Anda di halaman 1dari 22

PENDAHULUAN

Leptospirosis tersebar di seleruh dunia, di semua benua kecuali benua Amerika,


namun terbanyak didapati di daerah tropis. Leptospira bisa terdapat pada binatang
piaraan seperti anjing, babi, lembu, kuda, kucing, marmut dan binatang pengerat lainnya
seperti tupa,musang, kelelawar, dan lain sebagainya. Di dalam tubuh binatang tersebut,
leptospira hidup di dalam ginjal atau air kemihnya. Tikus merupakan vektor utama dari
L.interohaemorrhagica penyebab leptospirosis pada manusia. Dalam tubuh tikus,
leptospira akan menetap dan membentuk koloni serta berkembang biak di dalam epitel
tubulus ginjal tikus dan secara terus-menerus dan ikut mengalir dalam filtrate urine.
Penyakit ini bersifat musiman, di daerah beriklim sedang masa puncak insiden dijumpai
pada musim panas dan musim gugur karena tempratur adalah faktor yang mempengaruhi
kelangsungan hidup leptospira, sedangkan di daerah tropis insidens tertinggi terjadi
selama musim hujan.1
Internasional Leptospirosis Society menyatakan Indonesia sebagai Negara dengan
dengan insidens leptospirosis tinggi dan peringkat ketiga di dunia untuk mortalitas. Di
Indonesia, leptospirosis ditemukan di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I
Yogyakarta, Lampung, Sumatra Selatan, Bengkulu, Riau, Sulawesi Selatan, Sulawesi
Utara, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Barat. Pada kejadian banjir besar di Jakarta
tahun 2002, dilaporkan lebih dari seratus kasus leptospirosis dengan 20 kematian.1

Leptospirosis Page 1
Leptospirosis

Leptospirosis adalah penyakit infeksi yang menyerang manusia dan hewan.


Penyakit ini disebabkan oleh leptospira patogenik dan memiliki manifestasi klinis yang
luas, bervariasi mulai dari infeksi yang tidak jelas sampai fulminan dan fatal. Pada jenis
yang ringan, leptospirosis dapat muncul seperti influenza dengan sakit kepala dan
myalgia. Leptospirosis yang berat, ditandai oleh jaundice, disfungsi renal dan diatesis
hemoragik, dikenal dengan Weils syndrome.(S-1)

Leptospirosis Page 2
Definisi (1,4)
Leptospirosis adalah suatu penyakit zoonosis yang disebabkan oleh mikroorganisme
Leptospira interogans tanpa memandang bentuk spesifik serotipenya. Penyakit ini
pertama sekali ditemukan oleh Weil pada tahun 1886 yang membedakan penyakit yang
disertai ikterus ini dengan penyakit lain yang juga mnyebabkan ikterus. Bentuk beratnya
dikenal sebagai Weils disease. Penyakit ini dikenal dengan berbagai nama seperti mud
fever, slamp fever, swamp fever, autumnal fever, infectious jaundice, dan lain-lain.
Leptospira acapkali luput didiagnosa karena gejala klinis tidak spesifik, dan sulit
dilakukan konfirmasi diagnosa tanpa uji laboratorium. Kejadian luar biasa leptospirosis
dalam dekade terakhir di beberapa negara telah menjadikan leptospirosis sebagai salah
satu penyakit yang termasuk emerging infectious disease.

Etiologi (1)

Leptospirosis disebabkan oleh genus leptospira, famili treponemataceae, suatu


mikroorganisme spirochaeta. Ciri khas organisme ini yakni berbelit, tipis, fleksibel,
panjangnya 5-15 um, dengan spiral yang sangat halus, lebarnya 0,1-0,2 um. Salah satu
ujung organisme sering membengkak, membentuk suatu kait. Terdapat gerak rotasi aktif,
tetapi tidak ditemukan adanya flagella. Spirochaeta ini demikian halus sehingga dalam
mikroskop lapangan gelap hanya dapat terlihat sebagai rantai kokus kecil-kecil. Dengan
pemeriksaan lapangan redup pada mikroskop biasa morfologi leptospira secara umum
dapat dilihat. Untuk mengamati lebih jelas gerakan leptospira digunakan mikroskop

Leptospirosis Page 3
lapangan gelap. Leptospira membutuhkan membutuhkan media dan kondisi yang khusus
untuk tumbuh dan mungkin membutuhkan waktu berminggu-minggu untuk
membuatkultur yang positif. Dengan medium Fletchers dapat tumbuh dengan baik
sebagai obligat aerob.
Secara sederhana, genus leptospira terdiri atas dua spesies; L. interrogans yang patogen
dan L. biflexa yang non paogen/saprofit. L. interrogans dibagi menjadi beberapa serogrup
dan serogrup ini dibagi menjadi banyak serovar menurut komposisi antigennya. Beberapa
serovar L. interrogans yang dapat menginfeksi manusia diantaranya adalah L.
icterohaemorrhagiae, L. canicola, L. pomona, L. javanica, dan lain-lain.
Menurut bebrapa peneliti, yang tersering menginfeksi manusia adalah L.
icterohaemorrhagica dengan reservoar tikus, L. canicola dengan reservoar anjing, dan L.
pomona dengan reservoar sapi dan babi.

Epidemiologi(5)

Dikenal pertama kali sebagai penyakit occupational (penyakit yang diperoleh akibat
pekerjaan) pada beberapa pekerja pada tahun 1883. Pada tahun 1886 Weil
mengungkapkan manifestasi klinis yang terjadi pada 4 penderita yang mengalami
penyakit kuning yang berat, disertai demam, perdarahan dan gangguan ginjal. Sedangkan
Inada mengidentifikasikan penyakit ini di jepang pada tahun 1916. Penyakit ini dapat
menyerang semua usia, tetapi sebagian besar berusia antara 10-39 tahun. Sebagian besar
kasus terjadi pada laki-laki usia pertengahan, mungkin usia ini adalah faktor resiko tinggi
tertular penyakit occupational ini.

Leptospirosis adalah zoonosis penting dengan penyebaran luas yang mempengaruhi


sedikitnya 160 spesies mamalia. Tikus, adalah reservoir yang paling penting, walaupun
mamalia liar yang lain yang sama dengan hewan peliharaan dan domestik dapat juga
membawa mikroorganisme ini. Leptospira meningkatkan hubungan simbiosis dengan
hostnya dan dapat menetap pada tubulus renal selama beberapa tahun.(s-1)

Leptospirosis Page 4
Angka kejadian penyakit tergantung musim. Di negara tropis sebagian besar kasus terjadi
saat musim hujan, di negara barat terjadi saat akhir musim panas atau awal gugur karena
tanah lembab dan bersifat alkalis.

Angka kejadian penyakit Leptospira sebenarnya sulit diketahui. Penemuan kasus


leptospirosis pada umumnya adalah underdiagnosed, unrreported dan underreported
sejak beberapa laporan menunjukkan gejala asimtomatis dan gejala ringan, self limited,
salah diagnosis dan nonfatal.

Di Amerika Serikat (AS) sendiri tercatat sebanyak 50 sampai 150 kasus leptospirosis
setiap tahun. Sebagian besar atau sekitar 50% terjadi di Hawai. Di Indonesia penyakit
demam banjir sudah sering dilaporkan di daerah Jawa Tengah seperti Klaten, Demak atau
Boyolali. Pada beberapa negara berkembang, leptospirosis tidak dianggap sebagai
masalah. Pada tahun 1999, lebih dari 500.000 kasus dilaporkan dari Cina, dengan nilai
case fatality rates dari 0,9 sampai 7,9%. Di Brazil, lebih dari 28.000 kasus dilaporkan
pada tahun yang sama.(s-1)

Beberapa tahun terakhir di derah banjir seperti Jakarta dan Tangerang juga dilaporkan
terjadinya penyakit ini. Bakteri leptospira juga banyak berkembang biak di daerah pesisir
pasang surut seperti Riau, Jambi dan Kalimantan.

Angka kematian akibat leptospirosis tergolong tinggi, mencapai 5-40%. Infeksi ringan
jarang terjadi fatal dan diperkirakan 90% termasuk dalam kategori ini. Anak balita, orang
lanjut usia dan penderita immunocompromised mempunyai resiko tinggi terjadinya
kematian.

Penderita berusia di atas 50 tahun, risiko kematian lebih besar, bisa mencapai 56 persen.
Pada penderita yang sudah mengalami kerusakan hati yang ditandai selaput mata
berwarna kuning, risiko kematiannya lebih tinggi lagi

Paparan terhadap pekerja diperkirakan terjadi pada 30-50% kasus. Kelompok yang
berisiko utama adalah para pekerja pertanian, peternakan, penjual hewan, bidang
agrikultur, rumah jagal, tukang ledeng, buruh tambang batubara, militer, tukang susu, dan

Leptospirosis Page 5
tukang jahit. Risiko ini berlaku juga bagi yang mempunyai hobi melakukan aktivitas di
danau atau sungai, seperti berenang atau rafting.

Penelitian menunjukkan pada penjahit prevalensi antibodi leptospira lebih tinggi


dibandingkan kontrol. Diduga kelompok ini terkontaminasi terhadap hewan tikus.
Tukang susu dapat terkena karena terkena pada wajah saat memerah susu. Penelitian
seroprevalensi pada pekerja menunjukan antibodi positif pada rentang 8-29%.

Meskipun penyakit ini sering terjadi pada para pekerja, ternyata dilaporkan peningkatan
sebagai penyakit saat rekreasi. Aktifitas yang beresiko meliputi perjalanan rekreasi ke
daerah tropis seperti berperahu kano, mendaki, memancing, selancar air, berenang, ski
air, berkendara roda dua melalui genangan, dan kegiatan olahraga lain yang berhubungan
dengan air yang tercemar. Berkemah dan bepergian ke daerah endemik juga
menambahkan resiko

Penularan(1,2,3)
Manusia dapat terinfeksi melalui kontak dengan tanah, air, atau lumpur yang telah
terkontaminasi oleh urine binatang yang telah terinfeksi leptospira. Infeksi tersebut
terjadi jika terdapat luka/erosi pada kulit ataupun selaput lendir. Air tergenang atau
mengalir lambat yang terkontaminasi urine binatang infeksius memainkan peranan dalam
penularan penyakit ini, bahkan air yang deras pun dapat berperan. Kadang-kadang
penyakit ini terjadi akibat gigitan binatang yang sebelumnya terinfeksi leptospira, atau
kontak dengan kultur leptospira di laboratorium. Ekspos yang lama pada genangan air
yang terkontaminasi terhadap kulit yang utuh juga dapat menularkan leptospira. Orang-
orang yang mempunyai resiko tinggi mendapat penyakit ini adalah pekerja-pekerja di
sawah, pertanian, perkebunan, peternakan, pekerja tambang, pekerja di rumah potong
hewan, atau orang-orang yang mengadakan perkemahan di hutan, dokter hewan.

Leptospirosis Page 6
Patogenesis(1)
Leptospira masuk ke dalam tubuh melalui kulit atau selaput lendir, memasuki aliran
darah dan berkembang, lalu menyebar secara luas ke jaringan tubuh. Kemudian terjadi
respon imunologi baik secara selular maupun humoral sehingga infeksi ini dapat ditekan
dan terbentuk antibodi spesifik. Walaupun demikian beberapa organisme ini masih
bertahan pada daerah yang terisolasi secara imunologi seperti di dalam ginjal dimana
sebagian mikroorganisme akan mencapai convoluted tubules, bertahan di sana dan
dilepaskan melalui urin. Leptospira dapat dijumpai dalam air kemih sekitar 8 hari sampai
beberapa minggu setelah infeksi dan sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun
kemudian. Leptospira dapat dihilangkan dengan fagositosis dan mekanisme humoral.
Kuman ini dengan cepat lenyap dari darah setelah terbentuknya aglutinin. Setelah fase
leptospiremia 4-7 hari, mikroorganisme hanya dapat ditemukan dalam jaringan ginjal dan
okuler. Leptospiruria berlangsung 1-4 minggu.
Tiga mekanisme yang terlibat pada patogenese leptospirosis; invasi bakteri langsung,
faktor inflamasi non spesifik, dan reaksi imunologi.

Leptospirosis Page 7
Patologi (1,6)

Dalam perjalanan pada fase leptospiremia, leptospira melepaskan toksin yang


bertanggung jawab atas terjadinya keadaan patologi pada bebrapa organ. Lesi yang
muncul terjadi karena kerusakan pada lapisan endotel kapiler. Pada leptospirosis terdapat
perbedaan anatara derajat gangguan fungsi organ dengan kerusakan secara histologik.
Pada leptospirosis lesi histologis yang ringan ditemukan pada ginjal dan hati pasien
dengan kelainan fungsional yang nyata dari organ tersebut. Perbedaan ini menunjukkan
bahwa kerusakan bukan pada struktur organ. Lesi inflamasi menunjukkan edema dan
infiltrasi sel monosit, limfosit, dan sel plasma. Pada kasus yang erat terjadi kerusakan
kapiler dengan pedarahan yang luas dan disfungsi hepatoseluler dengan retensi bile.
Selain di ginjal, leptospira juga dapat bertahan pada otak dan mata. Leptospira dapat
masuk ke dalam cairan serebrospinalis pada fase leptospiremia. Hal ini akan
menyebabkan meningitis yang merupakan gangguan neurologi terbanyak yang terjadi
akibat komplikasi leptospirosis. Organ-organ yang sering dikenai leptospira adalah ginjal,
hati, otot dan pembuluh darah. Kelainan spesifik pada organ :
1. Ginjal
Interstitial nefritis dengan infiltrasi sel mononuclear merupakan bentuk lesi pada
leptospirosis yang dapat terjadi tanpa gangguan fungsi ginjal. Gagal ginjal terjadi

Leptospirosis Page 8
akibat tubular nekrosis akut. Adanya peranan nefrotoksin, reaksi imunologis, iskemia
ginjal, hemolisis dan invasi langsung mikroorganisme juga berperan menimbulkan
kerusakan ginjal.
2. Hati
Hati menunjukkan nekrosis sentilobuler fokal dengan infiltrasi sel limfosit fokal dan
proliferasi sel kupfer dengan kolestasis. Pada kasus-kasus yang diotopsi, sebagian
ditemukan leptospira dalam hepar. Biasanya organisme ini terdapat diantara sel-sel
parenkim.
3. Jantung
Epikardium, endokardium dan miokardium dapat terlibat. Kelainan miokardium dapat
fokal atau difus berupa interstitial edema dengan infiltrasi sel mononuclear dan
plasma. Nekrosis berhubungan dengan infiltrasi neutrofil. Dapat terjadi perdarahan
fokal pada miokardium dan endokarditis.
4. Otot rangka
Pada otot rangka, terjadi perubahan-perubahan berupa local nekrotis, vakuolisasi dan
kehilangan striata. Nyeri otot yang terjadi pada leptospira disebabkan invasi langsung
leptospira. Dapat juga ditemukan antigen leptospira pada otot.
5. Mata
Leptospira dapat masuk ruang anterior dari mata selama fase leptospiremia dan
bertahan beberapa bulan walaupun antibody yang terbentuk cukup tinggi. Hal ini
akan menyebabkan uveitis.
6. Pembuluh darah
Terjadi perubahan pada pembuluh darah akibat terjadinya vaskulitis yang akan
menimbulkan perdarahan. Sering ditemukan perdarahan/pteki pada mukosa,
permukaan serosa dan alat-alat viscera dan perdarahan bawah kulit
7. Susunan saraf pusat
Leptospira mudah masuk kedalam cairan cerebrospinal (CSS) dan dikaitkan dengan
terjadinya meningitis. Meningitis terjadi sewaktu terbentuknya respon antibody, tidak
pada saat memasuki CSS. Diduga bahwa terjadinya meningitis diperantarai oleh
mekanisme imunologis. Terjadi penebalan meninges dengan sedikit peningkatan sel
mononuclear arakhnoid. Meningitis yang terjadi adalah meningitis aseptic, biasanya
paling sering disebabkan oleh L. canicola.

Weil Disease(1,2)

Leptospirosis Page 9
Weil Disease adalah leptospirosis berat yang ditandai dengan ikterus, biasanya
disertai perdarahan, anemia, azotemia, gangguan kesadaran, demam tipe kontinua,
dan berkurangnya kemampuan darah untuk membeku sehingga terjadi perdarahan
dalam jaringan. Gejala awal dari sindroma Weil lebih ringan dari leptospirosis.
Pemeriksaan darah menunjukkan adanya anemia. Pada kari ke-3 sampai hari ke-6,
muncul tanda-tanda kerusakan ginjal dan hati. Penderita akan merasakan sakit saat
berkemih atau air kemihnya berdarah. Kerusakan hati biasanya ringan dan akan
sembuh total.
Penyakit weil ini biasanya terdapat pada 1-6% kasus dengan leptospirosis. Penyebab
weil disease adalah serotipe icterohaemorragica, pernah juga dilaporkan oleh seotipe
copenhageni dan bataviae. Gambaran klinis berupa gangguan renal, hepatik atau
disfungsi vaskular.

Gambaran Klinis (1,5,6)


Masa inkubasi 2-26 hari, biasanya 7-13 hari dan rata-rata 10 hari. Leptospirosos
mempunyai 2 fase penyakit khas yaitu fase leptospiremia dan fase imun.
Manifestasi klinis yang sering terjadi ialah demam, menggigil, sakit kepala,
meningismus, anoreksia, mialgia, conjungtival suffusion, mual, muntah, nyeri
abdomen, ikterus, hepatomegali, ruam kulit, fotofobia. Sedangkan manifestasi klinis
yang jarang terjadi ialah pneumonitis, hemoptoe, delirim, perdarahan, diare, edema,
splenomegali, artralgia, gagal ginjal, neuritis, pankreatitis, parotitis, epididimitis,
hematemesis, asites, miokarditis.

Leptospirosis Page 10
Leptospirosis Page 11
Fase Leptospiremia
Fase ini ditandai dengan adanya leptospira di dalam darah dan cairan serebrospinal,
berlangsung secara tiba-tiba dengan gejala awal sakit kepala biasanya di frontal, rasa
sakit pada otot yang hebat terutama pada paha, betis dan pinggang diserai nyeri tekan.
Mialgia dapat diikuti dengan hiperestesi kulit, demam tinggi yang disertai menggigil,
juga didapati mual dengan atau tanpa muntah disertai mencret, bahkan pada sekitar
25% kasus disertai penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan keadaan sakit berat,
bradikardi relatif, dan ikterus (50%). Pada hari ke 3-4 dapat dijumpai adanya
konjungtiva suffusion dan fotofobia. Pada kulit dapat dijumpai rash yang berbentuk
makular, makulopapular, atau urtikaria. Kadang-kadang dijumpai splenomegali,
hepatomegali, serta limfadenopati. Fase ini berlangsung 4-7 hari. Jika cepat ditangani
pasien akan membaik, suhu akan kembali normal, penyembuhan organ-organ yang
terlibat dan fungsinya kembali normal 3-6 minggu setelah onset. Pada keadaan sakit
yang lebih berat demam turun setelah 7 hari diikuti oleh bebas demam selama 1-3
hari, setelah itu terjadi demam kembali. Keadaan ini disebut fase kedua atau fase
imun.

Fase Imun
Fase ini ditandai dengan peningkatan titer antibodi, dapat timbul demam yang
mencapai suhu 40C disertai menggigil dan kelemahan umum. Terdapat rasa sakit
yang menyeluruh pada leher, perut, dan otot-otot kaki terutama otot betis. Terdapat
perdarahn berupa epistaksis, gejala kerusakan pada ginjal dan hati, uremia dan ikterik.
Perdarahan paling jelas terlihat pada fase ikterik, purpura, ptekie, epistaksis,
perdarahan gusi merupakan manifestasi perdarahan paling sering. Conjungtiva
injection dan conjungtival suffusion dengan ikterus merupakan tanda patognomonis
untuk leptospirosis.
Terjadinya meningitis merupakan tanda pada fase ini, walaupun hanya 50% gejala
dan tanda meningitis, tetapi pleiositosos pada CSS dijumpai pada 50-90% pasien.
Tanda-tanda meningeal dapat menetap dalam beberapa minggu, tetapi biasanya
menghilang setelah 1-2 hari. Pada fase ini leptospira dijumpai didalam urin.

Leptospirosis Page 12
PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN RADIOLOGI(s-1)
Ditemukannya sedimen urin (leukosit, eritrosit, dan hyalin atau granular) dan
proteinuria ringan pada leptospirosis anikterik menjadi gagal ginjal dan azotemia pada
kasus yang berat. Jumlah sedimen eritrosit biasanya meningkat. Pada leptospirosis
anikterik, jumlah leukosit antara 3000-26000/L, dengan pergeseran ke kiri; pada Weils
sindrome, sering ditandai oleh leukositosis. Trombositopenia yang ringan terjadi pada
50% pasien dan dihubungkan dengan gagal ginjal. Pada perbandingannya dengan
hepatitis virus akut, leptospirosis memiliki bilirubin dan alkali phospatase serum yang
meningkat sama dengan peningkatan ringan dari aminotransferase serum (sampai 200/ul).
Pada Weils sindrome, protrombin time dapat memanjang tetapi dapat dikoreksi dengan
vitamin K. Kreatin phospokinase yang meningkat pada 50 % pasien dengan leptospirosis
selama minggu pertama perjalanan penyakit, dapat membantu membedakannya dengan
infeksi hepatitis virus.
Bila terjadi reaksi meningeal, awalnya terjadi predominasi leukosit
polimorfonuklear dan diikuti oleh peningkatan sel mononuklear. Konsentrasi protein pada
LCS dapat meningkat dan glukosa pada LCS normal.
Pada leptopirosis berat, lebih sering ditemukan abnormalitas gambaran radiologis
paru daripada berdasarkan pemeriksaan fisik berupa gambarab hemoragik alveolar yang
menyebar. Abnormalitas ini terjadi 3-9 hari setelah onset. Abnormalitas radiografi ini
paling sering terlihat pada lobus bawah paru.

Diagnosis
Pada umumnya diagnosis awal leptospirosis sulit karena pasien biasanya datang
meningitis, hepatitis, nefritis, pneumonia, influenza, sindroma syok toksik, demam
yang tidak diketahui asalnya dan diatesis hemoragik, bahkan beberapa kasus datang
dengan pankreatitis. Pada anamnesis penting diketahui tentang riwayat pekerjaan
pasien, apakah termasuk kelompok risiko tinggi. Gejala atau keluhan didapati demam
yang muncul mendadak, sakit kepala terutama di bagian frontal, nyeri otot, mata
merah/fotofobia, mual atau muntah. Pada pemeriksaan fisik dijumpai demam,
bradikardia, nyeri tekan otot, hepatomegali, dan lain-lain. Pada pemeriksaan
laboratorium darah rutin bisa dijumpai leukositosis, normal, atau sedikit menurun

Leptospirosis Page 13
disertai gambaran neutrofilia dan laju endap darah yang meninggi. Pada urin dijumpai
proteinuria, leukosituria, dan cast. Bila organ hati terlibat, bilirubin direk meningkat
tanpa peningkatan transaminase. BUN, ureum dan kreatinin juga bisa meninggi bila
terjadi komplikasi pada ginjal. Trombositopenia terdapat pada 50% kasus. Diagnosa
pasti dengan isolasi leptospira dari cairan tubuh dan serologi.
Kultur
Dengan mengambil specimen dari darah atau CSS selama 10 hari pertama
perjalanan penyakit. Dianjurkan untuk melakukan kultur ganda dan mengambil specimen
pada fase leptospiremia serta belum diberi antibiotic. Kultur urine diambil setelah 2-4
minggu onset penyakit. Kadng-kadang kultur urin masih positif selama memerapa bulan
atau tahun setelah sakit. Untuk isolasi leptospira dari cairan atau jaringan tubuh,
digunakan medium Ellinghausen-McCullough-Johnson-Harris; atau medium Fletcher dan
medium Korthof. Spesimen dapat dikirim ke laboratorium untuk dikultur , karena
leptospirosis dapat hidup dalam heparin, EDTA atau sitrat sampai 11 hari. Pada specimen
yang terkontaminasi, inokulasi hewan dapat digunakan.

Serologi
Jenis uji serologi dapat dilihat pada table 3 pemeriksaan untuk mendeteksi adanya
leptospira dengan cepat adalah dengan pemeriksaan Polymerase Chain Reaktion (PCR),
silver stain, atau fluroscent antibody stain, dan mikroskop lapangan gelap.

Table 3. Jenis uji serologi pada Leptospirosis


Microscopic Agglutination Test (MAT)
Macroscopic Slide AgglutinationTest (MSAT)
Uji carik celup : Enzyme linked immunosorbant assay
- Lepto Dipstick (ELISA)
- LeptoTek Lateral Flow Microcapsule agglutination test
Aglutinasi lateks kering Patoc-slide agglutination test (PSAT)
(LeptoTek Dry-Dot) Sensitized erythrocyte lysis test (SEL)
Indirect Fluorescent antibody test (IFAT) Counter immune electrophoresis (CIE)
Indirect haemagglutination test (IHA)

Leptospirosis Page 14
Uji aglutinasi lateks
Complement fixation test (CFT)

DIAGNOSIS BANDING(s-1)
Leptospirosis harus dibedakan dengan demam yang lain dihubungkan dengan
sakit kepala dan nyeri otot,seperti dengue, malaria, demam enterik, hepatitis virus, dan
penyakit rickettsia.
* Dengue Fever
* Hantavirus Cardiopulmonary Syndrome
* Hepatitis
* Malaria
* Meningitis
* Mononucleosis, influenza
* Enteric fever
* Rickettsial disease
* Encephalitis
* Primary HIV infection

Pengobatan
Pengobatan suportif dengan observasi ketat untuk mendeteksi dan mengatasi keadaan
dehidrasi, hipotensi, perdarahan dan gagal ginjal sangat penting pada leptospirosis.
Gangguan fungsi ginjal umumnya dengan spontan akan membaik dengan membaiknya
kondisi pasien. Namun pada beberapa pasien membutuhkan tindakan hemodialisa
temporer.(1)
Pemberian antibiotic harus dimulai secepat mungkin, biasanya pemberian dalam 4 hari
setelah onset cukup efektif. Berbagai jenis antibiotik pilihan, seperti : (1)

Leptospirosis Page 15
Untuk kasus leptospirosis berat, pemberian intra vena penicillin G, amoxiciliin, ampisilin
atau eritromisin dapat diberikan. Sedangkan untuk kasus-kasus ringan dapat diberikan
antibiotika oral tetrasiklin, doksisiklin, ampisilin atau amoksisilin maupun sefalosporin. (1)
Sampai saat ini penisilin masih merupakan antibiotika pilihan utama, namun perlu diingat
bahwa antibiotika bermanfaat jika leptospira masih di dalam darah (fase leptospiraemia).
Pada pemberian penisilin, dapat muncul reaksi Jarisch- Herxherimer 4 sampai 6 jam
setelah pemberian intra vena, yang menunjukkan adanya aktivitas anti-leptospira.
Tindakan suportif diberikan sesuai dengan keparahan penyakit dan komplikasi yang
timbul. Keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa diatur sebagaimana pada
penanggulangan gagal ginjal secara umum. Kalu terjadi azotemia/uremia berat sebaiknya
dilakukan dialysis. (1)

PROGNOSIS(s-1)
Prognosis penderita dengan infeksi ringan sangat baik tetapi kasus yang lebih
berat seringkali lebih buruk. Jika tidak ada ikterus, penyakit jarang fatal, karena pada
kasus dengan ikterus angka kematian mencapai 5% pada umur di bawah 30 tahun, dan
pada usia lanjut mencapai 30-40%. Sedangkan leptospirosis selama kehamilan dapat
meningkatkan mortalitas fetus.
Komplikasi

Leptospirosis Page 16
Komplikasi meliputi meningitis, fatigue berlebihan, gangguan pendengaran, distress
respirasi, azotemia, dan renal interstitial tubular necrosis yang akhirnya menyebabkan
gagal ginjal dan kadang juga gagal hati. Bentuk berat dari penyakit ini disebut Weils
disease. Masalah kardiovascular juga dapat terjadi.(2)
o Pada hati : kekuningan yang terjadi pada hari ke 4 dan ke 6.
o Pada ginjal : gagal ginjal yang dapat menyebabkan kematian.
o Pada jantung : berdebar tidak teratur, jantung membengkak dan gagal jantung
yang dapat mengikabatkan kematian mendadak.
o Pada paru-paru : batuk darah, nyeri dada, sesak nafas.
o Perdarahan karena adanya kerusakan pembuluh darah dari saluran pernafasan,
saluran pencernaan, ginjal, saluran genitalia, dan mata (konjungtiva).
o Pada kehamilan : keguguran, prematur, bayi lahir cacat dan lahir mati.

Pencegahan
Pencegahan leptospirosis khususnya didaerah tropis sangat sulit. Banyaknya hospes
perantara dan jenis serotype sulit untuk dihapuskan. Bagi mereka yang mempunyai risiko
tinggi untuk tertular leptospirosis harus diberikan perlindungan berupa pakaian khusus
yang dapat melindunginya dari kontak dengan bahan-bahan yang telah terkontaminasi
dengan kemih binatang reservoir. Pemberian doksisiklin 200 mg perminggu dikatakan
bermanfaat untuk mengurangi serangan leptospirosis bagi mereka yang memiliki risiko
tinggi dan terpapar dalam waktu singkat. Penelitian terhadap tentara Amerika di hutan
Punama selama 3 minggu, ternyata dapat mengurangi serangan leptospirosis dari 4-2%
menjadi 0,2% san efikasi pencegahan 95%.(1)
Vaksinasi terhadap hewan-hewan tersangka reservoir sudah lama direkomendasikan,
tetapi vaksinasi terhadap manusia belum berhasil dilakukan, masih memerlukan
penelitian lebih lanjut. (1)
Sementara itu, cara-cara yang dapat dilakukan oleh masyarakat agar terhindar dari
penyakit ini, diantaranya:
Menyimpan makanan dan minuman dengan baik agar terhindar dari tikus.
Mencuci tangan, dengan sabun sebelum makan.

Leptospirosis Page 17
Mencuci tangan, kaki serta bagian tubuh lainnya dengan sabun setelah bekerja di
sawah/ kebun/ sampah/ tanah/ selokan dan tempat tempat yang tercemar lainnya.
Melindungi pekerja yang beresiko tinggi terhadap Leptospirosis ( petugas kebersihan,
petani, petugas pemotong hewan dan lain lain ) dengan menggunakan sepatu bot dan
sarung tangan.
Menjaga kebersihan lingkungan.
Menyediakan dan menutup rapat tempat sampah.
Membersihkan tempat tempat air dan kolam kolam renang.
Menghindari adanya tikus didalam rumah atau gedung.
Menghindari pencemaran oleh tikus.
Melakukan desinfeksi terhadap tempat tempat tertentu yang tercemar oleh tikus.
Meningkatkan penangkapan tikus.

RINGKASAN

Leptospirosis Page 18
- Leptospirosis adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Leptospira interogans berbentuk spiral yang menyerang hewan dan manusia dan
dapat hidup di air tawar selama lebih kurang 1 bulan.

- Internasional Leptospirosis Society menyatakan Indonesia sebagai Negara dengan


dengan insidens leptospirosis tinggi dan peringkat ketiga di dunia untuk
mortalitas. Di Indonesia, leptospirosis ditemukan di DKI Jakarta, Jawa Barat,
Jawa Tengah, D.I Yogyakarta, Lampung, dll.

- Leptospirosis disebabkan oleh genus leptospira, famili treponemataceae, suatu


mikroorganisme spirochaeta. Ciri khas organisme ini yakni berbelit, tipis,
fleksibel, panjangnya 5-15 um, dengan spiral yang sangat halus, lebarnya 0,1-0,2
um.

- Dikenal pertama kali sebagai penyakit occupational (penyakit yang diperoleh


akibat pekerjaan) pada beberapa pekerja pada tahun 1883. Pada tahun 1886 Weil
mengungkapkan manifestasi klinis yang terjadi pada 4 penderita yang mengalami
penyakit kuning yang berat, disertai demam, perdarahan dan gangguan ginjal.

- Manusia dapat terinfeksi melalui kontak dengan tanah, air, atau lumpur yang telah
terkontaminasi oleh urine binatang yang telah terinfeksi leptospira. Infeksi
tersebut terjadi jika terdapat luka/erosi pada kulit ataupun selaput lendir. Air
tergenang atau mengalir lambat yang terkontaminasi urine binatang infeksius
ataupun dari gigitan binatang yang terinfeksi leptospirosis.

- Organ-organ yang sering dikenai leptospira adalah ginjal, hati, otot dan pembuluh
darah. Kelainan spesifik pada organ : ginjal,hati,jantung,otot
rangka,mata,pembuluh darah,susunan saraf pusat.

- Weil Disease adalah leptospirosis berat yang ditandai dengan ikterus, biasanya
disertai perdarahan, anemia, azotemia, gangguan kesadaran, demam tipe kontinua,

Leptospirosis Page 19
dan berkurangnya kemampuan darah untuk membeku sehingga terjadi
perdarahan.

- Masa inkubasi 2-26 hari, biasanya 7-13 hari dan rata-rata 10 hari. Leptospirosos
mempunyai 2 fase penyakit khas yaitu fase leptospiremia dan fase imun.

- Manifestasi klinis yang sering terjadi ialah demam, menggigil, sakit kepala,
meningismus, anoreksia, mialgia, conjungtival suffusion, mual, muntah, nyeri
abdomen, ikterus, hepatomegali, ruam kulit, fotofobia.

- Fase leptospira : Fase ini ditandai dengan adanya leptospira di dalam darah dan
cairan serebrospinal, berlangsung secara tiba-tiba dengan gejala awal sakit kepala
biasanya di frontal, rasa sakit pada otot yang hebat terutama pada paha, betis dan
pinggang diserai nyeri tekan. Mialgia dapat diikuti dengan hiperestesi kulit,
demam tinggi yang disertai menggigil, juga didapati mual dengan atau tanpa
muntah disertai mencret

- Fase Imun : Fase ini ditandai dengan peningkatan titer antibodi, dapat timbul
demam yang mencapai suhu 40C disertai menggigil dan kelemahan umum.
Terdapat rasa sakit yang menyeluruh pada leher, perut, dan otot-otot kaki terutama
otot betis. Terdapat perdarahn berupa epistaksis, gejala kerusakan pada ginjal dan
hati, uremia dan ikterik. Perdarahan paling jelas terlihat pada fase ikterik, purpura,
ptekie, epistaksis, perdarahan gusi merupakan manifestasi perdarahan paling
sering.

- Ditemukannya sedimen urin (leukosit, eritrosit, dan hyalin atau granular) dan
proteinuria ringan pada leptospirosis anikterik menjadi gagal ginjal dan azotemia
pada kasus yang berat. Jumlah sedimen eritrosit biasanya meningkat. Pada

Leptospirosis Page 20
leptospirosis anikterik, jumlah leukosit antara 3000-26000/L, dengan pergeseran
ke kiri; pada Weils sindrome, sering ditandai oleh leukositosis.Trombositopenia
yang ringan terjadi pada 50% pasien dan dihubungkan dengan gagal ginjal.

- Pengobatan suportif dengan observasi ketat untuk mendeteksi dan mengatasi


keadaan dehidrasi, hipotensi, perdarahan dan gagal ginjal sangat penting pada
leptospirosis,antibiotik, tindakan suportif diberikan sesuai dengan keparahan
penyakit dan komplikasi yang timbul. Keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam
basa diatur sebagaimana pada penanggulangan gagal ginjal secara umum.

- Komplikasi meliputi meningitis, fatigue berlebihan, gangguan pendengaran,


distress respirasi, azotemia, dan renal interstitial tubular necrosis yang akhirnya
menyebabkan gagal ginjal dan kadang juga gagal hati.

- Bagi mereka yang mempunyai risiko tinggi untuk tertular leptospirosis harus
diberikan perlindungan berupa pakaian khusus yang dapat melindunginya dari
kontak dengan bahan-bahan yang telah terkontaminasi dengan kemih binatang
reservoir.

- Pemberian doksisiklin 200 mg perminggu dikatakan bermanfaat untuk


mengurangi serangan leptospirosis bagi mereka yang memiliki risiko tinggi dan
terpapar dalam waktu singkat.

Leptospirosis Page 21
DAFTAR PUSTAKA

1. Zein, Umar. Leptospirosis. Dalam buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid III edisi
IV. Jakarta : pusat penerbitan Departemen ilmu penyakit dalam FKUI. 2006. Hal
1823-5.
2. Anonim. Leptospirosis, diunduh dari http://en.wikipedia.org/wiki/Leptospirosis
pada hari minggu, 20 Desember 2009.
3. Anonim. Leptopsirosis,diunduh dari http://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Leptospirosis&action=edit&section=5 pada hari minggu, 20 Desember
2009.
4. Anonim. Leptopsirosis,diunduh dari
http://medicastore.com/penyakit/190/Leptospirosis.html hari minggu, 20
Desember 2009.
5. Cunha, John P. Leptospirosis. http://www.medicinenet.com/leptospirosis/page2.htm
6. Dugdale, David C. Leptospirosis.
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001376.htm

Leptospirosis Page 22

Anda mungkin juga menyukai