Anda di halaman 1dari 8

ARTIKEL PENELITIAN

Akurasi Deteksi Mycobacterium tuberculosis


dengan Teknik PCR menggunakan Primer X dibandingkan
dengan Pemeriksaan Mikroskopik (BTA) dan Kultur Sputum
Penderita dengan Gejala Tuberkulosis Paru

Diana Krisanti Jasaputra*, Philips Onggowidjaja**, Sylvia Soeng***


* Bagian Farmakologi, ** Bagian Mikrobiologi,
*** Bagian Biologi, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha

Abstrak
Akhir-akhir ini, terjadi peningkatan jumlah penderita tuberkulosis. Guna pembe-
rantasan penyakit TBC, diagnosis dan deteksi Mycobacterium tuberculosis menjadi amat
penting. Deteksi tersebut dapat dilakukan dengan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR),
pemeriksaan mikroskopik, dan kultur bakteri. Tujuan penelitian ini adalah menilai sensitivitas,
spesifisitas, dan akurasi deteksi Mycobacterium tuberculosis dalam sputum penderita TBC
paru dengan teknik PCR dibandingkan pemeriksaan secara mikroskopik (Bakteri Tahan
Asam/BTA) dan kultur bakteri TBC dalam sputum.
Penelitian ini merupakan suatu uji diagnostik yang dirancang secara cross sectional.
Penelitian dilakukan terhadap penderita TB paru di BP4 Jl Cibadak Bandung, mulai April 2004
sampai dengan Agustus 2004.Pemeriksaan sputum penderita dilakukan dengan tiga teknik
pemeriksaan, yaitu dengan teknik PCR, pemeriksaan BTA secara mikroskopik, dan kultur
bakteri.
Dibandingkan dengan pemeriksaan Bakteri Tahan Asam secara mikroskospik, deteksi
Mycobacterium tuberculosis dengan teknik PCR memiliki sensitivitas 30%, spesifisitas 80%,
dan akurasi 47%. Uji kemaknaan dengan Mc Nemar memberikan hasil adanya perbedaan
yang bermakna. (p < 0,01). Dibandingkan dengan metode kultur bakteri TBC, deteksi
Mycobacterium tuberculosis dengan teknik PCR memiliki sensitivitas 65%, spesifisitas 40%,
dan akurasi 57%. Uji kemaknaan dengan Mc Nemar memberikan hasil tidak adanya
perbedaan yang bermakna. (p = 1,0). Dibandingkan dengan pemeriksaan Bakteri Tahan Asam
secara mikroskospik, deteksi Mycobacterium tuberculosis dengan metode kultur bakteri TBC
memiliki sensitivitas 31,6%, spesifisitas 81,8%, dan akurasi 50%. Uji kemaknaan dengan Mc
Nemar memberikan hasil adanya perbedaan yang bermakna. (p < 0,01).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa deteksi Mycobacterium tuberculosis
dengan teknik PCR sama baiknya dengan kultur bakteri TBC, namun waktu pemeriksaan
dengan teknik PCR lebih singkat dibandingkan dengan kultur bakteri TBC. Mycobacterium
tuberculosis banyak tidak terdeteksi dengan pemeriksaan mikroskopik (BTA)

Kata kunci: Akurasi deteksi Mycobacterium tuberculosis, PCR, BTA, Kultur TBC

7
JKM.
Vol. 5, No1, Juli 2005

Pendahuluan lain penyakit-penyakit infeksi yang


Akhir-akhir ini, di beberapa negara mengenai jaringan paru-paru yang
dilaporkan terjadi peningkatan disebabkan oleh Mycobacterium
jumlah penderita tuberkulosis. tuberculosis. Guna pemberantasan
Berbagai faktor yang berperan penyakit TBC, diagnosis dan
dalam peningkatan jumlah pende- deteksi Mycobacterium tuberculosis
rita antara lain kemiskinan, pro- menjadi amat penting. Deteksi
gram penan-gulangan yang tidak Mycobacterium tuberculosis paru-
baik, dan timbulnya infeksi paru pada sputum dapat dilaku-
HIV/AIDS. kan dengan teknik Polymerase Chain
Saat ini, jumlah kasus Reaction (PCR), pemeriksaan
tuberkulosis di sebagian besar mikroskopik, dan kultur bakteri.
negara maju hanya 10 sampai 20 Pemeriksaan Mycobacterium tuber-
kasus tuberkulosis per 100 000 culosis secara mikroskopik memer-
penduduk per tahun, dan angka lukan jumlah kuman tertentu, yaitu
kematiannya hanya sekitar 1 5.000 kuman/ml sputum. Sedang-
sampai 5 kematian per 100 000 kan, untuk menumbuhkan kuman
penduduk. Di negara berkembang sebagai biakan/kultur dibutuhkan
angkanya masih cukup tinggi. Di jumlah sekitar 50 100 kuman/ml
Asia, jumlah penderita baru adalah sputum. Deteksi kuman TBC
110 orang per 100.000 penduduk. dengan teknik PCR mempunyai
WHO (World Health sensitivitas yang amat tinggi. PCR
Organization) menyatakan, bahwa merupakan cara amplifikasi DNA,
sekitar 1,9 milyar manusia, atau dalam hal ini DNA Mycobacterium
sepertiga penduduk dunia, telah tuberculosis, secara in vitro. Proses
terinfeksi tuberkulosis. Setiap detik ini memerlukan DNA cetakan
ada satu orang yang terinfeksi (template) untai ganda yang
tuberkulosis di dunia ini, dan mengandung DNA target, enzim
dalam dekade mendatang tidak DNA polymerase, nukleotida
kurang dari 300 juta orang akan trifosfat, dan sepasang primer.
terinfeksi oleh tuberkulosis. Setiap Penelitian ini bertujuan
tahun, ada 4 juta penderita baru untuk pengetahui akurasi, sensi-
tuberkulosis paru menular di tivitas, dan spesifisitas deteksi
dunia, ditambah lagi dengan Mycobacterium tuberculosis dalam
penderita yang tidak menular. sputum penderita TBC paru
Artinya, setiap tahun di dunia ini dengan teknik Polymerase Chain
terdapat sekitar 8 juta penderita Reaction (PCR) dengan meng-
tuberkulosis paru, dan sekitar 3 juta gunakan primer X, dibanding-
orang yang meninggal. kan dengan pemeriksaan secara
Indonesia, sebagai salah mikroskopik (Pewarnaan Bakteri
satu negara yang sedang ber- Tahan Asam/BTA) dan kultur
kembang, mempunyai berbagai bakteri TBC dalam sputum.
macam masalah kesehatan, antara

8
Akurasi Deteksi Mycobacterium tuberculosis dengan Teknik PCR menggunakan Primer Xdibandingkan dengan
Pemeriksaan Mikroskopik (BTA) dan Kultur Sputum Penderita dengan Gejala Tuberkulosis Paru
Diana Krisanti Jasaputra, Philips Onggowidjaja, Sylvia Soeng

Bahan dan Cara Pemeriksaan PCR menggunakan


Penelitian ini merupakan uji primer X dari Laboratorium
diagnostik yang dirancang secara Biotek RS Rajawali, dilakukan di
cross sectional. Penelitian dilakukan Laboratorium LP2IKD FK UKM
terhadap penderita TB paru di BP4 dan Laboratorium Biotek RS
(Balai Pengobatan Penyakit Paru- Rajawali.
Paru) Jl. Cibadak Bandung, mulai Analisis hubungan hasil pe-
April 2004 sampai dengan Agustus meriksaan sputum dengan teknik
2004. Terhadap penderita dilaku- PCR dan pemeriksaan BTA secara
kan prosedur pemeriksaan rutin mikroskopik, serta kultur bakteri
untuk menegakkan diagnosis dilakukan dengan uji diagnostik,
tuberkulosis, mulai dari anam- yaitu menghitung sensitivitas, spe-
nesis, pemeriksaan fisik, pemerik- sifisitas, dan akurasinya. Kemakna-
saan foto thoraks, laboratorium an ditentukan berdasarkan hasil uji
darah, tes mantoux, dan pemerik- Mc. Nemar.
saan sputum. Penderita adalah laki-
laki dan perempuan usia 18-74
tahun. Sputum penderita dikirim Hasil dan Pembahasan
dan diperiksa secara mikroskopik Hasil deteksi Mycobacterium
terhadap bakteri tahan asam (BTA). tuberculosis dengan teknik PCR
Kultur bakteri TBC secara dapat dilihat pada Gambar 1., 2., 3.,
konvensional dilakukan di Labo- 4., dan 5., berikut ini.
ratorium Mikrobiologi FK UKM.

Gambar 1. Hasil Elektroforesis Sampel no


1 (-), 2 (+), 3 (+), 4 (-), 5 (-), 6 (-), 7 (+)

9
JKM.
Vol. 5, No1, Juli 2005

Gambar 2. Hasil Elektroforesis Sampel no


8 (+), 9 (+), 10 (+), 11 (+), 12 (+), 13 (-), 14 (-)

Gambar 3. Hasil Elektroforesis Sampel no


15 (+), 16 (+), 17 (-), 18 (-), 19 (+)

10
Akurasi Deteksi Mycobacterium tuberculosis dengan Teknik PCR menggunakan Primer Xdibandingkan dengan
Pemeriksaan Mikroskopik (BTA) dan Kultur Sputum Penderita dengan Gejala Tuberkulosis Paru
Diana Krisanti Jasaputra, Philips Onggowidjaja, Sylvia Soeng

Gambar 4. Hasil Elektroforesis sampel


20 (-), 21 (+), 22 (+), 24 (+), 25 (-)

Gambar 5. Hasil Elektroforesis Sampel no


26 (+), 27 (+), 28 (-), 29 (+), 30 (+)

11
JKM.
Vol. 5, No1, Juli 2005

Hasil deteksi Mycobac- Hasil deteksi Mycobac-


terium tuberculosis dengan teknik terium tuberculosis dengan peme-
PCR dan pemeriksaan Bakteri riksaan Bakteri Tahan Asam secara
Tahan Asam secara mikroskospik mikroskospik dan pemeriksaan
disajikan pada Tabel 1. kultur bakteri TBC disajikan pada
Tabel 3.
Tabel 1. Deteksi M.tbc dengan PCR
dan Secara Mikroskopik Tabel 3. Deteksi M.tbc secara
BTA PCR Jumlah mikroskopik dan Kultur
Bakteri TBC
+ -
BTA Kultur Jumlah
+ 6 2 8
- 14 8 22 + -
Jumlah 20 10 30 + 6 2 8
Keterangan : - 13 9 22
Sensitivitas : 6/20 X 100% = 30% Jumlah 19 11 30
Spesifisitas : 8/10 X 100% = 80% Keterangan :
Akurasi : 14/30 X 100% = 47% Sensitivitas : 6/19 X 100% = 31,6%
Uji kemaknaan dengan Mc Nemar Spesifisitas : 9/11 X 100% = 81,8%
memberikan hasil x2 M-N = 7,56 Akurasi : 15/30 X 100% = 50%
(p < 0,01), artinya ada perbedaan yang Uji kemaknaan dengan Mc Nemar
bermakna. memberikan hasil x2 M-N = 6,67
(p < 0,01), artinya ada perbedaan yang
Hasil deteksi Mycobac- bermakna.
terium tuberculosis dengan teknik
PCR dan pemeriksaan kultur Hasil analisis statistik
bakteri TBC disajikan pada Tabel 2. menunjukkan tidak ada perbedaan
yang bermakna antara pemerik-
Tabel 2. Deteksi M.tbc dengan PCR saan Mycobacterium tuberculosis dan
dan Kultur Bakteri TBC teknik PCR dengan kultur bakteri
Kultur PCR Jumlah TBC. Dengan demikian, peme-
riksaan Mycobacterium tuberculosis
+ - dengan teknik PCR cukup baik bila
+ 13 6 19 dibandingkan dengan kultur bak-
- 7 4 11 teri TBC. Namun pemeriksaan
Jumlah 20 10 30 Mycobacterium tuberculosis dengan
Keterangan : teknik PCR mempunyai keunggul-
Sensitivitas : 13/20 X 100% = 65%
an, yaitu waktu pemeriksaannya
Spesifisitas : 4/10 X 100% = 40%
relative singkat, yaitu hanya 24 jam
Akurasi : 17/30 X 100% = 57%
Uji kemaknaan dengan Mc Nemar saja, sedangkan pemeriksaan kultur
memberikan hasil x2 M-N = 0 bakteri TBC membutuhkan waktu
(p = 1,0), artinya tidak ada perbedaan 8 12 minggu.
yang bermakna. Deteksi Mycobacterium
tuberculosis, baik dengan teknik

12
Akurasi Deteksi Mycobacterium tuberculosis dengan Teknik PCR menggunakan Primer Xdibandingkan dengan
Pemeriksaan Mikroskopik (BTA) dan Kultur Sputum Penderita dengan Gejala Tuberkulosis Paru
Diana Krisanti Jasaputra, Philips Onggowidjaja, Sylvia Soeng

PCR maupun dengan kultur bakteri


TBC, ternyata secara statistik
berbeda bermakna dari deteksi Daftar Pustaka
Aditama, Tjandra Yoga. 2002.
BTA secara mikroskopik. Dengan Tuberkulosis, Diagnosis, Terapi,
demikian, Mycobacterium dan Masalahnya, Edisi IV
tuberculosis dalam sputum sering Finegold, Sydney M; Baron, Ellen Jo. 1986.
tidak terdeteksi sebagai BTA secara Bailey and Scotts Diagnostic
mikroskopik. Microbiology; Seventh edition;
The C. V. Mosby Company; St
Louis, Toronto, Princeton.
Hanafi, Umu; Soemohardjo, Soewignjo;
Kesimpulan dan Saran Achmad, Haryono; Wid, M.A.
Penelitian ini menunjukkan, 2001. Perbandingan Pemeriksaan
PCR, Kultur M. tuberculosis dan
bahwa akurasi deteksi Mycobac-
BTA Cairan Pleura serta
terium tuberculosis dengan teknik Pemeriksaan Radiologi Paru
PCR sama dengan pada kultur untuk menegakkan Diagnosis
bakteri TBC, namun waktu peme- Efusi Pleura Tuberkulosis di
riksaan dengan teknik PCR lebih Rumah Sakit Umum Mataram
Thabrani, Zubaedah; Aditama, Tjandra
singkat dibandingkan dengan Yoga; Dawud, Yudanarso; Jusuf,
teknik kultur bakteri. Ternyata Anwar; Prasetyo, Sabarina;
banyak Mycobacterium tuberculosis Liusvia, Dewi M. 2001.
yang tidak terdeteksi dengan Pemeriksaan Reaksi Rantai
pemeriksaan mikroskopik (BTA). Polimerase dan Hubungannya
dengan Mikroskopik BTA dan
Oleh karena itu, se- Biakan Konvensional pada
baiknya deteksi Mycobacterium Penderita Tuberkulosis Paru di
tuberculosis dilakukan dengan RSUP Persahabatan
teknik PCR, mengingat akurasinya Wargasetia, Theresia Liliana. 2002.
Diagnosis Penyakit Infeksi dengan
yang baik dan membutuhkan
Teknik Polymerase Chain Reaction;
waktu pemeriksaan lebih singkat dalam Majalah Ilmiah Maranatha
dibandingkan dengan teknik kul- Vol. XXI/Th.IX/ April 2002.
tur bakteri TBC. Hasil negatif Wargasetia, Theresia Liliana. 2002.
pemeriksaan BTA secara mikros- Polymerase Chain Reaction dan
Aplikasinya; dalam Majalah
kopik sebaiknya dilanjutkan de-
Ilmiah Maranatha Vol.
ngan teknik PCR guna meng- XXI/Th.IX/ April 2002.
hindari salah diagnosis.

13
14

14

Anda mungkin juga menyukai