Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan tentang sinar x yang
ditemukan oleh W.C. Rontgen pada tahun 1895 pemeriksaan radiologi
untuk mendiagnosa kelainan pada tubuh manusia juga semakin maju, dan
menjadi salah satu cara menegakan diagnosa suatu penyakit.
Salah satu perkembangan dunia radiologi adalah penggunaan media kontras
yakni bahan yang dapat menampakan struktur gambar organ tubuh (baik
anatomi maupun fisiologi) manusia. Traktus urinarius merupakan salah satu
sistem tubuh yang memiliki organ-organ kompleks yang rentan terhadap
penyakit, striktur uretra merupakan kelainan pada traktus urinarius (uretra)
yakni penyempitan lumen uretra karena fibrosis dindingnya yang dapat
disebabkan karena trauma, infeksi uretra, dll. Striktur uretra dapat diketahui
dengan pemeriksaan uretrografi. Bagaimana pemeriksaan uretrografi
dengan kasus striktur uretra di RS Dr. Saiful Anwar Malang akan dibahas
dalam laporan ini. Penulis juga menemukan sedikit perbedaan teknik
pemeriksaan uretrografi RS Dr. Saiful Anwar Malang. Hal inilah yang
mendorong penulis untuk mengkaji pemeriksaan uretrografi lebih lanjut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasar uraian latar belakang diatas penulis membatasi
permasalahan dalam laporan ini. Adapun masalah yang akan dibahas adalah
Bagaimana teknik pemeriksaan uretrografi dengan kasus
striktur uretra di Instalasi Radiologi RS Dr.Saiful Anwar Malang
?
Mengapa post pemasukan kontras proyeksi Antero Posterior
(AP) tidak digunakan ?

1
1.3 Tujuan Penulisan
Penulisan laporan ini bertujuan untuk mengetahui prosedur
pemeriksaan uretrografi pada kasus striktur uretra di instalasi radiologi RS
Dr. Saiful Anwar Malang dan mengetahui alasan tidak dibuatnya posisi AP
pada post pemasukan media kontras?
1.4 Manfaat Penulisan
Bagi Penulis
Menambah pengetahuan mengenai pemeriksaan kontras
(Uretrografi)
Bagi institusi
Sebagai sumber pustaka bagi mahasiswa Politeknik Kesehatan
Semarang khususnya bagi jurusan Radiodiagnostik dan
Radioterapi dalam mempelajari uretrografi.
1.5 Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam memahami dan membahas
permasalahan, maka laporan ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan,
manfaat penulisan dan sistematika penulisan
BAB II DASAR TEORI
berisi anatomi dan fisiologi traktus urinarius, patologi striktur
uretra, teknik pemeriksaan uretrografi.
BAB III PROFIL KASUS DAN PEMBAHASAN
berisi paparan kasus dan pembahasan.
BAB IV PENUTUP
berisi kesimpulan dan saran.

LAMPIRAN

2
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Anatomi dan fisiologi traktus urinarius


Sistem organ dari tractus urinarius terdiri atas ginjal, ureter,
kandung kencing dan uretra (menurut pearce, 1999).

Keterangan gambar :
1. Ginjal
2. Ureter
3. Vesika urinaria
4. Uretra

1. Ginjal
Ginjal terletak pada retroperitoneal, terutama didaerah lumbal
sebelah kanan dan kiri tulang belakang. Kedudukan Ginjal dapat
diperkirakan mulai dari ketinggian Th XII L III. Ginjal kanan sedikit
lebih rendah dari ginjal kiri karena hati menduduki ruang banyak
disebelah kanan.
Panjang setiap ginjal 10-12 cm, lebarnya 5-6 cm, tebalnya 2,5-
3 cm.Ginjal berbentuk bean shape dan ada 2 buah.
Fungsi ginjal :
Pengatur kosentrasi garam dalam darah
Ekskresi produk sisa

3
Pengatur keseimbangan cairan dan
elektrolit

2. Ureter
Terdapat dua ureter berupa dua saluran yang masing-masing
bersambung dari ginjal berjalan ke kandung kencing. Panjangnya 35
sampai 40 cm, diameter 1mm-1cm.Letaknya retroperitoneal
Ureter mempunyai tiga penyempitan :
a. Uretropelvic junction, yaitu ureter bagian proksimal mulai dari
renal pelvis sampai bagian ureter yang mengecil.
b. Pelvic brim, yaitu ureter yang bermula dari sisi pelvis yang
berpotongan antara pembuluh darah iliaka dengan uterus.
c. Uretrovesical junction, yaitu ujung ureter dan masuk ke dalam
vesika urinaria.
Fungsi : Menyalurkan urine dari ginjal ke vesika urinaria
3. Vesika Urinaria
Kandung kencing berbentuk buah pier. Letaknya postero
superior simpisis pubis. Daya tampungnya maksimumnya kira-kira
350-500 ml. pada pria berhubungan erat dengan prostat dan vesica
seminalis
Fungsi : Sebagai resevoir / penampung urine sementara
4. Uretra
Uretra merupakan saluran yang berjalan dari leher kandung
kencing ke lubang luar, dilapisi mimbran mukosa yang bersambung
dengan membran yang melapisi kandung kencing (Pearce, 1999).
Letaknya diatas orifisium uretra interna pada vesika. Panjang uretra
pada wanita 3-4 cm dan pada laki-laki 17-22 cm.

4
Uretra dibagi menjadi 2 bagian : (http://agusjati.blogspot.com/)

1. Uretra posterior
Pars prostatika : bagian uretra yang melewati prostat,
panjang sekitar 2,5 cm.
Pars membranecea : bagian uretra setinggi musculus
sphrincter uretra (diafragma pelvis), panjang sekitar 2 cm.
2. Uretra anterior
Pars bulbaris : terletak diproksimal,bagian uretra yang
melewati bulbus penis.
Pars cavernosa : bagian uretra yang melewati yang
melewati corpus spongiosum penis
Pars glandis : bagian uretra di glands penis.
Pars membranosa dan pars kavernosa pada uretra laki-laki juga
berfungsi sebagai saluran ekskresi dari sistem reproduksi.
Fungsi : untuk transport urine dari kandung kemih ke meatus eksterna.
(Pearce,1999)

2.2 Patologi Striktur Uretra (Basuki.B.P 2000)

5
Pemeriksaan uretrografi dilakukan karena terjadi kelainan pada
uretra yang mengganggu fisiologi dari uretra.salah satu kelainan yang
terjadi pada uretra adalah striktur uretra.
Striktur Uretra adalah penyempitan lumen uretra karena fibrosis
pada dindingnya.penyempitan lumen ini disebabkan karena dinding uretra
mengalami fibrosis dan pada tingkat yang lebih parah terjadi fibrosis korpus
spongiosum.
Gejala
Miksi mengedan
Nyeri saat miksi
Retensi urine
Miksi kecil
Etiologi
Striktura dapat disebabkan karena suatu infeksi, trauma pada uretra,
dan kelainan kongenital. Infeksi uretra yang paling sering menimbulkan
striktur uretra adalah infeksi kuman gonokokus. Sedangkan trauma yang
menyebabkan striktur uretraadalah trauma tumpul pada selangkangan
(straddle injuri), fraktur tulang pelvis, dan instrumentasi pada uretra yang
kurang hati-hati.
Patofisiologi
Proses radang akibat trauma / infeksi pada uretra

Jaringan sikatrikdinding uretra (striktur uretr)

Hambatan aliran urine

Urine mencari jalan lain untuk keluar

Mengumpul disuatu tempat diluar uretra (peri uretra)

6

Jika infeksi timbul abses peri uretra Pecah

Fistulo uretro cutan

Derajat Penyempitan Uretra


Striktura dibagi menjadi 3 tingkatan :
1. Ringan : Jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3 diameter lumen
uretra
2. Sedang : Jika terdapat oklusi 1/3 sampai dengan diameter
lumen uretra
3. Berat : Jika oklusi lebih besar dari diameter lumen uretra.
Letak striktura kadang kala dapat menjadi petunjuk penyebab
striktura antara lain :
o Pars Membranecea biasanya disebabkan karena trauma pelvis / kesalaha
melakukan kateterisasi
o Pars Bulbosa biasanya disebabkan karena cedera pada selangkangan /
pasca uretritis
o Pars Bulbo membranecea disebabkan perawatan / fiksasi kateter yang
salah
o Meatus Uretra Eksternum disebabkan pasca meatitis / balanitis.

2.3 Teknik Pemeriksaan Uretrografi


2.3.1 Definisi
Uretrografi adalah pemeriksaan radiografi pada uretra dengan
menggunakan media kontras positif untuk melihat anatomi dan kelainan
pada uretra.
2.3.2 Indikasi

7
o Striktur
Striktur Uretra adalah penyempitan lumen uretra karena fibrosis
pada dindingnya.penyempitan lumen ini disebabkan karena dinding
uretra mengalami fibrosis dan pada tingkat yang lebih parah terjadi
fibrosis korpus spongiosum.

o Retensi urine
Kesulitan dalam berkemih
o Kelainan kongenital
Kelainan bawaan dari lahir, hal ini jarang terjadi
o Fistule
Saluran abnormal yang terbentuk antara dua buah organ yang
seharusnya tidak berhubumgan.
o Tumor
2.3.3 Kontra indikasi
o Infeksi akut
o Recent instrumentation
2.3.4 Prosedur pelaksanaan
a. Persiapan alat (Surbakti, 2003)
o Pesawat sinar x
o Kaset dan film
o Kateter
o Gliserin
o Sarung tangan
o Kassa steril
o Spuit
o Media kontras

8
o Baju pasien
b. Persiapan pasien
o Tidak ada persiapan khusus
o Pasien disuruh kencing sebelum pemeriksaan, fungsinya agar
kontras tidak bercampur dengan urine densitas tinggi, kontras
rendah gambaran lusent VU tidak dapat dinilai.

c. Jalannya Pemeriksaan (Surbakti, 2003)


o Pasien tidur terlentang diatas meja pemeriksaan
o Daerah orifisium uretra eksterna diolesi dengan gliserin agar spuit
mudah masuk dan tidak menimbulkan rasa sakit.
o Lakukan pemotretan dengan beberapa posisi.
d. Teknik Radiografi
Dilakukan plain foto terlebih dahulu dengan proyeksi
Anteroposterior (AP), kemudian dilanjutkan pemasukan kontras dan
pengambilan foto dengan proyeksi lainnya, yaitu :
1. AP (Antero posterior)
Posisi pasien : Tidur terlentang diatas meja pemeriksaan
Posisi objek : Daerah pelvis dan uretra ditempatkan
persis diatas kaset, kedua kaki direnggangkan.
Arah sinar : ditujukan ke simpisis pubis dan
disudutkan 10 cephalad

9
2. Right dan Left Posterior Obliq (RPO dan LPO)
Posisi pasien : Tidur terlentang diatas meja pemeriksaan
Posisi objek : Daerah pelvis dan uretra ditempatkan
diatas kaset, lalu pasien dimiringkan 30 sehingga
superposisi dengan soft tissue dari otot paha.

Arah sinar : Tegak lurus terhadap kaset


Pusat sinar : Ditujukan ke simpisis pubis.
e. Kriteria gambar : (Bontrager, 2001)
Tampak kontras mengisi uretra (Pars cavernosa, Pars
membranecea, Pars prostatika).

10
BAB III
PROFIL KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1 Paparan Kasus


1) Profil Kasus
Pada tanggal 13 Juli 2006, seorang pasien datang ke instalasi
radiologi diantar oleh keluarganya. Data pasien tersebut adalah :
Nama : Tn. L
Umur : 41 Th
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Malang
No. Foto : 16899

2) Riwayat Pasien :
Sejak 1 bulan yang lalu Tn. L mengeluh rasa nyeri dan kesulitan
saat berkemih, karena merasa terganggu dengan keadaan ini Tn. L

11
memeriksakan diri ke RS.Saiful Anwar Malang. Dokter mendiagnosa
ada striktur pada uretra pasien tersebut. Dari sana dokter memberi surat
permintaan untuk dilakukan pemeriksaan uretrografi di instalasi
radiologi RSSA.Dari hasil pemeriksaan uretrografi didapatkan hasil
bahwa Tn. L positif menderita striktur uretra.

3) Persiapan pasien :
Pasien datang ke loket radiologi tanggal 12 Juli 2006 untuk
dilakukan pemeriksaan uretrografi, dan dijadwalkan pelaksanaan
pemeriksaannya tanggal 13 Juli 2006. Pasien tidak melakukan persiapan
secara khusus.

3.2 Pembahasan
Pelaksanaan Pemeriksaan Uretrografi di RS Dr. Saiful Anwar
Malang
a. Persiapan alat
Pesawat sinar x
Merk : Throphy
Tipe : Radiologie N 500 HF
Meja pemeriksaan yang dilengkapi dengan bucky table dan bisa
ditilting.
o Kaset dan film
24 x 30 cm = 1 buah
30 x 40 cm = 2 buah
o Marker
o Gliserin
o Spuit 60 cc

12
o Media kontras (urografin 76 %)
o Aquades
o Bengkok
o Baju pasien
b. Persiapan pasien
o Tidak ada persiapan khusus
o Kalau bisa pasien disuruh kencing sebelum pemeriksaan untuk
mengetahui tingkatan striktur, tapi pada pasien ini tidak dapat
kencing karena adanya striktur.
c. Jalannya Pemeriksaan
Plain Foto
Dilakukan dengan foto BNO tampak penis, dengan proyeksi AP
Tujuan : Koreksi faktor eksposi

Ketepatan posisioning
Melihat kemungkinan adanya patologi lain pada uretra
Posisi pasien : Pasien tidur terlentang diatas meja pemeriksaan
Posisi objek : MSP ditengah meja pemeriksaan
Kedua tangan diletakan disamping tubuh
Batas Bawah : Tampak penis
Arah sinar : Vertikal tegak lurus kaset
Pusat sinar : 5 cm dibawah umbilikus
Kaset : 30 x 40 cm
Kriteria gambar: Tampak L2-L5
Tampak sakrum
Tampak ilium
Tampak simpisis pubis
Tampak penis

13
Inform consent
Setelah melihat hasil plain foto diberikan penjelasan tentang
pemeriksaan uretrografi ini pada pasien, lalu pasien / keluarga
pasien disuruh mengisi surat persetujuan (SP) dilakukannya
pemeriksaan.
Pemasukan media kontras
Isi spuit dengan urografin 76% ditambah dengan aquades
dengan perbandingan 1:1 sebanyak 20 cc.
Olesi spuit dengan gliserin agar spuit mudah masuk ke MUE dan
tidak menimbulkan rasa sakit. Lalu masukan kontras secara
perlahan melalui spuit ke meatus uretra eksterna.
Jika terasa berat / ada kontras yang keluar maka langsung di
ekspos dengan proyeksi obliq (RPO)

Teknik pemotretan dengan media kontras


Right Posterior Obliq (RPO)
Posisi pasien : Tidur terlentang diatas meja pemeriksaan
Posisi objek : Daerah pelvis ditempatkan diatas kaset, lalu
pasien dimiringkan 30 sehingga superposisi dengan soft tissue

14
dari otot paha.
Arah sinar : Tegak lurus terhadap kaset
Pusat sinar : Ditujukan ke simpisis pubis
Kaset : 24 x 30 cm
Kriteria gambar : Tampak kontras mengisi uretra (Pars cavernosa
dan bulbosa), tidak tampak kontras pada pars membranecea dan
pars prostika.

d. Proteksi Radiasi
Proteksi radiasi yang penulis amati selama pemeriksaan uretrografi pada
pasien Tn. L adalah:
- Bagi pasien:
Menggunakan lapangan penyinaran seluas obyek yang
difoto.
Menggunakan faktor eksposi secukupnya
- Bagi petugas radiologi:
Pada waktu melakukan ekspos, petugas berdiri di
belakang tabir.
- Bagi masyarakat umum :
Memberi peringatan kepada pihak yang tidak
berkepentingan selama pemeriksaan berlangsung
berada diluar ruang pemeriksaan.
Menutup pintu selama pemeriksaan berlangsung

e. Hasil pemeriksaan uretrografi


Setelah pemeriksaan selesai, film dicuci dan hasil spot foto dibacakan
oleh radiolog, dan hasil bacaannya adalah :

15
BNO : Distribusi udara usus normal, hepar, lien tidak tampak
perbesaran, contur dan ukuran kedua ginjal sulit dinilai,
psoas simetris, tidak tampak bayangan radioopaq pada
traktus urinarius.
Uretrografi dengan kontras urografin 76 %
Kontras dimasukan melalui uretra, tampak mengisi pars cavernosa,
bulbosa, disertai dengan pelebaran lumen uretra, tidak tampak
pengisian uretra pars membranecea dan prostatika.
Kesan : Striktur uretra pars membranecea

Alasan tidak dibuat proyeksi AP :


Pada posisi AP uretra yang bentuknya berkelok-kelok akan
tampak overlaping sehingga uretra akan sulit untuk dinilai, kalaupun
dokter meminta proyeksi AP sebaiknya diambil setelah proyeksi obliq.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pemeriksaan uretrografi tidak memerlukan persiapan pasien secara
khusus, kalau bisa pasien disuruh untuk kencing agar vesika urinaria
kosong.
Prosedur pemeriksaan uretrografi dengan kasus suspect striktur uretra di
RS Dr. Saiful Anwar Malang adalah plain foto penjelasan pada
pasien inform consent pemasukan kontras RPO
Proyeksi AP post pemasukan media kontras tidak dilakukan karena pada
posisi AP uretra overlaping sehingga uretra tidak dapat dinilai dengan
baik

16
4.2 Saran
Radiografer perlu memberikan penjelasan secara jelas pada pasien agar
pasien mengerti dan dapat bekerja sama saat dilakukannya pemeriksaan.
Kesterilan peralatan pemeriksaan uretrografi sebaiknya diperhatikan
agar tidak terjadi infeksi pada saluran uretra.

DAFTAR PUSTAKA

Basuki, B.P . 2000. Urologi . Unibraw : Surabaya


Bontrager, Kenneth L. 2001. Textbook Of Radiographic Positioning and
Related Anatomy. Missouri : Mosby. Inc
Pearce, Evelyn C . 1999. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. PT
Gramedi Pustaka Utama :Jakarta
Sjahriar Rasad. 1998. Radiologi Diagnostik. Gaya baru : Jakarta
Smeltzer, Suzane. 2002. Keperawatan Medical Bedah. Jakarta : EGC
Surbakti, J. 2003. Diktat Kuliah Tractus Urinarius. Semarang
www.google.com//http://agusjati.blogspot.com/

17
18

Anda mungkin juga menyukai