Anda di halaman 1dari 22

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Hubungan Sekolah dan Masyarakat

1. Pengertian Hubungan Sekolah dan Masyarakat

Secara historis, istilah hubungan masyarakat (Humas) merupakan

terjemahan dari istilah public relations dihubungkan dengan foreign

relations (hubungan luar negeri) (Suryosubroto, 2014: 154). Kata foreign

relations secara etimologi berarti hubungan kerja sama luar negeri atau

antarbangsa. Secara etimologis, "hubungan masyarakat" diterjemahkan

dari perkataan bahasa Inggris public relation, yang berarti hubungan

sekolah dengan masyarakat ialah sebagai hubungan timbal balik antara

suatu organisasi (sekolah) dan masyarakatnya. Artinya, hubungan sekolah

dengan masyarakat adalah suatu proses komunikasi antara sekolah dan

masyarakat untuk berusaha menanamkan pengertian warga masyarakat

tentang kebutuhan dari karya pendidikan serta pendorong minat dan

tanggung jawab masyarakat dalam usaha memajukan sekolah (Minarti,

2016: 280).

Menurut Anggoro (2014: 1) Humas adalah keseluruhan upaya yang

dilangsungkan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka

menciptakan dan memelihara niat baik dan saling pengertian antara suatu

organisasi dengan segenap khalayaknya." Sedangkan menurut Jerkins

(2012: 0), "Humas adalah sesuatu yang merangkum keseluruhan

12
2

komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar, antara suatu

organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-

tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian."

Adapun menurut Siagian (2016: 96), "Humas adalah keseluruhan

kegiatan yang dijalankan suatu organisasi terhadap pihak-pihak lain dalam

rangka pembinaan pengertian dan memperoleh dukungan pihak lain itu

demi tercapainya tujuan organisasi dengan sebaik-baiknya." Effendi (2007:

55) mengemukakan bahwa public relations adalah kegiatan berencana

untuk menciptakan, membina, dan memelihara sikap budi yang

menyenangkan bagi organisasi di satu pihak dan publik di lain pihak.

Untuk mencapainya, yaitu dengan jalan komunikasi yang baik dan luas

secara timbal balik.

Menurut Wahjosumidjo (2007: 334), "manajemen Humas adalah

suatu proses pengembangan hubungan lembaga pendidikan dengan

masyarakat yang bertujuan memungkinkan orangtua dan warga wilayah

berpartisipasi aktif dan penuh arti di dalam kegiatan pendidikan di

sekolah."

Batasan ini berarti Humas merupakan fungsi manajemen sikap budi

yang berencana dan berkesinambungan, yang dengan itu organisasi dan

lembaga yang bersifat umum dan pribadi berupaya membina pengertian,

simpati, dan dukungan dari para pihak yang ada kaitannya atau yang

mungkin ada hubungannya dengan jalan menilai pendapat umum di antara

mereka, sedapat mungkin untuk mengorelasikan, kebijaksanaan dan tata


3

cara mereka, yang dengan informasi yang berencana dan tersebar luas,

mencapai kerja sama yang produktif dan pemenuhan kepentingan bersama

yang efisien.

Hal yang perlu diperhatikan dalam program Humas di lembaga

pendidikan secara mendasar adalah pelibatan peran serta orang tua dan

masyarakat dalam mengelola lingkungan sekolah (Mulyono, 2014: 204).

Menurut Sahertian (2013: 233) hubungan sekolah dengan

masyarakat adalah suatu proses komunikasi antara sekolah dan masyarakat

dengan tujuan meningkatkan pengertian anggota masyarakat tentang

kebutuhan dari praktek pendidikan serta mendorong minat dan kerjasama

anggota masyarakat dalam rangka memperbaiki sekolah. Demikian pula

menurut Mulyono (2014: 208) hubungan sekolah dengan masyarakat

adalah suatu kegiatan komunikasi yang lebih terarah antara sekolah dan

masyarakat melalui langkah-langkah: saling mengenal, saling memahami,

saling mengasihi, saling menolong, dan saling menanggung, sehingga

terwujud kerjasama yang baik dan saling menguntungkan kepada pihak-

pihak yang terkait, dengan tujuan utamanya untuk meningkatkan mutu

pendidikan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan

bahwa dalam Humas mencakup (1) suatu usaha terencana; (2) antara satu

lembaga/organisasi pendidikan dan masyarakatnya; (3) dengan tujuan

memperoleh dukungan dan kepercayaan. Secara garis besar, Humas dapat

didefinisikan sebagai rangkaian kegiatan usaha yang sungguh-sungguh,


4

terencana, dan berkesinambungan untuk menumbuhkan, memupuk, dan

mendorong sikap serta perilaku yang dapat membantu tercapainya saling

pengertian antar-organisasi dan organisasi, antar-organisasi dan

masyarakat. Pentingnya Public Relations (PR)/Humas adalah untuk

membantu saling pengertian antar-organisasi, melaksanakan kerja sama

antar-organisasi dengan masyarakat, dan untuk kepentingan bersama.

2. Bentuk Hubungan Kerjasama antara Sekolah dan Masyarakat

Menurut Purwanto (2012: 194) hubungan kerja sama antara

sekolah dan masyarakat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu (1)

hubungan edukatif; (2) hubungan kultural; (3) hubungan institusional. Di

antara bentuk-bentuk Humas dapat disebutkan seperti: leafiet (brosur,

selebaran), kontak melalui surat, silaturahmi, buletin, pers realese,

pameran open day, pidato, seminar, lokakarya, sarasehan, penyuluhan,

iklan melalui televisi, surat kabar, radio, internet, telepon, karya wisata,

bakti sosial, sponsor, pertunjukan, dan lain sebagainya.

a. Hubungan Edukatif (Kompri, 2014: 287; Mulyasa, 2015: 163;

Suharno, 2016: 31).

Hubungan edukatif adalah hubungan kerja sama antara sekolah dan

masyarakat dalam hal mendidik siswa, antara guru di sekolah dan orangtua

di dalam keluarga. Hubungan ini dimaksudkan agar tidak terjadi perbedaan

prinsip atau bahkan pertentangan yang dapat mengakibatkan keragu-

raguan pendirian dan sikap pada diri peserta didik. Juga, kerja sama dalam

berusaha memenuhi fasilitas-fasilitas yang diperlukan untuk belajar di


5

sekolah maupun di rumah, dalam memecahkan masalah-masalah yang

menyangkut kesulitan belajar maupun kenakalan.

Hubungan kerja sama antara sekolah dan masyarakat tersebut dapat

mendorong peran serta masyarakat. Pendapat Suryosubroto (2012: 84),

partisipasi masyarakat dapat berbentuk:

a. Pendirian dan penyelenggaraan satuan pendidikan pada jalur

pendidikan sekolah atau jalur pendidikan luar sekolah, pada semua jenis

pendidikan kecuali pendidikan kedinasan, dan pada semua jenjang

pendidikan di jalur pendidikan sekolah;


b. Pengadaan dan pemberian bantuan tenaga kependidikan untuk

melaksanakan atau membantu melaksanakan pengajaran,

pembimbingan dan/atau pelatihan peserta didik;


c. Pengadaan dan pemberian bantuan tenaga ahli untuk membantu

pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar dan/atau penelitian dan

pengembangan;
d. Pengadaan dan/atau penyelenggaraan program pendidikan yang belum

diadakan dan/atau diselenggarakan oleh Pemerintah untuk menunjang

pendidikan nasional;
e. Pengadaan dana dan pemberian bantuan yang dapat berupa wakaf,

hibah, sumbangan, pinjaman, beasiswa, dan bentuk lain yang sejenis;


f. Pengadaan dan pemberian bantuan ruangan, gedung, dan tanah untuk

melaksanakan kegiatan belajarmengajar;


g. Pengadaan dan pemberian bantuan buku pelajaran dan peralatan

pendidikan untuk melaksanakan kegiatan belajar-mengajar;


h. Pemberian kesempatan untuk magang dan/atau latihan kerja;
i. Pemberian bantuan manajemen bagi penyelenggaraan satuan pendidikan

dan pengembangan pendidikan nasional;


6

y. Pemberian pemikiran dan pertimbangan berkenaan dengan penentuan

kebijaksanaan dan/atau penyelenggaraan pengembangan pendidikan;


k. Pemberian bantuan dan kerjasama dalam kegiatan penelitian dan

pengembangan; dan
l. Keikutsertaan dalam program pendidikan dan/atau penelitian yang

diselenggarakan oleh Pemerintah di dalam dan/atau di luar negeri.

Menurut Sutomo (2010: 77) sifat hubungan sekolah dengan

masyarakat dapat merupakan:

a. Hubungan timbal balik yang menghasilkan manfaat bagi kedua belah

pihak.
b. Hubungan yang bersifat sukarela berdasarkan prinsip bahwa sekolah

merupakan bagian yang tak terpisahkan (integral) dari masyarakat.


c. Hubungan yang bersifat kontinu/berkesinambungan antara sekolah

dengan masyarakat.
d. Hubungan keluar kampus atau "external public relation" guna

menambah simpati masyarakat terhadap sekolah.


e. Hubungan ke dalam kampus atau "internal public relation" guna

menambah keyakinan atau mempertebal pengertian para sivitas

akademika tentang segala pemilikan material dan non material sekolah.

Dengan adanya hubungan-hubungan tersebut di atas dapatlah

terjalin kreativitas serta dinamika kedua belah pihak yang inovatif. Selain

itu dapat memadukan hubungan antara kehidupan sekolah dan kehidupan

masyarakat. Juga dapat menjadikan sekolah sebagai pusat kebudayaan dan

ilmu pengetahuan bagi masyarakat, sedangkan masyarakat juga merupakan

sumber informasi dan inspirasi bagi sekolah serta sebagai lapangan

pengabdian bagi para siswa/peserta didik. Untuk mengikutsertakan dunia


7

usaha dan industri demi peningkatan mutu para lulusan sekolah, dengan

menampung saran-saran positif agar "output" lulusannya dapat senantiasa

relevan dengan kebutuhan dunia usaha dan industri, sehingga dapat

menampung tamatan sekolah secara maksimal (Sutomo, dkk, 2010: 55).

Kesimpulan yang dapat diambil bahwa hubungan sekolah dengan

masyarakat dalam bidang pendidikan dapat membangun hubungan yang

harmonis sehingga masyarakat dapat berperan serta dalam memajukan

sekolah.

b. Hubungan Kultural (Purwanto, 2012: 195; Sulistyorini, 2014: 164;

Wahjosumidjo, 2013: 331)

Hubungan kultural adalah usaha kerja sama antara sekolah dan

masyarakat yang memungkinkan adanya saling membina dan

mengembangkan kebudayaan masyarakat tempat sekolah itu berada.

Bahkan, yang diharapkan adalah hendaknya sekolah itu dapat menjadi titik

pusat dan sumber tempat terpencarnya norma-norma kehidupan (norma

agama, etika, sosial, estetika, dan lain sebagainya) yang baik bagi

kemajuan masyarakat yang selalu berubah dan berkembang maju. Jadi,

tidaklah salah bila sekolah dijadikan barometer bagi maju mundurnya

kehidupan beragama, cara berpikir, kesenian, kebudayaan, dan berbagai

hal yang terjadi dalam masyarakat (Minarti, 2016: 279).

c. Hubungan Institusional (Sutomo, Soetjipto dan Kosasih, 2013:

196; Sutomo, 2010: 77; Purwanto, 2012: 196;)


8

Hubungan institusional adalah hubungan kerja sama antara sekolah

dan lembaga-lembaga atau instansi-instansi resmi lainnya, baik swasta

maupun pemerintah. Misalnya, hubungan sekolah dengan Puskesmas,

pemerintah setempat, dinas pertanian, pasar, dan lain sebagainya.

Semuanya itu dilakukan dalam rangka perbaikan dan memajukan

pendidikan. Dengan demikian, peserta didik tidak lagi asing dengan

lingkungan tempat tinggalnya yang penuh dengan ragam profesi.

Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa

hubungan kerja sama antara sekolah dan masyarakat dapat dikategorikan

menjadi tiga jenis, yaitu (1) hubungan edukatif, yaitu hubungan yang

berkaitan dengan pendidikan; (2) hubungan kultural, yaitu hubungan yang

berkaitan dengan kebudayaan; dan (3) hubungan institusional, yaitu

hubungan yang berkaitan dengan kelembagaan.

3. Faktor Pendukung Hubungan Masyarakat dan Sekolah

Menurut Kompri (2014: 270), masyarakat merupakan kumpulan

individu dan kelompok yang terikat oleh kesatuan bangsa, negara,

kebudayaan, dan agama. Istilah masyarakat dalam Pasal 1 butir (27) UU

No. 20 Tahun 2003 (Tentang Sistem Pendidikan Nasional) diartikan

sebagai kelompok warga Negara Indonesia nonpemerintah yang

mempunyai perhatian dan peranan dalam bidang pendidikan. Dalam Pasal

1 butir (5) Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1992 (Tentang

Peranserta Masyarakat Dalam Pendidikan Nasional) ditegaskan: Peranserta


9

masyarakat adalah berbagai kegiatan masyarakat dalam pendidikan

nasional. Menurut Suryosubroto (2012: 67), partisipasi atau peran serta

masyarakat dalam kegiatan pendidikan adalah satu bentuk kerja sama yang

dapat dilaksanakan sekolah dengan masyarakat.

Menurut Wuriyanto (2017: 4) peran serta masyarakat adalah

kontribusi, sumbangan, dan keikutsertaan masyarakat dalam menunjang

upaya peningkatan mutu pendidikan. Pada masa sekarang tentunya orang

juga setuju, bahwa perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring pendidikan

melibatkan peran serta masyarakat. Kesadaran tentang pentingnya

pendidikan yang dapat memberikan harapan dan kemungkinan lebih baik

di masa yang akan datang, mendorong berbagai upaya dan perhatian

seluruh lapisan masyarakat. Hal inilah yang melahirkan kesadaran peran

serta masyarakat.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan,

bahwa peran serta masyarakat dalam pendidikan adalah aktivitas yang

dilakukan oleh sekelompok orang dalam bidang pendidikan dengan tujuan

untuk memajukan pendidikan dengan cara-cara tertentu. Kelompok orang

yang dimaksud adalah dapat berupa masyarakat yang berhubungan

langsung dengan pendidikan seperti orang tua siswa yang tergabung dalam

komite sekolah, masyarakat luas yang tergabung dalam dewan pendidikan,

dunia usaha seperti badan-badan usaha yang dapat berpartisipasi dalam

program Manajemen Berbasis Sekolah, penyelenggara pendidikan

nonpemerintah, dan sebagainya.


10

B. Peran Strategis PAUD

1. Pengertian Strategis

Dalam rangka pencapaian tujuan organisasi, telah umum diketahui

bahwa istilah strategi semula bersumber dari kalangan militer dan secara

populer sering dinyatakan sebagai "kiat yang digunakan oleh para jenderal

untuk memenangkan suatu peperangan." Dewasa ini istilah strategi sudah

digunakan oleh semua jenis organisasi dan ide-ide pokok yang terdapat

dalam pengertian semula tetap dipertahankan hanya saja aplikasinya

disesuaikan dengan jenis organisasi yang menerapkannya, karena dalam

arti yang sesungguhnya, manajemen puncak memang terlibat dalam satu

bentuk "peperangan" tertentu (Siagan, 2017: 15).

Pendapat lain menyatakan bahwa strategi merupakan istilah yang

sering diidentikkan dengan "taktik" yang secara bahasa dapat diartikan

sebagai "concerning the movement of organisms in respons to external

stimulus" (suatu yang terkait dengan gerakan organisme dalam menjawab

stimulus dari luar) (Adams, dkk, 2009: 1019). Sementara itu, secara

konseptual strategi dapat dipahami sebagai suatu garis besar haluan dalam

bertindak untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Strategi juga bisa

dipahami sebagai segala cara dan daya untuk menghadapi sasaran tertentu

dalam kondisi tertentu agar memperoleh hasil yang diharapkan secara

maksimal (Arifin, 2017: 39).


11

Kesimpulan yang dapat diambil bahwa strategi adalah suatu taktit

atau cara untuk mencapai sesuatu sesuai dengan maksud, tujuan dan

harapan.

2. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Anak usia dini adalah kelompok manusia yang berusia 0-6 tahun

(di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional), adapun berdasarkan para pakar

pendidikan anak, yaitu kelompok manusia yang berusia 9-8 tahun. Anak

usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan

dan perkembangan yang bersifat unik, dalam arti memiliki pola

pertumbuhan dan perkembangan (koordinasi motorik halus dan kasar),

intelegensi (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, dan kecerdasan

spiritual), sosial emosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan

komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan

perkembangan anak. Berdasarkan keunikan dalam pertumbuhan dan

perkembangannya, anak usia dini terbagi dalam tiga tahapan, yaitu (a)

masa bayi lahir sampai 12 bulan, (b) masa toddler (batita) usia 1-3

tahun, (c) masa prasekolah usia 3-6 tahun, (d) masa kelas awal SD 6-8

tahun. Pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini perlu diarahkan

pada peletakan dasar-dasar yang tepat bagi pertumbuhan dan

perkembangan manusia seutuhnya, yaitu pertumbuhan dan

perkembangan fisik, daya pikir, daya cipta, sosial emosional/bahasa dan


12

komunikasi yang seimbang sebagai dasar pembentukan pribadi yang

utuh (Mansur, 2015: 87).

Pendidikan sebenarnya dapat ditinjau dari dua segi: pertama

dari sudut pandangan masyarakat, dan kedua dari segi pandangan

individu. Dari segi pandangan masyarakat, pendidikan berarti

pewarisan kebudayaan dari generasi tua kepada generasi muda, agar

hidup masyarakat tetap berkelanjutan. Atau dengan kata lain,

masyarakat mempunyai nilai-nilai budaya yang ingin disalurkan dari

generasi ke generasi agar identitas masyarakat tersebut tetap terpelihara.

Dilihat dengan kaca mata individu, pendidikan berarti pengembangan

potensi-potensi yang terpendam dan tersembunyi. Ada lagi pandangan

ketiga tentang pendidikan, yaitu yang sekaligus memandang dari segi

masyarakat atau alam jagat dan dari segi individu (Langgulung, 2013:

1-2).

PAUD adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak

usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh, yang mencakup aspek

fisik dan nonfisik, dengan memberikan rangsangan bagi perkembangan

jasmani, rohani (moral dan spiritual), motorik, akal pikir, emosional,

dan sosial yang tepat agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara

optimal. Adapun upaya yang dilakukan mencakup stimulasi intelektual,

pemeliharaan kesehatan, pemberian nutrisi, dan penyediaan kesempatan

yang luas untuk mengeksplorasi dan belajar secara aktif. Dengan

demikian, PAUD dapat dideskripsikan sebagai berikut: Pertama,


13

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pemberian upaya untuk

menstimulasi, membimbing/mengasuh, dan pemberian kegiatan

pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan ketrampilan

pada anak.

Kedua, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan salah

satu bentuk penyelenggaraan yang menitikberatkan pada peletakan

dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik

halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi,

dan kecerdasan spiritual), sosio-emosional (sikap perilaku serta agama),

bahasa dan komunikasi. Ketiga, sesuai dengan keunikan dan

pertumbuhan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) disesuaikan dengan

tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini (Mansur,

2015: 88).

PAUD memiliki peran strategis dalam hubungan masyarakat

(Humas) yang ditandai dengan menjalin hubungan yang harmonis

dengan masyarakat sehingga adanya peran serta masyarakat dalam

memajukan lembaga/sekolah PAUD. Hal ini seperti yang dilakukan

PAUD Khodijah 04 di mayarakat Desa Rejosari Kelurahan Meteseh

Kecamatan Tembalang Semarang. Yang perlu diperhatikan dalam

program Humas di lembaga PAUD Khodijah 04 secara mendasar adalah

pelibatan peran serta orang tua dan masyarakat dalam mengelola

lingkungan sekolah.
14

Mencermati uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Anak usia

dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan

perkembangan yang bersifat unik, dalam arti memiliki pola

pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan perkembangannya ini

sangat menentukan untuk pertumbuhan dan perkembangan ke depan.

C. Peran Strategis PAUD dalam Membina Hubungan dengan

Masyarakat

Komunikasi yang efektif antara sekolah dengan masyarakat sangat

penting untuk menciptakan kemitraan yang kuat dan untuk meningkatkan

keterlibatan orang tua, hal ini sebagaimana dikatakan Graham and Clay dalam

The School Community Journal Scholar (2014: 126) Effective communication

is essential to create strong school-home partnerships and to increase

parental involvement.

Pada umumnya sekolah merupakan tempat anak didik untuk

memperoleh pengalaman-pengalaman, pengetahuan, keterampilan sehingga

anak didik akan mendapat bekal hidup kelak bekerja di lingkungan

masyarakat luas. Anak usia dini pada hakikatnya adalah manusia yang

memerlukan bimbingan, secara kodrati seorang anak sangat perlu pendidikan

dan bimbingan dari orang dewasa (Gross, dkk, 2016: .

Masyarakat sebagai lingkungan terbesar dalam kehidupan, berguna

untuk melatih jiwa anak dalam bersosialisasi terhadap masyarakat, seperti

bermain dan bergaul. Yang harus diperhatikan pengaruh lingkungan dan

kebudayaan masyarakat terhadap perkembangan pribadi anak misalnya anak


15

yang terdidik dalam keluarga yang religius, setelah dewasa akan cenderung

menjadi manusia yang religius pula (Nurmiyanti, 2014: 5).

Lingkungan dan keluarga sebagai pendidikan kedua setelah sekolah,

orang tua memiliki peran yang cukup strategis dalam membantu guru

memaksimalkan proses pembelajaran bagi anak-anak usia prasekolah. Dalam

menyikapi berbagai perubahan sosial dan teknologi yang begitu cepat dalam

masyarakat, maka orang tua harus memiliki pegangan edukatif dalam

menciptakan suasana pembelajaran.

Tugas pokok orang tua dan masyarakat yang dapat diberdayakan guru

dalam meningkatkan perannya adalah:

1. Memberi nama yang tepat. Pemberian nama akan memberi identitas

kepada anak. Dengan berbagai kemajuan dan perubahan sosial nama anak

semakin baik dan beragam, namun identitas keklaminan justru sangat

penting.

2. Kebiasaan memberikan pakaian yang sesuai. Berikan pakaian yang sesuai

dengan anak agar nantinya orangtua tidak bingung dengan kebiasaan anak

yang kelaki-lakian atau keperempuan-perempuanan akibat dari seringnya

memberikan pakaian yang tidak sesuai.

3. Pemilihan warna yang tepat, sebab warna dan motif juga sangat

berpengaruh terhadap identitas kekelaminan.

4. Pengembangan hobi yang menunjang. Kecenderungan biasanya terbaca

sejak kecil sehingga pengembangan hobi yang sesuai akan memberikan

bekal yang baik untuk perkembangan anak.


16

5. Memberikan batasan-batasan, aturan-aturan dengan bimbingan yang tepat

6. Memperhatikan tugas dalam rumah tangga secara tidak langsung anak

akan memperhatikan dan mengerti akan tugas dan kewajibannya

(Nurmiyanti, 2014: 7).

PAUD merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran strategis

dalam membina hubungan dengan masyarakat. PAUD banyak dikembangkan

oleh masyarakat dalam rangka membantu mensukseskan program pemerintah

dalam bidang pendidikan, khususnya pendidikan anak usia dini di seluruh

pelosok tanah air. PAUD berbasiskan masyarakat artinya PAUD yang

dikembangkan oleh masyarakat, dimana masyarakat merupakan subjek

pendidikan dan bukan merupakan objek pendidikan. PAUD yang

dikembangkan masyarakat ini merupakan jawaban dari kebutuhan masyarakat

karena pentingnya PAUD di wilayah tempat tinggal masyarakat yang

bersanglutan, tidak hanya berada di kota kota saja, namun PAUD harus

menjangkau di seluruh pelosok desa, sehingga PAUD berbasiskan masyarakat

ini dapat berada di tengah-tengah masyarakat yang menjadi sebuah kebutuhan

masyarakat, dan masyarakat saling menjaga keberlangsungan PAUD tersebut.

PAUD membina hubungan dengan masyarakat, khususnya berkomunikasi

dengan orang tua (Ulfa, 2015: 106).

Berkomunikasi dengan orangtua merupakan salah satu tanggungjawab

pendidik. Demikian juga dengan orangtua, mereka perlu menjalin komunikasi

dengan pendidik. Komunikasi timbal balik ini akan sangat efektif untuk

memberikan layanan yang berkualitas kepada anak usia dini. Orangtua dan
17

pendidik saling berbagi informasi baik mengenai program lembaga maupun

tentang individual anak. Orang tua dapat mengetahui program-program yang

akan dan sedang dilaksanakan oleh lembaga. Di samping itu juga dapat

memberi saran serta kritikan tentang pelaksanaan program-program dan

saling bekerja sama demi kemajuan lembaga tersebut. Pendidik dapat

menginformasikan dan berdiskusi tentang perkembangan anak selama

mengikuti kegiatan di lembaga tersebut dan juga menggali informasi dari

orangtua tentang berbagai hal mengenai anak tersebut (Nurniyanti, 2014 12).

Kegiatan berkomunikasi tersebut dapat dilakukan dengan berbagai

cara. Baik secara formal maupun informal, baik secara tertulis maupun lisan.

Akan tetapi bukan hal yang mudah baik bagi pendidik maupun orangtua

untuk menjalin komunikasi dua arah secara efektif. Ada banyak kendala baik

dari pendidik maupun orangtua.

Pendidikan yang diberikan kapada anak sebelum memasuki sekolah

dasar merupakan salah satu alternatif yang harus dikembangkan dalam

mempersiapkan anak menuju wajib belajar pendidikan dasar (9 tahun).

Pendidikan dan perhatian terhadap anak pada usia 0-6 tahun sangat

membantu perkembangan sosial, emosi, fisik, dan kognitif anak. Perhatian

terhadap perkembangan anak sejak dini sangat menentukan perkembangan

anak secara menyeluruh. Sebelum memasuki pendidikan formal di bangku

sekolah dasar, anak-anak perlu orientasi di bangku prasekolah. Persiapan ini

bisa dilakukan melalui pendidikan formal (TK), nonformal (TPA & KB),

maupun informal (Keluarga) (Ningrum, 2016: 1).


18

Pada sisi yang lain pemerintah melindungi hak anak mendapatkan

layanan pendidikan. Ini terbukti pada Pasal 28 Undang-undang Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mengatur PAUD,

namun implementasinya di lapangan masih jauh dari apa yang diharapkan,

contohnya: tidak meratanya jumlah lembaga pendidikan dan layanan

pendidikan anak usia dini, maupun fasilitas yang minim.

Proporsi antara lembaga pendidikan anak usia dini di Indonesia

didominasi oleh masyarakat, mencapai lebih dari 80% dengan biaya

pendidikan yang sangat murah hingga masuk kepada kategori tinggi.

Penyebaran lembaga pendidikan anak usia dini di Jawa relatif merata,

sedangkan di luar Jawa cenderung berada di daerah-daerah yang maju.

Tingginya lembaga pendidikan anak usia dini yang difasilitasi oleh

masyarakat menunjukkan dukungan berbagai dari pihak untuk pengembangan

lembaga PAUD (Wijayanti, 2015: 34).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa PAUD

merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran strategis dalam

membina hubungan dengan masyarakat. Hubungan masyarakat dalam hal ini

menjadi sebuah keharusan mengingat banyaknya kebutuhan pengembangan

berkelanjutan. Keberhasilan hubungan dengan masyarakat pada lembaga

pendidikan menentukan dukungan masyarakat dalam hal: pendanaan maupun

pemikiran dan perhatian untuk menjaga kelangsungan lembaga sekaligus

meningkatkan kualitasnya.
19

D. Kajian-kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang membahas peran sekolah

di masyarakat, manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat (Husemas),

namun belum ditemukan penelitian yang judulnya sama persis dengan

penelitian ini. Meskipun demikian, beberapa penelitian sebelumnya dapat

mendukung penelitian ini sebagai berikut:

Penelitian pertama oleh Karni (2013) dengan judul: Pengelolaan

Program Pendidikan Anak Usia Dini di TK Negeri Pembina Jatisrono.

Temuan penelitian ini memperlihatkan bahwa peran kepala TK Negeri

Pembina Jatisrono sebagai administrator dalam memajukan sekolahnya,

antara lain (1) mengelola kurikulum yang dilakukan dalam bentuk pemberian

motivasi, dorongan, pembinaan dan melakukan evaluasi perangkat

pembelajaran. (2) mengelola administrasi peserta didik yang diwujudkan

dalam bentuk mendata administrasi peserta didik, pengelolaan ekstrakurikuler

dengan baik. (3) mengelola administrasi sarana prasarana, dapat dilihat pada

pengadaan selalu dibicarakan bersama dan selalu membuat skala prioritas (4)

mengelola keuangan bersifat transparan karena semua alokasi dana selalu

dibicarakan bersama.

Penelitian Amalina (2014) dengan judul: Manajemen Humas dalam

Membangun Kepercayaan Wali Siswa di SMP Islam Terpadu Bina Umat

Sleman Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan di SMP Islam Terpadu Bina

Umat Sleman Yogyakarta, dengan metode penelitian kualitatif, dengan

subyek penelitian meliputi; kepala sekolah, kepala bagian humas, dan orang
20

tua siswa. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa aktivitas manajemen humas

di SMP IT Bina Umat meliputi: kegiatan internal dan eksternal. Dimana

aktivitas manajemen humas dalam program kegiatan internal meliputi; rapat

direksi, musyawarah kerja (rapat dewan guru), upacara, rihlah (study tour dan

refreshing), dan pentas seni (pensi). Adapun aktivitas manajemen humas

dalam program kegiatan eksternal meliputi; home visit, mediasi, kerjasama

dengan masyarakat sekitar, bakti sosial, kirab (pawai), pengajian rutin

mingguan, silaturahim dengan instansi lain, BUCS (Bina Umat Competition

Series), program monitoring informasi aktif dengan web, informasi dari mulut

ke mulut, dan SMS gateway.

Penelitian Zulaikhah (2010) dengan judul: Hubungan Manajemen

Mutu Kehumasan dengan Madrasah Aliyah Tajdil Ulum Tanggungharjo

Grobogan. Hasil temuannya penelitian ini adalah dengan adanya Manjemen

Humas yang secara efektif dapat meningkatkan mutu di sekolah tersebut.

Penelitian Rohmanah (2010) dengan judul: Implementasi

Manajemen Humas pada Lembaga Pendidikan Islam (Studi di SMA Ungaran

Nurul Islami Wonologo Mijen Semarang). Dari hasil temuannya penelitian

ini adalah ingin mengetahui sejauh mana proses pelaksanaan dan penerapan

Manajemen Humas pada lembaga pendidikan tersebut.

Penelitian Ulfa, (2015) dengan judul: Syahadat Sebuah Pendekatan

dalam Mengoptimalkan Manajemen PAUD Berbasis Masyarakat, Jurnal

Al-Ijtimaiyyah /Vol. 1, No. 1, Januari - Juni 2015. Temuan penelitian ini

memperlihatkan bahwa manajemen PAUD berbasis masyarakat akan sukses


21

dilaksanakan dengan menfungsikan beberapa pendekatan yang saling terkait.

Terdapat empat strategi pendekatan dalam mengoptimalkan proses

manajemen PAUD berbasis masyarakat dalam rangka mewujudkan gerakan

satu desa satu PAUD. Pendekatan tersebut akan mendukung manajemen

PAUD berbasis masyarakat yang terdiri dari pendekatan tentang kesadaran

masyarakat terhadap PAUD, keyakinan akan keberhasilan program PAUD,

harapan masyarakat terhadap PAUD, Adat budaya yang berlaku di

masyarakat yang dapat kita singkat menjadi pendekatan SYAHADAT

(sadar, yakin, harapan, adat budaya).

Penelitian Diadha (2015) dengan judul: Keterlibatan Orang Tua

dalam Pendidikan Anak Usia Dini di Taman Kanak-Kanak. Temuan

penelitian ini memperlihatkan bahwa Keterlibatan orang tua merupakan aspek

penting dalam sebuah pendidikan terutama dalam Pendidikan Anak Usia Dini

(PAUD). Hal tersebut karena orang tua merupakan pendidik pertama anak di

rumah dan merupakan orang yang pertama kali berinteraksi dengan anak. Baik

buruknya kualitas sebuah lembaga pendidikan akan dapat dilihat melalui

hubungan nya dengan orang tua. Akan tetapi beberapa penelitian menunjukkan

hasil bahwa keterlibatan orang tua dalam pendidikan masih sangat rendah.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian terdahulu itu sangat berbeda

dengan skripsi yang penulis susun saat ini. Fokus penelitian saat ini yaitu

adalah bagaimana Sekolah PAUD Khodijah 04 menjalin hubungan kerjasama

dengan masyarakat Desa Rejosari Kelurahan Meteseh Kecamatan Tembalang

Semarang. Persamaannya penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini yaitu

sama-sama membahas PAUD dalam konteks kerjasama dengan masyarakat.


22

Perbedaannya penelitian terdahulu hanya menitikberatkan pembahasan

tentang cara melakukan hubungan antara sekolah dengan masyarakat,

sedangkan penelitian saat ini lebih menitikberatkan pembahasan tentang

kendala apa saja yang dialami Sekolah PAUD Khodijah 04 dalam menjalin

kerjasama dengan masyarakat, dan bagaimana solusi mengatasi kendala yang

dialami Sekolah PAUD Khodijah 04 dalam menjalin kerjasama dengan

masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai