Ekstraksi Piperin Dari Buah Lada
Ekstraksi Piperin Dari Buah Lada
TujuanPercobaan :
Pendahuluan
Piperin termasuk dalam alkaloid, isomer dari piperin yaitu kavisin merupakan senyawa
yang berasa pedas. Piperin senyawa yang banyak terdapat pada lada dan cabe. Senyawa ini
memiliki banyak efek farmakologi yaitu sebagai antiinflamasi, antimikroba, hepatoprotektor,
antikanker dan meningkatkan efek antioksidan sel. Piperin terbukti menurunkan lipid
peroksidase hati dan melindungi dari kerusakan oksidatif akibat induksi dari senyawa
karsinogenik kimia (Septiatin, 2008).
Lada mengandung minyak atsiri, pinena, kariofilena, lionena, filandrena alkaloid
piperina, kavisina, piperitina, piperidina, zat pahit dan minyak lemak. Rasa pedas disebabkan
oleh resin yang disebut kavisin. Kandungan piperin dapat merangsang cairan lambung dan air
ludah. Selain itu lada bersifat pedas, menghangatkan dan melancarkan peredaran darah.
Piperin (1-piperilpiperidin) C17H19O3N merupakan alkaloid dengan inti piperidin. Piperin
berbentuk kristal berwarna kuning. Piperin dapat mengalami foto-isomerisasi oleh sinar
membentuk isomer isochavisin (trans-cis), isopiperin (cis-trans), chavisin (cis-cis), dan
piperin (trans-trans) (Septiatin, 2008).
O
O
N
O O- O
-
R C + OH R C OH R C + NH3
NH2 O-
NH2
(Aramico, 2003).
Metode yang digunakan untuk mengisolasi piperin dari lada hitam tersebut adalah
ekstraksi soxhlet yang merupakan pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan
dengan menggunakan bantuan pelarut. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larut yang
berbeda dari komponen-komponen dalam campuran/pemilihan jenis pelarut ini didasarkan
atas beberapa faktor, yaitu selektivitas, kelarutan, kemampuan tidak saling campur,
reaktivitas, titik didih, dan kriteria lainnya (Bernasconi, 1995).
Hidrolisa terhadap piperin dalam suasana asam, akan menghasilkan piperidin, C3H10NH,
dan asam tak jenuh piperat. Percobaan ini akan menghidrolisa piperin dan mengisolasi
piperidin sebagai hasil degrasinya. Sifat kimia piperin sangat menarik, secara keseluruhan
merupakan amida asam, sedangkan masing-masing gugus bisa menunjukkan sifat kimia
tersendiri, misalnya ketidakjenuhan, karbonil dan epoksi (Anwar, 1994).
Tehnik ekstraksi sangat berguna untuk memisahkan secara cepat dan bersih baik untuk
zat organik maupun zat anorganik. Cara ini dapat digunakan untuk analisis makro dan mikro.
Secara umum, ekstraksi adalah proses penarikan siatu zat terlarut dari larutannya di dalam air
oleh suatu pelarutr lain yang tidak dapat bercampur dengan air (fasa air) (Anwar,1994).
Sokletasi adalah suatu metode / proses pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam
zat padat dengan cara penyaringan berulang-ulang dengan menggunakan pelarut tertentu,
sehingga semua komponen yang diinginkan akan terisolasi. Pengambilan suatu senyawa
organik dari suatu bahan alam padat disebut ekstraksi. Jika senyawa organik yang terdapat
dalam bahan padat tersebut dalam jumlah kecil, maka teknik isolasi yang digunakan tidak
dapat secara maserasi, melainkan dengan teknik lain dimana pelarut yang digunakan harus
selalu dalam keadaan panas sehingga diharapkan dapat mengisolasi senyawa organik itu lebih
efesien (Aramico, 2003).
Prinsip Kerja
Prinsip soxhlet ialah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya
sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah pelarut konstan dengan adanya pendingin
balik. Adapun prinsip sokletasi ini yaitu : Pengekstraksian yang berulang ulang sehingga
hasil yang didapat sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit. Bila penyaringan ini
telah selesai, maka pelarutnya diuapkan kembali dan sisanya adalah zat yang tersaring.
Metode sokletasi menggunakan suatu pelarut yang mudah menguap dan dapat melarutkan
senyawa organik yang terdapat pada bahan tersebut, tapi tidak melarutkan zat padat yang
tidak diinginkan.
Alat
Alat-alat yang digunakan antara lain soklet, labu alas bulat, kondensor, timbangan,
mantel pemanas, erlenmeyer 100 mL, ice bath, penangas air, pipet mohr, gelas ukur, corong
penyaring, alat penentu titik leleh.
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan antara lain diklorometana, eter, pelarut aseton : heksana
(3:2), kertas saring.
Prosedur Kerja
1. Timbang 8 gram serbuk lada lalu bungkus dengan kertas saring. Masukkan sampel
kedalam alat soxhlet.
2. Masukkan diklorometana sebanyak 20 mL kedalam labu alas bulat 50 mL dan set alat
tersebut menjadi alat sokhlet.
3. Panaskan heating mantle selama beberapa sirkulasi sampai terekstrak sempurna (sekitar
1 jam). Dinginkan labu hingga suhu kamar.
4. Ekstrak yang diperoleh dipindah kedalam erlenmeyer 100 mL dan evaporasi pelarut
diklorometana dengan penangas air hingga diperoleh cairan kental seperti minyak
kecoklatan. Lakukan ini dalam lemari asam.
5. Dinginkan dalam ice-bath dan tambahkan 6 mL aseton:heksana (3:7) dingin sambil
diaduk selama 5 menit. Evaporasi kembali pelarut yang ada menggunakan penangas air.
6. Dinginkan ekstrak dalam ice bath dan tambahkan 6 mL aseton:heksana (3:7) dingin
sambil diaduk. Lalu dinginkan selama 10 menit sampai terbentuk kristal jarum.
7. Saring kristal dan cuci dengan 5 mL aseton:heksana (3:7) dingin.
8. Masukkan isolat piperin kedalam tabung reaksi dan larutkan dengan pelarut campuran
aseton:heksana (3:7) panas dengan jumlah pelarut seminimum mungkin.
9. Diamkan tabung reaksi pada suhu kamar, sampai kristal piperin terbentuk kembali
(sekitar 15 menit). Lanjutkan dengan pendinginan tabung reaksi dalam ice bath selama
20 menit.
10. Saring kristal yang terbentuk dan cuci dengan 5 mL aseton:heksana (3:7) dingin.
11. Keringkan kristal diudara, timbang dan tentukan titik lelehnya.
+ diklorometana 50 mL dan
diekstraksi selama 50 Larutan berwarna kuning
1. Serbuk lada 8 g
menit (14 siklus/hingga kecoklatan
pelarut tidak berwarna)
Larutan berwarna Larutan berwarna oranye
2. dipanaskan
kuning kecoklatan kecoklatan seperti minyak
+ aseton:heksana (3:7)
Larutan berwarna
sebanyak 6 mL dan diaduk Terbentuk kristal putih
3. oranye kecoklatan
selama 5 menit kemudian didalam larutan
seperti minyak
dipanaskan kembali
Keterangan:
Massa kertas saring 1 = 0,99 g
Massa kertas saring 2 = 0,99 g
Massa kertas saring + endapan = 1,00 g
Massa endapan (piperin) yang diperoleh dari 8 g lada = 0,01 g
Massa piperin = 8 g x 0,06 = 0,48 g
% rendemen = (0,01 g / 0,48 g) x 100% = 2,1 %
Hasil
% Rendemen 2,1 %
Pembahasan Hasil
Ekstraksi adalah salah satu metode pemisahan kimia ntuk memisahkan atau menarik
suatu komponen-komponen kimia yang berada dalam suatu sampel dengan menggunakan
pelarut. Ekstraksi didasarkan pada perbedaan sifat kelarutan suatu senyawa organik di dalam
suatu cairan pelarut yang tidak saling bercampur. Senyawa yang berada dalam bentuk ion
(bersifat polar) umumnya dapat larut dalam air, sementara senyawa organik yang bersifat non
polar umumnya tidak dapat larut alam pelarut air atau pelarut polar. Sifat ini dikenal dengan
istilah like dissolve like sehinggga suatu zat atau senyawa dalam campurannya dapat
dialarutkan dalam kombinasi pelarut yang tidak saling bercampur. Jenis-jenis ekstraksi
terbagi dua yaitu ekstraksi dingin atau maserasi dan ekstraksi panas misalnya dengan
ekstraksi soxhlet. Perbedaan dari kedua jenis ekstraksi ini adalah terletak pada tehniknya saja
dimana untuk ekstraksi dingin tidak menggunakan proses pemanasan pada sampel melainkan
dengan cara merendam sampel dalam pelarut. Sedangkan ekstraksi panas dilakukan dengan
pemanasan.
Praktikum kali ini yaitu ekstraksi piperin dari buah lada. Tujuan praktikum isolasi
piperin dari buah lada ini adalah untuk mempelajari teknik pemisahan senyawa dari padatan
dengan cara ekstraksi. Percobaan ini, menggunakan metode ekstraksi kontinyu untuk
memperoleh senyawa piperin dari serbuk lada. Metode ekstraksi kontinyu yang dilakukan
bertujuan untuk memperoleh hasil ekstrak yang lebih murni lagi. Sampel yang digunakan
adalah lada serbuk karena semakin halus serbuk, maka kelarutan akan meningkat. Hal itu
disebabkan karena semakin banyak terjadi kontak dengan pelarut, sehingga semakin banyak
zat yang dapat terbentuk dan semakin efisien proses pemisahan atau ekstraksi yang terjadi.
Sampel yang digunakan dalam percobaan ini adalah lada yang berupa padatan, sehingga
metode ekstraksi kontinyu yang digunakan dengan cara soxhletasi. Soxhletasi adalah suatu
metode atau proses pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam zat padat dengan cara
pelarutan berulang-ulang dengan menggunakan pelarut tertentu, sehingga semua komponen
yang diinginkan akan terisolasi. Sampel yang digunakan sebanyak 8 g. Sebelum melakukan
soxhletasi, dilakukan tahap preparasi atau persiapan, yaitu membungkus sampel serbuk lada
yang digunakan dengan kertas saring sedemikian rupa sehingga berbentuk lonjong. Lalu
diikat dengan benang gandir agar serbuk tidak pecah atau keluar dari kertas saring pada saat
proses ekstraksi berlangsung. Kertas saring digunakan sebagai pembungkus karena kertas
saring mempunyai dinding yang tipis dan berpori yang dapat mempermudah pelarut untuk
menyerap piperin yang terkandung di dalam sampel.
Proses soxhletasi pada percobaan ini, menggunakan pelarut berupa diklorometana
sebanyak 50 mL yang dimasukkan kedalam labu alas bulat. Pelarut diklorometana digunakan
untuk melarutkan zat yang diinginkan dari dalam serbuk lada. Diklorometana digunakan
karena baik piperin maupun diklorometana memiliki kepolaran yang sama yaitu bersifat polar
sehingga diklorometana mampu melarutkan piperin sesuai dengan prinsip like dissolved like.
Pada saat proses ekstraksi juga digunakan batu didih pada labu pelarut yang bertujuan untuk
menjaga tekanan dan suhu larutan supaya tetap stabil dan tidak terjadi letupan selama proses
ekstraksi berlangsung.
Pelarut akan berubah menjadi fase uap karena titik didihnya yang rendah dan dengan
menggunakan kondensor pelarut yang dalam fase uap tadi berubah menjadi fase cair dan
akan jatuh menetesi sampel lada. Jika pelarut yang jatuh pada bagian alat soxhlet yang
terdapat sampel lada telah penuh, maka pelarut dan bahan yang terkandung dalam sampel
(piperin) akan jatuh kedalam labu alas bulat karena adanya tekanan yang diberikan
larutan. Proses ini dinamakan satu kali siklus ekstraksi, dan demikian proses ekstraksi oleh
pelarut ini terjadi secara berulang-ulang. Pada proses ekstraksi ini praktikan melakukannya
sebanyak empat belas kali siklus ekstraksi. Apabila ingin menghasilkan ekstrak secara
sempurna ada baiknya jika ekstraksi dilakukan selama mungkin serta siklus jatuhnya pelarut
kedalam labu didih banyak. Hal ini karena dengan ekstraksi berulang kali maka ekstrak
dalam sampel dapat terbawa semua artinya terekstrak sempurna.
Hasil ekstraksi tadi kemudian dievaporator/dipanaskan untuk memekatkan larutan ekstrak
agar pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi dapat berkurang. Kemudian larutan
didinginkan dalam ice-bath dan ditambahkan 6 ml larutan aseton:heksana yang bersifat basa
sehingga mempermudah pengkristalan. Setelah itu disaring dan isolat dimasukkan ke dalam
tabung reaksi dan dilarutkan dengan aseton:heksana panas. Hal ini berfungsi untuk
melarutkan piperin. Selanjutnya larutan didiamkan sampai kristal terbentuk kembali. Kristal
yang diperoleh direkristalisasi menggunakan aseton:heksana, rekristalisasi ini didasarkan
pada prinsip perbedaan dalam kelarutan pada suatu pelarut tertentu dan suhu tertentu. Pada
suhu kamar, senyawa piperin dalam bentuk kristalnya yang memang bersifat polar akan dapat
melarut dalam aseton:heksana yang juga bersifat polar. Ketika ditambahkan aseton:heksana
sebagai pelarut, maka piperin yang ada akan melarut dalam filtratnya, sedangkan zat pengotor
seperti piperin yang bersifat nonpolar atau kurang polar tidak larut dalam aseton:heksana
akan tertinggal di dalam residunya. Kemudian didinginkan dalam ice-bath dan disaring.
Kristal yang diperoleh dikeringkan dalam oven dan ditimbang menghasilkan massa
piperin yang diperoleh sebesar 0,01 gram dengan titik leleh sebesar 110oC. Dari literature,
titik leleh piperin adalah 127-129,5oC, dalam percobaan diperoleh titik didih yang lebih
rendah karena piperin yang dihasilkan masih belum murni. Rendemen yang dihasilkan
sebesar 2,1%. Hal ini sangat jauh dari literature yang menyatakan bahwa piperin yang
terkandung dalam lada hitam sebanyak 5-92%. Rendemen yang dihasilkan sangatlah kecil,
hal ini disebabkan karena kurangnya ketelitian praktikan saat mengekstraksi sampel sehingga
menghasilkan kristal yang sangat sedikit. Dilihat dari warna kristal yang dihasilkan, yaitu
berwarna cokelat, agak berbeda dengan literatur yang menyatakan bahwa kristal piperin
merupakan kristal berwarna kuning. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kristal yang diperoleh
dalam percobaan masih belum murni.
Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dan pembahasan yang telah dikemukakan dalam percobaan ini maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk mengisolasi senyawa piperin yang berada dalam lada
dapat dilakukan dengan metode ekstraksi soxhlet dengan menggunakan pelarut
diklorometana dan kemudian di evaporasi untuk mengurangi pelarut yang digunakan
kemudian direkristalisasikan untuk mendapatkan kristal. Kristal piperin yang diperoleh
sebesar 0,01 gram dengan titik leleh sebesar 110oC dan rendemen sebesar 2,1%.
Referensi
Anwar, C,. 1994. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Yogyakarta : Universitas Gajah
Mada Press.
Aramico, Wien. Prof. 2003. Laporan Praktikum KIMOR 1 Sokletasi. Jakarta : Universitas
Indonesia.
Day, R.A, Underwood, A.L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Jakarta :
Erlangga.
Septiatin, Eatin. 2008. Apotek Hidup dari Rempah-Rempah, Tanaman Hias, dan Tanaman
Liar. Bandung : CV.YRAMA WIDYA.
Tim Penyusun Petunjuk Praktikum Kimia Organik. 2014. Petunjuk Praktikum Kimia
Organik. Jember : Universitas Jember.
Saran
Diharapkan untuk praktikum selanjutnya agar diadakan variasi jumlah sampel sehingga
terdapat variasi kadar piperin yang diperoleh pula.
Nama Praktikan