikel-partikel atmosfer bumi dengan partikel bermuatan dari matahari
(plasma), kemudian saat mendekati medan magnet bumi (yang terpusat di kutub
utara dan selatan) maka plasma akan tertarik ke kutub-kutub bumi, saat bertemu
dengan partikel atmosfer bumi terjadi eksitasi-relaksasi elektron sehingga
memendarkan warna yang indah. Dengan kata lain, Angin matahari yang membawa
pancaran plasma mendekati bumi, lalu plasma ini tertarik atau dibelokan ke pusat
magnet bumi (kutub utara dan selatan), saat plasma ini bertemu partikel atmosfer
bumi terjadilah interaksi di antara keduanya sehingga memendarkan warna yang
indah, itulah Aurora.
Fenomena aurora ini terkait dengan selubung medan magnet atau magnetosfer Bumi dan
aktivitas kemunculan bahaya dari Matahari. Semakin kuat dan lama cahaya aurora, dapat
diperkirakan semakin kuat gangguan dari Matahari yang dikenal sebagai badai matahari
( solar storm). Badai Matahari adalah siklus kegiatan peledakan dahsyat dari masa puncak
kegiatan bintik matahari ( sunspot ), biasanya setiap 11 tahun akan memasuki periode
aktivitas badai matahari. Sedangkan gangguannya yang terjadi pada medan magnet Bumi,
dinamakan badai magnet (magnetic storm). Perubahan medan magnet yang mendadak
tersebut menyebabkan partikel bermuatan yang ada di atmosfer meningkat atau berubah
arah (misalnya di lapisan ionosfer). Aurora juga bisa muncul bila terjadi fenomena lanjutan
pada magnetosfer yang dikenal sebagai magnetic sub-storm. Peristiwa ini memunculkan
aurora oval di kutub-kutub Bumi yang simetri satu sama lain. Meski fenomena ini telah
diduga oleh para ahli sejak lama, bukti observasi baru diperoleh pada tahun 2001 melalui
pengamatan satelit NASA.

Lokasi dan Waktu Terjadinya Aurora[sunting | sunting sumber]


Peranan medan magnet yang besar pada terjadinya aurora menyebabkan aurora paling
sering terjadi di daerah di sekitar kutub utara dan kutub selatan magnetiknya, dan sangat
jarang terjadi di daerah katulistiwa. Aurora yang terkenal adalah Aurora Borealis(di kutub
utara) dan Aurora Australis (di kutub selatan)
Aurora borealis paling sering disaksikan di Fairbanks, Alaska, dan beberapalokasi di Kanada
Timur, Islandia dan Skandinavia Utara. Aurora australis paling jarang terlihat karena aurora
ini biasanya justru terlihat terang di daerah yang jarang penduduknya. Aurora australis
biasanya sering terlihat di Australia pada siklus 11 tahun aktivitas titik matahari. Titik-titik
matahari maksimum berlangsung pada tahun 2000.Aurora Australis pernah terlihat di
Tasmania.
Selain lokasi, cuaca dan polusi, cahaya juga mempengaruhi kualitas aurora. Di Alaska,
waktu terbaik untuk melihat aurora adalah pada bulan-bulan Maret dan September hingga
Oktober akhir. Saat itu langit dalam keadaan gelap dan cuacanya sangat cerah. Saat musim
panas, langit malam tidak terlalu gelap. Sebaliknya pada musim dingin, udara menjadi terlalu
dingin sehingga mengganggu kenyamanan orang-orang yang ingin mengamatinya.Aurora
muncul dalam berbagai bentuk yang berbeda. Penampakannya berubah-ubah, Tahap
paling indah adalah pada tengah malam. Aurora juga membentuk pita-pita cahaya dengan
berbagai warna, biasanya berwarna hijau, kuning, biru atau merah tua.Warna-warna yang
dihasilkan disebabkan benturan partikel dan molekul atau atom yang berbeda.Warna yang
terlihat bergantung pada ketinggian dan jenis molekul yang ada di atmosfer. Elektron
berenergi tinggi dan proton bergerak ke bawah menuju medan magnet bumi dan
bertumbukan di atmosfer yang kebanyakan mengandung atom-atom oksigen dan nitrogen.
Hasil dari tumbukan tersebut adalah atom-atom dan molekul-molekul yang ada di atmosfer
tereksitasi ke tingkatan energi yang lebih tinggi. Warna-warna yang kita lihat pada aurora
bergantung pada gas di atmosfer yang bertumbukan dengan partikel bermuatan yang
dibawa oleh angin matahari.
Terdapat dua gas utama yang ada di atmosfer yang paling berpengaruh pada pembentukan
cahaya aurora:

Oksigen, dapat menghasilkan dua warna utama aurora, yaitu hijau-kuning yang memiliki
panjang gelombang 557,7 nm, warna ini paling sering terlihat,dan merah yang memiliki
panjang gelombang 630 nm, namun warna ini jarang terlihat.
Nitrogen, yang pada keadaan terionisasi akan menghasilkan warna biru muda. Pada
keadaan netral, molekul nitrogen menghasilkan warna merah keunguan

Aurora dan proses terjadinya


19/12/2011 Erni Latifah W 5 Comments Aurora, Aurora australis, Aurora Borealis, badai matahari

2012, badai matahari dan kiamat 2012, badai matahari dan kiamat 2013, cahaya Aurora, foto Aurora, kiamat

2013, proses terjadinya Aurora

Jika diuraikan dengan kata-kata, keindahan langit memang tidak akan pernah ada
habisnya. Sungguh Maha Besar bagi Dia yang menciptakan langit dengan segala isinya.
Kali ini kita akan bersama-sama menguraikan rasa penasaran tentang cahaya yang
berpendar luar biasa anggun dalam dinginnya atmosfer lintang tinggi. Kemilau cahayanya
yang terang menyerupai fajar di pagi hari, mampu menimbulkan mitos di kalangan
Bangsa Yunani. Mereka menyebut pendar cahaya itu sebagai kehadiran Sang Dewa Fajar.
Namun demikian, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, mitos Dewa Fajar itu
telah tersisihkan dengan nama Aurora.

Aurora merupakan pancaran cahaya pada langit daerah lintang


tinggi, sebagai akibat atas pembelokan partikel angin matahari oleh magnetosfer ke arah
kutub, serta adanya reaksi dengan molekul-molekul atmosfer.
Matahari, atau Bintang merah yang menjadi pusat orbit planet-planet wilayah tatasurya
ternyata hanyalah satu diantara milyaran bintang lainnya di galaksi bimasakti. Pada inti
pusatnya, ia memiliki suhu 14 juta kelvin dengan tekanan 100 milyar kali lipat tekanan
atmosfer di bumi. Cahaya yang dipancarkan matahari berasal dari reaksi fusi termonuklir
yang terjadi pada inti bintang. Secara konveksi, energi hasil reaksi fusi tersebut dialirkan
ke permukaan. Dari aliran konveksi tersebut, tercipta medan magnet yang sangat kuat di
permukaan matahari. Daerah-daerah medan magnet tersebut relatif gelap (lebih dingin)
dari pada sekitarnya, sehingga ia dinamakan bintik matahari atau sunspot.

Menurut Pak Marufin, sunspot ini dianggap sebagai bendungan pasir pada arus air yang
liar, nah ketika kekuatannya sudah tak sanggup lagi menahan tekanan arus, maka ia akan
jebol. Jebolnya sunspot ini akan memuntahkan kandungan energi yang disalurkan
sebagai arus proton atau elektron. Energi yang dilontaran keluar matahari
tersebutlah yang disebut sebagai angin matahari. Jika dengan intensitas yang besar maka
dinamakan badai matahari.
Proses terjadinya angin matahari. Dimulai dengan
terbentuk nya sunspot yang menciptakan medan magnet. Karena kekuatan sudah
tak sanggup lagi menahan tekanan arus, maka ia akan jebol. Jebol nya sunspot
ini akan memuntahkan kandungan energi yang disalurkan sebagai arus proton
atau elektron. Image Credit : UIO Oslo university
Perjalanan angin matahari menuju bumi, dapat ditempuh selama 18 jam hingga 2 hari
perjalanan antariksa. Ketika melewati Merkurius dan Venus, angin matahari akan
langsung begitu saja menerpa atmosfernya, sehingga planet tersebut mengalami
peningkatan suhu yang luar biasa akibat dari terpaan aliran proton dan elektron yang
dibawanya. Namun demikian, lain halnya ketika angin matahari itu menghantam bumi.

Bumi ini bagaikan magnet yang berukuran sangat besar, dengan kutub-kutub magnetnya
hampir berdekatan dengan kutub geografis bumi. Sehingga bumi ini dilapisi oleh medan
magnet (magnetosfer) yang berbentuk sebuah perisai yang mirip dengan buah apel,
dimana bumi berada pada inti buahnya dan magnetosfer berada pada kulit buah
apel.magnetosfer ini terdiri dari beberapa lapisan, dengan lapisan terbawahnya, sabuk
radiasi van allen yang berada di sekitar ekuator (khatulistuwa). Layaknya sebuah perisai,
magnetosfer dan sabuk van allen melindungi bumi dari terpaan partikel angin matahari.

Angin matahari ditunjukkan pada garis


kuning sedang medan magnet bumi ditunjukkan pada garis biru.
Ketika angin matahari menerpa magnetosfer, partikel-partikel angin matahari dibelokkan
dan tertarik menuju kutub medan magnet bumi. Semakin tinggi energi partikel, maka
semakin dalam lapisan magnetosfer yang berhasil ditembus olehnya. Aliran partikel yang
tertarik ke kutub medan magnet bumi akan bertumbukan dengan atom-atom yang ada di
atmosfer. Energi yang dilepaskan akibat reaksi dari proton dan elektron yang
bersinggungan dengan atom-atom di atmosfer, dapat dilihat secara visual melalui pendar
cahaya yang berwarna-warni di langit, atau yang kita kenal sebagai Aurora. Di kutub
utara bumi, aurora ini disebut sebagai aurora borealis, dan di kutub selatan, disebut
sebagai aurora australis.

Interaksi antara angin matahari dengan


medan magnet bumi. Sebagian partikel-partikel matahari tertarik menuju kutub.
Reaksi antara partikel angin matahari dengan atmosfer bumi, menghasilkan berbagai
macam warna pada aurora. Perbedaan warna ini dipengaruhi oleh jenis atom yang
berinteraksi dengan proton dan elektron, mengingat pada ketinggian-ketinggian tertentu,
jenis atom penyusun atmosfer tidaklah sama. Pada ketinggian di atas 300 km, partikel
angin matahari akan bertumbukan dengan atom-atom hidrogen sehingga terbentuk warna
aurora kemerah-merahan. Semakin turun, yakni pada ketinggian 140 km, partikel angin
matahari bereaksi dengan atom oksigen yang membentuk cahaya aurora berwarna biru
atau ungu. Sementara itu, pada ketinggian 100 km proton dan elektron bersinggungan
dengan atom oksigen dan nitrogen sehingga aurora tervisualisasikan dengan warna hijau
dan merah muda.
Cahaya Aurora yang berwarna warni mengandung arti
ketinggian.
Jika teman-teman berniat dan berminat untuk melihat keelokan aurora secara langsung,
bisa langsung saja berkunjung ke daerah-daerah lintang tinggi, seperti Kanada, New
Zeland, Antartika, dll. Ketika aktivitas matahari dalam keadaan stabil, maka frekuensi
terbentuknya aurora lebih sering pada bulan-bulan ekuinoks. (ekuinoks musim semi jatuh
pada tanggal 23 Maret, dan ekuinoks musim gugur adalah tanggal 21 September). Namun
demikian ketika aktivitas matahari sedang meningkat, atau dengan kata lain intensitas
angin matahari tinggi, maka cahaya aurora pun akan terbentuk semakin terang.

Potret Aurora di kutub utara


Mengetahui Lebih Dalam Apa Itu Aurora FENOMENA Tweet This Bookmark this on
Delicious Asal Mula Aurora Aurora adalah fenomena pancaran cahaya yang menyala-
nyala pada lapisan ionosfer dari sebuah planet sebagai akibat adanya interaksi antara
medan magnetik yang dimiliki planet tersebut dengan partikel bermuatan yang
dipancarkan oleh matahari (angin matahari). Di bumi, aurora terjadi di daerah di sekitar
kutub Utara dan kutub Selatan magnetiknya. Aurora yang terjadi di daerah sebelah
Utara dikenal dengan nama Aurora Borealis , yang dinamai bersempena Dewi Fajar Rom,
Aurora, dan nama Yunani untuk angin utara, Boreas. Ini karena di Eropa, aurora sering
terlihat kemerah-merahan di ufuk utara seolah-olah matahari akan terbit dari arah
tersebut. Aurora borealis selalu terjadi di antara September dan Oktober dan Maret dan
April. Fenomena aurora di sebelah Selatan yang dikenal dengan Aurora Australis
mempunyai sifat-sifat yang serupa. Konon kata mbah-mbah yang meneliti ionosfer,
fenomena alam di atmosfer atas yang pertama kali teramati adalah aurora. Itu lho
munculnya sinar warna-warni yang bentuknya macam-macam. Ada yang lengkung, garis,
seperti lembaran, dll yang terlihat pada malam hari di angkasa. Menurut legenda-
legenda Yunani dan Cina, aurora itu dianggap sebagai penampakan dari dewa/penguasa
alam semesta. Aurora sendiri sebenarnya sudah bikin penasaran orang sejak tahun 1500
an. Beberapa teori tentang aurora diberikan oleh beberapa ahli. Edmund Halley yang
sukses memprediksi kemunculan komet pernah memberi teori bahwa aurora itu uap air
encer yang tersublimasi oleh pemanasan yang dengannya terkandung juga sulfur yang
akan menghasilkan kilauan sinar warna-warni di atmosfer. Tahun 1746, Leonard Euler
(Swiss) menyatakan bahwa aurora adalah partikel dari atmosfer bumi yang melampaui
ambang batasnya akibat cahaya matahari dan selanjutnya naik ke ketinggian beberapa
ribu mil. Di daerah kutub partikel-partikel ini tidak akan terdispersi akibat perputaran
bumi. Orang ketiga yang berusaha menjelaskan tentang aurora adalah Benjamin
Franklin. Pak Benjamin mengatakan bahwa aurora berkaitan dengan sirkulasi di
atmosfer. Lebih lanjut Pak Ben menjelaskan bahwa atmosfer di daerah kutub lebih
tebal/berat dan lebih rendah dibandingkan dengan di daerah ekuator karena gaya
sentrifugalnya (gaya akibat rotasi) lebih kecil. Elektrisitas (kelistrikan) yang dibawa
awan ke daerah kutub tidak akan dapat menembus es sehingga akan terputus melewati
atmosfer bawah kemudian ruang hampa menuju ke ekuator. Elektrisitas akan kelihatan
lebih kuat di daerah lintang tinggi dan sebaliknya di lintang rendah. Hal itulah yang akan
tampak sebagai Aurora Borealis. Sebenarnya selama seratus lima puluh tahun terakhir
banyak teori lain tentang aurora ini, antara lain bahwa aurora terjadi karena pemantulan
sinar matahari oleh partikel-partikel es, pemantulan sinar matahari oleh awan, uap air
yang mengandung sulfur, pembakaran udara yang mudah terbakar, pancaran partikel
magnetik, debu meteor yang terbakar akibat gesekan dengan atmosfer, thunderstorm,
listrik yang timbul antara dua kutub Sekitar tahun 1800 an karakteristik aurora mulai
diketahui. Seorang ilmuwan Inggris bernama Cavendish berhasil menghitung ketinggian
aurora yaitu antara 52 s.d 71 mil (83 km s.d 113,6 km). Tahun 1852 diketahui bahwa
ada hubungan antara aktivitas geomagnet, aurora, dan sunspot dimana frekuensi dan
amplitudo ketiganya berfluktuasi dengan periode yang hampir sama yaitu 11 tahunan.
Tahun 1860, Elias Loomis berhasil membuat diagram yang menunjukkan daerah dengan
kejadian aurora paling banyak. Dari temuannya itu diketahui bahwa ternyata aurora
berhubungan dengan medan magnet bumi. Angstrom, seorang ilmuwan Swedia, pada
tahun 1867 berhasil melakukan pengukuran spektrum-spectrum dari aurora. Penelitian
tentang aurora semakin menemukan titik terang ketika seorang fisikawan Inggris J.J.
Thomson berhasil menemukan elektron dan fisikawan Swedia Kristian Birkeland
menyatakan bahwa aurora disebabkan oleh sinar dari elektron yang diemisikan matahari.
Ketika elektron-elektron itu sampai ke bumi akan dipengaruhi oleh medan magnet bumi,
dan terbawa ke daerah lintang tinggi dan terjadilah aurora. Kenapa aurora hanya terjadi
di kedua kutub..?mengapa bagian bumi lain tidak ada aurora..? ALAM di sekitar kita tak
henti-hentinya menyajikan tontonan luar biasa. Cahaya di kutub utara dan selatan Bumi
atau dikenal sebagai aurora ternyata memperlihatkan dinamika pergerakan dan
perubahan cahaya secara harmonis. Seolah perubahan cahaya di kutub utara menjadi
cermin dari perubahan cahaya di kutub selatan. Aurora terbentuk karena interaksi
partikel-partikel atmosfer bumi dengan partikel bermuatan dari matahari yang disebut
dengan plasma. plasma adalah partikel sejenis gas yang telah terionisasi. pada
umumnya gas tidak bermuatan, tetapi karena suhu yang sangat panas di matahari
menyebabkan partikel gar terionisasi maka terbentuklah plasma. plasma ini dipancarkan
matahari ke segala arah (biasanya pada saat terjadi aktivitas matahari pancaran plasma
bertambah), kemudian saat mendekati medan magnet bumi (yang terpusat di kutub
utara dan selatan) maka plasma akan tertarik ke kutub-kutub bumi (gejala ini disebut
"angin matahari"/solar wind), saat bertemu dengan partikel atmosfer bumi terjadi
eksitasi-relaksasi elektron sehingga memendarkan warna yang indah. Fenomena aurora
terkait dengan selubung medan magnet atau magnetosfer Bumi dan kemunculan bahaya
dari Matahari. Semakin kuat dan lama cahaya aurora, dapat diperkirakan semakin kuat
gangguan dari Matahari yang dikenal sebagai badai matahari (solar storm). Karena yang
berperan adlh medan magnet. Makanya di bumi aurora paling sering terjadi di daerah di
sekitar kutub utara dan kutub selatan magnetiknya, dan sangat jarang terjadi di daerah
katulistiwa. Aurora yang terkenal adalah Aurora Borealis (di kutub utara) dan Aurora
Australis (di kutub selatan). Cahaya kutub terjadi karena adanya aliran partikel energi
tinggi dari Matahari yang memasuki kawasan kutub-kutub medan magnet Bumi.
Gangguan pada medan magnet Bumi ini dinamakan magnetic storm (badai magnet).
Aurora juga bisa muncul bila terjadi fenomena lanjutan pada magnetosfer yang dikenal
sebagai magnetic sub-storm. Peristiwa ini memunculkan aurora oval di kutub-kutub
Bumi yang simetri satu sama lain. Meski fenomena ini telah diduga oleh para ahli sejak
lama, bukti observasi baru diperoleh pada tahun 2001 melalui pengamatan satelit NASA.
Umumnya Cahaya Kutub yang sering ditemui berwarna hijau kekuningan, ini disebabkan
bagian partikel yang membawa energi berbenturan dengan molekul oksigen yang hanya
berjarak 20km dari permukaan bumi: ketika molekul nitrogen mendapat benturan
partikel, akan memancarkan cahaya ungu kemerahan. Nitrogen, akan memancarkan
cahaya biru: sedangkan nitrogen yang netral akan memancarkan cahaya merah. Karena
itu, orang-orang baru dapat melihat garis cahaya merah, biru, hijau dan ungu yang
berselang-seling menyelimuti angkasa. Bahkan aurora yang indah cermerlang
memperlihatkan bentuk yang selalu berubah, ada yang berbentuk tirai, busur, pita, sinar
dan berbagai macam bentuk lainnya. Munculnya aurora harus memiliki dua prasyarat,
pertama suhu harus rendah, kedua cuaca harus cerah. Sejumlah besar negara di dunia
juga kerap akan tampak aurora, di antaranya termasuk Norwegia, Rusia, Finlandia,
Kanada bagian utara, Alaska dan AS bagian Utara. Aurora biasa muncul setiap tahun
pada bulan April dan Oktober.

Today Deal $50 Off : https://goo.gl/efW8Ef


,yang mana
F
adalah gaya magnet yang dirasakan partikel bermuatan listrik
q
(bernilai positifatau negatif),
v
adalah kecepatan partikel tersebut, dan
B
adalah medan magnet. Tanda panah diatas simbol (cetak tebal dalam paragraf) menandakan
bahwa itu adalah besaran vektor, sehinggaarah gaya ditentukan oleh arah hasil perkalian
cross(kaidah tangan kanan).Matahari, atau Bintang merah yang menjadi pusat orbit planet-
planet wilayah tatasuryaternyata hanyalah satu diantara milyaran bintang lainnya di galaksi
bimasakti. Pada inti pusatnya,ia memiliki suhu 14 x 10
6

K dengan tekanan 100 milyar kali lipat tekanan atmosfer di bumi.


Cahaya yang dipancarkan matahari berasal dari reaksi fusi termonuklir yang terjadi pada
inti bintang. Secara konveksi, energi hasil reaksi fusi tersebut dialirkan ke permukaan. Dari al
irankonveksi tersebut, tercipta medan magnet yang sangat kuat di permukaan matahari.
Daerah-daerah medan magnet tersebut relatif gelap (lebih dingin) dari pada sekitarnya,
sehingga iadinamakan bintik matahari atau sunspot.Proses terjadinya angin matahari. Dimulai
dengan terbentuk nya sunspot yang menciptakanmedan magnet. Karena kekuatan sudah tak
sanggup lagi menahan tekanan arus, maka ia akan
jebol. Jebol nya sunspot ini akan memuntahkan kandungan energi yang disalurkan sebagai
arus
proton atau elektron. Energi yang dilontaran keluar matahari tersebutlah
yang disebut sebagaiangin matahari. Jika dengan intensitas yang besar maka dinamakan badai
matahari.
Gambar 1 : Badai Matahari
Perjalanan angin matahari menuju bumi, dapat ditempuh selama 18 jam hingga 2
hari perjalanan antariksa. Ketika melewatiMerkuriusdanVenus, angin matahari akan
langsung begitu saja menerpa atmosfernya, sehingga planet tersebut mengalami peningkatan
suhu yangluar biasa akibat dari terpaan aliran proton dan elektron yang dibawanya. Namun
demikian, lainhalnya ketika angin matahari itu menghantam bumi.
Bumi ini bagaikan magnet yang berukuran sangat besar, dengan kutub-kutub
magnetnyahampir berdekatan dengan kutub geografis bumi. Sehingga bumi ini dilapisi oleh
medan magnet(magnetosfer) yang berbentuk sebuah perisai yang mirip dengan buah apel,
dimana bumi
berada pada inti buahnya dan magnetosfer berada pada kulit buah apel.magnetosfer ini terdiri
dari beberapa lapisan, dengan lapisan terbawahnya, sabuk radiasi van allen yang berada di se
kitarekuator (khatulistuwa). Layaknya
sebuah perisai, magnetosfer dan sabuk van allenmelindungi bumi dari terpaan partikel
anginmatahari.Ketika angin matahari menerpamagnetosfer, partikel-partikel angin
mataharidibelokkan dan tertarik menuju kutub medanmagnet bumi. Semakin tinggi energi
partikel,maka semakin dalam lapisan magnetosfer yang berhasil ditembus olehnya. Aliran
partikel yangtertarik ke kutub medan magnet bumi akan bertumbukan dengan atom-atom
yang ada diatmosfer. Energi yang dilepaskan akibat reaksi dari proton dan elektron yang
bersinggungandengan atom-atom di atmosfer, dapat dilihat secara visual melalui pendar
cahaya yang berwarna-warni di langit, atau yang kita kenal sebagaiAurora. Di kutub utara
bumi,auroraini disebutsebagai aurora borealis, dan di kutub selatan, disebut
sebagai auroraaustralis.
Gambar 3 : Interaksi antara angin matahari dengan medan magnet bumi
Sebagian partikel-partikel matahari tertarik menuju kutub.Reaksi antara partikel
anginmatahari dengan atmosfer bumi, menghasilkan berbagai macam warna
padaaurora. Perbedaanwarna ini dipengaruhi oleh jenis atom yang berinteraksi dengan proton
dan elektron, mengingat pada ketinggian-
ketinggian tertentu, jenis atom penyusun atmosfer tidaklah sama. Padaketinggian di atas 300
km, partikel angin matahari akan bertumbukan dengan atom-atomhidrogen sehingga
terbentuk warnaaurorakemerah-merahan. Semakin turun, yakni padaketinggian 140 km,
partikel angin matahari bereaksi dengan atom oksigen yang
membentukcahayaaurora berwarna biru atau ungu. Sementara itu, pada ketinggian 100 km pr
oton danelektron bersinggungan dengan atomoksigen dan nitrogen
sehinggaauroratervisualisasikandengan warna hijau dan merah muda.
Gambar 2Angin matahari ditunjukkan pada garis kuningsedang medan magnet
bumi ditunjukkan pada garis biru.
Ketika aktivitas matahari dalam keadaan stabil, maka frekuensi
terbentuknya auroralebihsering pada bulan-bulan ekuinoks. (ekuinoks musim semi jatuh pada
tanggal 23 Maret, danekuinoks musim gugur adalah tanggal 21 September). Namun demikian
ketika aktivitas mataharisedang meningkat, atau dengan kata lain intensitas angin matahari
tinggi, maka cahayaaurora pun akan terbentuk semakin terang.
D.

POTRET AURORA
Gaya Lorentz
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Elektromagnetisme
Kelistrikan

Magnetisme

Elektrostatika[tampilkan]

Magnetostatika[tampilkan]

Elektrodinamika[sembunyikan]

Hukum gaya Lorentz


Induksi elektromagnetik
Hukum Faraday
Hukum Lenz

Arus perpindahan
Persamaan Maxwell
Medan elektromagnetik
Radiasi elektromagnetik
Tensor Maxwell

Vektor Poynting
Potensial LinardWiechert
Persamaan Jefimenko
Arus Eddy
Persamaan London

Rangkaian listrik[tampilkan]

Rumus kovarian[tampilkan]

Ilmuwan[tampilkan]

B
S

Kaidah tangan kanan dari gaya Lorentz (F) akibat dari arus listrik, I dalam suatu medan magnet B

Gaya Lorentz adalah gaya (dalam bidang fisika) yang ditimbulkan oleh muatan listrik yang
bergerak atau oleh arus listrik yang berada dalam suatu medan magnet, B. Jika ada sebuah
penghantar yang dialiri arus listrik dan penghantar tersebut berada dalam medan magnetik maka
akan timbul gaya yang disebut dengan nama gaya magnetik atau dikenal juga nama gaya
lorentz. Arah dari gaya lorentz selalu tegak lurus dengan arah kuat arus listrik (l) dan induksi
magnetik yang ada (B). Arah gaya ini akan mengikuti arah maju skrup yang diputar
dari vektor arah gerak muatan listrik (v) ke arah medan magnet, B, seperti yang terlihat dalam
rumus berikut:

di mana
F adalah gaya (dalam satuan/unit newton)
B adalah medan magnet (dalam unit tesla)
q adalah muatan listrik (dalam satuan coulomb)
v adalah arah kecepatan muatan (dalam unit meter per detik)
adalah perkalian silang dari operasi vektor.
Untuk gaya Lorentz yang ditimbulkan oleh arus listrik, I, dalam suatu
medan magnet (B), rumusnya akan terlihat sebagai berikut (lihat arah
gaya dalam kaidah tangan kanan):

di mana
F = gaya yang diukur dalam unit satuan newton
I = arus listrik dalam ampere
B = medan magnet dalam satuan tesla

= perkalian silang vektor, dan


L = panjang kawat listrik yang dialiri listrik dalam satuan meter.

Gaya Lorentz (Gaya Magnetik)


College Loan Consolidation Friday, September 26th, 2014 - Kelas XII
Gaya Lorentz merupakan nama lain dari gaya magnetik yaitu gaya yang ditimbulkan oleh
medan magnet. Kapan akan timbul bila ada interaksi dua medan magnet, contohnya adalah
kawat berarus dalam medan magnet, kawat sejajar berarus dan muatan yang bergerak
dalam medan magnet.
Advertisment

Gaya Lorentz (Gaya Magnetik) Dalam Beberapa Kondisi


Gaya Lorentz Untuk Kawat Berarus Dalam Medan Magnet

Pada setiap kawat berarus yang diletakkan dalam daerah bermedan magnet maka kawat
tersebut akan merasakan gaya magnet.

Gaya magnet atau gaya Lorentz merupakan


besaran vektor. Arahnya dapat menggunakan kaedah tangan kanan seperti pada gambar
diatas. Ibu jari sebagai arah I, empat jari lain sebagai arah B dan arah gaya Lorentz sesuai
dengan arah telapak. Besarnya gaya Lorentz sebanding dengan kuat arus I, induksi magnet
B dan panjang kawat l. Jika B membentuk sudut terhadap I akan memenuhi persamaan
berikut.
Fl = B . I . l sin

Dengan :

Fl = gaya Lorentz (N)


B= induksi magnet (wb/m2)
I= kuat arus listrik (A)
l= panjang kawat (m)
= sudut antara B dengan I
Gaya Lorentz Pada Kawat Sejajar Berarus

Di sekitar kawat berarus timbul induksi magnet. Apa yang akan terjadi jika kawat berarus
lain didekatkan kawat pertama? Keadaan ini berarti ada dua kawat sejajar. Kawat kedua
berada dalam induksi magnet kawat pertama, sehingga akan terjadi gaya Lorentz. Begitu
juga pada kawat kedua akan menimbulkan gaya Lorentz pada kawat pertama. Gaya itu
sama besar dan memenuhi persamaan berikut.

F21 = i2 l B1
Bagaimanakah arahnya? Kawat sejajar yang diberi arus searah akan tarik menarik dan
diberi arus berlawanan akan tolak menolak.

Perhatikan gambar diatas. Bagaimana hal ini


bisa terjadi? Tentukan dengan menggunakan kaedah tangan kanan.
Gaya Lorentz Pada Muatan Bergerak

Muatan bergerak dapat disamakan dengan arus listrik. Berarti saat ada muatan bergerak
dalam medan magnet juga akan timbul gaya Lorentz. Arus listrik adalah muatan yang
bergerak dan muatan yang dimaksud adalah muatan positif.

Gaya Lorentz yang dirasakan muatan positif dapat ditentukan dengan kaedah tangan kanan.
Perhatikan gambar diatas Ibu jari menunjukKan arah v, 4 jari lain menjadi arah B dan
telapak arah gaya Lorentz. Gaya Lorentz yang dirasakan oleh muatan bergerak tersebut
memenuhi persamaan berikut.

F = q v B sin

Dengan :

F = gaya Lorentz (N)


q = muatan (C)
v = kecepatan muatan (m/s)
B = induksi magnet (wb/m2)
= sudut antara v dan B

Pengaruh Nilai Pada Gaya Lorentz

Perhatikan nilai gaya Lorent pada muatan yang bergerak. F = q v B sin . Nilai ini memiliki
tiga kemungkinan. Perhatikan ketiga kemungkinan tersebut.

(a) Nilai = 0.
Nilai = 0 terjadi jika v sejajar B akibatnya nilai F = 0. Karena tidak dipengaruhi gaya maka
muatannya akan bergerak lurus beraturan (GLB).
(b) Nilai = 90o.
Nilai = 90o terjadi jika v tegak lurus B. Nilai F = q v B dan selalu tegak lurus dengan v.
Keadaan ini menyebabkan akan terjadi gerak melingkar beraturan (GMB). Jari-jarinya
memenuhi persamaan berikut.
(c) Nilai 0 < < 90o.
Nilai kemungkinan ketiga ini dapat menyebabkan terjadi perpaduan gerak GLB dan GMB
dan terjadi gerak helix.
Muatan Bergerak Disekitar Kawat Berarus
Kawat yang dialiri arus dapat menimbulkan medan magnet berarti muatan yang bergerak di
sekitar kawat berarus sama dengan bergerak dalam medan magnet yaitu akan
merasakan gaya Lorentz.

Home

Biologi

Fisika

Kimia

Geografi

Matematika

Makalah

Berita

Ilmuan

Home fisika gaya kelas 12 magnet Penjelasan tentang Gaya Magnetik (Gaya Lorentz)

Penjelasan tentang Gaya Magnetik (Gaya


Lorentz)
faisal

Add Comment

fisika, gaya, kelas 12, magnet


Selasa, 27 Oktober 2015

Gaya Lorentz merupakan gaya yang bekerja pada sebuah penghantar berarus listrik dalam
medan magnet.

1. Gaya Lorentz pada Penghantar Berarus di Medan Magnet

Arus merupakan kumpulan muatan-muatan yang bergerak. Kita telah mengetahui bahwa arus
listrik memberikan gaya pada magnet, seperti pada jarum kompas. Eksperimen yang dilakukan
Oersted membuktikan bahwa magnet juga akan memberikan gaya pada kawat pembawa arus.

Kawat yang membawa arus I pada medan magnetik.

Gambar diatas memperlihatkan sebuah kawat dengan panjang l yang mengangkut arus I yang
berada di dalam medan magnet B. Ketika arus mengalir pada kawat, gaya diberikan pada kawat.
Arah gaya selalu tegak lurus terhadap arah arus dan juga tegak lurus terhadap arah medan
magnetik. Besar gaya yang terjadi adalah:

a. berbanding lurus dengan arus I pada kawat,

b. berbanding lurus dengan panjang kawat l pada medan magnetik,

c. berbanding lurus dengan medan magnetik B,

d. berbanding lurus sudut antara arah arus dan medan magnetik.

Secara matematis besarnya gaya Lorentz dapat dituliskan dalam persamaan:

F = I . l . B sin
(1.0)

Apabila arah arus yang terjadi tegak lurus terhadap medan magnet ( = 90o ), maka diperoleh:

Fmaks = I . l . B

(1.1)

Tetapi, jika arusnya paralel dengan medan magnet ( = 0o ), maka tidak ada gaya sama sekali
(F = 0).

2. Gaya Lorentz pada Muatan Listrik yang

Bergerak dalam Medan Magnetik Kawat penghantar yang membawa arus akan mengalami gaya
ketika diletakkan dalam suatu medan magnetik, yang besarnya dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan (1.0). Karena arus pada kawat terdiri atas muatan listrik yang
bergerak, maka berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa partikel bermuatan yang bergerak
bebas (tidak pada kawat) juga akan mengalami gaya ketika melewati medan magnetik.

Kita dapat menentukan besarnya gaya yang dialami partikel tersebut. Jika N partikel bermuatan
q melewati titik tertentu pada saat t, maka akan terbentuk arus:

(1.2)

Jika t adalah waktu yang diperlukan oleh muatan q untuk menempuh jarak l pada medan magnet
B, maka:

l=v.t

(1.3)
dengan v menyatakan kecepatan partikel. Jadi, dengan menggunakan persamaan (1.0 ) akan
diketahui gaya yang dialami N partikel tersebut, yaitu:

(1.4)

Gaya pada satu partikel diperoleh dengan membagi persamaan (1.4) dengan N, sehingga
diperoleh:

F = q v B sin

(1.5)

Persamaan (1.5) menunjukkan besar gaya pada sebuah partikel bermuatan q yang bergerak
dengan kecepatan v pada kuat medan magnetik B, dengan adalah sudut yang dibentuk oleh v
dan B. Gaya yang paling besar akan terjadi pada saat partikel bergerak tegak lurus terhadap B
( = 90o ), sehingga:

Fmaks = q. v. B

(1.6)

Tetapi, ketika partikel bergerak sejajar dengan garis-garis medan ( = 0o), maka tidak ada gaya
yang terjadi. Arah gaya tegak lurus terhadap medan magnet B dan terhadap partikel v, dan
dapat diketahui dengan kaidah tangan kanan.

Lintasan yang ditempuh oleh partikel bermuatan dalam medan magnetik tergantung pada sudut
yang dibentuk oleh arah kecepatan dengan arah medan magnetik.

a. Garis Lurus (tidak Dibelokkan)


Lintasan berupa garis lurus terbentuk jika arah kecepatan partikel bermuatan sejajar baik searah
maupun berlawanan arah dengan medan magnetik. Hal ini menyebabkan tidak ada gaya Lorentz
yang terjadi, sehingga gerak partikel tidak dipengaruhi oleh gaya Lorentz. Lintasan gerak terlihat
seperti pada Gambar berikut.

Lintasan partikel yang bergerak sejajar dengan garis

medan magnetik (a) searah (b) berlawanan arah.

b. Lingkaran

Lintasan melingkar yang dialami muatan -q.

Gambar di atas memperlihatkan lintasan yang ditempuh partikel bermuatan negatif yang
bergerak dengan kecepatan v ke dalam medan magnet seragam B adalah berupa lingkaran. Kita
anggap v tegak lurus terhadap B, yang berarti bahwa v seluruhnya terletak di dalam bidang
gambar, sebagaimana ditunjukkan oleh tanda x. Elektron yang bergerak dengan laju konstan
pada kurva lintasan, mempunyai percepatan sentripetal:
Berdasarkan Hukum II Newton, bahwa:

F = m.a

Maka, dengan menggunakan persamaan (1.6) diperoleh:

q.v.B = m.a

(1.7)

atau

(1.8)

Persamaan di atas untuk menentukan jari-jari lintasan (R), dengan m adalah massa partikel, v
adalah kecepatan partikel, B menyatakan induksi magnetik, dan q adalah muatan partikel.

c. Spiral

Lintasan melingkar terjadi apabila kecepatan gerak muatan tegak lurus terhadap medan
magnetik. Tetapi,

jika v tidak tegak lurus terhadap B, maka yang terjadi adalah lintasan spiral. Vektor kecepatan
dapat dibagi menjadi komponen-komponen sejajar dan tegak lurus terhadap medan. Komponen
yang sejajar terhadap garis- garis medan tidak mengalami gaya, sehingga tetap konstan.
Sementara itu, komponen yang tegak lurus dengan medan menghasilkan gerak melingkar di
sekitar garis-garis medan. Penggabungan kedua gerakan tersebut menghasilkan gerak spiral
(heliks) di sekitar garis-garis medan, seperti yang terlihat pada Gambar berikut.

Lintasan spiral.

3. Gaya Magnetik pada Dua Penghantar Sejajar Dua penghantar lurus panjang yang terpisah
pada jarak d satu sama lain, dan membawa arus I1 dan I2 , diperlihatkan pada Gambar berikut.

Dua kawat sejajar yang mengangkut arus-arus sejajar.

Berdasarkan eksperimen, Ampere menyatakan bahwa masing-masing arus pada kawat


penghantar menghasilkan medan magnet, sehingga masing-masing memberikan gaya pada
yang lain, yang menyebabkan dua penghantar itu saling tarik-menarik. Apabila arus I,
menghasilkan medan magnet B1, maka besar medan magnet adalah:
(1.9)

Gaya F per satuan panjang l pada penghantar yang membawa arus I2 adalah:

(1.10)

Gaya pada I2 hanya disebabkan oleh I1 . Dengan mensubstitusikan persamaan (1.10) ke


persamaan (1.9), maka akan diperoleh:

(1.11)

Demikianlah materi tentang Gaya Magnetik (Gaya Lorentz) ini saya sampaikan, semoga
bermanfaat ...

Anda mungkin juga menyukai