Imgpopup PDF
Imgpopup PDF
TENTANG
BUPATI BUNGO,
2.Undang-Undang.......... 2
2
7.Peraturan.......... 3
3
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu
Pengertian
Pasal 1
21. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disebut PKL adalah kawasan
perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala
kabupaten/kota atau beberapa kecamatan.
22. Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disebut PPK adalah
kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala
kecamatan atau beberapa desa.
23. Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya disebut PPL adalah
pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala
antar desa.
24. Rencana sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten adalah
rencana jaringan prasarana wilayah yang dikembangkan untuk
mengintegrasikan wilayah kabupaten dan untuk melayani kegiatan
yang memiliki cakupan wilayah layanan prasarana skala kabupaten.
25. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala
bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya
yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan
tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah
dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api,
jalan lori, dan jalan kabel.
26. Sistem jaringan jalan adalah satu kesatuan ruas jalan yang saling
menghubungkan dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan
wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam satu
hubungan hirarkhis.
27. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi yang selanjutnya disingkat
SUTET adalah saluran udara yag mendistribusikan energi listrik
dengan tegangan 500 Kv yang mendistribusikan dari pusat-pusat
pembangkit yang jaraknya jauh menuju pusat-pusat beban sehingga
energi listrik bisa disalurkan dengan efisien.
28. Saluran Udara Tegangan Tinggi yang selanjutnya disingkat SUTT
adalah saluran udara yag mendistribusikan energi listrik dengan
tegangan 150 Kv yang mendistribusikan dari pusat-pusat beban
menuju gardu-gardu listrik.
29. Saluran Udara Tegangan Menengah yang selanjutnya disingkat SUTM
adalah saluran tenaga listrik yang menggunakan kawat telanjang
(penghantar) di udara bertegangan di atas 1 KV sampai dengan 35 KV
sesuai standar di bidang kelistrikan.
30. Prasarana sumber daya air adalah bangunan air beserta bangunan
lain yang menunjang kegiatan pengelolaan sumber daya air, baik
langsung maupun tidak langsung.
31. Wilayah Sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumberdaya air
dalam satu atau lebih daerah aliran sungai yang luasnya kurang dari
atau sama dengan 2.000 (dua ribu) kilometer persegi.
32. Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disebut DAS adalah suatu
wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan
anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan
mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut
secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan
batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh
aktivitas daratan.
33.Daerah ..................... 6
6
48.Kawasan .................... 7
7
60.Kawasan .................... 8
8
Bagian Kedua
Kedudukan, Peran dan Fungsi
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4
Bagian Ketiga
Ruang LingkupPengaturan
Paragraf 1
Muatan
Pasal 5
Paragraf 2
Wilayah Perencanaan
Pasal 6
(1) Wilayah perencanaan Kabupaten merupakan daerah dengan batas
yang ditentukan berdasarkan aspek administratif mencakup wilayah
daratan, wilayah perairan dan wilayah udara, meliputi:
a. Kecamatan Pasar Muara Bungo;
b. Kecamatan Bungo Dani;
c. Kecamatan Rimbo Tengah;
d. Kecamatan Bathin III;
e. Kecamatan Tanah Sepenggal;
f. Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas;
g. Kecamatan Tanah Tumbuh;
h. Kecamatan Bathin II Pelayang;
i. Kecamatan Bathin II Babeko;
j. Kecamatan Muko-Muko Bathin VII;
k. Kecamatan Pelepat;
l. Kecamatan Pelepat Ilir;
m. Kecamatan Jujuhan;
n. Kecamatan Jujuhan Ilir;
o. Kecamatan Limbur Lubuk Mengkuang;
p. Kecamatan Rantau Pandan; dan
q. Kecamatan Bathin III Ulu.
(2) Batas-batas wilayah Kabupaten meliputi:
a. sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tebo dan Kabupaten
Dharmasraya (Provinsi Sumatera Barat);
b. sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Merangin;
c. sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tebo; dan
d. sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kerinci dan
Kabupaten Dharmasyara (Provinsi Sumatera Barat).
(3) Luas wilayah administrasi Kabupaten Bungo adalah 467.953 (empat
ratus enam puluh tujuh ribu sembilan ratus lima puluh tiga) hektar.
BAB II ..................... 11
11
BAB II
TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI
Bagian Kesatu
Tujuan
Pasal 7
Bagian Kedua
Kebijakan
Pasal 8
Bagian Ketiga
Strategi
Pasal 9
g.mengendalikan ................. 13
13
c.mengembangkan ................... 14
14
BAB III
RENCANA STRUKTUR RUANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 10
Pasal 11
Bagian Kedua
Sistem Pusat Kegiatan
Pasal 12
(1) Sistem pusat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1)
huruf a terdiri atas:
a. sistem perkotaan; dan
b. sistem perdesaan.
(2) Sistem perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi:
a. Pusat Kegiatan Nasional Promosi (PKNp);
b. Pusat Kegiatan Lokal (PKL); dan
c. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK).
(3) Sistem perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
berupa Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL);
(4) PKNp sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a berada di
Perkotaan Muara Bungo yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan
skala regional, pusat perdagangan dan jasa skala regional, pusat
pendidikan skala regional, pusat kesehatan skala regional dan pusat
rekreasi, olahraga dan wisata skala regional, dan pusat peribadatan;
(5) PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi:
a.Perkotaan ................... 15
15
Pasal 13
Bagian Ketiga
Sistem Jaringan Prasarana Utama
Pasal 14
Paragraf 1
Sistem Jaringan Transportasi darat
Pasal 15
(1) Jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) huruf a
terdiri atas:
a. jalan arteri primer;
b. jalan kolektor primer 1;
c. jalan kolektor primer 2; dan
d. jalan lokal primer.
(2) Jalan arteri primer sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi:
a. Jalan Lintas Tengah (Jalinteng) Sumatera yang terdiri dari ruas
jalan:
- Batas Provinsi Sumatera Barat/Provinsi Jambi Batas
Kabupaten Bungo;
- Jalan Lintas Sumatera I (Muara Bungo);
- Jalan Lintas Sumatera II (Muara Bungo);
- Batas Kota Muara Bungo Batas Kabupaten Bungo/Kabupaten
Merangin; dan
- Batas Kabupaten Bungo/Kabupaten Merangin Batas Kota
Bangko.
b. Jalan Penghubung (Feeder Road) I Jambi Bungo yang terdiri dari
ruas jalan:
- Jalan Arah ke Muara Tebo/Pattimura (Muara Bungo);
- Batas Kota Muara Bungo Batas Kabupaten Tebo/Kabupaten
Bungo;
- Batas Kabupaten Tebo/Kabupaten Bungo Muara Tebo; dan
- Jalan Akses Bandara yaitu Jalan Akses Bandara Muara Bungo.
(3) Jalan kolektor primer 1 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
yaitu Jalan penghubung Antar Pusat Kegiatan dengan ruas Jalan
Lingkar Bungo;
(4) Jalan kolektor primer 2 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
meliputi Jalan Penghubung antar pusat kegiatan yang terdiri dari ruas
jalan:
- Simpang Sawmil Batas Kabupaten Bungo/Kabupaten Tebo;
- Batas Kabupaten Bungo/Kabupaten Tebo Simpang Logpon;
- Simpang Kuamang Batas Kabupaten Merangin/Kabupaten
Bungo;
- Batas Kabupaten Merangin/Kabupaten Bungo Batas
Kabupaten Bungo/Kabupaten Tebo;
- Batas Kabupaten Bungo/Kabupaten Tebo Simpang Betung
Bedarah;
- Muara Bungo Peninjau;
- Peninjau Tuo Limbur;
- Tuo Limbur TKA (Batas Sumbar/Jambi);
- Peninjau Junction.
- ruas Rantau Keloyang Sekampil Aur Cino Senamat Ulu
Muara Buat Apung Mudik Pemunyian Simp. Tanjung
Bungo TKA Batas Sumbar (Jalan Lingkar Barat);
(5)Jalan ..................... 18
18
(5) Jalan lokal primer sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
meliputi:
a. ruas jalan Muara Bungo Tanjung Agung Rantau Pandan;
b. ruas jalan Peninjau Simpang Lubuk Mengkuang Limbur Lubuk
Mengkuang;
c. ruas jalan Senamat Koto Jayo Dusun Danau Muara Kuamang
Unit I Kuamang Kuning;
d. ruas jalan Muara Bungo Pasir Putih Trans Sungai Buluh
Dusun Danau Muara Kuamang Unit I Kuamang Kuning;
e. ruas jalan Desa Baru Pusat Jalo Bedaro Simpang Desa Baru
Pusat Jalo Bukit Kemang Tanah Tumbuh;
f. ruas jalan Rantau Ikil Aur Gading - Pulau Batu;
g. ruas jalan Talang Silungko Simpang Jalan TKA Batas Sumbar;
dan
h. ruas jalan Rantau Keloyang Rantau Asam.
Pasal 16
Pasal 17
1.terminal ...................... 19
19
Paragraf 2
Sistem Jaringan Perkeretaapian
Pasal 19
(2)Pembangunan ................... 20
20
Paragraf 3
Sistem Jaringan Transportasi Udara
Pasal 20
Bagian Keempat
Sistem JaringanPrasarana Lainnya
Pasal 21
Paragraf 1
Sistem Jaringan Energi Dan Kelistrikan
Pasal 22
Paragraf 2
Sistem Jaringan Telekomunikasi
Pasal 23
Paragraf 3
Sistem Jaringan Sumberdaya Air
Pasal 24
(1) Sistem jaringan prasarana sumberdaya air sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 huruf c meliputi:
a.Wilayah .................... 22
22
5. D.I. Sei Kembang dengan luas kurang lebih 274 (dua ratus
tujuh puluh empat) hektar terletak didusun Empelu
Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas;
6. D.I. Sei Embacang Kecil dengan luas kurang lebih 150
(seratus lima puluh) hektar terletak didusun Sungai Mancur
Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas;
7. D.I. Sei Teluk Pandak dengan luas kurang lebih 141(seratus
empat puluh satu) hektar didusun Embacang Gedang
Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas;
8. D.I. Sei Berunai dengan luas kurang lebih 70(tujuh puluh)
hektar didusun Aur Gading Kecamatan Jujuhan Ilir;
9. D.I. Sei Teluk Panjang dengan luas kurang lebih 151(seratus
lima puluh satu) hektar didusun Teluk Panjang dan Lubuk
Benteng Kecamatan Bathin III;
10. D.I. Sei Pulau Pekan dengan luas kurang lebih 287 (dua ratus
delapan puluh tujuh) hektar didusn Sungai Arang Kecamatan
Bungo Dani;
11. D.I. Sei Lubuk Mayan dengan luas kurang lebih 44 (empat
puluh empat) hektar didusun Lubuk Mayan Kecamatan
Rantau Pandan;
12. D.I. Sei Andik dengan luas kurang lebih 70 (tujuh puluh)
hektar didusun Tebing Tinggi Kecamatan Muko-Muko Bathin
VII;
13. D.I. Sei Duren dengan luas kurang lebih 30 (tiga puluh)
hektar didusun didusun Peninjau Kecamatan Limbur Lubuk
Mengkuang;
14. D.I. Sei. Betung Bedarah dengan luas kurang lebih 20 (dua
puluh) hektar didusun Sungai Telang Kecamatan Bathin III
Ulu;
15. D.I. Senamat Ulu II dengan luas kurang lebih 20 (dua puluh)
hektar didusun Senamat Ulu Kecamatan Bathin III Ulu;
16. D.I. Belakang Rumah dengan luas kurang lebih 20 (dua
puluh) hektar didusun Buat Kecamatan Bathin III Ulu;
17. D.I. Kerang dengan luas kurang lebih 83 (delapan puluh tiga)
hektar didusun Lubuk Landai Kecamatan Tanah Sepenggal
Lintas;
18. D.I. Tembang Arang dengan luas kurang lebih 30 (tiga puluh)
hektar didusun Sungai Arang Kecamatan Bungo Dani;
19. D.I. Bulim dengan luas kurang lebih 40 (empat puluh) hektar
didusun Tanah Tumbuh Kecamatan Tanah Tumbuh;
20. D.I. Sei Limau dengan luas kurang lebih 203 (dua ratus tiga)
hektar didusun Tanah Periuk Kecamatan Tanah Sepenggal
Lintas;
21. D.I. Sei Anak Pengian dengan luas kurang lebih 80 (delapan
puluh) hektar dikampung Penual Kecamatan Jujuhan;
22. D.I. Sei Babeko dengan luas kurang lebih 100 (seratus) hektar
didusun Babeko Kecamatan Bathin II Babeko;
23. D.I. Sei Dusun Manggis dengan luas kurang lebih 240 (dua
ratus empat puluh) hektar didusun Sungai Binjai Kecamatan
Bathin III;
23.D.I........................... 24
24
24. D.I. Sei Dusun Tebat dengan luas kurang lebih 200 (dua
ratus) hektar didusun Pulau Jelmu Kecamatan Jujuhan;
25. D.I. Sei. Langkap dengan luas kurang lebih 60 (enam puluh)
hektar didusun Lubuk Kayu Aro Kecamatan Rantau Pandan;
26. D.I. Sei Lubuk Kayu Aro dengan luas kurang lebih 64 (enam
puluh empat) hektar didusun Lubuk Kayu Aro Kecamatan
Rantau Pandan;
27. D.I. Sei Rantau Ikil dengan luas kurang lebih 108 (seratus
delapan) hektar didusun Rantau Ikil Kecamatan Jujuhan;
28. D.I. Sei Senamat dengan luas kurang lebih 100 (seratus)
hektar didusun Senamat Ulu Kecamatan Bathin III Ulu;
29. D.I. Sei Talang Pantai dengan luas kurang lebih 123 (seratus
dua puluh tiga) hektar didusun Talang Pantai Kecamatan
Bungo Dani;
30. D.I. Lebak Gedang dengan luas kurang lebih 60 (enam puluh)
hektar didusun Talang Pantai Kecamatan Bungo Dani;
31. D.I. Tembang Seberang dengan luas kurang lebih 96
(sembilan puluh enam) hektar didusun Talang Pantai
Kecamatan Bungo Dani;
32. D.I. Jerinjing dengan luas kurang lebih 94 (sembilan puluh
empat) hektar didusun Tanah Bekali Kecamatan Tanah
Sepenggal;
33. D.I. Sunsang dengan luas kurang lebih 70 (tujuh puluh)
hektar didusun Telentam Kecamatan Tanah Sepenggal;
34. D.I. Mukut dengan luas kurang lebih 30 (tiga puluh) hektar
didusun Tebing Tinggi Kecamatan Muko-Muko Bathin VII;
35. D.I. Sei. Buluh dengan luas kurang lebih 20 (dua puluh)
hektar didusun Tanjung Agung Kecamatan Muko-Muko
Bathin VII;
36. D.I. Sei. Manggis dengan luas kurang lebih 60 (enam puluh)
hektar didusun Tanjung Agung Kecamatan Muko-Muko
Bathin VII;
37. D.I. Sei. Taman Cucur dengan luas kurang lebih 50 (lima
puluh) hektar didusun Mangun Jayo Kecamatan Muko-Muko
Bathin VII;
38. D.I. Pangkah Hulu dengan luas kurang lebih 80 (delapan
puluh) hektar didusun Rantau Duku Kecamatan Rantau
Pandan;
39. D.I. Kumbo dengan luas kurang lebih 100 (seratus) hektar di
Dusun Baru Sipin Kecamatan Rantau Pandan;
40. D.I. Sei. Bangar dengan luas kurang lebih 65 (enam puluh
lima) hektar di Dusun Baru Sipin Kecamatan Rantau Pandan;
41. D.I. Lekai dengan luas kurang lebih 45(empat puluh lima)
hektar di Dusun Rantau Pandan Kecamatan Rantau Pandan;
42. D.I. Sei. Gedang Senamat Ulu dengan luas kurang lebih 20
(dua puluh) hektar didusun Senamat Ulu Kecamatan Bathin
III Ulu;
43. D.I. Senamat Ulu I dengan luas kurang lebih 26 (dua puluh
enam) hektar didusun Senamat Ulu Kecamatan Bathin III Ulu;
44. D.I. Sei. Tegan dengan luas kurang lebih 20 (dua puluh)
hektar didusun Senamat Ulu Kecamatan Bathin III Ulu;
45.D.I........................ 25
25
(5)Sistem ..................... 27
27
(5) Sistem jaringan air baku untuk air bersih sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf d meliputi:
a. sumber Sungai Batang Bungo melalui pengelolaan:
1. IPA (Instalasi Pengelolaan Air) Sungai Pinang untuk melayani
Kecamatan Pasar Muara Bungo, Kecamatan Bungo Dani,
Kecamatan Rimbo Tengah dan Kecamatan Bathin III; dan
2. IPA (Instalasi Pengelolaan Air) unit Tanjung Agung untuk
melayani Kecamatan Muko-Muko Bathin VII.
b. sumber Sungai Batang Tebo melalui pengelolaan:
1. IPA (Instalasi Pengelolaan Air) unit Lubuk Landai untuk
melayani Kecamatan Tanah Sepenggal;
2. IPA (Instalasi Pengelolaan Air) unit Tanah Tumbuh untuk
melayani Kecamatan Tanah Tumbuh;
3. IPA (Instalasi Pengelolaan Air) unit Embacang Gedang untuk
melayani Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas;
4. IPA (Instalasi Pengelolaan Air) unit Candi untuk melayani
Kecamatan Tanah Sepenggal; dan
5. IPA (Instalasi Pengelolaan Air) SKB untuk melayani Kecamatan
Bathin III, Kecamatan Bathin II Babeko dan Kecamatan Pasar
Muara Bungo.
(6) Sistem pengendalian daya rusak air sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf e meliputi:
a. embung di Kecamatan Bathin III Ulu, Kecamatan Pelepat,
Kecamatan Rimbo Tengah dan Kecamatan Pelepat Ilir; dan
b. pengembangan pembangunan embung di Kecamatan Pelepat Ilir
dan Kecamatan Limbur Lubuk Mengkuang.
Paragraf 4
Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Lainnya
Pasal 25
e.ruang ........................ 29
29
BAB IV
RENCANA POLA RUANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 26
Bagian Kedua
Kawasan Lindung
Pasal 27
b.kawasan .................... 30
30
Paragraf 1
Kawasan Hutan Lindung
Pasal 28
Paragraf 2
Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan
Bawahannya
Pasal 29
Paragraf 3
Kawasan Perlindungan Setempat
Pasal 30
Paragraf 4
Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam Dan Cagar Budaya
Pasal 31
(1) Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan kawasan cagar budaya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf d meliputi:
a. taman nasional;
b. taman wisata alam; dan
c. kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.
(2) Taman nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berupa
Taman Nasional Kerinci Seblat berada di:
a. Kecamatan Limbur Lubuk Mengkuang dengan luas kurang lebih 4
(empat) persen dari luas wilayah daratan;
b. Kecamatan Tanah Tumbuh dengan luas kurang lebih 2 (dua) persen
dari luas wilayah daratan;
c. Kecamatan Bathin III Ulu dengan luas kurang lebih 1 (satu) persen
dari luas wilayah daratan; dan
d. Kecamatan Pelepat dengan luas kurang lebih 2 (dua) persen dari
luas wilayah daratan.
(3) Taman wisata alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
berupa Bendung/Dam Semagi berada di Kecamatan Tanah Tumbuh
dengan luas kurang lebih 248 (dua ratus empat puluh delapan) hektar;
(4) Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c meliputi:
a. kampung adat terdapat di Dusun Tanah Periuk dan Dusun Lubuk
Landai Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas; dan
b. hutan adat dengan luas kurang lebih 2 (dua) persen dari luas
wilayah daratan meliputi:
b.1. Kecamatan Pelepat meliputi:
b.1.1. Hutan Adat:
b.1.1.1.Hutan ................... 32
32
Paragraf 5 .................. 32
33
Paragraf 5
Kawasan Rawan Bencana Alam
Pasal 32
Bagian Ketiga
Kawasan Budidaya
Pasal 33
Paragraf 1
Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
Pasal 34
Paragraf 2
Kawasan Peruntukan Pertanian
Pasal 35
f.Kecamatan ............... 35
35
Paragraf 3
Kawasan Peruntukan Perikanan
Pasal 36
Paragraf 4
Kawasan Peruntukan Pertambangan
Pasal 37
2. Kecamatan Jujuhan;
3. Kecamatan Pelepat;
4. Kecamatan Limbur Lubuk Mengkuang;
5. Kecamatan Tanah Sepenggal;
6. Kecamatan Pelepat Ilir;
7. Kecamatan Bungo Dani;
8. Kecamatan Muko-Muko Bathin VII;
9. Kecamatan Rimbo Tengah;
10. Kecamatan Bathin III;
11. Kecamatan Bathin III Ulu;
12. Kecamatan Tanah Tumbuh;
13. Kecamatan Bathin II Pelayang;
14. Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas; dan
15. Kecamatan Bathin II Babeko.
(4) Wilayah Pertambangan Rakyat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c berupa pertambangan pasir kuarsa, pasir batu, Kerikil
sungai, batu kali dan batu suiseki meliputi:
a. Kecamatan Tanah Tumbuh;
b. Kecamatan Limbur Lubuk Mengkuang;
c. Kecamatan Pelepat;
d. Kecamatan Pelepat Ilir;
e. Kecamatan Rimbo Tengah;
f. Kecamatan Bungo Dani;
g. Kecamatan Bathin II Pelayang;
h. Kecamatan Rantau Pandan;
i. Kecamatan Muko-Muko Bathin VII;
j. Kecamatan Tanah Sepenggal;
k. Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas;
l. Kecamatan Bathin II Pelayang;
m. Kecamatan Jujuhan;
n. Kecamatan Jujuhan Ilir;
o. Kecamatan Bathin III; dan
p. Kecamatan Bathin III Ulu.
Paragraf 5
Kawasan Peruntukan Industri
Pasal 38
c.Industri ..................... 39
39
c. Industri Hilir Pengolahan Crude Palm Oil (CPO) menjadi barang jadi
(minyak sawit) di Kecamatan Pelepat Ilir, Kecamatan Limbur
Lubuk Mengkuang, Kecamatan Pelepat dan Kecamatan Bathin II
Babeko; dan
d. Industri Pengolahan CPO di Kecamatan Tanah Tumbuh, Pelepat,
Limbur Lubuk Mengkuang, Bathin II Babeko, Pelepat Ilir dan
Tanah Sepenggal.
(3) Kawasan peruntukan industri kecil sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b meliputi:
a. Industri batik di Kecamatan Pelepat dan Muara Bungo;
b. Industri Bricket Batubara di Kecamatan Rantau Pandan;
c. Industri Perkayuan/Moulding di Kecamatan Pelepat, Tanah
Tumbuh, Jujuhan dan Rantau Pandan;
d. Industri Pengalengan Buah-buahan termasuk pemasarannya;
e. Industri Sarung Tangan dari karet;
f. Industri Tusuk Gigi dari bambu; dan
g. Industri Batu Alam.
(4) Pengembangan kawasan industri rumah tangga sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b berupa industri pengolahan hasil
pertanian meliputi:
a. Kecamatan Jujuhan;
b. Kecamatan Jujuhan Ilir;
c. Kecamatan Pelepat;
d. Kecamatan Bathin II Babeko; dan
e. Kecamatan Rimbo Tengah.
Paragraf 6
Kawasan Peruntukan Pariwisata
Pasal 39
Paragraf 7
Kawasan Peruntukan Permukiman
Pasal 40
g.kawasan ................... 41
41
Paragraf 8
Kawasan Peruntukan lainnya
Pasal 41
BAB V ..................... 42
42
BAB V
PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS
Bagian Pertama
Umum
Pasal 42
Bagian Kedua
Kawasan Strategis Nasional
Pasal 43
Bagian Ketiga
Kawasan Strategis Provinsi
Pasal 44
Bagian Keempat
Kawasan Strategis Kabupaten
Pasal 45
BAB VI
PEMANFAATAN RUANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 46
Bagian Kedua
Perwujudan Rencana Struktur Ruang
Pasal 47
Paragraf 1
Perwujudan Sistem Pusat Kegiatan
Pasal 48
Pasal 49
Pasal 50
Pasal 51
i.penataan ..................... 50
50
Pasal 52
Pasal 53
Paragraf 2
Perwujudan Sistem Prasarana Utama
Pasal 54
Pasal 55
b.pengembangan ............. 54
54
Pasal 56
Pasal 57
Paragraf 3
Perwujudan Sistem Prasarana Lainnya
Pasal 58
Pasal 59
Pasal 60
Pasal 61
Pasal 62
Bagian Ketiga
Perwujudan Rencana Pola Ruang
Pasal 63
Paragraf 1
Perwujudan Kawasan Lindung
Pasal 64
Pasal 65
Pasal 66
Pasal 67
6.RTH ...................... 61
61
Pasal 68
Pasal 69
Paragraf 2
Perwujudan Kawasan Budidaya
Pasal 70
Pasal 71
d.pelibatan ..................... 63
63
Pasal 72
Pasal 73
Pasal 74
Pasal 75
Pasal 76 ....................... 65
65
Pasal 76
Pasal 77
d.pengembangan ................... 66
66
Pasal 78
Bagian Keempat
Perwujudan Kawasan Strategis Kabupaten
Pasal 79
f.pengembangan ................. 66
67
2. pembangunan hotel/penginapan.
e. pengembangan pusat kesehatan skala kabupaten, meliputi:
1. pengembangan puskesmas rawat inap; dan
2. pembangunan puskesmas skala kecamatan.
f. pengembangan pusat pendidikan skala kabupaten;
1. pengembangan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri;
2. pembangunan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK); dan
3. pembangunan pondok pesantren.
g. pengembangan pusat rekreasi, olahraga dan wisata berupa
pembangunan taman rekreasi dan taman kota.
h. pembangunan masjid raya.
i. penataan, perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan
permukiman.
(7) Pembangunan perkotaan Rantau Keloyang sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b meliputi:
a. penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan
Perkotaan Rantau Keloyang;
b. pengembangan perkantoran pemerintahan kecamatan;
c. pembangunan pusat perdagangan skala kecamatan, meliputi:
1. pengembangan pasar;
2. pengembangan pertokoan;
3. pembangunan Stasiun Pengisian Bahanbakar Umum (SPBU)/
Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji (SPPBE); dan
4. pembangunan toko kerajinan/souvenir.
d. pembangunan pusat jasa skala kecamatan, meliputi:
1. pembangunan perbankan; dan
2. pembangunan hotel/penginapan.
e. pengembangan pusat pendidikan skala kecamatan meliputi
1. pengembangan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri;
2. pembangunan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK); dan
3. pembangunan pondok pesantren.
f. pengembangan pusat kesehatan skala kabupaten, meliputi:
1. pengembangan puskesmas rawat inap; dan
2. pembangunan puskesmas skala kecamatan.
g. pengembangan pusat rekreasi, olahraga dan wisata berupa
pembangunan taman rekreasi dan taman kota; dan
h. pembangunan masjid.
(8) Pembangunan perkotaan Embacang Gedang sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b meliputi:
a. penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan
Perkotaan Embacang Gedang;
b. pengembangan perkantoran pemerintahan kecamatan;
c. pembangunan pusat perdagangan skala kecamatan, meliputi:
1. pengembangan pasar;
2. pengembangan pertokoan;
3. pembangunan Stasiun Pengisian Bahanbakar Umum (SPBU)/
Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji (SPPBE); dan
4. pembangunan toko kerajinan/souvenir.
d. pembangunan pusat jasa skala kecamatan, meliputi:
1. pembangunan perbankan; dan
2. pembangunan hotel/penginapan.
e.pengembangan .................. 69
69
BAB VII
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 80
Bagian Kedua
Ketentuan Umum Peraturan zonasi
Pasal 81
Pasal 82
Pasal 83
1.kegiatan ................ 71
71
b.kegiatan ............... 72
72
b.kegiatan ....................... 73
73
Pasal 84
Pasal 85
Pasal 86
Pasal 87 .................... 75
75
Pasal 87
Pasal 88
Pasal 89
Pasal 91
Ketentuan umum peraturan zonasi sumber air baku untuk air bersih
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88 huruf c meliputi:
a. kegiatan yang diizinkan meliputi:
1. pertanian berupa tanaman keras, perdu, tanaman pelindung mata
air;
2. bangunan penunjang pemanfaatan mata air antara lain pipa
sambungan air bersih; dan
3. bangunan penampung air untuk didistribusikan sebagai air minum
dan irigasi.
b. kegiatan yang diizinkan bersyarat berupa:
1. bangunan penunjang pariwisata; dan
2. bangunan pengontrol debit dan kualitas air.
c. kegiatan yang dilarang berupa:
1. bangunan yang tidak berhubungan secara langsung dengan fungsi
mata air; dan
2. kegiatan baik berupa bangunan maupun bukan yang potensi
mencemari mata air.
d. intensitas bangunan berupa yang diizinkan 10%, KLB 10%, KDH 90%
sesuai ketentuan bangunan yang dimaksud;
e. prasarana dan sarana minimum berupa pelindung sungai berupa jalan
setapak, kelengkapan bangunan yang diizinkan, dan bangunan
pelindung terhadap kemungkinan banjir;
f. ketentuan lain-lain meliputi:
1. sepanjang ruang sempadan dapat dikembangkan RTH produktif;
dan
2. penyediaan rambu dan peringatan keselamatan terkait dengan
sumber air.
Pasal 92
Pasal 93 ...................... 77
77
Pasal 93
Pasal 94
Pasal 95
Pasal 96
Pasal 97 ...................... 78
78
Pasal 97
Pasal 98
Pasal 99
1.penggunaan .................... 79
79
Pasal 100
Pasal 101
Pasal 102
5.bangunan ..................... 81
81
Pasal 103
Pasal 104
Pasal 105
Pasal 106
Pasal 107
2.pencegahan ...................... 83
83
Pasal 108
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan taman wisata alam
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 huruf b merupakan kawasan
pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang
alami atau buatan, jenis asli atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi
kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang
budidaya, budaya, pariwisata, dan rekreasi;
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan taman wisata alam
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. kegiatan yang diizinkan meliputi:
1. diperbolehkan untuk wisata alam, penelitian dan pengembangan
ilmu pengetahuan dengan syarat tidak merubah bentang alam;
dan
2. pemanfaatan lahan untuk lokasi evakuasi bencana.
b. kegiatan yang diizinkan bersyarat meliputi:
1. penggunaan kawasan taman wisata alam untuk kepentingan
pembangunan di luar kegiatan kehutanan hanya dilakukan dalam
kawasan taman wisata alam; dan
2. penggunaan kawasan taman wisata alam dapat dilakukan tanpa
mengubah fungsi pokok kawasan taman wisata alam.
c. kegiatan yang dilarang meliputi:
1. kegiatan yang berpotensi mengurangi luas kawasan wisata alam;
dan
2. pencegahan kegiatan budidaya baru dan budidaya yang telah ada
di kawasan lindung yang dapat mengganggu fungsi lindung dan
kelestarian lingkungan hidup.
d.Intensitas ........................ 84
84
Pasal 109
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan cagar budaya dan
ilmu pengetahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 huruf c
merupakan kawasan yang merupakan lokasi bangunan hasil budaya
manusia yang bernilai tinggi maupun bentukan geologi alami yang
khas, kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan ditetapkan
dengan kriteria sebagai hasil budaya manusia yang bernilai tinggi yang
dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan;
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan cagar budaya dan
ilmu pengetahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. kegiatan yang diizinkan meliputi:
1. diperbolehkan untuk wisata alam, penelitian dan pengembangan
ilmu pengetahuan dengan syarat tidak merubah bentang alam;
dan
2. pemanfaatan lahan untuk lokasi evakuasi bencana.
b. kegiatan yang diizinkan bersyarat meliputi:
1. penggunaan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan untuk
kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan hanya
dilakukan dalam kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan;
dan
2. penggunaan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan dapat
dilakukan tanpa mengubah fungsi pokok kawasan taman cagar
budaya dan ilmu pengetahuan.
c. kegiatan yang dilarang meliputi:
1. kegiatan yang berpotensi mengurangi luas kawasan cagar budaya
dan ilmu pengetahuan; dan
2. pencegahan kegiatan budidaya baru dan budidaya yang telah ada
di kawasan lindung yang dapat mengganggu fungsi lindung dan
kelestarian lingkungan hidup.
d.Intensitas ................... 85
85
Pasal 110
Pasal 111
Pasal 112
Pasal 113
Pasal 114
Pasal 115
d.intensitas ..................... 89
89
Pasal 116
Pasal 117
Pasal 118
Pasal 119
Pasal 120
Pasal 121
Pasal 122
Pasal 123
Pasal 124
Bagian Ketiga
Ketentuan Perizinan
Pasal 125
Pasal 126
Paragraf 1
Izin Prinsip
Pasal 127
(1) Izin prinsip sebagaimana dimaksud dalam Pasal 126 ayat (1) huruf a
adalah persetujuan pendahuluan yang diberikan kepada orang atau
badan hukum untuk menanamkan modal atau mengembangkan
kegiatan atau pembangunan di wilayah kabupaten, yang sesuai dengan
kebijakan dan alokasi penataan ruang wilayah.
(2) Izin prinsip dipakai sebagai kelengkapan persyaratan teknis
permohonan izin lainnya, yaitu izin lokasi, izin penggunaan
pemanfaatan tanah, izin mendirikan bangunan, dan izin lainnya.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai izin prinsip diatur dengan Peraturan
Bupati.
Paragraf 2
Izin Lokasi
Pasal 128
(1) Izin lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 126 ayat (1) huruf b
adalah izin yang diberikan kepada orang atau badan hukum untuk
memperoleh tanah/pemindahan hak atas tanah/menggunakan tanah
yang diperlukan dalam rangka penanaman modal.
(2)Izin ...................... 97
97
Paragraf 3
Izin Perubahan Penggunaan Tanah
Pasal 129
Paragraf 4
Izin Mendirikan Bangunan
Pasal 130
Paragraf 5
Izin Alih Fungsi Lahan
Pasal 131
(1) Izin alih fungsi lahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 126 ayat (1)
huruf e adalah izin yang diberikan kepada orang atau badan hukum
untuk mengubah peruntukan lahan dari fungsi lindung ke budidaya,
atau dari budidaya non terbangun menjadi budidaya terbangun;
(2) Izin alih fungsi lahan diperlukan pada lokasi yang belum memiliki
rencana tata ruang rinci dan peraturan zonasi, dan dilakukan sebelum
atau bersamaan dengan proses izin lokasi; dan
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai izin alih fungsi lahan diatur dengan
Peraturan Bupati.
Paragraf 6 ....................... 98
98
Paragraf 6
Izin Lainnya
Pasal 132
Pasal 134
(1) Insentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 133 ayat (2) merupakan
perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap
pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang
wilayah, berupa:
a. keringanan pajak atau retribusi, pemberian kompensasi, subsidi
silang, imbalan, sewa ruang, dan penyertaan modal;
b. pembangunan atau penyediaan infrastruktur pendukung;
c. kemudahan prosedur perizinan; dan
d. pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta dan/atau
unsur pemerintah.
(2) Disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 133 ayat (3)
merupakan perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan,
atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata
ruang wilayah, berupa:
a. pengenaan pajak atau retribusi yang tinggi, disesuaikan dengan
besarnya biaya yang dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang
ditimbulkan akibat pemanfaatan ruang; serta
b. pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi, dan
penalti.
(3) Insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) diberikan oleh pemerintah daerah kepada masyarakat secara
perorangan maupun kelompok dan badan hukum atau perusahaan
swasta, serta unsur pemerintah di daerah; dan
(4)Ketentuan .................... 99
99
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tata cara pemberian
insentif dan disinsentif diatur dengan Peraturan Bupati.
Bagian Kelima
Arahan Sanksi
Pasal 135
(1) Arahan sanksi sebagaimana dimaksud dalam pasal 80 ayat (2) huruf d
merupakan tindakan penertiban yang dilakukan terhadap
pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan
peraturan zonasi;
(2) Apabila terjadi penyimpangan dalam penyelenggaraan penataan ruang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pihak yang melakukan
penyimpangan dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
(3) Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak hanya
diberikan kepada pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang.
BAB VIII
KELEMBAGAAN
Pasal 136
BAB IX
HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT
Bagian Kesatu
Hak Masyarakat
Pasal 137
Bagian Kedua
Kewajiban Masyarakat
Pasal 138
Pasal 139
Bagian Ketiga
Peran Masyarakat
Pasal 140
Pasal 141
Pasal 142
Tata cara dan ketentuan lebih lanjut tentang peran masyarakat dalam
penataan ruang di daerah dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
BAB X
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 143
BAB XI
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 144
BAB XII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 145
(1) Setiap pejabat yang menerbitkan izin tidak sesuai dengan rencana
tata ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 125 dipidana
sebagaimana dimaksud dalam pasal 73 ayat (1) dan ayat (2) Undang-
Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; dan
(2) Setiap orang yang memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan rencana
tata ruang sehingga mengakibatkan perubahan fungsi ruang,
kerugian terhadap harta benda atau kerusakan barang, dan/atau
kematian orang sebagaimana dimaksud dalam pasal 138 huruf a,
huruf b, huruf c, dan huruf d dipidana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 69 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3), Pasal 70 ayat (1), ayat (2), ayat
(3) dan ayat (4), Pasal 71, Pasal 72, Pasal 74 ayat (1) dan ayat (2) dan
Pasal 75 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang.
BAB XIII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 146
BAB XIV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 147
B A B XV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 148
BUPATI BUNGO,
H. SUDIRMAN ZAINI
H. RIDWAN IS
PENJELASAN ATAS
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BUNGO
TAHUN 2013-2033
I. Penjelasan Umum
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Cukup jelas
Pasal 3
Cukup jelas
Pasal 4
Cukup jelas
Pasal 5 ................... 107
107
Pasal 5
Cukup jelas
Pasal 6
Cukup jelas
Pasal 7
Perwujudan tujuan ini merupakan upaya untuk
mewujudkan wilayah pembangunan yang berkembang
dengan mempertimbangkan potensi daerah dan
memperhatikan kelestarian alamnya.
Pasal 8
Cukup jelas
Pasal 9
Cukup jelas
Pasal 10
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan rencana struktur ruang
adalah gambaran struktur ruang yang dikehendaki
untuk dicapai pada akhir tahun rencana, yang
mencakup struktur ruang yang ada (eksisting) dan
yang akan dikembangkan 20 (dua puluh) tahun ke
depan.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 11
Cukup jelas
Pasal 12
Cukup jelas
Pasal 13
Cukup jelas
Pasal 14
Cukup jelas
Pasal 15
Cukup jelas
Pasal 16
Cukup jelas
Pasal 17
Cukup jelas
Pasal 18
Cukup jelas
Pasal 19
Cukup jelas
Pasal 20
Cukup jelas
Pasal 21
Cukup jelas
Pasal 22
Cukup jelas
Pasal 23
Cukup jelas
Pasal 24 ..................... 108
108
Pasal 24
Cukup jelas
Pasal 25
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Tempat penampungan sementara dikembangkan
sebagai tempat pengolahan sampah terpadu (TPST)
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup jelas
Pasal 26
Cukup jelas
Pasal 27
Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai
fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga
kehidupan untuk mengatur tata air, mencegahbanjir,
mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan
memelihara kesuburan tanah.
Pasal 28
Cukup jelas
Pasal 29
Kawasan resapan air adalah daerah yang mempunyai
kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga
merupakan tempat pengisian air bumi (akifer) yang
berguna sebagai sumber air.
Kawasan resapan air diperuntukkan bagi kegiatan
pemanfaatan tanah yang dapat menjaga kelestarian
ketersediaan air bagi daerah yang terletak di wilayah
bawahannya.
Pasal 30
Cukup jelas
Pasal 31
Cukup jelas
Pasal 32
Cukup jelas
Pasal 33
Hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai
fungsi pokok memproduksi hasil hutan
Pasal 34
Cukup jelas
Pasal 35
Cukup jelas
Pasal 36
Cukup Jelas
Pasal 37
Kawasan peruntukan pertambangan adalah kawasan
dengan luas tertentu yang digunakan untuk pemusatan
kegiatan pertambangan. Tujuan pengelolaan kawasan ini
adalah untuk memanfaatkan sumberdaya mineral dan
energi untuk masyarakat, dengan tetap memelihara
sumberdaya sebagai cadangan pembangunan yang
berkelanjutan dan tetap memperhatikan kaidah-kaidah
kelestarian lingkungan.
Pasal 38
Kawasan Peruntukan Industri adalah Bentangan lahan
yang diperuntukan bagi kegiatan industri berdasarkan
Rencana Tata Ruang Wilayah yang ditetapkan oleh
Pemerintah Kabupaten Bungo.
Pasal 39
Kawasan peruntukan pariwisata adalah kawasan dengan
luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk
memenuhi kebutuhan pariwisata.
Pasal 40
Kawasan permukiman adalah kawasan di luar kawasan
lindung yang diperlukan sebagai lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan hunian yang berada di daerah
perkotaan atau perdesaan
Pasal 41
Cukup jelas
Pasal 42
Cukup jelas
Pasal 43
Cukup jelas
Pasal 44
Cukup jelas
Pasal 45
Cukup jelas
Pasal 46
Indikasi program adalah program-program pembangunan
yang dibutuhkan untuk mewujudkan struktur dan pola
pemanfaatan ruang seperti yang terjabarkan dalam
rencana tata ruang
Pasal 47
Cukup jelas
Pasal 48
Cukup jelas
Pasal 49
Cukup jelas
Pasal 50
Cukup jelas
Pasal 51
Cukup jelas
Pasal 52
Cukup jelas
Pasal 53
Cukup jelas
Pasal 54
Cukup jelas
Pasal 55
Cukup jelas
Pasal 56
Cukup jelas
Pasal 57
Cukup jelas
Pasal 58
Cukup jelas
Pasal 59
Cukup jelas
Pasal 60
Cukup jelas
Pasal 61
Cukup jelas
Pasal 62
Cukup jelas
Pasal 63
Cukup jelas
Pasal 64
Cukup jelas
Pasal 65
Cukup jelas
Pasal 66
Cukup jelas
Pasal 67
Cukup jelas
Pasal 68
Cukup jelas
Pasal 69
Cukup jelas
Pasal 70
Cukup jelas
Pasal 71
Cukup jelas
Pasal 72
Cukup jelas
Pasal 73
Cukup jelas
Pasal 74
Cukup jelas
Pasal 75 ..................... 111
111
Pasal 75
Cukup jelas
Pasal 76
Cukup jelas
Pasal 77
Cukup jelas
Pasal 78
Cukup jelas
Pasal 79
Cukup jelas
Pasal 80
Pengendalian pemanfaatan ruang dimaksudkan agar
pemanfaatan ruang dilakukan sesuai dengan rencana tata
ruang.
Peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur
pemanfaatan ruang dan unsur-unsur pengendalian yang
disusun untuk setiap zona peruntukan sesuai dengan
rencana rinci tata ruang. Peraturan zonasi berisi
ketentuan yang harus, boleh, dan tidak boleh
dilaksanakan pada zona pemanfaatan ruang yang dapat
terdiri atas ketentuan tentang amplop ruang (koefisien
dasar ruang hijau, koefisien dasar bangunan, koefisien
lantai bangunan, dan garis sempadan bangunan),
penyediaan sarana dan prasarana, serta ketentuan lain
yang dibutuhkan untuk mewujudkan ruang yang aman,
nyaman, produktif, dan berkelanjutan.
Untuk mengendalikan perkembangan kawasan budi daya
yang dikendalikan pengembangannya, diterapkan
mekanisme disinsentif secara ketat, sedangkan untuk
mendorong perkembangan kawasan yang didorong
pengembangannya diterapkan mekanisme insentif
Pasal 81
Cukup jelas
Pasal 82
Cukup jelas
Pasal 83
Cukup jelas
Pasal 84
Cukup jelas
Pasal 85
Cukup jelas
Pasal 86
Cukup jelas
Pasal 87
Cukup jelas
Pasal 88
Cukup jelas
Pasal 89
Cukup jelas
Pasal 90
Cukup jelas
Pasal 91 ................... 112
112
Pasal 91
Cukup jelas
Pasal 92
Cukup jelas
Pasal 93
Cukup jelas
Pasal 94
Cukup jelas
Pasal 95
Cukup jelas
Pasal 96
Cukup jelas
Pasal 97
Cukup jelas
Pasal 98
Cukup jelas
Pasal 99
Cukup jelas
Pasal 100
Cukup jelas
Pasal 101
Cukup jelas
Pasal 102
Cukup jelas
Pasal 103
Cukup jelas
Pasal 104
Cukup jelas
Pasal 105
Cukup jelas
Pasal 106
Cukup jelas
Pasal 107
Cukup jelas
Pasal 108
Cukup jelas
Pasal 109
Cukup jelas
Pasal 110
Cukup jelas
Pasal 111
Cukup jelas
Pasal 112
Cukup jelas
Pasal 113
Cukup jelas
Pasal 114
Cukup jelas
Pasal 115
Cukup jelas
Pasal 116
Cukup jelas
Pasal 117
Cukup jelas
Pasal 118
Cukup jelas
Pasal 119
Cukup jelas
Pasal 120
Cukup jelas
Pasal 121
Cukup jelas
Pasal 122
Cukup jelas
Pasal 123
Cukup jelas
Pasal 124
Cukup jelas
Pasal 125
Cukup jelas
Pasal 126
Cukup jelas
Pasal 127
Cukup jelas
Pasal 128
Cukup jelas
Pasal 129
Cukup jelas
Pasal 130
Cukup jelas
Pasal 131
Cukup jelas
Pasal 132
Cukup jelas
Pasal 133
Cukup jelas
Pasal 134
Cukup jelas
Pasal 135
Cukup jelas
Pasal 136
Cukup jelas
Pasal 137
Cukup jelas
Pasal 138
Huruf a
Mentaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan
dimaksudkan sebagai kewajiban setiap orang untuk
memiliki izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang
berwenang sebelum pelaksanaan pemanfaatan ruang.
Huruf b
Memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan
ruang dimaksudkan sebagai kewajiban setiap orang
untuk melaksanakan pemanfaatan ruang sesuai
dengan fungsi ruang yang tercantum dalam izin
pemanfaatan ruang.
Huruf c
Mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam
persyaratan izin pemanfaatan ruang dimaksudkan
sebagai kewajiban setiap orang untuk memenuhi
ketentuan kualitas ruang.
Huruf d
Pemberian akses dimaksudkan untuk menjamin agar
masyarakat dapat mencapai kawasan yang dinyatakan
dalam peraturan perundang-undangan sebagai milik
umum. Kewajiban memberikan akses dilakukan
apabila memenuhi syarat berikut:
1. untuk kepentingan masyarakat umum; dan/atau
2. tidak ada akses lain menuju kawasan dimaksud.
Pasal 139
Cukup jelas
Pasal 140
Cukup jelas
Pasal 141
Cukup jelas
Pasal 142
Cukup jelas
Pasal 143
Cukup jelas
Pasal 144
Pejabat yang dimaksud adalah pejabat pemerintah dan
pemerintah daerah yang berwenang memberikan izin.
Pasal 145
Cukup jelas
Pasal 146
Cukup jelas
Pasal 147
Cukup jelas
Pasal 148
Cukup jelas