Anda di halaman 1dari 265

Jurnal Forum Ilmu Sosial

Volume 42 Nomor 1 Juni 2015


JURNAL
ISSN 1412-971X
FORUM ILMU SOSIAL
as Pendidikan HVS kuarto spasi ganda sepanjang
Indonesia)
lebih kurang 22 halaman, dengan
Purwo Santoso (Universitas
format tercantum pada halaman kulit
Ketua Gadjah Mada)
Daftar Isi belakang (Ketentuan Penulisan Artikel
Penyunting Pelaks
Forum Ilmu Sosial). Naskah yang
Maman ana 1-12 Tradisi Njamu danmasuk dievaluasi
Dunia Laki-laki dan disunting
Masyarakat untuk
Desa Banjardowo
Rachman Tata keseragaman
Scarina Anita & Kuncoro format, istilah, dan tata
Bayu Prasetyo
Usaha
W
cara
13-25 Potret Religiusitas lainnya. Miskin Pemukiman Kumuh
Masyarakat
Untung Waluyo
aki Januharto Partono Kampung Tambakrejo, Kota Semarang
l Agustinus Sugeng Priyanto, Irwan Abdullah, dan Arqom Kuswanjono
Suharyati
Basuki 26-37 Penerapan Model Pembelajaran Rotating Trio Exchange (RTE)
Ke Mariyam untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Materi Upaya-upaya
tua Gunawan Penegakan HAM di Indonesia
Hasti Anggraini
Pe
Penerbit 38-47 Mekanisme Survival terhadap Tindakan Kekerasan yang dialami
ny
un Fakultas Ilmu Sosial Pemulung Anak di Surabaya
tin Universitas Negeri Pambudi Handoyo dan Ali Imron
g Semarang (Unnes) 48-56 Implementasi Nilai-nilai Konservasi Sosial dalam Perkuliahan pada
Eva Banowati
Program Studi Ilmu Sejarah FIS Unnes
Sekre A Arif Purnomo
taris l 57-69 Pemanfataan Remitansi Ekonomi dan Sosial di Kalangan Buruh
Peny a
m Migran Perempuan (studi Kasus: Desa Penggalang dan Welahan
untin Wetan, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa
g a
t Tengah)
Puji Lestari
Laila Octaviani
Bendahara P 70-80 Relevansi Pendidikan Karakter dalam Mewujudkan Universitas
e Negeri Semarang sebagai Universitas Konservasi
Setiajid
n
Martien Dan Tijan
e
Peny r 81-105 Implementasi
untin b
g Kartu 4-1 untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial
i UAN Hasil Belajar IPS Peserta Didik Kelas IX F di SMPN 1
Pelak t
sana Kandeman Batang 2014/2015
Gedung C7 Lantai 3 Wulan Dwi Aryani
YYFR Kampus Sekaran
Sunardjan 106-113 Berpikir Kreatif dalam Pengambilan Keputusan
Gunungpati,
Juhadi Heri Rohayuningsih & Eko Handoyo
Semarang 50229
Sriyanto 114-125 Penerapan Membaca Sintopikal untuk Menumbuhkan Karakter
Telp. (024)
Sunarto
8508006 Email: dan Penerapan Model Pembelajaran Reading Guide pada Mata
Moh. Yasir
jurnalfis@yahoo.co Pelajaran IPS pada Siswa Kelas IX C SMP Negeri 16 Pekalongan
Alimi
Ninuk m Tahun
Sholikha Pelajaran
h 2012-
Akhiroh A 2013
la
Muhamm
m
Penyunting ad Yusron
a
Ahli t
Wasino E
Masrukhi -
J Pembina:
o Subagyo,
Mitra u
Bebestari r
Penanggungjawab:
Warsono n Eko Handoyo,
(Universitas al Pengarah: Erni
Negeri http://journal.unnes.ac.id/nj Suharini, Cahyo
Surabaya) u/index.php/FIS
Udin S. Budi Utomo.
Winataputra Penyunting
(Universitas menerima
Terbuka)
Wahyu
sumbangan tulisan
(Universitas yang belum pernah
Lambung diterbitkan dalam
Mangkurat) media lain. Naskah
Sapriya
(Universit diketik di atas
FIS 42 (1) (2015)

FORUM ILMU SOSIAL


JURNAL
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/FIS
FORUM ILMU SOSIAL

TRADISI NJAMU DAN DUNIA LAKI-LAKI MASYARAKAT DESA BANJARDOWO

Scarina Anita & Kuncoro Bayu Prasetyo


Jurusan Sosiologi dan Antropologi FIS UNNES
Info Artikel Abstrak
Sejarah Artikel Njamu merupakan tradisi minum arak yang telah sejak lama
Diterima Mei 2015 dikenal pada masyarakat Desa Banjardowo, Kecamatan Kradenan,
Disetujui Juni 2015 Kabupaten Grobogan. Masyarakat pendukung tradisi memandang bahwa
Dipublikasikan Juni 2015 dalam tradisi tersebut terkandung nilai-nilai tradisional yang tidak dapat
tergantikan oleh kebudayaan lainnya, meskipun masyarakat normatif yang
Keywords : hidup dilingkungan tradisi memandang bahwa tradisi njamu merupakan
Function, Tradition, Njamu, suatu penyimpangan yang melanggar norma yang berlaku saat ini. Tujuan
penelitian ini untuk menjawab permasalahan yaitu (1) bagaimana tradisi
Villagers
njamu pada masyarakat Desa Banjardowo Kecamatan Kradenan
Kabupaten Grobogan(2) apa faktor yang menyebabkan muncul dan
bertahannya tradisi njamupada masyarakat Desa Banjardowo. Penelitian
ini menggunakan metode kualitatif dengan subjek penelitian adalah
masyarakat Desa Banjadowo. Teknik pengumpulan data yang digunakan
yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Validitas data yang
digunakan yaitu teknik triangulasi data. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa(1) Tradisi njamu merupakan fenomena yang telah kebiasaan bagi
masyarakat Desa Banjardowo sebagai masyarakat abangan, dan hanya
dilakukan oleh para laki-laki. Pola kegiatan njamu bisa dilakukan secara
individual dan komunal. (2) Tradisi njamu masih bertahan hingga
sekarang karena bagi masyarakat setempat njamu dipandang memiliki
sejumlah fungsi, baik fungsi yang berkaitan dengan fisik, sosial, ekonomi
dan budaya. Dari hasil penelitian dan pembahasan yang ada, dapat
disimpulkan bahwa njamu tetap bertahan karena dimaknai sebagai sebuah
tradisi warisan dari para leluhur, serta menjadi arena sosial yang efektif
dalam merepresentasikan dunia laki laki masyarakat Banjardowo.
Abstract

Njamu is a tradition to drink wine that has long been known to the
communities in Banjardowo, Kradenan, Grobogan. People supporting this
tradition view that in the tradition embodied the traditional values that can
not be replaced by other cultures, although other normative people who live
in the environment view that this tradition is a deviation that violates the
norms. The purpose of this study is to address the following issues: (1) how is
the tradition of njamu in the communities in Banjardowo Kradenan Grobogan
(2) what factors are causing the appearance and survival of njamu tradition
in the communities of Banjardowo. This study uses qualitative methods with
the research subjects were the villagers of Banjadowo. Data collection
techniques used were observation, interviews and documentation. The validity
of the data is tested using data triangulation technique. The results showed
that (1) The tradition of njamu is a

Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 1


phenomenon that has become a habit for abangan society in Banjardowo
village, and is only done by men. Njamu activity patterns can be done
individually and communally. (2) Njamu tradition still survive today since
the local community see that njamu has a number of functions related to
physical, social, economic and cultural function. From the results of
research and discussion, it can be concluded that njamu persisted since it
is interpreted as a tradition inherited from the ancestors, as well as being
an effective social arena in representing men's world in the community of

2015 Universitas Negeri Semarang

* Alamat korespondensi
mrbayu@mail.unnes.al.id
PENDAHULUAN Surakarta dan sekitarnya, dan cong yang
dikenal di kalangan masyarakat Semarang.
Pada beberapa masyarakat, keberadaan Seperti pada masyarakat yang memiliki
minuman keras atau beralkohol bukan tradisi minum-minuman ber-alkohol yang
merupakan hal baru.Tidak hanya masyarakat telah dibahas sebelumnya, masyarakat di
modern yang mengenal minuman keras, Desa Banjardowo Grobogan juga memiliki
keberadaan minuman sejenis itu seperti arak tradisi serupa. Di kalangan masyarakat Desa
sudah ada dalam tradisi masyarakat sejak Banjardowo tradisi minum-minuman
masa lalu sebagai minuman pelengkap ketika beralkohol tersebut lebih dikenal dengan
ada acara hajatan seperti pesta pernikahan, istilah njamu. Tradisi njamu pada masyarakat
acara sunatan, atau pesta rakyat. desa tersebut sudah menjadi kebiasaan yang
Pada masyarakat Bali dikenal berlangsung secara turun temurun sejak
minuman keras tradisional yang di sebut dahulu hingga sekarang.
brem bali khususnya bagi masyarakat yang Dalam kaitannya dengan tradisi njamu,
beragama Hindu, tidak bisa dilepas banyak faktor yang menyebabkan muncul-
keberadaannya karena merupakan salah nya tradisi njamu di antaranya yaitu aspek
satu sarana yang harus ada dalam historis, dan lingkungan sosial masyarakat
pelaksanaan upacara agama dan upacara yang mendukung kelangsungan tradisi
adat. Disamping itu brem banyak tersebut termasuk keberadaan home industry
disuguhkan sebagai minuman sehabis arak di yang cukup mendominasi per-
makan nasi terutama pada saat ada upacara ekonomian desa, dan mengapa masyarakat
keagamaan dan adat. Kemudian masyarakat setempat masih mempertahankan tradisi
Batak, Sumatera Utara juga telah lama tersebut hingga sekarang, karena di dalam
mengenal minuman tuak dari zaman nenek tradisi tersebut terdapat fungsi-fungsi yang
moyangnya yang berfungsi sebagai sarana saling terkait diantaranya sebagai praktek
ritual atau untuk diminum bersama sebagai budaya, sebagai alat sosial, kebutuhan
sarana peng-akraban masyarakat, kemudian masyarakat, dan peningkatan pendapatan.
cap tikus yaitu minuman keras tradisional Hal-hal di atas itulah yang melatar belakangi
khas Manado, ciu dikenal oleh masyarakat dilakukannya penelitian mengenai tradisi
2 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015
njamu yang berada dalam kehidupan HASIL PENELITIAN DAN
masyarakat di Desa Banjardowo. PEMBAHASAN
Adapun rumusan masalah sebagai yang
diangkat dalam penelitian ini adalah: 1) Desa Banjardowo yang terletak di
Bagaimana keberadaan tradisi njamupada Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan
masyarakat Desa Banjardowo Kecamatan merupakan desa dengan wilayah yang
Kradenan Kabupaten Grobogan?; dan 2) Apa sebagian besar adalah tanah kering daerah
faktor yang menyebabkan muncul dan persawahan dan hutan jati. Data monografi
bertahannya tradisi njamu pada masyarakat di desa tahun 2011 menunjukkan penduduk desa
desa tersebut? tersebut berjumlah 3.929 jiwa, terdiri dari
1.995 laki-laki dan 1.934 perempuan. Mata
METODE PENELITIAN pencaharian masyarakat mayoritas berada di
sektor pertanian, yaitu petani (23,9 %) dan
Penelitian ini menggunakan metode buruh tani (65,3%). Sebagian dari petani
penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini tersebut juga bermata pencaharian sebagai
penulis terlibat langsung di lapangan pembuat arak sebagai pekerjaan sampingan
penelitian. Penulis berinteraksi secara untuk menambah penghasilan mereka.
langsung dengan masyarakat pengkonsumsi Sedangkan dalam aspek pendidikan,
arak, masyarakat yang tidak mengkonsumsi mayoritas penduduknya adalah Sekolah Dasar
arak termasuk keluarga subyek dan (70,55%) dan lulusan SMP (21,76%). Hal
tetangga, perangkat desa, tokoh masyarakat tersebut menunjukkan akses masyarakat
dan pemilik home industry arak. terhadap pendidikan formal masih relatif
Lokasi dalam penelitian ini yaitu di rendah. Adapun dari segi keagamaan hampir
Desa Banjardowo, Kecamatan Kradenan, 100% adalah pemeluk agama Islam. Karakter
Kabupaten Grobogan. Sumber data yang religiusitas masyarakat, jika mengacu pada
digunakan terbagi menjadi data primer dan klasifikasi Geertz (1983) dapat digolongkan
data sekunder. Data primer diperoleh dari sebagai masyarakat Islam abangan yang
hasil penelitian lapangan secara langsung masih sering melakukan selamatan untuk
baik melalui observasi langsung di wilayah suatu kejadian yang ingin diperingati, ditebus,
penelitian maupun wawancara dengan pihak- atau dikuduskan, seperti; kelahiran,
pihak yang memiliki informasi tentang perkawinan, sihir, kematian, pindah rumah,
masalah yang berkaitan dengan tradisi njamu. khitanan, mimpi buruk, ganti nama, panen,
Subjek/Informan dalam penelitian ini sakit, dll. Dalam tradisi-tradisi yang
memfokuskan pada masyarakat yang dilakukan masyarakat di desa tersebut,
melakukan minum-minuman arak. Selain itu minuman arak hampir selalu dijadikan
juga dipergunakan dokumen dan arsip berupa pelengkap di dalamnya.
data monografi Kelurahan Banjardowo yang
berisi data kependudukan dan letak geografis Home Industry Arak Di Desa Banjardowo
yang digunakan sebagai data penunjang Minuman arak merupakan minuman
penelitian ini. alkohol tradisional khas Desa Banjardowo.
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 3
Minuman arak dari desa tersebut dikenal dengan harga dari mulai Rp 20.000 hingga
dengan sebutan arak Kradenan, karena Desa Rp 25.000 (pada tahun 2012). Omset yang
Banjardowo termasuk wilayah Kecamatan dihasilkan melalui penjualan minuman
Kradenan. Sebagian besar masyarakat di keras tersebut bisa dikatakan cukup
desa tersebut selain bekerja sebagai petani, membantu dan d a p a t m e n a m b a h p e
mereka juga memang memiliki mata n d a p a t a n b a g i masyarakat setempat
pencaharian lain yaitu sebagai pembuat ketika hasil panen kurang mencukupi.
minuman beralkohol ini. Selain dipasarkan Berdasarkan penuturan dari Pak
di luar wilayah Kecamatan Kradenan, Tarmuji, proses pembuatan arak memerlukan
minuman arak biasanya juga menjadi sajian bahan baku beras ketan putih, gula merah dan
khas pada acara-acara hajatan atau pesta ragi. Untuk menghasilkan 1 liter arak
rakyat. Masyarakat setempat sering dibutuhkan 2kg beras ketan, 3kg Gula merah
mengistilahkan kebiasaan minum arak atau gula jawa, dan 1/4kg bubuk ragi. Ketiga
tersebut dengan tradisi njamu. bahan tersebut direbus disaring diambil airnya
Pembuatan arak pada home industry dipisahkan dari ampasnya, kemudian
masih menggunakan cara tradisional seperti disisihkan karena masih bisa digunakan untuk
yang dilakukan oleh salah seorang pembuat membuat arak lagi. Hasil pencampuran ketiga
arak bernama Pak Tarmuji. Dalam proses bahan arak tadi masih harus melalui proses
wawancara, Pak Tarmuji mengungkapkan selanjutnya yaitu proses fermentasi. Proses
bahwa keahlian memproduksi arak beserta fermentasi dilakukan dengan tujuan supaya
peralatan yang digunakan didapatkan secara bakteri dalam ragi bisa meningkatkan
turun temurun dari ayah dan kakeknya. kandungan alkohol pada bahan. Lebih lanjut
Pembuatan arak di desa tersebut Pak Tarmuji menjelaskan bahwa proses
sudah berlangsung sejak jaman Belanda produksi ini memerlukan waktu selama 5-7
hingga sekarang. Di Desa Banjardowo hari untuk mendapatkan hasil arak yang
terdapat sekitar 140 kepala keluarga yang bagus. Untuk melakukan proses fermentasi
memproduksi arak dari jumlah keseluruhan digunakan ember besar yang bertutup serta
395 kepala keluarga. Hasil produksi diletakkan di ruangan yang dikhususkan
kemudian disetorkan pada pengepul, salah untuk melakukan proses fermentasi tersebut,
satu diantaranya adalah Pak Tarmuji. seperti yang terlihat pada gambar berikut.
Kemudian pengepul mulai memasarkan dari
kawasan sekitar hingga luar daerah. Arak
kradenan cukup terkenal di luar daerah
seperti Demak, Purwodadi, Cepu, Sragen
(www. grobogannews.com). Arak kradenan
tidak dijual dengan label seperti minuman
alkohol yang dijual pada umumnya. Arak
kradenan dikemas dengan menggunakan
botol-botol bekas air mineral atau
semacamnyadan biasanya per 1 liter dijual
4 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015
Gambar 1. Proses Fermentasi Pembuatan Arak Kradenan.
(Dok.Data Primer, 2012).
Tahap terakhir dari proses pembuatan menggunakan botol seadanya.Tungku yang
arak adalah penyulingan atau destilasi. digunakan adalah tungku tradisional dari
Bahan hasil fermentasi direbus kembali tanah liat yang menggunakan kayu bakar
didalam kuali-kuali khusus di atas tungku- sebagai sumber pemanasnya. Berikut ini
tungku pembakaran selama 3 jam lebih, adalah gambar proses penyulingan arak
kemudian cairan arak akan keluar dari pipa- tersebut.
pipa bambu di bawah kuali dan ditampung
Gambar 2. Proses penyulingan yang dilakukan secara tradisional.
(Dok. Data Primer Tahun 2012)
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 5
Tradisi Njamu Pada Masyarakat Desa seperti yang dilakukan saat acara hajatan atau
Banjardowo pesta rakyat, biasanya minuman arak
Keberadaan minuman arak pada dicampur dengan minuman berkarbonasi,
masyarakat Desa Banjardowo seperti yang Kratingdeng, atau Extrajoss. Kebiasaaan
telah dijelaskan sebelumnya telah ber- njamu yang sudah menjadi kebiasaan
langsung turun temurun di kalangan masyarakat baik secara individual maupun
masyarakat. Berlangsung hingga sekarang komunal tersebut memiliki pengaruh dalam
dan kemudian berkembang menjadi tradisi. membentuk pola perilaku masyarakat kearah
Seperti yang diungkapkan oleh Bapak minum-minuman beralkohol, bahkan pola
Sudarwanto sebagai berikut: perilaku tersebut telah berkembang menjadi
Yang jelas masyarakat Desa Banjardowo tradisi dan kebiasaan yang dianggap lazim.
sejak zaman Belanda sudah mengenal tradisi
minum arak, home industry nya juga sudah
Hal tersebut sesuai dengan konsep dari
lama berproduksi disini. Orang-orang sini Soekanto (2006: 329) bahwa masyarakat
percaya kalau minuman arak bisa jadi obat mempunyai pengaruh tertentu terhadap
nek pegel-pegel biasanya orang-orang sini
minum 1 sloki rutin, nek ibu-ibu habis penggunaan alkohol. Masyarakat mem-
melahirkan itu biasanya badannya pada bangun pola perilaku pada masyarakat,
bengkak-bengkak biasanya arak dicampur
parem pusaka buat pijet.
termasuk pola sikap tertentu terhadap
perilaku minum-minuman keras. Peminum
Dalam berbagai wawancara dan dianggap menyimpang atau tidak, tergantung
perbincangan dengan masyarakat, sering pada taraf ketetapan norma yang mengatur
muncul istilah njamu untuk menyebutkan perilaku tersebut. Pada acara-acara sakral
kebiasaan minum arak tersebut. Disebut seperti dalam hajatan pernikahan, sunatan
njamu karena berasal dari kata dasar jamu maupun pesta perayaan panen, masyarakat
yang berarti obat atau sesuatu yang bisa terbiasa menyajikan arak sebagai pelengkap
menyembuhkan suatu penyakit. Karena selain acara, seperti yang diungkapkan oleh Bapak
sebagai minuman yang selalu ada pada acara- Suwarno sebagai berikut:
Neng kene wis adat'e mbak, nek wis ono
acara seperti pesta rakyat maupun hajatan,
hajatan koyo ngene ki contone acara nikahke
masyarakat Desa Banjardowo juga memiliki anakku ngene ki to tak tanggapke campur
kepercayaan terhadap minuman arak yang sari karo tak suguhke arak, roto-roto wong
kene ngono mbak, yo kadang nganti podho
mempunyai khasiat atau bisa dijadikan obat mabuk ngono kae mbak tamu'ne.
dalam keadaan tertentu. Istilah njamu menjadi (Disini memang sudah menjadi adat, kalau
ada hajatan seperti acara pernikahan anak
sebuah simbol bagi masyarakat yang terbiasa saya ini contohnya, saya hadirkan campursari
minum arak dan memiliki nilai tersendiri bagi dan suguhan arak, rata-rata orang sini begitu
penikmatnya. mbak, ya kadang ada yang sampai mabuk
gitu lah mbak tamunya).
Berdasarkan hasil pengamatan
lapangan, pola kegiatan minum arak yang Selain disajikan dalam acara-acara
dilakukan masyarakat bisa secara individual seremonial seperti yang dijelaskan di atas,
dan komunal. Pola kegiatan yang bersifat arak juga biasa dikonsumsi oleh para pemuda
komunal biasanya ketika njamu dilakukan desa setempat untuk sarana nongkrong atau
secara bersama-sama atau berkelompok
6 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015
berkumpul bersama selain sebagai alat ekonomi yaitu sebagian masyarakat desa
interaksi dan sebagai simbol solidaritas setempat memproduksi arak untuk
kelompok seperti halnya yang dilakukan menambah penghasilan mereka. Berikut ini
pada saat hajatan, kegiatan minum arak adalah hasil wawancara dengan Bapak
juga sebagai hiburan bagi masyarakat Desa Marsono:
Banjardowo. Tradisi iki wis ono awit jaman mbiyen mbak,
aku ngerti yo soko jamane mbah-mbahku, kuwi
Kegiatan minum arak juga dapat wis turun temurun, nek ono acara wong nduwe
dilakukan secara individu dimana arak gawe kae trus nanggap campur sari utawa
tayub ngono kuwi ya biasane podho njamu,
dipercaya sebagai jamu diminum satu atau lha wong wis di kek'i karo sing nduwe omah, yo
dua sloki setelah makan, dicampur madu nggo hiburan .
(Tradisi ini sudah ada semenjak zaman dahulu,
atau telur sehari dua kali, diminum ketika
saya tahu ya dari zaman kakek-kakek saya, itu
badan terasa pegal-pegal, diminum sudah turun temurun, kalau ada acara orang
menjelang tidur atau setelah selesai bekerja punya hajat terus mempertunjukkan campur sari
atau tayub seperti itu ya biasanya pada njamu,
atau untuk obat suatu penyakit tertentu soalnya sudah disajikan tuan rumah, ya untuk
seperti kencing manis. Pembuat arak hiburan)
berasumsi bahwa penyakit kencing manis
dapat dilawan dengan zat gula, dan Dari penjelasan di atas dijelasakan
komposisi arak sendiri terdiri dari gula, bahwa tradisi njamu sebenarnya merupakan
ragi, dan ketan, sehingga pembuat arak suatu bentuk sarana hiburan dalam suatu
percaya bahwa arak adalah sari-sarinya masyarakat dalam lingkup kondisi psikologis
gula yang dapat mem-vaksin penyakit masyarakat, hal tersebut telah menjadi pola
kencing manis tersebut. kehidupan dalam mentalitas masyarakat
Banjardowo dan sulit untuk digantikan oleh
Fungsi Tradisi Njamu dalam Masyarakat pengaruh budaya yang lain dalam waktu yang
Banjardowo singkat. Hasil temuan di atas sesuai dengan
Kebiasaan njamu yang dilakukan yang diungkapkan oleh Nashori dan
secara turun temurun merupakan wujud Indirawati (2007) mengenai empat aspek
tradisi yang khas dari masyarakat di Desa perilaku minum-minuman keras. Salah satu
Banjardowo. Masyarakat telah terbiasa aspek yang disebutkan adalah bahwa fungsi
memanfaatkan arak dalam kehidupan sehari- minum-minuman keras, individu yang
hari, sehingga arak mempunyai fungsi menjadikan minum-minuman keras sebagai
tersendiri bagi masyarakat setempat. Fungsi penghibur bagi berbagai keperluan
dalam aspek fisik terlihat dari kepercayaan menunjukkan bahwa minuman keras
masyarakat menggunakan arak sebagai jamu memiliki fungsi yang begitu penting. Hal
baik diminum maupun untuk sarana tersebut diatas juga sesuai dengan teori
pemijatan, ataupun sebagai hiburan yang fungsionalisme Malinowski (dalam Kaplan,
berkaitan dengan kondisi psikologis 2002) yang menjelaskan mengenai aktivitas
masyarakat, fungsi secara aspek sosial yaitu kebudayaan yang dimaksudkan untuk
penggunaan arak sebagai sarana interaksi kebutuhan hidupnya . Seperti pada
bagi kelompok pelaku tradisi, fungsi secara masyarakat Banjardowo, kegiatan njamu
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 7
dilakukan karena termasuk kebutuhan, kesini, disini mau pemuda atau orang tua ya
pada njamu kok mbak, sudah biasa kalau
karena kebutuhan manusia tidak hanya saya tidak ikut minum ya tidak bisa mbak,
terhenti pada kebutuhan jasmani saja, seperti ada yang kurang)
namun manusia juga butuh untuk
memuaskan rohaninya. Tradisi njamu bagi Tradisi njamu, dengan demikian telah
masyarakat di desa tersebut memiliki fungsi menjadi sarana interaksi dan sosialisasi bagi
sebagai sarana untuk menjaga kebugaran masyarakat. Berdasarkan hasil pengamatan
tubuh, sebagai sarana untuk mempererat bahwa selain sebagai simbol solidaritas,
solidaritas dalam masyarakat, untuk kegiatan minum arak juga untuk m-nunjukkan
memperkuat eksistensi diri laki-laki dan identitas diri sebagai simbol laki-laki yang
sebagai hiburan atau rekreasi untuk berani ketika seseorang berani meminum
memuaskan kebutuhannya jiwanya. minuman tersebut supaya bisa di terima oleh
kelompoknya. Hal tersebut sesuai dengan
Faktor-Faktor Muncul dan Bertahannya konsep dari Soetomo (2010:341) alkohol juga
Tradisi Njamu Di Desa Banjardowo berfungsi sebagai sarana ritual dalam rangka
Berdasar penuturan para informan mengembangkan simbol solidaritas serta
sesepuh desa masyarakat Banjardowo sudah sebagai sarana untuk jembatan dan
mengenal dan memproduksi minuman arak pengakraban pergaulan. Pada acara pesta,
semenjak zaman Belanda. Pada masa lalu tuan rumah pasti menghadirkan hiburan
tradisi ini menjadi sarana pelengkap ketika campur sari atau tayub. Panggung hiburan
masyarakat sedang punya hajat, tamu-tamu berada di dekat rumah yang sedang punya
undangan diberi sajian arak sebagai simbol hajat seperti acara mantenan (pesta
penyambutan tamu-tamu undangan oleh pernikahan) yang diselenggarakan di rumah
tuan rumah yang sedang punya acara pesta Bapak Suwarno pada saat penelitian.
atau hajatan. Kegiatan njamu hanya Seperti pada acara-acara pesta
dilakukan oleh laki-laki, termasuk pemuda perkawinan pada umumnya, Bapak Suwarno
maupun orang tua menikmati hiburan juga menyewa tratag (tenda yang biasa
sambil minum-minuman arak. Seperti dipasang pada saat ada acara-acara penting,
penuturan Mas Andi saat berada di acara seperti hajatan, acara selamatan, atau acara
Bapak Suwarno sebagai berikut: lelayu), itu menjadi pertanda bahwa di rumah
iki acarane wong lanang kumpul karo tersebut sedang punya gawe (acara penting).
jagongan, dadi wong wedok ya ning omah
Tratag dipasang disekeliling rumah, kemudian
wae, bojoku wis ngerti adat kebiasaan wong-
wong kene dadi yo meneng wae, wis biasa kursi-kursi ditata sedemikian rupa untuk
kok mbak, aku ndek mau bareng karo tempat duduk tamu, dan panggung hiburan
maratuaku teko rene, neng kene meh nom
opo tuwo yo podho njamu kok mbak, wis biasanya ditempatkan di sebelah rumah.
biasa, nek aku ora ngombe gak iso mbak, Tradisi masyarakat pada umumnya, Pak
rasane koyok ono sing kurang ngono.
(ini acara buat laki-laki kumpul sambil ngobrol, Suwarno nanggap (menghadirkan) kesenian
jadi perempuan ya dirumah saja, istri saya campursari untuk hiburan para tamu
sudah tahu adat kebiasaan orang-orang sini jadi
undangan.
ya diam saja, sudah biasa kok mbak, saya tadi
bareng sama mertua saya atang Acara campursari biasanya diper-

8 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015


Memang sudah menjadi tugas kami sebagai
tunjukkan pada malam hari, ketika acara
pengayom masyarakat mbak, ya sering disini
campursari dimulai, para tamu laki-laki kasus-kasus seperti ini, sudah biasa mbak, kalau
minum arak sambil diiringi musik sudah nonton campursari gitu mesti ada saja
yang mabuk terus nanti jadi rusuh, sebetulnya
campursari, dalam kondisi mabuk karena kan memang hal ini telah melanggar pasal 539
pengaruh minuman arak, mereka berjoget KUHP tentang pelanggaran kesusilaan, tapi
dan sangat menikmati hiburan dari tuan mengingat ini sudah menjadi tradisi ya sudah
dibiarkan saja, lagipula denda dari pelanggaran
rumah. Seperti yang diungkapkan oleh itu tidak membuat efek jera, ya susah ya mbak
Bapak Suwarno sebagai berikut: tradisi ini mau ditinggalkan.
Nek acara-acara nduwe gawe ngene ki
mbak wes mesti kudu ono campursarine karo Pada masyarakat Desa Banjardowo,
ombenane, wis tradisi awit zaman ndek mben
mbak, dadi wis ora keno lali arak karo minuman arak dikonsumsi oleh warga laki-
campursari utawa tayub, wis kuwi gathukane laki baik pemuda maupun orang tua.
mbak.
(Kalau acara hajatan seperti ini mbak sedah Meskipun menjadi mayoritas, tetapi tidak
pasti harus ada campursari sama minumannya, seluruhnya warga mengkonsumsi arak,
sudah tradisi dari zaman dahulu mbak, jadi
sudah tidak boleh lupa arak sama campursari
semua tergantung masing-masing individu,
atau tayub, itu sudah pasangannya mbak). tergantung seberapa besar pengaruh yang
masuk dan diterima kedalam pribadi
Acara minum-minum akan selesai jika masing-masing.
para tamu sudah puas dan terkadang hingga
dalam kondisi mabuk dan tidak sadarkan diri Bertahannya Tradisi Njamu
karena pengaruh minuman arak. Campursari Berdasarkan temuan lapangan dan
biasanya dipertunjukkan pada malam hari, analisis yang dilakukan, ada beberapa faktor
ketika acara campursari dimulai, para tamu yang menyebabkan masih bertahannya
laki-laki minum arak sambil diiringi musik tradisi Njamu pada masyarakat Desa
campursari, dalam keadaan seperti itu tak Banjardowo. Tradisi tersebut masih terus
jarang pula terjadi perkelahian antar dipertahankan karena masih memiliki nilai
peminum, aparat kepolisian sering hadir fungsional bagi masyarakat. Nilainilai
untuk berjaga dirumah orang yang punya fungsional tersebut dapat dianalisis seperti
hajat mengawasi keberlangsungan acara pada bagian di bawah ini.
hingga selesai untuk mencegah atau Pertama, terdapat nilai tradisi dalam
mengatasi jika terjadi hal-hal yang tidak aktivitas njamu.Tradisi njamu yang telah
diinginkan karena pengaruh minuman arak. menjadi ciri khas masyarakat desa tersebut
Bapak Sodikin, anggota Polisi yang menjadi memang sulit untuk ditinggalkan karena
babinkamtibmasDesaBanjard telah menjadi bagian dari kebutuhan
o w o mengakui bahwa tradisi minum arak mereka. Nilai-nilai yang terkandung dalam
sebenarnya melanggar hukum dan berpotensi tradisi sejak zaman dahulu masih
menimbulkan kerawanan, akan tetapi juga dipertahankan oleh masyarakat terkait
diakui tidak mudah untuk menghentikan dengan fungsi-fungsinya didalam
tradisi tersebut. Hal tersebut dikemukakan masyarakat yang berhubungan dengan
oleh Bapak Sodikin sebagai berikut: aspek fisik, sosial, dan ekonomi masyarakat.
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 9
Fungsi arak dalam aspek fisik yaitu minum) kalau sedang ada hiburan campursari
terus minum bareng pemuda, sudah tidak kuat
arak dipercaya oleh masyarakat setempat minum banyak seperti zaman dahulu mbak,
sebagai obat dalam keadaan tertentu, secara tidak sampai mabuk, ya pokoknya adanya
tradisi tersebut untuk hiburan sudah menjadi
sosial berfungsi sebagai sarana interaksi dan adat orang sini kalau ada hajatan ya ada
simbol solidaritas kelompok, dan dalam aspek suguhannya arak untuk menyambut tamu,
ekonomi produksi arak secara home industry sudah tradisi dari zaman nenek moyang dari
dulu hingga sekarang masih sama).
berfungsi untuk kelangsungan perekonomian
masyarakat setempat. Hal tersebut sesuai
Penyebab ketiga adalah tradisi Njamu
dengan teori fungsionalisme Malinowski memiliki fungsi bagi kebugaran fisik. Arak
yang menjelaskan mengenai aktivitas
bagi masyarakat Banjardowo juga dapat
kebudayaan yang dimaksudkan untuk dimanfaatkan sebagai obat tradisional hingga
kebutuhan hidupnya. Begitu pula pada
saat ini. Oleh karena itu disebut sebagai
masyarakat Desa Banjardowo, alasan terjadi tradisi njamu karena berasal dari kata jamu.
pola budaya njamu dan bertahan hingga
Arak dipercaya untuk sarana penyembuhan
sekarang dilatarbelakangi oleh fungsi-fungsi suatu penyakit, sebagai minuman penambah
yang saling terkait untuk kebutuhan
stamina, pengobat lelah jika diminum sesuai
hidupnya. Pada awal keberadaanya, arak di dosis atau sebagai sarana untuk pemijatan.
diproduksi sebagai minuman yang berfungsi
Fungsi selanjutnya adalah berkaitan
untuk hiburan dan digunakan sebagai jamu
dengan aspek sosial bagi masyarakat
bagi masyarakat laki - laki di Desa
Banjardowo. Kebiasaan njamuyang terus
Banjardowo, yang kemudian bertahan hingga
berlangsung merupakan wujud tradisi yang
sekarang terkait dengan fungsi-fungsi yang
telah menjadi adat kebiasaan masyarakat
lain secara aspek sosial dan ekonomi. setempat, seperti temuan di lapangan dari
Penyebab kedua adalah adanya fungsi hasil wawancara dengan para informan
njamu terkait dengan aspek rekreasi psikis. seperti Mas Hartono, Mas Haryanto, dan
Dari hasil wawancara dengan para informan Bapak Marsono dapat disimpulkan bahwa
dapat dilihat bahwa arak memiliki fungsi secara aspek sosial, tradisi njamu yang
secara aspek psikis, dimana tradisi njamu berfungsi sebagai sarana interaksi dan
muncul sebagai warisan budaya dari zaman pengakraban pergaulan sebagai simbol
dahulu memiliki nilai-nilai tertentu selain solidaritas, selain itu kegiatan minum arak
sebagai sarana hiburan yang dapat me- juga untuk menunjukkan identitas diri
muaskan keadaan psikologis pelaku tradisi sebagai simbol laki-laki sejati agar diterima
seperti yang diungkapkan oleh Mbah oleh kelompok pelaku tradisi.
Sumeri sebagai berikut: Fungsi lain dari tradisi Njamu adalah
Aku kadang isih mbak nek pas ono hiburan
campursari terus ngombe bareng wong-wong berkaitan dengan aspek ekonomi. Tradisi
enom, wis ora kuat ngombe akeh koyo mbiyen njamu di Desa Banjardowo masih bertahan
mbak, ora nganti mabuk, yo pokoke onone
tradisi kuwi nggo hiburan wis adate wong kene
hingga sekarang karena didukung dengan
nek nduwe gawe yo ono suguhane arak nggo keberadaan home industry arak. Terdapat
nyambut tamu, wis tradisi awit zaman mbah-
sekitar 140 kepala keluarga yang
mbahe mbiyen nganti saiki yo isih podho.
(saya kadang masih mbak (melakukan tradisi mempunyai usaha produksi minuman arak,

10 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015


rata-rata dari mereka bermatapencaharian perilaku suami melakukan minum-minuman
sebagai petani, dan usaha produksi arak s e keras. Seperti penuturan dari Ibu Suwarti
bagaisumbermatapencaharia sebagai berikut:
n sampingan, bagi mereka usaha pembuatan bojo kulo niku nek mpun kalih rencang-
rencange nika mbak nek wonten tiyang gadhah
minuman arak yang mereka jalani secara damel mesti mabuk-mabukan, kula nggih
turun temurun sangat berfungsi untuk kadang jengkel, tapi pripun nggih mbak, angel
dikandani, lha sampun dados kebiasaane.
menambah penghasilan. (suami saya itu kalu sudah sama teman-
Dari pemaparan di atas dapat temannya itu mbak kalau ada orang punya
disimpul-kan bahwa dalam keberadaannya, hajat pasati mabuk-mabukan, saya ya kadang
jengkel, tapi bagaimana lagi, susah
tradisi njamu mempunyai fungsi-fungsi diberitahu, sudah menjadi kebiasaannya).
tertentu baik yang berkaitan dengan fisik,
sosial maupun ekonomi hal tersebut sesuai Senada juga dengan penuturan ibu
dengan teori fungsionalisme oleh Iswanti sebagai berikut:
Malinowski (dalam Koentjaraningrat, 1981: Piye yo mbak, kebiasaane bojoku ki angel
diilangi, wes angel dikandani malah kadang
171) menyatakan pendirian bahwa segala
dadi perkoro, opomeneh nek ono dangdut
aktivitas kebudayaan itu sebenarnya ber- opo campursari wes mesti betah mbak,
maksud memuaskan suatu rangkaian dari tengah wengi nembe bali, yowis akhire tak
umbarke wae.
sejumlah kebutuhan naluri makhluk (bagaimana ya mbak, kebiasaan suami saya sulit
manusia yang berhubungan dengan seluruh sekali dihilangkan, susah untuk dinasehati malah
terkadang jadi masalah, apalagi kalau ada acara
kehidupannya. Begitu pula dengan fungsi- dangdut atau campursari, sudah pasti betah
fungsi dalam tradisi njamu sebagai suatu mbak, tengah malam baru pulang, ya sudah
kebutuhan tersendiri bagi masyarakat Desa akhirnya saya biarkan saja).

Banjardowo yang dapat memuaskan


kebutuhan naluri dari masyarakat tersebut. Dari hasil wawancara di atas dapat
Minuman arak adalah wujud konkret dianalisis bahwa ternyata dalam tradisi
dari tradisi njamudi Desa Banjardowo, Njamu tersebut, secara implisit juga menjadi
sebagai sitem nilai budaya, terkandung arena yang mempertontonkan masih kuatnya
konsepsi-konsepsi di dalam tradisi tersebut ideologi patriarki pada masyarakat pedesaan
yang hidup didalam alam pikiran sebagian Jawa. Seperti apapun ketidaksukaan istri
besar warga masyarakat mengenai hal-hal terhadap perilaku suami, suami tetaplah
yang mereka anggap amat bernilai dan kepala keluarga yang harus dihormati dan
hidup sehubungan dengan fungsi yang dimengerti. Tradisi njamu merupakan tradisi
saling terkait didalam tradisi tersebut yang dengan jelas memperlihatkan adanya
diantaranya yaitu: tradisi sebagai praktek dunia khusus laki-laki yang tidak boleh
budaya, tradisi bertahan sebagai kebutuhan dicampur tangani oleh perempuan atau istri.
masyarakat, tradisi njamu berfungsi sebagai Para perempuan atau para istri banyak
alat sosial dan arena sosial, dan sumber melakukan permakluman dan menerima
mata pencaharian masyarakat. bahwa Njamu adalah dunia laki-laki yang
Respon dari istri peminum arak juga harus dapat difahami.
menunjukkan sikap yang kontra terhadap
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 11
PENUTUP aktivitas kebudayaan itu sebenarnya
bermaksud memuaskan suatu rangkaian
Tradisi njamu di Desa Banjardowo dari sejumlah kebutuhan naluri makhluk
telah ada dan berlangsung turun-temurun. manusia yang berhubungan dengan seluruh
Pola kegiatan njamu dapat dilakukan secara kehidupannya. Tradisi njamu juga menjadi
komunal yaitu pada saat pesta rakyat atau cerminan masih kuatnya budaya patriarki
acara hajatan dan saat berkumpul atau yang berlaku pada masyarakat di Desa
nongkrong sebagai sarana interaksi untuk Banjardowo, dimana njamu menjadi sebuah
solidaritas kelompok pelaku tradisi, dan juga dunia laki-laki yang tidak bisa dicampur
dilakukan secara individual untuk tujuan tangani oleh perempuan sekalipun itu
kebugaran fisik maupun psikis.Tradisi njamu istrinya.
merupkan tradisi patriarkhi, karena tradisi ini
bersifat publik/umum maka hanya dilakukan DAFTAR PUSTAKA
oleh laki-laki dan tabu untuk dilakukan
perempuan. Meskipun minuman keras jelas Pemerintah Desa Banjardowo. 2012.
dilarang dalam ajaran agama Islam, akan Monografi Desa Banjardowo
tetapi tradisi njamu masih banyak Geertz, Clifford. 1983. Abangan Santri
dipraktekkan masyarakat setempat. Hal
Priyayi dalam Masyarakat Jawa.
tersebut terjadi karena masyarakat muslim di
Jakarta: Pustaka Jaya
Banjardowo lebih mendekati pada tipologi
Kaplan, David dan Manners, A. Albert.
Islam abangan, sehingga aturan-aturan formal
dalam keagamaan tidak begitu ketat 2002. Teori-Teori Budaya.
dipraktekkan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Faktor yang melatarbelakangi muncul- Koentjaraningrat. 1981. Sejarah Teori
nya tradisi njamu diantaranya adalah: a) Antropologi I. UI Press. Jakarta.
aspek historis, dimana tradisi tersebut telah Nashori, F. & Indirawati, E.2007. Peranan
ada sejak zaman dahulu yang dilakukan Perilaku Merokok dalam Meningkat-
secara turun-temurun, b) faktor sosialisasi kan Suasana Hati Negatif (Negative
dari lingkungan, dimana aktivitas didapat Mood States) Mahasiswa. Jurnal
melalui cara masyarakat bergaul, mem- Psikologi Proyeksi Vol 2 No 2.
pertahankan tradisi njamu tersebut dan juga
Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu
didukung dengan keberadaan home industry
Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
arak yang ada di Desa Banjardowo.
Persada.
Faktor yang melatarbelakangi ber-
tahannya tradisi njamu diantaranya adalah Soetomo. 2010. Masalah Sosial Dan Upaya
tradisi njamu memiliki sejumlah fungsi bagi Pemecahannya. Yogyakarta: Pustaka
masyarakat, baik fungsi yang berkaitan Pelajar.
dengan fisik, psikis, sosial, dan ekonomi. Hal http://www.grobogannews.com/2015/05/pl
tersebut sejalan dengan teori fungsionalisme umpungan-central-arak-
Malinowski yang menyatakan bahwa segala m u r n i - grobogan.html
12 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015
FIS 42 (1) (2015)

FORUM ILMU SOSIAL


JURNAL
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/FIS
FORUM ILMU SOSIAL

POTRET RELIGIUSITAS MASYARAKAT MISKIN PEMUKIMAN KUMUH


KAMPUNG TAMBAKREJO, KOTA SEMARANG

Agustinus Sugeng Priyanto


Dosen pada Program Studi Pandidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurusan Politik dan
Kewarganegaraan, FIS Unnes
Irwan Abdullah, dan Arqom Kuswanjono
Program Studi Agama dan Lintas Budaya, Sekolah Pasca Sarjana UGMYogyakarta,

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel
Diterima Mei 2015 Perilaku religius sangat ditentukan oleh pelaku sebagai pribadi
Disetujui Juni 2015 yang hidup dalam suatu masyarakat. Demikian juga individu-individu
Dipublikasikan Juni 2015 yang hidup dalam komunitas masyarakat miskin di pemukiman kumuh.
Praktik religiusitas masyarakat miskin di pemukiman kumuh Kampung
Keyword : Tambakrejo, Kota Semarang didominasi oleh tradisi atau kebiasaan
masyarakat yang secara turun-temurun tumbuh dan berkembang di
Religiosity, poor, slums,
dalamnya. Pengaruh utama dalam kehidupan keagamaan mereka menjadi
social identity identitas sosial yang sejalan dengan konsep abangan dan budaya
kemiskinan sebagai suatu habitus yang berbeda dengan masyarakat pada
umumnya.
Abtract

Religious behavior is largely determined by the perpetrator as a person


living in a society. Similary, individuals who live in poor communities in
slums. Practice religiosity of the poor in the slum of Kampung
Tambakrejo, Semarang City is dominated by the traditions or customs of
society for generations to grow and thrive in it. The main influence in
their religious life into a social identity that is consisten with the concept
of "abangan" and culture habitus poverty as a distinct society in general.

2015 Universitas Negeri Semarang

* Alamat korespondensi
gusti_pangeran63@yahoo.com

PENDAHULUAN ditentukan oleh kondisi kemiskinannya.


Masyarakat miskin mungkin memiliki
Pandangan yang menyatakan, bahwa praktik religiusitas yang berbeda dengan
masyarakat miskin cenderung tidak religius, masyarakat pada umumnya. Dalam kondisi
bisa menyesatkan. Sebab religiusitas tidak kemiskinannya tersebut, mereka bisa saja
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 13
lebih mengutamakan usaha untuk mencukupi Adapun langkah - langkah yang
kebutuhan material daripada kebutuhan dilakukan meliputi tahapan-tahapan
spiritualnya. Atau bisa berlaku sebaliknya, sebagaimana dikemukakan oleh Denzin
justru dalam kemiskinannya itu, mereka (2009: 272-273) sebagai berikut. Pertama,
lebih giat beribadah. Dengan demikian, ke- membuat batasan tentang statemen-statemen
miskinan bukanlah faktor penentu tingkat kunci yang termuat dalam pengalaman
religiusitas. personal dan yang secara langsung merujuk
Bagaimanapotretreligiusit pada fenomena pemahaman keagamaan
a s masyarakat miskin pemukiman kumuh itu masyarakat miskin, ritual keagamaan
sebenarnya? Untuk menjawab permasalahan masyarakat, dan kehidupan sosial dalam
tersebut, tulisan ini akan membahasnya praktik keagamaannya. Kedua, meng-
dalam konteks praktik religiusitas interpretasikan gambaran umum masyarakat
masyarakat Kampung Tambakrejo, Kota S e miskin, pemahaman keagamaan, ritual
marang.Komunitasmasyarak keagamaan, dan kehidupan sosial dalam
a t pemukiman kumuh Kampung praktik keagamaannya. Ketiga, menggali
Tambakrejo, Kota Semarang merupakan interpretasi masyarakat tentang gambaran
komunitas masyarakat yang mapan dilihat umum masyarakat miskin, pemahaman
dari integrasi masyaratnya. Hal ini keagamaan, ritual keagamaan, dan ke-
dibuktikan, bahwa masyarakat pemukiman hidupan sosial dalam praktik keagamaannya.
kumuh tersebut sudah berlangsung lama dan Keempat, mencermati makna-makna
mereka merasa kerasan menempati lokasi subtantif yang muncul sekaligus gejala-gejala
tersebut. Pada sisi yang lain kehidupan baru dari fenomena pemahaman keagamaan
keberagamaannya tampak dipraktikkan masyarakat miskin, ritual keagamaan, dan
secara sungguh-sungguh sebagai kehidupan sosial dalam praktik
perwujudan perilaku religiusnya. keagamaannya. Kelima, membuat definisi-
definisi tentang fenomena pe-mahaman
METODE keagamaan masyarakat miskin, ritual
keagamaan, dan kehidupan sosial dalam
Dalam penelitian ini dipergunakan praktik keagamaannya. Langkah-langkah
pendekatan kualitatif, yaitu suatu penelitian tersebut dilaksanakan secara interaktif,
yang menghasilkan data deskriptif yang maksudnya dicermati secara timbal balik dari
berupa kata-kata tertulis atau lisan dan semua tahapan yang digunakan dalam
perilaku dari orang-orang yang dapat diamati disertasi ini. Dengan demikian kegiatan
(Moleong, 1990:3; Bogdan, 1992:21). Data analisis sudah dilaksana-kan sejak
yang telah terkumpul diolah dan dianalisis pengumpulan data.
dengan menggunakan teknik analisis kualitatif
interaktif. Peneliti dituntut bergerak bolak-
balik selama pengumpulan data di antara
kegiatan reduksi, penyajian data, serta
penarikan kesimpulan dan verifikasi.
14 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015
HASIL PENELITIAN samping itu, letaknya di tengah-tengah
kampung sehingga memudahkan bagi siapa
Infrastruktur Keagamaan saja yang datang ke kampung tersebut akan
Kampung Tambakrejo merupakan cepat mengenalinya. Sedangkan bangunan
Rukun Warga (RW) XVI, yang terdiri atas mushola luasnya hanya seukuran satu rumah
lima Rukun Tetangga (RT), yang memiliki dan tingginya sama dengan rumah penduduk,
wilayah paling luas dibandingkan dengan serta kualitas bangunannya tidak berbeda
wilayah RW lain di wilayah Kelurahan dengan kualitas bangunan rumah lainnya.
Tanjungmas, Kecamatan Semarang Utara, K Pembangunan masjid memakan waktu
otaSemarang.LokasiKampun yang lama, karena dana yang terkumpul
g Tambakrejo secara komunitas terpisah memang lambat. Iuran warga ternyata tidak
dari masyarakat Kelurahan Tanjungmas, dapat diandalkan sepenuhnya. Oleh karena
karena lokasinya disekat oleh sungai, itu, dana sumbangan dari pemerintah kota
tambak, dan laut yang mengelilinginya. dan donatur menjadi alternatif untuk
Kondisi lingkungan daerah RW XVI menyelesaikan pembangunan masjid.
Kampung Tambakrejo adalah daerah pesisir Pembangunan masjid yang dilaksanakan
pantai yang abrasi lautnya sangat besar. secara bertahap menunjukkan ketidak-
Akibatnya banyak rumah yang terancam mampuan masyarakat Tambakrejo secara
tenggelam oleh air laut dan sudah sebagian ekonomi. Keadaan masyarakat yang relatif
warganya meninggalkan rumahnya pindah miskin, sulit bagi mereka untuk beriur
ke tempat lain. Mereka terpaksa pindah, sejumlah uang.
karena rumahnya yang tidak mungkin untuk Adapun kelembagaan keagamaan
ditinggali karena air laut masuk rumah. yang terdapat dalam masyarakat Kampung
Salah satu simbol agama Islam yang Tambakrejo berupa Takmir Masjid
tampak terlihat adalah dimilikinya satu masjid Batussalam, Jamaah Tahlil Bapak-bapak,
yang diberi nama Baitussalam berlokasi di Jamaah Tahlil Ibu-ibu, Jamaah Manaqib,
RT. 02 dan di RT yang lain berdiri musola. Jamaah Mujahadah, dan Remaja Masjid.
Masjid Baitussalam bagi m a s y a r a k a t Jamaah-jamaah yang ada mengadakan
K a m p u n g Ta m b a k r e j o merupakan pengajian dari rumah ke rumah. Untuk
satu-satunya infrastrutur yang dapat jamaah tahlil pada lingkup RT, sementara
dibanggakan. Hal itu dibuktikan dengan luas Jamaah Manaqib dan Jamaan Mujahadah
bangunan yang sepadan dengan empat rumah pada tingkat RW. Remaja masjid mengalami
dan bentuk bangunan yang lebih bagus serta kekosongan kegiatan dalam waktu yang
lebih tinggi dibandingkan dengan semua panjang. Kelembagaan remaja masjid pernah
bangunan yang ada. Rata-rata luas bangunan berhenti beraktivitas (vakum) selama tiga
rumah di Kampung Tambakrejo tidak lebih tahun. Penyebab berhentinya aktivitas remaja
dari seratus meter persegi. Dengan demikian, masjid karena remaja memilih aktivitas lain
bangunan masjid sepadan dengan empat ratus yang lebih bersifat hura-hura di samping
meter persegi. Di pendidikan agama yang lemah

Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 15


dalam keluarga. sendiri-sendiri. Agama dilaksanakan bukan
Kegiatan yang paling sering dilakukan semata-mata demi terlaksananya nilai-nilai
adalah Jamaah Tahlil Bapak-bapak dan moralitas atau sebaliknya. Masing-masing
Jamaah Tahlil Ibu-ibu. Keikutsertaan dalam bersifat otonom. Kedua, agama digunakan
pengajian lebih didorong karena merasa untuk mencapai tujuan-tujuan sosial yang
tidak nyaman secara sosial dengan tetangga. dapat berakibat digunakannya agama untuk
Warga merasa tidak nyaman dengan tidak kepentingan-kepentingan tertentu, baik
menghadiri tahlilan, karena apabila tidak secara politik maupun secara sekonomi.
datang di rumah tertentu akan dibalas Dalam hal ini dicontohkan karya Weber
dengan ketidakhadiran tuan rumah yang (1976) dalam The Protestant Ethic and the
ketempatan ke rumahnya manakala giliran Spirit of Capitalism, bahwa perilaku agama
menerima jadwal. ditekankan pada etika bekerja, yang
Takmir masjid belum mendorong hasilnya adalah kekayaan dan dianggapnya
warga Kampung Tambakrejo untuk sebagai wujud nyata berkat Tuhan. Martabat
menjalankan aktivitas keagamaannya manusia terletak pada prestasinya, bukan
dengan memanfaatkan masjid yang pada ketakwaannya kepada Tuhan.
dimilikinya. Masjid hanya ramai pada
momen besar kagamaan Islam, seperti Aktivitas Sosial Keagamaan Sehari-hari
perayaan Idhul Fitri dan Idhul Kurban. Aktivitas sosial keagamaan sehari-hari
Dalam keseharian, hanya sebagian kecil yang paling nampak adalah dalam peristiwa
yang menjalankan aktivitas keagamaannya kelahiran anak, sunatan untuk anak laki-laki,
di masjid. Kenyataan itu juga terjadi di perkawinan, dan kematian. Peristiwa
empat mushala yang berada di masing- semacam itu sebenarnya tidak hanya terjadi di
masing RT. Mushala yang ada lebih banyak Kampung Tambakrejo, tetapi hampir secara
digunakan untuk ibadah Shalat Magrib. umum berlaku pada masyarakat muslim
Keberadaan Masjid Baitussalam dan secara keseluruhan di Indonesia. Bahkan
beberapa mushala di Kampung Tambakrejo tidak terdapat catatan yang istimewa dari
yang belum diikuti oleh mantapnya peristiwa-peristiwa tersebut yang
kelembagaan agama menunjukkan, bahwa dilaksanakan di Kampung Tambakrejo.
agama ditempatkan pada fungsi sebagai Dalam peristiwa kelahiran, kehadiran
indentitas sosial (Subangun, 1999). seseorang dalam kenduren pemberian nama
Keberadaan masjid dan mushala baru sebatas bayi yang baru lahir alasan utamanya adalah
tanda, bahwa masyarakat Kampung ikatan interaksi sosial dengan tetangga.
Tambakrejo sebagai penganut agama Islam. Sedangkan dalam peristiwa sunatan anak laki-
Motivasi beragama semacam ini menurut laki dan peristiwa perkawinan, ikatan sosial
Dister (1988) memang tidak buruk, tetapi keagamaan lebih didasarkan pada hubungan
memiliki dua bahaya. Pertama, agama timbal balik secara ekonomi. Artinya,
bercampur aduk dengan nilai-nilai moralitas seseorang yang diundang dalam pesta sunatan
yang mestinya masing-masing berdiri atau perkawinan akan
16 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015
memberikan sejumlah uang atau bahan uang pada saat itu. Kemudian pada malam
makanan dan sumbangan tersebut akan harinya biasanya tiga hari berturut-turut di
dikembalikan manakala si penyumbang rumah duka diadakan tahlilan mendoakan
memiliki acara yang sama atau acara apa orang yang meninggal dunia. Tahlilan
pun. Oleh karena itu, jumlah sumbangan diikuti oleh tatangga terdekat saja. Setelah
dari warga biasanya dicatat dalam buku segala hal berkenaan pengurusan,
khusus oleh tuan rumah. Sumbangan pemakaman, dan tahlilan selesai, pengurus
tersebut akan dikembalikan secara paguyuban didampingi pengurus RW dan
sebanding di kemudian hari. RT men-datangi rumah duka untuk
Nilai agama dalam peristiwa sunatan memberikan laporan catatan pengeluaran
secara umum dapat dinyatakan, bahwa dan penyelesai-an keuangannya.
mereka telah menjalankan perintah agama. Aktivitas sosial keagamaan dalam
Demikian halnya dalam peristiwa per- masyarakat Kampung Tambakrejo secara
kawinan, juga merupakan upaya pemenuhan umum dibungkus oleh simbol-simbol
syariat agama. Untuk sunatan biasanya keagamaan. Peristiwa kelahiran sampai
warga Kampung Tambakrejo mengundang dengan kematian ditandai oleh peristiwa
dukun sunat. Dilanjutan acara kenduren agama yang menghubungkan pelaku dengan
dan hiburan. Untuk peristiwa perkawinan, Tuhan. Prasyarat keagamaan secara formal
ijab kabul dilaksanakan di Kantor Urusan telah dijalankan dan dipenuhi. Namun, di
Agama (KUA), dilanjutkan dengan pesta balik semua itu juga terdapat hitung-hitungan
dan hiburan. Para penyumbang kebanyakan untung rugi secara ekonomis. Praktik sosial
mengenakan pakaian berjilbab atau keagamaan tersebut, sebagaimana dituliskan
berkerudung untuk ibu-ibu, sedangkan oleh Parker dan Kleiner dalam Suparlan
bapak-bapak mengenakan pakaian batik dan (1993), ditandai oleh adanya hubungan antara
berpeci. Namun hiburan yang paling disukai besarnya penghasilan dan harga diri yang
adalah dinyanyikannya lagu ndangdut tercermin dalam budaya kemiskinan. Anggota
baik lewat tape recorder atau organ tunggal. masyarakat menjalan-kan aktivitas sosial
Dalam peristiwa kematian, warga keagamaan dalam rangka mem-pertahankan
Kampung Tambakrejo memiliki paguyuban harga diri di hadapan anggota masyarakat
merawat jenazah. Warga akan secara sukarela lain, sekaligus sebagai bagian dari
membantu pengurusan dan penguburan penyesuaian diri atas besarnya penghasilan
jenazah bila ada warga yang meninggal dunia. keluarga.
Pengurus paguyuban secara ber-gotong-
royong dengan warga lainnya membantu Ritual dan Seremonial dalam Masyarakat
keluarga yang berduka. Kesulitan yang sering Perilaku keagamaan yang bersifat
muncul, bila orang yang meninggal di rumah individual pada masyarakat Kampung
sakit dan membutuhkan biaya untuk melunasi Tambakrejo, antara lain satu-dua orang masih
perawatannya sementara keluarganya tidak menjalankan shalat wajibnya di masjid atau
memiliki cukup mushala. Dalam keseharian, bapak-

Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 17


bapak Kampung Tambakrejo jarang yang dalam menjalankan pekerjaannya melaut
menjalankan shalat wajibnya di masjid atau tidak memiliki doa khusus. Doa yang
mushala, karena untuk nelayan masih dipanjatkan adalah doa keselamatan dan
melaut, sementara yang menjadi karyawan berharap tangkapan ikan hari itu banyak.
dan buruh bekerja di luar kampung. Untuk Para isteri nelayan dalam mengantar
ibu-ibu, mereka mengaku menjalankan suaminya melaut juga tidak ada iringan doa
shalat wajibnya di rumah. Alasan ibu-ibu, khusus, hanya dengan harapan keselamatan
karena menjalankan shalat wajib di rumah suaminya di laut dan membawa hasil
dapat dikerjakan dengan tetap menjalankan tangkapan ikan yang banyak.
antivitas lainnya. Secara umum, masyarakat Seremonial dalam kegiatan per-
Kampung Tambakrejo mengaku memiliki ibadatan yang paling menonjol adalah
perlengkapan alat shalat, seperti sajadah, perayaan Idhul Fitri dan Idhul Adha. Dalam
rukuh, dan buku-buku bacaan agama yang perayaan Idhul Fitri, sehari sebelumnya
biasanya digunakan dalam pengajian. warga mengadakan ziarah kubur di
Ritual yang rutin berlangsung di pemakaman Kampung Tambakrejo. Ziarah
Masjid Baitussalam adalah shalat Jum'at. kubur merupakan tradisi wajib yang berlaku
Jumlah warga yang ikut shalat Jumat tidak di Kampung Tambakrejo. Pelaksanaan ziarah
sebanding dengan jumlah penduduk kubur pada waktu sore hari menjelang waktu
Kampung Tambakrejo secara keseluruhan shalat magrib. Malam harinya dilanjutkan
yang berkewajiban melaksanakannya. dengan malam takbiran. Dalam ziarah kubur,
Alasan yang dapat ditangkap dalam biasanya datang dalam rombongan satu k e l
penjelasan warga, bahwa sebagian warga u a rg a m e n u j u m a k a m a n g g o t a
bekerja di luar kampung dan ada sebagian keluarganya yang sudah meninggal. Warga
lagi yang sedang melaut. Kampung Tambakrejo silih berganti
Dalam pembinaan keagamaan pada mendatangi pemakaman untuk ziarah kubur.
anak-anak, para orang tua mendorong anak- Suasanannya ramai sekali dan sekaligus
anaknya untuk mengikuti pelajaran agama menjadi ajang silaturahmi untuk warga.
yang dilaksanakan sore hari di masjid. Kondisi lokasi makam tidak terawat
Namun dalam keseharian, keterlibatan kebersihannya. Banyak sampah dan rumput
anak-anak mengikuti shalat wajib di masjid yang tinggi, karena sering terendam air laut.
tidak banyak, hanya satu dua anak yang Makam hanya boleh ditandai dengan patok
terlibat. Anak-anak yang mengikuti shalat nisan, karena bentuknya hampir sama,
wajib di masjid atau mushala karena diajak akibatnya banyak warga yang kesulitan
oleh ayah mereka. Dengan jarangnya orang mengenali makam anggota keluarganya.
tua yang berjamaah di masjid atau mushala Lokasi makam berada di pinggiran
dalam menjalankan shalat wajib menjadi kampung dan agak jauh dari pemukiman, di
penyebab jarangnya anak-anak yang ujung pantai dan di bibir laut. Akibatnya
mengikuti kegiatan keagamaan. sebagian makam terendam air laut. Kondisi
Para nelayan di Kampung Tambakrejo ini sewaktu-waktu memungkinkan makam
18 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015
tersebut terendam air laut ketika terjadi atau menthok bukan opor ayam, lebih
abrasi. karena alasan ekonomi. Harga bebek atau
Papan nama pemakaman sudah ambrol menthok lebih murah dibanding ayam di
dan tidak diperbaiki lagi. Di lokasi ada papan hari-hari menjelang Idhul Fitri.
yang menuliskan, bahwa makam tersebut Acara shalat Idhul Fitri dilaksanakan
khusus untuk muslim. Tulisan terbuat dari pagi hari setelah malamnya takbiran. Semua
selembar seng yang dicat putih dan sudah warga Kampung Tambakrejo memenuhi
karatan. Gambaran tersebut menandakan, Masjid Baitussalam dan meluber di
bahwa pemakaman yang menjadi pengingat sekeliling masjid mengingat lokasi masjid
anggota keluarga yang mestinya dijaga yang berbatasan dengan tambak. Selesai
kebersihan dan keberadaannya bagi warga menjalankan shalat, warga langsung saling
Kampung Tambakrejo sudah tidak terawat bersalaman sebagai ungkapan kegembiraan
lagi. Hal itu jelas berkenaan dengan dapat merayakan hari kemenangan dan saling
kemampuan warga secara finansial yang bermaaf-maafan secara estafet sepanjang
tidak memungkinkan untuk membiayai jalan kampung. Kebanyakan warga
perbaikan lokasi pemakaman mengingat mengusahakan diri tampil sebaik mungkin
untuk membiayai kehidupannya sehari-hari dengan baju muslim terbarunya. Hal ini
masih banyak kekurangan. bukan saja sebagai ungkapan syukur, tetapi
Ritual ziarah kubur dilanjutkan dengan juga sekalugus sebagai penanda eksistensinya
malam takbiran. Sebagai bentuk kebanggaan di mata para tetangga bahwa dirinya dapat
kampung, acara takbiran dengan pawai merayakan Idhul Fitri yang lebih
keliling kampung dengan mengarak miniatur membanggakan dari tahun se-belumnya.
masjid dan diiringi gema takbir yang dipadu Selanjutnya pulang ke rumah masing-masing
dengan tabuhan bedug. Acara juga untuk menyantap lontong opor bebek atau
diramaikan dengan bunyi petasan yang sudah menthok yang sudah disiapkan sejak
disiapkan oleh masing-masing keluarga. semalam. Hari itu biasanya warga tidak
Acara takbiran lebih didominasi olah remaja meninggalkan rumah dengan harapan ada
dan anak-anak. Dalam pandangan warga, sanak famili dari tempat lain yang berkunjung
acara takbiran yang demikian mengingatkan ke rumahnya. Pada hari kedua atau hari-hari
mereka bahwa, mereka sedang me- berikutnya lebaran barulah warga Kampung
nyongsong hari kemenangan setelah berpuasa Tambakrejo berkunjung ke sanak famili yang
satu bulan. Takbiran kadang dilaksanakan tinggal di kampung lain.
dengan kampung lain dan berjalan sepanjang
jalan raya. Keikutsertaan yang demikian Dalam hal pengenaan pakaian yang
sebagai bukti keberadaan diri mereka masih terbaik dan baru di hari raya Idhul Fitri,
diperhatikan oleh orang lain. Walaupun bahwa membeli baju baru ada semacam
terkadang memacetkan jalan raya. Mengapa kewajiban dari kepala keluarga. Karena
opor yang dibuat oleh ibu-ibu Kampung Idhul Fitri identik dengan baju baru.
Tambakrejo adalah opor bebek Termasuk menyediakan makanan kecil
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 19
kudapan hari raya adalah kebiasaan yang slemetan yang hadir adalah kepala rumah
tidak boleh ditinggalkan. Merasa malu kalau tangga yang laki-laki, kemudian membawa
ada tetangga atau sanak famili yang pulang sebagian makanan bagi anggota
bertandang ke rumah tidak memiliki keluarga yang lain.
minuman yang istimewa dan tidak me- Ikatan terhadap doktrin keagamaan di
nyuguhkan kudapan hari raya. Minuman yang Kampung Tambakrejo dipraktikkan secara
dianggap istimewa di Kampung Tambakrejo longgar. Ada yang mensegerakan kewajiban
di hari raya Idhul Fitri adalah sirup. agamanya, tetapi juga ada yang masih
Sedangkan sajian kudapan yang tidak pernah menjalankan aktivitas lain sementara waktu
ketinggalan adalah rengginang. Minuman dan untuk menjalankan kewajiban keagamaan-
kudapan tersebut itulah yang mungkin nya telah tiba. Dalam pandangan
terjangkau, karena murah harganya. masyarakat Kampung Tambakrejo, hal yang
Perayaan Idhul Adha dilakukan dengan demikian bukanlah sebagai masalah. Ibadah
menjalankan shalat bersama di masjid dan shalat wajib yang fleksibel tempatnya yang
dilanjutkan dengan menyembelih hewan dilakukan ibu-ibu juga menguatkan bukti
kurban. Tiap tahun untuk hewan kurban dua betapa longgarnya terhadap doktrin
atau tiga kambing. Itu pun belum tentu keagamaan.
kurban dari warga Kampung Tambakrejo. Peran yang menonjol dari kaum laki-
Dengan demikian dapat dinyatakan, bahwa laki dalam penyelenggaraan ritual dan
peringatan hari raya Idul Adha di Kampung seremonial keagamaan di Kampung
Tambakrejo tidak seramai dan semeriah Tambakrejo sangat mencolok. Kehadiran
ketika merayakan hari raya Idul Fitri. kepala rumah tangga laki-laki dalam upacara
Kesederhanaan terlihat nyata ketika me- kenduren pemberian nama bayi, acara
rayakan Idul Adha. sambatan membangun fasilitas umum, dan
Ritual dan seremonial keagamaan memimpin untuk ziarah kubur adalah bukti-
masyarakat Kampung Tambakrejo mengarah bukti peran laki-laki tersebut. Oleh karena-
sebagai praktik abangan dalam ter-minologi nya, masyarakat Kampung Tambakrejo juga
Geertz (2014). Varian abangan, pertama masih mempercayai adanya ungkapan untuk
dicirikan oleh tidak acuh terhadap doktrin kaum perempuan yaitu swarga nunut, neraka
agama, tetapi terpesona oleh detail katut. Artinya apabila pasangan hidupnya
keupacaraan. Seorang abangan tahu kapan yang laki-laki masuk sorga maka pihak
harus menyelenggarakan slametan dan apa perempuan juga ikut masuk sorga tetapi tidak
yang harus menjadi hidangan pokoknya. memiliki hak penuh. Sebaliknya bila laki-laki
Penganut abangan memiliki toleransi masuk neraka, maka pasangan perempuannya
terhadap kepercayaan agama. Kedua, untuk ikut terbawa masuk neraka. Hal ini
kalangan abangan, unit sosial yang paling sebenarnya untuk menunjukkan adanya
dasar hampir semua tempat upacara pembagian peran dalam rumah tangga, antara
berlangsung adalah rumah tangga seorang laki-laki dan perempuan. Laki-laki dipersepsi
secara patrilineal. Dalam penyelenggaraan sebagai peran publik,

20 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015


sementara perempuan menjalankan peran jam 10.00 dan pada sore hari sekitar jam
domestik. 16.00. Bagi ibu-ibu tidak ada aktivitas dan
Ritual dan seremonial keagamaan hiburan lain, kecuali bertemu dengan para
masyarakat Kampung Tambakrejo juga tetangga. Mereka beranggapan, tidak
dilaksanakan dengan tetap memperhitung- dikenakannya kerudung atau jilbab dalam
kan angka keekonomian sebagi ciri khas situasi yang demikian, bahwa mereka masih
masyarakat yang berkebudayaan ke- berada di sekitar rumah tempat tinggalnya.
miskinan. Pertimbangan memasak opor Pada kesempatan lain ibu-ibu sebagian
bebek atau menthok, bukan opor ayam besar mengenakan jilbab atau kerudung
merupakan bukti hal tersebut. Pangadaan dalam pertemuan resmi di Balai RW. Ibu-
baju baru pada hari raya Idul Fitri juga ibu mengenakan kerudung atau jilbab bukan
merupakan upaya untuk menunjukkan saja pada pertemuan resmi, tetapi juga
eksistensi diri pada warga masyarakat yang dalam pelaksanaan pengajian dan waktu
lain, bahwa dirinya mampu secara ekonomi jagong bila tetangganya punya kerja, atau
yang belum tentu sesuai dengan waktu melayat bila ada warga yang
kemampuan ekonominya. meninggal dunia. Dengan kata lain,
pengenaan kerudung atau jilbab bagi ibu-ibu
Religiusitas (Ketaatan, Penguasaan di kampung Tambakrejo dimaksudkan untuk
Pengetahuan, Simbol-simbol Agama) memberi-kan penghormatan bagi tuan
Ikatan ketaatan dalam religiusitas warga rumah atau tamu-tamu yang lain. Dalam
Kampung Tambakrejo ditunjukkan oleh pertemuan resmi, ibu-ibu juga akan
adanya ikatan tradisi sebagai ikatan sosial mengenakan pakaian terbaiknya.
antara warga satu dengan lainnya. Dalam hal Pemahaman keagamaan yang lebih
berpakaian jilbab atau mengena-kan kerudung didasarkan pada tradisi yang diterima secara
untuk ibu-ibu hanya dilakukan pada acara- turun-temurun dan berbagai macam aspek
acara resmi, seperti pertemuan di Balai RW, kehidupannya yang serba terbatas dengan
pengajian, atau jagong di rumah warga yang tidak terasa membawa warga Kampung
punya gawe. Aktivitas ibu-ibu dalam Tambakrejo pada pandangan hidup yang serba
keseharian yang kebanyakan tidak pasrah. Kondisi air laut yang rob di
mengenakan jilbab atau kerudung. Antivitas pemukiman merupakan sesuatu yang harus
tersebut berlangsug serhari-hari pada saat diterima apa adanya. Kondisi rumah yang
bapak-bapak menjalankan mata pen- semakin tenggelam dibiarkan saja .
cahariannya. Ibu-ibu setelah selesai Lingkungan pemukiman yang kumuh dengan
mengerjakan rumah masing-masing dilanjut- banyaknya sampah di sekitar pemukiman
kan bercengkerama sambil menunggu anak- merupakan hal biasa. Hidup yang serba
anak pulang sekolah atau suami pulang kerja kekuarang merupakan hal yang lumrah,
atau melaut bagi nelayan. Biasanya kegiatan karena hal itu juga menimpa warga yang lain.
tersebut berlangsung pada pagi hari sekitar Pandangan hidup yang serba pasrah,
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 21
berangsur-angsur mulai luntur, khususnya masyarakat petani pedesaan Jawa yang
pada generasi muda yang mulai mengandalkan sawah pertanian sebagai
mengenyam pendidikan menengah dan sumber hidupnya. Praktik keagamaan petani
pendidikan tinggi. Karena biasanya, mereka pedesaan Jawa memunculkan kelas-kelas
akan bekerja di luar Kampung Tambakrejo sosial antara kiai, santri, dan jamaah (Geertz,
dan dengan pergaulan yang semakin luas 2014:260-262). Dalam masyarakat petani
mendorongnya untuk meninggalkan yang demikian, kepemikian lahan pertanian
Kampung Tambakrejo. Mereka inilah yang berkaitan erat dengan struktur keagamaan.
dipandang oleh masyarakat Kampung Kiai adalah pemilik modal yang memungkin-
Tambakrejo telah berhasil menjalani hidup kan dirinya memperoleh ilmu-ilmu
yang lebih baik dibandingkan dirinya. keagamaan di sumber-sumber aslinya di tanah
Akibatnya, pekerjaan nelayan menjadi tidak Arab dan sanggup untuk menunaikan ibadah
menarik lagi bagi generasi muda. Mereka haji sebagai simbol kemampuannya secara
lebih suka bekerja menjadi karyawan di ekonomi untuk menjalankan syariat Islam
pabrik-pabrik dan kemudian dapat pindah tentang haji. Santri adalah level kedua yang
dari Kampung Tambakrejo. ilmu keagamaannya diperoleh dari kiai karena
Harmoni yang diwujudkan dalam rasa memperoleh pendidikan dan pemehaman
merupakan penanda praktik keagamaan yang pertama dan dilakukan sepanjang hari di
dalam kehidupan sosial masyarakat miskin pesantren. Sedangkan jamaah berada pada
Kampung Tambakrejo. Secara sosial, level ketiga tentang p e m a h a m a n k e a g a
masyarakat miskin Kampung Tambakrejo m a a n n y a k a r e n a pemahaman
berprinsip egaliter di mana memandang orang keagamaannya diperoleh secara insidental
lain sejajar dengan dirinya sehingga dalam pengajian-pengajian.
perbedaaan kelas dalam masyarakat tidak Adapun munculnya kelas-kelas sosial
berpengaruh dalam praktik keagamaannya. masyarakat miskin Kampung Tambakrejo
Dua alasan yang menyertainya, yakni kondisi didasarkan atas mata pencaharian, yakni kelas
kemiskinan yang memandang siapa saja pengusaha, pedagang, karyawan, nelayan, dan
dapat meraih sukses hidup dan laut sebagai buruh tidak membedakan partisipasinya
pusat kehidupannya, siapa saja dan kapan dalam praktik keagamaan. Fakta ini juga
saja dapat menuju laut untuk mencukupi berbeda dengan pendapat Rodney Stark
kebutuhan hidupnya sebagai masyarakat (dalam Haryanto, 2015:156), bahwa kelas
nelayan. Salah satu unsur yang mendukung menengah dan kelas atas mendominasi
hal ini adalah ikatan persaudaraan yang erat partisipasi agama. Sementara masyarakat
pada masyarakat miskin Kampung awan hanya berkenaan dengan kepercayaan
Tambakrejo. Ikatan kekeluargaan karena agama. Perbedaan ini bisa saja mengingat
mereka secara faktual memang memiliki masyarakat miskin Kampung Tambakrejo
ikatan persaudaraan dalam arti yang memang mayoritas masyarakat-nya miskin,
sebenarnya. sehingga partisipasi keagamaan-nya pun
Kenyataan ini berbeda dengan rendah. Sementara pandangan lain,

22 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015


Redfild (dalam Haryanto, 2015:156) sebagaimana diuraikan di atas, maka
menyatakan, bahwa pada masyarakat yang penerapan konsep nrima pada masyarakat
homogen semua kegiatan keagamaan diikuti miskin Kampung Tambakrejo merupakan hal
oleh seluruh anggota masyarakat dalam yang wajar atau biasa-biasa saja. Konsep ini
rangka integrasi masyarakat yang ber- tentu berbeda dengan pemahaman agama
sangkutan. Pernyataan ini lebih tepat untuk yang dikonstruksi oleh Karl Marx (dalam
menggambarkan masyarakat miskin Haryanto, 2015:153), bahwa agama
Kampung Tambakrejo dalam praktik merupakan candu masyarakat. Penjelasan
keagamaannya, karena sebagai masyarakat Marx tersebut terjadi dalam konteks
miskin bersifat homogen dan ketaatan masyarakat kapitalis, di mana tingkat
keagamaan yang ada melibatkan seluruh ketimpangan sosial ekonomi tinggi, maka
warga Kampung Tambakrejo. tingkat religiusitas masyarakat rendah. Dalam
MasyarakatmiskinKampun ketimpangan sosial ekonomi yang tinggi
g Tambakrejo lebih mengedepankan muncul apatisme dan deprivasi sosial yang
solidaritas sosial untuk menjaga harmoni berakibat terjadinya frustasi sosial di
kehidupannya. Ritme dan irama kehidupan kalangan masyarakat bawah. Akibatnya
masyarakat Kampung Tambakrejo diisi oleh aktivitas keagamaan menjadi rendah. Hanya
peran masing-masing yang berusaha tidak kelas atas yang tertarik dalam aktivitas
menyakiti tetangga lainnya. Inilah yang oleh keagamaan. Agama kemudian meracuni
Sobary (2007:134), bahwa masyarakat miskin rasionalitas masyarakat sehingga tidak
lebih mementingkan kesalehan sosial terdorong untuk melakukan gerakan sosial.
daripada kesalehan ritual. Lebih lanjut, Gambaran Marx tersebut mengindikasikan
Sobary (2007:133) membedakan antara adanya pertentangan antara kelas atas sebagai
kesalehan ritualistik dan kesalehan sosial. pemilik modal dan kelas bawah sebagai
Kesalehan rutualistik menampakkan diri buruh. Kesenjangan antar-kelas dialihkan ke
dalam bentuk dzikr (mengingat Allah), shalat dunia yang akan datang sebagai bentuk
lima waktu, dan berpuasa. Kesalehan sosial balasan moral di sorga. Menjadi kaya dan
adalah semua jenis kebajikan yang ditujukan bahagia di dunia yang akan datang
kepada semua manusia, misalnya, bekerja merupakan ganjaran bagi si miskin yang mau
untuk memperoleh nafkah bagi anak-istri dan berlapang dada menerima penderitaan di
keluarga. Dengan demikian, pada tahap kehidupan ini (Turner, 2006:134).
tertentu ritual keagamaan yang yang
dipraktikkan sangat ditentukan oleh situasi SIMPULAN
dan kondisi kemiskinan masyarakat yang
bersangkutan. Sepanjang seseorang secara Religiusitas masyarakat miskin
sosial diterima, maka ia sudah dianggap baik, pemukiman kumuh Kampung Tambakrejo,
tetapi akan lebih baik lagi bila menjalankan Kota Semarang didominasi oleh tradisi atau
praktik keagamaannya sehari-hari. kebiasaan masyarakat yang secara turun-
Pemahaman akan dunia yang harmonis, temurun tumbuh dan berkembang di
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 23
dalamnya. Warisan keagamaan yang kemasyarakat yang berlaku di Kampung
dijalankan oleh orang tua diturunkan kepada Tambakrejo.
generasi penerusnya yang dianggap benar dan
menjadi keyakinan yang seharusnya
dilaksanakannya dalam kehidupan sehari- DAFTAR PUSTAKA
hari. Keberadaan agama sebagai identitas
sosial yang dilaksanakan sebagai tradisi, Bogdan, Robert. dan Taylor, Steven J., 1992,
belum diikuti oleh mantapnya kelembagaan PengantarMetodePenelitia
agama, motivasi kehidupan keagamaan yang n Kualitatif, Usaha Nasional, Surabaya.
penuh pertimbangan ekonomi, praktik Denzin, Norman K. dan Lincoln, YvonnaS..
keagamaan yang lebih bersifat abangan, 2009. Handbook of Qualitative R e s e
dan pandangan hidup yang serba pasrah. a r c h , Y o g y a k a r k a t :
Kehidupan keagamaan masyarakat PustakaPelajar.
Kampung Tambakrejo sangat dipengaruhi Dister, Nico Syukur. 1988. Pengalaman dan
oleh budaya kemiskinan yang menjadi Motivasi Beragama. Yogyakarta:
habitus dalam kehidupannya. Praktik
Kanisius.
keagamaan yang dijalankannya tidak dapat
Geertz, Clifford. 1991. Abangan, Santri,
dilepaskan dari kondisi masyarakatnya yang
Priyayi dalam Masyarakat Jawa.
berada pada pemukiman yang kumuh,
Jakarta: Pustaka Jaya.
penghasilan masyarakat yang rendah,
perhitungan untung rugi dalam peristiwa Geertz, Clifford. 2014. Agama Jawa:
keagamaan, pendidikan yang tidak Abangan, Santri, dan Priyayi dalam
memadai, dan munculnya jiwa rendah diri Kebudayaan Jawa.Depok: Komunitas
dan pasrah. Harmoni kehidupan sosial Bambu.
diwujudkan sesuai dengan kondisi dan Harker, Richard.,Mahar, Cheelen. dan
kemampuan warga. Wilkes, Chris., 2009,(Habitus x
Agama bagi masyarakat miskin Modal) + Ranah = Praktik,
Kampung Tambakrejo bukanlah candu Pengantar P a l i n g K o m p re h e n
sebagaimana dalam masyarakat kapitalis. s i f k e p a d a Pemikiran Pierre
Agama merupakan sistem kepercayaan dan Bourdie.Yogyakarta: Jalasutra.
peribadatan yang digunakan dalam Haryanto, Sindung., 2015, Sosiologi Agama,
perjuangan mereka mengatasi persoalan- dari Klasik Hingga Postmodern, Ar-
persoalan tertinggi dalam kehidupan Ruzz Media, Yogyakarta.
manusia. Agama merupakan bentuk Jenkins, Richard.. 2010. MembacaPikiran
ketergantungan pada kekuatan di luar diri Pierre Bourdieu. Bantul, Yogyakarta:
kita sendiri. Agama diletakkan bersama- KreasiWacana.
sama dengan tradisi. Landasan hidup
bersama terutama diikat oleh ikatan sosial
24 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015
Lewis, Oscar.. 1964.Five Families,
Mexican
Case Studies in the Culture of
Poverty.New York: John Wiley &
Sons, Inc.
Lewis, Oscar.. 1988. Kisah Lima Keluarga,
Telaah-telaah Kasus Orang Meksiko
dalam Kebudayaan Kemiskinan.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Moleong, Lexy J., 1994, Metodology P e n
elitianKualitatif, Remaj
a Rosdakarya, Bandung.
Sobary, Mohammad., 2007, Kesalehan
Sosial, LKiS, Yogyakarta.
Subangun, Emanuel..1999.Teologi di
Tengah Krisis.Yogyakarta: Kanisius.
Suparlan, Parsudi.. 1993. Kemiskinan di
Perkotaan. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Turner, Bryan S., 2006, Agama dan Teori
Sosial, IRCiSoD, Yogyakarta.
Weber, Max. 1976. The Protestant Ethic and
the Spirit of Capitalism. London:
George Allen &Unwin.
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 25
FIS 42 (1) (2015)

FORUM ILMU SOSIAL


JURNAL
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/FIS
FORUM ILMU SOSIAL

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROTATING TRIO EXCHANGE (RTE)


UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATERI
UPAYA-UPAYA PENEGAKAN HAM DI INDONESIA
Dra. Hasti Anggraini, MSi.
Guru PKn SMA Negeri 1 Pati

Info Artikel Abstrak

Sejarah Artikel
Diterima Mei 2015 Tujuan penelitian ini untuk peningkatan kualitas(improvement
Disetujui Juni 2015 oriented)pembelajaran melalui penerapan model Rotating Trio Exchange
Dipublikasikan Juni 2015 (RTE) pada Materi Upaya-Upaya Penegakan HAM di Indonesia.
Penelitian dilakukan di kelas X IPA 4 dan IPA 8 - SMA Negeri 1 Pati
Keywords : Tahun Ajaran 2014/2015. Karakteristik siswa dikedua kelas tersebut
berimbang dalam segi dinamika keaktifan maupun nilai hasil belajar
Application, rotating trio exchange
(RTE) model, learning quality menunjukkan nilai tuntas 100%.
Pelaksanaan tindakan dilakukan dalam tiga siklus (siklus I, II, dan
siklus III), tiap siklus dengan alokasi waktu 135 menit (3 x 45 menit).
Desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menggunakan model Kemmis
dan Taggart (1988, dalam Amin, 2011) yang pelaksanaannya terdiri atas
empat langkah: (1) perencanaan tindakan; (2) pelaksanaan tindakan; (3)
observasi; dan (4) refleksi.
Hasil pelaksanaan tindakan pada siklus pertama belum sesuai dengan
harapan, karena 1 indikator ranah pengetahuan dan 1 indikator ranah
keterampilan menunjukkan nilai lebih rendah atau belum seimbang dengan
indikator lainnya. Meskipun rerata ketuntasan belajar secara klasikal pada
siklus ini di atas KKM (80). TQM indikator dari kedua kelas tersebut
seimbang yakni 684 untuk X IPA 4 dan 679 X IPA 8. Rerata TQM
pembentukan kognitif kedua kelas tersebut sebesar 24,87%, keterampilan
49,081, dan sikap sebesar 26,049%. Siklus kedua, dilakukan perbaikan ranah
pengetahuan dan keterampilan sebesar 7,8. Hal ini pengaruhi oleh dinamika
model pemerataan pelibatan siswa dalam (proses) pembelajaran merata dan
bergantian. Pada siklus ketiga, dua kelas menunjukkan kenaikan kualitas yang
tidak sama, kelas X IPA 8 menunjukkan peningkatan yang postif, sedangkan
kelas X IPA 4 kenaikan yanag fluktuatif. Kenaikan yang relatif kecil,
meskipun demikian mengindikasikan model RTE signifikan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran secara klasikal.Penggunaan model
pembelajaran yang tepat merupakan salah satu faktor yang dapat dilakukan
guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran yang ditunjukkan
peningkatan hasil belajar siswa

Abstract

The purpose of this research is to improve the quality of learning


through the application of the Rotating Trio Exchange (RTE) model on
the Material of Human Rights Enforcement in Indonesia. The study was

26 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015


conducted in X IPA 4 and X IPA 8 graders of SMA Negeri 1 Pati Academic
Year 2014 / 2015. The characteristic of students in both classes is balanced in
terms of the dynamics of the activity and the value of learning outcomes that
all have passed the learning mastery (100% passed).
Implementation of the actions carried out in three cycles (cycle I,
II, and III), each cycle lasts for 135 minutes (3 x 45 minutes). The design
of Class Action Research uses the models of Kemmis and Taggart (1988)
whose implementation consists of four steps: (1) planning; (2)
implementation; (3) observation; and (4) reflection.
The results of the implementation on the first cycle is not in line with
expectations, as one indicator of the knowledge domains and one indicator of
the skill domains shows a lower value or not balanced with other indicators.
The average classical learning mastery in this cycle is above the passing
grade (80). TQM indicators of these two classes is balanced, that is 684 for X
IPA 4 and 679 for X IPA 8. The mean of TQM cognitive formation of both
classes is 24.87%, skills is 49.081, and attitudes is 26.049%. In the second
cycle, an improvement is carried out in the discourse of knowledge and skills
of 7.8. This is influenced by the dynamics of student involvement equalization
model which is evenly and alternately. In the third cycle, the two classes
showed a different increase in quality, class X IPA 8 showed positive
improvement, while Class X IPA 4 shows a fluctuative increase. The increase
is relatively small, nevertheless indicates a significant RTE models to improve
the quality of classical learning. The use of appropriate learning models is
one of the factors that teachers can do to improve the quality of learning that
is shown by the increase in student learning outcomes.

2015 Universitas Negeri Semarang

* Alamat korespondensi
anggrainihasti@gmail.com
PENDAHULUAN unsur asasi yang melekat pada setiap individu
manusia (baik dalam tatanan kehidupan
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah pribadi, kemasyarakatan, kebangsaan,
seperangkat hak yang melekat pada manusia kenegaraan, dan pergaulan global) tidak
sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa dan berjalan seimbang maka dapat dipastikan akan
merupakan anugerah-Nya yang wajib menimbulkan kekacauan dan kesewenang-
dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi wenangan dalam tata kehidupan manusia
oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap (Nuryadi dan Tolib, 2014: 7).
orang demi kehormatan serta perlindungan Metode atau cara membelajarkan materi
harkat dan martabat manusia (Undang- tersebut diperlukan seperangkat, jalan dan
Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun teknik yang digunakan guru dalam proses
1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 1). pembelajaran agar siswa dapat mencapai
Dalam penerapannya, hak asasi manusia tujuan pembelajaran atau menguasai
(HAM) tidak dapat dilepaskan dari kewajiban kompetensi tertentu yang dirumuskan dalam
asasi manusia (KAM) dan tanggung jawab perangkat silabi dan RPP. Pembelajaran
asasi manusia (TAM). Ketiganya merupakan merupakan bagian dari suatu proses
keterpaduan yang berlangsung secara pendidikan. Mengacu pendapat Nandika
seimbang. Bila ketiga (2007: 15) pendidikan bukan sekedar
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 27
mengajarkan atau mentransfer pengetahuan, tidak dapat dipisahkan dari hakikatnya
atau semata mengembangkan aspek sehingga sifatnya suci (Rahardiansyah,
intelektual, melainkan juga untuk 2012 dalam Nuryadi dan Tolib, 2014:5) ini
mengembangkan karakter, moral, nilai-nilai, menjadi dasar dari pada hak-hak dan
dan budaya peserta didik. Pendidikan adalah kewajiban-kewajiban yang lain, namun
membangunbudaya,membangu terjadi pelanggaran HAM. Pengatasan atas
n peradaban, membangun masa depan. Cara pelanggaran yang terjadi di Indonesia telah
membelajarkan yang efektif berorientasi pada dilakukan oleh pemerintah, swadaya
empat pilar yaitu: learning to know masyarakat yang terlembagakan, dan oleh
(belajar untuk tahu), learning to do (belajar partisipasi masyarakat. Kepedulian atas rasa
untuk melakukan), learning to be (belajar kemanusiaan sehingga upaya-upaya
untuk menjadi diri sendiri, dan learning to penegakan HAM dapat dilakukan secara
live together (belajar bersama dengan orang benar.
lain). Keempatnya dikandung makna proses Ruang lingkup materi tersebut di
pendidikan melalui berbagai kegiatan operasionalkan pada kompetensi dasar
pembelajaran siswa diarahkan untuk (KD) 3.1 yang terumuskan: Menganalisis
memperoleh pengetahuan tentang materi, kasus-kasus pelanggaran HAM dalam
menerapkan atau mengaplikasikan apa yang rangka pelindungan dan pemajuan HAM
diketahuinya tersebut guna menjadikan sesuai dengan nilai - nilai Pancasila dalam
dirinya sebagai seseorang yang lebih baik kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
dalam kehidupan sosial bersama. bernegara. Dijabarkan dalam 5 indikator: 1)
Berdasar empat pilar belajar tersebut, Menganalisis kasus-kasus pelanggaran
pada penelitian ini peneliti menempatkan HAM; 2) Mendeskripsikan perlindungan
hasil belajar yang dibangun atas per- dan pemajuan HAM; 3) Menjelaskan dasar
kembangan siswa melalui metode penilaian hukum hak asasi manusia di Indonesia; 4)
autentik (authentic assessment) yang Menganalisis upaya pemerintah dalam
menggambarkan pengetahuan, sikap, menegakkan HAM; dan 5) Membangun
keterampilan apa yang sudah atau belum partisipasi masyarakat dalam pemajuan,
dimiliki siswa. Penilaian autentik memiliki penghormatan, dan penegakan HAM di
relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah Indonesia. Disandingkan ranah
dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan keterampilan pada KD 4.1 yakni: Menyaji
Kurikulum 2013 (Kunandar, 2013: 36). Pada kasuskasus p e l a n g g a r a n H A M d a l
mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan a m r a n g k a perlindungan dan pemajuan
Kewarganegaraan kelas X membelajarkan HAM sesuai dengan nilai - nilai Pancasila
materi Hak Asasi Manusia (HAM). Substansi dalam kehidupan bermasyarakat,
materi mendasarkan pada hakikat manusia berbangsa, dan bernegara. Indikator KD ini
secara kodrati dianugerahi hak-hak pokok adalah mengkomunikasikan hasil analisis
yang sama oleh Tuhan Yang Maha Esa. Hak kasus-kasus pelanggaran HAM dalam
yang dibawa manusia sejak lahir dimana hak- rangka perlindungan dan pemajuan HAM;
hak asasi, hak-hak menurut kodratnya yang dan menerapkan perilaku jujur, disiplin,
28 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015
tanggung jawab, peduli (gotong royong, pembelajaran aspek kesadaran (awareness)
kerjasama, toleran, damai), santun, dan perilaku (behavior) siswa dari
responsif dan pro aktif. Selaras tujuan mata kemampuan menganalisa dan mengevaluasi
pelajaran Pendidikan Pancasila dan semakin baik melalui pembelajaran yang
Kewarganegaraan (PPKn) agar peserta didik dipersiapkan di Silabi dan RPP. Orientasi
(siswa) memiliki kemampuan berfikir kedua aspek tersebut dibangun dari
secara kritis, rasional dan kreatif dalam keterampilan sosial.
menanggapi isu kewarganeraan dalam Operasionalisasi metode atau cara
mencapai hasil belajarnya (Kurikulum Mata merealisasikan kualitas pembelajaran di atas
Pelajaran PPKn, 2013; RPP PPKn SMA diterapkan model pembelajaran Rotating
Negeri 1 Pati, 2014). Trio Exchange (RTE) yakni suatu disain
Pencapaian hasil belajar siswa yang menggambarkan proses rincian dan
dilaporkan secara kuantitatif dan kualitatif penciptaan situasi lingkungan yang dapat
dari ranah kognitif, afektif mengacu pada dilaksanakan secara efektif sehingga
Bloom (1956, dalam Dimyati dan Mudjiono, melahirkan siswa yang berfikir kritis
1994: 172) dan keterampilan sosial (social dalam menghadapi suatu permasalahan,
skill) merujuk pendapat Kelly (1982, dalam dan mampu bekerjasama dalam kelompok
Utami dan Nuryoto, 2005: 54) sebagai (cooperative learning) pada suasana
perilaku-perilaku yang dipelajari, yang menyenangkan, menggembirakan, penuh
digunakan oleh individu pada situasi-situasi dorongan, dan motivasi. Sebagaimana hasil
interpersonal dalam lingkungan. Pada penelitian Itqan (2013: 1) penerapan model
penelitian ini pembelajaran berkualitas (Tabel RTE mampu meningkatkan 73, 3%
1) dikaji dan dianalisis dari hasil belajar siswa kemampuan komunikasi. Penggunaan
merujuk pendapat Rohman (2009: 140) yang model kegiatan dirancang menggunakan
disitir dari depdiknas (2004: 37) dianalisis polapembelajaran(sintak)ya
berdasar 8 indikator yakni: (1) pemahaman, n g menggambarkan kegiatan guru dan
(2) aplikasi, (3) kemampuan siswa dalam mewujudkan kondisi belajar
mengkomunikasikan, (4) menghargai diri yang menyebabkan dan berpengaruh
sendiri, (5) bertindah sesuai norma, (6) terjadinya proses belajar yang diinginkan
memberi dan menerima feedback, (Joyce dan Weill, 1986: 14-15).
(7) memberikan respon, dan (8) menilai. Efektifitas model RTE dioperasional-
Selanjutnya kualitas ditingkatkan dengan kan (sesuai gambar 1) sejalan dengan diskusi
menyertakan indikator analisis dan evaluasi kelompok kecil yang terdiri dari 3 orang
yang diturunkan dari ranah kognitif. dalam satu kelompok, yang diberi nomor 0,
Analisis hasil belajar materi ini tahun 1, dan 2. Nomor 1 berpindah searah jarum
akedemik sebelumnya (2013/2014) jam dan nomor 2 sebaliknya berlawanan arah
menunjukkan hasil memuaskan yakni tuntas jarum jam sedangkan nomor 0 tetap di
di atas KKM (80), namun kualitas tempat. Setiap kelompok diberikan
kemampuan mengkomunikasikan secara pertanyaan untuk didiskusikan setelah itu
lisan perlu ditingkatkan agar outcome kelompok dirotasikan kembali dan terjadi
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 29
trio yang baru. Setiap trio baru diberikan relevansi dengan pencapaian tujuan
pertanyaan dengan jenjang proses berfikir pembelajaran (Iru, 2009: 6). Berdasar tulisan
lebih tinggi. Penerapan model perlu Nuryadi dan Tolib (2014: 1- 4) banyaknya
disesuaikan dengan keadaan (Rahmawati, kasus pelanggaran hak asasi manusia di
2011) bahwa guru melihat model-model Indonesia menuntut dibentuknya lembaga
pembelajaran sebagai suatu stimulator bagi perlindungan hak asasi manusia. Dalam
aktivitas siswa dan dirinya sendiri yang upaya menegakkan hak asasi manusia
perlu dikreasikan. tersebut, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, khususnya
0 1 2
Pasal 28 I Ayat (4) menegaskan bahwa
1 2 0
perlindungan, pemajuan, penegakkan, dan
2 0 1
pemenuhan hak asasi manusia adalah t a n g g
Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
ungjawabNegara,terutama
Gambar 1. pemerintah. Dapat dinalar oleh siswa sesuai
tingkat berfikir kognitif tinggi, yakni: C4
Kelompok kecil dalam Pembelajaran
(analisis: memilah, membedakan); C6
Model RTE
(evaluasi: menilai, menafsirkan).
Kualitas atau mutu (quality)
mengandung makna derajat keunggulan METODE PENELITIAN
suatu poduk atau hasil kerja/belajar, baik
berupa barang dan jasa dalam dunia Pelaksanaan tindakan dilakukan dalam
pendidikan bermakna dapat dilihat dan tidak tiga siklus (siklus I, II, dan siklus III), siklus I
dapat dilihat, tetapi dapat dirasakan. Ukuran dan II satu pertemuan (2 x 45 menit) dan
mutu adalah baik buruk suatu benda, taraf siklus III dengan alokasi waktu 90 menit (satu
atau derajat kepandaian, kecerdasan, dsb. pertemuan). Desain Penelitian Tindakan
(Danim, 2007: 53). Kualitas dalam Kelas (PTK) menggunakan model Kemmis
pendidikan dan pembelajaran meng- dan Taggart (1988: 8-10) yang
akomodir teori manajemen mutu terpadu pelaksanaannya terdiri atas empat langkah:
(Total Quality/ TQ).TQ mengandung makna (1) perencanaan tindakan; (2) pelaksanaan
every process, every job, dan every person tindakan; (3) observasi; dan (4) refleksi.
(Raplh and Douglas, 1994: 565-584). Subyek penelitian siswa kelas X IPA
Pada penelitian tin SMA Negeri 1 Pati tahun ajaran 2014/2015
dakan ini
yang terdiri atas 13 rombongan belajar.
diimplementasikan dalam pembelajaran Penentuan tindakan dilakukan dengan teknik
materi: Upaya-upaya Penegakan HAM di sampling pengambilannya secara acak karena
Indonesia yang dilaksanakan berdasarkan subyek bersifat homogen (Kasbolah, 2001,
pola-pola pembelajaran sistematis dengan 15-17; Sugiyono, 2009: 81-82) ditentukan di
langkah-langkah pembelajaran model
kelas X IPA 4 (berjumlah 29 siswa) dan X IPA
Rotating Trio Exchange (RTE). Pemilihan
8 (berjumlah 30siswa). Pengumpulan data
model disesuaikan dengan sifat materi,
digunakan metode
kemampuan dan karakteristik siswa, dan
30 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015
dokumentasi berupa nilai hasil belajar pembelajaran Rotating Trio Exchange
formatif. Penilaian pengetahuan digunakan (RTE), dilakukan analisis hasil belajar
tes tertulis, penilaian sikap dilakukan kognitif dari hasil tes harian materi
observasi aktivitas siswa selama proses sebelumnya pada Kompetensi Dasar yang
belajar mengajar (PBM), penilaian sama (KD 3.1), yakni materi Kasus
keterampilan dicatat dalam daftar cek. Pelanggaran HAM. Tindakan selanjutnya
Analisis data dilakukan skoring di adalah pembelajaran materi Upaya-upaya
sesuaikan dengan format penilaian Penegakan HAM di Indonesia dengan
kuantitatif dan dikonversikan rata-rata skor model RTE.
(Anggraini, 2014: 7). Siklus pertama, diketahui sebagian
besar (lebih dari 94% = 56) siswa
Interval Nilai
Kualitatif Kuantitatif memahami sepenuhnya model
3,66 4,00 SB (Sangat Baik) 90 100 pembelajaran RTE karena model ini telah
2,66 3,33 B (Baik) 80 < 90
1,66 2,33 C (Cukup) 70 <80 diterapkan sebelumnya, sehingga siswa
< 1,33 K (Kurang) <70 dalam kelompok kecil berpartisipasi aktif
dan dinamis dalam menanggapi maupun
HASIL DAN PEMBAHASAN melengkapi contoh permasalahan dan
solusi upaya penegakan HAM di Indonesia.
Langkah awal sebelum dilaksanakan Rerata hasil belajar formatif dan
pembelajaran meng performance siswa sebagai berikut.
gunakan model
Tabel 1. Evaluasi Pembelajaran Siklus I (dalam skor)
Kelas Kognitif Keterampilan Sikap
Paham Apli Komun Hargai diri Tindak Feedback Respon Menilai
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
X IPA 4 87 82 84 78 86 89 90 88
X IPA 8 87 83 82 76 88 86 90 87
Sumber: Analisis Data Primer, 2014.
Analisis pelaksanaan pembelajaran PKn indikator tuntas, kecuali skor indikator
di kelas X IPA pada siklus 1 menunjukan menghargai diri. Ranah sikap dari kedua
pemahaman (C2) yang baik dan siswa belum indikator menunjukkan hasil yang baik dan
dapat mengaplikasikan (C3) materi yang telah sangat baik.
dipelajari pada situasi atau kasus yang
dicontohkan. Rerata keterampilan dari 4
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 31
350

300
250
200
150
100
50
0 X IPA 4 X IPA 8

Pengetahuan 169 170


Keterampilan 337 332
Sikap 178 177

Sumber: Analisis Data Primer, 2014.


Gambar 2. Kualitas Pembelajaran Penggunaan Model RTE Siklus 1
Evaluasi ketuntasan hasil belajar pada kedua kelas tersebut seimbang yakni 684
siklus pertama belum sesuai dengan harapan, untuk X IPA 4 dan 679 X IPA 8. Rerata
karena 1 indikator ranah pengetahuan dan 1 TQM pembentukan kognitif kedua kelas
indikator ranah keterampilan menunjukkan tersebut sebesar 84,75 (24,87%);
nilai lebih rendah atau belum seimbang keterampilan 83,625 (49,081); sikap
dengan indikator lainnya. Meskipun rerata sebesar 88,75 (26,049%).
ketuntasan belajar secara klasikal pada siklus
ini di atas KKM (80). TQM indikator dari
Sikap
Pengetahuan
26%
25%

Keterampilan
49%

Sumber: Analisis Data Primer, 2014.

Gambar 3. TQM Pembelajaran Penggunaan RTE Siklus 1


32 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015
Siklus kedua, dilakukan berdasarkan pada prinsip every process, every job, dan
hasil pelaksanaan tindakan siklus 1 ranah every person melalui alternatif tindakan
pengetahuan dan keterampilan perlu pelibatan siswa dengan menukar posisi
ditingkatkan terutama indikator 2, 3, 4, 5, masing-masing siswa (Gambar 1) terutama
(Tabel 1). Selanjutkan direfleksikan pada s i dalam performance feedback, yaitu
kluskeduauntukmendapatkan pemberian umpan balik segera setelah siswa
pembelajaran berkualitas yang mengacu bertukar posisi.
Tabel 2. Skor Kualitas Pengetahuan dan KeterampilanSiklus II
Indikator Kemampuan Kualitas
Rerata Peningkatan
Siklus 1 X IPA 4 X IPA 8
Aplikasi 82,5 2 2
Komunikasi 83 2 2
Menghargai diri 77 2 1,6
Tindakan sesuai norma 87 2 2
Total 8 7,6
Sumber: Analisis Data Primer, 2014
Hasil pembelajaran siklus kedua terjadi meningkat sekitar 1 poin, yaknikelas X IPA
peningkatan rerata skor pengetahuan dan 4 mencapai nilai 86,5 dan kelas X IPA 8
keterampilan sebesar 7,8. Hal ini pengaruhi sebesar 85,825, total (59) siswa di kedua
oleh dinamika model pemerataan pelibatan kelas tersebut semuanya (100%) tuntas
siswa dalam (proses) pembelajaran merata mencapai KKM pada kriteria baik. Masing-
dan bergantian, sehingga siswa maupun guru masing ranah menyumbang kualitas
menjalankan peran secara harmonis. pembelajaran, rincian peningkatan dapat
Ketuntasan belajar secara klasikal disimak pada gambar 4 berikut.
90
85
80
75 Siklus 1
70 Siklus 2

Sumber: Analisis Data Primer, 2014.


Gambar 4. Kualitas Pembelajaran antar Siklus 1 dan 2
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 33
Siklus 2 dengan sasaran ranah dalam performance feedback, yaitu
pengetahuan dan keterampilan (Tabel 2). pemberian umpan balik segera setelah
Efektifitas pemilihan dan atau penggunaan siswa bertukar posisi yang diaplikasikan
model RTE harus sesuai dengan karakteristik pada materi merujuk dan yang tertuang
materi pelajaran dan kompetensi yang hendak pada buku siswa yang ditulis oleh Nuryadi
dicapai. Melalui model pembelajaran ini dan Tolib (2014: 25) sebagai berikut.
siswa dapat mengeksplor kemampuannya dari Guna menjabarkan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945
3 ranah. Orientasi ranah pengetahuan dan maka dibentuklah lembaga perlindungan
keterampilan dari 4 indikator dapat HAM seperti Komnas HAM, Komisi
Nasional Anti Kekerasan terhadap
membangun pembelajaran yang berkualitas t
Perempuan, Peradilan HAM, dan lembaga
erutamadalam:mengaplikasik perlindungan HAM lainnya.
a n , komunikasi, menghargai diri, dan
bertindak sesuai norma dapat memberikan Siswa dapat memilah dan mem-
umpan balik sesuai respon dan menilai baik. bedakan, serta kemampuan menilai dan
Siklus ketiga, merefleksi pelaksanaan menafsirkan sebagaimana dicontohkan
tindakan siklus 2 selanjutnya dilakukan pada buku tersebut di halaman 26 dengan
siklus 3 ranah kognitif yang dapat dinalar menganalisa Gambar 5 dengan memberikan
oleh siswa perlu ditingkatkan sesuai tingkat umpan balik tentang bagaimanakah
berfikir tinggi melalui alternatif tindakan sebaiknya peran tokoh masyarakat dan
pelibatan siswa dengan menukar posisi tokoh agama ketika terjadi suatu konflik
masing-masing siswa (Gambar 1) terutama dalam masyarakat.
Sumber: Nuryadi dan Tolib, 2014.
Gambar 5. Aparat Keamanan Sedang Mengatasi Kerusuhan
Kemampuan siswa dalam pem- membangun partisipasi masyarakat dalam
belajaran berkualitas mengacu pada Uji pemajuan, penghormatan, dan penegakkan
Kompetensi Bab 1 (Nuryadi danTolib, 2014: HAM di Indonesia.
34) dieksplor dari pertanyaan: bagaimana-kah
upaya yang dilakukan dalam rangka
34 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015
.
Tabel 3. Nilai Kualitas Kognisi Siklus III

Analisa Evaluasi
Kelas Memilah Membedakan Menilai Menafsirkan
Siklus 1 Siklus 3
(1) (2) (3a) (3b) (4)
X IPA 4 86 88 88 90 86,5
X IPA 8 88 89 87 90 87
Sumber: Analisis Data Primer, 2014.
Dapat dinalar oleh siswa sesuai kualitas yang tidak sama, kelas X IPA 8
tingkat berfikir kognitif tinggi, yakni dapat menunjukkan peningkatan yang postif,
menganalisis pada nilai 87,75 dan rerata sedangkan kelas X IPA 4 kenaikan yang
kemampuan mengevaluasi mejadi lebih dari fluktuatif.
88,375. Kedua kelas menunjukkan kenaikan
86.5 86.045
85.825
85.5
84.75
Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3

X IPA 4 85.5 86.5 86.045


X IPA 8 84.75 85.825 86

Sumber: Analisis Data Primer, 2014.


Gambar 6. Kualitas Pembelajaran Kelas Tindakan
Kenaikan yang relatif kecil, meskipun (2002: 105); Arifin (2009: 298) mengemuka-
demikian mengindikasikan model RTE kan bahwa indikator keberhasilan belajar, di
signifikan untuk meningkatkan kualitas antaranya yaitu: (1) daya serap terhadap
pembelajaran secara klasikal. Model bahan pengajaran yang diajarkan mencapai
pembelajaran RTE terfokus pada upaya prestasi tinggi, baik secara individual maupun
mengaktifkan siswa dan meningkatkan kelompok, (2) perilaku yang digariskan dalam
kualitas pembelajaran (meaning full learning) tujuan pembelajaran telah dicapai oleh siswa,
untuk mencapai tujuan pada saat tertentu baik secara individual maupun kelompok, dan
tersebut dengan pembuktian indikator- (3) berbagai jenis perbuatan atau
indikator tertentu pula. Kondisi ini sejalan pembentukan tingkah laku siswa. Jenis
dengan pendapat Djamarah dan Zain tingkah laku menurut Arifin
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 35
(2009: 118) diantaranya adalah: kebiasaan, Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran
keterampilan, akumulasi persepsi, asosiasi Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung:
dan hafalan, pemahaman dan konsep, sikap. PT Remaja Rosdakarya.
Danim, Sudarwan. 2007. Visi Baru
Manajemen Sekolah. Jakarta: Bumi
SIMPULAN DAN SARAN Aksara.
Djamarah, Saiful Bahri dan Aswan Zain,
Pencapaian hasil belajar autentik yang
berkualitas dilaksanakan dalam 3 siklus 2002. Strategi Belajar Mengajar.
diperoleh dari tercapainya tujuan pem- Jakarta: Rineka Cipta.
belajaran dari ranah yakni: (1) kognitif, (2) Dimyati dan Mudjiono. 1994. Belajar dan
afektif, dan (3) psikomotor (keterampilan). Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Dikti
Ketiga ranah tercapai tuntas sejak siklus Dikbud.
pertama, pada siklus ke 2 ranah pengetahuan Iru, 2012. Analisis Penerapan Pendekatan,
ditingkatkan jenjang pada level analisa (C4) Metode, Strategi dan Model-Model
dan evaluasi (C6) menghasilkan kualitas Pembelajaran. DIY: Multi Presindo.
hasil belajar tidak signifikan. Sedangkan
Isjoni. 2012. Pembelajaran Kooperatif M e
r a n ah k e ter am p ila n menghasilk
an ningkatkanKecerdasan
peningkatan signifikan. Pencapaiannya Komunikasi Antar Peserta Didik.
dipengaruhi oleh penggunaan model Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
pembelajaran RTE dalam membelajarkan Itqan, Moh. Syadidul. 2013. Rotating Trio
materi upaya-upaya penegakan HAM di Exchange (RTE) untuk Meningkatkan
Indonesia. Penggunaan model pembelajaran Kemampuan Komunikasi Matematika
yang tepat merupakan salah satu faktor yang Siswa Kelas XI IPS SMAN 2 Malang
dapat dilakukan guru dalam meningkatkan Pada Materi Kaidah Pencacahan. Te
kualitas pembelajaran yang ditunjukkan sis.Malang:Pascasarjana
peningkatan hasil belajar siswa. Universitas Negeri Malang.
Joyce, Bruce and Marsha Weill. 1986.
DAFTAR PUSTAKA
Models of Teaching. New-Jerse:
Prentice-Hall.
--------. 2013. Kurikulum Mata Pelajaran
PPKn, 2013. Jakarta: Depdiknas. Kasihani, Kasbolah. 2001. Penelitian
Tindakan Kelas untuk Guru. Malang:
Amin, Moh. 2011. Panduan Praktis
UNM.
Penelitian Tindakan Kelas Untuk
Penilaian Angka Kredit Guru. Kelly, J.A. 1982. Social-Skills Training, A
Practical Guide for Interventions. New
Yogyakarta: Inspirasi
York: Springer Publishing Co.
Anggraini, Hasti. 2014. RPP PPKn. Pati:
SMA Negeri 1 Pati.
36 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015
Kunandar. 2013. Penilaian Authentik Rohman, Arif. 2009. Memahami Pendidikan
(Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik dan Ilmu Pendidikan. Yogyakarta:
Berdasarkan Kurikulum 2013). Laksbang Mediatama.
Jakarta: Rajawali Pers. Sugiyono. 2009. Statistika Untuk Penelitian.
Nandika, Dodi. 2007. Pendidikan Yogyakarta: Alfabeta.
Di
Utami, Retno Ristiasih dan Nuryoto, Sartini.
Indonesia Di Tengah Gelombang
2005. Efektifitas Pelatihan Untuk
Perubahan. Jakarta: LP3ES.
Meningkatkan Keterampilan Sosial
Nuryadi dan Tolib, 2014. Pendidikan pada Anak Sekolah Dasar Kelas 5.
Pancasila dan Kewargaan. Jakarta: Artikel Jurnal Indigenous, Vol. 7.
Pusat Kurikulum dan Perbukuan, No.1.Mei 2005. Surakarta: Fakultas
Balitbang, Kemendikbud. Psikologi Universitas Muhamadiyah.
Ralph, G. Lewis & Douglas. H. Smith. 1994.
Total Quality in Higher Education. St.
Lucie Press.
Rahmawati, Ruzi. 2011. Memilih Model
Mengajar untuk dipelajari. Diunggah
29 Oktober 2011, diunduh Maret 2015.
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 37
FIS 42 (1) (2015)

FORUM ILMU SOSIAL


JURNAL
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/FIS
FORUM ILMU SOSIAL

MEKANISME SURVIVAL TERHADAP TINDAKAN KEKERASAN YANG


DIALAMI PEMULUNG ANAK DI SURABAYA

Pambudi Handoyo dan Ali Imron


Dosen Program Studi Sosiologi Universitas Negeri Surabaya
Info Artikel Abstrak
Sejarah Artikel
Diterima Mei 2015 Pertumbuhan sektor informal di perkotaan tidak hanya melibatkan
Disetujui Juni 2015 kelompok usia dewasa, namun juga melibatkan kelompok usia anak-anak.
Dipublikasikan Juni 2015 Partisipasi anak di sektor informal disebabkan karena tingkat persaingan yang
tinggi, kesulitan hidup, dan kondisi ekonomi di kota. Kondisi ekonomi yang
serba sulit, menyebabkan semua anggota keluarga, termasuk anak-anak,
Keywords: diminta untuk mencari penghasilan tambahan. Krisis ekonomi yang
exploitation,violence,survival berkepanjangan membuat anak-anak melakukan pekerjaan yang tidak harus
mechanism,scavenger mereka lakukan. Secara empiris, keterlibatan anak dalam kegiatan ekonomi
children informal cenderung rentan terhadap praktik eksploitasi dan dapat mengganggu
perkembangan fisik, psikologis, dan sosial mereka. Penelitian ini bertujuan
mendeskripsikan bentuk kekerasan dan mekanisme bertahan terhadap tindakan
kekerasan yang dialami pemulung anak di Surabaya. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dan mengambil lokasi di Lapangan
Pembuangan Akhir (LPA) Sampah di Surabaya. Informan yang dipilih secara
snowball. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi dan
wawancara mendalam, dan kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis
deskriptif. Studi ini menunjukkan bahwa pemulung anak di LPA Sampah
Surabaya telah mengalami kekerasan, baik kekerasan fisik (pemukulan),
psikologis (penghinaan, umpatan); kekerasan ekonomi (eksploitasi), dan
kekerasan seksual (pelecehan seksual). Anak pemulung yang mengalami
tindak kekerasan menyebabkan mereka menerapkan strategi untuk bertahan
termasuk melakukan perlawanan.
Abstract

Growing informal sector in urban areaswas not only in volve adultage


group, but also involves theage groupof children. The participation of
children in the informal sector because of the high level of competition, the
difficulty of life, and economic conditions in the city. The economic conditions
areall difficult, all family members, including children, are required toseek
additional income. Prolonged economic crisis makes the kidsdo the work they
should not be doing. Empirically, the involve ment of children in informal
economic activities as collector stend to beprone to premature exploitation
and can interfere with their physical, psychological and social development.
This study aims to examine the forms of violence and survival mechanism
saga in stacts of violence against the childs cavengers in Surabaya. This
study used qualitative method stotake a placein

38 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015


the Location Landfill Waste (LLW) in Surabaya. Informants selected
accidentaland continued with thes now ball method. Data were collected
by using observation andin-depth interviews, and thenanalyzed using
descriptive analysis. This study shows that the child scavengersin LPA
Sampah Surabaya have experienced violence, both physical abuse
(beatings), psychological (insult, aspersion); economic violence
(exploitation) and sexual violence (sexual abuse). Experiences cavenger
children against violenceled to strategies to survive (survival
mechanism), both just resigned to do ing resistance.

2015 Universitas Negeri Semarang

* Alamat korespondensi
aimron8883@gmail
PENDAHULUAN ekonomi berkepanjangan membuat anak-
anak melakukan pekerjaan yang semestinya
Fenomena migrasi di perkotaan tidak seharusnya dikerjakan. Padahal dalam
berkonsekuensi pada munculnya sektor Konvensi PBB tentang hak-hak anak yang
informal. Breman (1980) seperti dikutip telah diratifikasi oleh Pemerintah RI melalui
Irianto (2014: 71), mendefinisikan sektor Keppres No. 36/1990, menyatakan bahwa
informal sebagai pekerja bergaji atau dalam anak - anak pada hakikatnya berhak
istilah umum disebut sebagai usaha memperoleh pendidikan yang layak dan
sendiri. Sektor informal seringkali seharusnya tidak terlibat dalam aktivitas
didefinisikan sebagai usaha-usahan tingkat ekonomi terlalu dini.
rendahan yang hanya membutuhkan sedikit Krisis ekonomi menyebabkan daya
modal dan digambarkan ketidakmenentuan tahan, perhatian, dan kehidupan anak-anak
pekerjaan dan pendapatan. Sektor informal menjadi semakin marginal, khususnya bagi
juga dianggap sebagai sistem ekonomi anak-anak yang sejak awal tergolong anak-
yang mempunyai peran sebagai katup anak rawan yakni kelompok anak-anak
pengaman ekonomi nasional belum karena situasi, kondisi, dan tekanan kultur,
diimbangi dengan proteksi atau maupun struktur menyebabkan belum atau
perlindungan dari pemerintah (Rini, 2012: tidak terpenuhi hak-haknya, bahkan
15). Sektor informal yang tumbuh di seringkali dilanggar hak-haknya. Inferior,
perkotaan ternyata tidak hanya melibatkan rentan, dan marginal adalah ciri anak-anak
golongan usia dewasa saja, namun juga rawan. Inferior karena biasanya tersisih dari
golongan usia anak-anak. Masuknya anak- kehidupan normal dan terganggu proses
anak di sektor informal terjadi karena tumbuh kembangnya secara wajar. Rentan
tingginya tingkat persaingan, sulitnya karena sering menjadi korban situasi dan
kehidupan dan kondisi ekonomi di kota. bahkan terlempar dari masyarakat. Marginal
Pada kondisi ekonomi yang serba sulit karena dalam kehidupan sehari-hari
dari aggota keluarga, termasuk anak, dituntut biasanya mereka mengalami berbagai
untuk mencari tambahan nafkah. Krisis bentuk eksploitasi dan diskriminasi, mudah
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 39
diperlakukan salah dan bahkan acapkali semula hanya 32,9% yang bekerja lebih dari
kehilangan kemerdekaannya (Suyanto, 25 jam per minggu, maka seteklah krisis
2000: 10). meningkat menjadi 33,9%. Sementara itu,
Jumlah anak-anak di bawah 18 tahun, untuk pekerja anak laki-laki usia 5-9 tahun
yang terpaksa bekerja cenderung meningkat yang bekerja lebih dari 25 jam per minggu,
seiring dengan memburuknya situasi jika pada Agustus 1997 hanya 12,4%, maka
ekonomi diperkirakan sekitar 2,5 juta. pada Desember 1998 meningkat menjadi
Bahkan 2.000 diantaranya bekerja di tempat 15,7%. Sedangkan pekerja anak perempuan
berisiko tinggi (Kompas, 1 Juli 1999). Data di usia yang sama pada periode yang sama
Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan meningkat dari 6,7% menjadi 6,9 %
Kependudukan Provinsi Jawa Timur (2013), (Suyanto, 2001: 25).
menyebutkan sekitar 115 juta dari total 215 Sepanjang keterlibatan anak-anak
juta pekerja anak berada di dalam sektor dalam aktivitas ekonomidi sektor publik
yang berbahaya, sehingga sering kali dilakukan secara proporsional dan
mengakibat-kan kecelakaan kerja. Terdapat mengikuti aturan hukum yang berlaku
sekitar 780 pekerja anak di Jawa Timur barangkali persoalan ini tidak akan terlalu
yang tersebar di 13 kabupaten/kota yang merisaukan. Namun, yang memprihatinkan,
bekerja baik di sektor formal maupun meskipun secara resmi pemerintah telah
informal (Ernanto, 2014: 2). menerbitkan sejumlah aturan hokum, seperti
Berbagai akibat yang ditimbulkan UU No.1/1951, Peraturan Menteri
dari situasi krisis ekonomi berkepanjangan. No.1/1987, UU No.4/1979, UU
Pertama, krisis menyebabkan anak-anak yang No.25/1997, Surat Edaran Menaker RI
semula dominan sebagai pekerja keluarga, No.SE 12/M/BW/1997 dan pemerintah juga
sebagian diantaranya terpaksa keluar dari telah meratifikasi sejumlah pasal Konvensi
keluarganya dan bekerja sebagai buruh. Hasil ILO. Praktiknya bermacam pelanggaran
sebuah studi menunjukkan bahwa anak yang tetap saja terjadi. Di berbagai pabrik, buruh
berusia 10-14 tahun pada periode Agustus anak sering dipekerjakan pada malam hari
1997 sampai dengan Desember 1998 terjadi dan sering pula kelewat waktu, yakni 10-12
penambahan 4% yang bekerja sebagai buruh, jam sehari, bahkan kadang lebih.
sedangkan untuk pekerja anak usia 5-9 tahun Dari segi hak anak, yang sangat
terjadi penambahan 1% pada periode yang memprihatinkan adalah anak-anak yang
sama (Suyanto, 2001: 30-35). Kedua, krisis bekerja umumnya berada dalam posisi rentan
juga menyebabkan terjadinya penambahan untuk diperlakukan salah, termasuk
jam kerja bagi pekerja anak. Sebuah studi dieksploitasi oleh orang lain, khususnya oleh
menunjukkan, jika pada Agustus 1997 pekerja orang dewasa atau suatu sistem yang
anak laki-laki usia 10-14 tahun yang bekerja memperoleh keuntungan dari tenaga anak.
lebih dari 25 jam hanya 30,4%, maka pada Berbagai studi dan pengamatan menunjuk-kan
Desember 1998 meningkat menjadi 34%. bahwa pekerja anak sangat rentan terhadap
Untuk pekerja anak perempuan, jika eksploitasi ekonomi. Di sektor industri
formal, mereka berada dalam kondisi
40 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015
jam kerja yang panjang, berupah rendah, Sebagai bagian dari pekerja anak, anak-
menghadapi resiko kecelakaan kerja dan anak yang bekerja sebagai pemulung
gangguan kesehatan atau menjadi sasaran termasuk kelompok anak yang rawan, dalam
pelecehan dan kesewenang-wenangan orang arti mereka secara psikologis, sosial maupun
dewasa. Berdasarkan data yang dihimpun fisik rentan terhadap berbagai bentuk
Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia ancaman karena tidak adanya perlindungan
melalui Center for Tourism Research and sosial yang memadai. Oleh karena itu,
Development Universitas GadjahMada, penelitian ini bertujuan mengkaji bentuk-
mengenai berita tentang child abuse yang bentuk tindakan kekerasan dan mekanisme
terjadi dari tahun 19922002di 7 kota besar survival terhadap tindak kekerasan yang
yaitu, Medan, Palembang, Jakarta, dialami pemulung anak di Surabaya.
Semarang, Surabaya, Ujung Pandang dan
Kupang, ditemukan data bahwa ada 3969 METODE PENELITIAN
kasus, dengan rincian sexual abuse65.8%,
physical abuse 19.6%, emotional abuse Penelitian ini menggunakan metode
6.3%, dan child neglect 8.3% (Solihin, kualitatif dengan mengambil lokasi di Lokasi
2004: 130). Pembuangan Akhir (LPA) Sampah di
Studi Bagong Suyanto (2000: 50), Surabaya. Informan dipilih secara accidental
menyebutkan bahwa di luar faktor ekonomi dan dilanjutkan dengan cara snowball. Data
sesungguhnya ada hal lain yang menyebab- penelitian dikumpulkan dengan mengguna-
kan anak-anak terpaksa harus bekerja. kan teknik observasi dan wawancara
Pertama, faktor kultural atau tradisi mendalam, untuk kemudian dianalisis dengan
masyarakat yang mewajibkan anak-anak menggunakan analisis deskriptif.
sejak dini terbiasa bekerja sebagai bagian
dari proses sosialisasi untuk melatih anak HASIL DAN PEMBAHASAN
mandiri dan berbakti pada orangtua. Kedua,
pengaruh peer group dan lingkungan sosial Bentuk-bentuk Tindakan Kekerasan
yang kondusif mendorong anak bekerja yang Dialami Pemulung Anak
dalam usia dini. Ketiga, karena daya tarik Lawson (dalam Suyanto: 2000: 36),
yang ditawarkan kegiatan produktif itu membedakan empat macam abuse, yakni
sendiri bagi anak-anak. Keempat, dalam emotional abuse, verbal abuse, physical
beberapa hal, faktor yang menyebabkan abuse dan sexsual abuse. Adapun klasifikasi
anak-anak lebih memilih bekerja di luar yang dilakukan para ahli bahwa tindakan
rumah adalah sebagai bentuk pelarian kekerasan dapat diwujudkan dalam empat
dari beban pekerjaan di rumah yang bentuk. Pertama, kekerasan fisik, seperti; m e
acapkali dipandang menjemukan. n a m p a r, m e n e n d a n g , m e n c e k i k ,
Disamping itu karena mereka ingin mengancam dengan benda tajam, mengigit,
merasakan suasana yang lain seperti membenturkan, mendorong, dan sebagainya.
layaknya teman-temannya yang sudah Kedua, kekerasan psikis. Wujud kongkrit
terlebih dahulu bekerja di luar rumah. kekerasan ini adalah penggunaan kata-kata
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 41
kasar, mempermalukan orang di depan aktivitasnya sering dipelototi dan mendapat
umum, dan sebagainya. Ketiga, kekerasan umpatan dari pemulung senior karena
seksual dalam bentuk paksaan atau berebut sampah. Kekerasan ekonomi juga
mengancam untuk melakukan hubungan dialami pemulung anak, dimana mereka
seksual (sexual intercourse) dan melakukan sering di kompas atau dimintai uang
penyiksaan atau bertindak sadis serta secara paksa oleh pemulung senior dan
meninggalkan seseorang setelah melakukan preman LPA. Pemulung anak perempuan
hubungan seksualitas. Keempat, kekerasan misalnya, juga tidak luput dari kekerasan,
ekonomi terhadap anak-anak ketika dalam terutama kekerasan seksual. Pemulung anak
usia dini atau di bawah umur dipaksa untuk perempuan sering mendapatkan perlakuan
membantu untuk dapat memberikan berupa pelecehan seksual dari para
kontribusi ekonomi keluarga. pemulung senior.
Dalam hal ini masing - masing Semua tindakan kekerasan kepada
pemulung anak memiliki pengalaman dan anak-anak umumnya akan direkam di bawah
latar belakang keluarga yang berbeda-beda, sadar mereka, dan akan dibawa sampai
khususnya pemulung anak yang menjadi kepada masa dewasa, dan terus sepanjang
informan dalam penelitian ini terdapat hidupnya. Anak yang mendapat perlakuan
perbedaan-perbedaan serta variasi bentuk kejam dari orangtuanya akan menjadi sangat
kekerasan yang dialami informan baik dari agresif, yang pada gilirannya akan menjadi
siapa yang menjadi pelaku tindak kekerasan orang dewasa yang agresif pula (Horton dan
dan intensitas dari tindak kekerasan yang Hunt, 1984: 26-34). Tabel di bawah ini
dialami. Bentuk kekerasan fisik yang dialami disaajikan hasil wawancara, ke dalam empat
pemulung anak, antara lain pemukulan dan macam bentuk tindak kekerasan, yaitu
pengeroyokan oleh pemulung senior. Para kekerasan fisik, kekerasan psikologis,
pemulung anak pada awal melakukan kekerasan seksual dan kekerasan ekonomi.
Tabel 1. Jenis dan Bentuk Tindak Kekerasan terhadap Pemulung Anak
Nama Kekerasan Seksual Kekerasan Ekonomi
Informan Pelaku Jenis dan Bentuk Pelaku Jenis dan
(inisial) Bentuk
1.KS - - Pemulung dikompas
2.YT - - Pemulung dikompas
3.KL - - Pemulung Dikompas,
barang-barang
hasil memulung
dijarah
4. RD - - - Melakukan
pemerasan
5.SS - - Orangtua Paling tidak
harus menytor
Rp 15.000/hari
6.HD - - - -
42 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015
7.AT Sesama Digerayangi, - -
pemulung diraba
8.AG - - Pemulung dikompas
9.DW - - Ibu Wajib memberi
uang ke orang tua
10.ZL - - Ibu ditarget Rp
25.000 sehari.
Sumber : Handoyo & Imron

Tabel 2. Jenis dan Bentuk Tindakan Kekerasan terhadap Pemulung Anak

Nama Kekerasan Fisik Kekerasan Psikologis


Informan Pelaku Jenis dan Bentuk Pelaku Jenis dan bentuk
(inisial)
1.KS Bapak Dipukul dgn kayu - -
2.YT Bapak Dipukul dengan - -
sapu
Pemulung Dicubit
Anak Dipukul dengan
potongan bambu
3.KL Pemulung Dikeroyok Sesama Diejek dan
anak pemulung diumpat
4.RD - Mengompas/ - -
melakukan
pemerasan
5.SS Bapak Ditempeleng - -
Ditampar mukanya

6.HD Pemulung Dilempar - -


7.AT - - - -
8.AG - Mengompas/ - -
melakukan
pemerasan
Dipukul
9.DW Pemulung Dipukul - -
Anak

10.ZL Sesama Dipukul - -


pemulung

Sumber : Handoyo & Imron

Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 43


Apabila merujuk Suyanto (2000: 45), (terhadap pihak lain yang lebih tinggi
bahwa tindakan kekerasan terhadap anak- kedudukannya). Dalam konteks ini, ketika
anak disebabkan karena tidak ada kontrol seorang anak melakukan tindakan kekerasan,
sosial dan tidak ada aturan hukum yang mereka melihat bahwa itulah aturan main
melindungi anak dari perlakuan buruk yang berlaku di jalanan. Acapkali perilaku
orangtua atau orang dewasa lainnya. Pada tersebut mempunyai kenikmatan tersendiri
umumnya hubungan anak dengan orang bagi mereka, misalnya bisa mendapat uang
dewasa berlaku seperti hirarki sosial di tanpa harus bersusah payah mengamen
masyarakat atasan yang tidak boleh seharian dengan meminta paksa uang kepada
dibantah. Di sisi lain, ketimpangan sosial seseorang pemulung anak yang masih baru.
dan struktur sosial-ekonomi yang menindas Tidak jauh berbeda bahwa Homans (dalam
acapkali melahirkan semacam kultur Poloma, 2010: 50-55),menjelaskan interaksi
kekerasan, khususnya dikalangan keluarga yang terjadi antara pemulung anak dengan
miskin. pihak-pihak yang berhubungan dengannya
Eksploitasi yang dialami oleh anak dapat dilihat dari sudut pandang Teori
berdampak buruk bagi perkembangan dan Pertukaran, yaitu melalui pernyataan
pertumbuhan anak. Pertama, dampak proposisi yang saling berhubungan, yakni
fisik,terutama terhadap tubuh anak dan proposisi sukses,dimana semakin sering suatu
kebutuhan makan anak. Anak di LPA sampah tindakan tertentu memperoleh ganjaran, maka
akan makan sembarangan dan tidak terpenuhi kian sering ia akan melakukan tindakan itu
kebutuhan gizinya sehingga akan berdampak (Poloma, 2010: 50-55).
pada pertumbuhan fisik anak. Anak menjadi
kurus dan tidak sehat. Kedua, dampak
terhadap psikis pemulung anak. Pemulung Mekanisme Survival Pemulung Anak
anak rawan dicemooh, dihina, atau dicaci terhadap Tindakan Kekerasan
maki oleh pemulung dewasa. Pemulung anak yang menjadi informan
Ketiga, dampak sosial. Pemulung anak dalam penelitian ini sebagian besar pernah
yang bergaul dengan pemulung dewasa mengalami tindak kekerasan, dari kekerasan
menyebabkan mudah terpengaruh perilaku fisik, psikologis, ekonomi hingga kekerasan
negatif, seperti merokok, minum minuman seksual. Dari tindakan kekerasan yang
keras, dan terlibat perkelahian. dialami, pemulung anak juga mengembang-
Bagi anak-anak yang ditinggalkan oleh kan upaya untuk mengurangi dampaknya.
orangtua atau melarikan diri dari keluarga, Mereka memiliki strategi dan cara masing-
sektor informal menyediakan subkultur masing untuk meminimalkan atau terhindar
alternatif bagi mereka. Dalam subkultur ini, dari tindakan kekerasan. Adaptasi yang
seseorang anak dapat menjadi dilakukan merupakan hasil proses belajar,
tuan atas dirinya sendiri. Mereka mengembangkan kreatifitas dan cara berpikir
mempunyai kelompok kecil tersendiri yang yang sederhana sesuai dengan tantangan yang
tidak terlalu terikat, dengan budaya yang dihadapi serta harapan hidup yang ingin
yang memadukan kebebasan dan kesetiaan diraih. Mc. Elroy dan Twonsend (dalam
44 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015
Wahyu, 2011: 85) berpendapat bahwa survival ini mereka pilih dalam menjawab
adaptasi merupakan kemampuan individu persoalan kehidupan yang dihadapi.
untuk beradaptasi, yang mempunyai nilai Ketika mengalami tindakan
bagi kelangsungan hidupnya. Semakin besar kekerasan, para pemulung anak menerapkan
kemampuan adaptasi suatu makhluk hidup, strategi antara lain, menghindar dan menuju
maka semakin besar pula kecenderungan tempat yang aman. Selain itu, ada kalanya
hidup makhluk tersebut. Dengan demikian, mereka melakukan perlawanan sehingga
adaptasi merupakan suatu proses dimana menimbul-kan perkelahian. Ketika mereka
individu berusaha untuk memaksimalkan diumpat atau dicaci maki oleh pemulung
kesempatan hidupnya. Untuk menghadapi senior, ada kalanya mereka juga
berbagai bentuk tekanan kehidupan, membalasnya dengan mengumpat atau
pemulung anak akan mengembangkan mencaci maki. Berikut rangkuman hasil
mekanisme survival-nya tersendiri guna wawancara mengenai mekanisme survival
menghindari intimidasi dan ancaman yang dikembangkan informan.
kekerasan kehidupan kota. Mekanisme
Tabel 3. Mekanisme Survival y ang Dikembangkan Pemulung Anak
Terhadap Tindak an Kekerasan
No. NamaInforman Mekanisme Survival yang dikembangkan
(inisial)
1. KS Pasrah, tidak berani melawan karena takut
2. YT Melawan kalau sekiranya lawannya seimbang
3. KL Melawan, tidak peduli apakah lawan seimbang atau tidak
4. RD Melawan atau membalas dengan pukulan
5. SS Pasrah, bekerja sampai malam untuk memenuhi kebutuhan
orangtua
6. HD Takut, pasrah, dan menjauhi
7. AT Melawan dengan mencaci-maki, mengumpat, atau bahkan
memukul
8. AG Melawan bila seimbang
9. DW Bekerja sampai malam untuk menutupi target
10. ZL Bekerja sampai mencapai target atau tidak pulang sama
sekali.
Sumber : Handoyo & Imron
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 45
Charles Darwin (dalam Soekanto, kepada anak, terutama anak yang berasal
2010), mengungkapkan bahwa terbatasnya dari keluarga miskin, termasuk anak-anak
makanan dan tempat tinggal melahirkan pemulung. Peran orangtua sebagai agen
kerjasama dan oposisi. Orientasi ekonomis sosialisasi yang utama dan pertama juga
yang terasa dalam kehidupan masyarakat kota harus direvitalisasi sehingga mampu
berimbas pada pemulung anak yang harus memberikan afeksi dan edukasi kepada
sedapat mungkin tetap menjaga eksistensinya anak-anaknya.
disamping mengembangkan suatu pola
adaptasi terhadap lingkungan dan masyarakat DAFTAR PUSTAKA
sekitarnya. Pola-pola oposisi disebut sebagai
perjuangan untuk tetap hidup Chambers. 1988. Pembangunan Desa Mulai
(struggle for existence). Hal ini juga dipakai Dari Belakang. Jakarta: LP3ES.
untuk menunjukkan pada suatu keadaan
Ernanto, Bagus Satria Ernanto. 2014.
dimana manusia yang satu tergantung pada Pekerja Anak di Tempat Pembuangan
kehidupan manusia yang lain yang akhirnya
Sampah. Laporan Penelitian Tidak
menimbulkan kerja sama untuk tetap hidup.
Diterbitkan. Surabaya: Universitas
Pemulung anak yang baru Airlangga.
mengenal kehidupan akan dihadapkan pada
Horton, Paul B. dan Chester L. Hunt.1987.
aturan yang sudah menjadi bagian dari
Sosiologi Jilid 1. Edisi Keenam.
kehidupan sesama pemulung, mulai cara
Jakarta: Erlangga.
kerja sampai kepada kebiasaan-kebiasaan
dan perilaku, baik yang sesuai dengan Irianto, Agus Maladi. 2014. Strategi
norma masyarakat atau tidak. Hirschman Adaptasi PKLKota Semarang: Kajian
(dalam Chambers, 1988: 183), tentang Tindakan Sosial dalam Jurnal
mengungkapkan bahwa menyesuaikan diri Komunitas, Research and Learning in
dengan situasi dan kondisi yang ada Sociology and Anthrophology, 6 (1).
merupakan strategi yang paling umum Poloma, Margaret M. 2010. Sosiologi
dilakukan oleh masyarakat miskin. Kontemporer. Edisi Revisi. Jakarta:
Rajawali Press.
SIMPULAN DAN SARAN
ini, H.S. 2012. Dilema Keberadaan Sektor
Informal dalam Jurnal Komunitas,
Kondisi ekonomi keluarga yang
Research and Learning in Sociology
subsisten mengakibatkan seluruh anggota
and Anthrophology, 4 (2).
keluarga harus ikut bekerja, termasuk anak-
anak mereka. Namun, keterlibatan anak-anak Soekanto, Soejono. 2010.Sosiologi Suatu
dalam aktivitas ekonomi cenderung rawan Pengantar. Edisi Revisi. Jakarta: PT.
eksploitasi dan tindak kekerasan yang dapat Raja Grafindo Persada.
mengganggu perkembangan fisik, psikologis Solihin, Lianny. 2004. Tindakan Kekerasan
dan sosial anak. Oleh karena itu, diperlukan Pada Anak Dalam Keluarga dalam
perlindungan secara menyeluruh Jurnal Pendidikan Penabur, 3 (3).
46 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015
Suyanto, Bagong. 1999. Kekerasan
Mengintai Anak, dalam Jurnal
Hakiki,3 (1).
1999. Analisis Situasi Pekerja Anak dan
Permasalahan Pendidikan Dasar di
Jatim. Surabaya: Airlangga Press.
1999. Kekerasan yang Mengancam Anak-
anak, dalam Jawa Pos, 14 Desember
1999.
2000. Gerakan Anti Kekerasan Terhadap
Anak, dalam Surabaya Post, 6
Maret 2000.
Wahyu. 2011. Adaptasi Petani di
Kalimantan Selatan dalam Jurnal
Komunitas, Research and Learning in
Sociology and Anthrophology, 3 (1).
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 47
FIS 42 (1) (2015)

FORUM ILMU SOSIAL


JURNAL
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/FIS
FORUM ILMU SOSIAL

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KONSERVASI SOSIAL DALAM PERKULIAHAN


PADA PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH FIS UNNES
Arif Purnomo
Jurusan Sejarah FIS Unnes

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel
Penelitian ini bertujuan mengkaji implementasi konservasi sosial
Diterima Mei 2015
dalam perangkat dan pelaksanaan perkuliahan. Masalah penelitian
Disetujui Juni 2015
dirumuskan sebagai berikut: (1) bagaimanakah implementasi nilai-nilai
Dipublikasikan Juni 2015
konservasi sosial dalam pengembangan perangkat perkuliahan pada Program
Studi Ilmu Sejarah Jurusan Sejarah FIS Unnes?, dan (2) bagaimanakah
Keywords: implementasi nilai-nilai konservasi sosial dalam proses perkuliahan pada
social conservation, social Program Studi Ilmu Sejarah Jurusan Sejarah FIS Unnes?.
wisdom, social quotient Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatifdengan jenis penelitian eksploratif. Fokus penelitian
adalah dosen, mahasiswa dan perangkat perkuliahan yang dikembangkan
dosen. Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan, wawancara dan
dokumen. Analisis data menggunakan analisis interaktif dari Miles dan
Huberman.
Simpulan menunjukkan bahwa pengembangan perangkat
perkuliahan dan implementasi nilai-nilai konservasi sosial oleh dosen
masih dilakukan secara beragam dan tergantung pada gaya mengajar
dosen sehingga belum ada pola yang baku dan tetap.
Abstract

This research was aimed to discuss implementation of social


conservation in history study program, especially in lesson plan and
teaching leraning process. This research used qualitatif method. Focus of
research are lecturer, students and lesson plan in history study program.
Data anayses used qualitative interactive models Miles and Huberman.
Based from research, can be concuded that implementation of
characters social conservation in lesson plan depend on lecturer style in
teaching learning process so that there is not the same models.

2015 Universitas Negeri Semarang

* Alamat korespondensi
arifpurnomo32@yahoo.co.id

48 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015


PENDAHULUAN Fakultas Ilmu Sosial (FIS) sebagai sub
sistem UNNES yang menjadi universitas
Peraturan Rektor Universitas Negeri konservasi mengembangkan konsep
Semarang (Unnes) Nomor 22 Tahun 2009 konservasi dengan ciri-ciri yang melekat pada
menetapkan bahwa UNNES merupakan FIS yang unggul dalam pengkajian ilmu
Universitas Konservasi, yaitu universitas sosial melalui sebuah pemikiran konservasi
yang dalam pelaksanaan pendidikan, sosial. Pemikiran tentang konservasi sosial
penelitian, dan pengabdian pada masyarakat tersebut didasarkan pada fenomena yang
memiliki konsep yang mengacu pada prinsip- terjadi di masyarakat.
prinsip konservasi (perlindungan, Sebagaimana diketahui bahwa dewasa
pengawetan, dan pemanfaatan secara lestari) ini perilaku menyimpang masyarakat makin
baik konservasi terhadap sumberdaya alam, tidak terkendali seperti penyalahgunaan obat-
lingkungan, sumberdaya manusia, seni dan obatan terlarang, pergaulan bebas,
budaya. Dalam rangka memperkuat perkelahian antar pelajar/mahasiswa maupun
perwujudan Universitas Konservasi, kondisi antar warga, perilaku korup, pemerkosaan,
lingkungan kampus yang hijau, asri, rapi, perampokan, dan perilaku anarkis. Hal ini
indah, dan sehat akan terasa sejuk dan damai tentu bukan representasi perilaku anak bangsa
apabila didukung dengan cara berpikir, cara di Indonesia. Akan tetapi, apabila dianalisis
bersikap, dan cara berperilaku warganya yang secara cermat dan objektif, berbagai perilaku
mengedepankan nilai-nilai sosial dan nilai- menyimpang itu merupakan implikasi dari
nilai budaya yang diakui dan dijunjung tinggi lemahnya pemahaman masyarakat terhadap
dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai nilai-nilai sosial dan budaya yang diakui dan
konservasi menjadi nafas bagi p e n g e m b a dijunjung tinggi oleh masyarakat beradab.
n g a n U n i v e r s i t a s N e g e r i Oleh karena itu, konservasi sosial
Semarang. dimaksudkan sebagai upaya untuk
Berkaitan dengan pelaksanaan menguatkan nilai-nilai sosial dan budaya
konservasi, UNNES telah menetapkan 11 pada warga FIS dan warga UNNES pada
nilai dasar sebagai acuannya, yaitu: religius, umumnya.
jujur, adil, cinta tanah air, cerdas, toleran, Konservasi sosial bertujuan untuk
demokratis, santun, tanggung jawab, peduli, mencintai, memelihara, melestarikan, dan
dan tangguh. Secara operasional, kesebelas melaksanakan nilai-nilai dan norma-norma
nilai itu disebut sebagai nilai-nilai karakter kehidupan yang diyakini kebenarannya dan
konservasi. Untuk itu, seluruh warga diterima sebagai panduan dalam kehidupan
UNNES pada masing-masing unit kerja bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
diharuskan melaksanakan nilai-nilai Secara harfiah, konservasi sosial diartikan
karakter konservasi sesuai dengan ciri khas sebagai upaya membangun kecintaan
unit yang bersangkutan. Artinya, masing- bersama warga Fakultas Ilmu Sosial (FIS)
masing unit dapat menambah nilai-nilai dalam memelihara, melestarikan, dan
karakter konservasi yang sesuai dengan ciri melaksanakan nilai-nilai luhur dan budaya
khasnya sehingga lebih realistis. masyarakat yang memiliki kontribusi
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 49
terhadap peningkatan rasa persatuan dan pendirian IKIP Semarang. Pendirian
kebersamaan warga FIS dalam mengemban program studi ini dikuatkan dengan
dan melaksanakan tugas dan tanggung keluarnya SK Presiden RI No. 271 tahun
jawab, terutama dalam rangka membangun 1965, tanggal 14 September 1965.Pada
masyarakat yang beradab. Oleh karena itu, awal berdirinya, Program Studi Pendidikan
konservasi sosial dimaksudkan sebagai Sejarah merupakan salah satu jurusan pada
upaya untuk menguatkan nilai-nilai sosial Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan
dan budaya di kalangan warga FIS pada Sosial (FPIPS) dengan nama Jurusan
khususnya dan warga UNNES pada Pendidikan Sejarah.
umumnya. Perwujudan legalitas konservasi Seiring dengan perubahan nama IKIP
sosial terwujud melalui Peraturan Dekan Semarang menjadi Universitas Negeri
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang (UNNES), nama Jurusan
Semarang Nomor 278/FIS/2013. Pendidikan Sejarah pun mengalami
Konservasi sosial yang menjadi ciri perubahan menjadi Jurusan Sejarah dan
FIS dalam mendukung visi dan misi berada di bawah Fakultas Ilmu Sosial.
universitas konservasi didasarkan pada dua Adanya perluasan mandat, menyebabkan
pilar, yakni kecerdasan sosial dan kearifan pada tahun 2002, Jurusan Sejarah mulai
sosial. Artinya, 11 nilai karakter konservasi membuka program studi baru, yaitu Program
yang ditetapkan Unnes dan 10 nilai karakter Studi Ilmu Sejarah. Kompetensi yang dicapai
konservasi sosial yang ditetapkan FIS dapat dari penyelenggaraan Prodi Ilmu Sejarah
dilaksanakan secara cerdas dan arif. adalah menghasilkan lulusan yang mampu
Masing-masing nilai karakter konservasi meneliti yang memiliki penguasaan (ilmu)
dapat dilaksanakan secara fleksibel, sesuai sejarah secara lengkap dan memadai,
dengan perkembangan dan kebutuhan sehingga mampu menerapkan pengetahuan
maupun tantangannya tanpa mereduksi dan keterampilan meneliti sejarah yang
hakikat dari nilai-nilai tersebut. dimiliki dalam kegiatan di masyarakat, serta
Fakultas Ilmu Sosial (FIS) UNNES mampu mengembangkan kajian sejarah di
memiliki empat jurusan, yakni Jurusan lapangan sesuai dengan perkembangannya.
Sejarah, Geografi, Politik dan Kewarga- Mahasiswa Prodi Ilmu Sejarah dibekali
negaraan, dan Sosiologi dan Antropologi, dan kemampuan dan keterampilan sebagai ahli
satu program studi yakni Pendidikan IPS di sejarah yang bisa mandiri, serta mampu
bawah pimpinan seorang ketua program studi menangkap berbagai peluang kerja di dinas
yang secara langsung bertanggung jawab pada pendidikan dan kebudayaan, dinas purba-
pimpinan Fakultas Ilmu Sosial. kala, dinas pariwisata, dinas permuseuman,
Jurusan Sejarah memiliki dua program badan kearsipan, perpustakaan, dan lembaga-
studi yaitu Program Studi Pendidikan Sejarah lembaga pemerintah lain serta swasta yang
dan Ilmu Sejarah yang keduanya sudah terkait erat dengan pe-ngembangan dan
terakreditasi A. Program Studi Pendidikan pelestarian sejarah. Dengan demikian, mulai
Sejarah diselenggarakan pertama kali pada tahun 2002, jurusan Sejarah memiliki 2 (dua)
tanggal 30 Maret 1965, bersamaan dengan program studi yang
50 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015
kesemuanya telah memiliki ijin operasional, harus memberikan perhatian pada tiga
yaitu: Program Studi Pendidikian Sejarah komponen, yaitu moral knowing atau
(Jenjang S1), danProgram Studi Ilmu Sejarah pengetahuan tentang moral, moral feeling
(Jenjang S1). atau perasaan tentang moral dan moral
Satu persoalan mendasar sehubungan action atau perbuatan bermoral (Zubaedi,
dengan pelaksanaan konservasi sosial di 2007: 7). Dalam kaitannya dengan
Jurusan Sejarah adalah belum adanya implementasi nilai-nilai konservasi sosial
evaluasi dan analisis tentang pe - dalam perkuliahan, proses penanaman nilai-
laksanaannya. Sehubungan dengan itulah, nilai konservasi dapat mengacu pada tiga
maka penelitian ini menj komponen yang dikemukakan Lickona.
elaskan Sehubungan dengan hal di atas,
implementasi konservasi sosial dalam makamasalah penelitian dirumuskan sebagai
pengembangan perangkat perkuliahan dan berikut: (1) bagaimanakah pengembangan
pelaksanaan perkuliahan. Pada tahapan perangkat perkuliahan yang dikembangkan
penelitian ini, peneliti menjelaskan yang berorientasi pada nilai konservasi sosial
implementasi nilai-nilai konservasi sosial pada Program Studi Ilmu Sejarah Jurusan
dalam perkuliahan pada Program Studi
Sejarah FIS Unnes?, dan (2) bagaimanakah
Ilmu Sejarah.
implementasi nilai konservasi sosial dalam
Azyumardi Azra (2006:176-177)
proses perkuliahan pada Program Studi Ilmu
menyatakan bahwa dalam melakukan
Sejarah Jurusan Sejarah FIS UNNES?
implementasi nilai-nilai karakter sosial dapat
dilakukan melalui tiga pendekatan. Pertama,
METODE PENELITIAN
pendekatan modelling atau exemplary atau
uswah hasanah, dengan membiasakan Pendekatan yang digunakan dalam
lingkungan pendidikan untuk menghidupkan penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
dan membiasakan penegakan nilai-nilai
Penelitian yang menggunakan pendekatan
melalui keteladanan. Kedua, menjelaskan kualitatif dilakukan untuk memahami
dan mengklarifikasi kepada peserta didik peristiwa, kegiatan, perilaku dan pelaku
secara terus menerus tentang berbagai nilai peristiwa dalam situasi tertentu dan dalam
yang baik dan buruk. Ketiga, menerapkan situasi yang alamiah (natural). Penelitian
pendidikan berbasis karakter (character kualitatif lebih diarahkan pada upaya untuk
based education) pada setiap mata kuliah.
memperoleh pemahaman yang mendalam
Permasalahanmengenaipe
terhadap masalah yang menjadi pokok kajian.
r - kembangan moral anak dan penanaman
Oleh karena itu fenomena diteliti dengan cara
nilai dan karakternya merupakan kajian yang
dan latar yang bersifat alami, apa adanya dan
telah dilakukan Lawrence Kolhberg (Tilaar,
tidak ada intervensi apapun. Oleh karenanya
2012: 287-288). Ia melakukan kajian dengan
alur logika berpikirnya berangkat dari latar
meneliti perkembangan moral mulai dari untuk menghasilkan sebuah tesa. Teori
seseorang lahir di muka bumi. Kajian lain dibangun berdasarkan empiri dan bukan
juga dilakukan oleh Thomas Lickona yang secara deduktif logis (Muhadjir,
menyatakan bahwa pendidikan karakter
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 51
1995). Untuk mengejar tujuan ini diperlukan unjuk kerja seseorang dalam melaksanakan
metode kualitatif yang menjunjung tinggi tugasnya. Pengetahuan ibarat batang tubuh
kealamiahan. dari fakta dan informasi yang harus dimiliki
Penelitian yang dilaksanakan pada oleh seorang professional, termasuk staf
bulan Agustus sampai Oktober 2014 ini pengajar beserta seluruh unsure jurusan
menggunakan desain penelitian studi kasus. lainnya. Dengan bekal pengetahuan yang
Studi kasus yang menjadi strategi dalam memadai, seseorang diharapkan dapat
penelitian ini dilakukan terhadap dosen dan menampilkan unjuk kerjanya secara efisien
mahasiswa serta perangkat perkuliahan. dan efektif setiap harinya. Pengetahuan
Pada aspek dosen, fokus penelitian seorang mahasiswa harus mulai diukur
diarahkan pada pengembangan perangkat sesuai dengan tingkat pengalaman belajar
dan proses perkuliahan. Sedangkan untuk dari semester ke semester.
mengetahui nilai-nilai konservasi sosial Keterampilan, biasanya dikaitkan
pada mahasiswa dilakukan dengan fokus dengan kecakapan atau kemampuan
pada interaksi mahasiswa di kampus. Untuk mengerjakan sesuatu kegiatan.Keterampilan
menjaga kerahasiaan informan, maka dalam merupakan penerapan dari pengetahuan untuk
nama-nama informan disamarkan. memecahkan sesuatu permasalahan.
Pengumpulan data dilakukan dengan Kecakapan atau kemampuan terhadap sesuatu
dua teknik yaitu menggunakan metode hasil pengalaman belajar dapat dinilai atau
pengamatan dan wawancara serta dokumen. diukur oleh orang lain. Seorang pengajar
Teknik analisis yang digunakan adalah yang profesional misalnya, memiliki
model interaktif dari Miles dan Huberman kecakapan yang tinggi, terutama dalam hal
(2000) yang meliputi tahap reduksi data, pengembangan bahan ajar, termasuk referensi
sajian data, penarikan simpulan, dan dan fungsi penelitiannya, memilih model dan
verifikasi penelitian. media dengan tepat, berorientasi pada
aktivitas belajar mahasiswa.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN Sikap merupakan suatu konsep yang
sulit untuk diberi batasan secara tegas dari
Pengembangan Perangkat Perkuliahan satu sudut pandang saja. Sikap selalu
Berbasis Nilai-nilai Konservasi Sosial berkaitan dengan rasa dan kecenderungan
pada pendekatan atau cara-cara yang pilih.
Pengembangan kompetensi peserta Kadang-kadang sikap dapat diukur secara
didik tergambar, salah satunya, dari perseorangan, dapat diamati dalam kegiatan
kurikulum yang ada. Komponen yang keseharian, dan terkadang memerlukan
termuat dalam program kurikulum, yaitu waktu yang lama.
pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Konservasi sosial yang menjadi ikon
Ketiganya berjalan secara simultandan konservasi di Fakultas Ilmu Sosial Unnes
saling berinteraksi. dilaksanakan dengan bertumpu pada 2 (dua)
Pengetahuan merupakan modal bagi pilar, yaitu kecerdasan sosial dan kearifan
52 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015
sosial. Konsekuensi dari pemberlakuan perangkat yang belum ada secara bersama-
konservasi sosial adalah dalam proses sama untuk kemudian dilakukan upload
pemahaman, internalisasi, dan implementasi perangkat perkuliahan pada waktu yang
kegiatan kampus di Fakultas Ilmu Sosial ditentukan.
harus didasarkan pada kedua pilar tersebut. Pengembangan perangkat perkuliahan
Dengan demikian, konservasi sosial memiliki dikembangkan dalam dua bentuk, yakni
sederetan nilai yang mendukung-nya. Nilai- pengembangan perangkat perkuliahan, baik
nilai tersebut harus menjadi sikap yang silabi dan SAP dikembangkan secara rinci,
melekat pada unsur (komponen) yang sedangkan kelompok kedua, mengembang-
mendukungnya, seperti dosen, tenaga kan perangkat silabi dan SAP hanya mengacu
kependidikan, dan mahasiswa. pada pokok-pokok yang akan dilakukannya
Kecerdasan sosial menggambarkan saja. Sehubungan dengan hal tersebut, secara
solidarity, yaitu suatu keadaan di mana para teoretis kedua pendapat memiliki dasar
anggota organisasi bersama-sama berpikir argumentasinya yang sama-sama kuat.
dan bertindak. Sedangkan kearifan sosial Kelompok pertama didukung oleh pendapat
menggambarkan sociability, yaitu suatu bahwa untuk mengembang-kan perangkat
keadaan di mana antara sesama anggota perkuliahan perlu mem-perhatikan aspek
organisasi saling ramah, saling menghargai, kerincian agar perkuliahan selalu mengacu
dan saling menghormati (Anonim, 2013). pada skenario perkuliahan yang sudah
Implementasi nilai konservasi sosial disusun. Sementara itu, kelompok kedua
akan tampak pada perangkat perkuliahan mengacu pada pandangan bahwa untuk
yang dikembangkan dosen. Perangkat pengembangan perangkat perkuliahan di
perkuliahan yang dikembangkan oleh dosen tingkat perguruan tinggi hanya menjelaskan
pengampu pada Prodi Ilmu Sejarah hal-hal yang bersifat esensial sedangkan
memiliki keberagaman. Akan tetapi format pengembangannya ada pada perkuliahan
perangkat mengacu pada format yang yang dilakukan di kelas.
disediakan oleh Badan Penjaminan Mutu Sementara itu, terhadap perangkat
(BPM) Unnes melalui Formulir Mutu (FM). perkuliahan yang sudah dikembangkan oleh
Akan tetapi, pengembangan isi perangkat dosen Prodi Ilmu Sejarah dalam hal
pembelajaran disesuaikan dengan memasukkan nilai-nilai karakter konservasi
kreativitas dan pemahaman dosen. sosial juga tampak adanya keberagaman.
Pengembangan perangkat perkuliahan Keberagaman tersebut mengelompok pada
pada Prodi Ilmu Sejarah dilakukan pada dua kelompok . Kelompok pertama
setiap awal semester. Tujuannya adalah memasukkan nilai-nilai karakter sosial
adanya kesiapan dari dosen terkait dalam perangkat perkuliahan yang
perkuliahan yang akan dilaksanakannya. dibuatnya. Kelompok ini menganggap
Sementara itu, mekanisme penyiapan bahwa nilai-nilai konservasi sosial
perangkat perkuliahan yang ditempuh adalah merupakan nilai yang harus tercantum
secara bersama-sama meninjau perangkat dalam perangkat yang disusun agar
yang sudah ada dan menyusun serta merevisi memberi pedoman dalam perkuliahan yang
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 53
dilakukannya. Nilai-nilai karakter profesionalis medan peningkatan kualitas
konservasi sosial yang dikembangkan pada mahasiswa dalam perkuliahan pada
silabus perkuliahan tampak pada kegiatan program studi, salah satunya, terletak pada
awal dan inti perkuliahan. Pada bagian ini, para pengajarnya. Faktor inilah yang
dosen m e m a s u k k a n k a r a k t e r y a n nantinya akan langsung memberikan
g i n g i n dikembangkannya. dampak akuntabilitas pada pengguna.
Sementara itu, kelompok kedua Orang tua dan masyarakat akan menjadi
menyatakan bahwa sikap atau karakter yakin bahwa pendidikan pada program
merupakan sesuatu dampak pengiring studi tersebut men jaw ab k eb u tu h an
(nurturant effect) dari perkuliahan yang mer ek a atas pendidikan. Terjadi suatu
dilakukan dosen. Oleh karena nilai-nilai timbal balik yang harmonis, prodi/jurusan
konservasi sosial merupakan karakter yang dan fakultas meyakini bahwa staf pengajar
berusaha dibentuk dalam perkuliahan maka memiliki pengetahuan, keterampilan, dan
karakter konservasi hanya merupakan suatu sikap yang akurat dalam tugasnya dalam
nurturant effect. perkuliahan sehari-hari. Mahasiswa yakin
Terlepas dari perdebatan di atas, setiap bahwa perkuliahan akan mengarahkan
penanamannilaiyangmerupaka mereka pada pengetahuan, keterampilan,
n pengembangan kawasan afektif harus dan sikap yang penting dalam penampilan
dilakukan melalui perencanaan karena di masyarakat-nya.
memerlukan kondisi yang kondusif. Hal ini Implementasi nilai karakter konservasi
sesuai dengan penelitian Jacob (1957) yang social dalam perkuliahan untuk ditanamkan
dikutip oleh Krathwohl (1973:35-36) bahwa pada mahasiswa akan tampak ketika
the evidence suggest that affective perkuliahan dilaksanakan. Penanaman nilai
behaviour develops when appropriate tersebut dilakukan melalui proses analogi dan
learning experiences are provided for ilustrasi dengan mengaitkan materi
students much the same as cognitive pengetahuan yang diajarkan dengan
behaviours develop from appropriate pengetahuan/gejalan lain yang ada di
learning experiences. masyarakat. Seorang mahasiswi, Dewi
menyatakan sebagai berikut.
Implementasi Nilai-nilai Konservasi Dalam mengajar mata kuliah, ada beberapa
dosen yang pada waktu mengajar sudah m e n
Sosial gembangkankonservasisosial,
memberikan semangat kepada mahasiswa
untuk mengembangkan bakat dan minatnya
Pemahaman terhadap pilar konservasi di bidang masing-masing, seperti
sosial yang dikembangkan oleh Fakultas memberikan arahan mahasiswa untuk terjun
Ilmu Sosial yang bertumpu pada kecerdasan kelapangan, observasi langsung dan
mengolah data untuk penelitian (Wawancara
sosial dan kearifan sosial pada umumnya dengan Dewi, tanggal 30 September 2014).
sudah dipahami oleh dosen. Pemahaman ini Sementara itu, mahasiswa lain, Anjar,
merupakan modal berharga dalam meng- memiliki pemahaman yang sama. Ia
implementasikan karakter konservasi sosial menyatakan bahwa dosen juga banyak
dalam perkuliahan. Hal ini karena memberikan motivasi-motivasi kepada
54 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015
mahasiswanya. Dengan motivasi tersebut, membantu masing-masing individu untuk
kita menjadi lebih semangat dalam mengenal diri mereka sendiri sebagai
menggapai masa depan, walaupun terkadang manusia yang unik dan membantu dalam
motivasi tersebut melalui kata-kata yang m e mewujudkan potensi-potensi yang ada
rendahkan.Pendapattersebut dalam diri mereka.
menggambarkan bahwa pemahaman tentang Sorotan tentang penanaman karakter
salah satu karakter konservasi social yang konservasi sosial pada mahasiswa adalah
ditanamkan oleh dosen pada mahasiswa masalah kedisiplinan dalam mengajar.
dipahami dalam konteks pemberian motivasi Terkadang bahkan sering dosen tidak masuk
agarmahasiswamengembangk hanya member tugas. Selain itu apabila
a n kemampuannya secara maksimal. Hal ini memberi tugas, dosen tanpa member m a s u
menunjukkan bahwa penanaman karakter kanmasalahletakkesalahan
konservasi sosial yang dilakukan dosen mahasiswa di bagianmana, sehingga
disesuaikan dengan gaya mengajar dosen. mahasiswa kurang dapat berkembang tanpa
Peran penting dosen dalam adanya arahan dosen (Wawancara dengan
menanamkan karakter konservasi sosial Imas, tanggal 30 September 2014).
dipahami sebagai faktor yang sangat Satu hal lain yang menjadi perhatian
penting oleh mahasiswa. Seorang dosen adalah faktor jumlah mahasiswa dalam satu
adalah sosok yang berperan penting dalam kelas. Ani menyatakan bahwa dosen kurang
mendidik mahasiswanya (Wawancara memberikan arahan dan bimbingan kepada
dengan Ina, tanggal 3 Oktober 2014). Ia satu per satu mahasiswa. Kondisi ini terjadi
merupakan sosok yang mengajarkan karena jumlah mahasiswa dalam satu
kejujuran melalui perilaku untuk tidak rombongan belajar yang besar sehingga tidak
mengcopy dan paste tugas yang diberikan. adanya pembedaan tentang karakteristik
Ia adalah juga individu yang mengajarkan mahasiswa. Dalam suatu pembelajaran,
kedisiplinan melalui pengumpulan tugas pengajar perlu memperhatikan aspek
tepat waktu. Dalam perspektif teori kemajemukan dari pembelajar. Kemajemu-
penanaman nilai dari Lawrence Kolhberg, kan tersebut dapat berupa kemajemukan latar
langkah yang dilakukan dosen tampaknya belakang ras, agama, bahasa, suku bangsa,
merupakan tahap melakukan sesuatu yang kelas sosial, dan kemampuan berpikir
mendukung aturan sosial yang ada. (Arends, 2008: 39-84).
Kondisi di atas juga menunjukkan Permasalahan yang disampaikan
bahwa dosen berusaha untuk membantu mahasiswa sehubungan dengan kedisiplinan
mahasiswa mengembangkan segala potensi memang merupakan suatu gejala yang perlu
dirinya untuk mengenal dirinya sebagai diantisipasi. Penataan waktu dan ke-
calon ilmuwan. Sikap ini tampak sejalan disiplinan merupakan sesuatu yang perlu
dengan pandangan para pendidik di bawah dibenahi oleh setiap dosen. Karena dosen
bendera teori humanis yang menekankan merupakan salah satu komponen tenaga
fungsi pendidik untuk membantu peserta pengajar yang digugu dan ditiru mahasiswa.
didik untuk mengembangkan dirinya, yaitu
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 55
SIMPULAN DAN SARAN Azra, Azyumardi. 2006. Paradigma Baru
Pendidikan Nasional, Rekonstruksi
Simpulan dan Demokratisasi. Jakarta: Penerbit
Berdasarkan hasil Buku Kompas.
penelitian
Krathwohl, David R. 1973. Taxonomy of
disimpulkan bahwa pengembangan
Educational Objectives. New
perangkat perkuliahan oleh dosen yang
York:
mencirikan konservasi sosial dilakukan
Longman Groups.
secara beragam. Di satu sisi terdapat rencana
perkuliahan yang memasukkan nilai-nilai Miles, Matthew and Huberman, A. Michael.
konservasi sosial sebagai bagian integral dari 2000. Analisis Data Kualitatif. Jakarta:
rencana perkuliahannya, sementara di sisi UI Press.
lain menganggap bahwa nilai-nilai konservasi Muhadjir, Noeng. 1995. Metodologi
merupakan nurturant effect yang Penelitian Kualtitatif. Yogyakarta:
dikembangkan dalam perkuliahan. Rake Sarasin.
Penelitian juga menunjukkan bahwa Tilaar, H.A.R. 2012. Perubahan Sosial dan
dalam mengimplementasikan penanaman
Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
nilai-nilai karakter sosial dalam perkuliahan
Zubaedi. 2007. Pendidikan Berbasis
sangat dipengaruhi gaya mengajar dosen.
Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka
Penanaman nilai tersebut masih dilakukan
Pelajar.
secara umum dan belum disesuaikan
dengan karakter program studi.

Saran
Berdasarkanhasilpenelitia
n disarankan: (1) perlu ada implementasi nilai-
nilai karakter konservasi sosial pada prodi
sehingga karakter konservasi sosial menjadi
berbasis keilmuan masing-masing prodi, dan
(2) perlu ada pemahaman yang sama untuk
memasukkan nilai-nilai karakter konservasi
sosial dalam perangkat perkuliahan yang
dikembangkan oleh dosen.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Panduan Konservasi Sosial.


Semarang: FIS Unnes.
Arends, Richard I. 2008. Learning to
Teach, Belajar untuk Mengajar. Buku
I. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
56 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015
FIS 42 (1) (2015)

FORUM ILMU SOSIAL


JURNAL
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/FIS
FORUM ILMU SOSIAL

PEMANFATAAN REMITANSI EKONOMI DAN SOSIAL DI KALANGAN BURUH


MIGRAN PEREMPUAN (STUDI KASUS: DESA PENGGALANG DAN WELAHAN
WETAN, KECAMATAN ADIPALA, KABUPATEN CILACAP,
PROVINSI JAWA TENGAH)

Laila Octaviani
Program Studi Ilmu Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Pascasarjana, Universitas Padjadjaran

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel
Penelitian ini pada Pemanfaatan Ekonomi dan Remittance Sosial
Diterima Mei 2015
antara Buruh Migran Pada Village Penggalang dan Welahan Wetan,
Disetujui Juni 2015
Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap, namun memaksimalkan pemanfaatan
Dipublikasikan Juni 2015
remitansi ekonomi yang optimal dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga
setelah kembali ke kampung halaman mereka. Adanya sistem patriarki dan
Keyword : stigma tentang perempuan pekerja migran sebagai perempuan pedesaan,
Utilization Remittance Economic lulusan SD dan mantan Pembantu Rumah Tangga, yang selanjutnya
and Social Female Migrant Workers, melemahkan posisi mereka dalam struktur keluarga dan masyarakat. Selama
Empowerment Program, Migrant ini, proses pekerja migran migrasi internasional perempuan tidak hanya
Workers and Residents Forum berbicara masalah atas masalah ekonomi migrasi remittance dan dampaknya
terhadap pembangunan yang mereka lupa aspek yang lebih substansial,
pengiriman uang yaitu sosial. Dalam hal ini, proses migrasi internasional yang
mereka terima dalam bentuk pengiriman uang ekonomi dan sosial dapat
menjadi sarana tidak hanya untuk memberdayakan diri mereka sendiri dengan
meningkatkan posisi sosial dalam keluarga dan masyarakat dan juga dapat
memberdayakan lingkungan. Masalahnya adalah bagaimana memposisikan
dirinya (buruh migran perempuan) posting kembali ke daerah asal dari
keluarga dan masyarakat struktur. Serta bagaimana menggunakan ekonomi
remittance dan perempuan sosialdiperoleh pekerja migran dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan keluarga setelah kembali ke daerah asalnya. Oleh
karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memposisikan pekerja migran
perempuan setelah kembali ke daerah asal struktur keluarga dan masyarakat
melalui penggunaan uang kiriman ekonomi dan sosial yang diperoleh, serta
untuk menganalisis dan menerapkan teori / konsep antropologi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode etnografi
kualitatif dengan teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara
mendalam, observasi dan dokumentasi studi partisipasi semua informan yang
terkait dengan pemanfaatan remitansi di desa ekonomi dan sosial Penggalang
dan Welahan Wetan, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengiriman uang dari yang
diperoleh para pekerja migran perempuan ekonomi dan sosial Desa
Penggalang dan Welahan Wetan, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap
dimanfaatkan secara optimal sehingga perempuan pekerja migran dan
keluarga mereka menjadi lebih diberdayakan lagi, yang dipengaruhi oleh
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 57
beberapa faktor, yaitu 1) buruh migran perempuan negara tujuan; 2)
pengalaman yang diperoleh dari negara tujuan; 3) peran Lakpesdam NU
Cilacap bersama dengan Yayasan Tifa dan BNP2TKI, The Pemberdayaan
Buruh Migran Perempuan dan Keluarganya di Tempat Asal dengan dana
JSDF Bank Dunia serta semua pihak terkait baik pemerintah dan non-
pemerintah di pusat dan daerah tingkat dengan melibatkan melalui
dukungan untuk pengembangan Organisasi Berbasis Komunitas (CBO)
sebagai salah satu pilar perlindungan pekerja migran di daerah asal. Dan
keterlibatan instansi terkait dalam melindungi buruh migran, khususnya
perempuan di Cilacap, perumusan Kabupaten Cilacap Peraturan Daerah
Nomor 7 tahun 2014 tentang Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
Cilacap dan Keputusan Bupati Cilacap Nomor 465,2 / 138/29 / Tahun
2013 tentang Pembentukan Kelompok Pengembangan Keluarga Pekerja
Indonesia yang bekerja di Cilacap.

Abstract

This study on the Economic and Social Remittance Utilization Among


Migrant Workers At Village Penggalang and Welahan Wetan, District
Adipala, Regency of Cilacap, yet maximize the utilization of optimal
economic remittances in improving the welfare of the family after returning to
their hometown. The existence of a patriarchal system and stigma about
migrant workers women as rural women, primary school graduates and
former Housemaid, which further weaken their position in the family
structure and society. During this time, the process of international migration
female migrant workers do not just talk the problem over the issue of
migration remittance economy and its impact on development that they forget
aspects more substantial, namely social remittances. In this case, the process
of international migration that they receive in the form of economic and
social remittances can be a means not only to empower themselves by raising
social position in the family and society and can also empowering
environment. The problem is how to position himself (female migrant
workers) post back to the area of origin of the family and community
structures. As well as how to use the remittance economy and sosialdiperoleh
women migrant workers in order to improve the welfare of the family after
returning to their home areas. Therefore, this study aims to position the
female migrant workers after returning to the area of origin of the structure
of families and communities through the use of economic and social
remittances obtained, as well as to analyze and apply the theory / concept of
anthropology.
The method used in this study is a qualitative ethnographic method
with techniques of data collection is done by in-depth interviews, observation
and documentation study participation to all informants related to the
utilization of remittances in the economic and social Penggalang and
Welahan Wetan village, District Adipala, Regency of Cilacap.
Results showed that the remittances of economic and social obtained
the female migrant workers Village Penggalang and Welahan Wetan, District
Adipala, Regency of Cilacap be used optimally so that women migrant
workers and their families become more empowered again, which is
influenced by several factors, namely 1) female migrant workers destination
country; 2) the experience gained from the country of destination; 3) the role
of Lakpesdam NU Cilacap along with Tifa Foundation and BNP2TKI, The
Empowerment of Women Migrant Workers and Their Families in the Place of
Origin with funding JSDF World Bank as well as all relevant stakeholders
both government and non-government at national and local level by involving
through support to development of Community-Based
58 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015
Organization (CBO) as one of the pillars of the protection of migrant
workers in the area of origin. And the involvement of relevant agencies in
protecting migrant workers, especially women in Cilacap, the
formulation of the Regional Regulation Cilacap District No. 7 of 2014 on
the Protection of Indonesian Workers Cilacap and Regent Decree Cilacap
No. 465.2 / 138/29 / Year 2013 regarding the Establishment Group
Family Development Workers Indonesia working in Cilacap.

2015 Universitas Negeri Semarang

* Alamat korespondensi
lailaoctaviani@gmail.com
PENDAHULUAN 2003; Martin, 2003). Kecenderungan ini juga
terjadi di Indonesia, bila dicermati proporsi
Fenomena migrasi internasional pada penempatan buruh migran perempuan
saat ini telah mendunia, bahkan menjadi suatu (selanjutnya disebut BMP) dan laki-laki
strategi dalam kelangsungan hidup para diberbagai kawasan, maka penempatan BMP
migran dan keluarganya. Dengan kata lain, masih mendominasi angka penempatan
aktivitas migrasi ini dilakukan sebagai BMI, kecuali untuk kawasan Amerika dan
survival strategy (Haris, 2002: 24). Berbagai Eropa. Peningkatan migrasi buruh migran
penelitian menunjukkan bahwa faktor perempuan juga berkaitan dengan tingginya
ekonomi menjadi alasan utama seseorang permintaan penata laksana rumah tangga dan
menjadi buruh migran. Menurut Pigay (2005: pengasuh anak di negara tujuan sedangkan
3) di Asia, jutaan tenaga kerja asing (sesama buruh migran laki-laki berkaitan dengan
Asia) mengisi sektor ekonomi wilayah respon proses industrialisasi (Asis, 2003).
tersebut. Para migran ini, umumnya datang Proses migrasi internasional para BMP
dari negara dengan tingkat upah buruh yang diatas, tidak hanya berdampak positif tetapi
masih rendah, di antaranya dari Indonesia. negatif pula. Salah satunya mengurangi
Hal ini sesuai dengan pernyataan Sjaastad angka pengangguran di Indonesia,
(1962 dalam Bijak, 2006: 11) bahwa menambah pendapatan rumah tangga buruh
seseorang akan berpindah ke daerah lain migran tersebut, dan menjadi sumber devisa
apabila berkesempatan mendapatkan negara. Dari segi negatifnya diantaranya
keuntungan yang lebih besar daripada biaya banyaknya kasus kekerasan, penyiksaan,
yang harus dikeluarkan di daerah asal. pemerasan dan pelecehan seksual yang
Seiring dengan perkembangan migrasi dialami ketika berada di luar negeri atau
tersebut, secara global tampak bahwa selama di dalam negeri (sebelum
fenomena migrasi perempuan diindikasikan keberangkatan),rentannyauntu
semakin mendominasi perkembangan k diperdagangkan (traffiking), sampai dengan
tersebut. Dua dekade terakhir ini, terjadi kepulangan rawan dengan pemerasan.
pergeseran perilaku dan kecenderungan Permasalahan yang dihadapi BMP tersebut,
migrasi, semakin dominannya perempuan nampaknya tidak menyurutkan langkah
dalam proses migrasi internasional (Guest, para perempuan Indonesia dengan latar
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 59
pendidikan yang rendah dan tinggal di sebagai aliran searah saja (Goldring, 2003;
pedesaan untuk mengadu nasib ke luar Levitt dan Lamba, 2011), artinya hanya
negeri, melainkan dianggap dapat memberi- digunakan untuk meningkatkan kesejahtera-
kan penghasilan yang menjanjikan. Bahkan an ekonomi keluarga dan pembangunan di
bekerja di luar negeri sampai hari ini masih daerah asal tanpa adanya keberlangsungan
menjadi cita-cita mereka. kehidupan mereka di masa yang akan
Feminisasi buruh migran tersebut, datang. Bahkan sekembalinya ke daerah
nampaknya tidak mendapat respon positif asal, mereka tidak mudah mendapatkan
dari berbagai pihak. Penelitian tentang pekerjaan lagi karena peluang kerja yang
migrasi misalnya, masih jarang yang tersedia sangat terbatas dan telah
membedakan antara migrasi yang dilakukan mengalami perubahan nilai-nilai hidup,
antara laki-laki dan perempuan. Dalam sehingga berpeluang menambah jumlah
perspektif gender, teori maupun penelitian pengangguran yang telah ada, ketidak-
tersebut berada pada posisi yang netral setaraan sosial, dan menempat-kan rumah
gender bahkan buta gender (Chant & tangga buruh migran di daerah asal dalam
Radcliffe, 1992); (Lucas, 2005). Kondisi ini siklus migrasi yang tidak berkesudahan
semakin terpuruk jika dilihat dari target (Cohen, et al, dalam Dewayanti 2010).
devisa negara yang dihasilkan melalui Padahal sebenarnya para buruh migran
pendapatan yang dihasilkan pekerja migran perempuan menyimpan potensi yang besar
sebagai sumber pendapatan negara terbesar jika mampu diberdayakan, mengingat selain
dalam perekonomian Indonesia (ILO remitansi ekonomi yang diperolehnya, mereka
Jakarta, 2008). Kontribusi remitansi para memperoleh remitansi sosial selama
BMP bagi ekonomi nasional mencapai 2,4 kepergiannya ke luar negeri. Artinya, kita
miliar dolar AS setahun, sehingga dikatakan tidak hanya melihat konsep remitansi
sebagai sumber pendapatan kedua terbesar di ekonomi untuk memaknai proses migrasi,
Indonesia setelah sektor migas. tetapi juga melihat bagaimana keberadaan
Pada titik inilah, penelitian tentang sekelompok di luar daerahnya telah
migrasi perempuan menjadi urgen untuk melahirkan jembatan sosial yang sangat
dilakukan. Mengingat kompleksnya signifikan secara ekonomi sering disebut
permasalahan yang dihadapi BMP dnegan remitansi sosial. Isu remitansi
khususnya setelah kembali ke tanah air ekonomi dan sosial yang diperoleh BMP
(returning migration) dengan membawa dapat dianggap sebagai suatu strategi untuk
aliran remitansi. Aliran remitansi BPMP meningkatkan kesejahteraan keluarga setelah
ketika kembali ke Indonesia, seharusnya kembali ke daerah asal. Ketika kembalinya ke
menjadi sumber penghasilan yang d i i n v e s daerah asal, kehidupan mereka berada dalam
t a s i k a n s e h i n g g a m a m p u konteks kerentanan yang dapat terjadi melalui
meningkatkan status mereka di keluarga dan perubahan - perubahan yang mendadak
masyarakat (Chant 1998; Deans 2006; (shock), kecenderungan sektor privat serta
Ramos, 2002 dalam Mukbar, 2009). Namun proses pembentuk akses. Hal ini
aliran remitansi tersebut biasanya digunakan mempengaruhi pilihan seseorang dalam
60 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015
merespon aset yang dimiliki ke dalam daerah asal terhadap struktur keluarga dan
perilakumemberdayakanterha masyarakatdan Pemanfaatan remitansi
d a p lingkungan tempat tinggalnya. Melalui ekonomi dan sosial para BMP yang
remitansi ekonomi dapat memberikan sebagai diperoleh guna meningkatkan kesejahteraan
modal finansial untuk keperluan tertentu atau keluarga setelah kembali ke daerah asal.
diinvestasikan untuk kegiatan di masa yang
akan datang. Sementara remitansi sosial dapat METODE PENELITIAN
memfasilitasi pemanfaatan remitansi ekonomi
untuk mencapai tujuan y an g d iin g in k an Penelitian ini dirancang sebagai
melalu i id e atau pengetahuan baru sehingga penelitian etnografi yang menggambarkan
terjadi perubahan praktik dalam budaya migrasi internasional pada
memanfaatkan remitansi ekonomi yang baik. masyarakat Cilacap khususnya pemanfaatan
Dalam proses migrasi internasional para BMP remitansi ekonomi dan sosial di kalangan
memperoleh remitansi ekonomi dan sosial buruh migran perempuan, dan ingin menggali
yang dapat menjadi sarana memberdayakan pandangan hidup para BMP setelah kembali
mereka sendiri dengan mengangkat posisi sesuai sudut pandang penduduk setempat
sosial dalam keluarga dan masyarakat serta sehingga akan ditemukan makna tindakan
juga dapat memberdayakan lingkungannya. budaya suatu komunitas. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif
Desa Penggalang dan Welahan Wetan, berdasarkan masalah yang ingin dikaji
Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap Jawa dengan eksplanasi yang tujuan menggali atau
Tengah menjadi lokasi penelitian dengan membangun suatu proposisi atau menjalan-
alasan sebagai berikut: pertama kan makna dibalik realita.
Cilacap merupakan salah satu kantong Penelitian ini dilakukan di Desa
terbesar BMP di Jawa Tengah; kedua Adipala Penggalang dan Welahan Wetan,
merupakan salah satu kecamatan di Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap
Kabupaten Cilacap sebagai kantong daerah Provinsi Jawa Tengah. Informan kunci
pengirim BMP terbanyak selain Kecamatan dalam penelitian ini adalah buruh migran
Nusawungu dan Binangun; ketiga Desa perempuan yang kembali ke daerah asal
Penggalang dan Welahan Wetan menjadi salah yang berjumlah 10 orang, bekerja sebagai
satu desa percontohan dalam program penata laksana rumah tangga, dan negara
pemberdayaan BMP dan keluarganya di tujuan dari Hongkong-Taiwan. Disamping
daerah asal. Hongkong dan Taiwan sebagai itu, untuk melengkapi data penelitian
negara tujuan yang dipilih dengan diperlukan informan tambahan berasal dari
pertimbangan memiliki karakteristik yang pihak Dinsos-nakertans, Bapermas PP, PA
relatif maju, progresif dan remitansi sosial dan KB, pemerintah daerah, kecamatan dan
yang dimiliki jauh lebih beragam daripada desa, Lakpesdam NU Cilacap, keluarga dan
BMP yang pulang dari Malaysia dan Timur masyarakat sekitar.
Tengah. Penelitian mengetahui BMP Data primer dikumpulkan dengan cara
memposisikan diri mereka setelah kembali ke wawancara mendalam, observasi partisipasi,
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 61
dan dokumentasi. Data berupa data primer secara spontan banyak pula yang berangkat
dan sekunder, data primer diperoleh dari ke Malaysia, Singapura, dan Brunei
hasil wawancara mendalam dan observasi Darussalam, pada babak baru ini proses
partisipasi dengan subyek penelitian. migrasi pekerja Indonesia dan wilayah Asia
Sedangkan data sekunder diperoleh dari pada umumnya menjadi penting karena 1)
hasil penelitian sebelumnya, buku-buku, Ledakan minyak (the oil boom) pada tahun
media massa, dan dokumentasi. 1970-an di negara-negara Timur Tengah,
yaitu gerakan tenaga kerja tidak terampil di
HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Asia (termasuk Indonesia) mulai mengalir
ke negara-negara tersebut; 2) Tahun 1980-
Sejarah Migrasi di Desa Penggalang dan an dan buruh musiman berangkat ke Asia
Welahan Wetan Timur yang tengah memacu pembangunan
ekonomi, akibat perluasan sektor jasa,
Pada umumnya, migrasi yang dilakukan bertambahnya jumlah penduduk yang
para perempuan Indonesia bukanlah sebuah rendah dan adanya gejala penduduk lanjut
proses yang baru-baru ini saja dilakukan, usia (lansia), maka negara-negara ini
namun proses yang berlangsung dalam mengalami kekurangan tenaga kerja
kerangka historis dan perjalanan cukup khususnya di bidang pekerjaan yang sulit,
panjang seiring dengan proses globalisasi kotor dan berbahaya.
yang melanda dunia. Pada jaman penjajahan
Belanda, jumlah pekerja Indonesia yang Peran Lakpesdam NU Cilacap
bermigrasi ke negara lain masih sangat kecil
dan pada umumnya dipekerjakan sebagai kuli Lakpesdam NU Cilacap merupakan
kontrak. Mereka direkrut oleh penjajah untuk Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber
mendapatkan tenaga murah yang Daya Manusia Nahdlatul Ulama Cilacap yang
dipekerjakan di perkebunan yang diatur bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul
dalam Werving Ordonatie 1880, dan mereka Ulama di bidang pengkajian dan
dibawa ke negara-negara seperti Malaysia, pengembangan sumber daya manusia NU,
Suriname, New Coledonia, Thailand, Burma, salah satunya adalah memperjuangkan hak-
Sabah, Serawak, Vietnam dan Australia hak para BMP dengan mendorong lahirnya
(Hugo, 1980; 1990). Pada jaman penjajahan peraturan daerah khusus buruh migran sampai
Jepang tahun 1942-1944, migrasi pekerja di tingkat desa, yaitu Peraturan Desa.
Indonesia ke luar negeri terus berlangsung Bekerjasama dengan Yayasan TIFA, Japan
(kebanyakan dari Jawa) yang dipaksa bekerja Social Development Fund World Bank, B N P
sebagai romusha di proyek-proyek pembuatan 2 T K I m e m b e n t u k p r o g r a m
jalan kereta api, pelabuhan udara, lapangan pemberdayaan BMP dan keluarganya di d a e
terbang dan konstruksi di Thailand, Burma rahasal,implikasinyaadalah
dan Singapura (Hugo, 1993; Effendi, 1997). Pembentukan Forum Warga Buruh Migran
Setelah kemerdekaan, pekerja Indonesia (FWBM) pada tahun 2011. FWBM ini
beranggotakan pemerintah desa, mantan
62 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015
buruh migran, keluarga buruh migran, dan pelaku utama), sehingga eksistensi
pihak-pihak yang peduli terhadap isu perempuan tidak mendapatkan pengakuan
tersebut. yang layak. Kondisi semacam ini terus
Ada 30 desa yang menjadi anggota berlangsung dalam berbagai bentuk
forum warga buruh migran yang tersebar di diskursus yang dilanggengkan dengan
tiga kecamatan, yaitu Nusawungu, Binangun, berbagai institusi sosial. Akibatnya, ketika
dan Adipala. Lakpesdam NU Cilacap juga ada seorang perempuan dan laki-laki yang
mendampingi 19 Forum Warga (FW) berbasis tidak memenuhi stereotip gender seperti
teritorial (desa dan kecamatan) dan 12 forum yang diinginkan oleh masyarakat, maka
warga berbasis sektoral (pedagang kecil, mereka langsung mendapat label menyalahi
petani organik, peternak, pengrajin, pekebun). kodrat, padahal kodrat dan konsep gender
Saat ini, ada 2 FW berbasis pedagang kecil sama sekali berbeda.
telah memiliki Koperasi Serba Usaha (KSU) Semakin banyaknya perempuan ke
Baitul Mal Watamwil (BMT), seperti BMT luar rumah, sudah selayaknya juga diikuti
EL-Sejahtera Cipari. berbagai perubahan stereotip yang sudah
melekat pada masyarakat tentang sosok
Pandangan BMP terhadap Struktur perempuan. Seharusnya perempuan sudah
Keluarga dan Masyarakat mulai bergeser perannya, tidak hanya pada
sektor domestik tetapi juga mulai merambah
Pemaknaan tentang perempuan selalu pada sektor publik. Pandangan masyarakat
dikonstruksikan secara sosial dalam sudah harus memulai melakukan redefinisi
masyarakat, yaitu mengkontruksikan konsep- tentang sosok perempuan . Dimana
konsep sosial budaya tentang sosok laki-laki perempuan tidak hanya terlibat dalam sektor
dan sosok perempuan, seolah-olah menjadi pertanian, tetapi juga bekerja di pabrik di
keharusan yang terpenuhi oleh k e d u a j e n i kota, sektor perkebunan bahkan menjadi
s k e l a m i n . D i a n t a r a n y a BMP di luar negeri sebagai penata laksana
pengkategorian tentang sifat perempuan dan rumah tangga. Hal ini menunjukkan, bahwa
laki-laki merupakan hasil dari konstruksi perempuan telah merespon langsung
sosial budaya oleh masyarakat tertentu perubahan ekonomi rumah tangga dan
menyangkut apa yang pantas dan apa yang perkembangan aspirasi perempuan. Tetapi
tidak pantas. Di Jawa Tengah, sosok secara sosial posisi mereka masih tetap
perempuan ideal adalah ibu yang baik dan belum bergeser dari konstruksi sosial yang
istri yang baik dan patuh (Berninghausen ada. Namun dalam berbagai kasus yang
dan Kerstan, 1992; Abdullah, 1997). ditemui di Adipala, para BMP mulai
Sedangkan dalam masyarakat, sosok dihargai dalam kehidupan rumah tangga dan
perempuan juga sering dipandang sebagai masyarakatnya. Hal itu juga dipengaruhi,
objek domestikasi (perempuan yang tidak ke setelah keikutsertaan para BMP dalam
luar rumah) dan ideologi familialisme FWBM yang difasilitasi Lakpesdam NU
direproduksi dalam dunia kerja (perempuan Cilacap, bersama Yayasan TIFA dan
dianggap sebagai hanya pelengkap bukan BNP2TKI, Japan Social Development Fund
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 63
serta dibentuknya pula Kelompok Kerja Berdasarkanhasilpenelitia
Bina Keluarga TKI di Cilacap yang n , teridentifikasi bentuk remitansi sosial yang
difasilitasi oleh Bapermas PP, PA, dan KB diperoleh para BMP diatas, yaitu berbagai jenis
Cilacap. pengetahuan (dapat berbahasa Inggris, Arab,
dan Kantonis), dapat mengoperasikan alat-alat
Pemanfataan Remitansi Ekonomi dan rumah tangga modern, pengetahuan mengenai
Sosial Melalui Program Pemberdayaan kesehatan dan gizi, etos kerja disiplin, tepat
waktu dan kerja keras, serta perubahan cara
Pemanfaatan remitansi ekonomi dan pandang (mind set) dalam pendidikan anak,
sosial para BMP di Adipala dipengaruhi kemandirian, pernikahan, relasi gender dalam
oleh: Belajar dari Negara Tujuan BMP keluarga dan
yaitu Taiwan dan Hongkong sebagai negara terbentuknya jaringan sosial karena
tujuan yang memberikan peluang lebih baik keterlibatan beberapa BMP dalam
dibandingkan negara tujuan lainnya dalam organisasi (organisasi advokasi buruh
menumbuhkan remitansi sosial yang migran, keagamaan). Untuk membedakan
diperoleh para BMP. Adanya hak dan antara remitansi ekonomi dan remitansi
kewajiban bagi BMP di Hongkong diatur sosial yang diperoleh para BMP dapat
secara jelas dalam Employment ordinance dilihat dalam gambar dibawah ini:
chapter 57 tersebut membuat BMP
memperoleh hak dan kewajiban sebagai
buruh dengan baik, diantaranya hak untuk
libur pada hari Minggu dan hari besar
lainnya.
Investasi
Barang
Remitansi Peningkatan Status
Ekonomi Konsumsi Sosial Ekonomi
Uang

Kegiatan
Sosial
BMP

Remitansi Struktur Pengetahuan,


Sosial Normatif Pendidikan dan
Ketrampilan
Peningkatan
Sistem Meningkat
Praktik Status Sosial
Mandiri dan Percaya melalui
Diri Pemberdayaan
Kapital
Sosial
Organisasi Sosial
64 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015
Pola pemanfaatan remitansi ekonomi migrasi yang aman seperti memberikan
dan sosial di Kabupaten Cilacap, yaitu P e n pelatihan dari BLKLN Kabupaten Cilacap
g g a l a n g d a n We l a h a n We t a n sebagai tempat pendidikan dan assesments
menunjukkan bahwa beberapa para BMP kompetensi para calon TKI. 3) Bapermas PP,
berhasil menjadi kekuatan bagi mereka PA, dan KB, pihak yang juga berperan dalam
untuk memberdayakan dirinya, baik secara memberdayakan para BMP dan keluarganya m
individu maupun kelompok melalui elaluiKeputusanBupatiNo.465.
program pemberdayaan BMP dan 2 / 1 3 8 / 2 9 / Ta h u n 2 0 1 3 t e n t a n g
keluarganya melalui Forum Warga Buruh Pembentukan Kelompok Bina Keluarga
Migran. Di Desa Penggalang dengan Tenaga Kerja Indonesia di Kabupaten
FWBM Hikmah Langgeng memfokuskan Cilacap. 4) Masyarakat, berperan dalam
kegiatan produksi kesed bahan perca dan memberikan ruang bagi para BMP untuk
makanan/kue, sedangkan Desa Welahan memanfaatkan remitansi ekonomi dan sosial
Wetan Al-Barokah mengelola usaha dengan terbukanya pandangan masyarakat
simpan-pinjam dan pembuatan bakso. awam mengenai TKI. Dan 5) Keluarga adalah
pihak pertama yang memberikan dukungan
Peran Keluarga, Masyarakat dan tersebut, dalam memanfaatkan remitansi yang
Stakeholders dalam Memberdayakan diperolehnya (baik untuk investasi, konsumsi,
BMP pendidikan), dan memberikan motivasi dalam
hal-hal yang teknis (menjaga anak ketika para
Ada beberapa pihak berperan penting BMP melakukan aktivitas pemberdayaan
dalam mengembangkan remitansi ekonomi masyarakat bahkan ikut serta dalam aktivitas
dan sosial yang diperoleh para BMP yaitu tersebut sehingga mendapatkan pengalaman,
Dinsosnakertrans, Bapermas PP, PA, dan KB, pengetahuan baru mengenai permasalahan
keluarga dan masyarakat. Diantaranya: 1) yang dialami para BMP)
Pemerintah daerah dengan komitmen dan
upaya untuk melindungi TKI yang kembali
(dikenal dengan TKI purna) telah Kendala dalam Pemanfaatan Remitansi
dirumuskannya Perda Nomor 7 Tahun 2014 Ekonomi dan Sosial
tentang Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
Kabupaten Cilacap. Sedangkan pemerintah di Berdasarkan hasil penelitian, kendala
tingkat kecamatan dan desa memberikan dalam pemanfaatan remitansi ekonomi dan
pelayanan terhadap calon TKI (persyaratan sosial yang diperoleh BMP diantaranya 1)
dalam dokumen, sosialisasi dalam kegiatan Stigma dalam masyarakat tentang perempuan
pembinaan dan pemantauan, serta pencari nafkah bukan merupakan pantulan
memfasilitasi kegiatan para dinas terkait). 2) dari perubahan ideologi patriarkhi dan
Dinsosnakertrans, pihak yang paling memudarnya ketimpangan gender. Para BMP
bertanggungjawab untuk memberikan bukan hanya dilihat dari mobilitasnya yang
dukungan terhadap para BMP yang kembali memberikan kenaikan pendapatan, melainkan
dengan penyuluhan dan sosialisasi tentang belum merubah relasi gender dan
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 65
bargaining positionnya. 2) Sulitnya otomatis memberikan pengaruh pada BMP
mengelola usaha, menurut hasil FGD Need dalam pengambilan keputusan tetapi
Assessments yang telah dilakukan oleh memberikan pengaruh pada pola hubungan
Lakpesdam NU Cilacap, di Gedung KPN gender. Terkait dengan basis ekonomi yang
Nusawungu tanggal 23 April 2013, diperolehnya tidak berbanding lurus dengan
menyatakan bahwa sulitnya mengelola permasalahan yang dihadapi para BMP,
usaha di bidang pemasaran dan ijin usaha. khususnya permasalahan ketika kembali ke
daerah asal yang menjadi persoalan pelik,
PEMBAHASAN sebab sekembalinya mereka ke daerah asal
bukan semakin baik dalam hal posisi
Te o r i d a l a m p e n e l i t i a n i n i mereka, namun semakin terpuruk dalam hal
menggunakan praktik sosial = (habitus x kondisi perekonomian keluarga. Disebabkan
modal) + ranah menurut Bourdieu(1993), keterbatasan pendidikan yang ditempuhnya
maka akan dianalisis sejauh mana hubungan yang lulusan SD, kurangnya pemahaman
antara agen (individu) dan struktur dengan tentang tujuan bekerja di luar negeri dalam
relasi antara habitus dan ranah yang pemanfaatan remitansi yang diperolehnya
melibatkan modal. Dalam hal ini, habitus sehingga gaya hidup yang berlebih-lebihan
mencakup pengetahuan dan pemahaman dalam menggunakan uang/barang menjadi
seseorang tentang dunia, yang memberikan pola hidup kebanyakan para BMP setelah
kontribusi tersendiri pada realitas dunia. kembali. Serta kurangnya peran dari
Karenanya cara perkembangan, habitus pemerintah (baik ditingkat hulu hingga hilir)
tidak pernah tak berubah baik melalui selaku pihak yang seharusnya melindungi
waktu untuk seorang individu, maupun dari mereka, terkait dengan sumber devisa
satu generasi ke generasi berikutnya. terbesar untuk negara guna pembangunan
Sebagaimana posisi yang terdapat dalam daerah.
berbagai ranah berubah-ubah, demikian Oleh karena itu, yang dilihat dari BMP
juga berbagai disposisi untuk membentuk setelah kembali bukan hanya saja aspek
habitus. Sumber pertama yang membentuk ekonominya tetapi juga perlu melihat aspek
habitus adalah agen-agen yang melakukan lainnya, salah satunya bentuk dari remitansi
sosialisasi, hal ini adalah struktur sosial. Dengan kata lain, habitus secara erat
masyarakat patriarkhi dalam hubungan dihubungkan dengan modal, karena
gender yang selama ini terjadi di dalam sebagian habitus tersebut berperan sebagai
keluarga BMP, dimana suami mendominasi pengganda berbagai jenis modal. Dan pada
sebagai pemegang kekuasaan dalam kenyataannya, habitus menciptakan sebentuk
berbagai aspek. modal (simbolik) di dalam dan dari diri
Fenomena BMP yang terjadi pada mereka sendiri. Dalam hal ini, modal yang
awal 1980-an sedikit banyak telah merubah diperoleh BMP bukan hanya remitansi
pola hubungan yang patriarkhi selama ini, ekonomi, tetapi ada juga remitansi sosial.
yakni nilai pemingitan. Walaupun basis Bentuk remitansi sosial yang diperoleh para
ekonomi yang dimiliki BMP tidak secara BMP, yaitu struktur normatif, sistem praktik,

66 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015


dan kapital sosial, melalui ranah program menegaskan pentingnya remitansi s o
pemberdayaan yang menjadikan mereka sialyangdiperolehnya;2)
lebih berdaya dan mandiri. Pengalaman yang diperolehnya dari
Ranah, sebagai ranah kekuatan dan negara tujuan; 3) Peran Lakpesdam
posisi-posisi dinamis merupakan salah satu NU Cilacap beserta Yayasan Tifa dan
bentuk modal yang diperjuangkan dan ingin BNP2TKI, dengan pendanaan Japan
dicapai para agen dengan berbagai strategi Social Development Fund World
yang dilakukannya. Dengan kata lain, peran Bankdalam program pemberdayaan
agen yaitu Lakpesdam NU Cilacap bersama BMP dan keluarganya di daerah asal,
Yayasan TIFA dan BNP2TKI, Japan Social salah satunya di Desa Penggalang
Development Fund memfasilitasi para BMP dengan FWBM Hikmah Langgeng
yang kembali ke daerah asal untuk dan Desa Welahan Wetan dengan
mengkonstruksi dunia sosial mereka dan FWBM Al-Barokah.
bertindak untuk mempertahankan atau 2) Adanya peran Lakpesdam NU Cilacap
mempertinggi posisi mereka didalamnya diatas, mendorong dinas-dinas terkait
melalui praktik sosial yang dilakukan melalui melindungi TKI khususnya perempuan
programpemberdayaanBMPda di Kabupaten Cilacap, melalui
n keluarganya di daerah asal, dengan perumusanPeraturanDaer
pembentukan Forum Warga Buruh Migran a h Kabupaten Cilacap Nomor 7 Tahun
(FWBM), dirumuskannya Peraturan Daerah 2014 tentang Perlindungan Tenaga
No 7 Tahun 2014 tentang Perlindungan Kerja Indonesia Kabupaten Cilacap,
Tenaga Kerja Indonesia Kabupaten Cilacap dan Keputusan Bupati Cilacap Nomor
dan adanya Keputusan Bupati Nomor 4 6 5 . 2 465.2/138/29/Tahun 2013 tentang P e
/ 1 3 8 / 2 9 / Ta h u n 2 0 1 3 t e n t a n g mbentukanKelompokBin
pembentukan kelompok Bina Keluarga TKI di a Keluarga Tenaga Kerja Indonesia di
Kabupaten Cilacap. Kabupaten Cilacap.
3) Kendala dalam pemanfaatan remitansi
SIMPULAN DAN SARAN ekonomi dan sosial para BMP di
Simpulan: Kabupaten Cilacap, diantaranya
1) Remitansi ekonomi dan sosial yang stigma masyarakat terhadap para
diperoleh para BMP Desa Penggalang BMP belum merubah relasi gender,
dan Welahan Wetan, Kecamatan bargaining positionnya, struktur
Adipala, Kabupaten Cilacap dapat masyarakat yang patriarkhi, serta
dimanfaatkan secara optimal sehingga kurangnya pengetahuan mengenai
menjadikan mereka lebih berdaya bagi pemanfaatan remitansi ekonomi yang
dirinya dan keluarganya, yang tidak berkelanjutan untuk kehidupan
dipengaruhi oleh 1) Negara tujuan masa depan.
BMP Hongkong dan Taiwan yang
memiliki aturan hukum bagi buruh Saran
migran yang jelas sehingga semakin 1) Bagi BMP, tumbuhkan rasa semangat
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 67
dan kesadaran terkait program and Leissure.New York:
pemberdayaan yang diberikan hanya Columbia
agar tidak selalu tergantung terhadap University Press.
bantuan yang diberikan dari dinas- Chant, S & S. Radcliffe. 1992. Migration and
dinas terkait. Development: The Importance of
2) Bagi BNP2TKI dan Dinsosnakertrans Gender. Dalam Gender and Migration
Kabupaten Cilacap, diharapkan in Developing Countries. Ed. S. Chant.
memberikan pembekalan pengetahuan London and New York: Bellhaven
saat di negara tujuan bahkan Press.
sekembalinya ke tanah air dengan
Dewayanti, Ratih. 2010. Penguasaan Tanah,
pengetahuan dalam memanfaatkan
Migrasi Internasional dan Perubahan
remitansi yang diperolehnya.
Pedesaan. dalam Jurnal Analisis
3) Bagi dinas-dinas terkait lainnya perlu
Sosial Vol 15 No 2.
adanya koordinasi yang jelas dalam
meningkatkan kualitas para BMP baik Guest, Philip. 2003. Bridging the Gap:
pada saat pemberangkatan, di negara Internal Migration in Asia. Paper
tujuan dan setelah kembali ke daerah Prepared for Conference on Africa M
asal agar tidak saling tumpang tindih igrationinComparativeP
atas tanggungjawab yang diberikan. erspective.Johannesbur
g . SouthAfrica 4-7 June 2003.
DAFTAR PUSTAKA Goldring, L. 2003. 'Family and Collective
Remittances to Mexico: A Multi-
B i j a k , J a k u b . 2 0 0 6 . F o rc e c a s t Dimensional Typology'. Development
i n g International Migration: & Change, 35(4):799-840.
Selected, Theories, Models, and Haris, Abdul. 2002. Migrasi Internasional dan
Methods. Working Paper. Central Pembangunan: Realitas Ekonomi
European Forum for Migration Politik yang Terabaikan. Dalam Abdul
Research (CEFMR) is a Research Haris dan Nyoman Andika. Dinamika
Partnership of the Foundation for Kependudukan dan Pembangunan di
Population, Migration and Indonesia dari Perspektif Makro Ke
Environment, Institute o f G e o g r a Realitas Mikro. Yogyakarta: LESFI.
p h y a n d S p a t i a l Organization
Hugo, Graeme. 1995. International Labor
of the Polish Academy of Sciences
Migration and Family: Some
and the International Organization
Observation from Indonesia, Asian and
for Migration. Copyright by Central
Pasific Migration Journal 4 (2-3).
European Forum of Migration
Research Warsaw, August 2006 ISSN .......................... 1997. Undocumented
1732-0631 ISBN 83-60462-03-8. International Migration An
Bourdie Pierre. 1993. The Field ofCultural Increasing G l o b a l Tre n d . A d e l
Production: Essays on Art a i d e . T h e University of Adelaide.
68 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015
ILO Jakarta. 2008. Flyer, Combating Forced Pigay, Natalis. 2005. Migrasi Tenaga Kerja
Labour and Trafficking of Indonesian Internasional Sejarah, Fenomena,
Migran Workers. Masalah dan Solusinya. Jakarta:
Keputusan Bupati Cilacap No 465.2/ 138/ Pustaka Sinar Harapan.
29/ Tahun 2013 tentang Pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten Cilacap Nomor
Kelompok Kerja Bina Keluarga 7 Tahun 2014 tentang Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia di Kabupaten Tenaga Kerja Indonesia Kabupaten
Cilacap. Cilacap.
Levitt, P. And Deepak Lamba-Nieves.
2011. Social Remittances Revisited.
Journal of Ethnic and Migratation
Studies. Vol 37. No. 01, pp 1-22.
Lucas, Robert EB. 2005. International M i
grationandEconomic
Development: Lessons from Low-
Income Countries. Almkvist &
Wiksell International Stockholm.
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 69
FIS 42 (1) (2015)

FORUM ILMU SOSIAL


JURNAL
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/FIS
FORUM ILMU SOSIAL

RELEVANSI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MEWUJUDKAN UNIVERSITAS


NEGERI SEMARANG SEBAGAIUNIVERSITAS KONSERVASI

Martien dan Tijan


Dosen Prodi Ilmu Politik Jurusan Politik dan Kewarganegaraan UNNES
Info Artikel Abstrak
Sejarah Artikel
Diterima Mei 2015 Universitas Negeri Semarang sebagai Universitas Konservasi
Disetujui Juni 2015 bercirikan pengembangan keunggulan di bidang Tri Dharma Perguruan
Dipublikasikan Juni 2015 Tinggiberbasis nilai-nilai konservasi yang meliputi sebelas nilai-nilai
karakter konservasi yaitu religius, jujur, cerdas, adil, tanggung jawab,
peduli, toleran, demokratis, cinta tanah air, tangguh, dan santun.Tujuan
Keywords :
penelitian ini adalah:1) mendeskripsikan pelaksanaan pendidikan karakter
relevance, character education, berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi dan konservasi tahun 2012,
conservation university dan 2) mendeskripsikan relevansi pendidikan karakter dalam mewujudkan
Universitas Negeri Semarang sebagai universitas konservasi. Penelitian
ini bersifat evaluatif dan dirancang menggunakan model CIPP (Context,
Input, Process, dan Product). Pedoman dalam menilai kesesuaian
pendidikan karakter di 8 (delapan) fakultas yaitu FIP, FBS, FIS, FMIPA,
FT, FIK, FE, dan FH, menggunakan rentang skor:1) 3,26-4= sangat
relevan, 2) 2,56-3,25= relevan, 3) 1,76-2,55= kurang relevan, dan 4) 1-
1,75= tidak relevan. Melalui pendidikan karakter berbasis konservasi
diharapkan dapat mencetak lulusan yang berkarakter yang akan turut
menyumbang pencapaian visi Universitas Negeri Semarang sebagai
universitas konservasi, yaitu universitas yang memiliki visi mulia untuk
menjaga, memelihara, dan mengembangkan lingkungan hidup dan
budaya. Diharapkan output dan outcome pendidikan di Universitas Negeri
Semarang adalah lulusan yang memiliki keunggulan, sehat, dan mampu
bersaing. Temuan penelitian dapat dikemukakan: 1) visi dan misi yang
dikembangkan mencapai rerata skor 3.68 (sangat relevan), 2) kebijakan
kelembagaan mencapai rerata skor 3,69 (sangat relevan), 3) kurikulum
dengan capaian rerata skor 3,50 (relevan), 4) kegiatan kemahasiswaan
mencapai skor 3,06 (relevan), dan 5) sarana dan prasarana mencapai
rerata skor 3,50 (relevan). Simpulan penelitian, bahwa sebagian besar
komponen telah sangat relevan dalam mewujudkan Universitas Negeri
Semarang sebagai universitas konservasi, kecuali komponen
kemahasiswaan (ekstrakurikuler) dan sarana prasarana yang mencapai
skor kurang dari 3,26. Saran yang dapat direkomendasikan adalah perlu
adanya upaya pendampingan dalam mengintegrasikan nilai-nilai
pendidikan karakter terhadap kegiatan ekstrakurikuler dan pendamping
kemahasiswaan yang ada di tingkat universitas, fakultas maupun jurusan.
Abstract

Semarang State University is a conservation university characterized by the


excellence in Tri Dharma Perguruan Tinggi (three main function of higher

70 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015


education), based on elevan conservation values, they are, religious, honest,
smart, fair, responsible, care, tolerant, democratic, patriotism, tough and
polite. The aim of this research is to: 1) describe the imlementation of
character education based on Conservation and Competence-Based
Curriculum of the 2012; 2) describe the relevance of character education in
building Semarang State University as a conservation university. This is an
evaluative research designed using CIPP (Context, Input, Process, and
Product) Model. The rule in assessing the relevance of character education in
the 8 faculties, they are, FIP, FBS, FIS, FMIPA, FT, FIK, FE, and FH, use the
score of :1) 3,26-4= highly relevant, 2) 2,56-3,25= relevant, 3) 1,76-2,55=
less relevant, dan 4) 1- 1,75= not relevant. Conservation-based character
education is expected to produce graduates with good character that can
contribute to the achivement of the vision of Semarang State University as a
conservation university, that is a university that has a noble vision to keep,
maintain and develop a cultural and natural environment. The output and
outcome of the education in Semarang State University is the graduates that
are prosperous, healthy and competitive. Research findings show that: 1)
vision and mission reach the average score of 3.68 (highly relevant), 2)
institutional policies reach the avergae score of 3,69 (highly relevant), 3)
curriculum reach the average score of 3,50 (relevant), 4) student activities
reach the score of 3,06 (relevant), and 5) facilities reach the average score of
3,50 (relevant). It can be concluded that most components of character
education have been highly relevant in building Semarang State University as
a conservation university, except the component of student (extracurricular)
and facilities that only reach the average score of 3,26. The recommendation
from this research is there is a necessity of assistance in integrating character
education values in the extracurricular activities and student assistance in the
level of university, faculty or department.

2015 Universitas Negeri Semarang

* Alamat korespondensi
martien_herna@yahoo.com
PENDAHULUAN serta bertanggung jawab. Penyelenggaraan
pendidikan bukan hanya sampai pada hasil
Pendidikan merupakan pilar tegaknya lulusan yang cerdas namun lulusanyang
suatu bangsa. Melalui pendidikanlah bangsa mempunyai kontribusi pada pembangunan
akan tegak mampu menjaga martabat. Dalam nasional, baik budaya bangsa Indonesia
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 yang lebih luas untuk mewujudkan daya
tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, saing bangsa Indonesia padadunia
disebutkan Pendidikan nasional berfungsi internasional, sesuai dengan visinya.
mengembangkan kemampuan dan mem- Beragam persoalan dan konflik yang
bentuk watak serta peradaban bangsa yang tidak kunjung selesai melanda bangsa
bermartabat dalam rangka men-cerdaskan Indonesia saat ini menunjukkan, bahwa telah
kehidupan bangsa, bertujuan untuk terjadi pergeseran nilai etika dalam kehidupan
berkembangnya potensi peserta didik agar berbangsa dan bernegara yang disusul dengan
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak budaya bangsa. Setidak-tidaknya terdapat
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, empat krisis yang dihadapi bangsa Indonesia
dan menjadi warga negara yang demokratis (Kusmin 2010).Pertama,
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 71
krisis jatidiri, dimana masyarakat Indonesia pada pendidikan karakter sebagai usaha
tidak lagi mampu mengenali dirinya sebagai membangun karakter bangsa (nation
bangsa. Kedua, krisis ideologi. Pancasila character building).
sebagai ideologi hanya tinggal nama, tidak Salah satu landasan yuridis yang
lagi menjadi ideologi yang hidup dalam mengatur pendidikan karakter di perguruan
perilaku sehari-hari masyarakat Indonesia. tinggi adalah Peraturan Pemerintah Nomor
Pancasila ditinggal dalam pojok sejarah, 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
menurut Machfud MD (2010). Ketiga, krisis Penyelenggaraan Pendidikan, pasal 84 ayat
kepercayaan. Sikap curiga dan meremehkan 2, menyebutkan bahwa perguruan tinggi
orang lain menunjukkan betapa manusia memiliki tujuan membentuk insan yang
Indonesia telah pudar kepercayaannya beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
kepada yang lain. Sikap bandel, sulit diatur, YangMaha Esa, berakhlak mulia, dan
dan menginjak-injak norma yang ada berkepribadian luhur, sehat, berilmu
menunjukkan ketidakpercayaan masyarakat dancakap, kritis, kreatif, inovatif, mandiri,
kepada pemerintah. Keempat, krisis percayadiri, dan berjiwa wirausaha, serta
karakter, dimana ucapan, sikap, dan toleran, pekasosial dan lingkungan,
perilaku masyarakat belum mencerminkan demokrtis danbertanggung jawab. Sebagai
karakter bangsa (Handoyo, dkk., 2010 : 2). komponen penting yang menentukan
Kondisi di atas semakin diperparah oleh kekuatan nasional, karakter nasional atau
terjadinya krisis kebudayaan.Sikap rukun dan bangsa harus dididikkan kepada generasi
hormat sebagai budaya luhur bangsa makin muda.generasi muda sebagai penerus masa
luntur. Berbagai krisis itu telah mendorong depan bangsa perlu mengembangkan nilai-
terjadinya transformasi budaya yang dahsyat. nilai luhur yang menjadi fondasi bagi tegak
Upaya menghadapi trans-formasi budaya berdirinya bangsa Indonesia.Tanpa ada
tersebut adalah dengan menguji kembali upaya internalisasi dan sosialisasi nilai-nilai
premis-premis dan nilai-nilai budaya lama luhur atau karakter, dikhawatirkan para
dan penerimaan baru terhadap nilai-nilai yang generasi muda tidak memiliki landasan
telah ditinggalkan atau yang baru berlangsung yang kokoh dalam membangun negeri ini
yang masih memiliki daya guna. Strategi yang melalui pendidikan karakter.
paling tepat untuk menghadapi hal tersebut Sejalan dengan upaya mengembang-
adalah pendidikan. Lembaga pendidikan tidak kan pendidikan karakter di perguruan tinggi,
hanya mentransfer pengetahuan, melainkan Universitas Negeri Semarang (UNNES) sejak
menghimpun proses berpikir dengan akhlak tahun 2005 mendeklarasikan visi Sehat,
mulia. Oleh karena itu, tepat kiranya jika Unggul, Sejahtera atau lazim disebut
diupayakan pemulihan kembali nilai-nilai Universitas Negeri Semarang Sutera. Unsur
yang telah diajarkan oleh para pendiri bangsa, mendasar padavisi ini terkait dengan
sekaligus dimulainya kembali agenda rekomendasi Lubchenco (1998) adalah aspek
berkelanjutan untuk menyelenggarakan Sejahtera. Aspek ini mengandung
lembaga pendidikan dengan menekankan pandangan bahwa seluruh kebijakan dan
karya UNNES di orientasikan bukan saja
72 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015
pada pertumbuhan kesejahteraan komponen tahap perencanan pengembangannya.
internal,lebih dari itu juga pada pertumbuhan Melalui penumbuhan karakter inilah
kesejahteraan dan maslahat umat manusia diharapkan memberi sumbangan yang nyata
(Wahyudin & Sugiharto, 2010). Menyusul terhadap pengembangan jati diri bangsa dan
introduksi visi tersebut, pada tahun 2010 menjadi bangsa yang bermartabat di tengah
dicanangkan pula komitmen baru sebagai percaturan dunia global. Unnes memiliki
perwujudan aspek kesejahteraan tersebut, sebelas nilai-nilai karakter konservasi yaitu
yaitu komitmen pada konservasi. Melalui religius, jujur, cerdas, adil, tanggung jawab,
komitmen mendeklarasikan diri sebagai peduli, toleran, demokratis, cinta tanah air,
Universitas Konservasi, yang dimaknai tangguh, dan santun (Kurikulum tahun
sebagai tekad untuk melaksanakan Tri 2012). Diharapkan melalui penelitian ini,
Dharma Perguruan tinggi selaras dengan dapat diketahui sejauh mana sebelas nilai-
prinsip-prinsip dasar konservasi yaitu, nilai karakter konservasi yang dicanangkan
keseimbangan,pemeliharaan,da UNNES telah diaplikasikan oleh civitas
n pelestarian. Nilai-nilai inilah yang selama ini akedemika guna menunjang sebagai
hilang dalam komitmen pengembangan ilmu Universitas konservasi.
pengetahuan dan teknologi, sehingga
melahirkan konsekuensi-konsekuensi yang METODE PENELITIAN
tidak pernah diramalkan dan diharapkan
muncul pada saat invensi ilmu pengetahuan Penelitian ini bersifat evaluatif dan
dan teknolog berlangsung. dirancang menggunakan model CIPP
Sebagai universitas konservasi, (Context, Input, Process, dan Product) ( S t
mendirikan sosok lulusan yang memiliki u ff l e b e a m 2 0 0 7 d a l a m M a d a u s
tanggung jawab untuk ikut menyelesaikan 1983:117). Digunakan Analisis Konteks
berbagai permasalahan akibat ketertinggalan untuk memperjelas pelaksanaan pendidikan
bangsa, mempunyai daya saing ditingkat karakter bangsa di perguruan tinggi, seperti
internasional yang berwawasan konservasi. strategi/model yang dikembangkan, dosen
Pengembangan keunggulan di bidang Tri dan tenaga kependidikan yang meng-
Dharma Perguruan Tinggi, berbasis nilai-nilai integrasikan pelaksanaan pendidikan
konservasi akan memberi warna pada kiprah karakter. Sampel penelitian diambil secara
pengembangan UNNES di tengah dunia purposive sampling dengan memperhatikan
global. Basis nilai-nilai konservasi akan tugas pokok dan pimpinan fakultas,
menjadi dasar kesadaran tetap berakar, pimpinan pimpinan jurusan, dosen, dan
memelihara dan mengembangkan jati tenaga kependidikan serta jabatan dalam
diribangsa untuk mengangkat peradaban organisasi kemahasiswaan dan jenjang
bangsa di tingkat global. Sebagai universitas semester bagi mahasiswa. Berdasarkan
yang mengangkat nilai-nilai konservasi, kriteria tersebut unit kerja yang dijadikan
makastrategi penyelenggaraan pendidikan uji coba instrumen mencakupi 8 (delapan)
yang berorientasi pada penumbuhan karakter fakultas yang ada di Universitas Negeri
bangsa menjadi strategi utama pada tiap Semarang. Jumlah sampel yang dijadikan
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 73
responden di setiap fakultas sebanyak 10 triangulasi data. Langkah akhir yang
responden, meliputi dosen, tenaga dilakukan adalah menata sekuensi atau
kependidikan, dan mahasiswa yang menjadi urutan penelaahan untuk menentukan
responden terdistribusi secara merata untuk kesimpulan hasil penelitian. Analisis data
setiap unit kerja. yang dilakukan melalui mekanisme yang
Variabel penelitian meliputi: 1) model selalu terkait antara pengumpulan data dan
pendidikan karakter di Universitas Negeri mengkategorikan data dengan mereduksi
Semarang, 2) kurikulum yang berbasis data. Dari hasil pengumpulan data tersebut
kompetensi dan konservasi tahun 2012, 3) diolah dan diambil pengertian-pengertian
iklim pendukung pelaksanaan pendidikan, 4) yang lebih komprehensif dan mendalam
kebijakan Universitas Negeri Semarang untuk diambil sebuah kesimpulan.
berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan
karakter, dan 5) pelaksanaan pengintegrasian HASIL DAN PEMBAHASAN
pendidikan karakter bangsa pada kegiatan
pembelajaran. Teknik analisis data yang Berdasarkan hasil penelitian Handoyo,
digunakan adalah model analisis interaksi dkk (2010), model pendidikan karakter yang
yang dilakukan oleh Strauss (2007:100), yaitu dikembangkan di Universitas Negeri
menghubungkan antara kategori dengan Semarang adalah Pendidikan Karakter
subkategori untuk kemudian dicari pola- berbasis Konservasi (PKK). Pendidikan
polanya. Adapun langkah langkah yang Karakter berbasis konservasi adalah upaya
digunakan dalam analisis ini adalah reduksi pendidikan untuk menyemaikan dan
data, penyajian data, dan verifikasi data mengembangkan nilai-nilai religius, jujur,
(Sugiyono 2005:92). Adapun tahapan analisis peduli, toleran, demokratis, santun, cerdas,
yang digunakan dengan dua tahap, yaitu pada dan tangguh ke dalam diri mahasiswa dengan
saat penelitian berlangsung dengan mencoba maksud agar mereka mampu menjadi agen
mengumpulkan data sekaligus mencoba masyarakat yang sehat, unggul, dan
mengkaitkan antara temuan satu dengan kompetitif. Diharapkan output dan outcome
temuan yang lain atau menganalisis informasi pendidikan lulusan yang memiliki ke-
yang diterima pada saat pengumpulan data unggulan, sehat, dan mampu bersaing.
ketika masih berada di lokasi penelitian. Kegiatan pembelajaran yang lebih banyak
Analisis tahap kedua dilakukan setelah selesai memberikan peluang kebebasan berpikir
dari lapangan dan terfokus pada kepada mahasiswa, mendorong mereka lebih
permasalahan penelitian, hal ini merupakan demokratis dalam bergaul dan menyampai-
akhir dari penelitian sekaligus u n t u k m e n kan pandangan kepada sesama mahasiswa,
a r i k k e s i m p u l a n s e c a r a dosen, dan tenaga administrasi.
komprehensif. Adapun langkah-langkah Relevansi pendidikan karakter dalam
untuk analisis akhir ini adalah dengan mewujudkan konservasi dalam penelitian ini
membuat kategori-kategori masalah berkaitan dengan komponen-komponen yang
berdasarkan hasil wawancara, pengamatan mencakupi: 1) komponen visi dan misi, 2)
maupun temuan - temuan dari hasil kelembagaan, 3) kurikulum, 4) kegiatan
74 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015
kemahasiswaan, serta5) sarana dan bahwa 8 (delapan) fakultas yang menjadi
prasarana.Kesiapan dimaksud berkenaan objek penelitian yaitu FIP, FBS, FIS, FMIPA,
dengan indikator kinerja dosen dan pimpinan FT, FIK, FE, dan FH telah mampu
yang telah dilakukan untuk melaksanakan merumuskan visi dan misi yang sangat sesuai
pendidikan karakter dalam kegiatan dengan nilai-nilai pendidikan karakter yang
pembelajaran.Indikator yang digunakan sangat relevan dalam mewujudkan sebagai
sebagai pedoman dalam menilai kesesuaian universitas konservasi. Fenomena ini
pendidikan karakter dalam mewujudkan memberikan bukti, bahwa prinsip-prinsip
Universitas Konservasi menggunakan rentang pendidikan karakter telah terangkum dalam
skor sebagai berikut:10 sangat relevan (3,26 rumusan visi dan misi yang meliputi: k e s e s
-4), relevan (2,56-3,25), kurang relevan uaian,konkret,proporsional,
(1,76-2,55), dan tidak relevan (1-1,75). kontekstual, dan multikonteks, dan terpadu.
Relevansi pendidikan karakter dalam Hal ini ditunjukkan dengan rerata skor visi
mewujudkan Universitas Negeri Semarang dan misi 8 (delapan) fakultas, yakni mencapai
sebagai universitas konservasi tidak terlepas 3,68dalammengimplementasik
dari visi dan misi yang dirumuskan oleh 8 a n pendidikan karakter sangat relevan dalam
(delapan) fakultas dan program pasca sarjana. mewujudkan Universitas Negeri Semarang
Visi dan misi yang dirumuskan akan menjadi sebagai universitas konservasi.
pedoman dalam mempersiapkan k e b i j a k a Berdasarkan data di lapangan tentang
n k e l e m b a g a a n , d o k u m e n kesiapan kelembagaan di 8 (delapan)
kurikulum, proses pembelajaran, revitalisasi fakultas dalam mewujudkan diperoleh rerata
kegiatan kemahasiswaan (ekstrakurikuler), skor 3,69. Skor yang dicapai tersebut me-
peningkatan kapasitas pendamping nunjukkan bahwa komponen kesiapan
kemahasiswaan, kegiatan rutin, pembiasaan, kelembagaan dalam melaksanakan pen-
dan keletadanan, kegiatan terprogram, serta didikan karakter sangat relevan. Semua
pengelolaan sarana dan prasarana. fakultas menunjukkan skor sangat relevan
Temuan penelitian tentang kesesuaian ditunjukkan oleh tabel 1 berikut ini.
visi dan misi yang dikembangkan Universitas Berdasarkan data di atas, total skor
Negeri Semarang menunjukkan,
Tabel 1. Relevansi Pendidikan Karakter terhadap Pewujudan Universitas Negeri Semarang sebagai
Universitas Konservasi
Fakultas Karakter Konservasi Total
Visi Misi Kebijakan Kurikulum Kegiatan Sarana dan Skor
Kemahasiswaan Prasarana
IP 3,65 3,64 3,54 3,02 3,50 17,35
BS 3,67 3,67 3,58 3,20 3,60 17,72
IS 3,70 3,70 3,46 3,10 3,45 17,41
IPA 3,70 3,67 3,63 3,06 3,60 17,66
Teknik 3,68 3,73 3,53 3,03 3,50 17,52
Olah Raga 3,67 3,76 3,42 3,05 3,55 17,45
Ekonomi 3,69 3,73 3,43 3,03 3,60 17,48
Hukum 3,67 3,64 3,46 3,04 3,67 17,48
Total 3,68 3,69 3,50 3,06 3,56 17,49
Sumber: Data diolah tahun 2015.

Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 75


yang menggambarkan relevansi pendidikan berikut ini.
karakter dalam mewujudkan universitas
konservasi dapat dilihat dalam Gambar 1

3,5 3,68 Visi dan Misi

Kebijakan
3,06 kelembagaan
3,69 Kurikulum
3,5 Kegiatan
kemahasiswaan
Sarana dan
Prasarana

Sumber: Data diolah berdasarkan data penelitian tahun 2015


Gambar 1. Hasil Perhitungan Relevansi Pendidikan Karakter
Kebijakan kelembagaan sangat relevan karakter dan setia pada nilai dasar yang
dalam mewujudkan dengan mengacu pada sama, 9) adanya pembagian kepemimpinan
prinsip-prinsip: 1) mempromosikan nilai-nilai moral dan dukungan luas dalam
dasar etika sebagai basis karakter, 2) membangun inisiatif pendidikan karakter,
mengidentifikasi karakter secara kom- 10) mem-fungsikan keluarga dan anggota
prehensif supaya mencakup pemikiran, masyarakat sebagai mitra dalam usaha
perasaan dan perilaku, 3) menggunakan usaha membangun karakter, dan 11)
pendekatan yang tajam, proaktif, dan efektif mengevaluasi karakter civitas akademika.
untuk membangun karakter, 4) menciptakan Kebijakan kelembagaan juga telah
komunitas yang memiliki kepedulian, 5) menunjukkan pengelolaan yang memadai
memberi kesempatan kepada mahasiswa yang mencakup unsur-unsur pendidikan
untuk menunjukkan perilaku yang baik, 6) karakter yang meliputi: 1) nilai-nilai
memiliki cakupan terhadap kurikulum yang karakter kompetensi lulusan, 2) muatan
bermakna dan menantang yang menghargai kurikulum nilai-nilai karakter, 3) nilai-nilai
semua mahasiswa, membangun karakter, dan karakter dalam pembelajaran, 4) nilai-nilai
membantu mahasiswa sukses, 7) mengusaha- karakter pendidik dan tenaga kependidikan,
kan tumbuhnya motivasi diri pada dan 5) nilai-nilai karakter pembinaan
mahasiswa, 8) memfungsikan seluruh civitas mahasiswa. Melalui kesiapan kelembagaan
akademika sebagai komunitas moral yang ini, diharapkan akan membantu mahasiswa
berbagi tanggung jawab untuk pendidikan untuk mengembangkan kemampuannya
76 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015
untuk meraih kesuksesan setelah terjun ke dengan segala konsekuensinya; dan
masyarakat. melakukan suatu pekerjaan dan aktivitas yang
Kurikulum merujuk pada 2 (dua) hasilnya dipasrahkan kepada Tuhan Yang
komponen, yaitu: pertama, kesiapan Maha Kuasa, 2) jujur adalah berperilaku
dokumen kurukulum dalam mendukung sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma
Universitas Negeri Semarang sebagai kebenaran dalam segala aspek kehidupan;
universitas konservasi. Rerata skor yang berani membela kebenaran secara objektif
dicapai adalah 3,50. Skor tertinggi dicapai sesuai dengan harkat dan martabat manusia;
FMIPA (3,68), disusul FBS (3,58) dan FIP berani mengatakan yang benar dan tidak
dan FT (3,54), FH dan FIS (3,46). Kedua, p lazim; melaksanakan janji secara konsisten
rosespembelajaranyangmeng dan konsekuen; dan berani mencela
- implementasikan pendidikan karakter. kebohongan dan kecurangan, 3) cerdas dapat
Data hasil penelitian menunjukkan sudah dinilai dengan cara bagaimana seseorang itu
sangat relevan dilihat dari aspek kesesuaian dapat berpikir logis sesuai dengan konsep
dengan pendidikan karakter rata-rata ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan/atau
mencapai 3,54. Skor tertinggi dicapai olahraga; menemukan kebenaran secara logis
FMIPA (3,62), disusul FIS, FH (3,56) dan dan metodologis; memecahkan masalah
FIP (3,53). Berdasarkan data di atas, secara secara tepat dan akurat berdasarkan data
umum dilihat dari proses pembelajaran empiris; kreatif dalam mengembangkan
Universitas Negeri Semarang menunjukkan model atau cara-cara yang baru; dan
hasil sangat relevan dalam melaksanakan menemukan solusi secara cepat berdasarkan
pendidikan karakter. pemikiran yang logis, 4) adil adalah sikap
Fenomena ini dapat diketahui, bahwa atau perilaku sesuai dengan harkat dan
kurikulum yang digunakan di Universitas martabat manusia;berperilaku seimbang,
Negeri Semarang adalahKurikulum 2012 serasi, dan selaras dalam hubungan dengan
Berbasis Kompetensi dan Konservasi manusia dan lingkungan; tidak sewenang -
mengungkapkan bahwa ada 11 nilai-nilai wenang dan tidak diskriminatif terhadap
karakter konservasi, diantaranya religius, orang lain;tidak membeda-bedakan hak orang
jujur, cerdas, adil, tanggung jawab, peduli, yang satu dengan yang lain; dan berperilaku
toleran, demokratis, cinta tanah air, tangguh, objektif dan proporsional dalam
dan santun. Nilai-nilai tersebut apabila menyelesaikan masalah, 5) tanggung jawab,
dijabarkan adalah: 1) religius adalah meliputi selalu b e k e r j a s e s u a i d e n g a
menyakini kebenaran agama atau ke- n h a k d a n kewajibannya; bekerja secara
percayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa; tulus dan ikhlas; dapat mengemban
menjalankan ajaran agama sesuai dengan kepercayaan dari orang lain; mengakui
keyakinan masing-masing; menghargai kesalahan atau kekurangan dirinya sendiri;
perbedaan agama atau kepercayaan kepada dan mengakui kelebihan orang lain, 6) peduli
Tuhan Yang Maha Esa; memiliki jiwa adalah sikap atau perilaku yang peka terhadap
amanah (tulus, ikhlas, dan dapat dipercaya) kesulitan orang lain; peka terhadap kerusakan
dalam menerima dan melaksanakan tugas
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 77
lingkungan fisik; peka terhadap berbagai implementasi karakter oleh civitas
perilaku menyimpang; peka terhadap akademika yang pada akhirnya dapat
kebutuhan dan tuntutan masyarakat yang mewujudkan Universitas Negeri Semarang
dinamis;dan peka terhadap perubahan pola- sebagai universitas konservasi.
pola kehidupan sosial, 7) toleran dapat Penelitian ini juga mengeksplor,
diwujudkan jika seseorang sudah dapat tentangkomponenpembinaank
mengakui perbedaan agama dan kepercayaan e - mahasiswaan yang merupakan salah satu
kepada Tuhan Yang Maha Esa; mengakui faktor penentu dalam mewujudkan
perbedaan ras, etnis, gender, status sosial, dan Universitas Negeri Semarang sebagai
budaya; mendahulukan kepentingan dan hak universitas konservasi . Pembinaan
orang lain; menjaga perasaan orang lain; dan kemahasiswaan ini meliputi: pertama,
menolong atau membantu kesulitan orang revitalisasi kegiatan kemahasiswaan
lain, 8) demokratis adalah sikap atau perilaku (ekstrakurikuler) dalam melaksanakan
mengakui persamaan hak; mampu, 9)menjaga pendidikan karakter. Berdasarkan data di
keseimbangan antara hak dan kewajiban; lapangan, 8 (delapan) fakultas menunjukkan
mengutamakan musyawarah untuk mufakat; skor relevan. Dalam penelitian ini rerata skor
menghargai perbedaan atau keragaman; dan adalah 3,06. Skor tertinggi dicapai FBS (3,2),
mematuhi aturan permainan, 10) cinta tanah disusul FMIPA (3,06), FIS (3,1), FIK (3,05),
air adalah sikap atau perilaku berani membela FE (3,04), FT dan FH (3,03) dan FIP (3,02).
kepentingan bangsa dan negara; berjiwa Berdasarkan data di atas, secara umum dilihat
patriot; mencintai budaya nasional; berani dari kesesuaian peningkatan kapasitas
membela martabat bangsa dan negara; Pembina di lingkungan Universitas Negeri
mencintai produk dalam negeri; dan Semarang yang diteliti menunjukkan hasil
memelihara lingkungan hidup, 11) tangguh relevan dalam mewujudkan konservasi.
adalah sikap atau perilaku pantang menyerah Kondisi di atas belum dapat dikatakan
dalam menghadapi kesulitan; bersemangat memuaskan, karena belum mencapai skor
untuk mencapai hasil kerja optimal; tidak maksimal atau sangat relevan. Kegiatan
mudah terprovokasi oleh isu-isu yang tidak pembinaan kemahasiswaan ini memiliki f u
akurat; dapat bekerja di bawah ngsiurgensiyaitu:1)fungsi
tekanan;percaya pada kemampuan diri pengembangan. Melalui pengembangan ini,
sendiri; dan mampu menaklukkan tantangan mahasiswa difasilitasi agar dapat me-
yang dihadapi, dan 12) santun adalah sikap ngembangkan kemampuan dan kreatifitas-
atau perilaku rendah hati dalam pergaulan nya sesuai dengan potensi, bakat, dan minat
antar sesama;berbicara dengan bahasa yang yang dimiliki, 2) fungsi sosial, yaitu fungsi
baik dan benar; berperilaku sesuai dengan kegiatan pembinaan kemahasiswaan untuk
nilai-nilai moral; selalu respek kepada orang mengembangkan kemampuan dan rasa
lain; mengutamakan keharmonisan dalam tanggung jawab sosial mahasiswa, 3) fungsi
pergaulan dengan sesama; dan berperilaku rekreatif, yaitu fungsi pembinaan ke-
sesuai adat istiadat masyarakat beradab. mahasiswaan untuk mengembangkan
Penelitian ini menitikberatkan pada suasana menggembirakan, dan menyenang-

78 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015


kan bagai mahasiswa untuk menunjang ketersediaan dan pengelolaan sarana dan
proses pengembangan, dan 4) fungsi prasarana dalam pelaksanaan pendidikan
persiapan karier, yaitu fungsi kegiatan karakter dalam relevansinya menuju
pembinaan kemahasiswaan untuk me- universitas konservasi. Berdasarkan temuan
ngembangkan kamajuan karier mahasiswa. penelitian dapat dilaporkan bahwa sarana
Kedua, peningkatan kapasitas dan prasarana telah sangat sesuai dengan
pendamping kemahasiswaan dalam pelaksanaan pendidikan karakter guna
pelaksanaan pendidikan karakter, data hasil mewujudkan universitas konservasi. Hal ini
penelitian menunjukkan skor rata-rata 3,11. dapat diketahui dari capaian sebesar 3,32.
Dengan demikian dilihat dari kesesuaian Skor tertinggi dicapai FH (3,67), FBS,
kapasitas pendamping kemahasiswaan FMIPA, FE (3,60) , FIK (3,55), FIP dan FT
dalam pelaksanaan pendidikan karakter (3,5), dan FIS (3,45).
sudah sangat relevan.Skor tertinggi dicapai Berdasarkan uraian diatas, maka secara
FIK 3,2, disusul FIP, FMIPA, dan FIK keseluruhan 8 (delapan) fakultas telah
(3,17), dan FBS dan FH (3,08), disusul FT melaksanakan pendidikan karakter yang
(3,01). mendukung terwujudnya universitas
Dalam hal pengembangan kegiatan konservasi berdasarkan: 1) perumusan visi
pembinaan kemahasiswaan terdapat 2 (dua) dan misi. Visi dan misi yang dirumuskan telah
hal yang dapat dikemukakan dalam penelitian memenuhi prinsipkesesuaian, konkret,
ini, pertama, kegiatan rutin, pembiasaan, dan proporsional, kontekstual, multikonteks, dan
keteladanan di 8 (delapan) fakultas yang ada terpadu, 2) kebijakan kelembagaan.
menunjukkan rerata skor 3.32. Skor tertinggi Kebijakan kelembagaantelah menunjukkan
dicapai FIS (3,50), FE dan FBS (3,39), FT pengelolaan yang memadai yang mencakup
(3,33), FIP dan FIK (3,28), FH (3,22), dan unsur-unsur pendidikan karakter yang
FMIPA (3,11). Kedua, kegiatan terprogram meliputi nilai-nilai karakter kompetensi
dalam pelaksanaan pendidikan karakter guna lulusan, muatan kurikulum nilai-nilai
mewujudkan universitas konservasi.Data karakter, nilai-nilai karakter dalam pem-
hasil penelitian menunjukkan, bahwa temuan belajaran, nilai-nilai karakter pendidik dan
penelitian dapat dilaporkan bahwa kegiatan tenaga kependidikan, dan nilai-nilai karakter
terprogram telah sangat sesuai dengan pembinaan mahasiswa, 3) penyusunan
pelaksanaan pendidikan karakter dalam kurikulum mendasarkan diri pada 11 nilai-
mewujudkan universitas konservasi. Hal ini nilai karakter konservasi, yaitu religius, jujur,
dapat diketahui dari capaian sebesar 3,32. cerdas, adil, tanggung jawab, peduli, toleran,
Skor tertinggi dicapai FMIPA, disusul FIS demokratis, cinta tanah air, tangguh, dan
(3,78), FE (3,77), FIP (3,73), FBS (3,72), FH santun, 4) kegiatan kemahasiswaan yang
(3,68) dan FT (3,56) dan FBS (3,39), FT mendukung terwujudnya universitas
(3,33), FIP dan FIK (3,28), FH FMIPA (3,11). konservasi dilaksanakan melalui kegiatan
Komponen terakhir yang menjadi rutin, pembiasaan, dan keteladanan, dan 5)
fokus dalam penelitian ini adalah ketersediaan sarana dan prasarana, antara lain
yang menunjang proses pembelajaran
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 79
dan kegiatan kemahasiswaan seperti 3.56 (sangat relevan). Berarti secara umum
perangkat pembelajaran, sarana TI (Teknologi seluruh civitas akademika Universitas
Informasi), ruang kelas, perpustakaan, aula, Negeri Semarang telah sangat siap dalam
mushola, lapangan olahraga, dan tempat melaksanakan pendidikan karakter guna
parkir.Berkaitan dengan konservasi mewujudkan Universitas Negeri Semarang
lingkungan, visi konservasi menjadi model sebagai Universitas konservasi.
inspirasi bagi warganya untuk memiliki
komitmen dan kebiasaan menjaga dan DAFTAR PUSTAKA
merawat lingkungan kampus agar tampak
indah dan asri.Dalam hal budaya, warga Handoyo, Eko dan Tijan. 2010. Pendidikan
Universitas Negeri Semarang diharapkan Karakter Berbasis Konservasi di
lebih mencintai dan mengapresiasi budaya Universitas Negeri Semarang .
sendiri (seni tari, seni musik, seni lukis, Semarang: Penerbit Cipta Prima
kebiasaan, tradisi, kearifan lokal, dan lain- Nusantara.
lain). Konservasi budaya juga bermakna Susanti, Martien Herna.2014. Model
bahwa warga mampu menjaga lisan, sikap, Pengembangan Kurikulum Prodi Ilmu
dan perbuatan warga kampus berdasarkan Politik Berbasis Etika Politik dan P e n
etika kehidupan kampus dan nilai-nilai luhur guatanInstitusiLokaldi
budaya bangsa. Pendidikan karakter berbasis Universitas Negeri Semarang. Laporan
konservasi ini, pada gilirannya akan Penelitian. Semarang: LP2M UNNES.
melahirkan insan ber-karakter yang mampu
Miles, M.B. & Huberman, A.H. 1988.
membangun diri, masyarakat, bangsa, dan
Qualitative Data Analysis : Source-
negaranya secara berkelanjutan.
book of a New Method.
Beverly Hills : Sage Publications
SIMPULAN Kemdiknas. 2010. Disain Induk Pendidikan
Karakter. Jakarta: Kemendiknas.
Pelaksanaan pendidikan karakter di
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian
Universitas Negeri Semarang di 8 (delapan)
Administrasi. Bandung: Alfabeta.
fakultas yaitu Fakultas Ilmu Pendidikan,
Bahasa dan Seni, Ilmu Sosial, Matematika Corbin, J., & Strauss, A. (2007). Basics of
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Tenik, Ilmu qualitative research: Techniques and
Keolahragaan, Ekonomi, dan Hukum procedures for developing grounded
menunjukkan, bahwa rerata skor visi dan theory (3rded.). Thousand Oaks, CA:
misi mencapai 3.68 (sangat relevan), rerata Sage.
kebijakan kelembagaan mencapai rerata Wahyudin, Agus dan DYP Sugiharto. 2010.
skor 3.69 (sangat relevan), rerata dokumen Unnes Sutera: Pergulatan Pikir
kurikulum skor 3.50 (sangat relevan), Sudijono Sastroatmodjo Membangun
kegiatan kemahasiswaan rerata skor (3,06), Universitas Sehat, Unggul, dan
dan sarana dan prasarana mencapai rerata Sejahtera. Semarang: Unnes Press.
80 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015
FIS 42 (1) (2015)

FORUM ILMU SOSIAL


JURNAL
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/FIS
FORUM ILMU SOSIAL

IMPLEMENTASI TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT) BERBANTUAN MEDIA


KARTU 4-1 UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL
DAN HASIL BELAJAR IPS PESERTA DIDIK KELAS IX F
DI SMPN 1 KANDEMAN BATANG 2014/2015
Wulan Dwi Aryani, M.Pd
SMP N 1 Kandeman-Batang

Info Artikel Abstrak

Sejarah Artikel
Diterima Mei 2015 Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui implementasi Teams
Disetujui Juni 2015 Games Tournaments (TGT) berbantuan media kartu 4-1, (2)
Dipublikasikan Juni 2015 meningkatkan keterampilan sosial peserta didik (3) meningkatkan hasil
belajar IPS peserta didik kelas IX F SMPN 1 Kandeman Batang dengan
Keywords : implementasi TGT berbantuan media kartu 4-1.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, menggunakan
learning model, Teams Games
desain spiral Kemmis & Taggart. Subjek penelitian adalah 37 peserta
Tournaments (TGT), social skills, didik kelas IX F SMP Negeri 1 Kandeman Batang pada semester genap
card media 4-1 ,learning outcome. tahun ajaran 2014/2015. Penelitian terdiri atas dua siklus masing-masing
siklus terdapat dua kali pertemuan. Setiap siklus menggunakan empat
tahap yaitu: perencanaan, pelaksaaan tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Tindakan dalam siklus I menggunakan media kartu 4-1 dengan materi
unsur-unsur geografis dan penduduk di kawasan Asia Tenggara, dan
siklus II menggunakan media kartu 4-1 dengan materi pembagian
permukaan bumi atas benua dan samudera. Penelitian dilaksanakan bulan
Januari s.d Maret 2015. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah: (1) observasi, (2) wawancara, (3) tes hasil belajar,
(4) dokumentasi, dan (5) catatan lapangan, sedangkan instrumen yang
digunakan adalah (1) pedoman observasi guru dan peserta didik, (2)
pedoman wawancara peserta didik, (3) soal tes hasil belajar, dan (4) jurnal
harian. Analisis data mengunakan analisis kuantitatif.
Hasil penelitian adalah sebagai berikut. (1) Model pembelajaran
kooperatif TGT berbantuan media kartu 4-1 dapat diimplementasikan pada
pembelajaran IPS kelas IX F di SMP N 1 Kandeman Batang, ada peningkatan
rata-rata dari enam tahapan TGT, pada siklus 1 rerata 68,75 (baik) dan siklus
II rerata 85 (sangat baik) (2) Ada peningkatan rata-rata dari sepuluh indikator
amatan keterampilan sosial peserta didik, pada siklus I rerata skor 51,30
(terampil) dan siklus II rerata skor 76,80 (sangat terampil). (3) Ada
peningkatan ketuntasan hasil belajar IPS peserta didik, pada siklus I
ketuntasan belajar 72,97% dengan rerata nilai 74,86, dan siklus II 86,49%
dengan rerata nilai 85. Dengan Implementasi Teams Games Tournament
berbantuan media kartu 4-1 di setiap siklusnya terdapat enam peningkatan
keterampilan sosial yang menonjol secara rangking yaitu: menyampaikan
pendapat sesuai dengan substansi persoalan yang sedang dibahas,
menyampaikan pendapat dengan bahasa dapat dipahami peserta
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 81
didik lain, menyampaikan pendapat dengan baik dan santun, memberikan
pendapat dalam menyelesaikan berbagai masalah kelompok, menerima
pendapat anggota kelompok sepanjang relevan dengan persoalan yang
dibahas, menjaga ketenangan ketika pembentukan kelompok berlangsung.
Dengan demikian Implementasi Teams Games Tournament berbantuan
media kartu 4-1 dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik secara komprehensif.

Abstract

This research aims to: (1) know the implementation of Teams Games
Tournaments (TGT) Assisted by Card 4-1, (2) improve student social skills
(3) increase social sciences learning outcome of IX F graders at SMPN 1
Kandeman Batang with the implementation of TGT Assisted by Card 4-1.
This is a class action research using the spiral design of Kemmis &
Taggart. Research subject is 37 students of IX F graders of SMP Negeri 1
Kandeman Batang in genap semester academic year of 2014/2015. There are
2 cycles in this research, each of which consists of two meetings. Each cycle
uses 4 stages, they are: planning, implementation, observation and
reflection. The action in cycle 1 uses card 4-1 with the materials of
geographical elements and population in South East Asia. Cycle 2 uses card
4-1 with the material of earth surface division as continent and ocean. The
research is conducted from January to March 2015. Data collecting
technique used in this research is: (1) observation, (2) interview, (3) learning
outcome test, (4) documentation, and (5)field note. The instrument used is
(1) observation guidance for teacher and students, (2) interview guidance
for students, (3) exercise sheet for learning outcome test, and (4) daily
journal. Data analysiss uses qualitative analysis.
The results of the research are: (1) The cooperative TGT Assisted by
Card 4-1 learning model can be implemented in social sciences learning of IX
F graders at SMP N 1 Kandeman Batang, there is average increase from 6
cycles of TGT, the average score of cycle I is 68,75 (good) and cycle II is 85
(very good) (2) there is average increase of 10 indicators of student social
skills, the average score of cycle I is 51,30 (skilled), cycle II is 76,80 (hihgly
skilled). (3) there is an increase in the result of students' social sciences
learning, learning mastery at cycle I is 72,97% with the average score of
74,86, cycle II is 86,49% with the average value of 85. With the
implementation of Teams Games Tournament Assisted by Card 4-1 in each
cycle, there is a significant increase in social skills, that is, giving opinion on
some topic being discussed, giving opinion with the language that can be
understood by other students, giving opinion well and politely, giving opinion
in solving group problems, accepting other member's opinion as long as
relevant with the topic being discussed, keep the peace of group forming.
Thus, the implementation of Teams Games Tournament Assisted by Card 4-1
in social sciences learning can comprehensively increase student learning
outcome.

2015 Universitas Negeri Semarang

* Alamat korespondensi
aryaniwulan@yahoo.co.id
82 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015
PENDAHULUAN Pendidikan harus benar-benar mampu
membentuk manusia Indonesia yang
Kualitas pendidikan dewasa ini mempunyai kecerdasan mental dan spiritual
memiliki peran yang sangat penting bagi sehingga terbangun karakter kemanusiaan
generasi muda, karena generasi mudalah yang yang terampil dalam kehidupan ber-
akan meneruskan estafet kepemimpinan masyarakat. Contohnya adalah saling
negeri ini ke depan. Untuk itu generasi muda menghargai antar sesama manusia sebagai
harus mendapat pendidikan yang berkualitas mahluk Tuhan, dan yang terpenting adalah
yang dapat dijadikan bekal untuk ber- peka terhadap lingkungannya. Seperti yang
kompetisi di masa depan dalam menghadapi dinyatakan oleh Zamroni (2007: 186)
persaingan dunia secara global. Pendidikan bahwa: humanisasi pendidikan untuk
Nasional harus mampu mengantarkan mewujudkan pendidikan yang manusiawi
manusia Indonesia menjadi insan yang merupakan suatu upaya menjadikan
berkualitas. Hal ini sesuai dengan fungsi dan pendidikan sebagai proses pembudayaan.
tujuan pendidikan nasional, yaitu Oleh karena itu tujuan pendidikan tiada lain a d
mengembangkan kemampuan dan mem- alahmengembangkanjasmani,
bentuk watak serta peradaban bangsa yang mensucikan rohani dan menumbuhkan akal.
bermartabat dalam rangka mencerdaskan Pernyataan tersebut menjelaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk bahwa pendidikan merupakan suatu
berkembangnya potensi peserta didik agar pembiasaan untuk mengembangkan baik
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa jasmani maupun rohani. Sehingga ke-
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak berhasilan suatu pendidikan tidak hanya
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, diukur dari pencapaian aspek pengetahuan
dan menjadi warga negara yang demokratis saja, tetapi yang lebih penting adalah dari
serta bertanggung jawab. Sisdiknas (2003:3). aspek sikap dan perilaku sehingga
Pendidikan tidak hanya ditekankan menjadikan peserta didik memiliki
untuk mengembangkan pengetahuan saja keterampilan sosial, Keterampilan sosial
tetapi yang lebih penting adalah peserta sangat perlu diajarkan dan dilatih kepada
didik dapat menerapkan pengetahuan yang peserta didik di sekolah. Sekarang ini tidak
diperolehnya dalam kehidupan ber- banyak orang maupun peserta didik yang
masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan memiliki keterampilan sosial yang
pendidikan yang humanis, yang meng- merupakanelemenutamauntu
hormati harkat martabat manusia, yang k mengadakan hubungan sosial, baik di
menjadikan peserta didik sebagai pribadi dalam lingkungan sekolah atau di
yang utuh dan mampu membangun kerja lingkungan masyarakat.
sama yang kokoh dalam kehidupan Keterampilan sosial pada dasarnya
bermasyarakat dan bernegara, sehingga merupakan kemampuan dalam berinteraksi
menjadi warga negara yang baik dan yang dimiliki oleh peserta didik dengan
keberadaanya bermanfaat baik bagi dirinya orang lain baik di lingkungan sekolah
maupun lingkungannya. maupun lingkungan sosial lainnya. Skeel
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 83
(1995: 76) mengatakan bahwa Social Cara yang dapat digunakan untuk
skills are concerned with the interaction of mengembangkan atau melatih keterampilan s
individuals within a group yaitu osialantaralainadalahdengan
keterampilan sosial terkait dengan interaksi mempraktekkan keterampilan kerja sama
individu di dalam suatu kelompok. dan komunikasi dalam pembelajaran. Muijs
Selanjutnya Skeel (1995:76) mengungkap- & Reynolds (2006: 171) mengemuka-kan
kan bahwa anak-anak yang tidak mampu ada empat konsep dasar yang harus
bergaul dalam kelasnya atau yang secara diajarkan di dalam melatih keterampilan
konstan menunjukkan perilaku yang tidak sosial yaitu pertama, cooperation (e.g.
kooperatif akan menemukan kesulitan taking turns, sharing materials and making
untuk memahami dan mengapresiasikan suggestions during games)yaitu kerja sama
kebutuhan untuk membangun kerjasama misalnya memberikan giliran kepada yang
antara teman atau bangsa lain. Oleh karena berhak, berbagi bahan dan memberi usulan
itu, disarankan agar guru berusaha dengan selama pembelajaran berlangsung. Kedua,
keras untuk mengembangkan keterampilan participation (e.g. getting involved, getting
sosial peserta didik. started and paying attention during a game)
Keterampilan sosial juga berkaitan yaitu partisipasi misalnya, ikut terlibat,
dengan bagaimana individu menyesuaikan memulai dan memusatkan perhatian selama
diri dengan lingkungan dan membangun pembelajaran. Ketiga, communication (e.g.
komitmen bersama dalam kelompok atau talking with others, asking questions, talking
organisasi. Keterampilan sosial berupa about yourself, listening skills, making eye
perilaku-perilaku yang dapat mendukung contact, using the other child's name)yaitu
terjadinya kesuksesan hubungan sosial. komunikasi misalnya, berbicara dengan
Perilaku-perilaku tersebut memungkinkan orang lain, melontarkan pertanyaan,
individu bekerja sama dengan orang lain membicarakan tentang diri sendiri,
secara efektif. Banyak anak muda yang keterampilan mendengarkan, melakukan
kurang mempelajari keterampilan sosial yang kontak mata, memanggil anak lain dengan
dibutuhkan untuk hidup dan bekerja sama namanya. Keempat, validation (e.g. giving
dengan orang lain. Berdasarkan pengertian- attention to others, saying nice things to
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa other people, smiling, offering help or
keterampilan sosial merupakan kemampuan suggestions) yaitu validasi misalnya,
untuk berinteraksi dengan orang lain atau memberikan perhatian pada orang lain,
suatu kelompok yang berusaha membangun mengatakan hal-hal baik tentang orang lain,
komitmen bersama sehingga dapat tersenyum menawarkan bantuan atau saran.
mendukung keberhasilan hubungan sosial. Arends (2008: 28) menjelaskan bahwa
Jadi keterampilan sosial merupakan keterampilan-keterampilan yang sangat
kebutuhan dalam kehidupan berkelompok, dibutuhkan anak dan pemuda adalah
sehingga perlu dilatih dan dikembangkan keterampilanberbagiyangdap
pada peserta didik melalui pembelajaran di a t menumbuhkan kepedulian, keterampilan
kelas atau di sekolah. berpartisipasi dan keterampilan komunikasi.

84 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015


Sehingga hal ini penting bagi guru untuk harmonis. Selain itu termasuk kecakapan
membantu peserta didik menguasai berkomunikasi adalah cakap dalam memilih
keterampilan-keterampilan itu. Komponen kapan, dengan siapa dan bagaimana
keterampilan sosial juga dikemukakan oleh berinteraksi dengan orang lain.
Suprijono (2012:62) meliputi kecakapan b e r Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai
komunikasi,kecakapanbekerja bagian dari pendidikan, secara umum
kooperatif dan kolaboratif, serta solidaritas. memiliki peran penting dalam mendukung
Zuchdi (2008: 93) mengemukakan bahwa peningkatan mutu pendidikan. Per-
empati, keiklasan dan cinta tanpa ingin saling kembangan teknologi yang semakin maju
memiliki merupakan keterampilan sosial yang pesat di era global, menjadikan pendidikan
perlu dikembangkan dalam setiap lingkungan IPS secara khusus harus mampu berperan
kerja, termasuk sekolah dan juga dalam dalam menghasilkan peserta didik yang
masyarakat, supaya dapat efektif atau berhasil berkualitas, yaitu manusia yang mampu
dengan baik. Orang yang menguasai berpikir kritis, kreatif, logis, dan berinisiatif
keterampilan komunikasi tanpa memiliki dalam menanggapi gejala dan masalah sosial
keiklasan, cinta tanpa ingin memiliki dan yang berkembang dalam masyarakat. Oleh
empati akan merasakan bahwa keterampilan karena itu, IPS sebagai salah satu mata
tersebut tidak relevan, sehingga diperlukan pelajaran pada pendidikan dasar, diharapkan
tehnik komunikasi yang dapat menciptakan mampu mempersiapkan, membina dan
hubungan sosial yang memuaskan yang membentuk kemampuan peserta didik yang
akhirnya dapat membentuk kehidupan sosial menguasai sikap nilai dan keterampilan sosial
yang diwarnai oleh kepedulian dan tenggang yang diperlukan bagi kehidupan di
rasa. Untuk mencapai tujuan tersebut masyarakat, sehingga dengan mempelajari
diperlukan latihan dan mempraktikkannya IPS peserta didik dapat berpartisipasi di
sesering mungkin untuk meningkatkan lingkungannya untuk dapat memecahkan
keterampilan sosial. masalah-masalah pribadi maupun masalah-
Widoyoko (2013:28) menyebut masalah sosial atau kemasyarakatan.
keterampilan sosial dengan kecakapan sosial, Pembelajaran IPS bertujuan mem-
meliputi 1) kecakapan berkomunikasi dengan bekali peserta didik untuk mampu
empati yang dilakukan baik dengan cara lisan berinteraksi dan bekerjasama dengan orang
maupun dengan cara tertulis. 2) kecakapan lain, memiliki kecakapan mengolah dan
bekerja sama dengan orang lain yang menerapkan informasi yang diperlukan
dilakukan baik dalam kelompok kecil maupun untuk menjadi warga negara yang siap
dengan kelompok besar. Empati merupakan bersosialisasi secara cerdas dengan
sikap penuh pengertian yang dilakukan dua lingkungannya. Untuk itu pembelajaran IPS
arah sehingga komunikasi di sini bukan harus dilakukan secara komprehensif, yaitu
sekedar menyampaikan isi pesan itu sampai meliputi ranah kognitif, afektif, dan
pada penerima pesan tetapi sampainya pesan psikomotor peserta didik. Ketiga ranah
tersebut disertai kesan yang baik sehingga tersebut harus dikembangkan secara
menumbuhkan hubungan yang seimbang untuk membentuk manusia
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 85
berkualitas. pengantar dari pengirim pesan kepada
Guru IPS harus terampil menggunakan penerima pesan. Menurut Sanjaya (2012:
pendekatan, metode dan strategi pem- 244) pengertian media adalah A medium,
belajaran yang tepat untuk menghadirkan conceived is any person, material or event
pembelajaran yang berkualitas. Salah satu that establishs condition which enable the
tugas pendidik adalah memilih model learner to acquire knowledge, skill and
pembelajaran yang digunakan untuk attitude. Secara umum media itu meliputi
membantu peserta didik mencapai kompetensi orang, bahan, peralatan atau kegiatan yang
yang telah ditentukan. Guru harus memiliki menciptakan kondisi yang memungkinkan
pengetahuan dan pengalaman berkenaan peserta didik memperoleh pengetahuan,
dengan model pembelajaran. Dengan keterampilan, dan sikap. Jadi media diartikan
memiliki kemampuan memilih model sebagai manusia atau materi maupun kejadian
pembelajaran yang tepat, guru dapat yang membangun kondisi yang membuat
melaksanakan kegiatan pembelajaran yang peserta didik mampu memperoleh
efektif. Pemilihan model pembelajaran yang pengetahuan, keterampilan, atau sikap.
tepat merupakan salah satu faktor yang Media yang digunakan guru dalam
menentukan keberhasilan belajar peserta pembelajaran sangat
menentukan
didik.
keberhasilan proses pembelajaran. Media
Media pembelajaran merupakan
merupakan salah satu alat komunikasi sebagai
komponen penting dalam perencanaan,
pembawa pesan dari komunikator kepada
pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.
komunikan. Proses pembelajaran merupakan
Warsita (2008: 123) membagi media dalam
proses komunikasi. Proses pembelajaran
dua kategori, yaitu alat bantu pembelajaran
mengandung lima komponen komunikasi,
(instructional aids) dan media pembelajaran
guru (komunikator), bahan pelajaran, media
(in struc tion alme dia ) .Ala tba
pembelajaran, peserta didik (komunikan), dan
n t u pembelajaran adalah perlengkapan atau
tujuan pembelajaran. Penggunaan media yang
alat untuk membantu guru (pendidik) dalam
bervariasi dalam proses pembelajaran IPS
memperjelas materi (pesan) yang akan
juga mempunyai pengaruh positif. Selain
disampaikan. Oleh karena itu alat bantu
untuk memperjelas materi pembelajaran agar
pembelajaran disebut juga alat bantu
tidak terlalu bersifat verbalistik, Sadiman,
mengajar (teaching aids). Misalnya
dkk. (2011: 17) menyatakan bahwa
OHP/OHT, film bingkai (slide), foto, peta,
penggunaan media dalam proses
poster, grafik, flip chart, model, benda
pembelajaran secara tepat dan bervariasi
sebenarnya, dan sampai kepada lingkungan
dapat berguna untuk menimbulkan kegairahan
belajaryangdimanfaatkanunt
u k memperjelas, materi pelajaran. belajar. Dengan demikian, diharapkan peserta
didik dalam mengikuti proses pembelajaran
Media merupakan perantara atau
IPS menjadi lebih berminat dan lebih
pengantar. Menurut Jauhar (2011: 95) Media
termotivasi, serta proses pembelajaran
berasal dari kata medium yang secara harafiah
menjadi lebih menarik.
berarti tengah, perantara, atau
Proses pembelajaran IPS di
SMP
86 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015
Negeri 1 Kandeman selama ini, guru masih Kandeman Batang yaitu 85%. Hasil belajar
menggunakan metode pembelajaran yang tersebut merupakan hasil belajar terendah
konvensional . Ketika pembelajaran dari kelas IX yang lainnya.
berlangsung, peserta didik belum secara aktif Kondisi tersebut tidak terlepas dari
dilibatkan dalam pembelajaran, peserta didik peran guru itu sendiri yang kurang
hanya duduk diam mendengarkan guru memperhatikan upaya menciptakan iklim
ceramah, hal yang demikian membuat peserta belajar yang kondusif melalui implementasi
didik kurang antusias mengikuti pem- berbagai model pembelajaran yang
belajaran IPS sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan, menarik dan menjadikan
sangat membosankan. peserta didik lebih aktif. Pembelajaran
Penggunaan media juga kurang bersifat monoton, metode yang sering
efektif, selama ini guru belum diterapkan oleh guru adalah metode
menggunakan media pembelajaran yang ceramah sedangkan diskusi kelas jarang
bervariasi, media pembelajaran yang sekali digunakan.
digunakan sekedar peta, atlas atau globe. Ketika guru menggunakan metode
Guru masih minim menerapkan media yang ceramah para peserta didik cenderung pasif
berbasis multi media komputer. Rendahnya dan kurang aktif dalam mengikuti kegiatan
penggunaan media membuat pembelajaran pembelajaran. Demikian juga ketika diskusi
menjadi menjenuhkan. Kondisi ini kurang kelas berlangsung sebagian kecil peserta
menarik perhatian peserta didik dalam didik saja yang menyelesaikan kerja
pembelajaran sehingga peserta didik kurang kelompok dan biasanya peserta didik yang
antusias mengikuti pembelajaran IPS. aktif, sedang sebagian besar yang lain hanya
Pembelajaran dengan metode yang duduk diam menunggu. Di sini terlihat tidak
konvensional dan penggunaan media kurang adanya keinginan bekerja sama utuk
efektif diduga dapat berpengaruh terhadap menyelesaikan tugas serta tidak adanya
hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial peserta keinginan untuk berkompetisi secara positif
didik yang rendah. Hasil belajar Ilmu dalam menyelesaikan tugas di antara peserta
Pengetahuan Sosial yang masih rendah salah didik. Situasi seperti ini terjadi diseluruh
satunya ditunjukkan dari data nilai kelas IX F kelas IX. Kelas IX F adalah kelas yang paling
yang peneliti peroleh dari hasil ulangan K.D. rendah keterampilan sosialnya karena ketika
sebelumnya yaitu, dari 37 peserta didik hanya diskusi banyak peserta didik yang hanya diam
14 atau 37,84% peserta didik yang sudah dan mengandalkan temannya yang pintar
mencapai KKM, sedang 23 peserta didik atau saja, bahkan ketika presentasi berlangsung
62,16% belum mencapai KKM. Berdasarkan tidak ada peserta didik yang terampil dalam
nilai ulangan harian tersebut rata-rata yang berkomunikasi, peserta didik saling dorong
diperoleh kelas IX F 70,05. Hasil belajar dan saling tunjuk antar peserta didik sehingga
tersebut masih jauh dari standar ketuntasan praktis setiap tahapan pembelajaran diambil
belajar secara klasikal yang ditentukan dalam alih dan didominasi oleh guru.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Berdasarkan pengalaman sebagai guru
(KTSP) di SMP Negeri 1
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 87
mapel IPS, selama ini guru SMP Negeri 1 Peserta didik memainkan game (permainan)
Kandeman kurang berminat untuk akademik. Peserta didik yang berprestasi
mengimplementasikan model pembelajaran rendah dan yang berprestasi tinggi
secara bervariatif dikarenakan orientasi guru mempunyai kesempatan yang sama untuk
adalah menyelesaikan materi pelajaran sukses. (Slavin, 1990: 6).
bukan orientasi pada kompetensi peserta Smaldino (2007: 30) menyampaikan
didik dalam pembelajaran, sehingga dalam bahwa permainan dapat menciptakan
proses pembelajaran kurang memperhatikan lingkungan kompetitif dan harus mengikuti
aspek-aspek keterampilan sosial aturan yang telah ditetapkan. Permainan
diantaranya saling menghargai pendapat, merupakan teknik yang sangat memotivasi,
rasa saling memiliki dan lain-lain yang saat terutama untuk konten yang membosankan
ini terasa masih terabaikan. dan repetitif. Banyak kelebihan dalam
Permasalahan utama dalam pem- menggunakan permainan pada proses
belajaran IPS adalah bagaimana pengelolaan pembelajaran, di antaranya menurut
pembelajaran itu berlangsung sehingga dapat Sadiman, dkk. (2011: 78-81) adalah: 1)
menumbuhkan kreativitas dan motivasi permainan adalah sesuatu yang me-
peserta didik dalam pembelajaran . nyenangkan untuk dilakukan dan sesuatu
Pengelolaanpembelajarandeng y a n g m e n g h i b u r ,2 ) p e r m a i n a n
a n menggunakan metode dan model yang tepat memungkinkan adanya partisipasi aktif dari
akan meningkatkan keterampilan sosial peserta didik untuk belajar, 3) permainan
peserta didik dan akan berdampak pula pada dapat memberikan umpan balik langsung, 4)
meningkatnya hasil belajar. Salah satu model permainan memungkinkan penerapan
pembelajaran yang dapat digunakan dalam konsep-konsep ataupun peran-peran ke
upaya meningkatkan keterampilan sosial dan dalam situasi dan peranan yang sebenarnya
hasil belajar IPS adalah dengan di masyarakat, 5) permainan bersifat luwes,
Implementasi Teams Games Tournament dan 6) permainan dapat dengan mudah
(TGT) dibuat dan diperbanyak. Selain permainan
Teams Games Tournaments (TGT) TGT juga menggunakan turnamen.
merupakan bentuk pembelajaran kooperatif Silberman (2010: 169) menyatakan bahwa
yang paling banyak diaplikasikan, telah turnamen pembelajaran adalah teknik
digunakan mulai dari kelas dua sampai kelas menggabungkan kelompok belajar dengan
sebelas, dalam mata pelajaran mulai dari kompetensi tim. Cara tersebut dapat
matematika, seni, bahasa, ilmu sosial dan digunakan untuk meningkatkan
ilmu pengetahuan sosial. (Slavin, 1990: 71). pembelajaran beragam fakta, konsep,
Dalam TGT, peserta didik memainkan bahkan keterampilan. Dengan turnamen,
permainan dengan anggota-anggota tim lain peserta didik dapat lebih bersemangat dan
untuk memperoleh tambahan poin untuk skor termotivasi dalam proses pembelajaran.
tim mereka. Salah satu keunggulan dalam Teams Games Tournament (TGT)
TGT adalah menggunakan permainan yang mempunyai keunggulan tersendiri. Salah
dapat disesuaikan dengan topik apapun. satu keunggulan dalam TGT adalah

88 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015


menggunakan permainan yang dapat pembelajaran IPS yaitu mempersiapkan,
disesuaikan dengan topik apapun. Slavin membina dan membentuk kemampuan peserta
(1991: 342). Selain itu, TGT juga didik yang menguasai sikap, nilai dan
menggunakan turnamen. Turnamen keterampilan sosial yang diperlukan bagi
pembelajaran ini digunakan untuk kehidupan di masyarakat.
meningkatkan pembelajaran beragam fakta, Teams Games Tournament (TGT)
konsep, bahkan keterampilan. Dengan merupakan salah satu jenis atau tipe dari
turnamen, peserta didik dapat lebih model pembelajaran Cooperative Learning
bersemangat dan termotivasi dalam proses atau pembelajaran kooperatif. Pembelajaran
pembelajaran. ini mengutamakan kegiatan dengan
Peserta didik yang berprestasi rendah melibatkan interaksi antar peserta didik dalam
dan yang berprestasi tinggi mempunyai kelompok-kelompok belajar. Interaksi peserta
kesempatan yang sama untuk sukses dalam didik dalam kelompok-kelompok belajar
memainkan game (permainan) akademik. dikemukakan Slavin (1995: 5) yang
Pembelajaran dengan model kooperatif menjelaskan tiga konsep penting dalam
TGT menuntut peserta didik bekerja dalan pembelajaran kelompok yaitu penghargaan
tim untuk menyelesaikan tugas-tugas yang bagi tim, tanggung jawab individu dan
diberikan oleh guru dan sekaligus untuk kesempatan sukses yang sama. Penghargaan
mempersiapkan anggota timnya guna tim diberikan kepada tim yang ber-
mengikuti game akademik yang diturnamen- prestasi,sehingga perlu kerja sama yang baik
kan pada akhir kompetensi dasar selesai atau antar anggota kelompok. Semua peserta didik
tergantung luas sempitnya kompetensi dasar. memberikan kontribusi terhadap kesuksesan
Dengan demikian pembelajaran IPS melalui kelompoknya dengan tidak memandang
model kooperatif TGT dengan variasi peserta didik berprestasi tinggi, sedang
permainan akan menjadikan peserta didik ataukah rendah. Peserta didik didorong
termotivasi untuk meningkatkan kerja sama d untuk saling membantu dalam mempelajari
ankomunikasiditimnyademi bahan yang bersifat akademik atau dalam
mempersiapkan anggota timnya untuk melakukan tugas kelompok karena k e s u k
memperoleh kemenangan dalam turnamen. sesankelompoktergantung
Sehingga pembelajaran dengan model pembelajaran individu dari semua anggota
kooperatif TGT akan lebih menantang, kelompok.
menarik dan menyenangkan. Adanya Model pembelajaran TGT menurut
peningkatan kerja sama dan komunikasi Slavin (1995: 84) dijelaskan bahwa TGT is
dalam tim akan berimplikasi juga terhadap the same as STAD in every respect but one:
peningkatan hasil belajar peserta didik. Oleh instead of the quizzes and the individual
karena itu model kooperatif TGT yang improvement score system, TGT uses
diintegrasikan dalam pembelajaran IPS academic tournaments. Secara umum
diharapkan bisa menjadi solusi untuk pembelajaran model kooperatif TGT (Teams
masalahtersebut,sehinggada Games Tournament) sama dengan STAD
p a t mewujudkan apa yang menjadi tujuan (Student Team Achievement Division) kecuali
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 89
satu hal yaitu TGT menggunakan game Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan
akademik atau turnamen akademik. bahwa semua anggota tim benar-benar
Selanjutnya Slavin (1991: 342) belajar, dan lebih khusus lagi adalah
menjelaskan bahwa: Teams - Games - mempersiapkan anggotanya untuk bisa
Tournament, or TGT, uses games that can be mengerjakan kuis atau soal dengan baik. 3)
adapted to any subject. Team Games are Permainan (game), Permainan atau game
usually better than individual games; they dapat menciptakan warna positif dalam
provide an opportunity for teammates to help kelas, karena permainan sangat disukai oleh
one another and avoid one problem of peserta didik. Permainan atau game terdiri
individual games, which is that more able atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya
students might consistently win. If all relevan yang dirancang untuk menguji
students are put on mixed ability teams, all pengetahuanpesertadidikyang
have a good chance of success. Pernyataan diperolehnya dari presentasi di kelas dan
tersebut dapat diartikan bahwa TGT pelaksanaan kerja tim. Permainan tersebut
menggunakan permainan yang dapat dimainkan diatas meja turnamen, yang
disesuaikan dengan topik apapun . Permainan masing-masing mewakili tim yang berbeda.
tim ini biasanya lebih baik dari pada 4) Turnamen, Turnamen yang dimaksud di
permainan individual, mereka memberikan sini adalah sebuah struktur permainan
kesempatan bagi rekan untuk membantu satu berlangsung. Biasanya ber-langsung pada
sama lain dan menghindari salah satu minggu akhir atau akhir unit, setelah
masalah game individual, yaitu bahwa lebih presentasi di kelas dan tim sudah
konsisten mungkin peserta didik mampu melaksanakan kerja kelompok terhadap
menang. Jika semua peserta didik diletakkan lembar kegiatan. Pada turnamen pertama,
pada kemampuan campuran tim semua guru menunjuk peserta didik untuk berada
memiliki peluang bagus untuk sukses. pada meja turnamen, peserta didik berprestasi
Slavin (2005: 166) menjelaskan lima tinggi pada meja pertama, peserta didik
komponen pembelajaran kooperatif TGT berprestasi sedang pada meja kedua dan
adalah: 1) Presentasi di kelas, Pertama-tama seterusnya. Penempatan peserta didik pada
materi diperkenalkan dalam presentasi di meja turnamen dilakukan oleh guru dan
kelas. Ini merupakan pengajaran langsung hanya guru yang mengetahui bagaimana
seperti sering kali dilakukan atau diskusi penyusunan penempatan peserta didik di
pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa meja turnamen. Kompetensi yang seimbang
juga memasukan presentasi adiovisual. ini memungkinkan para peserta didik dari
Dengan cara ini, para peserta didik akan semua tingkat kinerja berkontribusi secara
menyadari bahwa mereka harus benar-benar maksimal terhadap skor tim mereka dan
memberi perhatian penuh selama presentasi melakukan yang terbaik untuk tim mereka.
kelas. 2) Tim, Tim terdiri dari empat atau I m p l e m e n t a s i Te a m s G a m e s
lima peserta didik yang mewakili seluruh Tournment memerlukan bantuan media p e m
bagian dari kelas dalam hal kinerja, belajaranyangsesuaidengan
akademik,jenis kelamin, ras, dan etnisitas. karakteristik pembelajaran. Pemilihan media
90 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015
pembelajaran yang tepat dapat membantu terus berulang sampai dengan tujuan
implementasi TGT lebih efektif dan efisien, penelitian tercapai. Penelitian Tindakan
sehingga mampu mendorong peserta untuk Kelas (PTK) merupakan penelitian yang
terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. K dilakukan di kelas untuk memperbaiki
reativitaspesertadidikdalam proses pembelajaran.
pembelajaran akan dapat membantu
meningkatkan keterampilan sosial dan hasil Waktu dan Tempat Penelitian
belajar peserta didik. Keterampilan sosial Penelitian dilaksanakan pada bulan
peserta didik dalam pembelajaran akan dapat Januari-Maret 2015. Pelaksanaan tindakan
membantu meningkatkan hasil belajar peserta penelitian dilakukan pada bulan Januari-
didik secara komprehensif mencakup ranah Pebruari 2015. Penelitian dilaksanakan
kognitif, afektif dan psikomotor. Berdasarkan sejalan dengan proses pembelajaran yang
paparan tersebut tujuan penelitian adalah sedang berlangsung, yaitu 4 jam pelajaran
untuk: (1) mengetahui implementasi Teams seminggu dengan 2 kali pertemuan masing-
Games Tournaments masing siklus. Penelitian dilaksanakan di
(TGT) berbantuan media kartu 4-1; (2) SMP N 1 Kandeman Kabupaten Batang
meningkatkan keterampilan sosial peserta Provinsi Jawa Tengah. SMP N 1 Kandeman
didik; (3) meningkatkan hasil belajar IPS Kabupaten Batang beralamat di Desa K a n
peserta didik kelas IX F SMPN 1 deman,KecamatanKandeman,
Kandeman Batang dengan implementasi Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah
TGT berbantuan media kartu 4-1.
Subjek Penelitian
METODE PENELITIAN Subjek penelitian ini adalah peserta
didik kelas IX F SMP Negeri 1 Kandeman
Jenis Penelitian Kabupaten Batang, terdiri atas 15 laki-laki
Penelitian ini adalah penelitian dan 22 perempuan. Alasan dipilih kelas ini
tindakan kelas (Classroom Action Reseach). adalah didasarkan pada observasi awal
Penelitian menggunakan desain Kemmis & peserta didik kelas IX F hasil belajar
Taggart (1990, 22). Penelitian tindakan rendah, nilai rata-rata ulangan harian mata
dikembangkan melalui reflektif spiral: siklus pelajaran IPS 70,05. Peserta didik yang
spiral meliputi: perencanaan, tindakan mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal 75
(implementasi tindakan), observasi, dan hanya 37,84% artinya masih ada 62,16%
refleksi. Apabila hasil yang dicapai belum peserta didik belum mencapai KKM.
sesuai kriteria yang diharapkan, maka Peserta didik cenderung pasif selama proses
dilanjutkan dengan siklus berikutnya yang pembelajaran berlangsung, Pembelajaran
meliputi perencanaan kembali, implementasi secara kon-vensional membuat suasana
lanjut, observasi, dan refleksi. Perencanaan, pem-belajaran tidak menarik perhatian
tindakan, observasi dan refleksi tersebut peserta didik terhadap materi, sehingga
terjadi dalam setiap spiral (siklus) yang keterampilan sosial peserta didik rendah.
terkait antara satu dengan yang lainnya dan
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 91
Prosedur Penelitian kegiatan yang lakukan antara lain : (a)
Prosedur penelitian tindakan kelas Pendahuluan yaitu memberi apersepsi
dilaksanakan secara siklus yang berlangsung dan motivasi pada peserta didik,
secara berkesinambungan Masing-masing menginformasikan tujuan pem-
siklus dengan menggunakan langkah-langkah belajaran dan menginformasikan pada
sebagai berikut: peserta didik tentang langkah-langkah
a. Perencanaaan (planning) pembelajaran yang akan dilaksanakan
Padatahapperencana menggunakan TGT. (b) Kegiatan Inti
a n , kegiatan yang dilakukan berupa: presentasi guru, games
meliputi: 1) Membuat perencanaan akademik, presentasi games akademik.
pembelajaran yang mengacu pada Games akademik menggunakan kuis
temuan-temuan kondisi awal pra- berupa sepuluh soal terbuka dengan
penelitian, be-kerjasama dengan jawaban singkat. (c) Turnamen
kolaborator untuk mendesaian akademik, presentasi turnamen dan
pembelajaran yang akan dilakukan. 2) pemberian penghargaan. Pelaksanaan
Menyiapkan perangkat pembelajaran turnamen adalah setiap pertemuan di
yang sudah dikembang-kan seperti setiap siklusnya dengan menggunakan
silabus, RPP, lembar kerja peserta media kartu 4-1 berupa sebuah amplop
didik, dan bahan ajar sebagai sumber untuk masing-masing peserta didik
belajar peserta didik, kisi-kisi soal, yang berisi empat pertanyaan yang
kisi-kisi pedoman observasi peserta harus cari jawabannya yang sudah
didik dan guru, kisi-kisi wawancara disediakan, Turnamen dibatasi oleh
peserta didik terhadap pembelajaran waktu, Untuk dapat memenangkan
IPS. 3) Menyiapkan media dan alat turnamen peserta didik yang berada
pembelajaran seperti kartu 4-1, dalam tim harus segera melaksanakan
gambar-gambar, peta konsep, LCD dan menyelesaikan tugasnya di
proyektor, notebook, camera, buku- masing-masing kelompok. (d) Penutup
buku penunjang proses pembelajaran yaitu memberikan simpulan, memberi
dan perangkat pen-dukung lainnya. 4) tugas dan refleksi. 2) Pertemuan kedua,
Menyiapkan instrumen pengumpulan kegiatan yang dilakukan antara lain: (a)
data, antara lain: Pedoman observasi, Pendahuluan yaitu memberi apersepsi
pedoman wawancara, soal tes hasil dan motivasi pada peserta didik,
belajar, lembar daftar nama peserta menginformasikan tujuan pem-
didik kelas IX F, lembar rekapitulasi belajaran dan menginformasikan pada
nilai, dan lembar catatan lapangan peserta didik tentang langkah-langah
pembelajaran yang akan dilaksanakan
b. Pelaksanaan (Action) degan menggunakan TGT. (b)
Adapun skenario pembelajaran Kegiatan Inti berupa: presentasi guru,
untuk setiap siklus adalah sebagai games akademik, presentasi games a k
berikut: 1) Pertemuan pertama, ademik.Gamesakademik
92 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015
menggunakan kuis berupa soal terbuka tim terdiri dari empat-lima orang yang
dengan jawaban singkat. (c) Turnamen mewakili seluruh bagian dari kelas
akademik, Presentasi turnamen dan dalam hal kemampuan akademik, jenis
pemberian penghargaan. Pelaksanaan kelamin, agama. Pembagian tim ini
turnamen adalah setiap pertemuan di didasarkan pada nilai ulangan harian
setiap siklusnya dengan menggunakan sebelumnya yaitu K.D 5.1. 3) Game
media kartu 4-1 berupa sebuah amplop (permainan), Game berupa kuis yaitu
untuk masing-masing peserta didik sepuluh soal terbuka dengan jawaban
yang berisi empat pertanyaan yang singkat terdiri atas materi-materi yang
harus cari jawaban-nya yang sudah kontennya relevan dan dirancang untuk
disediakan, Turnamen dibatasi oleh menguji pengetahuan peserta didik
waktu, Untuk dapat memenangkan yang diperolehnya dari presentasi kelas
turnamen peserta didik yang berada dan pelaksanaan kerja tim. Game yang d i
dalam tim harus segera melaksanakan mainkansecarakelompok
dan menyelesaikan tugasnya di dilaksanakan pada setiap pertemuan
masing-masing kelompok. (d) pada setiap siklusnya. kuis dalam game
Penutup yaitu refleksi terhadap terdapat empat sampai lima tipe soal
pelaksanaan turnamen dan evaluasi disesuaikan dengan jumlah anggota
atau tes hasil belajar, dan mengisi kelompok. Game ini untuk
lembar wawancara menentukan skor awal permainan yang
Guru sebagai pelaksana tindakan diperoleh kelompok. Game dalam
pada tahap ini menerapkan model penelitian ini, adalah kuis berupa
pembelajaran TGT dengan media kartu sepuluh soal yang harus dikerjakan
4-1 yang sudah dipersiapkan. Tindakan oleh masing-masing peserta didik
dilakukan ber-dasarkan langkah- dalam kelompoknya dengan kategori
langkah dalam komponen TGT yaitu: soal kuis yang berbeda, selesai
1)Presentasikelas,Materi mengerjakan kuis dilaksankan
pembelajaran disampaikan oleh guru presentasi oleh kelompok yang
dengan cara presentasi di dalam kelas. P pertama kali menyelesaikan game. 4)
resentasidilakukandengan Turnamen, Turnamen dalam penelitian
menggunakan power point. Materi ini dilaksanakan setiap pertemuan
yang akan disampaikan dalam setelah kegiatan game selesai.
penelitian ini adalah K.D. 5.2 yaitu K o m p e t i s id i b u a t s e i m b a n g
mendeskripsikan keterkaitan unsur- berdasarkan prestasi peserta didik
unsur geografis dan penduduk di sehingga memungkinkan semua
kawasan Asia Tenggara dan KD 5. yaitu peserta didik dari semua tingkat
mendeskripsikanpembagia berkontribusi terhadap skor tim
n permukaan bumi atas benua dan mereka.Turnamen menggunakan
samudera. 2) Tim, Guru membagi media kartu 4-1 berupa amplop berisi
peserta didik dalam delapan tim. Setiap empat soal yang harus dicari jawaban
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 93
yang benar dengan jawaban yang sudah tindakan pada siklus selanjutnya.
tersedia Skor yang diperoleh dalam Setelah suatu siklus berakhir, peneliti
turnamen ini akan menentukan dan guru serta teman sejawat,
perolehan skor akhir kelompok. 5) mendiskusikan hasil pengamatan dan
Rekognisi Tim, Tim yang mendapatkan hasil tes untuk tingkat keberhasilan
penghargaan adalah tiga tim yang yang dicapai peserta didik dalam
perolehan skor akhir dalam permainan pembelajaran IPS dengan Imple-
mencapai skor tertinggi, dengan urutan menatsi Teams Games Tournament
penghargaan sebagai Tim Baik, Tim dengan berbantuan media 4-1. Siklus
Sangat Baik, Tim Super. dihentikan apabila kriteria keber-
hasilan dalam penelitian ini telah
c. Observasi tercapai.
Observasi dilaksanakan selama
proses pembelajaran di kelas dengan Teknik Pengumpulan Data
menggunakan lembar observasi yang Teknik pengumpulan data dengan
telah dibuat. Observasi dilakukan menggunakan observasi, wawancara, tes hasil
untuk melihat secara langsung belajar, catatan lapangan, dokumentasi,
pelaksanaan sepuluh amatan indikator sedangkan instrumen menggunakan pedoman
keterampilan sosial peserta didik pada observasi pengamatan peserta didik dan
saat pembelajaran terutama pada saat kinerja guru, pedoman wawancara, soal
kerja dalam tim, presentasi permainan ulangan harian, dan lembar catatan lapangan
atau games dan turnamen. Observasi
dilakukan juga terhadap kegiatan guru Teknik Analisis Data
untuk mengetahui terlaksananya Teknik analisis data yang digunakan
enam tahapan implementasi Teams adalah analisis kuantitatif untuk mengetahui
Games To u r n a m e n t d a l a m k e peningkatan keterampilan sosial dan hasil
g i a t a n pembelajaran. Semua hal belajar secara komprehensif, Keterampilan
yang terjadi selama pelaksanaan sosial peserta didik di amati dengan sepuluh
tindakan dicatat mulai dari awal indikator amatan yaitu: 1) Menjaga
sampai akhir pembelajaran. ketenangan ketika pembentukan kelompok
berlangsung; 2) Berada dalam kelompok
d. Refleksi selama diskusi berlangsung; 3) Ikut mencari
Tahap ini guru sebagai pelaksana informasi yang berkaitan dengan tugas
tindakan dan teman sejawat sebagai kelompok; 4) Memberikan pendapat dalam
kolaborator mengkaji proses selama menyelesaikan berbagai masalah dalam
pembelajaran, masalah-masalah yang kelompok; 5) Menerima pendapat anggota
muncul dan segala hal yang berkaitan kelompok sepanjang relevan dengan
dengan tindakan yang telah dilakukan persoalan yang dibahas; 6) Menyampaikan
dengan berdiskusi. Refleksi ini sebagai pendapat dengan baik atau santun; 7)
acuan dalam penetapan perencanaan Menyampaikan pendapat dengan bahasa
94 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015
Tabel 1. Nilai Keterampilan Sosial (hasil Belajar Psikomotor)
Peserta didik pada Siklus I dan II

No Aspek yang diamati Nilai pada tiap Siklus


I II
1 Menjaga ketenangan ketika pembentukan kelompok 67 91
berlangsung
2 Berada dalam kelompok selama diskusi berlangsung 73 86
3 Ikut mencari informasi yang berkaitan dengan tugas 98 100
kelompok
4 Memberikan pendapat dalam menyelesaikan berbagai 18 58
masalah dalam kelompok
5 Menerima pendapat anggota kelompok sepanjang 23 49
relevan dengan persoalan yang dibahas
6 Menyampaikan pendapat dengan baik dan santun 19 60
7 Menyampaikan pendapat dengan bahasa dapat 26 70
dipahami peserta didik lain
8 Berpendapat sesuai dengan substansi persoalan yang 32 82
sedang dibahas
9 Mendengarkan masukan dari guru dengan penuh 80 85
perhatian
10 Merespon petunjuk yang diperintahkan guru 77 87
Rata-rata 51,30 76,80
Sumber : Hasil Penelitian 2015
dapat dipahami peserta didik lain; 8) penelitian sebagai berikut:
Pendapat sesuai dengan substansi persoalan
yang sedang dibahas;9) Mendengarkan 1. Hasil Belajar Psikomotor
masukan dari guru dengan penuh perhatian; Data hasil belajar psikomotor berupa
10) Merespon petunjuk yang diperintahkan pengamatan terhadap sepuluh indikator
guru. Soal ulangan harian/tes hasil belajar keterampilan sosial peserta didik kelas IX F
untuk mengukur hasil belajar kognitif berupa SMP N 1 Kandeman selama pembelajaran.
20 soal pilihan ganda mencakup tingkat Data diambil dengan menggunakan panduan
pengetahuan 1-6 observasi dengan cara memberikan skor pada
indikator keterampilan sosial yang dilakukan
HASIL PENELITIAN oleh peserta didik sesuai dengan kriteria yang
telah ditentukan dengan menggunakan
Penelitian dengan Implementasi Teams implementasi TGT berbantuan media kartu
Games Tournament berbantuan media kartu 4-1. Sepuluh indikator amatan keterampilan
4-1 yang dilaksanakan selama dua siklus sosial peserta didik selama pembelajaran
untuk mendapatkan hasil belajar secara berlangsung, yaitu 1) Menjaga ketenangan
komprehensif yaitu mencakup ranah ketika pembentukan kelompok berlangsung;
psikomotor, dan ranah kognitif. Adapun hasil 2) Berada dalam kelompok selama diskusi
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 95
berlangsung; 3) Ikut mencari informasi yang berbagai masalah dalam kelompok; 5)
berkaitan dengan tugas kelompok; 4) Menerima pendapat anggota kelompok
Memberikan pendapat dalam menyelesaikan sepanjang relevan dengan persoalan yang
Gambar 1. Keterampilan Sosial Peserta Didik
Sumber : Hasil Penelitian 2015
dibahas; 6) Menyampaikan pendapat dengan Mendengarkan masukan dari guru dengan
baik atau santun; 7) Menyampaikan pendapat penuh perhatian; 10) Merespon petunjuk
dengan bahasa dapat dipahami peserta didik yang diperintahkan guru.
lain; 8) Pendapat sesuai dengan substansi Hasil belajar psikomotor dapat
persoalan yang sedang dibahas; 9) dilihat pada tabel berikut:
Gambar 2. Hasil Belajar Kognitif Peserta didik
Sumber : Hasil Penelitian 2015
96 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015
Keterampilan Sosial peserta didik peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 2
siklus I rata-rata 51,30 kategori Terampil, dan ;4)Memberikanpendapatdalam
siklus II 76,80 kategori Sangat Terampil, menyelesaikan berbagai masalah dalam
hasil penelitian menunjukkan terjadi kelompok terjadi peningkatan dari siklus I ke
peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar siklus II sebesar 40; 5) Menerima pendapat
25,50. Rata-rata tiap indikator amatan anggota kelompok sepanjang relevan dengan
keterampilan sosial mengalami peningkatan, persoalan yang dibahas terjadi peningkatan
adapun peningkatan setiap indikator amatan dari siklus I ke siklus II sebesar 26; 6)
adalah sebagai berikut: 1) Menjaga Menyampaikan pendapat dengan baik dan
ketenangan ketika pembentukan kelompok santun terjadi peningkatan dari siklus I ke
berlangsung terjadi peningkatan dari siklus I siklus II sebesar 41; 7) Menyampaikan
ke siklus II sebesar 24; 2) Berada dalam pendapat dengan bahasa dapat dipahami
kelompok selama diskusi berlangsung terjadi peserta didik lain terjadi peningkatan dari
peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar siklus I ke siklus II sebesar 44; 8)
13; 3) Ikut mencari informasi yang berkaitan Berpendapat sesuai dengan substansi
dengan tugas kelompok terjadi
Tabel 2. Nilai Kinerja Guru dengan implementasi Teams Games
Tournament berbantuan media kartu 4-1 pada Siklus I dan II
No Tahap Siklus I Siklus II
1 Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan
peserta didik 75 87,5
2 Menyajikan Informasi 62,5 87,5
3 Mengorganisasi Peserta didik dalam tim belajar 62,5 75
4 Membantu kerja tim dalam belajar 50 75
5 Mengevaluasi 75 85
6 Memberikan Pengakuan atau penghargaan 87,5 100
Rata-rata 68,75 85
Sumber : Hasil Penelitian 2015
persoalan yang sedang dibahas terjadi 2. Hasil Belajar Kognitif

peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar Hasil belajar kognitif berupa tes hasil
50; 9) Mendengarkan masukan dari guru belajar yang diperoleh peserta didik dengan
dengan penuh perhatian terjadi peningkatan mengerjakan 20 soal ulangan harian
dari siklus I ke siklus II sebesar 5; dan 10) mencakup satu kompetensi dasar setiap akhir
Merespon petunjuk yang diperintahkan guru siklus, mencakup pengetahuan1-6. Hasil
terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II belajar kognitif dapat dilihat pada tabel
sebesar 10. berikut:
Peningkatan setiap indikator amatan Hasil belajar kognitif peserta didik
Keterampilan Sosial peserta didik dapat melalui implementasi Teams Games
dilihat pada grafik berikut ini: Tournament berbantuan media kartu 4-1
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 97
siklus I rata-rata 74,86 dan siklus II 85. terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II
Hasil penelitian menunjukkan terjadi sebesar 12,50; 2) Tahap menyajikan
peningkatan ketuntasan belajar peserta Informasi terjadi peningkatan dari siklus I
didik siklus I 72,97% dan siklus II 86,49%. ke siklus II sebesar 25; 3) Tahap
Nilai rata-rata peserta didik mengalami mengorganisasi Peserta didik dalam tim
peningkatan dari siklus I ke siklus II yaitu belajar terjadi peningkatan dari siklus I ke
meningkat sebesar 10,14. Peningkatan siklus II ke sebesar 12,50; 4) Tahap
ketuntasan belajar peserta didik dari siklus I membantu kerja tim dalam belajar terjadi
ke siklus II sebesar 13,59% peningkatan dari siklus I ke siklus II ke
Peningkatan hasil belajar kognitif sebesar 25; 5) Tahap mengevaluasi terjadi
peserta didik dapat dilihat pada grafik peningkatan dari siklus I ke siklus II ke
berikut ini: sebesar 10; dan 6) Tahap memberikan
3. Kinerja Guru melalui Implementasi pengakuan dan penghargaan terjadi
Teams Games Tournament berbantuan peningkatan dari siklus I ke siklus II ke
media kartu 4-1 sebesar 12,50.
Kinerja guru dapat diketahui melalui Peningkatan nilai kinerja guru
kegiatan pembelajaran yang terjadi melalui melalui Implementasi Teams Games
enam tahapan Teams Games Tournament Tournament berbantuan media kartu 4-
berbantuan media kartu 4-1 yang mencakup; 1dapat dilihat pada grafik berikut ini:
1) tahap menyampaikan tujuan dan
mempersiapkan peserta didik, 2) tahap PEMBAHASAN
menyajikan informasi, 3) tahap meng-
organisasi peserta didik dalam tim belajar, 4) Peserta didik sering kali memandang
membantu kerja tim dalam belajar, 5) tahap bahwa mata pelajaran IPS dianggap sangat
megevaluasi, dan 6) tahap memberikan membosankan dengan alasan antara lain
pengakuan atau penghargaan. materinya yang terlalu luas, dan isinya
Adapun hasil kinerja guru selama hanyalah fakta-fakta atau kejadian yang telah
pembelajaran dengan enam tahapan Teams berlalu serta kesan selalu menghafal materi
Games Tournament adalah sebagai berikut: saja. Hal ini juga dipengaruhi ketika
Kinerja Guru melalui Implementasi menyampaikan materi itu, guru lebih banyak
Teams Games Tournament berbantuan media menggunakan metode ceramah, dan jarang
kartu 4-1 siklus I rata-rata 68,75 kategori sekali menggunakan metode yang lain.
Baik, dan siklus II 85,00 kategori Sangat Sebagian guru berpendapat bahwa
Baik. Hasil penelitian menunjukkan terjadi metode ceramah tersebut dapat mengatasi
peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar adanya materi yang luas dengan alokasi
16,25. Rata-rata tiap tahapan TGT waktu yang tersedia. Ternyata dari penelitian
mengalamipeningkatan,adap mengatakan bahwa hal tersebut tidak dapat
u n peningkatan setiap tahapan TGT adalah menyelesaikan masalah yang ada. Sering kali
sebagai berikut: 1) Tahap menyampaikan tujuan yang hendak dicapai kurang berhasil
tujuan dan mempersiapkan peserta didik maksimal karena penggunaan
98 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015
metode yang konvensional . Dalam d i d i k t e r j a d ik a r e n a g u r u d a l a m
pembelajaran memang tidak ada satupun pembelajaran menggunakan implementasi
metode yang dapat menjamin keberhasilan Teams games Tournament. Kemampuan
tujuan yang dicapai. Penggunaan metode yang dimiliki guru dalam pembelajaran
ceramah yang monoton akan membosankan mampu mendorong peserta didik dalam
dan akan menimbulkan kebosanan pada memunculkan keterampilan sosial terlihat
peserta didik, dan hanya menyentuh aspek bahwa menjaga ketenangan ketika
kognitif saja sedangkan aspek afektif dan pembentukan kelompok berlangsung dan
psikomotorik sering diabaikan. berada dalam kelompok selama diskusi
Pembelajaran IPS melalui model berlangsung berdampak pada suasana
koopratif Times Games Tournament pembelajaran yang kondusif, peserta didik
berbantuan kartu 4-1 bisa menjadi solusi tidak gaduh dan ramai sehingga mampu
untuk memecahkan berbagai permasalahan menyelesaikan tugasnya dalam tim belajar,
peserta didik seperti kebosanan, masa walaupun pada awalnya peserta didik cuek
bodoh, pasif dalam mengikuti dan acuh terhadap kelompoknya karena
pembelajaran. Pembelajaran dengan anggota kelompok bukan berisi sahabat
menggunakan model kooperatif Times karib atau teman dekatnya, perlahan kondisi
Games Tournament berbantuan kartu 4-1 ini memudar peserta didik membaur dengan
diharapkan ada perubahan suasana yang semangat dalam kerja tim belajar berusaha
pada akhirnya peserta didik mampu maksimal dalam menyelesaikan soal kuis
meningkatkan keterampilan sosial dan hasil dan turnamen. Adanya konsentrasi peserta
belajar secara komprehensif. didik dalam menjawab soal kuis dan
turnamen hal ini berkolerasi terhadap
1. Hasil belajar Psikomotor ketenangan dan kecepatan tim dalam
Data hasil belajar psikomotor berupa kelompok untuk menjawab persoalan yang
pengamatan terhadap sepuluh indikator ada dalam kelompok.
amatan keterampilan sosial peserta didik Keterampilan sosial peserta didik
kelas IX F SMP N 1 Kandeman selama mengalami peningkatan karena dalam
pembelajaran. Sepuluh indikator amatan implementasi Times Games Tournament
keterampilan sosial selama proses terdapat games (permainan) di awal kegiatan
pembelajaran mengalami peningkatan. pembelajaran, dengan adanya permainan
Keterampilan sosial peserta didik pada membuat peserta didik merasa tertarik dan
setiap indikator selama proses pembelajaran tertantang untuk segera menyelesaikan kuis
mengalami peningkatan, pada siklus I rata- dalam permainan, karena skor dalam
rata keterampilan sosial peserta didik permainan merupakan skor awal yang dicapai
kategori terampil yakni 51,30. Keterampilan setiap kelompok dalam tim belajar, selain
sosial peserta didik pada siklus II kategori permainan juga terdapat turnamen d i a k h i r
sangat terampil yakni 76,80; terjadi p er t e m u a n p e m b e l a j a r a n .
peningkatan 25,50 dari siklus I ke siklus II. Pelaksanaan turnamen membuat masing-
Peningkatan keterampilan sosial peserta masing kelompok berusaha meningkatkan
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 99
kerja sama dan komunikasi dalam Keenam indikator amatan keterampilan
kelompoknya dengan harapan kelompok tersebut mengalami peningkatan yang sangat
mereka dapat memenangkan turnamen menonjol dibandingan empat amatan yang
tersebut, kelompok yang mendapat skor lain. Adanya pengetahuan awal yang dimiliki
tertinggi dalam permainan dan turnamen peserta didik mampu memunculkan
akan menjadi tim yang terhebat/tim super. kemampuan untuk mengeluarkan pendapat,
Keterampilan sosial peserta didik yang sebelumnya sudah menjadi kebiasan b a
meningkat juga dikarenakan adanya media hwauntukketerampilandalam
pembelajaran dengan menggunakan kartu 4- mengeluarkan pendapat sangat susah
1, berupa sebuah amplop yang berisi empat dilaksanakan peserta didik selama
pertanyaan dengan pilihan jawaban sudah pembelajaran IPS berlangsung. Peningkatan
tersedia di luar amplop, peserta didik harus keenam amatan yang paling menonjol
memperhatikan penyajian informasi untuk tersebut juga tidak terlepas dari implementasi
dapat ikut berperan dalam menyelesaikan enam tahapan Times Games Tournament
kuis permainan ataupun turnamen dalam tim yangdilaksanakanguruselam
belajar. Penggunaan media kartu 4-1 mampu a pembelajaran berlangsung, peserta didik
mengurangi peserta didik dari kebosanan/ yang awalnya kurang merespon soal kuis
kejenuhan serta meningkatkan keterampilan games dan turnamen seiring dengan
sosial peserta didik selama pembelajaran perjalanan kegiatan pembelajaran dan
berlangsung. Peningkatan keterampilan media kartu 4-1 buatan guru menjadi lebih
peserta didik dalam menyelesaikan soal kuis semangat untuk mencari informasi yang
games dan turnamen tidak lepas dari berkaitan dengan persoalan kelompok,
keterampilan yang dimiliki peserta didik peserta didik juga memberikan pendapat
dalam mendengarkan masukan dari guru dalam menyelesaikan berbagai persoalan
dengan penuh perhatian, serta merespon dalam kelompok, pendapat anggota setiap k
petunjuk yang diperintahkan guru di setiap elompokdapatdigunakanuntu
pertemuan dalam setiap siklusnya. k menyelesaikan kerja dalam tim belajar,
Keterampilan sosial dalam me- dengan keberhasilan dan kecepatan
nyampaikan pendapat sesuai dengan menyelesaikan kerja dalam tim belajar
substansi persoalan yang sedang dibahas, berkolerasi dengan penyelesaian soal kuis
menyampaikan pendapat dengan bahasa baik games dan turnamen. Peserta didik
dapat dipahami peserta didik lain, juga m e m i l i k i k e m a m p u a n m e n e
menyampaikan pendapat dengan baik dan r i m a masukan/pendapat dari anggota
santun, memberikan pendapat dalam kelompok atau kelompok yang lain, bahasa
menyelesaikan berbagai masalah kelompok, yang digunakan dalam menyampaikan
menerima pendapat anggota kelompok pendapat juga sudah runtut tidak bertele-
sepanjang relevan dengan persoalan yang tele, kemampuan dalam berbahasa yang
dibahas, menjaga ketenangan ketika baik dan santun serta mudah dipahami
pembentukan kelompok berlangsung juga peserta didik yang lain memang
mengalami peningkatan di setiap siklusnya. keterampilan yang perlu dilatih sejak dini.

100 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015


Dari sepuluh indikator amatan implementasi Times Games Tournament
keterampilan sosial peserta didik terdapat yang dipadukan dengan media kartu 4-1
enam amatan keterampilan sosial yang dapat meningkatkan pemahaman peserta
peningkatannya menonjol secara rangking, didik terhadap materi pembelajaran,
yaitu: 1) menyampaikan pendapat sesuai peningkatan keterampilan sosial peserta
dengan substansi persoalan yang sedang didik berdampak pada peningkatan hasil
dibahas, 2) menyampaikan pendapat dengan belajar kognitif. Peningkatan hasil belajar
bahasa dapat dipahami peserta didik lain, 3) kognitif juga terjadi karena guru tidak
menyampaikan pendapat dengan baik dan berhenti untuk selalu memotivasi peserta
santun, 4) memberikan pendapat dalam didik untuk giat belajar. peserta didik juga
menyelesaikan berbagai masalah kelompok, termotivasi dengan teman yang memiliki nilai
5) menerima pendapat anggota kelompok tuntas KKM, peserta didik merasa malu jika
sepanjang relevan dengan persoalan yang nilai ulangan harian/tes hasil belajar
dibahas dan 6) menjaga ketenangan ketika tidak tuntas dan berusaha belajar supaya
pembentukan kelompok berlangsung. da pat t untasKKM de ngan lebih
meningkatkan intensitas memperhatikan
penyajian materi oleh guru dan ikut serta
2. Hasil Belajar Kognitif mencari informasi dalam menyelesaikan
Data hasil belajar kognitif berupa tes kerja tim belajar, kerja tim yang solid dalam
hasil belajar yang dilakukan di setiap akhir games dan turnamen yang dilakukan peserta
siklus berupa bahasan satu kompetensi didik meningkatkan hasil belajar kognitif
dasar mata pelajaran IPS dengan materi peserta didik.
yaitu siklus I Unsur geografis dan
penduduk di kawasan Asia Tenggara, dan 3. Kinerja Guru dalam Pembelajaran
siklus II Benua dan samudera di permukaan IPS dengan implementasi TGT
bumi pada kelas IX F SMP N 1 Kandeman. berbantuan Media 4-1
Hasil belajar kognitif peserta didik Kinerja Guru dengan implementasi
mengalami peningkatan setiap siklusnya, Teams Games Tournament mengalami
terjadi peningkatan ketuntasan belajar IPS peningkatan, peningkatan kinerja guru
peserta didik 13,52% dengan peningkatan sebesar 16,25 dari siklus I ke siklus II.
rerata 10,14 dari siklus I ke Siklus II. Peningkatan kinerja terjadi karena guru
Peningkatan hasil belajar kognitif berkaitan mampu menguasai enam Tahapan Times
dengan kinerja guru yang semakin baik Games Tournament selama pembelajaran
selama pembelajaran berlangsung dan berlangsung.
keterampilan sosial yang dimiliki peserta Tahap penyampaian tujuan dan
didik. Kemampuan guru dalam memfasilitasi mempersiapkan peserta didik dapat
peserta didik mencari informasi dan sumber dilaksanakan oleh guru dengan sangat baik,
belajar, mendorong keterlibatan aktif peserta guru mampu membuat suasana kelas hidup
didik serta memunculkan kreativitas dalam k dan bersemangat karena pembelajaran
elompok.Pembelajarandengan diawali dengan menyanyikan lagu wajib
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 101
nasional dengan berdiri dan serempak, berdalam megorganisasi peserta didik
motivasi dan semangat yang dimiliki setiap berdampak pada kemampuan menyelesaikan
peserta didik dapat dijadikan modal awal kuis games dan turnamen. Pembagian
dalam menyelesaikan kuis games atau kelompok berdasarkan kategori T,S dan R
turnamen. disetiap kelompoknya diharapkan terjadi
Tahap Penyajian informasi mampu kemampuan yang rata setiap kelompoknya
dilaksanakan dengan sangat baik oleh guru, dan kompetisi menjadi seimbang, tidak ada
guru menyampaikan materi secara runtut dan kelompok dengan kemampuan rata-rata tinggi
jelas hal ini berdampak pada peningkatan semua kemampuan sama. Pembagian
konsentrasi dan perhatian peserta didik, guru kelompok belajar juga memiliki pengaruh
melakukan penyajian informasi maeri dengan terhadap keberhasilan tim belajar dalm
diselingi mengajukan pertanyaan yang menyelesaikan tugas kelompoknya.
berkaitan dengan materi pembelajaran yang Tahap membantu kerja tim dalam
sedang berlangsung, pada kegiatan ini terlihat belajar juga terlaksana dengan baik, pada
antusias peserta didik dalam menjawab dan tahap ini terlihat guru keliling kelas menuju
menanggapi permasalahan yang disampaikan meja-meja dalam tim belajar, guru memantau
guru, peserta didik yang a w a l n y a d i a m s kerja setiap anggota dalam tim kelompok,
a j a m u l a i t e r l i h a t keterampilannya peserta didik juga memanfaatkan kegiatan ini
dengan ikut menanggapi permasalahan yang untuk bertanya terhadap soal atau hal-hal
disampaikan guru, terjadi interaksi positif yang belum paham dan belum jelas supaya
antara guru dan peserta didik. dapat menyelesaikan soal kuis games dan
turnamen, dalam tim belajar peserta didik
Tahap mengorganisai peserta didik ikut mencari informasi yang diperlukan
dalam tim belajar juga terlaksana dengan dalam menjawab persoalan dalam kelompok
baik, guru membagi kelompok dengan tim belajar, terjadinya saling mengeluarkan
kategori tinggi, sedang dan rendah pendapat antar peserta didik yang selama ini
berdasarkan prestasi akademik kompetensi masih susah terlihat pada pembelajaran,
dasar sebelumnya. Hal ini bertujuan supaya peserta didik saling berpegang dengan
setiap kelompok memiliki prestasi awal yang pendapatnya menjadikan suasana pem-
sama, tidak terjadi ketimpangan prestasi antar belajaran hidup. Tahap membantu kerja tim
kelompok. Peserta didik yang awalnya dalam belajar juga memiliki keterkaitan
enggan dan malas dengan anggota dengan keberhasilan peserta didik
kelompoknya karena bukan sahabat karibnya menyelesaikan soal kuis games dan
perlahan mampu menerima anggota turnamen.
kelompoknya, guru mampu memberi Tahap Evaluasi dapat dilaksanakan
pengertian bahwa semua teman adalah sama dengan sangat baik oleh guru. Guru
apakah itu sahabat atau bukan karena dalam senantiasa memberi pancingan dengan
diskusi dibutuhkan kerjasama dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
menyelesaikan persoalan dalam kelompok, menjadikan peserta didik saling berebut
dengan kemampuan yang dimiliki guru untuk menjawab, hal ini berdampak pada
102 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015
terjaganya daya ingat peserta didik. Perhatian memperoleh skor nilai dari games dan
terhadap materi yang disajikan guru, turnamen dari total skor yang diperoleh akan
kemampuan menyelesaikan soal kuis games dijumlahkan untuk didapat tim yang t e r b a i
dan turnamen serta kegiatan presentasi tim k / t i m s u p e r, d e n g a n a d a n y a
bersama tim belajar memiliki kolerasi perghargaan mendorong semangat peserta
terhadap kemampuan peserta didik untuk didik dalam mengumpulkan point-point skor
menyelesaikan soal-soal ulangan harian/tes nilai yang tertinggi. Adanya reward dapat
hasil belajar yang dilaksanakan di setiap membuka kemungkinan terjadi kompetisi y a
akhir siklusnya. Guru mampu menjadi ngsehatantarkelompokdemi
motivator bagi peserta didik untuk mendapatkan skor yang tertinggi, sehingga
meningkatkan belajar peserta didik secara dalam menyelesaikan tugas tim belajar
kognitif dengan menguasai kemampuan diharapkan menghasilkan skor nilai yang
menyelesaikan soal kognitif 1 sampai maksimal sesuai yang diharapkan .
kognitif 6 (mengingat, menjelaskan, Penghargaan yang diterima tim belajar yang
menerapkan, memilah, menilai, mencipta). terbaik menjadikan kebanggaan tersendiri
Tahap evalusi berhasil apabila peserta didik bagi peserta didik dan anggota tim belajar
mampu melaksanakan semua rangkian lainnya, karena dengan kerja kerasnyalah tim
keterampilan sosial dan mampu memiliki belajarnya mampu menjadi yang terbaik/tim
konsentrasi dalam menyelesaikan soal kuis super. Tahap adanya pemberian pengakuan
games dan turnamen . Kemampuan dan penghargaan mendorong semangat setiap
keterampilan sosial dan kemampuan kognitif kelompok dalam tim belajar berusaha
yang dimiliki peserta didik diharapkan maksimal melaksanakan kerja tim.
memiliki dampak bagi peserta didik dalam
hidup di lingkungan bermasyarakat, peserta SIMPULAN
didik harus memiliki sikap kepedulian
terhadap sesama dan lingkungan baik Berdasarkan hasil penelitian mengenai
lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat implementasi Times Games Tournament
yang tujuan akhir adalah menjadi warga berbantuan media kartu 4 - 1 dapat
Negara yang baik, mampu hidup harmonis disimpulkan sebagai berikut: 1) Model
dengan alam dan masyarakat. pembelajaran kooperatif TGT berbantuan
Tahap penberian pengakuan dan media kartu 4-1 dapat diimplementasikan
penghargaan dilaksanakan dengan sangat pada pembelajaran IPS kelas IX F di SMP N
baik. Guru senantiasa memberi upplause 1 Kandeman Batang, ada peningkatan rata-
kepada setiap peserta didik yang mampu rata dari enam tahapan TGT, pada siklus 1
menjawab persoalan yang diberikan guru rerata 68,75 (baik) dan siklus II rerata 85
maupun pertanyaan dari peserta didik yang (sangat baik); 2) Keterampilan sosial pesera
lain, penghargaan juga diberikan kepada didik siklus I dengan rerata nilai 51,30 dalam
tim-tim super yang memiliki nilai paling kategori terampil, dan pada siklus II dengan
tinggi di setiap siklusnya, setiap kelompok rerata nilai 76,80 dalam kategori sangat
yang tergabung dalam tim belajar akan terampil. Dari data tersebut disimpulkan
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 103
bahwa pembelajaran melalui Implementasi berarti pembelajaran melalui implementasi
Teams Games Tournament berbantuan media TGT mampu meningkatkan keterampilan
kartu 4-1 dapat meningkatkan Keterampilan sosial peserta didik dalam mengeluarkan
Sosial peserta didik pada kelas IX F SMP N 1 pendapat, Penelitian ini dapat dijadikan
Kandeman tahun pelajaran 2014/2015; 3) sebagai informasi untuk digunakan sebagai
Ketuntasan hasil belajar peserta didik pada bahan acuan bagi peneliti lain untuk
siklus I sebesar 72,97% rerata nilai 74,86 dan mengembangkan penelitian yang sejenis
pada siklus II sebesar 86,49% rerata nilai 85. berfokus pada peningkatan keterampilan
Dari data tersebut disimpulkan bahwa sosial peserta didik dalam mengeluarkan
terdapat peningkatan ketuntasan hasil belajar pendapat.
peserta didik pada pembelajaran IPS melalui
Implementasi Teams Games Tournament DAFTAR PUSTAKA
berbantuan media kartu 4-1 peserta didik
kelas IX F SMP N 1 Kandeman tahun Arends, R.I. (2008). Learning to teach :
pelajaran 2014/2015. Belajar untuk mengajar. (Terjemahan
Helly Prajitno Soetjipto& Sri
Mulyantini Soetjipto). New York:
SARAN McGraw Hill Companies. (Buku asli
diterbitkan tahun 2007).
Guru dalam proses pembelajaran Jauhar, M. (2011). Implementasi PAKEM. D
hendaknya dapat membuat media yang aribehavioristiksampai
efektif sehingga mampu merangsang konstruktivistis. Jakarta: Prestasi
pemikiran peserta didik dan disesuaikan Pustaka.
kebutuhan serta perkembangan peserta didik .
Kemmis, S., & Taggart, R.Mc.(1990). The
Implementasi Teams Games Tournament
action research planner (3th). Victoria:
berbantuan media kartu 4-1 ditemukan bahwa
Deakin University press.
peserta didik mampu meningkatkan secara
maksimal enam indikator amatan Muijs, D.,& Reynold, D. (2006). Effective
keterampilan sosial peserta didik yaitu: 1) teaching: Evidence and practice
menyampaikan pendapat sesuai dengan (2nded). London: Sage Publication.
substansi persoalan yang sedang dibahas, 2) Sadiman, A. S, dkk. (2011). Media p e n d i
menyampaikan pendapat dengan bahasa d i k a n : p e n g e r t i a n ,
dapat dipahami peserta didik lain, 3) pengembangan dan pemanfaatannya.
menyampaikan pendapat dengan baik dan Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
santun, 4) memberikan pendapat dalam Sanjaya. (2012). Perencanaan dan desain
menyelesaikan berbagai masalah kelompok, sistem pengajaran. Jakarta: Kencana
5) menerima pendapat anggota kelompok
Prenada Media.
sepanjang relevan dengan persoalan yang
Silberman, M. (2010). 101 ways to make
dibahas dan 6) menjaga ketenangan ketika
training active, 101 cara pelatihan dan
pembentukan kelompok berlangsung. Hal ini

104 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015


pembelajaran aktif. (Terjemahan Widoyoko, E. P. (2013). Evaluasi program
Dani Dharyani). Jakarta: PT Indeks. pembelajaran, panduan praktis bagi
(Buku asli diterbitkan tahun 2005). pendidik dan calon pendidik .
Skeel,D.J. (1995). Elementary social Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
studies:challenges for tomorrow's Zamroni. (2007). Pendidikan dan
world. New York: Harcourt Brace demokrasi dalam transisi:prakondisi
College Publishers. menuju era g l o b a l i s a s i . J a k a
Slavin, R. E. (1990). Cooperative learning r t a : P S A P Muhammadiyah.
Theory, research and practice. Zuchdi, D. (2008). Humanisasi pendidikan:
Boston: Allyn and Bacon. menemukan kembali pendidikan yang
__________ (1995). Cooperative learning, manusiawi. Jakarta: Bumi Aksara.
theory, reseach and practice. London:
Allyn and Bacon.
__________ (1991). Education
psychology: theory into practice.
Boston: Allyn and Bacon.
___________(2005). Cooperative learning,
teori,riset dan praktik. (Terjemahan
Narulita Yusron). London: Allyn and
Bacon.(Buku asli diterbitkan tahun
1995).
Smaldino, S. E., Lowther, D. L., Russell, J.
D. (2007). Instructional technology
and media for learning. Ninth Edision.
New Jersey: Pearson Merill Prentice
Hall.
Suprijono, A. (2012). Cooperative learning, t
e o r i d a n a p l i k a s i PA I K E M .
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Warsita, B. (2008). Teknologi pemelajaran.
landasan dan aplikasinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 105
FIS 42 (1) (2015)

FORUM ILMU SOSIAL


JURNAL
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/FIS
FORUM ILMU SOSIAL

BERPIKIR KREATIF DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Heri Rohayuningsih
Guru Sejarah pada SMAN 12 Semarang
Eko Handoyo
Dosen Jurusan PKn FIS UNNES

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel
Diterima Mei 2015 Setiap orang selalu dihadapkan pada pilihan untuk mengambil keputusan.
Disetujui Juni 2015 Untuk dapat mengambil keputusan yang tepat, setiap orang harus tahu
Dipublikasikan Juni 2015 langkah-langkah. Makalah ini menyajikan langkah-langkah pengambilan
keputusan dan pentingnya berpikir kreatif dalam pengambilan keputusan.
Berpikir kreatif akan membantu pengambil keputusan untuk
Keyword :
meningkatkan kualitas dan efektivitas pemecahan masalah dan hasil
Decision Making, Creative pengambilan keputusan dibuat. Berkaitan dengan proses pengambilan
Thinking keputusan, berpikir kreatif diperlukan, terutama dalam mengidentifikasi
masalah dan mengembangkan solusi alternatif.
Abstrac

Everyone is always faced with the choice to take a decision. To be able to


take the right decisions, every person should know the steps. This paper
presents what the decision-making steps and what is the importance of
creative thinking in decision making.Creative thinking will help decision
makers to improve the quality and effectiveness of problem solving and
decision making results were made. In relation to the process of decision
making, creative thinking is needed, especially in identifying problems
and develop alternative solutions.

2015 Universitas Negeri Semarang

* Alamat korespondensi
- email: yayukrohayuningsih@gmail.com
- email: eko.handoyo@mail.unnes.ac.id
PENDAHULUAN sesuatu yang harus diselesaikan, sedangkan
keputusan adalah segala putusan yang telah
Ada dua hal penting yang selalu ditetapkan.Setiap orang memiliki masalah
dihadapi manusia dalam hidupnya, yaitu yang harus diputuskan dalam hidupnya
masalah dan pengambilan keputusan. (Weiss and Weiss 2009; Pownall 2012).
Menurut kamus bahasa, masalah adalah

106 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015


Adanyamasalahmendoron disimpulkan dalam kalimat yang sederhana
g kreativitas manusia dalam hidupnya, namun bahwa pengambilan keputusan adalah
jika dengan munculnya masalah tersebut proses mengidentifikasi masalah dan
manusia tidak mampu mengatasinya, kesempatan, kemudian memecahkannya.
hidupnya akan penuh dengan ketegangan. Jika ditelusuri lebih lanjut, kegiatan
Ketegangan merupakan hal yang biasa bagi pemecahan masalah bukan merupakan
manusia; namun hal itu menjadi tidak biasa kegiatan satu-satunya dalam proses
ketika ia selaluhadir dalam diri manusia dan pengambilan keputusan, tetapi bisa dipahami
manusia tersebut selalu tidak mampu oleh nalar bahwa kegiatan pemecahan
melewatinya dengan baik. masalah merupakan inti dari proses
Untuk memperkecil kemungkinan pengambilan keputusan. Selain pemecahan
manusia dilanda masalah yang tidak mampu masalah atau sebelum sampai pada kegiatan
diselesaikannya, manusia harus memahami pemecahan masalah, proses pengambilan
dan terampil dalam mengambil keputusan keputusan selalu terkait dengan kegiatan yang
guna memecahkan masalah yang dihadapi. menyangkut pengenalan, perumusan dan
Salah satu cara untuk mengembangkan diagnosis masalah serta pencarian
keterampilan dalam mengambil keputusan pemecahan-pemecahan alternatif. Dalam
tersebut adalah berpikir kreatif. kaitannya dengan proses ini, pengambil
keputusan juga dihadapkan pada kegiatan
Proses Pengambilan Keputusan mengevaluasi, memilih diantara pemecahan-
Padahakiktnya,pengambi pemecahan alternatif dan kegiatan
l a n keputusan adalah suatu pendekatan implementasi pemecahan masalah yang telah
yang sistematis terhadap hakikat suatu dipilih.
masalah, pengumpulan fakta - fakta dan Dalam suatu organisasi, pengambil
data, penentuan yang matang dari alternatif keputusan bukan pekerjaan yang mudah.
yang dihadapi dan mengambil tindakan Memang ada orang-orang tertentu karena
yang menurut perhitungan merupakan keahlian dan pengalamannya mampu
tindakan yang paling tepat (Siagian 1986). mengambil keputusan secara tepat. Bagi
Pengambilan keputusan merupakan para pemula, pekerjaan mengambil
suatu proses yang digunakan untuk memilih keputusan dapat dirasakan sebagai beban
suatu tindakan sebagai cara pemecahan yang menghimpitnya. Untuk mengeliminasi
masalah (Stoner 1990; Abdul Mukhyi 2008). kesulitan-kesulitan dalam mengambil
Dalam buku berjudul Sistem keputusan, para ahli menemukan berbagai
Informasi untuk Pengambilan Keputusan, model dalam proses pengambilan keputusan
Siagian (1986) menyatakan bahwa (pemecahan masalah).
mengambil keputusan berarti memecahkan Siagian (1986) mengungkapkan
masalah. Keterampilan dalam memecahkan delapan langkah pengambilan keputusan,
masalah menduduki peringkat pertama yaitu: (1) definisi masalah, (2) pengumpulan
dalam suatu organisasi (Sujak, 1990). data, (3) analisis data, (4) penentuan
Dari berbagai konsep di atas, dapat alternatif, (5) pemilihan alternatif yang

Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 107


terbaik, (6) putuskan, (7) implementasikan Pokras (1993) mengemukakan enam
dan monitor hasil, dan (8) evaluasi. langkah proses pemecahan masalah dan
Sujak (1990) memperkenalkan proses mengambil keputusan, yaitu: (1) mengenali
pengambilan keputusan normatif yang masalah, (2) menamai masalah, (3)
meliputi tujuh tahap, yaitu: (1) meng- menganalisis penyebab masalah, (4)
klarifikasi dan mendefinisikan problem, (2) menjajaki pilihan pemecahan masalah, (5)
mengembangkan kriteria pemecahan masalah mengambil keputusan untuk menyelesaikan
yang baik, (3) mengembangkan alternatif, (4) masalah, (6) menciptakan dan mengikuti
membandingkan alternatif dengan kriteria, (5) rencana tindakan untuk menyelesaikan
pemilihan alternatif pemecahan, (6) masalah.
implementasi keputusan, dan Dari semua model pengambilan
(7) monitoring keputusan dan balikan. keputusan di atas, tidak ada satupun yang
Stoner (1990) mengidentifikasi empat mengabaikan pentingnya perumusan
langkah dalam proses pemecahan masalah masalah.Tampaknya semua menyadari
rasional, yaitu: (1) selidiki situasi, (2) bahwa masalah merupakan hal yang
kembangkan alternatif, (3) evaluasi sesungguhnya harus ditemukan yang paling
alternatif dan pilih yang terbaik, (4) awal, sebelum dikembangkan berbagai
laksanakan dan adakan tindak lanjut. alternatif pemecahan. Pengembangan
Dalam mengelaborasi langkah alternatif pemecahan dan juga mengambil
pengambilan keputusan, Simon (1977) ( d a salah satu darinya, yang dinilai paling
l a m Tu r p i n a n d M a r a i s 2 0 0 4 ) memungkinkan untuk dilaksanakan tidak
mengemukakan 4 tahap model rasional akan berhasil dicapai tanpa dibarengi oleh
pengambilan keputusan yang disebut IDCR, kemampuan mengenali dan merumuskan
yaitu (1) Intelligence, yakni menemukan masalah secara tepat.
kesempatan untuk membuat keputusan, (2) Untuk lebih memudahkan pemahaman
Design, meliputi kegiatan menciptakan, mengenai model pengambilan keputusan,
mengembangkan, dan menganalisis akan diuraikan salah satu dari model-model
kemungkinan sejumlah tindakan, (3) di atas, yakni model yang dikemukakan oleh
Choice, yakni memilih tindakan tertentu Gibson, dkk (1992). Pemilihan model
dari alternatif yang tersedia, (4) Review, tersebut hanya untuk kepentingan praktis
yakni menilai pilihan masa lalu. saja, tanpa didasarkan pandangan bahwa
Gibson, dkk (1992) menemukan tujuh model Gibson tersebut yang paling baik.
tahap dalam proses pengambilan keputusan Pertama, menentukan tujuan dan
yang meliputi: (1) menetapkan tujuan dan sasaran khusus dan mengukur hasilnya.
sasaran khusus dan mengukur hasilnya, (2) Organisasi memerlukan tujuan dan sasaran
mengidentifikasi persoalan, (3) me- dalam setiap bidang dimana hasil karya
ngembangkan alternatif, (4) menentukan mempengaruahi efektivitas organisasi. Jika
alternatif, (5) memilih satu alternatif, (6) tujuan dan sasaran ditetapkan secara
menerapkan keputusan, (7) mengendalikan memadai, maka ia akan menentukan hasil
dan mengevaluasi. yang harus dicapai dan ukuran yang
108 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015
digunakan untuk mewujudkan tujuan dan mengetahui semua alternatif yang ada,
sasaran tersebut. konsekuensi ma
Kedua, mengidentifikasi persoalan. sing-masing, dan
Sebuah syarat yang penting bagi keputusan probabilitas terjadinya.
adalah persoalan.Jika tidak ada persoalan, Keenam, melaksanakan keputusan.
maka tidak perlu keputusan (Gibson, dkk. Setelah memilih alternatif, aktivitas
1992). Pentingnya persoalan atau masalah selanjutnya adalah melaksanakan secara
bagi organisasi diukur dengan perbedaan efektif keputusan tersebut.Bisa jadi bahwa
antara level hasil karya yang telah diuraikan keputusan yang baik dapat menjadi jelek
dalam tujuan dan sasaran dengan tingkat karena pelaksanaannya kurang baik.Oleh
hasil karya yang dicapai. karena itu dalam tahap ini, semua anggota
Ketiga, mengembangkan alternatif. organisasi harus disiapkan untuk melaksana-
Sebelum mengambil keputusan, harus kan keputusan tersebut dan dapat dipastikan
dikembangkan beberapa alternatif yang dapat bahwa semuanya merasa terlibat.
dilaksanakan dan harus dipertimbang-kan Ketujuh, pengendalian dan evaluasi.
konsekuensi yang mungkin dari tiap-tiap Manajemen yang efektif meliputi pula
alternatif. Ini merupakan proses pencarian pengukuran berkala mengenai hasil nyata
yang melelahkan dimana lingkungan internal yang benar-benar dicapai. Hasil nyata
dan eksternal yang relevan dari organisasi dibandingkan dengan hasil yang direncana-
diperiksa untuk memberikan informasi yang kan. Jika ternyata terdapat penyimpangan,
dapat dikembangkan menjadi alternatif yang harus diadakan perubahan baik dalam hal
mungkin. pemecahan yang dipilih, pelaksanaannya
Keempat, mengevaluasi alternatif. maupun dalam sasaran semula.Sistem
Setelah alternatif dikembangkan, maka pengendalian dan evaluasi tertentu perlu
alternatif tersebut harus dievaluasi dan untuk menjamin bahwa hasil nyata
dibandingkan. Alternatif yang akan dipilih konsisten dengan hasil yang direncanakan
paling tidak didasarkan pada dua hal, yaitu: pada waktu keputusan diambil.
(1) memberikan hasil yang paling
menguntungkan, (2) paling kecil kerugian- Pentingnya Berpikir Kreatif dalam
nya. Pengambilan Keputusan
Kelima, memilih alternatif. Tujuan Manusia, apakah ia dalam keadaan
memilih alternatif adalah memecahkan menyendiri ataupun dalam situasi sosial,
persoalan supaya dapat mencapai tujuan dan tidak pernah terlepas dari kegiatan berpikir.
sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Rene de Descartes bahkan dengan sinis
Memilih alternatif bukanlah pekerjaan yang mengatakan: cogito ergo sum, artinya,
mudah. Oleh karena itu didasari bahwa saya berpikir, karena itu saya ada (Suzuki
dalam kebanyakan pengambilan keputusan, 2012). Ini sama artinya dalam penalaran
pemecahan yang optimal seringkali tidak negatif dinyatakan bahwa manusia yang
mungkin. Hal ini disebabkan karena tidak pernah berpikir berarti ia tidak pernah
pengambilan keputusan tidak mungkin ada. Hal ini selaras juga dengan apa yang
dikatakan Ralph Waldo Emerson, bahwa
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 109
seorang manusia adalah apa yang UNESCO (2013), kita hidup di dalam dunia
dipikirkannya sepanjang hari (Mortensen yang memerlukan cara berpikir kreatif agar d
2011). apatmemecahkanmasalahyang
Apa berpikiritu?Adayang berkembang dengan cepat dan kompleks.
mengatakan bahwa berpikir adalah proses Berpikir kreatif berhubungan dengan
asosiasi. Yang lain mengatakan bahwa tindakan mengimpresi sebuah masalah
berpikir adalah suatu proses penguatan (problem) secara mendalam ke dalam
hubungan antara stimulus dan respons. pikiran kita.Masalah tersebut divisualisasi
Yang lainnya lagi mengartikan berpikir dengan jelas, selanjutnya kita merenungkan
sebagai suatu kegiatan psikis untuk mencari atau membayangkannya. Aktivitas tersebut
hubungan antara dua objek atau lebih. semuanya ditujukan untuk memperoleh
Umumnya orang berpikir ketika ia sebuah ide atau konsep baru. Berpikir
menghadapi masalah atau persoalan. Dalam kreatif adalah proses berpikir yang dapat
konteks ini, tujuan berpikir adalah memecahkan masalah tertentu dengan cara
memecahkan masalah tersebut.Dengan orisinil dan bermanfaat (Winardi 1991).
demikian, berpikir adalah suatu aktivitas Berpikir kreatif berbeda dengan berpikir
psikis yang intensional, dimana dalam analitis.Cara berpikir kreatif bersifat
upaya memecahkan masalah tersebut, imajinatif dan tidak dapat diramalkan.
orang menghubungkan suatu hal (objek) Berpikir kreatif juga bercorak divergen dan
dengan hal (objek) lainnya (Walgito 1994). lateral. Berbeda dengan cara berpikir kreatif,
Kreativitas merupakan sesuatu yang berpikir analitis bersifat logis, dapat
terjadi ketika kita mampu mengatur pikiran diramalkan, konvergen dan vertikal.
kita sedemikian rupa yang siap mengarah Dalam berpikir kreatif terdapat empat
pada pemahaman yang berbeda dan lebih langkah yang dilaluinya, yaitu: saturasi,
baik dari subjek atau situasi yang sedang inkubasi, iluminasi, dan verifikasi (Winardi
kita pertimbangkan (Proctor 2005). 1991). Pertama, saturasi adalah upaya
Kreativitas berkaitan dengan bagaimana pengumpulan fakta-fakta, data dan sensasi-
kita mem-bayangkan sesuatu hal atau sensasi yang dimanfaatkan oleh pikiran kita
melakukan imajinasi. Manusia selalu sebagai bahan mentah dalam memproduksi
bertindak, merasakan, dan bekerja menurut ide-ide baru.Kedua, inkubasi adalah proses
apa yang dia bayangkan tentang diri dan yang berlangsung tanpa adanya suatu upaya
lingkungan-nya (Heartsill 2008). yang dilaksanakan secara sadar. Dalam tahap
Berpikir kreatif adalah berpikir yang ini pikiran di bawah sadar menyortir aneka
memungkinkan seseorang dapat menerap- macam potongan informasi.Informasi yang
kan imajinasi dalam membangkitkan ide- tak terhitung banyaknya tersebut dikom-
ide, pertanyaan, hipotesis serta menguji binasikan. Ketiga, iluminasi berkaitan dengan
berbagai alternatif dan mengevaluasinya fase flas on genius atau ilham yang muncul
sehingga menjadi produk final (Kampylis secara kilat yang seringkali terlihat setelah
and Eleni Berki 2014). Berpikir kreatif ini periode inkubasi berlangsung lama.Keempat,
dipandang penting, karena menurut IBE verifikasi sebagai langkah

110 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015


terakhir mengahrauskan adanya evaluasi dan sebagai proses aktif merupakan variabel
verifikasi pemecahan yang diajukan bebas yang memengaruhi proses pe-
sehubungan dengan fakta-fakta yang ngambilan keputusan sebagai variabel
berkaitan dengan masalah yang akan terikat. Menurut Evans (1994), berpikir
dipecahkan. kreatif akan membantu orang untuk
Dalam kaitannya dengan proses meningkatkan kualitas dan keefektifan
pengambilan keputusan, Osborn mem- pemecahan masalah dan hasil pengambilan
perkenalkan tiga fase utama dalam keputusan yang dibuat. Dalam kaitannya
pemecahan masalah secara kreatif. Pertama, dengan proses pengambilan keputusan,
fase penemuan fakta. Fase penemuan fakta m berpikir kreatif sangat dibutuhkan terutama
eliputipendefinisianmasalah, dalam mengidentifikasi persoalan (masalah)
pengumpulan dan analisis data yang relevan. dan mengembangkan alternatif pemecahan.
Kedua, fase penemuan ide. Fase ini meliputi Identifikasi persoalan baik dalam hal
pengumpulan ide secara tentatif, kemudian mengenali masalah maupun dalam meng-
mengembangkan ide-ide tersebut dengan analisis akar penyebab masalah
memodifikasi dan mengkombinasi serta memerlukan orang-orang yang memiliki
menambah atau mencari informasi lain jika kepekaan tinggi terhadap masalah, tidak
perlu. Penemuan ide-ide dapat diperoleh pernah cepat puas, memiliki kelancaran ide,
dengan mengikuti dua prinsip, yaitu: (1) fleksibel, memiliki daya khayal (imajinasi)
menggunakan kemampuan untuk meninjau yang tinggi, memiliki sifat ingin tahu yang
masalah dari perkiraan yang berlainan, (2) besar, menyukai hal - hal baru, keberanian
kuantitas akan menghasilkan kualitas. mengambil resiko, gigih dalam mem-
Ketiga, fase penemuan pemecahan. Fase perjuangkan sesuatu, dan memiliki
tersebut meliputi: pengujian pemecahan kemampuan asosiasi yang sangat tinggi.
secara tentatif melalui pengujian, peng- Para kreator inilah yang dipandang mampu
abdosian, dan penerapan jalan pemecahan untuk tidak saja mengidentifikasi persoalan,
yang telah ditetapkan oleh personil yang tetapi juga dalam mengembangkan
terlibat dalam usaha pemecahan masalah. alternatif pemecahan dikarenakan
Fase ini juga melibatkan suatu judgement kemampuan berpikirnya tersebut.
(pembuatan perkiraan). Analisis, dan kritik. Jika ternyata dalam penerapan dan
Setiap ide-ide pemecahan diuji dan dikritik pelaksanaan keputusan tidak tepat atau gagal
serta dipertimbangkan kemungkinan dalam pelaksanaannya, masih tersedia ide,
efektivitasnya terhadap masalah yang gagasan atau cara pemecahan lain yang
dihadapi (Sujak 1990). dihasilkan oleh para pemimpin, manajer atau
Dari paparan sebelumnya sudah anggota organisasi lainnya dalam pertemuan
dijelaskan konsep pengambilan keputusan kreatif mereka. Disinilah letak pentingnya
dan berpikir kreatif. Berkaitan dengan hal berpikir kreatif dalam mengambil keputusan.
ini, pertanyaan yang muncul adalah adakah Artinya, melalui pemikiran yang kreatif,
hubungan antara berpikir kreatif dan segala kemungkinan akan keberhasilan
pengambilan keputusan. Berpikir kreatif maupun kegagalan suatu keputusan sudah
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 111
disiapkan sebelumnya. Para pemimpin, DAFTAR PUSTAKA
manajer, dan seluruh anggota organisasi
tidak cepat puas dan bangga atas hasil Abdul Mukhyi, Mohammad. 2008. Teori
karya mereka jika berhasil dan sebaliknya Pengambilan Keputusan. Bahan Ajar
mereka tidak mudah putus asa, lemah dan tidak diterbitkan. Jakarta: Universitas
tegang ketika akhirnya usaha mereka gagal. Gunadarma.
Hal ini karena pemikir kreatif sadar bahwa Evans, James R. 1994. Berpikir Kreatif
kegagalan merupakan keberhasilan yang Dalam Pengambilan Keputusan dan
tertunda. Manajemen. Terjemahan Bosco
Carvallo. Jakarta: Bumi Aksara.
PENUTUP
Gibson, dkk. 1992. Organisasi dan
Proses pengambilan keputusan dalam Manajemen Perilaku, Struktur dan
suatu kelompok atau organisasi bukan Proses. Terjemahan Djoerban Wahid.
hanya monopoli para pemimpin atau Jakarta: Erlangga.
manajer meskipun merekalah yang pada Heartsill, W. 2008. The Miracle of Positif
tingkatan tertinggi merupakan decision Thinking Mukjizat Berpikir Positif.
maker. Oleh karena proses tersebut Yogyakarta: Quills Book Publisher.
menyangkut upaya identifikasi masalah IBE UNESCO. 2013. Guiding Principles for
sampai dengan pe-nilaian hasil (keputusan) Learning in the Twenty-first Century.
yang telah dicapai, maka para pemimpin UNESCO.
atau manajer tidak bisa mengabaikan peran
Kampylis, Panagiotis and Eleni Berki. 2014.
anggota organisasi atau bawahannya.
Nurturing Creative Thinking. Belle
Dalam rangka untuk memperoleh
France: UNESCO.
kepuusan yang baik, yakni besar
manfaatnya dan kecil kerugiannya, dalam Mortensen, Kurt W. 2011. Persuasion IQ 10
organisasi tersebut harus dikembangkan Keterampilan Kunci Kesuksesan.
berpikir kreatif dikalangan anggota Terjemahan Indrawati Susilo. Jakarta:
organisasi.Berpikir kreatif ini diperlukan PT. Serambi Ilmu Semesta.
terutama ketika para pengambil keputusan Pownall, Ian. 2012. Efective Management
sedang mengidentifi-kasi masalah dan Decision Making An Introduction.
mengembangkan alternatif pemecahan. Ventus Publishing ApS.
Dengan berpikir kreatif, diharapkan resiko
Pokras, Sandy. 1993. Pemecahan Masalah
kegagalan dapat di-minimalisasi dan kalau
dan Pengambilan Keputusan yang
ternyata menemui kegagalan, diorganisasi
Sistematis. Terjemahan Lydia. Jakarta:
tersebut masih tersedia ide, gagasan, dan
Binarupa Aksara.
cara pemecahan lain untuk diterapkan.
Proctor, Toni. 2005. Creative Problem
Solving for Managers Developing
Skills for Decision Making and

112 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015


Innovation. London and New York:
Routledge Taylor and Francis Group.
Siagian, Sondang P. 1986. Sistem Informasi
untuk pengambilan keputusan. Jakarta:
Gunung Agung.
Stoner, James A.F. 1990. Manajemen Jilid 1.
Terjemahan Alfonsus Sirait. Jakarta:
Erlangga.
Sujak, Abi. 1990. Kepemimpinan Manajer.
Jakarta: Rajawali Press.
Suzuki, Fumitaka. 2012. The Cogito
Proposition of Descartes and
Characteristics of His Ego Theory.
In Bulletin of Aichi University of
Education, 61 (Humanities and Social
Sciences) March 2012, pp. 73-80.
Turpin, RS and Marais MA. 2004. Decision
Making: Theory and Practice. In
ORiON Volume 20 (2) pp. 143-160.
Walgito, Bimo. 1994. Pengantar Psikologi
Umum. Yogyakarta: Andi Offset.
Weiss, Jie W. and David J. Weiss. 2009. A
Science of Decision Making: The
Legacy of Ward Edwards. New York:
Oxford University Press, Inc.
Winardi. 1991. Kreativitas dan Teknik-
teknik Pemikiran Kreatif dalam
Bidang Manajemen. Bandung: citra
Aditya Bakti.
113 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015
FIS 42 (1) (2015)

FORUM ILMU SOSIAL


JURNAL
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/FIS
FORUM ILMU SOSIAL

PENERAPAN MEMBACA SINTOPIKAL UNTUK MENUMBUHKAN KARAKTER


DAN MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MELALUI
PEMBELAJARAN MODEL READING GUIDE PADA SISWA KELAS IX C
SMP NEGERI 16 PEKALONGAN TAHUN PELAJARAN 2012-2013
Muhammad Yusron, S. Pd
SMP Negeri 16 Pekalongan

Info Artikel Abstrak

Sejarah Artikel
Diterima Mei 2015 Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengembangkan
Disetujui Juni 2015 keterampilan proses pembelajaran yang menuntut siswa mandiri dengan
Dipublikasikan Juni 2015 menumbuhkan karakter melalui kegiatan membaca pada mata pelajaran IPS.
Analisis data secara diskriptif dengan mengkomparatifkan nilai tesantar
Keyword : siklus. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan karakter
baik berkorelasi terhadap kenaikan hasil belajar siswa. Sejumlah 32 anak
learning outcomes, character,
kelas IX Cyang terdiri dari 14 putra dan 18 putri mengalami peningkatan
minimal requirement mastery, dalam karakter dari siklus I kesiklus II data penelitian menunjukkan adanya
syntopical reading kenaikan sebesar 77,21%. Sedangkan untuk hasil belajar siswa dari data
penelitian menunjukkan peningkatan dengan tingkat ketuntasan klasikal
sebesar 87,5% dan rata-rata 78,26. Kesimpulan bahwapemilihan model
pembelajaran disesuaikan karakteristik materi dan kondisi siswa, dengan
fasilitasi untuk terus membaca sintopikal guna membentuk karakter, sehingga
prestasi hasil belajar menjadi maksimal.
Abstrac

The purpose of this class action research is to develop learning


process skills that requires students to be independent by developing
caharacter through reading activities in Social Sciences subject. Data
analysis is done descriptively by comparing inter-cycles test scores. The
results of this study showed an improved character correlated to the increase
in student learning outcomes. 32 students of IX C class consisting of 14 boys
and 18 girls experienced an increased character from the cycle I to cycle II.
Research data shows an increase of 77.21% in character. In learning
outcomes, there is an increase in classical mastery of 87.5% and the average
of 78.26. The conclusion of this research is that the selection of learning
model adapted to material characteristics and conditions of the students, with
facilitation to continue syntopical reading to build characters make a
maximal learning outcomes.

2015 Universitas Negeri Semarang

* Alamat korespondensi
yusron.rahasihab@gmail.com

114 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015


PENDAHULUAN masing aspek baru mencapai 6,9 dengan
kategori baik sekali. Hal ini perlu
Makna membaca secara luas tidak ditingkatkan menjadi sebaliknya atau bahkan
hanya membaca buku saja, melainkan juga lebih tinggi lagi. Adapun faktor yang diduga
membaca situasi, kondisi, alam, bahkan menjadi penyebabnya adalah: (1) pem-
antar p r i b a d i ( N u g r o h o , 2 0 0 5 ) . belajaran lebih ditekankan pada pengumpul-
H a l i n i menunjukkan bahwa membaca an pengetahuan tanpa mempertimbangkan
harus dijadikan sebagai suatu budaya, ketrampilan dan pembentukan sikap dalam
khususnya dikalangan siswa. Sekolah pembelajaran, (2) kurangnya kesempatan
dituntut mampu menumbuhkan budaya bagi siswa untuk mengembangkan
tersebut agar dapat menciptakan SDM yang kemampuan bernalarnyamelalui diskusi
berkarakter dengan pengetahuan yang luas. kelompok, (3) sasaran belajar ditentukan oleh
Materi pelajaran Ilmu Pengetahuan guru sehingga pembelajaran menjadi kurang
Sosial (IPS) berkenaan dengan fenomena bermakna bagi siswa.
dinamikasosial, budaya dan ekonomi yang Penyempurnaan PBM IPS dicobakan
menjadi bagian integral dalam kehidupan dengan mengimplementasikan penerapan
masyarakat dari waktu ke waktu dan dari membaca sintopikal dengan model
tempat ke tempat, baik dalam skala pembelajaran Reading Guide. Dalam hal ini
kelompok masyarakat, lokal, nasional, pembelajaran didesain denganmeng
regional dan global. Untuk itu diperlukan konfrontasikan siswa dengan masalah-
adanya inovasi pembelajaran yang mampu masalah kontektual yang berhubungan
menumbuhkan potensi peserta didik agar dengan materi IPS sehingga siswa
peka terhadap masalah sosial yang terjadi mengetahui mengapa mereka belajar
dimasyarakat, memiliki sikap mental yang kemudian mengidentifikasi dan
positif terhadap perbaikan segala mengumpul-kan informasi dengan
ketimpangan yangterjadi dan terampil membaca dari bukusumber, diskusi dengan
mengatasi masalah sehari-hari baik yang teman untuk dapat mencarikan solusi
menimpa dirinya maupun masyarakat. masalah yang dihadapinya.
Upaya untuk menumbuhkan karakter Penerapan membaca sintopikal dengan
dan meningkatkan hasil belajar siswa kelas model pembelajaran Reading Guide
IX CSMP Negeri 16 Pekalongan dalam dimaksudkan untuk menumbuhkan karakter
pembelajaran IPS dilakukan dengan berbagai dan meningkatkan hasil belajar siswa, karena
macam cara, namun demikian, hasil melalui pembelajaran ini siswa belajar
pembelajaran pada evaluasi awal di semester bagaimana menggunakan konsep dari hasil
I tahun 2012/2013dengan KKM 75 untuk membaca dan proses interaksi untuk menilai
kelas IX C (pra siklus) diperoleh nilai, bahwa apa yang mereka ketahui, mengidentifikasi
87,5% masih dibawah KKM, sedangkan apa yang ingindiketahui, mengumpulkan
sisanya 12,5% memperoleh nilai diatas KKM, informasi dan secara kolaborasi meng-
dengan nilai rata-rata 54,1serta rata-rata evaluasi hipotesisnya berdasarkan data yang
tingkat karakter siswa dari masing- telah dikumpulkan Kondisi ini tentunya
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 115
perlu menjadi perhatian bagi semua pihak disuguhkan tidak malasmerentangkan
sekolah khususnyaguru mata pelajaran yang wawasan berpikirnya untuk mencari
berhubungan langsung dengan siswa. tambah akan ilmu pengetahuannya.
Membaca sintopikal atau disebut a. Tahap-tahap Membaca Sintopikal
membaca komparatif merupakan tingkatan - Ta h a p P e r t a m a : M e n g e l o l
dalammembaca buku yang dilakukan dengan a Keperluan Diri
cara membandingkan beberapa buku. - Tahap Kedua : Penguasaan Istilah
Tujuannyaadalah untuk mengumpulkan - Tahap Ketiga : Menyediakan dalil-
informasi dari berbagai penulis dalam dalil untuk suatu permasalahan
menjawab satupertanyaan atau permasalahan - Tahap Keempat : Menjelaskan
tertentu, sehingga setelah melakukan kegiatan Permasalahannya
inidiharapkan tumbuh suatu karakter yang - Tahap Kelima : Menganalisa
disebut dengan karakter sintopikal. Karakter Pembahasannya
sintopikal adalah karakter yang terbentuk
ketika atau setelah seseorang Sasaran yang akan dicapai dari
melakukankegiatan membaca. Sedangkan hal berbagai tahapan yang dilakukan
ini diungkapkan oleh Adler dan Doren (1972) adalah pemahaman. Pembaca sintopikal
yang menggolongkan membaca menjadi tiga harus obyektif pada waktu mempelajari
besar hirarki tingkatan yangbenar, yaitu: (1) permasalahandan mempertimbangkan
Tingkat membaca inspeksional, yaitu semua pendapat secara jujur.
membaca sekilas atau pra membaca. Dalam
tingkatan ini seseorang baru memeriksa b. Penerapan Karakter Sintopikal
dengan membolak-balik buku bertujuan Hubungan membaca sintopikal perilaku
mengetahui isi buku sehingga perlu dibaca sehari-hari dapat dianalogikan dengan
atau tidak. (2) Tingkat membaca analitis, yaitu membangun karakter-karakter subyek
membaca dengan menganalisa seluruh isi dalam beraktivitas. Harus diketahui
buku.(3) Tingkat membaca sintopikal atau makna membaca secara luas tidak
tingkat membaca per-bandingan. Tingkatan hanya membaca buku saja, melainkan
inipembaca bertujuan untuk mengumpulkan juga membaca situasi, kondisi, alam,
informasi dari berbagai penulis untuk bahkan antar pribadi. Karakter
menjawab satu pertanyaan atau permasalahan sintopikal berorientasi lintas batas,
tertentu. Membaca sintopikal merupakan jenis artinya seseorang tidak terkukung
membaca yang paling kritis diantara jenis dalam kesempitan wawasannya, juga
lainnya. Pembaca harus mampu menelaah tidak takut akan berbuat kesalahan
informasi berdasarkan tulisan dan dalam mengeluarkan pendapatnya guna
menggunakan kekuatan imajinatif sangat menanggapi suatu permasalahan atau
kritis untuk mencari kebenaran yang menawarkan inovasi dalam kehidupan.
diinginkannya. Dalam hal ini, pembaca tidak
mudah menerima sebuah fakta yang c. Langkah Membangun Sintopikal
(1) Pertama, penciptaan lingkungan

116 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015


berpikir yang kritis dan cerdas. Hal Karakter sintopikal yang diharapkan
ini berarti bahwa peserta didik harus dalam penelitian ini adalah siswa yang
senantiasa memperhatikan fakta- memiliki cara berpikir nalar, kritis terhadap
fakta yang ada lalumenarik ke- pendapat orang lain melalui cek dan ricek
simpulan akan kebenaran. Mereka terhadap diri sendiri, suka bermusyawarah
harus memiliki sifat terbuka dalam dan simpati terhadap orang lain dan
menanggapi suatu permasalahan beraniberpendapat di muka umum.
(open system problem) dan selalu Gunter, et al (1990) mendefinisikan
menerima informasi-informasi yang an instructional model is a step-
datang dari luar pemikiran yang bystepprocedure that leads to specific
mungkin mengubahkesimpulannya. learning outcomes. Joyce dan Weil (1980),
Untuk itu diperlukan cara berpikir mendefinisikan model pembelajaran sebagai
nalar, yaitu: mengkritisi danskeptis kerangka konseptual yang digunakan sebagai
sebelum membuktikan; berpikir pedoman dalam melakukan pembelajaran.
dahulu sebelum bertindak; mem- Dengan demikian, model pembelajaran
perluas pandangan dan menepis merupakan kerangka konseptual yang
prasangka jelek; menghindari ke- melukiskan prosedur yang sistematis dalam
absolutan kebenaran tanpa reserve; mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
bersifat terbuka dan dewasa dalam mencapai tujuan belajar. Jadi model
menerima kritikan; berorientasi pembelajaran cenderung dreskriptif, yang
jangka panjang dalam mengambil relatif sulit dibedakan dengan strategi
keputusan; kritis terhadap pendapat pembelajaran. An instructionalstrategy is a
orang lain melalui cek dan ricek method for delivering instruction that is
terhadap diri sendiri; optimis, intended to help students achieve alearning
positif, suka bermusyawarah dan objective (Burden & Byrd, 1999). Selain
simpati terhadap orang lain; jujur; memperhatikan rasional teoretik, tujuan, dan
dan berpikir dan bertindak secara hasil yang ingin dicapai, model pembelajaran
sistematis (Nugroho, 2005). memiliki lima unsur dasar (Joyce & Weil
(1980), yaitu (1) syntax, yaitu langkah-
(2) Pembinaan keberanian mengeluar- langkah operasional pembelajaran, (2) social
kan pendapat. Cara membina system, adalah suasana dan norma yang
masyarakat didiksangat relatif, berlaku dalam pembelajaran, (3) principles of
situasional dan kondisional. reaction, menggambarkan bagaimana
(3) Pendidikan keahlian berdiplomasi, seharusnya guru memandang, memperlaku-
yakni pelatihan berbicara dan kan, dan merespon siswa, (4) support system,
kepiawaian menggunakan bahasa segala sarana, bahan, alat, atau lingkungan
non verbal. Kemampuan ini sangat belajar yang mendukung pembelajaran, dan
menentukan keefektifandan ke- (5) instructional dan nurturant effects, hasil
efisienan seseorang untuk mencapai belajar yang diperoleh langsung berdasarkan
kesuksesan. tujuan yang disasar (instructional effects)
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 117
dan hasil belajar di luar yang disasar IPS SMP/MTs antara lain sebagaiberikut:
(nurturanteffects) (Santyasa, 2007). a. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan
Reading Guide adalah suatu strategi gabungan dari unsur-unsur geografi,
pembelajaran yang digunakan untuk materi sejarah,ekonomi, hukum dan politik,
mata pelajaran yang membutuhkan waktu kewarganegaraan, sosiologi, bahkan
banyak dan tidak mungkin semuanya juga bidanghumaniora, pendidikan dan
dijelaskan dalam kelas. Untuk mengefektif- agama (Soemantri, 2001).
kan waktu, maka siswa diberi tugas membaca b. Kompetensi Dasar IPS berasal dari
dan menjawab pertanyaan atau kisi-kisi untuk struktur keilmuan geografi, sejarah,
dikerjakan. Dalam pembelajaran ini siswa ekonomi,hukum dan politik, sosiologi,
dituntut untuk berperan aktif dalam kegiatan yang dikemas sedemikian rupa sehingga
pembelajaran. Adapun langkah-langkah menjadi pokok bahasan atau topik
dalam strategi model pembelajaran ini (tema) tertentu.
sebagai berikut:1) menentukan topik materi; c. Kompetensi Dasar IPS juga me-
2) memberikan materi bacaan; 3) siswa nyangkut berbagai masalah sosial yang
disuruh membaca materi bacaan yang telah dirumuskandengan pendekatan inter-
disediakan; 4) memberikan guide atau daftar disipliner dan multidisipliner.
pertanyaan yang harus diselesaikan sesuai d. Standar Kompetensi dan Kompetensi
dengan bacaan materi yang diberikan; 5) Dasar dapat menyangkut peristiwa
siswa mengisi guide atau daftar pertanyaan danperubahan kehidupan masyarakat
berdasarkan teks bacaan; 6) siswa mem- dengan prinsip sebab akibat, ke-
presentasikan hasil pengisisan atau hasil wilayahan, adaptasi dan pengelolaan
pekerjaannya dan 7) klarifikasi tugas yang lingkungan, struktur, proses dan masalah
sudah dikerjakan siswa atau materi pokok sosial serta upaya-upaya perjuangan
pembelajaran. hidup agar survive seperti pemenuhan
IPS merupakan integrasi dari berbagai kebutuhan,kekuasaan, keadilan dan
cabang ilmu-ilmusosial seperti: sosiologi, jaminan keamanan (Daldjoeni, 1981).
sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, e. Standar Kompetensi dan Kompetensi
dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial Dasar IPS menggunakan tiga dimensi
dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena dalam mengkaji dan memahami
sosial yangmewujudkan satu pendekatan fenomena sosial serta kehidupan
interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang manusia secarakeseluruhan.
ilmu-ilmusosial (sosiologi, sejarah, geografi,
ekonomi, politik, hukum, dan budaya). Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial
IPS atau studisosial itu merupakan ialah untuk mengembangkan potensipeserta
bagian dari kurikulum sekolah yang didik agar peka terhadap masalah sosial yang
diturunkan dari isi matericabang-cabang terjadi di masyarakat, memiliki sikapmental
ilmu-ilmu sosial: sosiologi, sejarah, geografi, positif terhadap perbaikan segala ke-
ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan timpangan yang terjadi, dan terampil
psikologi sosial. Karateristik mata pelajaran mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-

118 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015


hari baik yang menimpa dirinya sendiri klasifikasi hasil belajar dari Bloom(1956)
maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan dalam (Sudjana, 2002)yang secara garis
tersebut dapat dicapai manakala program- besar membaginya menjadi tiga ranah,
program pelajaran IPS di sekolah di- yaitu: ranah kognitif, ranah afektif, dan
organisasikan secara baik (Depdiknas, ranah psikomotoris Ranah kognitif
2005). berkenaan dengan hasil belajar intelektual
Salah satu tugas sekolah adalah yang terdiri dari enam aspek, yaitu:
memberikan pengajaran kepada siswa. pengetahuan atau ingatan, pemahaman,
Mereka harus memperoleh kecakapan dan aplikasi, analisis sintensis, dan evaluasi.
pengetahuan dari sekolah, disamping Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang
mengembangkan pribadinya. Pemberian terdiri dari lima aspek, yaitu: penerimaan,
kecakapan dan pengetahuan kepada siswa, jawaban atau reaksi, penilaian organisasi,
yang merupakan proses belajar-mengajar dan in-ternalisasi. Ranah psikomotoris
dilakukan oleh guru di sekolah dengan berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan
menggunakan cara-cara atau metode- dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek
metode tertentu. Mata pelajaran IPS di SMP ranah psikomotoris, yaitu:1). Gerakan
berfungsi untuk mengembangkan pe- refleks, 2). Keterampilan gerakan dasar, 3).
ngetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan Kemampuan perseptual, 4). Keharmonisan,
siswa tentang masyarakat, bangsa, dan 5). Gerakan keterampilan, dan 6). Gerakan
negara Indonesia (Depdiknas, 2003). ekspresif dan interpretatif.
Terkait dengan tujuan mata pelajaran Berdasarkan konsep di atas maka dapat
IPS yang sedemikian fundamental maka diperoleh suatu pengertian bahwa hasil
guru dituntut untuk memiliki pemahaman belajar IPS adalah kemampuan yang dimiliki
yang holistik dalam upaya mewujudkan oleh siswa setelah belajar, yang wujudnya
pencapaian tujuan tersebut. berupa kemampuan kognitif, afektif, dan
Pemberian indikator dalam pem- psikomotorik. Derajat kemampuan yang yang
belajaran mengacu pada hasil belajar yang diperoleh siswa diwujudkan dalam bentuk
harus dikuasai siswa. Dalam pencapain nilai hasil belajar IPS.
hasil belajar siswa, guru dituntut untuk me- Upaya untuk menumbuhkan karakter
madukan ranah kognitif, afektif, dan siswa adalah dengan mengharuskan dan
psikomotorik serta proporsional. Kingsly membiasakan siswa untuk membaca dengan
(1951) membagi tiga macam hasil belajar, membandingkan beberapa buku bacaan
yaitu: materi pelajaran, baik buku panduan, LKS,
1. Ketrampilan dan kebiasaan maupun buku penunjang atau referensi yang
2. Pengetahuan dan pengertian lain atau membaca sintopikal. Tujuannya
3. Sikap dan cita-cita. adalah untuk membandingkan isi materi
yang ada dalam bacaannya.
Dalam sistem pendidikan nasional Model yang digunakan dalam pem-
rumusan pendidikan, baik tujuan kurikuler belajaran adalah model Reading Guide,
maupun tujuan instraksional, menggunakan karena model ini menuntut siswa untuk
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 119
selalu membaca sebelum memecahkan kelompok . Namun demikian, hasil
persoalan atau menjawab pertanyaan yang pembelajaran IPS pada Pre-test untuk
diajukan oleh guru. Semakin tekun siswa menguji kompetensi siswa di Semester I
dalam membaca, maka diharapkan muncul Tahun Pelajaran 2012/2013 kelas IX C
karakter sintopikal dari diri siswa yang sesuai SMPNegeri 16 belum memuaskan, yakni
dengan tujuan dalam pembelajaran. Hal ini belum tuntas 28 siswa (87,5%). Tingkat
disebabkan karena kebiasaan membaca dapat Karakter Siswa Kelas IX C pada Pra Siklus
menggali bakat dan potensi diri, memacu yang Baik (B) sebesar 40,64% dan yang
daya nalar (intelektual) serta berkonsentrasi Baik Sekali (BS) sebesar 34,3%
yang menjadikan pikiran dan emosi Pada hasil Pre-test di Semester I
terkendali, sehingga mudah untuk berpikir Tahun 2012/2013 dengan KKM 75 untuk
positif dalam menyikapi berbagai masalah. Kelas IX C diperoleh nilai, bahwa sebanyak
Salah satu tahapan dalam model 28 atau 87,5% siswa masih di bawah KKM,
pembelajaran ini adalah siswa diberi tugas sedangkan sisanya sebanyak 4 atau 12,5%
untuk membaca dan menjawab pertanyaan siswa sudah mampu memperoleh nilai di
atau kisi kisi untuk dikerjakan. Penugasan atas KKM, dengan nilai rata-rata 54,13
membaca dalam proses pembelajaran inilah sementara untuk tingkat karakter siswa dari
yang diharapkan dapat memunculkan 5 (lima) komponen baru dengan klasifikasi
karakter dari diri siswa, sehingga dapat baik sekali rata-rata baru mencapai 6,86 % .
meningkatkan hasil belajarnya.
Penelitian dilakukan dalam 2 (dua) Siklus Pertama. Pokok bahasan yang
siklus,masing-masing siklus terdiri dari 4 disajikan pada siklus I adalah: Meng-
tahap,yaitu planing atau replanning interpretasikan peta tentang pola dan
(perencanaan atau perencanaan ulang), bentuk-bentuk muka bumi. Hasil
tindakan, pengamatan, dan reflecting. pengamatan karakter siswa dan hasil belajar
selama siklus I siswa yang tidak tuntas
HASIL PENELITIAN DAN sebesar 59,38% (19 orang).
PEMBAHASAN
Tabel 1. Tingkat Karakter Siswa Kelas IX C
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan SMP Negeri 16 Pada Siklus I
pada siswa kelas IX C SMPN 16 Pekalongan Hasil tindakan pada siklus I,
untuk mata pelajaran IPS dengan jumlah No Komponen Klasifikasi dalam (%)
siswa 32 orang. Upaya untuk menumbuhkan K C B BS
1. Ketekunan
karakter siswa kelas IX C SMP Negeri 16 membaca
materi dan 12,5 37,5 37,5 12,5
Pekalongan dalam pembelajaran IPS sudah
disiplin
dilakukan guru mata pelajaran dengan 2. Menunjukka
n rasa hormat 18,8 46,9 21,9 12,5
berbagai macam cara, seperti memberi dan perhatian

kesempatansiswa untuk bertanya dan 3. Kerjasama


dengan
mengemukakan gagasan, serta mendesain teman dalam 0 6,3 34,4 59,4
satu
pembelajaran dalambentuk diskusi kelompok

120 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015


No Komponen Klasifikasi dalam (%)
reading guide telah menunjukkan
K C B BS
4. Kemampuan peningkatan hasil belajar siswa dari nilai
dalam
mengemukak
rata-rata sebelumnya yaitu 54,13 menjadi
an pendapat
0
6,3 56,3 37,5 75,73 (pada akhir siklus I), terjadi
dan
menghargai peningkatan sekitar 21,6, dengan tingkat
pendapat
teman ketuntasan mencapai 40,63 %.
5. Kemampuan
daya nalar Oleh karena itu berdasarkan hasil
dalam 46,9 21,9 25 6,3
merumuskan belajar siswa dan observasi tindakan pada
hasil diskusi
siklus I dilakukan refleksi yang difokuskan
Jumlah 78,2 118,9 175,1 128,2
pada upaya meningkatkan karakter siswa
Rata-rata 15,6 23,8 35 25,6
untuk tekun membaca, mampu dan berani,
serta aktif mengemukakan ide, pendapat,
menunjukkan bahwa: a) Ketekunan membaca rekomendasi berdasarkan teori-teori yang
dan disiplin dalam belajar cukup meningkat telah dipahami dalam KBM secara merata
dengan kategori baik sekali terlihat dari 3,1% (keseluruhan). Adanya pembagian tugas
menjadi 12,5% atau naik 9,4% namun siswa dalam kelompok diskusi yang terdiri dari
masih perlu pengawasan dan bimbingan guru ketua, sekertaris, moderator dan anggota
dalam kegiatannya. b) Dalam rasa hormat dan serta permasalahan yang dibahas dilengkapi
perhatian dalam mengikuti pembelajaran dengan referensi bacaan, dimana untuk
mengalami peningkatan dari 3,1% menjadi setiap kelompok mendapatkan
12,5% atau meningkat 9,4%, hal ini permasalahan dan referensi bacaan yang
menjadikan suasana pembelajaran menjadi berbeda. Siswa diberi kesempatan seluas-
lebih kondusif. c) Sikap individual siswa luasnya untuk ber-argumentasi dengan
masih dominan, karena siswa belum terbiasa hipotesa-hipotesa dan asumsi-asumsi
melakukan kerjasama terutama dalam tertentu. Peran guru sebagai fasilitator dan
kelompok, hal ini ditunjukkan dari kategori memberikan bimbingan bila proses
baik sekali hanya mengalami peningkatan pemecahan masalah mendapat hambatan
34,4% d) siswa belum terbiasa dalam mencapai tujuan pem-belajaran.
mengemukakan pendapat dan menghargai
pendapat teman dan cenderung bertahan Siklus Kedua. Pelaksanaan tindakan pada
walau belum tentu benar jawabannya e) siklus kedua ini difokuskaan pada upaya
Kemampuan bernalar siswa belum cukup untuk meningkatkan karakter siswa dalam
meningkat, hal ini dapat dilihat dari kegiatan belajar dan mengajar secara
kemampuan siswa dalam meng- keseluruhan. Adapun topik-topik per-
interprestasikan dan mengaplikasikan masalahan yang dibahas pada siklus kedua
pengetahuan dan pengalaman belajar siswa adalah: Keterkaitan Unsur-unsur Geografis
yang telah dimiliki ( 6,25 % ). dan Penduduk Asia Tenggara .
Walaupun belum optimal, berdasarkan Dari hasil data pengamatan hasil belajar
data diatas bahwa pembelajaran dengan yang tidak tuntas sebesar 12,5% dan karakter
penerapan karakter sintopikal melalui model siswa selama siklus II nampak pada

Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 121


tabel berikut: masalahan yang dibahas c) Siswa telah
menunjukkan kerjasama yang baik sehingga
Tabel 2. Tingkat Karakter Siswa Kelas IX C terjadi komunikasi antar teman dengan
Pada Siklus II menjadi tutor sebaya sebesar 78,1%. d)
Upaya pengungkapan ide dan dan simpulan
No Komponen Klasifikasi dalam (%) Juml permasalahan terurai secara sistematis dan
ah
K C B BS operasional sehingga proses pembelajaran
1. Ketekunan
membaca 6,3 15,6 50 28,1 100 berlangsung dalam suasana yang kondusif
materi dan
disiplin (75%), siswa telah banyak yang berani
2. Menunjukkan
rasa hormat dan 9,4 37,5 34,4 18,8 100 berpendapat serta guru telah mengurangi
perhatian
perannya dan memberikan kesempatan
3. Kerjasama
dengan teman 0 0 21,9 78,1 100 seluas-luasnya kepada siswa untuk ber-
dalam satu
kelompok argumentasi memanfaatkan waktu, ruang,
4. Kemampuan
dalam dan fasilitas baik secara individu maupun
mengemukakan 0 0 25 75 100
pendapat dan kelompok e) Siswa telah mampu membuat
menghargai
pendapat teman kesimpulan dan merumuskan hasil diskusi
5. Kemampuan
daya nalar
berdasarkan informasi yang dibaca (12,5%).
dalam
merumuskan
12,5 43,8 31,3 12,5 100
Sementara itu dilihat dari hasil belajar
hasil diskusi siswa tersebut di siklus II telah terjadi
Jumlah 28,2 96,9 162,3 212,5
peningkatan yang sangat signifikan yaitu dari
Rata-rata 5,64 19,4 32,5 42,5
nilai rata-rata sebelumnya 75,7 (Siklus I)
Sumber: Data Primer, 2011 menjadi 80 (Siklus II), terjadi peningkatan
Kondisi kegiatan belajar mengajar sekitar 4,3 %, dengan tingkat ketuntasan
pada siklus kedua ini menunjukkan bahwa: mencapai 87,5%.
a) Siswa telah lebih tekun membaca materi Hasil observasi karakter siswa
dan disiplin dalam mengikuti pembelajaran, antara siklus pertama dan siklus kedua
sehingga suasana pembelajaran menjadi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
kondusif dan siswa mampu menggali
informasi serta memiliki pengetahuan yang Tabel 3. Data Pengamatan karakter siswa
banyak sesuai dengan materi yang dibahas. dalam siklus I dan II
Walaupun masih ada 6,25% atau 2 siswa Berdasarkan tabel diatas, terlihat
yang masih malas membaca tetapi
No. Indikator Persentase
menunjukkan peningkatan yang lebih baik Siklus I Siklus
dengan kategori baik sekali mencapai II
1. Ketekunan membaca 12,5 28,1
28,1% b) Siswa telah mampu menunjukkan materi dan disiplin
2. Menunjukkan rasa 12,5 18,8
rasa hormat dan perhatian dalam hormat dan perhatian
pembelajaran baik dengan guru maupun 3. Kerjasama dengan 59,4 78,1
teman dalam satu
antar teman. menggali contoh - contoh riil kelompok
dalam mengungkapkan fenomena aktual
dalam masyarakat sehubungan dengan per-
122 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015
No. Indikator Persentase
Siklus I Siklus hambatan lainnya adalah kurangnnya
II kemampuan nalar siswa dalam memberikan
4. Kemampuan dalam 37,5 75
mengemukakan argumentasi-argumentasi yang disertai
pendapat dan
menghargai pendapat
dengan contoh-contoh konkrit maupun
teman analisis berdasarkan pengetahuan prasyarat
5. Kemampuan daya 6,3 12,5
nalar dalam yang telah dipahaminya sehingga hal ini
merumuskan hasil merupakan refleksi untuk memperbaiki
diskusi
Jumlah 128,2 212,5 kondisi kegiatan belajar mengajar pada
Rata-Rata 25,6 42,5 siklus kedua.
Sumber: Data Primer, 2011
Pada siklus kedua rencana tindakan
diarahkan pada upaya menggali pengetahuan
bahwa karakter siswa dalam kegiatan
awal siswa dengan memberikan kesempatan
pembelajaran pada siklus kedua mengalami
yang seluas-luasnya untuk membaca berbagai
peningkatan dibandingkan dengan siklus
materi bahan bacaan, menciptakan suasana
pertama, yaitu sebesar 16,9 %.
kondusif dalam pembelajaran dengan
Hasil observasi kegiatan belajar
meningkatkan karakter, mengeluar-kan
mengajar menunjukkan bahwa hasil belajar
pendapat, ide, saran dalam merumuskan
terdahulumembantusiswadal
jawaban dan kesimpulan bersama, serta
a m menumbuhkan karakter, membuat suatu
dengan memperluas topik permasalahan
asumsi-asumsi dan solusi-solusi per-
disertai dengan menampilkan peta dan juga
masalahan yang diberikan tetapi hal ini
adanya pembagian tugas dalam setiap
belum optimal. Hambatannya terletak pada
kelompok sebagai ketua, sekretaris,
rendahnya karakter siswa dalam pem-
moderator dan anggota. Dengan cara ini
belajaran, kurangnya pengetahuan materi
ternyata siswa lebih aktif, variatif dan berani
karena kurang tekun dalam membaca
mengemukakan pendapatnya baik secara
berbagai materi dan kemampuan siswa
individual maupun kelompok sementara guru
untuk mengintegrasikan serta menerapkan
memberikan layanan terhadap terjadinya
ber-bagai pengetahuan yang dimiliki se-
miskonsepsi dalam pembahasan maupun
belumnya. Siswa masih memandang bahwa
perumusan kesimpulan. Pada siklus ini
dalam PBM siswa dapat bertindak atau
tampak bahwa makin aktif dan antusiasnya
bersikap dengan seenaknya sendiri, setiap
siswa dalam belajar, suasana pembelajaran
mata pelajaran mempunyai otoritasnya
lebih demokratis dengan tingkat karakter
sendiri-sendiri, materi hanya sebagai
siswa mencapai 42,5%, dan ini terbukti juga
penghapalan dan hambatan lain yang terjadi
dari meningkatnya prestasi belajar siswa yang
dalam pelaksanaan tindakan adalah
mencapai tingkat ketuntasan 87,5% dengan
kurangnya kebiasaan membaca materi,
nilai rata-rata mencapai 80. Karakter siswa
kurangnya kemampuan berkomunikasi
dalam pembelajaran dengan penerapan
mengeluarkan pendapat dan menghargai
membaca sintopikal melalui model Reading
pendapat teman dan cenderung bertahan
Guide dari pra siklus sampai pada siklus
walau belum tentu benar jawabannya
kedua
dikarenkan siswa belum terbiasa, dan juga
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 123
sangat signifikan. siswa, seperti model Reading Guide .
Penerapan model tersebut telah
mampu meningkatkan karakter dan hasil DAFTAR PUSTAKA
belajar siswa dalam pembelajaran mata
pelajaran IPS. Penerapan model pem- Daldjoeni. N, 1981. Dasar-dasar Ilmu
belajaran ini juga mendapat respon yang Pengetahuan Sosial, Bandung:
positif dari siswa karena siswa mendapat Alumni.
kesempatan yang seluas-luasnya untuk Depdiknas, 2003. Model Pengembangan
mencari informasi sendiri dengan membaca
Silabus Mata Pelajaran dan Rencana
referensi dan mengembangkan kemampuan
Pelaksanaan Pembelajaran IPS
nalar.
Terpadu, Jakarta: Pusat Kurikulum,
Berdasarkan hasil penelitian dan
Balitbang Depdiknas.
pembahasan kondisi pelaksanaan tindakan
maka dapat diformulasikan beberapa Depdiknas, 2005, Model Pengembangan
simpulan sebagai berikut: Silabus Mata Pelajaran dan Rencana
1. Pembelajaran dengan penerapan Pelaksanaan Pembelajaran IPS
membaca sintopikal melalui model Terpadu, Jakarta: Pusat Kurikulum,
reading guide dapat meningkatkan Balitbang Depdiknas.
karakter belajar siswa dalam kegiatan Gunter, M. A., Estes, T. H., & Schwab, J.
belajar mengajar mata pelajaran IPS H. 1990.Instruction A models
yang ditunjukkan dengan tingkat approach, Boston: Allyn and Bacon.
karakter siswa mencapai 77,21 %. Joyce, B., & Weil, M., 1980. Model of
2. Pembelajaran dengan penerapan teaching, New Jersey: Prentice-Hall,
membaca sintopikal melalui model Inc.
reading guide dapat meningkatkan
Kingsley, Howard. 1951. The Nature and
hasil belajar siswa dalam mata
Condition of Learning, Prentice-
pelajaran IPS yang ditunjukkan oleh
Hall.Inc.
nilai rata-rata 53,13 meningkat setelah
selesainya pelaksanaan tindakan Mortimer J. Adler and Charles Van Doren,
menjadi rata-rata 78,26 dan mencapai 1972. How to Read A Book, The
tingkat ketuntasan klasikal 87,5%. Classic Guide to Intelligent Reading,
New York. NY 10020. A Division of
Dari kesimpulan di atas, dapat Simon and Schuster, Inc.
disarankan bahwa Pembelajaran IPS yang Sudjana, Nana, 2002. Dasar-dasar Proses
selama ini hanya menggunakan cara-cara Belajar Mengajar, Bandung: Sinar
konvensional (Teacher Centered Learned) Baru.
sudah waktunya dikembangkan dengan teknik
Nugroho, Barkah. 2005. Membangun
pembelajaran yang inovatif dengan
Karakter Sintopikal dalam Gerbang
melibatkan siswa secara aktif (Student Center
Edisi 4 th. V 2005.
Learned) dan menumbuhkan karakter
124 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015
Santyasa, I Wayan. 2007. Makalah Disajikan
dalam pelatihan tentang Penelitian
Tindakan Kelas bagi Guru-Guru SMP
dan SMA di Nusa Penida,tanggal 29
Juni s.d 1 Juli 2007.
Soemantri, Numan. 2001. Menggagas
Pembaharuan Pendidikan IPS ,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Yusron, Muhammad . 2011 . Upaya
Peningkatan Minat Membaca dan
Prestasi Hasil Belajar Mata Pelajaran
IPS melalui Model Reading Guide pada
Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 16
Pekalongan Tahun Pelajaran 2010/
2011.Laporan PTK. Pekalongan: SMP
Negeri 16 Pekalongan.
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 125

Anda mungkin juga menyukai