Anda di halaman 1dari 10

DIFTERI

Disusun Oleh :

Devi Novitasari (P1337420615046)

DIV KEPERAWATAN SEMARANG

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

TAHUN 2017

PENGERTIAN
Difteri merupakan salah satu penyakit yang sangat menular ( contagious disease).
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphetheria yaitu kuman yang
menyerang saluran pernafasan, terutama bagian tonsil, nasofaring ( bagian antara hidung
dan faring atau tenggorokan) dan laring.

PENYEBAB
Disebabkan oleh corynebakterium diptheriae , bakteri gram positif yang bersifat polimorf,
tidak bergerak dan tidak membentuk spora. Sifat basil polimorf , gram positif, tidak bergerak dan
tidak membentuk spora, mati pada pemanasan 60 0C selama 10 menit, tahan sampai bebera[pa
minggu dalam es, air susu, dan lender yang telah mongering.

PENULARAN

Penyakit difteri menular melalui tetes udara atau percikan ludah yang dikeluarkan
oleh penderita ketika batuk atau bersin. Selain itu, dari jari jari, handuk, dan susu yang
terkontaminasi juga bisa menularkan penyakit difteri kepada orang lain.Penularan juga
dapat terjadi melalui tissue/ sapu tangan atau gelas bekas minum penderita atau
menyentuh luka penderita.

TINGKAT KEPARAHAN

Menurut keparahan ada tiga tingkat:

a.Infeksi ringan: bila pseudomembran hanya terjadi pada mukosa hidung dengan
gejala hanya nyeri.

b.Infeksi sedang: bila pseudomembran telah menyerang faring sampai membuka


pembengkakan pada laring.
c.Infeksi berat: sumbatan nafas yang berat disertai gejala komplikasi seperti
miokarditis, paralisis, nefritis.

GEJALA
PATOFISIOLOGI
Corynebacterium dipteriae masuk kehidung atau mulut dimana basil akan menempel dimukosa saluran nafas bagian atas,
kadang kadang kulit, mata atau mukosa genital. Setelah 2 4 jam hari masa inkubasi kuman dangan corynephage
menghasilkan toksik yang mula mula diabsorsi oleh membrane sel, kemudian penetrasi dan interferensi dengan sintesa
protein bersama sama dengan sel kuman mengeluarkan suatu enzim penghancur terhadap Nicotinamide Adenine.
Dinucleotide ( NAD ). Sehingga sintesa protein terputus karena enzim dibutuhkan untuk memindahkan asam amino dan
RNA dengan memperpanjang rantai polipeptida akibatnya terjadi nekrose sel yang menyatu dengan nekrosis jaringan dan
membentukeksudat yang mula mula dapat diangkat , produksi toksin kian meningkat dan daerah infeksi makin meluas
akhirnya terjadi eksudat fibrin, perlengketan dan membentuk membrane yang berwarna dari abu abu sampai hitam
tergantung jumlah darah yang tercampur dari perbentukan membrane tersebut apabila diangkat maka akan terjadi
pendarahan dan akhirnya menimbulkan difteri.

Hal tersebut dapat menimbulkan beberapa dampak antara lain sesak nafas sehingga menyebabkan pola nafas tidak
efektif , anoreksia sehingga penderita tampak lemah , sehingga terjadi intoleransi aktifitas.

PATHWAY
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret dan
edema kelenjer limfe, laring dan trakea.
2. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi pada tonsil dan faring.
3. Hipertermi berhubungan dengan proses masuknya kuman dalam tubuh.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia.

KOMPLIKASI
a) Nafas berhenti atau apnea
b) Neuritis

Neuritis merupakan peradangan pada saraf

c) Miokarditis

Miokarditis adalah peradangan atau inflamasi pada miokardium

d) Nefritis

Nefritis adalah kerusakan pada bagian glomerulus ginjal akibat infeksi kuman umumnya bakteri
streptococcus
e) Paralisis

Kelumpuhan (paralisis) adalah hilangnya gerakan sukarela (fungsi motorik).

PENCEGAHAN

Pencegahan paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan dengan tetanus dan pertusis ( DPT )
sebanyak tiga kali sejak bayi berumur 2 bulan dengan selang penyuntikan satu dua bulan. Pemberian
imunisasi akan memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit difteri . Efek samping yang mungkin akan
timbul adalah demam, nyeri, dan bengkak pada permukaan kulit, dan mengatakannya cukup diberikan obat
penurun panas.

Imunisasi DPT tidak boleh diberikan kepada anak yang sakit parah dan anak yang menderita penyakit
kejang demam kompleks. Juga tidak boleh diberikan pada anak batuk yang diduga mungkin sedang menderita
batuk rejan. Bila pada suntikan DPT pertama terjadi reaksi yang berat maka sebaiknya suntikan berikutnya
jangan diberikan DPT lagi melainkan DT saja ( tanpa P )

Anda mungkin juga menyukai