Anda di halaman 1dari 43

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN
PERATURAN DAERAH KOTA BATU

TENTANG
PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN
SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

Disusun oleh tim:


(14) Anisah Fa'iq Yudaisnani 195010100111201
(30) Aulia Dian Novianti 195010101111164
(36) Alfina Khoirun Nisa 195010107111077
(37) Raissa Milania Dewi 195010107111091
(51) Feliana Damai Yanti 195010107111196

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PERGURUAN TINGGI


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS HUKUM
MALANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena hanya atas karunia dan rahmat-Nya, penyusunan Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kota Batu tentang Pengelolaan dan
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum dapat diselesaikan dengan baik
dan lancar. Naskah Akademik ini disusun sebagai dasar pertanggungjawaban
ilmiah terhadap penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Kota Batu tentang
Pengelolaan dan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum sekaligus guna
memenuhi persyaratan pengajuan Rancangan Peraturan Daerah sebagaimana
ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.
Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Kota Batu tentang
Pengelolaan dan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum ini tidak lepas
dari fakta empiris bahwa masih terdapat permasalahan penyediaan air minum
pada daerah-daerah tertentu di Kota Batu. Dengan penyusunan Rancangan
Peraturan Daerah Kota Batu tentang Pengelolaan dan Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum ini diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan
penyediaan air minum di Kota Batu, sekaligus memberikan implikasi positif
bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, memeratakan pembangunan,
dan memperkuat jaringan kemitraan antara masyarakat, pemerintah, dan
pihak lain yang terkait.
Terakhir, kami menyampaikan terima kasih kepada seluruh anggota Tim
Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kota Batu
tentang Pengelolaan dan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, yang
telah bekerja keras menyelesaikan tugasnya dengan baik. Terima kasih juga
kami sampaikan kepada semua pihak khususnya kepada Bapak Muhammad
Dahlan, SH., MH. selaku dosen kami, yang telah memberikan sumbangan
saran serta pemikiran, hingga tersusunnya Naskah Akademik Rancangan
Peraturan Daerah Kota Batu tentang Pengelolaan dan Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum dapat selesai. Harapan kami, Naskah Akademik
i
Rancangan Peraturan Daerah Kota Batu tentang Pengelolaan dan
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum ini dapat bermanfaat tidak
hanya bagi kami, namun juga bagi masyarakat Kota Batu dalam penyelesaian
permasalahan terkait.
Dalam penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah
Kota Batu tentang Pengelolaan dan Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum ini, kami menyadari bahwa penyusunan ini akan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan partisipasi aktif dari pembaca
khususnya masyarakat untuk turut menyumbangkan kritik dan saran serta
pengetahuannya supaya penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Kota Batu
tentang Pengelolaan dan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum dapat
lebih baik lagi.

Malang, 12 Oktober 2021

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Identifikasi Masalah 3
Tujuan dan Kegunaan 4
Metode Penyusunan 5
BAB II 7
KAJIAN TEORITIS & PRAKTIK EMPIRIS 7
Penyelenggaran Pemerintahan Yang Baik Dan Benar 7
Tata Pengelolaan Air Minum Di Kota Batu 8
BAB III 12
EVALUASI & ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT 12
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2Ol4 tentang
Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja 13
Undang-Undang Nomor 11 tahun 2012 tentang Pembentukan
Peraturan-Perundang-undangan 14
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air 14
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 429/MENKES/PER/IV/2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum 16
Peraturan Daerah Kota Batu Nomor 8 Tahun 2018 Tentang Sistem Penyediaan Air
Minum 16
BAB IV 18
LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS 18
Landasan Filosofis 18
Landasan Sosiologis 20
Landasan Yuridis 21
BAB V 23

iii
JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP 23
MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH KOTA 23
Ketentuan Umum Memuat Rumusan Akademik Mengenai Pengertian Istilah, dan
Frasa 23
B. Ruang Lingkup 25
C. Materi yang akan diatur 26
D. Ketentuan Peralihan 29
BAB VI 30
PENUTUP 30
Kesimpulan 30
Saran 37
DAFTAR PUSTAKA 38

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan sumber daya,
baik itu sumber daya manusia atau pun sumber daya alam. Kekayaan
alam yang melimpah ini digunakan untuk kemakmuran seluruh rakyat
Indonesia namun penguasaannya ada pada negara, sebagaimana diatur
dalam Pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 (UUD 1945) yaitu “Bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat”.
Sumber daya alam merupakan hasil alam yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan manusia sebagai makhluk hidup agar tetap hidup
dan menjalankan aktivitas dengan baik. Sumber daya alam memiliki
banyak macamnya salah satunya adalah Air.
Air merupakan salah satu elemen paling penting dalam hal
kebutuhan manusia dan termasuk keadalam kebutuhan primer yang
mana kebutuhan ini paling penting dan utama diatas kebutuhan
sekunder maupun tersier. Sumber Daya Air ini diperoleh dari Laut (air
asin), lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung), sungai,
danau dan melalui banyak elemen lainnya. Air digunakan di hampir
setiap aktivitas manusia seperti minum, mandi, memasak, bahkan
untuk menjalankan mesin tertentu. Namun, dari banyaknya kegunaan
tersebut yang paling sering dilakukan manusia menggunakan air adalah
sebagai air minum.
Air minum ini digunakan agar cairan di tubuh manusia tercukupi
dan untuk menghindari dehidrasi bahkan jika kekurangan air bisa

1
terkena penyakit yang lebih parah daripada dehidrasi oleh karena itu air
merupakan sumber daya alam yang harus dijaga dan tetap dilakukan
Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan terhadap air minum agar
tetap dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia.
Menjadi salah satu elemen yang dibutuhkan manusia tidak sedikit
pula manusia mendapatkan air dengan cara yang salah dan berakibat
pada rusaknya mutu air, kekeringan, hingga kekurangan air. Salah satu
dari banyak penyebabnya adalah karena kegiatan penggalian sumur bor
yang terjadi di Kota Batu. Akhir waktu ini, Kota Batu yang yang terkenal
sebagai kota yang memiliki air bersih yang melimpah ruah di Kota Batu
hingga menjadikan Kota Batu sebagai kota yang bisa mengekspor air
bersih dari kota hingga ke Kota Malang dan Kabupaten Malang sedang
menghadapi masalah krisis air minum dan air bersih di beberapa
kecamatannya.
Kota Batu sendiri, meski menjadi sentra pariwisata andalan Jawa
Timur, ternyata tidak luput dari masalah krisis air minum dan air
bersih. Bahkan, permasalahan air minum ini sejatinya juga merupakan
dampak dari kemajuan ekonomi yang dialami oleh Kota Batu. Persoalan
lingkungan yang menjadi alasan menurunnya ketersediaan air minum di
Kota Batu terutama pada kecamatan-kecamatan yang terletak di daerah
terpencil ini banyak disebabkan oleh pembangunan yang pesat. Begitu
banyak eksploitasi air yang dilakukan tanpa memperhatikan
kepentingan yang berkelanjutan.
Krisis air minum dan air bersih di beberapa kecamatan di Kota
Batu ini tidak lepas dari kebijakan strategis yang seharusnya
diupayakan untuk kemakmuran masyarakat Kota Batu itu sendiri.
Pengelolaan air minum khususnya di Kota Batu dikelola oleh
Perusahaan Daerah Air Minum Kota Batu yang terbentuk berdasarkan
Peraturan Daerah Kota Batu Nomor. 8 Tahun 2018 tentang Sistem

2
Penyediaan Air Minum dengan tujuan sebagai salah satu usaha untuk
memenuhi kebutuhan di bidang air bersih di Kota Batu dan memiliki
misi untuk mendistribusikan air minum yang memenuhi persyaratan
kesehatan kepada masyarakat secara merata, tertib dan teratur. Sejauh
ini PDAM Kota Batu telah menunjukkan hasil kerja dengan baik namun
dewasa ini PDAM Kota Batu sedang mengalami krisis dikarenakan di
Kota Batu sendiri terdapat kecamatan didaerah terpencil yang tidak
mendapat jatah air minum dengan baik bahkan di kecamatan yang bisa
terbilang tidak terpencil sedang mengalami krisis kekurangan air,
penurunan kualitas air hingga penurunan debit air sehingga
menyebabkan air macet di beberapa daerah.
Tentunya, dengan mempertimbangkan beberapa permasalahan di
atas, diperlukan upaya untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
sebab kesejahteraan masyarakat umum baik secara lahiriah maupun
batiniah merupakan salah satu wujud dari tujuan nasional bangsa
Indonesia yang terus dicita-citakan hingga saat ini. Cita-cita tersebut
tidak akan dapat tercapai tanpa adanya suatu upaya untuk
mewujudkannya. Untuk itu, diperlukan suatu rangkaian upaya berupa
pembangunan yang ekstensif, terarah, dan terorganisir secara efektif.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, terdapat
permasalahan yang dapat diidentifikasi untuk kebutuhan penyusunan
Naskah Akademik ini, yaitu:
1. Bagaimana perkembangan teori tentang pengelolaan air minum
serta bagaimana praktik empiris pengelolaan air minum di Kota
Batu?
2. Bagaimana peraturan perundang-undangan yang terkait dengan
pengelolaan air minum saat ini?

3
3. Apa yang menjadi pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis,
dan yuridis dari pembentukan RUU Pengelolaan Air Minum di
Kota Batu?
4. Apa yang menjadi sasaran, jangkauan, arah pengaturan, dan
materi muatan yang perlu diatur dalam RUU Pengelolaan Air
Minum di Kota Batu?

C. Tujuan dan Kegunaan


Sesuai dengan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas,
tujuan penyusunan Naskah Akademik adalah sebagai berikut:
1. mengetahui perkembangan teori tentang Air Minum dan praktik
empiris serta urgensi pembentukan undang undang Air Minum
dalam menjawab kebutuhan;
2. mengetahui kondisi peraturan perundang-undangan yang terkait
dengan pengelolaan air minum saat ini;
3. merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis,
yuridis, pembentukan RUU Air Minum;
4. merumuskan sasaran, ruang lingkup pengaturan, jangkauan,
arah pengaturan, dan materi muatan dalam RUU Air Minum.
Naskah Akademik RUU Air Minum diharapkan dapat digunakan sebagai
bahan bagi penyusunan draf RUU Air Minum yang akan menggantikan
(seluruh atau sebagian materi muatan) Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 tentang Percepatan
Penyediaan Air Minum dan Sanitasi.

4
D. Metode Penyusunan
Dalam melakukan penyusunan Naskah Akademik dilakukan
penelitian atau pengkajian terhadap permasalahan krisis air minum dan
air bersih di Kota Batu, dengan menggunakan metode pendekatan
yuridis normatif dan metode yuridis empiris. Metode pendekatan yuridis
normatif melalui studi kepustakaan dengan menelaah data sekunder,
berupa peraturan perundang-undangan atau dokumen hukum lainnya,
dan hasil penelitian, pengkajian, serta referensi lainnya yang berkaitan
dengan permasalahan ini. Metode pendekatan yuridis empiris dilakukan
terhadap keadaan yang sebenarnya di dalam masyarakat yang
berdasarkan pada perilaku masyarakat dengan menemukan fakta-fakta
untuk dijadikan data penelitian yang kemudian dianalisis untuk
mengindentifikasi masalah yang kemudian akan menjadi penyelesaian
masalah.
Metode yuridis empiris atau sosiolegal adalah penelitian yang
diawali dengan penelitian normatif atau penelaahan terhadap Peraturan
Perundang-undangan (normatif) yang dilanjutkan dengan observasi yang
mendalam untuk mendapatkan data faktor non-hukum yang terkait dan
yang berpengaruh terhadap Peraturan Perundang-undangan yang
diteliti. Metode ini dilandasi oleh sebuah teori bahwa hukum yang baik
yang juga berlandaskan pada kenyataan yang ada dalam masyarakat,
bukan semata-mata merupakan kehendak penguasa saja.
Penelitian dalam naskah akademik ini menggunakan pendekatan
peraturan perundang-undangan (statute approach) yang mana
pendekatan ini dilakukan dengan menelaah semua peraturan
perundang-undangan dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu
hukum yang ditangani. Selain itu penelitian ini juga menggunakan
pendekatan kasus (case approach). Pendekatan kasus bertujuan untuk
mempelajari penerapan norma-norma atau kaidah hukum yang

5
dilakukan dalam praktik hukum. Terutama mengenai kasus-kasus yang
telah diputus sebagaimana yang dapat dilihat dalam yurisprudensi
terhadap perkara-perkara yang menjadi fokus penelitian, yaitu perkara
krisis air minum di Kota Batu.

6
BAB II
KAJIAN TEORITIS & PRAKTIK EMPIRIS

A. Penyelenggaran Pemerintahan Yang Baik Dan Benar


Pemerintah adalah salah satu dari elemen suatu negara yang
mempunyai fungsi memformulasikan, mengekspresikan dan
merealisasikan keinginan rakyat yang oleh Beloff dan Peele dijabarkan
menjadi tujuh fungsi pemerintah yaitu: a) Defence, law and order; b)
Taxation; c) Provision of welfare service; d) Protection of individuals;
e)Regulating the economy; f) Provision of certain economic services; and g)
Development of human and physical resouces.
Keberadaan pemerintahan harus ditopang pada sebuah sistem
kelembagaan yang bersih (good governance). Konsep good governance
mengemuka menjadi paradigma tidak dapat dilepaskan dari adanya
konsep governance, yang menurut sejarah pertama kali diadopsi oleh
para praktisi di lembaga pembangunan internasional, yang mengandung
konotasi kinerja efektif yang terkait dengan manajemen publik dan
korupsi. Di dalam literatur governance didefinisikan secara variatif oleh
beberapa penulis dan beberapa lembaga nasional maupun dunia.
Pemerintahan yang baik (good governance) adalah merupakan
proses menyelenggarakan kekuasaan negara dalam melaksanakan
penyediaan publik good and service disebut governance (pemerintahan
atau kepemerintahan) sedangkan praktik terbaik disebut dengan “good
governance” (kepemimpinan yang baik). Agar good governance dapat
menjadi kenyataan dan berjalan dengan baik, maka dibutuhkan
komitmen dan keterlibatan semua pihak yaitu pemerintahan dan
masyarakat. Suatu sistem good governance di dalam pelaksanaan

7
pemerintahan berorientasi di antara lain yaitu: Pertama, orientasi ideal
negara yang diarahkan pada pencapaian tujuan nasional. Kedua,
pemerintahan yang berfungsi secara ideal, yaitu secara efektif dan
efisien dalam melakukan upaya mencapai tujuan nasional. Ketiga,
pengawasan.
Terselenggaranya pemerintahan yang baik dan benar ini sejalan
dengan prinsip kebutuhan hukum dan masyarakat dewasa ini bahwa
pemerintahan yang baik tentunya adalah pemerintahan yang dapat
memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakatnya.
B. Tata Pengelolaan Air Minum Di Kota Batu
Tidak dapat dikesampingkan bahwa air merupakan salah satu
kebutuhan yang sangat vital dan mutlak diperlukan oleh semua
makhluk hidup terutama manusia. Dalam kehidupan sehari-hari
manusia tidak mungkin terlepas dari kebutuhannya akan air. Karena
itulah penyediaan air bersih sangat diperlukan untuk keperluan minum.
Undang-Undang Nomor. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup menyatakan bahwa dalam rangka mendayagunakan
sumber daya alam untuk memajukan kesejahteraan umum seperti yang
diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan untuk mencapai
kebahagiaan hidup berdasarkan Pancasila, perlu dilakukan
pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup
berdasarkan kebijakan nasional yang terpadu dan meyeluruh dengan
memperhitungkan kebutuhan generasi masa kini dan masa akan
datang.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air di
dalam konsideran menimbang antara lain menyebutkan bahwa dalam
menghadapi ketidakseimbangan antara ketersediaan air yang cenderung
menurun dengan kebutuhan air yang semakin meningkat, sumber daya

8
air wajib dikelola dengan memperhatikan fungsi sosial, lingkungan
hidup, dan ekonomi secara selaras. Pengelolaan sumber daya air perlu
diarahkan untuk mewujudkan sinergi dan keterpaduan yang harmonis
antar wilayah, antar sektor dan antar generasi. Selain itu masyarakat
juga perlu diberi peran dalam pengelolaan sumber daya air.
Dalam pengelolaan air minum tidak terlepas dari pengelolaan
sumber daya air secara keseluruhan, dimana untuk menjamin
terselenggaranya pengelolaan sumber daya air yang dapat memberikan
manfaat sebesar-besarnya untuk kepentingan masyarakat dalam segala
bidang kehidupan disusun pola pengelolaan sumber daya air. Pola
pengelolaan sumber daya air disusun berdasarkan wilayah mata air,
sungai, danau ataupun gunung. Air baku ini tidak semerta-merta dapat
langsung digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih dalam
kehidupan sehari-hari. Namun air baku akan mengalami proses
pengolahan terlebih dahulu untuk menjaga kualitas dari air tersebut.
Pola pengelolaan sumber daya air didasarkan pada prinsip
keseimbangan antara upaya konservasi dan pendayagunaan sumber
daya air.
Pengelolaan sumber daya air adalah upaya merencanakan,
melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi penyelenggarakan
konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan
pengendalian daya rusak air. Pola pengelolaan sumber daya air adalah
kerangka dasar dalam merencanakan, melaksanakan, memantau, dan
mengevaluasi penyelenggarakan konservasi sumber daya air,
pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air.
Air bersih merupakan air yang dapat digunakan untuk keperluan
sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat-syarat kesehatan dan
dapat diminum apabila telah masak. Sedangkan yang dinamakan air

9
minum adalah air yang melalui proses pengelolaan atau tahapan proses
pengelolaan memenuhi syarat kesehatan dan langsung diminum.
Dalam hal pendayagunaan sumber daya air dilakukan
melakui kegiatan penatagunaan, penyediaan, pengunaan,
pengembangan, dan pengusahaan sumber daya air dengan mengacu
pada pengelolaan sumber daya air yang ditetapkan pada setiap wilayah
sungai. Pendayagunaan sumber daya air ditujukan untuk
memanfaatkan sumber daya air secara berkelanjutan dengan
mengutamakan pemenuhan kebutuhan pokok kehidupan masyarakat
secara adil. Pendayagunaan sumber daya air dilakukan secara terpadu
dan adil, baik antar sektor, antar wilayah maupun antar kelompok
dalam masyarakat dengan mendorong pola kerjasama. Pendayagunaan
sumberdaya air dilakukan dengan mengutamakan fungsi sosial untuk
mewujidkan keadilan memperhatikan prinsip pamanfaatan air
membayar biaya jasa pengelolaan sumber daya air dan dan dengan
melibatkan peran masyarakat.
Sebagai pertimbangan tentunya bahwa, sistem penyediaan air
minum (SPAM) sebagai salah satu pemanfaatan sumber daya air dan
pengelolaan sanitasi sebagai salah satu bentuk perlindungan dan
pelestarian terhadap sumber daya air. Hal ini sebagai bagaian tanggung
jawab pemerintah daerah dalam mewujudkan kesejahteraan bagi
masyarakat dan juga menjadi bagian peningkatan APBD. Pengembangan
SPAM yang merupakan tanggungjawab Pemerintah dan Pemerintah
Daerah diselenggarakan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan
masyarakat dengan menjamin kebutuhan pokok air minum masyarakat
yang memenuhi syarat kualitas, syarat kuantitas, dan syarat
kontinuitas. Didalam penyelenggaraannya SPAM dilakukan secara
terpadu dengan Prasarana dan Sarana Sanitasi guna melindungi air
baku untuk penyediaan air minum rumah tangga. Keterpaduan tersebut

10
dimulai dari penyusunan kebijakan dan strategi serta tahapan-tahapan
penyelenggaraan yang meliputi tahapan perencanaan, pelaksanaan
konstruksi, pengoperasian/pengelolaan, pemeliharaan dan rehabilitasi
serta pemantauan dan evaluasi. Hal ini menjadi tanggung jawab
pelaksanaanya ada pada pemerintah daerah tentunya.

11
BAB III
EVALUASI & ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT

Dalam pembentukan sebuah Peraturan Daerah baru perlu adanya


legitimasi secara normatif yang berasal dari Peraturan Perundang-undangan
yang berkaitan dengan Peraturan Daerah yang akan dibentuk, baik dari
Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi maupun yang posisinya
sejajar selama terdapat hubungan kasualitas diantara Peraturan Daerah yang
akan disusun dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku tersebut.
Hal tersebut berfungsi unruk mengetahui kondisi hukum yang ada sehingga
tercipta harmonisasi antara Peraturan Perundang-undangan dengan
Peraturan Daerah baik secara vertikal maupun horizontal. Kajian terhadap
Peraturan Perundang-undangan ini dimaksudkan untuk mengetahui secara
spesifik kondisi hukum yang ada pada Peraturan Perundang-undangan yang
mengatur mengenai substansi yang akan diatur dalam Peraturan Daerah ini.
Dalam menetapkan suatu aturan hukum selain legitimasi secara
normative tersebut perlu ditelaah mengenai legitimasi secara empiris dengan
memperhatikan mengenai efektivitas dari sebuah peraturan tersebut.
Efektivitas dari sebuah peraturan tersenut dapat dilihat dari bagaimana
masyarakat bersikap terhadap suatu peraturam, penerapan yang dilakukan
pejabat hukum dan aparat, dan substansi dari peraturan yang harus relevan
dengan kondisi pada saat peraturan berlaku serta tidal bertentangan dengan
Peraturan Perundang-undangn lain yang berlaku.
Dengan memperhatikan hal yang digambarkan di atas, maka untuk
merumuskan Rancangan Peraturan Daerah Kota Batu tentang Air Minum di
Kota Batu diperlukan analisis terhadap Peraturan Perundang-undangan yang
berlaku. Adapun analisa tersebut dapat disajikan sebagai berikut:

12
1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2Ol4 tentang Pemerintahan Daerah dan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
Yang diamksud dengan pemerintahan daerah dalam
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan dewan perwakilan rakyat
daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip
otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam
menyelenggarakan dan mengatur urusan daerah tersebut pemerintahan
daerah diberikan hak, wewenang, serta kewajiban yang sesuai dengan
kepentingan serta kebutuhan masyarakat. Adapun hak, wewenang, dan
kewajiban tersebut adalah urusan mengenai apatur daerah, memungut
pajak dan retribusi daerah, mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan
sumber daya yang ada pada daerah, mendapatkan sumber pendapatan
lain yang sah, melindungi masyarakat dan menjaga persatuan, kesatuan
dan kerukunan nasional, serta keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia, meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat daerah,
mengembangkan kehidupan demokrasi, mewujudkan keadilan,
meningkatkan pelayanan pendidikan, menyediakan fasilitas kesehatan,
sosial, dan umum yang layak, mengembangkan jaminan sosial,
merencanakan tata ruang daerah, mengembangkan sumber daya
produktif, melestarikan lingkungan hidup, mengelola administrasi
daerah, melestarikan nilai sosial budaya, membentuk dan menerapkan
peraturan perundang-undangan sesuai dengan kewenangannya, serta
hak dan kewajiban lain yang telah diatur dalam peraturan
perundang-undangan.

13
Pengaturan mengenai penyediaan air minum yang ada di Kota
Batu merupakan bentuk aplikasi dari hak dan kewajiban Pemerintah
Daerah dalam menyediakan fasilitas sosial dan umum yang layak,
menyusun perencanaan dan tata ruang daerah, serta melestarikan
lingkungan hidup. Dalam pemenuhan hak dan kewajiban tersebut maka
Pemerintah Daerah melaksanakan kewajibannya dalam membentuk dan
menerapkan peraturan perundang-undangan agar sistem pemenuhan
kebutuhan air minum masyarakat Kota Batu dapat terpenuhi dengan
lebih baik dan efektif.
2. Undang-Undang Nomor 11 tahun 2012 tentang Pembentukan
Peraturan-Perundang-undangan
Dalam pembentukan suatu produk peraturan
perundang-undangan yang dilakukan oleh Pemerintah daerah harus
sesuai dengan ketentuan yang ada pada Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2012 tentang Pembentukan Peraturan-Perundang-undangan,
terutama mengenai asas-asas formil dan materiil dalam pembentukan
peraturan perundang-undangan yang baik. Adapun asas formil tersebut
adalah kejelasan tujuan, kelembagaan atau pejabat pembentuk yang
tepat, kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan, dapat
dilaksanakan, kedayagunaan dan kehasilgunaan, kejelasan rumusan,
serta keterbukaan. Asas materiil yang diamksud adalah pengayoman,
kemanusiaan, kebangsaan, kekeluargaan, kenusantaraan, bhinneka
tunggal ika, keadilan, kesamaan kedudukan dalam hukum dan
pemerintahan, ketertiban dan kepastian hukum, dan keseimbangan,
keserasian, serta keselarasan.
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air
Yang dimaksud dengan air minum dalam Undang-Undang Nomor
17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air adalah air yang melalui

14
pengolahan atau tanpa pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan
dan dapat langsung diminum. Adapun yang dimaksud dengan sumber
Daya Air adalah tempat atau wadah Air alami dan/ atau buatan yang
terdapat pada, di atas, atau di bawah permukaan tanah. Sistem
Penyediaan Air Minum tersebut adalah satu kesatuan sarana dan
prasarana penyediaan air minum.
Di dalam Pasal 8 Ayat 2 Huruf c disebutkan bahwa penggunaan
Sumber Daya Air untuk kebutuhan usaha guna memenuhi kebutuhan
pokok sehari-hari melalui Sistem Penyediaan Air Minum merupakan hak
rakyat atas air yang diprioritaskan oleh negara. Oleh sebab itu pada
Penjelasan Atas Undang-Undang Nomor 17 tahun 2019 disebutkan
bahwa Atas dasar penguasaan negara terhadap Sumber Daya Air,
Pemerintah Pusat dan/ atau Pemerintah Daerah diberi tugas dan
wewenang untuk mengatur dan mengelola Sumber Daya Air, termasuk
tugas untuk memenuhi kebutuhan pokok minimal sehari-hari atas Air
bagi masyarakat. Di samping itu, Undang-Undang ini juga memberikan
kewenangan Pengelolaan Sumber Daya Air kepada pemerintah desa,
atau yang disebut dengan nama lain, untuk membantu pemerintah
dalam Pengelolaan Sumber Daya Air serta mendorong prakarsa dan
partisipasi masyarakat desa dalam Pengelolaan Sumber Daya Air di
wilayahnya. Sebagian, tugas dan wewenang Pemerintah Pusat dan/atau
Pemerintah Daerah dalam mengelola Sumber Daya Air yang meliputi
satu Wilayah Sungai dapat ditugaskan kepada Pengelola Sumber Daya
Air yang dapat berupa unit pelaksana teknis kementerian/unit
pelaksana teknis daerah atau badan usaha milik negara/ badan usaha
milik daerah di bidang Pengelolaan Sumber Daya Air. Oleh sebab itu
pula Pemerintah Kota batu perlu melakukan pengaturan mengenai
pengadaan air minum di Kota Batu sebagai salah satu bentuk
pengelolaan sumber daya air.

15
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 429/MENKES/PER/IV/2010
tentang Persyaratan Kualitas Air Minum
Mengenai penyelenggaraan air minum Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 429/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum memberikan definisi bahwa yang dimaksud dengan
Penyelenggara air minum adalah badan usaha milik negara/badan
usaha milik daerah. Koperasi, badan usaha swasta, usaha perorangan,
kelompok masyarakat dan/atau individual yang melakukan
penyelenggaraan penyediaan air minum. Menimbang pula pada
peraturan yang sama Pemerintah daerah dapat menetapkan parameter
tambahan mengenai kondisi air yang sehat dan memberikan sanksi
administratif kepada penyelenggara air minum yang tidak memenuhi
persyaratan yang telah dilampirkan pada peraturan tersebut.
Menimbang bahwa pengawasan kualitas air minum dilakukan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau oleh KKP khusu untuk wilayah
kerja KKP dan bahwa kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksaan peraturan
tersebut bersama dengan Menteri dan Kepala BPOM, serta diketahui
bahwa Kepala Dinas Daerah bertanggungjawab kepada Kepala Daerah,
maka pengadaan air minum pada daerah Kota Batu perlu diatur agar
sesuai dengan ketentuan-ketentuan serta lampiran yang ada pada
peraturan tersebut.
5. Peraturan Daerah Kota Batu Nomor 8 Tahun 2018 Tentang Sistem
Penyediaan Air Minum
Dalam Peraturan Daerah Kota Batu Nomor 8 Tahun 2018 telah
diatur mengenai sistem penyediaan air minum pada wilayah kota batu,
namun dalam penerapaanya peraturan daerah ini belum bisa
menanggulangi permasalahan krisis air yang terjadi di kota batu.
Permasalahan utama yang menyebabkan krisis air pada kota wisata

16
tersebut tidak lain adalah Industri Pariwisata Berbasis Kapital, dimana
lingkungan menjadi korbang dari pembangunan oleh industri pariwisata
yang masif. Eksploitasi air yang dilakukan oleh industri pariwisata
taanpa mempertimbangkan dampak dan keberlanjutan sumber daya,
hal tersebut dapat dibuktikan dengan terjadinya krisis air yang terjadi di
desa Oro-Oro Ombo ketika warga desa Bulukerto dan Bumiaji menolak
desa lain untuk mengambil air dari desanya. Hal tersebut dikarenakan
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dianggap kurang bisa memenuhi
kebutuhan air masyarakat dan membangun sistem air mereka sendiri.
Situasi tersebut diperparah dengan banyaknya praktik pengambilan air
melalui sumur bor yang dilakukan oleh pihak hotel, rumah makan, dan
pelaku pariwisata yang tidak terkontrol. Untuk memperbaiki tata kelola
air inilah perlu adanya pengaturan mengenai sistem penyediaan air
minmu yang lebih terpusat dan terintegrasi agar pemantauan mengenai
debit air dan kualitas air dapat dilakukan dengan lebih mudah.
Pembentukan Peraturan Daerah mengenai Sistem Air Minum ini juga
perlu dibentuk dengan tujuan untuk menertibkan sumur-sumur bor
yang secara masif digali oleh pihak hotel, restoran, dan pelaku wisata
dengan memberikan sanksi administrasi yang tegas kepada pelanggar.

17
BAB IV
LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS

A. Landasan Filosofis
Air bersih merupakan karunia yang diberikan Tuhan Yang Maha
Esa kepada manusia untuk menjadi sumber kehidupan. air juga
merupakan kebutuhan mutlak manusia untuk dapat melangsungkan
hidup dan memberikan manfaat serta mewujudkan kesejahteraan bagi
seluruh masyarakat Kota Batu secara keseluruhan. Adapun masalah
yang dihadapi dalam kurangnya pasokan air yaitu : dampak
pertumbuhan penduduk, dampak pertumbuhan ekonomi dan tidak
peduli lingkungan. Saat ini keberadaan air bersih dan sehat untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari terutama air minum yang dapat
dikomsumsi untuk kelangsungan hidup masyarakat menjadi suatu
persoalan yang memerlukan perhatian khusus dari semua pihak yang
terkait baik dari pemerintah maupun dari Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM). Diharapkan masyarakat tidak lagi mengalami
kekurangan air bersih dan dapat mempergunakan air dengan baik
untuk keperluan sehari-hari dan keperluan rumah tangga.
Secara umum ada tiga fungsi yang harus ditingkatkan oleh tiap
tiap daerah, sehubungan dengan pelaksanaan otonomi daerah. Tiga
fungsi yang harus dioptimalkan oleh pemerintah daerah tersebut adalah
fungsi pelayanan (service), fungsi pemberdayaan (empowerment) dan
fungsi pembangunan (development). Guna mewujudkan peningkatan
fungsi pelayanan itu maka harus terjadi pergeseran pemikiran dari para
birokrat khususnya dalam hal pemberian pelayanan pada publik.

18
Birokrasi publik harus diarahkan bagaimana menciptakan dan
memberikan pelayanan yang baik dan memuaskan bagi publik.
Kepuasan publik tentu menjadi tolak ukur atas kinerja birokrasi publik.
Perbedaan sudut pandang pelayanan terbaik antara pemerintah dan
masyarakat, menjadi tantangan bagi pemerintah untuk senantiasa
memberikan pelayanan prima karena masyarakat mempunyai ukuran
kepuasan tersendiri, dimana pelayanan dapat dikatakan terbaik apabila
memenuhi kepuasan mereka. Dengan demikian pelayanan yang
menurut pemerintah telah dinyatakan baik dalam kenyataannya masih
belum memuaskan bagi warga masyarakat.
Permasalahan yang dihadapi dalam melakukan pelayanan,
pendistribusian air bersih kepada masyarakat adalah diakibatkan
karena penurunan kapasitas produksi akibat kurangnya debit air di
tandon airasi karena banyaknya tepingan/ jalur Transmisi yang di
bypass ke jalur Distribusi sehingga menyebabkan air yang dibutuhkan
untuk pelayanan daerah kota Batu yang padat penduduknya menjadi
berkurang, juga penurunan produksi sumber, akibat banyaknya
kurangnya perawatan sumber air dan banyaknya warga yang
mengunakan debit air sumber untuk keperluan pengairan kebun dan
tanaman pertanian, serta kwalitas disumber Banyuning yang
merupakan sumber terbesar yang ada di Batu tinggi kandungan Fe dan
Mn untuk didistribusikan kepada masyarakat untuk kebutuhan air
bersih.
Oleh karena itu untuk menanggulangi permasalahan tersebut
pemerintah memerlukan peningkatan presentase palayanan sampai
10%/tahun, dengan cakupan optimum 80% pelanggan PDAM. Hal ini
berguna untuk meningktakan pendapatan daerah, menjamin kualitas
air bersih sampai ke konsumen, juga sebagi fungsi konservasi untuk
mencegah eksploitasi air yang berlebihan.

19
B. Landasan Sosiologis
Dalam penyediaan air bersih di Kota Batu faktor jumlah penduduk
dan penggolongannya merupakan unsur penting karena berkaitan
dengan pemenuhan tarip yang diberlakukan oleh PDAM. Penduduk
dapat dimaknai ssecara subyek sebagai pelaku dari sebuah
pembangunan dan obyek karena penduduk menjadi target atau sasaran
hasil atas pembangunan yang telah dilaksanakan.
Dewasa ini kebutuhan masyarakat akan air bersih semakin
meningkat sejalan dengan meningkatnya segala fasilitas masyarakat.
Guna memenuhi kebutuhan air bersih untuk masyarakat, Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) Kota Batu merencanakan pengembangan
sarana air bersih dengan maksud untuk mencukupi kebutuhan air
bersih yang diperlukan oleh masyarakat. Pengembangan sarana air
bersih yang telah direncanakan oleh PDAM Kota Batu bisa mencapai
target jumlah pelanggan aktif sebesar 8.526 SR. ditambah dengan
rencana penambahan pelanggan sampai dengan tahun 2007 sebesar ±
5000 SR Pengembangan sarana air bersih Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM) Kota Batu merencanakan untuk dapat memenuhi
kebutuhan air minum tersebut dengan mengambil air dari sumber yang
selama ini sudah difungsikan, maupun mengambil dari sumber yang
baru, sehingga target kebutuhan akan air minum pada saat ini
merupakan pengembangan dari sarana sumber yang sudah ada.
Dengan melihat bahwa debit air yang ada saat ini masih kurang
terpenuhi maka strategi pengembangan sarana untuk meningkatkan
debit merupakan alternatif yang terbaik. Peningkatan debit air yang
dikembangkan dalam program ini adalah sebesar 12 Lt/det dari Sumber
Ngesong dan dengan revitalisasi jalur distribusi yang sudah lama atau
sudah tidak layak sehingga debit tambahan diharapkan bisa menunjang
terhadap jam pelayanan. Harapan dari pengembangan sarana air bersih

20
ini adalah memenuhi tuntutan masyarakat akan fasilitas air bersih yang
saat ini masih dirasakan kurang.
C. Landasan Yuridis
Diundangkannya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang
Sumber Daya Air yang mengantikan Undang-Undang Nomor 11 Tahun
1974 tentang Pengairan telah menetapkan bahwa sejalan dengan pasal
33 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 sumber dayai air dikuasai oleh negara dan dikuasai
sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat secara adil. Atas
penguasaan sumber daya air tersebut, negara menjamin setiap orang
untuk mendapatkan pemenuhan air bagi kebutuhan pokok masyarakat
sehari-hari dan melakukan pengaturan hak atas air.
Terdapat beberapa pertimbangan yang kemudian menjadi acuan
dalampelaksanaan pembentukan peraturan daerah, diantaranya
pertimbangan tersebut adalah :
1. Air merupakan kebutuhan pokok yang penting bagi kehidupan
masyarakat sehingga pemerintah daerah perlu melakukan
pengembangan terhadap Penyediaan Air Minum melalui
Perusahaan Umum Daerah yang aktualisasi itu semua dituangkan
dalam peraturan daerah
2. Untuk mendukung pelayanan kepada masyarakat terhadap
kebutuhan air, khususnya air minum maka perlu adanya
penataan organ, kepegawaian dan permodalan pada Perusahaan
Umum Daerah di bidang penyediaan air minum yang aktualisasi
itu semua dituangkan dalam Peraturan Daerah
3. Untuk senantiasa meningkatkan kembali debit air kota Batu,
kiranya juga diperlukan pengaturan mengenai pengelolaan air oleh

21
berbagai kalangan, supaya penyediaan air dapat merata keseluruh
masyarakat dan tidak ada daerah yang kekurangan air.
Respon atas uraian di atas dapat menjadi acuan dalam
pembentukan Peraturan Daerah dalam pendekatan yuridis. Aspek
pendekatan yuridis menguraikan bagaimana hukum berlaku dan dalam
keberlakuannya hukum mengalami kekosongan hukum yang
semestinya harus diatasi dengan pembentukan peraturan lebih lanjut.

22
BAB V
JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP
MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH KOTA

A. Ketentuan Umum Memuat Rumusan Akademik Mengenai Pengertian


Istilah, dan Frasa
Dalam ketentuan umum ini dirumuskan definisi atau batasan
yang dipergunakan dalam peraturan daerah. Berkaitan dengan hal
tersebut maka, ketentuan umum yang memuat rumusan akademik
mengenai pengertian istilah, dan frasa:
1. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah
Presiden Republik lndonesia yang memegang kekuasaan
pemerintahan negara Republik lndonesia sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik lndonesia Tahun
1945.
2. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi Jawa Timur;
3. Daerah adalah Kota Batu.
4. Walikota adalah Walikota Batu.
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat
DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Batu.
6. Pemerintah Daerah adalah Walikota sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.
7. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Walikota dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah dalam penyelenggaraan urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.
8. Kepala Daerah Yang Mewakili Pemerintah Daerah Dalam
Kepemilikan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan Pada Perusahaan

23
Umum Daerah yang selanjutnya disingkat KPM adalah organ
Perusahaan Umum Daerah yang memegang kekuasaan tertinggi
dalam Perusahaan Umum Daerah dan memegang segala
kewenangan yang tidak diserahkan kepada Direksi atau Dewan
Pengawas.
9. Badan Usaha Milik Daerah yang selanjutnya disingkat BUMD
adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya
dimiliki oleh Daerah.
10. Perusahaan Umum Daerah Among tirto Kota Batu yang
selanjutnya disebut Perumda Among tirto Kota Batu.
11. Peraturan Daerah Kota Batu yang selanjutnya disebut Perda
Kota Batu.
12. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya
disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan daerah yang
ditetapkan dengan Perda.
13. Kekayaan Daerah yang dipisahkan adalah kekayaaan Daerah
yang berasal dari APBD untuk dijadikan penyertaan modal Daerah
pada BUMD.
14. Tata Kelola Perusahaan Yang Baik adalah sistem pengelolaan
yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar
menghasilkan kemanfaatan ekonomi yang berkesinambungan dan
keseimbangan hubungan antar pemangku kepentingan.
15. Modal Dasar adalah jumlah modal yang akan dicapai dan
tercantum dalam Peraturan Daerah ini.
16. Modal Disetor adalah modal yang disetor secara efektif oleh
Pemerintah Kota termasuk hibah yang berasal dari Pemerintah,
Pemerintah Provinsi, Swasta, dan Masyarakat.
17. Penyertaan Modal adalah penempatan/penanaman kekayaan
daerah yang dipisahkan, baik dalam bentuk uang maupun barang
yang dapat dinilai dengan uang yang dimiliki Daerah kepada
Perumda Among tirto Kota Batu.
24
18. Dewan Pengawas adalah Dewan Pengawas Perumda Among
tirto Kota Batu.
19. Direksi adalah organ Perumda Among tirto Kota Batu yang
bertanggung jawab atas pengurusan Perumda Among tirto Kota
Batu untuk kepentingan dan tujuan Perumda Among tirto Kota
Batu serta mewakili Perumda Among tirto Kota Batu baik di dalam
maupun di luar pengadilan sesuai ketentuan anggaran dasar.
20. Kepala Daerah Yang Mewakili Pemerintah Daerah Dalam
Kepemilikan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan Pada Perusahaan
Umum Daerah yang selanjutnya disingkat KPM adalah organ
perusahaan umum Daerah yang memegang kekuasaan tertinggi
dalam perusahaan umum Daerah dan memegang segala
kewenangan yang tidak diserahkan kepada Direksi atau Dewan
Pengawas.
21. Pegawai adalah Pegawai Perumda Among tirto Kota Batu.
22. Pihak Ketiga adalah Departemen/Lembaga Pemerintah Non
Departemen atau sebutan lain, perusahaan swasta yang berbadan
hukum, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah,
Koperasi, Yayasan, dan lembaga di dalam negeri lainnya yang
berbadan hukum.
23. Restrukturisasi adalah upaya yang dilakukan dalam rangka
penyehatan BUMD sebagai salah satu langkah strategis untuk
memperbaiki kondisi internal BUMD guna memperbaiki kinerja
dan/atau meningkatkan nilai BUMD.

B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup yang akan diatur dalam peraturan daerah ini adalah
sebagai berikut :

25
1. Ketentuan umum
2. Tujuan, asas dan ruang lingkup;
3. Pendirian, nama dan tempat kedudukan;
4. Maksud dan tujuan;
5. Kegiatan usaha;
6. Modal perumda Among tirto Kota Batu;
7. Organ perumda Among tirto Kota Batu;
8. Pegawai perumda Among tirto Kota Batu;
9. Satuan pengawas intern, komite audit, dan komite lainnya;
10. Penggunaan laba;
11. Perencanaan, operasional dan pelaporan;
12. Tarif dan beban tetap;
13. Anak perusahaan perumda Among tirto Kota Batu;
14. Barang daerah yang dipisahkan;
15. Penugasan pemerintah kepada perumda Among tirto Kota
Batu;
16. Evaluasi, restrukturisasi dan perubahan bentuk hukum;
17. Penggabungan, peleburan, pengambilalihan, dan pembubaran
perumda Among tirto Kota Batu;
18. Kepailitan perumda Among tirto Kota Batu;
19. Pembinaan dan pengawasan perumda Among tirto Kota Batu;
20. Ketentuan peralihan; dan
21. Ketentuan penutup.
C. Materi yang akan diatur
1. Ketentuan Mengenai Pendirian
Ketentuan mengenai pendirian ini mengatur tentang pernyataan
pendirian Perumda Air Minum yang merupakan merupakan perubahan
dari Perusahaan Daerah Air Minum Kota Batu yang dibentuk dengan

26
Peraturan Daerah Kota Batu Nomor 8 Tahun 2018 Tentang Sistem
Penyediaan Air Minum .
2. Ketentuan Mengenai Nama, Lambang Dan Tempat Kedudukan
Pada bagian ini diatur ketentuan mengenai penamaan, lambang
perusahaan dan tempat kedudukan perusahaan. Nama perusahaan
tetap menggunakan nama sebagaimana Peraturan Daerah Kota Batu
Nomor 8 Tahun 2018 Tentang Sistem Penyediaan Air Minum Kota Batu
yaitu Perusahaan Umum Daerah Air Minum Among Tirto yang
selanjutnya dapat disebut Perumda Air Minum Among Tirto. Adapun
ketentuan mengenai lambang dan arti perusahaan akan dilampirkan
dalam lampiran Peraturan Daerah ini.
Tempat Kedudukan Perumda Air Minum Among Tirto Kota Batu
berkedudukan dan berkantor pusat di Jl. Kartini No.20, Ngaglik, Kec.
Batu, Kota Batu selanjutnya untuk Untuk memperlancar pelayanan
kepada masyarakat, diatur pula bahwa Perumda Air Minum Among Tirto
Kota Batu dapat membuka Kantor Unit Pelayanan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.

3. Ketentuan Mengenai Maksud Dan Tujuan, Ruang Lingkup Pelayanan,


Kegiatan Usaha, Wilayah Usaha Dan Jangka Waktu Berdiri.
Pada bagian ini diatur ketentuan mengenai maksud dan tujuan,
ruang lingkup pelayanan, kegiatan usaha, wilayah usaha dan jangka
waktu berdiri. Maksud pendirian Perumda Air Minum Among Tirto Kota
Batu adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan memenuhi
kebutuhan air minum masyarakat. Adapun tujuan pendirian Perumda
Air Minum Among Tirto Kota Batu adalah:

27
1. Memberikan pelayanan air bersih dan/atau air minum dalam
rangka untuk memenuhi kebutuhan masyarakat secara
berkesinambungan dengan mengutamakan pemerataan
pelayanan, mempertimbangkan keterjangkauan masyarakat
berdasarkan tata kelola perusahaan yang baik; dan
2. bMemberikan manfaat bagi perkembangan perekonomian Daerah
dengan tidak mengesampingkan fungsi sosial demi kemakmuran
masyarakat Kota Batu.
Ruang Lingkup Pelayanan Perumda Air Minum Among Tirto Kota
Batu antara lain meliputi:
1. Pelayanan Air Minum dan/atau air bersih;
2. Pelayanan pengiriman air tangki;
3. Pelayanan Hydrant Umum;
4. Pelayanan Hydrant kebakaran;
5. Usaha penyedian air minum dalam kemasan (AMDK); dan
6. Usaha lain yang tidak bertentangan dengan perundang-undangan.
7. Usaha-usaha tersebut dapat dilakukan secara swakelola atau
dengan berkerjasama dengan pihak ketiga setelah
mempertimbangkan kemampuan Perumda Air Minum Among Tirto
Kota Batu. Pengembangan usaha dimaksud harus mendapatkan
persetujuan KPM.
Kegiatan usaha Perumda Air Minum Among Tirto diprioritaskan
dalam rangka menyelenggarakan pemanfaatan umum berupa
penyediaan air minum yang bermutu bagi pemenuhan hajat hidup
masyarakat sesuai kondisi, karakteristik dan potensi Daerah yang
bersangkutan berdasarkan tata kelola perusahaan yang baik.
Pengelolaan kegiatan dimaksud berpegang pada prinsip ekonomi
perusahaan dengan tidak melupakan fungsi sosial.

28
Pengaturan wilayah usaha bertujuan untuk mengatur jangkauan
usaha yang akan dilakukan oleh Perumda Air Minum Among Tirto yang
berhubungan dengan layanan yang disediakan. Dalam pengaturan ini
ditentukan bahwa untuk kegiatan pelayanan air minum dan/atau air
bersih, pelayanan pengiriman air tangki, pelayanan hydrant umum,
pelayanan hydrant kebakaran wilayah usahanya adalah berada di dalam
wilayah Kota Batu. Sedangkan untuk usaha penyedian air minum dalam
kemasan dan usaha lain yang tidak bertentangan dengan
perundang-undangan tidak terbatas dalam wilayah Kota Batu.
Pengaturan jangka waktu berdiri adalah menetapkan bahwa
Perumda Air Minum Among Tirto Kota Batu didirikan untuk jangka
waktu yang tidak terbatas.
D. Ketentuan Peralihan
Dalam ketentuan peralihan, hal yang diatur adalah pada saat
nantinya Peraturan Daerah ini sudah diberlakukan, maka kebijakan
pemerintah Kota Batu yang berkaitan dengan Peraturan Daerah tentang
Perusahaan Umum Daerah Among Tirto Kota Batu dan yang sudah
diatur dalam rancangan peraturan daerah ini dinyatakan tidak berlaku
lagi.

29
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
1. Teori dan Praktik Empiris mengenai pengelolaan air minum di
Kota Batu Pemerintah sebagai elemen dari suatu negara memiliki
fungsi pemerintahan yaitu:
a. Defence, law and order;
b. Taxation;
c. Provision of welfare service;
d. Protection of individuals;
e. Regulating the economy;
f. Provision of certain economic services; and
g. Development of human and physical resouces.
Fungsi pemerintahan tersebut dipaparkan oleh Beloff dan Peele,
fungsi pemerintahan tersebut dijalankan dengan menggunakan
Asas Good Governance yang berarti Penyelenggaraan
Pemerintahan yang Baik dan Benar yang bertujuan untuk
menjalankan kewenangan dan melaksanakan fungsi
pemerintahan tersebut dengan baik. Hal tersebut bisa dicapai
dengan komitmen setiap pejabat daerah yang memiliki kekuasaan
dan keterlibatan semua pihak terkait. Tujuan akhir dari
penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan benar akan
mewujudkan pemerintahan yang dapat melayani masyarakat
dengan maksimal.
2. Kondisi Peraturan Perundang-undangan terkait Pengelolaan
Air Minum yang berkaitan dengan substansi di dalam
Undang-Undang tentang Penyediaan Air Minum.

30
Wujud Penyelenggaran Pemerintah yang baik dan benar
dalam hal ini adalah Tata Pengelolaan Air Minum di Kota Batu
diatur dalam UU Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup Menyatakan bahwa dalam rangka
mendayagunakan sumberdaya alam untuk memajukan
kesejahteraan umum seperti apa yang telah tertulis didalam UUD
NRI 1945 guna mencapai kebahagiaan hidup berdasarkan
pancasila, pembeangunan keberlanjutan yang erwawasan
lingkungan berdasarkan kebijakan nasional yang terpadu dan
menyeuruh dengan memperhitungkan kebutuhan generasi masa
kini dan masa akan datang.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya
Air di dalam konsideran menimbang antara lain menyebutkan
bahwa dalam menghadapi ketidakseimbangan antara ketersediaan
air yang cenderung menurun dengan kebutuhan air yang semakin
meningkat, sumber daya air wajib dikelola dengan memperhatikan
fungsi sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi secara selaras.
Pengelolaan sumber daya air perlu diarahkan untuk mewujudkan
sinergi dan keterpaduan yang harmonis antar wilayah, antar
sektor dan antar generasi. Selain itu masyarakat juga perlu diberi
peran dalam pengelolaan sumber daya air.
Dalam pengelolaan air minum, pengelolaan sumber daya air
secara ditujukan untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan
sumber daya air yang dapat memberikan manfaat
sebesar-besarnya untuk kepentingan masyarakat. Pengelolaan
sumber daya air adalah upaya merencanakan, melaksanakan,
memantau, dan mengevaluasi penyelenggarakan konservasi
sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan
pengendalian daya rusak air. Pola pengelolaan sumber daya air
adalah kerangka dasar dalam merencanakan, melaksanakan,
memantau, dan mengevaluasi penyelenggarakan konservasi
31
sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan
pengendalian daya rusak air. Air bersih merupakan air yang
dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat-syarat kesehatan dan dapat diminum apabila
telah masak. Sedangkan yang dinamakan air minum adalah air
yang melalui proses pengelolaan atau tahapan proses pengelolaan
memenuhi syarat kesehatan dan langsung diminum.
Dalam hal pendayagunaan sumber daya air dilakukan
melalui kegiatan penatagunaan, penyediaan, pengunaan,
pengembangan, dan pengusahaan sumber daya air dengan
mengacu pada pengelolaan sumber daya air yang ditetapkan pada
setiap wilayah sungai. Salah satunya adalah sistem penyediaan air
minum (SPAM) sebagai salah satu pemanfaatan sumber daya air
dan pengelolaan sanitasi sebagai salah satu bentuk perlindungan
dan pelestarian terhadap sumber daya air. Hal ini sebagai bagian
tanggung jawab pemerintah daerah dalam mewujudkan
kesejahteraan bagi masyarakat dan juga menjadi bagian
peningkatan APBD. Pengembangan SPAM yang merupakan
tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah
diselenggarakan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan
masyarakat dengan menjamin kebutuhan pokok air minum
masyarakat yang memenuhi syarat kualitas, syarat kuantitas, dan
syarat kontinuitas.
3. Landasan filosofis, sosiologis, dan yuridis RUU tentang
Perubahan Atas Undang-Undang tentang Penyediaan Air
Minum.
1) Landasan Filosofis
Air bersih merupakan karunia yang diberikan Tuhan Yang
Maha Esa kepada manusia untuk menjadi sumber kehidupan. air
juga merupakan kebutuhan mutlak manusia untuk dapat
melangsungkan hidup dan memberikan manfaat serta
32
mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Kota Batu
secara keseluruhan. Saat ini keberadaan air bersih dan sehat
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari terutama air minum yang
dapat dikomsumsi untuk kelangsungan hidup masyarakat
menjadi suatu persoalan yang memerlukan perhatian khusus dari
semua pihak yang terkait baik dari pemerintah maupun dari
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
Secara umum ada tiga fungsi yang harus ditingkatkan oleh
tiap tiap daerah, sehubungan dengan pelaksanaan otonomi
daerah. Tiga fungsi yang harus dioptimalkan oleh pemerintah
daerah tersebut adalah fungsi pelayanan (service), fungsi
pemberdayaan (empowerment) dan fungsi pembangunan
(development). Guna mewujudkan peningkatan fungsi pelayanan
itu maka harus terjadi pergeseran pemikiran dari para birokrat
khususnya dalam hal pemberian pelayanan pada publik. Dengan
demikian pelayanan yang menurut pemerintah telah dinyatakan
baik dalam kenyataannya masih belum memuaskan bagi warga
masyarakat. Ditemukannya masalah dalam hal pelayanan,
pendistribusian air bersih diakibatkan karena penurunan
kapasitas produk berakibat pada kurangnya debit air. Hal tersebut
berdampak pada penurunan kualitas di sejumlah area di Kota
Batu.
2) Landasan Sosiologis
Dalam penyediaan air bersih di Kota Batu faktor jumlah
penduduk dan penggolongannya merupakan unsur penting
karena berkaitan dengan pemenuhan tarip yang diberlakukan oleh
PDAM. Dewasa ini kebutuhan masyarakat akan air bersih
semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya segala fasilitas
masyarakat. Guna memenuhi kebutuhan air bersih untuk
masyarakat, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Batu
merencanakan pengembangan sarana air bersih dengan maksud
33
untuk mencukupi kebutuhan air bersih yang diperlukan oleh
masyarakat dengan perencanaan awal untuk dapat memenuhi
kebutuhan air minum tersebut dengan mengambil air dari sumber
yang selama ini sudah difungsikan, maupun mengambil dari
sumber yang baru, sehingga target kebutuhan akan air minum
pada saat ini merupakan pengembangan dari sarana sumber yang
sudah ada. Hal tersebut dilakukan dengan melihat bahwa debit air
yang ada saat ini masih kurang terpenuhi maka strategi
pengembangan sarana untuk meningkatkan debit merupakan
alternatif yang terbaik. Peningkatan debit air yang dikembangkan
dalam program ini adalah sebesar 12 Lt/det dari Sumber Ngesong
dan dengan revitalisasi jalur distribusi yang sudah lama atau
sudah tidak layak sehingga debit tambahan diharapkan bisa
menunjang terhadap jam pelayanan. Harapan dari pengembangan
sarana air bersih ini adalah memenuhi tuntutan masyarakat akan
fasilitas air bersih yang saat ini masih dirasakan kurang.
3) Landasan Yuridis
Diundangkannya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004
tentang Sumber Daya Air yang mengantikan Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan telah menetapkan
bahwa sejalan dengan pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sumber daya air dikuasai
oleh negara dan dikuasai sebesar-besarnya untuk kemakmuran
rakyat secara adil. Atas penguasaan sumber daya air tersebut,
negara menjamin setiap orang untuk mendapatkan pemenuhan
air bagi kebutuhan pokok masyarakat sehari-hari dan melakukan
pengaturan hak atas air. Terdapat beberapa pertimbangan yang
kemudian menjadi acuan dalam pelaksanaan pembentukan
peraturan daerah.
Terdapat beberapa pertimbangan dalam hal ini adalah air
merupakan kebutuhan pokok dan utama bagi kehidupan
34
masyarakat oleh karena itu perlu pengembangan Penyediaan Air
Minum melalui PDAM yang telah diberikan kewenangan terkait.
Perusahan tersebut melayani masyarakat dengan menyediakan
kebutuhan air yang bermutu baik dan mendistribusikan air
tersebut dengan adil. Untuk senantiasa meningkatkan kembali
debit air kota Batu, kiranya juga diperlukan pengaturan
mengenai pengelolaan air oleh berbagai kalangan, supaya
penyediaan air dapat merata keseluruh masyarakat dan tidak ada
daerah yang kekurangan air. Pertimbangan tersebut
diakutalisasikan dalam Peraturan Perundang-undangan terkait
dan digunakan sebagai pendekatan yuridis dimana untuk
menguraikan bagaimana hukum berlaku dan dalam
keberlakuannya hukum mengalami kekosongan hukum yang
semestinya harus diatasi dengan pembentukan peraturan lebih
lanjut.
4. Materi muatan dari RUU tentang Perubahan Atas RUU
Pengelolaan Air Minum di Kota Batu
Materi muatan terdiri dari :
1) Ketentuan Mengenai Pendirian
Ketentuan mengenai pendirian ini mengatur tentang
pernyataan pendirian Perumda Air Minum yang merupakan
merupakan perubahan dari Perusahaan Daerah Air Minum Kota
Batu yang dibentuk dengan Peraturan Daerah Kota Batu Nomor 8
Tahun 2018 Tentang Sistem Penyediaan Air Minum.
2) Ketentuan Mengenai Nama, Lambang Dan Tempat
Kedudukan
Ketentuan ini berkaitan dengan penamaan, lambang
perusahaan dan tempat kedudukan perusahaan. Nama
perusahaan tetap menggunakan nama sebagaimana Peraturan
Daerah Kota Batu Nomor 8 Tahun 2018 Tentang Sistem
Penyediaan Air Minum yaitu Perusahaan Umum Daerah Air
35
Minum Among Tirto yang selanjutnya dapat disebut Perumda Air
Minum Among Tirto. Adapun ketentuan mengenai lambang dan
arti perusahaan akan dilampirkan dalam lampiran Peraturan
Daerah ini. Tempat Kedudukan Perumda Air Minum Among Tirto
Kota Batu berkedudukan dan berkantor pusat di Jl. Kartini
No.20, Ngaglik, Kec. Batu, Kota Batu selanjutnya untuk Untuk
memperlancar pelayanan kepada masyarakat, diatur pula bahwa
Perumda Air Minum Among Tirto Kota Batu dapat membuka
Kantor Unit Pelayanan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
3) Ketentuan Mengenai Maksud Dan Tujuan, Ruang Lingkup
Pelayanan, Kegiatan Usaha, Wilayah Usaha Dan Jangka
Waktu Berdiri
Ketentuan ini berkaitan erat dengan maksud dan tujuan,
ruang lingkup pelayanan, kegiatan usaha, wilayah usaha dan
jangka waktu berdiri. Maksud pendirian Perumda Air Minum
Among Tirto Kota Batu adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan dan memenuhi kebutuhan air minum masyarakat.
Dan Perumda tersebut memiliki 2 tujuan yakni memberikan
layanan dan menjangkau masyarakat dalam hal penyediaan air
minum. Dan menyebutkan Ruang Lingkup Pelayanan Perumda
Air Minum Among Tirto Kota Batu dengan melakukan kegiatan
usaha sesuai dengan wilayah kewenangannya yakni di dalam
wilayah Kota Batu. Pengaturan jangka waktu berdiri adalah
menetapkan bahwa Perumda Air Minum Among Tirto Kota Batu
didirikan untuk jangka waktu yang tidak terbatas.

36
B. Saran
Atas beberapa kesimpulan di atas dapat disampaikan beberapa saran
sebagai berikut:
1. Perlu adanya urgensi pembentukan undang undang Air Minum
dalam mengatasai masalah penyediaan air minum dengan
membentuk RUU Pengelolaan Air Minum di Kota Batu, yang
mengatur mengenai:
a. Ketentuan Mengenai Pendirian Perumda Air Minum dalam
hal ini adalah Perusahaan Daerah Air Minum Kota Batu
b. Ketentuan Mengenai Nama, Lambang Dan Tempat
Kedudukan Perusahaan Daerah Air Minum Kota Batu
c. Ketentuan Mengenai Maksud Dan Tujuan, Ruang Lingkup
Pelayanan, Kegiatan Usaha, Wilayah Usaha Dan Jangka
Waktu Berdiri
2. Dengan adanya RUU Pengelolaan Air Minum di Kota Batu
diharapkan Pemerintah Daerah Kota Batu dapat mengatasi krisis
masalah penyedian air khususnya air minum agar dapat
memperjelas kewenagan perumda dalam mengelola air di wilayah
Kota Batu.
3. Penyempurnaan yang dilakukan terhadap Undang-Undang
tentang Penyediaan Air Minum khususnya Kota Batu diharapkan
dapat memberikan pengaturan yang lebih jelas, tegas, dan
transparan mengenai Percepatan Penyediaan Air Minum.

37
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun
2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2Ol4
tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja
Undang-Undang Nomor 11 tahun 2012 tentang Pembentukan
Peraturan-Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 429/MENKES/PER/IV/2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum
Peraturan Daerah Kota Batu Nomor 8 Tahun 2018 Tentang Sistem Penyediaan
Air Minum Kota Batu

Jurnal
Umm,ac.id, Diskusi rutin pksp soroti kasus krisis air di kota batu,
https://pksp.umm.ac.id/id/berita/diskusi-rutin-pksp-soroti-kasus-krisis-air-
di-kota-batu.html
Kahar, A., 2015. Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) Dalam Pasal 4
Undang-Undang Migas Nomor 22 Tahun 2001.
Samekto, C. and Winata, E.S., 2010, June. Potensi sumber daya air di
Indonesia. In Seminar Nasional: Aplikasi Teknologi Penyediaan Air Bersih untuk
Kabupaten/Kota di Indonesia (pp. 1-20).
Lestari, A.W., 2018. Faktor Pendukung Dan Faktor Penghambat Dalam
Mewujudkan Pembangunan Pariwisata Berwawasan Lingkungan Di Kota Batu.
PROSIDING SENASPOLHI, 1(1).
Jonaedi Efendi, S.H.I., Johnny Ibrahim, S.H. and SE, M., 2018. Metode
Penelitian Hukum: Normatif dan Empiris. Prenada Media.

38

Anda mungkin juga menyukai