Anda di halaman 1dari 6

ANALISA PUSHOVER

Sekilas tentang analisa puhover atau lebih dikenal analisa beban dorong. Apa itu analisa
puhover? Dilihat dari namanya banyak kalangan teknik sipil mendengarnya serasa sangar di
telinga, saya pun mendengar istilah ini 3 tahun setelah lulus sarjana atau mungkin dulu saya
tidak memperhatikan saat dosen mengajar tentang analisa ini. Pushover analysis memang
kurang popular (atau mungkin saya yang kurang gaul) di dunia kerja apalagi bagi insinyur yang
bekerja di oil and gas yang lebih banyak menggunakan analisis linear dan konservatif. Analisa
pushover adalah analisa static nonlinear untuk mengetahui perilaku keruntuhan suatu bangunan
atau struktur. Analisa dilakukan dengan memberikan suatu pola beban lateral static pada
struktur, yang kemudian secara bertahap ditingkatkan dengan factor pengali sampai satu target
perpindahan tercapai. Sudah jelas dengan pengertian diatas? Kalau belum gampangnya begini,
suatu bangunan diberi gaya horizontal pada atapnya. Kemudian bebannya ditingkatkan tahap
demi tahap sampai bangunan itu runtuh atau sesuai target perpindahan yang ditentukan. Untuk
lebih jelasnya bisa ditengok gambar dibawah ini.

Analisa pushover ini menghasilkan kurva pushover/kapasitas yang menggambarkan hubungan


antara gaya geser (V) dan perpindahan pada atap (D). kalau kita lihat kurva pushover, perilaku
struktur masih linear sampai batas elastic kemudian karena kekakuan struktur berkurang, kurva
bergerak landau kemudian lebih landau lagi sampai runtuh. Secara keseluruhan kurva tidak
berbentuk garis lurus, itulah kenapa disebut analisa nonlinear. Lalu, untuk apa analisa ini?
Seperti dijelaskan di awal, yaitu untuk mengetahui perilaku keruntuhan structur. Dari kurva
pushover dapat diperkirakan gaya maksimum dan deformasi yang terjadi pada struktur. Dalam
praktiknya analisa pushover ini biasanya digunakan untuk investigasi bangunan terhadap
gempa yang terjadi. Kinerja suatu bangunan dapat dilihat dari target perpindahan yang terjadi.
Kalau kita lihat kurva pushover di atas terdapat tulisan IO, LS, dan CP. Apa itu? Itulah kinerja
bangunan di masing-masing kriteria berdasarkan NEHRP dan Vision 2000.
Bagaimana cara menentukan kinerja bangunan? Gampang, berdasarkan target perpindahannya,
apabila target perpindahannya terletak dalam range IO berarti bisa dikatakan bangunan dalam
kriteria IO, begitulah seterusnya. Kemudian apa itu target perpindahan? Bagaimana
menentukannya? Ini yang sulit, basically ada dua metode yang terkenal yakni metode koefisien
perpindahan (FEMA 273/274) dan metode spectrum kapasitas (ATC 40). Keduanya sulit untuk
dijelaskan. Gambar dibawah ini menunjukkan betapa sulitnya untuk menentukan target
perpindahan.

Tapi tenang dulu, kita hidup di jaman modern dimana dollar sudah lebih dari 10ribu, semua
metode diatas sudah tersedia built in di SAP2000, jadi tinggal pilih metodenya kemudian bisa
dibaca hasilnya. Ingat! harga satu kambing dari dulu sampai sekarang tetap 4gram emas, untuk
itu sebelum menggunakan SAP2000 hendaknya menguasai konsep teori yang ada di peraturan
(FEMA 273/274 dan ATC 40)

Analisa statik nonlinier merupakan prosedur analisa untuk mengetahui perilaku keruntuhan
suatu bangunan terhadap gempa, dikenal pula sebagai analisa pushover atau analisa beban
dorong statik. Analisa dilakukan dengan memberikan suatu pola beban lateral statik pada
struktur, yang kemudian secara bertahap ditingkatkan dengan faktor pengali sampai satu target
perpindahan lateral dari suatu titik acuan tercapai. Biasanya titik tersebut adalah titik pada atap,
atau lebih tepat lagi adalah pusat massa atap.

Analisa pushover menghasilkan kurva pushover, kurva yang menggambarkan

hubungan antara gaya geser dasar (V) versus perpindahan titik acuan pada atap (D) .

Pada proses pushover, struktur didorong sampai mengalami leleh disatu atau lebih lokasi di
struktur tersebut. Kurva kapasitas akan memperlihatkan suatu kondisi linier sebelum mencapai
kondisi leleh dan selanjutnya berperilaku non-linier. Kurva pushover dipengaruhi oleh pola
distribusi gaya lateral yang digunakan sebagai beban dorong. Tujuan analisa pushover adalah
untuk memperkirakan gaya maksimum dan deformasi yang terjadi serta untuk memperoleh
informasi bagian mana saja yang kritis. Selanjutnya dapat diidentifikasi bagian-bagian yang
memerlukan perhatian khusus untuk pendetailan atau stabilitasnya. Cukup banyak studi
menunjukkan bahwa analisa statik pushover dapat memberikan hasil mencukupi (ketika
dibandingkan dengan hasil analisa dinamik nonlinier) untuk bangunan regular dan tidak tinggi.
Analisa pushover dapat digunakan sebagai alat bantu untuk perencanaan tahan gempa , asalkan
menyesuaikan dengan keterbatasan yang ada , yaitu :

1. Hasil analisa pushover masih berupa suatu pendekatan, karena bagaimanapun perilaku
gempa yang sebenarnya adalah bersifat bolak-balik melalui suatu siklus tertentu,
sedangkan sifat pembebanan pada analisa pushover adalah statik monotonik.
2. Pemilihan pola beban lateral yang digunakan dalam analisa adalah sangat penting.
3. Untuk membuat model analisa nonlinier akan lebih rumit dibanding model analisa
linier. Model tersebut harus memperhitungkan karakteristik inelastik beban-deformasi
dari elemen-elemen yang penting dan efek P-.

MODAL PUSHOVER ANALYSIS (PART 1)

Pushover analisis memang bukan hal yang baru, metode ini sudah banyak dikenal akhir tahun
90an dan banyak dipakai sekitar awal tahun 2000an, tentu setelah software sudah banyak yang
memberikan fasilitas nonlinearitas.

Metode pushover analisis banyak dipakai karena komputasinya lebih sederhana sehingga dapat
difasilitasi oleh penggunaan computer. Metode lainnya yang lebih baik yaitu metode nonlinear
dynamics masih sangat menguras resource computer (komputasinya bisa sangat lama),
sehingga umumnya dihindari kecuali untuk research.

Pada artikel ini, saya hanya akan menjelaskan mengenai modal pushover dimana yang saya
jelaskan hanya general saja (garis besar). Untuk detailnya bisa dicoba sendiri dengan mencari
source yang lain mengenai dasar dasar analisisnya (terutama modelisasi nonlinearitas).

Untuk yang mau belajar metode pushover dari awal, jujur saya rasa tidak perlu, bahkan kalau
bisa skip saja langsung belajar metode Nonlinear Time History. Mengapa ?, sekarang
prakteknya analisa nonlinearitas lebih sering digunakan metode Nonlinear Time History
Analysis (NLTH) untuk analisis Performance-Based Design (PBD) atau yang lebih advanced
yaitu Performance Based Earthquake Engineering (PBEE). Analisa pushover memang sudah
diramalkan hanya akan menjadi analisis transisi saja sebelum NLTH dapat dengan mudah
digunakan. Sekarang dengan majunya industri computer sehingga analisa NLTH tidak sesulit
masa lalu. Selain itu, karena banyaknya teknik simplifikasi, analisa pushover malah menjadi
lebih menyulitkan namun akurasinya tidak lebih baik dari NLTH.

Modal pushover analysis (MPA) adalah analisa pushover yang sudah memperhitungkan
distribusi gaya pada mode mode tinggi pada analisa pushover konvensional. Metode ini mulai
populer oleh Anil K. Chopra dan Rakesh K. Goel dari UC Kerkeley. Sebelumnya sudah banyak
metode lainnya yang juga memperhitungkan pengaruh mode tinggi dalam analisis pushover.
Namun yang paling banyak digunakan adalah MPA-nya Chopra. Banyak yang verifikasi kalau
analisis ini lebih baik dari yang lannya.

Berikut simple step step yang digunakan, tentu penulis tidak menjamin analisis ini sudah
benar 100 % karena saya juga baru baru ini belajar metode pushover setelah sebelumnya
kurang berminat karena hal hal yang saya sampaikan sebelumnya. Yang akan saya jelaskan
menggunakan bantuan software ETABS/SAP2000 (selanjutnya etabs saja). Selain dari
software tersebut banyak dipakai di kantor kantor konsultan di Indonesia, tutorialnya juga
banyak.

1. Modelisasi struktur

Tentu model pada software harus sesuai dengan realnya. Beban beban gravity perlu
dimasukkan (LL, SIDL, SW, Partisi dan lainnya). Dimensi dimensi elemen struktur juga
harus sudah fix (setelah sebelumnya didesain dengan metode konvensional). Selanjutnya,
pemodelan nonlinearitas pada elemen struktur dibedakan menjadi struktur baja dan beton.

a. Baja

Untuk elemen struktur baja, section harus sudah fix untuk setiap lantai. Modelisasi
nonlinearitas pada balok baja dan kolom melalui plastic hinge method. Metode modelisasi
dengan fiber hinge juga bisa digunakan, namun umumnya metode plastic hinge lebih
direkomendasikan. Untuk SAP2000 modelisasinya masih menggunakan FEMA 356. Namun
untuk ETABS versi terbaru sudah bisa menggunakan ASCE/SEI 41-06.

Untuk balok, nonlinear hinge yang dimodelkan hanya M3 saja, namun untuk kolom harus P-
M2-M3. Perlu diperhatikan khusus untuk kolom, klasifikasi component class nya bisa force-
controlled element atau deformation-controlled element bergantung dari nilai Pu yang terjadi.
Jadi mohon diperhatikan lagi petunjuk di ASCE 41.

b. Beton

Mirip dengan baja, pemodelan juga bisa dengan FEMA 356 atau ASCE/SEI 41-06. Untuk
balok dan kolom beton, kapasitasnya dihitung oleh software SAP2000/ETABS jika nilai
tulangan sudah diberikan sebagai input atau sudah dilakukan proses design terlebih dahulu.
Jika tidak, software akan menggunakan tulangan minimum sebagai input tulangan saat
melakukan perhitungan kekuatan.

Shearwall juga harus dimodelkan sebagai nonlinear layered shell elemen. Pemodelan harus
mempertimbangkan efektif section untuk merepresentasikan crack pada struktur (simplifikasi
linear elastik dari behaviour nonlinear elastik pada reinforced concrete sebelum baja tulangan
leleh). Semua komponen yang dianggap berperilaku non-ductile dan kritikal (struktur yang
dikalikan faktor kuat lebih) dapat dimodelkan sebagai force-controlled element.

2. Properti Dinamik Struktur

Analisa modal dinamik struktur. Gunakan natural eigen analisis saja dibandingkan penggunaan
ritz vector. Dapatkan properti dinamik struktur.

3. Analisis Pushover

Sebelum melakukan analisa pushover, definisikan dulu load case nonlinear gravity load dimana
nonlinearitas P-Delta diaktifkan, lalu di load case pushover pilih opsi melanjutkan
menggunakan kekakuan dari analisa nonlinear gravity load. Hal ini dilakukan untuk
memberikan pengaruh P-Delta ketika menganalisis analisa pushover.
Pada load case pushover, pilih load pattern berdasarkan mode yang digunakan. Misalnya untuk
load case pushover mode 1 menggunakan load pattern mode 1 dan load case pushover mode 2
menggunakan load pattern mode 2 dan seterusnya. Perhatikan untuk memilih displacement
control pada opsi load application dan menyimpan data sebanyaknya (minimal 10 step). Joint
monitoring juga harus memperhatikan joint yang dipilih dan estimasi awal target deformasi
(target deformasi ini yang nantinya akan dicari).

Umumnya 3 mode load case sudah cukup, namun bisa juga dikurangi atau ditambahkan sesuai
target. Perlu diperhatikan bahwa analisa pushover berbeda dengan analisa respon spectrum
yang membutuhkan 90% partisipasi massa.

4. Dapatkan Nilai Target Deformasi

Nilai target deformasi bisa didapatkan dari output pushover curve. ATC 40 Capacity Spectrum
atau FEMA 440 Equivalent Linearization bisa digunakan (FEMA 440 Equivalent Linearization
lebih dianjurkan). Parameter parameter juga perlu di-input yaitu respon spektra (tanpa reduksi
R) dan damping (lihat dokumen FEMA 440). Perlu diketahui bahwa SAP2000/ETABS tidak
otomatis memunculkan kurva Family Design Spectra (MADRS) dan constant periode line
sesuai dengan output curve pushover sa-sd. Jadi insinyur perlu mengambil nilai tersebut dari
show table pada curve dan memasukkan nilai daktalitas dan periode bersesuaian dengan output
tersebut. Hal ini sesuai dengan metode 3 FEMA 440 Equivalent Linearization. Target
deformasi didapatkan dari performance point deformation output software.

Catatan : Metode lainnya untuk mendapatkan target deformasi adalah dengan Uncouple Modal
Response History (UMRH). Cara ini akan saya jabarkan pada tulisan berikutnya.

5. Lakukan Analisa Pushover Kembali

Setelah semua target deformasi untuk masing masing case pushover didapatkan, nilai tersebut
dimasukkan kembali menjadi target deformasi pada load case masing masing. Setelah itu run
kembali analisisnya.

6. Kombinasi Respon

Kombinasi respon untuk tiap tiap mode bisa menggunakan metode SRSS atau CQC. Karena
software SAP2000/ETABS hanya dapat memfasilitasi metode kombinasi SRSS, maka metode
ini akan digunakan. Perlu di-ingat bahwa setiap respon perlu dikurangi dulu responnya akibat
gaya gravitasi, yaitu dengan cara misalnya membuat combo pushover mode tertentu dikurangi
gravitasi, lalu untuk tiap tiap mode baru dilakukan kombinasi SRSS.

Rgempa = [(Rmode1 Rgravity)^2 + (Rmode1 Rgravity)^2 + (Rmode1 Rgravity)^2


+..]^0.5

Okay, sekian dulu tulisan part1 ini, analisanya sengaja dibikin general agar pembaca dapat
lebih mendalaminya detailnya dari makalah makalah dan jurnal jurnal yang ada.

Anda mungkin juga menyukai