Anak berbakat dalam konteks ini adalah anak-anak yang mengalami kelainan intelektual di atas
rata-rata. Berkenaan dengan kemampuan intelektual ini Cony Semiawan (1997:24) mengemukakan
,bahwa diperkirakan satu persen dari populasi total penduduk Indonesia yang rentangan IQ sekitar 137
keatas, merupakan manusia berbakat tinggi (highly gifted) ,sedangkan mereka yang rentagannya berkisar
120-137 yaitu yaitu yang mencakup rentangan 10 persen di bawah yang satu persen itu disebut
moderately gifted . Mereka semua memiliki talen akademik (academic talented) atau keberbakatan
intelektual .
Beberapa kalsifikasi yang menonjol dari anak-anak berbakat umumnya hanya dilihat dari tigkat
inteligensinya ,berdasarkan standar Stanford Binet , yang meliputi :
Oleh karena potensi yang dimiliki anak berbakat sedemikian hebatnya jika
dibandingkan dengan anak biasa maka untuk mengembangkan potensinya mereka membutuhkan hal-
hal berikut ini :
a. Anak berbakat membutuhkan peluang untuk mencapai aktualisasi potensinya melalui penggunaan
fungsi otak yang efektif dan efisien .
b. Membutuhkan peluang untuk dapat berinteraksi dengan anak-anak lainnya sehingga mereka tidak
menjadimanusia yang memiliki superioritas intelektual saja tetapi merupakan manusia yang mempunyai
tingkat penyesuaian yang tinggi pula.
c. Membutuhkan peluang untuk mengembangkan kreativitas dan motivasi internal untuk belajar
berprestasi karena usaha pengembangan anak berbakat tidak semata-mata hanya pada aspek
kecerdasan saja .
2. Kebutuhan pendidikan yang Berkaitan dengan Kepentingan Masyarakat
Kehadiran anak berbakat dengan potensinya yang bermakna sangatlah merugikan jika potensi yang
dimiliki anak tersebut tidak diakomodasi dan didorong untuk berkembang sehingga dapat berguna
dalam pengembangan bangsa dan negara . Oleh karena itu ,pendidikan anak berbakat membutuhkan
dukungan dari masyarakat ,antara lain sebagai berikut :
d. Membutuhkan usaha untuk mewujudkan kemampuan anak berbakat secara nyata (real) melalui
latiahan yang sesuai dengan segi keberbakatan anak berbakat itu sendiri
Sebelum mementukan jenis layanan pendidikan bagi anak berbakat ,kita perlu memperhatikan beberapa
hal yang penting antara lain sebagai berikut :
Karakteristik anak berbakat yang dikemukakan pada uraian sebelumnya diharapkan dapat memperlancar
usaha penemuan dan penempatan anak berbakat. Hal tersebut sangat membantu dalam menetapkan
kebutuahan pendidikan anak berbakat .
Alatalat yang digunakan dalam identifikasi berfokus pada bebrapa hal, seperti yang dikemukakan
oleh Kirk (1986) yaitu kelncaran (kemampuan untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang
diberikan), kelenturan ( kemapuan untuk memberikan berbagai macam jawaban atau beralih dari satu
macam respons ke respons lain), dan kemurnian (kemampuan untuk memberikan respons yang unik dan
layak )
Selanjutnya Renzulli, dkk seperti dikutip Conny Semiawan (1995) mengemukakan bahwa
identifikasi anak berbakat harus mewakili kawasan-kawasan kemapuan intelektual umum,komitmen
terhadap tugas dan kreativitas .
b. Tujuan umum pendidikan anak berbakat
a) Anak-anak berbakat harus menguasai system konseptual yang penting ada pada tingkat kemampuan
mereka dalam berbagai bidang mata pelajaran.
b) Anak-anak berbakat harus mengembangkan keterampilan dan strategi yang memungkinkan mereka
menjadi mandiri, kreatif, dan memenuhi kebutuhan dirinya.
c) Anak-anak berbakat harus mengembangkan suatu kesenangan dan kegairahan tentang belajar yang
akan membawa mereka melaui kerja keras dan kerutinan yang merupakan bagian proses yang tidak
dapat dihindarkan (Samuel A. Kirk, 1986).
Kebutuahan pendidikan anak berbakat baik itu kepentingan individu anak berbakat itu sendiri maupun
untuk kepentingan masyarakat
Hal yang berkaitan dengan implementasi layanan pendidikan anak berbakat yaitu ciri khas layanan yang
sesuai dengan kebutuhan anak berbakat.
Untuk memberikan kesempatan anak berbakat dalam berinteraksi dengan teman seusianyadalam
jangka waktu tertent u.
Untuk menempatkan siswa berbakat dengan pengajar yang mempunyai keahlian khusus dalam
menangani anak berbakat.
Pelompatan tingkat/kelas
b. Melalui pengayaan
Pengayaan isi (mata pelajaran) memberikan kesempatan pada siswa untuk memberikan materi pada
siswa untuk mempelajari materi secara luas ,seperti menggunakan ilustrasi khusus, membuat contoh-
contoh ,memperkaya pandangan ,dan menemukan sesuatu.
Materi pelajaran harus menantang anak berbakat untuk menggunakan pemikiran atau yang tinggi agar
mengerti ide, dan memiliki abstraksi yang tinggi.
d. Pembaruhan
Pembaruhan isi pelajaran adalah pengenalan materi yang tak biasanya tak akan muncul dalam kurikulum
umum karena keterbtasan waktu atau abstraknya sifat isi pelajaran.
Kurikulum plus
Herry Widyastono (1996) mengemukakan bahwa kurikulum plus dikembangkan dari kurikulum (nasional)
yang diperluas dan diperdalam (pengayaan horizontal dan vertikal), agar siswa mampu
memanisfetasikan potensi proses pemikiran tingat tinggi.
Kurikulum berdiferensiasi
Conny Setiawan (1995) mengemukakan bahwa kurikulum berdiferensiasi dirancang dengan mengacu
pada penanjakan kehidupan mental melalui berbagai program yang akan menumbuhkan kreatifitas serta
mencakup berbagai pengalaman belajar intelektual tingkat tinggi.
Adapun klasifikasi anak berkesulitan belajar spesifik yang merupakan jenis kelainan unik tidak ada
kesamaan antara penderita satu dengan yang lainnya.Untuk mengklasifikasikan anak berkesulitan belajar
spesifik dapat dilakukan berdasar pada tingkat usia dan juga jenis kesulitannya, yaitu:
Pengelompokkan kesulitan belajar pada anak usia di bawah 5 tahun (balita) adalah kesulitan belajar
perkembangan ,hal ini dikarenakan anak balita belum belajar secara akademis ,tetapi belajar dalam
proses kematangan prasyarat akademis ,seperti kematangan persepsi visual-audiotory,wicara,daya
diferensiasi,kemampuan sensory-motor dsb.
Anak-anak usia sekolah yaitu usia di atas 6 tahun masuk dalam kelompok kesulitan belajar akademik
anak-anak ini mengalami kesulitan bidang akademik di sekolah yang sangat spesifik yaitu kesulitan dalam
satu jenis/bidang akademik seperti berhitung/matematika (diskalkulia), kesulitan membaca (disleksia),
kesulitan menulis (disgraphia), kesulitan bebahasa (dysphasia), kesulitan tidak terampil (dispraksia),
dsb .
Ada klasifikasi lain yang berdasarkan jenis gangguan atau kesulitan yang dialami anak yaitu:
Dispraksia: merupakan gangguan pada keterampilan motorik, anak terlihat kurang terampil dalam
melakukan aktivitas motorik. Seperti sering menjatuhkan benda yang di pegang, sering memecahkan
gelas kalau minum.
Disgraphia: kesulitan dalam menulis ada yang memang karena gangguan pada motoris sehingga
tulisannya sulit untuk dibaca orang lain, ada yang sangat lambat aktivitas motoriknya, dan juga adanya
hambatan pada ideo motorik sehingga sering salah atau tidak sesuai apa yang dikatakan dengan yang
ditulis .
Diskalkulia: adalah kesulitan dalam berhitung dan matematika hal ini sering dikarenakan adanya
gangguan pada memori dan logika
Body awareness: Anak tidak memiliki akan kesadaran tubuh sering salah prediksi pada aktivitas gerak
mobilitas seperti sering menabrak bila berjalan.