Njamu is a tradition to drink wine that has long been known to the
communities in Banjardowo, Kradenan, Grobogan. People supporting this
tradition view that in the tradition embodied the traditional values that can
not be replaced by other cultures, although other normative people who live
in the environment view that this tradition is a deviation that violates the
norms. The purpose of this study is to address the following issues: (1) how is
the tradition of njamu in the communities in Banjardowo Kradenan Grobogan
(2) what factors are causing the appearance and survival of njamu tradition
in the communities of Banjardowo. This study uses qualitative methods with
the research subjects were the villagers of Banjadowo. Data collection
techniques used were observation, interviews and documentation. The validity
of the data is tested using data triangulation technique. The results showed
that (1) The tradition of njamu is a
* Alamat korespondensi
mrbayu@mail.unnes.al.id
PENDAHULUAN Surakarta dan sekitarnya, dan cong yang
dikenal di kalangan masyarakat Semarang.
Pada beberapa masyarakat, keberadaan Seperti pada masyarakat yang memiliki
minuman keras atau beralkohol bukan tradisi minum-minuman ber-alkohol yang
merupakan hal baru.Tidak hanya masyarakat telah dibahas sebelumnya, masyarakat di
modern yang mengenal minuman keras, Desa Banjardowo Grobogan juga memiliki
keberadaan minuman sejenis itu seperti arak tradisi serupa. Di kalangan masyarakat Desa
sudah ada dalam tradisi masyarakat sejak Banjardowo tradisi minum-minuman
masa lalu sebagai minuman pelengkap ketika beralkohol tersebut lebih dikenal dengan
ada acara hajatan seperti pesta pernikahan, istilah njamu. Tradisi njamu pada masyarakat
acara sunatan, atau pesta rakyat. desa tersebut sudah menjadi kebiasaan yang
Pada masyarakat Bali dikenal berlangsung secara turun temurun sejak
minuman keras tradisional yang di sebut dahulu hingga sekarang.
brem bali khususnya bagi masyarakat yang Dalam kaitannya dengan tradisi njamu,
beragama Hindu, tidak bisa dilepas banyak faktor yang menyebabkan muncul-
keberadaannya karena merupakan salah nya tradisi njamu di antaranya yaitu aspek
satu sarana yang harus ada dalam historis, dan lingkungan sosial masyarakat
pelaksanaan upacara agama dan upacara yang mendukung kelangsungan tradisi
adat. Disamping itu brem banyak tersebut termasuk keberadaan home industry
disuguhkan sebagai minuman sehabis arak di yang cukup mendominasi per-
makan nasi terutama pada saat ada upacara ekonomian desa, dan mengapa masyarakat
keagamaan dan adat. Kemudian masyarakat setempat masih mempertahankan tradisi
Batak, Sumatera Utara juga telah lama tersebut hingga sekarang, karena di dalam
mengenal minuman tuak dari zaman nenek tradisi tersebut terdapat fungsi-fungsi yang
moyangnya yang berfungsi sebagai sarana saling terkait diantaranya sebagai praktek
ritual atau untuk diminum bersama sebagai budaya, sebagai alat sosial, kebutuhan
sarana peng-akraban masyarakat, kemudian masyarakat, dan peningkatan pendapatan.
cap tikus yaitu minuman keras tradisional Hal-hal di atas itulah yang melatar belakangi
khas Manado, ciu dikenal oleh masyarakat dilakukannya penelitian mengenai tradisi
2 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015
njamu yang berada dalam kehidupan HASIL PENELITIAN DAN
masyarakat di Desa Banjardowo. PEMBAHASAN
Adapun rumusan masalah sebagai yang
diangkat dalam penelitian ini adalah: 1) Desa Banjardowo yang terletak di
Bagaimana keberadaan tradisi njamupada Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan
masyarakat Desa Banjardowo Kecamatan merupakan desa dengan wilayah yang
Kradenan Kabupaten Grobogan?; dan 2) Apa sebagian besar adalah tanah kering daerah
faktor yang menyebabkan muncul dan persawahan dan hutan jati. Data monografi
bertahannya tradisi njamu pada masyarakat di desa tahun 2011 menunjukkan penduduk desa
desa tersebut? tersebut berjumlah 3.929 jiwa, terdiri dari
1.995 laki-laki dan 1.934 perempuan. Mata
METODE PENELITIAN pencaharian masyarakat mayoritas berada di
sektor pertanian, yaitu petani (23,9 %) dan
Penelitian ini menggunakan metode buruh tani (65,3%). Sebagian dari petani
penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini tersebut juga bermata pencaharian sebagai
penulis terlibat langsung di lapangan pembuat arak sebagai pekerjaan sampingan
penelitian. Penulis berinteraksi secara untuk menambah penghasilan mereka.
langsung dengan masyarakat pengkonsumsi Sedangkan dalam aspek pendidikan,
arak, masyarakat yang tidak mengkonsumsi mayoritas penduduknya adalah Sekolah Dasar
arak termasuk keluarga subyek dan (70,55%) dan lulusan SMP (21,76%). Hal
tetangga, perangkat desa, tokoh masyarakat tersebut menunjukkan akses masyarakat
dan pemilik home industry arak. terhadap pendidikan formal masih relatif
Lokasi dalam penelitian ini yaitu di rendah. Adapun dari segi keagamaan hampir
Desa Banjardowo, Kecamatan Kradenan, 100% adalah pemeluk agama Islam. Karakter
Kabupaten Grobogan. Sumber data yang religiusitas masyarakat, jika mengacu pada
digunakan terbagi menjadi data primer dan klasifikasi Geertz (1983) dapat digolongkan
data sekunder. Data primer diperoleh dari sebagai masyarakat Islam abangan yang
hasil penelitian lapangan secara langsung masih sering melakukan selamatan untuk
baik melalui observasi langsung di wilayah suatu kejadian yang ingin diperingati, ditebus,
penelitian maupun wawancara dengan pihak- atau dikuduskan, seperti; kelahiran,
pihak yang memiliki informasi tentang perkawinan, sihir, kematian, pindah rumah,
masalah yang berkaitan dengan tradisi njamu. khitanan, mimpi buruk, ganti nama, panen,
Subjek/Informan dalam penelitian ini sakit, dll. Dalam tradisi-tradisi yang
memfokuskan pada masyarakat yang dilakukan masyarakat di desa tersebut,
melakukan minum-minuman arak. Selain itu minuman arak hampir selalu dijadikan
juga dipergunakan dokumen dan arsip berupa pelengkap di dalamnya.
data monografi Kelurahan Banjardowo yang
berisi data kependudukan dan letak geografis Home Industry Arak Di Desa Banjardowo
yang digunakan sebagai data penunjang Minuman arak merupakan minuman
penelitian ini. alkohol tradisional khas Desa Banjardowo.
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 3
Minuman arak dari desa tersebut dikenal dengan harga dari mulai Rp 20.000 hingga
dengan sebutan arak Kradenan, karena Desa Rp 25.000 (pada tahun 2012). Omset yang
Banjardowo termasuk wilayah Kecamatan dihasilkan melalui penjualan minuman
Kradenan. Sebagian besar masyarakat di keras tersebut bisa dikatakan cukup
desa tersebut selain bekerja sebagai petani, membantu dan d a p a t m e n a m b a h p e
mereka juga memang memiliki mata n d a p a t a n b a g i masyarakat setempat
pencaharian lain yaitu sebagai pembuat ketika hasil panen kurang mencukupi.
minuman beralkohol ini. Selain dipasarkan Berdasarkan penuturan dari Pak
di luar wilayah Kecamatan Kradenan, Tarmuji, proses pembuatan arak memerlukan
minuman arak biasanya juga menjadi sajian bahan baku beras ketan putih, gula merah dan
khas pada acara-acara hajatan atau pesta ragi. Untuk menghasilkan 1 liter arak
rakyat. Masyarakat setempat sering dibutuhkan 2kg beras ketan, 3kg Gula merah
mengistilahkan kebiasaan minum arak atau gula jawa, dan 1/4kg bubuk ragi. Ketiga
tersebut dengan tradisi njamu. bahan tersebut direbus disaring diambil airnya
Pembuatan arak pada home industry dipisahkan dari ampasnya, kemudian
masih menggunakan cara tradisional seperti disisihkan karena masih bisa digunakan untuk
yang dilakukan oleh salah seorang pembuat membuat arak lagi. Hasil pencampuran ketiga
arak bernama Pak Tarmuji. Dalam proses bahan arak tadi masih harus melalui proses
wawancara, Pak Tarmuji mengungkapkan selanjutnya yaitu proses fermentasi. Proses
bahwa keahlian memproduksi arak beserta fermentasi dilakukan dengan tujuan supaya
peralatan yang digunakan didapatkan secara bakteri dalam ragi bisa meningkatkan
turun temurun dari ayah dan kakeknya. kandungan alkohol pada bahan. Lebih lanjut
Pembuatan arak di desa tersebut Pak Tarmuji menjelaskan bahwa proses
sudah berlangsung sejak jaman Belanda produksi ini memerlukan waktu selama 5-7
hingga sekarang. Di Desa Banjardowo hari untuk mendapatkan hasil arak yang
terdapat sekitar 140 kepala keluarga yang bagus. Untuk melakukan proses fermentasi
memproduksi arak dari jumlah keseluruhan digunakan ember besar yang bertutup serta
395 kepala keluarga. Hasil produksi diletakkan di ruangan yang dikhususkan
kemudian disetorkan pada pengepul, salah untuk melakukan proses fermentasi tersebut,
satu diantaranya adalah Pak Tarmuji. seperti yang terlihat pada gambar berikut.
Kemudian pengepul mulai memasarkan dari
kawasan sekitar hingga luar daerah. Arak
kradenan cukup terkenal di luar daerah
seperti Demak, Purwodadi, Cepu, Sragen
(www. grobogannews.com). Arak kradenan
tidak dijual dengan label seperti minuman
alkohol yang dijual pada umumnya. Arak
kradenan dikemas dengan menggunakan
botol-botol bekas air mineral atau
semacamnyadan biasanya per 1 liter dijual
4 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015
Gambar 1. Proses Fermentasi Pembuatan Arak Kradenan.
(Dok.Data Primer, 2012).
Tahap terakhir dari proses pembuatan menggunakan botol seadanya.Tungku yang
arak adalah penyulingan atau destilasi. digunakan adalah tungku tradisional dari
Bahan hasil fermentasi direbus kembali tanah liat yang menggunakan kayu bakar
didalam kuali-kuali khusus di atas tungku- sebagai sumber pemanasnya. Berikut ini
tungku pembakaran selama 3 jam lebih, adalah gambar proses penyulingan arak
kemudian cairan arak akan keluar dari pipa- tersebut.
pipa bambu di bawah kuali dan ditampung
Gambar 2. Proses penyulingan yang dilakukan secara tradisional.
(Dok. Data Primer Tahun 2012)
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 5
Tradisi Njamu Pada Masyarakat Desa seperti yang dilakukan saat acara hajatan atau
Banjardowo pesta rakyat, biasanya minuman arak
Keberadaan minuman arak pada dicampur dengan minuman berkarbonasi,
masyarakat Desa Banjardowo seperti yang Kratingdeng, atau Extrajoss. Kebiasaaan
telah dijelaskan sebelumnya telah ber- njamu yang sudah menjadi kebiasaan
langsung turun temurun di kalangan masyarakat baik secara individual maupun
masyarakat. Berlangsung hingga sekarang komunal tersebut memiliki pengaruh dalam
dan kemudian berkembang menjadi tradisi. membentuk pola perilaku masyarakat kearah
Seperti yang diungkapkan oleh Bapak minum-minuman beralkohol, bahkan pola
Sudarwanto sebagai berikut: perilaku tersebut telah berkembang menjadi
Yang jelas masyarakat Desa Banjardowo tradisi dan kebiasaan yang dianggap lazim.
sejak zaman Belanda sudah mengenal tradisi
minum arak, home industry nya juga sudah
Hal tersebut sesuai dengan konsep dari
lama berproduksi disini. Orang-orang sini Soekanto (2006: 329) bahwa masyarakat
percaya kalau minuman arak bisa jadi obat mempunyai pengaruh tertentu terhadap
nek pegel-pegel biasanya orang-orang sini
minum 1 sloki rutin, nek ibu-ibu habis penggunaan alkohol. Masyarakat mem-
melahirkan itu biasanya badannya pada bangun pola perilaku pada masyarakat,
bengkak-bengkak biasanya arak dicampur
parem pusaka buat pijet.
termasuk pola sikap tertentu terhadap
perilaku minum-minuman keras. Peminum
Dalam berbagai wawancara dan dianggap menyimpang atau tidak, tergantung
perbincangan dengan masyarakat, sering pada taraf ketetapan norma yang mengatur
muncul istilah njamu untuk menyebutkan perilaku tersebut. Pada acara-acara sakral
kebiasaan minum arak tersebut. Disebut seperti dalam hajatan pernikahan, sunatan
njamu karena berasal dari kata dasar jamu maupun pesta perayaan panen, masyarakat
yang berarti obat atau sesuatu yang bisa terbiasa menyajikan arak sebagai pelengkap
menyembuhkan suatu penyakit. Karena selain acara, seperti yang diungkapkan oleh Bapak
sebagai minuman yang selalu ada pada acara- Suwarno sebagai berikut:
Neng kene wis adat'e mbak, nek wis ono
acara seperti pesta rakyat maupun hajatan,
hajatan koyo ngene ki contone acara nikahke
masyarakat Desa Banjardowo juga memiliki anakku ngene ki to tak tanggapke campur
kepercayaan terhadap minuman arak yang sari karo tak suguhke arak, roto-roto wong
kene ngono mbak, yo kadang nganti podho
mempunyai khasiat atau bisa dijadikan obat mabuk ngono kae mbak tamu'ne.
dalam keadaan tertentu. Istilah njamu menjadi (Disini memang sudah menjadi adat, kalau
ada hajatan seperti acara pernikahan anak
sebuah simbol bagi masyarakat yang terbiasa saya ini contohnya, saya hadirkan campursari
minum arak dan memiliki nilai tersendiri bagi dan suguhan arak, rata-rata orang sini begitu
penikmatnya. mbak, ya kadang ada yang sampai mabuk
gitu lah mbak tamunya).
Berdasarkan hasil pengamatan
lapangan, pola kegiatan minum arak yang Selain disajikan dalam acara-acara
dilakukan masyarakat bisa secara individual seremonial seperti yang dijelaskan di atas,
dan komunal. Pola kegiatan yang bersifat arak juga biasa dikonsumsi oleh para pemuda
komunal biasanya ketika njamu dilakukan desa setempat untuk sarana nongkrong atau
secara bersama-sama atau berkelompok
6 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015
berkumpul bersama selain sebagai alat ekonomi yaitu sebagian masyarakat desa
interaksi dan sebagai simbol solidaritas setempat memproduksi arak untuk
kelompok seperti halnya yang dilakukan menambah penghasilan mereka. Berikut ini
pada saat hajatan, kegiatan minum arak adalah hasil wawancara dengan Bapak
juga sebagai hiburan bagi masyarakat Desa Marsono:
Banjardowo. Tradisi iki wis ono awit jaman mbiyen mbak,
aku ngerti yo soko jamane mbah-mbahku, kuwi
Kegiatan minum arak juga dapat wis turun temurun, nek ono acara wong nduwe
dilakukan secara individu dimana arak gawe kae trus nanggap campur sari utawa
tayub ngono kuwi ya biasane podho njamu,
dipercaya sebagai jamu diminum satu atau lha wong wis di kek'i karo sing nduwe omah, yo
dua sloki setelah makan, dicampur madu nggo hiburan .
(Tradisi ini sudah ada semenjak zaman dahulu,
atau telur sehari dua kali, diminum ketika
saya tahu ya dari zaman kakek-kakek saya, itu
badan terasa pegal-pegal, diminum sudah turun temurun, kalau ada acara orang
menjelang tidur atau setelah selesai bekerja punya hajat terus mempertunjukkan campur sari
atau tayub seperti itu ya biasanya pada njamu,
atau untuk obat suatu penyakit tertentu soalnya sudah disajikan tuan rumah, ya untuk
seperti kencing manis. Pembuat arak hiburan)
berasumsi bahwa penyakit kencing manis
dapat dilawan dengan zat gula, dan Dari penjelasan di atas dijelasakan
komposisi arak sendiri terdiri dari gula, bahwa tradisi njamu sebenarnya merupakan
ragi, dan ketan, sehingga pembuat arak suatu bentuk sarana hiburan dalam suatu
percaya bahwa arak adalah sari-sarinya masyarakat dalam lingkup kondisi psikologis
gula yang dapat mem-vaksin penyakit masyarakat, hal tersebut telah menjadi pola
kencing manis tersebut. kehidupan dalam mentalitas masyarakat
Banjardowo dan sulit untuk digantikan oleh
Fungsi Tradisi Njamu dalam Masyarakat pengaruh budaya yang lain dalam waktu yang
Banjardowo singkat. Hasil temuan di atas sesuai dengan
Kebiasaan njamu yang dilakukan yang diungkapkan oleh Nashori dan
secara turun temurun merupakan wujud Indirawati (2007) mengenai empat aspek
tradisi yang khas dari masyarakat di Desa perilaku minum-minuman keras. Salah satu
Banjardowo. Masyarakat telah terbiasa aspek yang disebutkan adalah bahwa fungsi
memanfaatkan arak dalam kehidupan sehari- minum-minuman keras, individu yang
hari, sehingga arak mempunyai fungsi menjadikan minum-minuman keras sebagai
tersendiri bagi masyarakat setempat. Fungsi penghibur bagi berbagai keperluan
dalam aspek fisik terlihat dari kepercayaan menunjukkan bahwa minuman keras
masyarakat menggunakan arak sebagai jamu memiliki fungsi yang begitu penting. Hal
baik diminum maupun untuk sarana tersebut diatas juga sesuai dengan teori
pemijatan, ataupun sebagai hiburan yang fungsionalisme Malinowski (dalam Kaplan,
berkaitan dengan kondisi psikologis 2002) yang menjelaskan mengenai aktivitas
masyarakat, fungsi secara aspek sosial yaitu kebudayaan yang dimaksudkan untuk
penggunaan arak sebagai sarana interaksi kebutuhan hidupnya . Seperti pada
bagi kelompok pelaku tradisi, fungsi secara masyarakat Banjardowo, kegiatan njamu
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 7
dilakukan karena termasuk kebutuhan, kesini, disini mau pemuda atau orang tua ya
pada njamu kok mbak, sudah biasa kalau
karena kebutuhan manusia tidak hanya saya tidak ikut minum ya tidak bisa mbak,
terhenti pada kebutuhan jasmani saja, seperti ada yang kurang)
namun manusia juga butuh untuk
memuaskan rohaninya. Tradisi njamu bagi Tradisi njamu, dengan demikian telah
masyarakat di desa tersebut memiliki fungsi menjadi sarana interaksi dan sosialisasi bagi
sebagai sarana untuk menjaga kebugaran masyarakat. Berdasarkan hasil pengamatan
tubuh, sebagai sarana untuk mempererat bahwa selain sebagai simbol solidaritas,
solidaritas dalam masyarakat, untuk kegiatan minum arak juga untuk m-nunjukkan
memperkuat eksistensi diri laki-laki dan identitas diri sebagai simbol laki-laki yang
sebagai hiburan atau rekreasi untuk berani ketika seseorang berani meminum
memuaskan kebutuhannya jiwanya. minuman tersebut supaya bisa di terima oleh
kelompoknya. Hal tersebut sesuai dengan
Faktor-Faktor Muncul dan Bertahannya konsep dari Soetomo (2010:341) alkohol juga
Tradisi Njamu Di Desa Banjardowo berfungsi sebagai sarana ritual dalam rangka
Berdasar penuturan para informan mengembangkan simbol solidaritas serta
sesepuh desa masyarakat Banjardowo sudah sebagai sarana untuk jembatan dan
mengenal dan memproduksi minuman arak pengakraban pergaulan. Pada acara pesta,
semenjak zaman Belanda. Pada masa lalu tuan rumah pasti menghadirkan hiburan
tradisi ini menjadi sarana pelengkap ketika campur sari atau tayub. Panggung hiburan
masyarakat sedang punya hajat, tamu-tamu berada di dekat rumah yang sedang punya
undangan diberi sajian arak sebagai simbol hajat seperti acara mantenan (pesta
penyambutan tamu-tamu undangan oleh pernikahan) yang diselenggarakan di rumah
tuan rumah yang sedang punya acara pesta Bapak Suwarno pada saat penelitian.
atau hajatan. Kegiatan njamu hanya Seperti pada acara-acara pesta
dilakukan oleh laki-laki, termasuk pemuda perkawinan pada umumnya, Bapak Suwarno
maupun orang tua menikmati hiburan juga menyewa tratag (tenda yang biasa
sambil minum-minuman arak. Seperti dipasang pada saat ada acara-acara penting,
penuturan Mas Andi saat berada di acara seperti hajatan, acara selamatan, atau acara
Bapak Suwarno sebagai berikut: lelayu), itu menjadi pertanda bahwa di rumah
iki acarane wong lanang kumpul karo tersebut sedang punya gawe (acara penting).
jagongan, dadi wong wedok ya ning omah
Tratag dipasang disekeliling rumah, kemudian
wae, bojoku wis ngerti adat kebiasaan wong-
wong kene dadi yo meneng wae, wis biasa kursi-kursi ditata sedemikian rupa untuk
kok mbak, aku ndek mau bareng karo tempat duduk tamu, dan panggung hiburan
maratuaku teko rene, neng kene meh nom
opo tuwo yo podho njamu kok mbak, wis biasanya ditempatkan di sebelah rumah.
biasa, nek aku ora ngombe gak iso mbak, Tradisi masyarakat pada umumnya, Pak
rasane koyok ono sing kurang ngono.
(ini acara buat laki-laki kumpul sambil ngobrol, Suwarno nanggap (menghadirkan) kesenian
jadi perempuan ya dirumah saja, istri saya campursari untuk hiburan para tamu
sudah tahu adat kebiasaan orang-orang sini jadi
undangan.
ya diam saja, sudah biasa kok mbak, saya tadi
bareng sama mertua saya atang Acara campursari biasanya diper-
* Alamat korespondensi
gusti_pangeran63@yahoo.com
Sejarah Artikel
Diterima Mei 2015 Tujuan penelitian ini untuk peningkatan kualitas(improvement
Disetujui Juni 2015 oriented)pembelajaran melalui penerapan model Rotating Trio Exchange
Dipublikasikan Juni 2015 (RTE) pada Materi Upaya-Upaya Penegakan HAM di Indonesia.
Penelitian dilakukan di kelas X IPA 4 dan IPA 8 - SMA Negeri 1 Pati
Keywords : Tahun Ajaran 2014/2015. Karakteristik siswa dikedua kelas tersebut
berimbang dalam segi dinamika keaktifan maupun nilai hasil belajar
Application, rotating trio exchange
(RTE) model, learning quality menunjukkan nilai tuntas 100%.
Pelaksanaan tindakan dilakukan dalam tiga siklus (siklus I, II, dan
siklus III), tiap siklus dengan alokasi waktu 135 menit (3 x 45 menit).
Desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menggunakan model Kemmis
dan Taggart (1988, dalam Amin, 2011) yang pelaksanaannya terdiri atas
empat langkah: (1) perencanaan tindakan; (2) pelaksanaan tindakan; (3)
observasi; dan (4) refleksi.
Hasil pelaksanaan tindakan pada siklus pertama belum sesuai dengan
harapan, karena 1 indikator ranah pengetahuan dan 1 indikator ranah
keterampilan menunjukkan nilai lebih rendah atau belum seimbang dengan
indikator lainnya. Meskipun rerata ketuntasan belajar secara klasikal pada
siklus ini di atas KKM (80). TQM indikator dari kedua kelas tersebut
seimbang yakni 684 untuk X IPA 4 dan 679 X IPA 8. Rerata TQM
pembentukan kognitif kedua kelas tersebut sebesar 24,87%, keterampilan
49,081, dan sikap sebesar 26,049%. Siklus kedua, dilakukan perbaikan ranah
pengetahuan dan keterampilan sebesar 7,8. Hal ini pengaruhi oleh dinamika
model pemerataan pelibatan siswa dalam (proses) pembelajaran merata dan
bergantian. Pada siklus ketiga, dua kelas menunjukkan kenaikan kualitas yang
tidak sama, kelas X IPA 8 menunjukkan peningkatan yang postif, sedangkan
kelas X IPA 4 kenaikan yanag fluktuatif. Kenaikan yang relatif kecil,
meskipun demikian mengindikasikan model RTE signifikan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran secara klasikal.Penggunaan model
pembelajaran yang tepat merupakan salah satu faktor yang dapat dilakukan
guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran yang ditunjukkan
peningkatan hasil belajar siswa
Abstract
* Alamat korespondensi
anggrainihasti@gmail.com
PENDAHULUAN unsur asasi yang melekat pada setiap individu
manusia (baik dalam tatanan kehidupan
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah pribadi, kemasyarakatan, kebangsaan,
seperangkat hak yang melekat pada manusia kenegaraan, dan pergaulan global) tidak
sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa dan berjalan seimbang maka dapat dipastikan akan
merupakan anugerah-Nya yang wajib menimbulkan kekacauan dan kesewenang-
dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi wenangan dalam tata kehidupan manusia
oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap (Nuryadi dan Tolib, 2014: 7).
orang demi kehormatan serta perlindungan Metode atau cara membelajarkan materi
harkat dan martabat manusia (Undang- tersebut diperlukan seperangkat, jalan dan
Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun teknik yang digunakan guru dalam proses
1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 1). pembelajaran agar siswa dapat mencapai
Dalam penerapannya, hak asasi manusia tujuan pembelajaran atau menguasai
(HAM) tidak dapat dilepaskan dari kewajiban kompetensi tertentu yang dirumuskan dalam
asasi manusia (KAM) dan tanggung jawab perangkat silabi dan RPP. Pembelajaran
asasi manusia (TAM). Ketiganya merupakan merupakan bagian dari suatu proses
keterpaduan yang berlangsung secara pendidikan. Mengacu pendapat Nandika
seimbang. Bila ketiga (2007: 15) pendidikan bukan sekedar
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 27
mengajarkan atau mentransfer pengetahuan, tidak dapat dipisahkan dari hakikatnya
atau semata mengembangkan aspek sehingga sifatnya suci (Rahardiansyah,
intelektual, melainkan juga untuk 2012 dalam Nuryadi dan Tolib, 2014:5) ini
mengembangkan karakter, moral, nilai-nilai, menjadi dasar dari pada hak-hak dan
dan budaya peserta didik. Pendidikan adalah kewajiban-kewajiban yang lain, namun
membangunbudaya,membangu terjadi pelanggaran HAM. Pengatasan atas
n peradaban, membangun masa depan. Cara pelanggaran yang terjadi di Indonesia telah
membelajarkan yang efektif berorientasi pada dilakukan oleh pemerintah, swadaya
empat pilar yaitu: learning to know masyarakat yang terlembagakan, dan oleh
(belajar untuk tahu), learning to do (belajar partisipasi masyarakat. Kepedulian atas rasa
untuk melakukan), learning to be (belajar kemanusiaan sehingga upaya-upaya
untuk menjadi diri sendiri, dan learning to penegakan HAM dapat dilakukan secara
live together (belajar bersama dengan orang benar.
lain). Keempatnya dikandung makna proses Ruang lingkup materi tersebut di
pendidikan melalui berbagai kegiatan operasionalkan pada kompetensi dasar
pembelajaran siswa diarahkan untuk (KD) 3.1 yang terumuskan: Menganalisis
memperoleh pengetahuan tentang materi, kasus-kasus pelanggaran HAM dalam
menerapkan atau mengaplikasikan apa yang rangka pelindungan dan pemajuan HAM
diketahuinya tersebut guna menjadikan sesuai dengan nilai - nilai Pancasila dalam
dirinya sebagai seseorang yang lebih baik kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
dalam kehidupan sosial bersama. bernegara. Dijabarkan dalam 5 indikator: 1)
Berdasar empat pilar belajar tersebut, Menganalisis kasus-kasus pelanggaran
pada penelitian ini peneliti menempatkan HAM; 2) Mendeskripsikan perlindungan
hasil belajar yang dibangun atas per- dan pemajuan HAM; 3) Menjelaskan dasar
kembangan siswa melalui metode penilaian hukum hak asasi manusia di Indonesia; 4)
autentik (authentic assessment) yang Menganalisis upaya pemerintah dalam
menggambarkan pengetahuan, sikap, menegakkan HAM; dan 5) Membangun
keterampilan apa yang sudah atau belum partisipasi masyarakat dalam pemajuan,
dimiliki siswa. Penilaian autentik memiliki penghormatan, dan penegakan HAM di
relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah Indonesia. Disandingkan ranah
dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan keterampilan pada KD 4.1 yakni: Menyaji
Kurikulum 2013 (Kunandar, 2013: 36). Pada kasuskasus p e l a n g g a r a n H A M d a l
mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan a m r a n g k a perlindungan dan pemajuan
Kewarganegaraan kelas X membelajarkan HAM sesuai dengan nilai - nilai Pancasila
materi Hak Asasi Manusia (HAM). Substansi dalam kehidupan bermasyarakat,
materi mendasarkan pada hakikat manusia berbangsa, dan bernegara. Indikator KD ini
secara kodrati dianugerahi hak-hak pokok adalah mengkomunikasikan hasil analisis
yang sama oleh Tuhan Yang Maha Esa. Hak kasus-kasus pelanggaran HAM dalam
yang dibawa manusia sejak lahir dimana hak- rangka perlindungan dan pemajuan HAM;
hak asasi, hak-hak menurut kodratnya yang dan menerapkan perilaku jujur, disiplin,
28 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015
tanggung jawab, peduli (gotong royong, pembelajaran aspek kesadaran (awareness)
kerjasama, toleran, damai), santun, dan perilaku (behavior) siswa dari
responsif dan pro aktif. Selaras tujuan mata kemampuan menganalisa dan mengevaluasi
pelajaran Pendidikan Pancasila dan semakin baik melalui pembelajaran yang
Kewarganegaraan (PPKn) agar peserta didik dipersiapkan di Silabi dan RPP. Orientasi
(siswa) memiliki kemampuan berfikir kedua aspek tersebut dibangun dari
secara kritis, rasional dan kreatif dalam keterampilan sosial.
menanggapi isu kewarganeraan dalam Operasionalisasi metode atau cara
mencapai hasil belajarnya (Kurikulum Mata merealisasikan kualitas pembelajaran di atas
Pelajaran PPKn, 2013; RPP PPKn SMA diterapkan model pembelajaran Rotating
Negeri 1 Pati, 2014). Trio Exchange (RTE) yakni suatu disain
Pencapaian hasil belajar siswa yang menggambarkan proses rincian dan
dilaporkan secara kuantitatif dan kualitatif penciptaan situasi lingkungan yang dapat
dari ranah kognitif, afektif mengacu pada dilaksanakan secara efektif sehingga
Bloom (1956, dalam Dimyati dan Mudjiono, melahirkan siswa yang berfikir kritis
1994: 172) dan keterampilan sosial (social dalam menghadapi suatu permasalahan,
skill) merujuk pendapat Kelly (1982, dalam dan mampu bekerjasama dalam kelompok
Utami dan Nuryoto, 2005: 54) sebagai (cooperative learning) pada suasana
perilaku-perilaku yang dipelajari, yang menyenangkan, menggembirakan, penuh
digunakan oleh individu pada situasi-situasi dorongan, dan motivasi. Sebagaimana hasil
interpersonal dalam lingkungan. Pada penelitian Itqan (2013: 1) penerapan model
penelitian ini pembelajaran berkualitas (Tabel RTE mampu meningkatkan 73, 3%
1) dikaji dan dianalisis dari hasil belajar siswa kemampuan komunikasi. Penggunaan
merujuk pendapat Rohman (2009: 140) yang model kegiatan dirancang menggunakan
disitir dari depdiknas (2004: 37) dianalisis polapembelajaran(sintak)ya
berdasar 8 indikator yakni: (1) pemahaman, n g menggambarkan kegiatan guru dan
(2) aplikasi, (3) kemampuan siswa dalam mewujudkan kondisi belajar
mengkomunikasikan, (4) menghargai diri yang menyebabkan dan berpengaruh
sendiri, (5) bertindah sesuai norma, (6) terjadinya proses belajar yang diinginkan
memberi dan menerima feedback, (Joyce dan Weill, 1986: 14-15).
(7) memberikan respon, dan (8) menilai. Efektifitas model RTE dioperasional-
Selanjutnya kualitas ditingkatkan dengan kan (sesuai gambar 1) sejalan dengan diskusi
menyertakan indikator analisis dan evaluasi kelompok kecil yang terdiri dari 3 orang
yang diturunkan dari ranah kognitif. dalam satu kelompok, yang diberi nomor 0,
Analisis hasil belajar materi ini tahun 1, dan 2. Nomor 1 berpindah searah jarum
akedemik sebelumnya (2013/2014) jam dan nomor 2 sebaliknya berlawanan arah
menunjukkan hasil memuaskan yakni tuntas jarum jam sedangkan nomor 0 tetap di
di atas KKM (80), namun kualitas tempat. Setiap kelompok diberikan
kemampuan mengkomunikasikan secara pertanyaan untuk didiskusikan setelah itu
lisan perlu ditingkatkan agar outcome kelompok dirotasikan kembali dan terjadi
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 29
trio yang baru. Setiap trio baru diberikan relevansi dengan pencapaian tujuan
pertanyaan dengan jenjang proses berfikir pembelajaran (Iru, 2009: 6). Berdasar tulisan
lebih tinggi. Penerapan model perlu Nuryadi dan Tolib (2014: 1- 4) banyaknya
disesuaikan dengan keadaan (Rahmawati, kasus pelanggaran hak asasi manusia di
2011) bahwa guru melihat model-model Indonesia menuntut dibentuknya lembaga
pembelajaran sebagai suatu stimulator bagi perlindungan hak asasi manusia. Dalam
aktivitas siswa dan dirinya sendiri yang upaya menegakkan hak asasi manusia
perlu dikreasikan. tersebut, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, khususnya
0 1 2
Pasal 28 I Ayat (4) menegaskan bahwa
1 2 0
perlindungan, pemajuan, penegakkan, dan
2 0 1
pemenuhan hak asasi manusia adalah t a n g g
Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
ungjawabNegara,terutama
Gambar 1. pemerintah. Dapat dinalar oleh siswa sesuai
tingkat berfikir kognitif tinggi, yakni: C4
Kelompok kecil dalam Pembelajaran
(analisis: memilah, membedakan); C6
Model RTE
(evaluasi: menilai, menafsirkan).
Kualitas atau mutu (quality)
mengandung makna derajat keunggulan METODE PENELITIAN
suatu poduk atau hasil kerja/belajar, baik
berupa barang dan jasa dalam dunia Pelaksanaan tindakan dilakukan dalam
pendidikan bermakna dapat dilihat dan tidak tiga siklus (siklus I, II, dan siklus III), siklus I
dapat dilihat, tetapi dapat dirasakan. Ukuran dan II satu pertemuan (2 x 45 menit) dan
mutu adalah baik buruk suatu benda, taraf siklus III dengan alokasi waktu 90 menit (satu
atau derajat kepandaian, kecerdasan, dsb. pertemuan). Desain Penelitian Tindakan
(Danim, 2007: 53). Kualitas dalam Kelas (PTK) menggunakan model Kemmis
pendidikan dan pembelajaran meng- dan Taggart (1988: 8-10) yang
akomodir teori manajemen mutu terpadu pelaksanaannya terdiri atas empat langkah:
(Total Quality/ TQ).TQ mengandung makna (1) perencanaan tindakan; (2) pelaksanaan
every process, every job, dan every person tindakan; (3) observasi; dan (4) refleksi.
(Raplh and Douglas, 1994: 565-584). Subyek penelitian siswa kelas X IPA
Pada penelitian tin SMA Negeri 1 Pati tahun ajaran 2014/2015
dakan ini
yang terdiri atas 13 rombongan belajar.
diimplementasikan dalam pembelajaran Penentuan tindakan dilakukan dengan teknik
materi: Upaya-upaya Penegakan HAM di sampling pengambilannya secara acak karena
Indonesia yang dilaksanakan berdasarkan subyek bersifat homogen (Kasbolah, 2001,
pola-pola pembelajaran sistematis dengan 15-17; Sugiyono, 2009: 81-82) ditentukan di
langkah-langkah pembelajaran model
kelas X IPA 4 (berjumlah 29 siswa) dan X IPA
Rotating Trio Exchange (RTE). Pemilihan
8 (berjumlah 30siswa). Pengumpulan data
model disesuaikan dengan sifat materi,
digunakan metode
kemampuan dan karakteristik siswa, dan
30 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015
dokumentasi berupa nilai hasil belajar pembelajaran Rotating Trio Exchange
formatif. Penilaian pengetahuan digunakan (RTE), dilakukan analisis hasil belajar
tes tertulis, penilaian sikap dilakukan kognitif dari hasil tes harian materi
observasi aktivitas siswa selama proses sebelumnya pada Kompetensi Dasar yang
belajar mengajar (PBM), penilaian sama (KD 3.1), yakni materi Kasus
keterampilan dicatat dalam daftar cek. Pelanggaran HAM. Tindakan selanjutnya
Analisis data dilakukan skoring di adalah pembelajaran materi Upaya-upaya
sesuaikan dengan format penilaian Penegakan HAM di Indonesia dengan
kuantitatif dan dikonversikan rata-rata skor model RTE.
(Anggraini, 2014: 7). Siklus pertama, diketahui sebagian
besar (lebih dari 94% = 56) siswa
Interval Nilai
Kualitatif Kuantitatif memahami sepenuhnya model
3,66 4,00 SB (Sangat Baik) 90 100 pembelajaran RTE karena model ini telah
2,66 3,33 B (Baik) 80 < 90
1,66 2,33 C (Cukup) 70 <80 diterapkan sebelumnya, sehingga siswa
< 1,33 K (Kurang) <70 dalam kelompok kecil berpartisipasi aktif
dan dinamis dalam menanggapi maupun
HASIL DAN PEMBAHASAN melengkapi contoh permasalahan dan
solusi upaya penegakan HAM di Indonesia.
Langkah awal sebelum dilaksanakan Rerata hasil belajar formatif dan
pembelajaran meng performance siswa sebagai berikut.
gunakan model
Tabel 1. Evaluasi Pembelajaran Siklus I (dalam skor)
Kelas Kognitif Keterampilan Sikap
Paham Apli Komun Hargai diri Tindak Feedback Respon Menilai
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
X IPA 4 87 82 84 78 86 89 90 88
X IPA 8 87 83 82 76 88 86 90 87
Sumber: Analisis Data Primer, 2014.
Analisis pelaksanaan pembelajaran PKn indikator tuntas, kecuali skor indikator
di kelas X IPA pada siklus 1 menunjukan menghargai diri. Ranah sikap dari kedua
pemahaman (C2) yang baik dan siswa belum indikator menunjukkan hasil yang baik dan
dapat mengaplikasikan (C3) materi yang telah sangat baik.
dipelajari pada situasi atau kasus yang
dicontohkan. Rerata keterampilan dari 4
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 31
350
300
250
200
150
100
50
0 X IPA 4 X IPA 8
Keterampilan
49%
Analisa Evaluasi
Kelas Memilah Membedakan Menilai Menafsirkan
Siklus 1 Siklus 3
(1) (2) (3a) (3b) (4)
X IPA 4 86 88 88 90 86,5
X IPA 8 88 89 87 90 87
Sumber: Analisis Data Primer, 2014.
Dapat dinalar oleh siswa sesuai kualitas yang tidak sama, kelas X IPA 8
tingkat berfikir kognitif tinggi, yakni dapat menunjukkan peningkatan yang postif,
menganalisis pada nilai 87,75 dan rerata sedangkan kelas X IPA 4 kenaikan yang
kemampuan mengevaluasi mejadi lebih dari fluktuatif.
88,375. Kedua kelas menunjukkan kenaikan
86.5 86.045
85.825
85.5
84.75
Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
* Alamat korespondensi
aimron8883@gmail
PENDAHULUAN ekonomi berkepanjangan membuat anak-
anak melakukan pekerjaan yang semestinya
Fenomena migrasi di perkotaan tidak seharusnya dikerjakan. Padahal dalam
berkonsekuensi pada munculnya sektor Konvensi PBB tentang hak-hak anak yang
informal. Breman (1980) seperti dikutip telah diratifikasi oleh Pemerintah RI melalui
Irianto (2014: 71), mendefinisikan sektor Keppres No. 36/1990, menyatakan bahwa
informal sebagai pekerja bergaji atau dalam anak - anak pada hakikatnya berhak
istilah umum disebut sebagai usaha memperoleh pendidikan yang layak dan
sendiri. Sektor informal seringkali seharusnya tidak terlibat dalam aktivitas
didefinisikan sebagai usaha-usahan tingkat ekonomi terlalu dini.
rendahan yang hanya membutuhkan sedikit Krisis ekonomi menyebabkan daya
modal dan digambarkan ketidakmenentuan tahan, perhatian, dan kehidupan anak-anak
pekerjaan dan pendapatan. Sektor informal menjadi semakin marginal, khususnya bagi
juga dianggap sebagai sistem ekonomi anak-anak yang sejak awal tergolong anak-
yang mempunyai peran sebagai katup anak rawan yakni kelompok anak-anak
pengaman ekonomi nasional belum karena situasi, kondisi, dan tekanan kultur,
diimbangi dengan proteksi atau maupun struktur menyebabkan belum atau
perlindungan dari pemerintah (Rini, 2012: tidak terpenuhi hak-haknya, bahkan
15). Sektor informal yang tumbuh di seringkali dilanggar hak-haknya. Inferior,
perkotaan ternyata tidak hanya melibatkan rentan, dan marginal adalah ciri anak-anak
golongan usia dewasa saja, namun juga rawan. Inferior karena biasanya tersisih dari
golongan usia anak-anak. Masuknya anak- kehidupan normal dan terganggu proses
anak di sektor informal terjadi karena tumbuh kembangnya secara wajar. Rentan
tingginya tingkat persaingan, sulitnya karena sering menjadi korban situasi dan
kehidupan dan kondisi ekonomi di kota. bahkan terlempar dari masyarakat. Marginal
Pada kondisi ekonomi yang serba sulit karena dalam kehidupan sehari-hari
dari aggota keluarga, termasuk anak, dituntut biasanya mereka mengalami berbagai
untuk mencari tambahan nafkah. Krisis bentuk eksploitasi dan diskriminasi, mudah
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 39
diperlakukan salah dan bahkan acapkali semula hanya 32,9% yang bekerja lebih dari
kehilangan kemerdekaannya (Suyanto, 25 jam per minggu, maka seteklah krisis
2000: 10). meningkat menjadi 33,9%. Sementara itu,
Jumlah anak-anak di bawah 18 tahun, untuk pekerja anak laki-laki usia 5-9 tahun
yang terpaksa bekerja cenderung meningkat yang bekerja lebih dari 25 jam per minggu,
seiring dengan memburuknya situasi jika pada Agustus 1997 hanya 12,4%, maka
ekonomi diperkirakan sekitar 2,5 juta. pada Desember 1998 meningkat menjadi
Bahkan 2.000 diantaranya bekerja di tempat 15,7%. Sedangkan pekerja anak perempuan
berisiko tinggi (Kompas, 1 Juli 1999). Data di usia yang sama pada periode yang sama
Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan meningkat dari 6,7% menjadi 6,9 %
Kependudukan Provinsi Jawa Timur (2013), (Suyanto, 2001: 25).
menyebutkan sekitar 115 juta dari total 215 Sepanjang keterlibatan anak-anak
juta pekerja anak berada di dalam sektor dalam aktivitas ekonomidi sektor publik
yang berbahaya, sehingga sering kali dilakukan secara proporsional dan
mengakibat-kan kecelakaan kerja. Terdapat mengikuti aturan hukum yang berlaku
sekitar 780 pekerja anak di Jawa Timur barangkali persoalan ini tidak akan terlalu
yang tersebar di 13 kabupaten/kota yang merisaukan. Namun, yang memprihatinkan,
bekerja baik di sektor formal maupun meskipun secara resmi pemerintah telah
informal (Ernanto, 2014: 2). menerbitkan sejumlah aturan hokum, seperti
Berbagai akibat yang ditimbulkan UU No.1/1951, Peraturan Menteri
dari situasi krisis ekonomi berkepanjangan. No.1/1987, UU No.4/1979, UU
Pertama, krisis menyebabkan anak-anak yang No.25/1997, Surat Edaran Menaker RI
semula dominan sebagai pekerja keluarga, No.SE 12/M/BW/1997 dan pemerintah juga
sebagian diantaranya terpaksa keluar dari telah meratifikasi sejumlah pasal Konvensi
keluarganya dan bekerja sebagai buruh. Hasil ILO. Praktiknya bermacam pelanggaran
sebuah studi menunjukkan bahwa anak yang tetap saja terjadi. Di berbagai pabrik, buruh
berusia 10-14 tahun pada periode Agustus anak sering dipekerjakan pada malam hari
1997 sampai dengan Desember 1998 terjadi dan sering pula kelewat waktu, yakni 10-12
penambahan 4% yang bekerja sebagai buruh, jam sehari, bahkan kadang lebih.
sedangkan untuk pekerja anak usia 5-9 tahun Dari segi hak anak, yang sangat
terjadi penambahan 1% pada periode yang memprihatinkan adalah anak-anak yang
sama (Suyanto, 2001: 30-35). Kedua, krisis bekerja umumnya berada dalam posisi rentan
juga menyebabkan terjadinya penambahan untuk diperlakukan salah, termasuk
jam kerja bagi pekerja anak. Sebuah studi dieksploitasi oleh orang lain, khususnya oleh
menunjukkan, jika pada Agustus 1997 pekerja orang dewasa atau suatu sistem yang
anak laki-laki usia 10-14 tahun yang bekerja memperoleh keuntungan dari tenaga anak.
lebih dari 25 jam hanya 30,4%, maka pada Berbagai studi dan pengamatan menunjuk-kan
Desember 1998 meningkat menjadi 34%. bahwa pekerja anak sangat rentan terhadap
Untuk pekerja anak perempuan, jika eksploitasi ekonomi. Di sektor industri
formal, mereka berada dalam kondisi
40 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015
jam kerja yang panjang, berupah rendah, Sebagai bagian dari pekerja anak, anak-
menghadapi resiko kecelakaan kerja dan anak yang bekerja sebagai pemulung
gangguan kesehatan atau menjadi sasaran termasuk kelompok anak yang rawan, dalam
pelecehan dan kesewenang-wenangan orang arti mereka secara psikologis, sosial maupun
dewasa. Berdasarkan data yang dihimpun fisik rentan terhadap berbagai bentuk
Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia ancaman karena tidak adanya perlindungan
melalui Center for Tourism Research and sosial yang memadai. Oleh karena itu,
Development Universitas GadjahMada, penelitian ini bertujuan mengkaji bentuk-
mengenai berita tentang child abuse yang bentuk tindakan kekerasan dan mekanisme
terjadi dari tahun 19922002di 7 kota besar survival terhadap tindak kekerasan yang
yaitu, Medan, Palembang, Jakarta, dialami pemulung anak di Surabaya.
Semarang, Surabaya, Ujung Pandang dan
Kupang, ditemukan data bahwa ada 3969 METODE PENELITIAN
kasus, dengan rincian sexual abuse65.8%,
physical abuse 19.6%, emotional abuse Penelitian ini menggunakan metode
6.3%, dan child neglect 8.3% (Solihin, kualitatif dengan mengambil lokasi di Lokasi
2004: 130). Pembuangan Akhir (LPA) Sampah di
Studi Bagong Suyanto (2000: 50), Surabaya. Informan dipilih secara accidental
menyebutkan bahwa di luar faktor ekonomi dan dilanjutkan dengan cara snowball. Data
sesungguhnya ada hal lain yang menyebab- penelitian dikumpulkan dengan mengguna-
kan anak-anak terpaksa harus bekerja. kan teknik observasi dan wawancara
Pertama, faktor kultural atau tradisi mendalam, untuk kemudian dianalisis dengan
masyarakat yang mewajibkan anak-anak menggunakan analisis deskriptif.
sejak dini terbiasa bekerja sebagai bagian
dari proses sosialisasi untuk melatih anak HASIL DAN PEMBAHASAN
mandiri dan berbakti pada orangtua. Kedua,
pengaruh peer group dan lingkungan sosial Bentuk-bentuk Tindakan Kekerasan
yang kondusif mendorong anak bekerja yang Dialami Pemulung Anak
dalam usia dini. Ketiga, karena daya tarik Lawson (dalam Suyanto: 2000: 36),
yang ditawarkan kegiatan produktif itu membedakan empat macam abuse, yakni
sendiri bagi anak-anak. Keempat, dalam emotional abuse, verbal abuse, physical
beberapa hal, faktor yang menyebabkan abuse dan sexsual abuse. Adapun klasifikasi
anak-anak lebih memilih bekerja di luar yang dilakukan para ahli bahwa tindakan
rumah adalah sebagai bentuk pelarian kekerasan dapat diwujudkan dalam empat
dari beban pekerjaan di rumah yang bentuk. Pertama, kekerasan fisik, seperti; m e
acapkali dipandang menjemukan. n a m p a r, m e n e n d a n g , m e n c e k i k ,
Disamping itu karena mereka ingin mengancam dengan benda tajam, mengigit,
merasakan suasana yang lain seperti membenturkan, mendorong, dan sebagainya.
layaknya teman-temannya yang sudah Kedua, kekerasan psikis. Wujud kongkrit
terlebih dahulu bekerja di luar rumah. kekerasan ini adalah penggunaan kata-kata
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 41
kasar, mempermalukan orang di depan aktivitasnya sering dipelototi dan mendapat
umum, dan sebagainya. Ketiga, kekerasan umpatan dari pemulung senior karena
seksual dalam bentuk paksaan atau berebut sampah. Kekerasan ekonomi juga
mengancam untuk melakukan hubungan dialami pemulung anak, dimana mereka
seksual (sexual intercourse) dan melakukan sering di kompas atau dimintai uang
penyiksaan atau bertindak sadis serta secara paksa oleh pemulung senior dan
meninggalkan seseorang setelah melakukan preman LPA. Pemulung anak perempuan
hubungan seksualitas. Keempat, kekerasan misalnya, juga tidak luput dari kekerasan,
ekonomi terhadap anak-anak ketika dalam terutama kekerasan seksual. Pemulung anak
usia dini atau di bawah umur dipaksa untuk perempuan sering mendapatkan perlakuan
membantu untuk dapat memberikan berupa pelecehan seksual dari para
kontribusi ekonomi keluarga. pemulung senior.
Dalam hal ini masing - masing Semua tindakan kekerasan kepada
pemulung anak memiliki pengalaman dan anak-anak umumnya akan direkam di bawah
latar belakang keluarga yang berbeda-beda, sadar mereka, dan akan dibawa sampai
khususnya pemulung anak yang menjadi kepada masa dewasa, dan terus sepanjang
informan dalam penelitian ini terdapat hidupnya. Anak yang mendapat perlakuan
perbedaan-perbedaan serta variasi bentuk kejam dari orangtuanya akan menjadi sangat
kekerasan yang dialami informan baik dari agresif, yang pada gilirannya akan menjadi
siapa yang menjadi pelaku tindak kekerasan orang dewasa yang agresif pula (Horton dan
dan intensitas dari tindak kekerasan yang Hunt, 1984: 26-34). Tabel di bawah ini
dialami. Bentuk kekerasan fisik yang dialami disaajikan hasil wawancara, ke dalam empat
pemulung anak, antara lain pemukulan dan macam bentuk tindak kekerasan, yaitu
pengeroyokan oleh pemulung senior. Para kekerasan fisik, kekerasan psikologis,
pemulung anak pada awal melakukan kekerasan seksual dan kekerasan ekonomi.
Tabel 1. Jenis dan Bentuk Tindak Kekerasan terhadap Pemulung Anak
Nama Kekerasan Seksual Kekerasan Ekonomi
Informan Pelaku Jenis dan Bentuk Pelaku Jenis dan
(inisial) Bentuk
1.KS - - Pemulung dikompas
2.YT - - Pemulung dikompas
3.KL - - Pemulung Dikompas,
barang-barang
hasil memulung
dijarah
4. RD - - - Melakukan
pemerasan
5.SS - - Orangtua Paling tidak
harus menytor
Rp 15.000/hari
6.HD - - - -
42 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015
7.AT Sesama Digerayangi, - -
pemulung diraba
8.AG - - Pemulung dikompas
9.DW - - Ibu Wajib memberi
uang ke orang tua
10.ZL - - Ibu ditarget Rp
25.000 sehari.
Sumber : Handoyo & Imron
* Alamat korespondensi
arifpurnomo32@yahoo.co.id
Saran
Berdasarkanhasilpenelitia
n disarankan: (1) perlu ada implementasi nilai-
nilai karakter konservasi sosial pada prodi
sehingga karakter konservasi sosial menjadi
berbasis keilmuan masing-masing prodi, dan
(2) perlu ada pemahaman yang sama untuk
memasukkan nilai-nilai karakter konservasi
sosial dalam perangkat perkuliahan yang
dikembangkan oleh dosen.
DAFTAR PUSTAKA
Laila Octaviani
Program Studi Ilmu Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Pascasarjana, Universitas Padjadjaran
Abstract
* Alamat korespondensi
lailaoctaviani@gmail.com
PENDAHULUAN 2003; Martin, 2003). Kecenderungan ini juga
terjadi di Indonesia, bila dicermati proporsi
Fenomena migrasi internasional pada penempatan buruh migran perempuan
saat ini telah mendunia, bahkan menjadi suatu (selanjutnya disebut BMP) dan laki-laki
strategi dalam kelangsungan hidup para diberbagai kawasan, maka penempatan BMP
migran dan keluarganya. Dengan kata lain, masih mendominasi angka penempatan
aktivitas migrasi ini dilakukan sebagai BMI, kecuali untuk kawasan Amerika dan
survival strategy (Haris, 2002: 24). Berbagai Eropa. Peningkatan migrasi buruh migran
penelitian menunjukkan bahwa faktor perempuan juga berkaitan dengan tingginya
ekonomi menjadi alasan utama seseorang permintaan penata laksana rumah tangga dan
menjadi buruh migran. Menurut Pigay (2005: pengasuh anak di negara tujuan sedangkan
3) di Asia, jutaan tenaga kerja asing (sesama buruh migran laki-laki berkaitan dengan
Asia) mengisi sektor ekonomi wilayah respon proses industrialisasi (Asis, 2003).
tersebut. Para migran ini, umumnya datang Proses migrasi internasional para BMP
dari negara dengan tingkat upah buruh yang diatas, tidak hanya berdampak positif tetapi
masih rendah, di antaranya dari Indonesia. negatif pula. Salah satunya mengurangi
Hal ini sesuai dengan pernyataan Sjaastad angka pengangguran di Indonesia,
(1962 dalam Bijak, 2006: 11) bahwa menambah pendapatan rumah tangga buruh
seseorang akan berpindah ke daerah lain migran tersebut, dan menjadi sumber devisa
apabila berkesempatan mendapatkan negara. Dari segi negatifnya diantaranya
keuntungan yang lebih besar daripada biaya banyaknya kasus kekerasan, penyiksaan,
yang harus dikeluarkan di daerah asal. pemerasan dan pelecehan seksual yang
Seiring dengan perkembangan migrasi dialami ketika berada di luar negeri atau
tersebut, secara global tampak bahwa selama di dalam negeri (sebelum
fenomena migrasi perempuan diindikasikan keberangkatan),rentannyauntu
semakin mendominasi perkembangan k diperdagangkan (traffiking), sampai dengan
tersebut. Dua dekade terakhir ini, terjadi kepulangan rawan dengan pemerasan.
pergeseran perilaku dan kecenderungan Permasalahan yang dihadapi BMP tersebut,
migrasi, semakin dominannya perempuan nampaknya tidak menyurutkan langkah
dalam proses migrasi internasional (Guest, para perempuan Indonesia dengan latar
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 59
pendidikan yang rendah dan tinggal di sebagai aliran searah saja (Goldring, 2003;
pedesaan untuk mengadu nasib ke luar Levitt dan Lamba, 2011), artinya hanya
negeri, melainkan dianggap dapat memberi- digunakan untuk meningkatkan kesejahtera-
kan penghasilan yang menjanjikan. Bahkan an ekonomi keluarga dan pembangunan di
bekerja di luar negeri sampai hari ini masih daerah asal tanpa adanya keberlangsungan
menjadi cita-cita mereka. kehidupan mereka di masa yang akan
Feminisasi buruh migran tersebut, datang. Bahkan sekembalinya ke daerah
nampaknya tidak mendapat respon positif asal, mereka tidak mudah mendapatkan
dari berbagai pihak. Penelitian tentang pekerjaan lagi karena peluang kerja yang
migrasi misalnya, masih jarang yang tersedia sangat terbatas dan telah
membedakan antara migrasi yang dilakukan mengalami perubahan nilai-nilai hidup,
antara laki-laki dan perempuan. Dalam sehingga berpeluang menambah jumlah
perspektif gender, teori maupun penelitian pengangguran yang telah ada, ketidak-
tersebut berada pada posisi yang netral setaraan sosial, dan menempat-kan rumah
gender bahkan buta gender (Chant & tangga buruh migran di daerah asal dalam
Radcliffe, 1992); (Lucas, 2005). Kondisi ini siklus migrasi yang tidak berkesudahan
semakin terpuruk jika dilihat dari target (Cohen, et al, dalam Dewayanti 2010).
devisa negara yang dihasilkan melalui Padahal sebenarnya para buruh migran
pendapatan yang dihasilkan pekerja migran perempuan menyimpan potensi yang besar
sebagai sumber pendapatan negara terbesar jika mampu diberdayakan, mengingat selain
dalam perekonomian Indonesia (ILO remitansi ekonomi yang diperolehnya, mereka
Jakarta, 2008). Kontribusi remitansi para memperoleh remitansi sosial selama
BMP bagi ekonomi nasional mencapai 2,4 kepergiannya ke luar negeri. Artinya, kita
miliar dolar AS setahun, sehingga dikatakan tidak hanya melihat konsep remitansi
sebagai sumber pendapatan kedua terbesar di ekonomi untuk memaknai proses migrasi,
Indonesia setelah sektor migas. tetapi juga melihat bagaimana keberadaan
Pada titik inilah, penelitian tentang sekelompok di luar daerahnya telah
migrasi perempuan menjadi urgen untuk melahirkan jembatan sosial yang sangat
dilakukan. Mengingat kompleksnya signifikan secara ekonomi sering disebut
permasalahan yang dihadapi BMP dnegan remitansi sosial. Isu remitansi
khususnya setelah kembali ke tanah air ekonomi dan sosial yang diperoleh BMP
(returning migration) dengan membawa dapat dianggap sebagai suatu strategi untuk
aliran remitansi. Aliran remitansi BPMP meningkatkan kesejahteraan keluarga setelah
ketika kembali ke Indonesia, seharusnya kembali ke daerah asal. Ketika kembalinya ke
menjadi sumber penghasilan yang d i i n v e s daerah asal, kehidupan mereka berada dalam
t a s i k a n s e h i n g g a m a m p u konteks kerentanan yang dapat terjadi melalui
meningkatkan status mereka di keluarga dan perubahan - perubahan yang mendadak
masyarakat (Chant 1998; Deans 2006; (shock), kecenderungan sektor privat serta
Ramos, 2002 dalam Mukbar, 2009). Namun proses pembentuk akses. Hal ini
aliran remitansi tersebut biasanya digunakan mempengaruhi pilihan seseorang dalam
60 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015
merespon aset yang dimiliki ke dalam daerah asal terhadap struktur keluarga dan
perilakumemberdayakanterha masyarakatdan Pemanfaatan remitansi
d a p lingkungan tempat tinggalnya. Melalui ekonomi dan sosial para BMP yang
remitansi ekonomi dapat memberikan sebagai diperoleh guna meningkatkan kesejahteraan
modal finansial untuk keperluan tertentu atau keluarga setelah kembali ke daerah asal.
diinvestasikan untuk kegiatan di masa yang
akan datang. Sementara remitansi sosial dapat METODE PENELITIAN
memfasilitasi pemanfaatan remitansi ekonomi
untuk mencapai tujuan y an g d iin g in k an Penelitian ini dirancang sebagai
melalu i id e atau pengetahuan baru sehingga penelitian etnografi yang menggambarkan
terjadi perubahan praktik dalam budaya migrasi internasional pada
memanfaatkan remitansi ekonomi yang baik. masyarakat Cilacap khususnya pemanfaatan
Dalam proses migrasi internasional para BMP remitansi ekonomi dan sosial di kalangan
memperoleh remitansi ekonomi dan sosial buruh migran perempuan, dan ingin menggali
yang dapat menjadi sarana memberdayakan pandangan hidup para BMP setelah kembali
mereka sendiri dengan mengangkat posisi sesuai sudut pandang penduduk setempat
sosial dalam keluarga dan masyarakat serta sehingga akan ditemukan makna tindakan
juga dapat memberdayakan lingkungannya. budaya suatu komunitas. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif
Desa Penggalang dan Welahan Wetan, berdasarkan masalah yang ingin dikaji
Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap Jawa dengan eksplanasi yang tujuan menggali atau
Tengah menjadi lokasi penelitian dengan membangun suatu proposisi atau menjalan-
alasan sebagai berikut: pertama kan makna dibalik realita.
Cilacap merupakan salah satu kantong Penelitian ini dilakukan di Desa
terbesar BMP di Jawa Tengah; kedua Adipala Penggalang dan Welahan Wetan,
merupakan salah satu kecamatan di Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap
Kabupaten Cilacap sebagai kantong daerah Provinsi Jawa Tengah. Informan kunci
pengirim BMP terbanyak selain Kecamatan dalam penelitian ini adalah buruh migran
Nusawungu dan Binangun; ketiga Desa perempuan yang kembali ke daerah asal
Penggalang dan Welahan Wetan menjadi salah yang berjumlah 10 orang, bekerja sebagai
satu desa percontohan dalam program penata laksana rumah tangga, dan negara
pemberdayaan BMP dan keluarganya di tujuan dari Hongkong-Taiwan. Disamping
daerah asal. Hongkong dan Taiwan sebagai itu, untuk melengkapi data penelitian
negara tujuan yang dipilih dengan diperlukan informan tambahan berasal dari
pertimbangan memiliki karakteristik yang pihak Dinsos-nakertans, Bapermas PP, PA
relatif maju, progresif dan remitansi sosial dan KB, pemerintah daerah, kecamatan dan
yang dimiliki jauh lebih beragam daripada desa, Lakpesdam NU Cilacap, keluarga dan
BMP yang pulang dari Malaysia dan Timur masyarakat sekitar.
Tengah. Penelitian mengetahui BMP Data primer dikumpulkan dengan cara
memposisikan diri mereka setelah kembali ke wawancara mendalam, observasi partisipasi,
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 61
dan dokumentasi. Data berupa data primer secara spontan banyak pula yang berangkat
dan sekunder, data primer diperoleh dari ke Malaysia, Singapura, dan Brunei
hasil wawancara mendalam dan observasi Darussalam, pada babak baru ini proses
partisipasi dengan subyek penelitian. migrasi pekerja Indonesia dan wilayah Asia
Sedangkan data sekunder diperoleh dari pada umumnya menjadi penting karena 1)
hasil penelitian sebelumnya, buku-buku, Ledakan minyak (the oil boom) pada tahun
media massa, dan dokumentasi. 1970-an di negara-negara Timur Tengah,
yaitu gerakan tenaga kerja tidak terampil di
HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Asia (termasuk Indonesia) mulai mengalir
ke negara-negara tersebut; 2) Tahun 1980-
Sejarah Migrasi di Desa Penggalang dan an dan buruh musiman berangkat ke Asia
Welahan Wetan Timur yang tengah memacu pembangunan
ekonomi, akibat perluasan sektor jasa,
Pada umumnya, migrasi yang dilakukan bertambahnya jumlah penduduk yang
para perempuan Indonesia bukanlah sebuah rendah dan adanya gejala penduduk lanjut
proses yang baru-baru ini saja dilakukan, usia (lansia), maka negara-negara ini
namun proses yang berlangsung dalam mengalami kekurangan tenaga kerja
kerangka historis dan perjalanan cukup khususnya di bidang pekerjaan yang sulit,
panjang seiring dengan proses globalisasi kotor dan berbahaya.
yang melanda dunia. Pada jaman penjajahan
Belanda, jumlah pekerja Indonesia yang Peran Lakpesdam NU Cilacap
bermigrasi ke negara lain masih sangat kecil
dan pada umumnya dipekerjakan sebagai kuli Lakpesdam NU Cilacap merupakan
kontrak. Mereka direkrut oleh penjajah untuk Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber
mendapatkan tenaga murah yang Daya Manusia Nahdlatul Ulama Cilacap yang
dipekerjakan di perkebunan yang diatur bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul
dalam Werving Ordonatie 1880, dan mereka Ulama di bidang pengkajian dan
dibawa ke negara-negara seperti Malaysia, pengembangan sumber daya manusia NU,
Suriname, New Coledonia, Thailand, Burma, salah satunya adalah memperjuangkan hak-
Sabah, Serawak, Vietnam dan Australia hak para BMP dengan mendorong lahirnya
(Hugo, 1980; 1990). Pada jaman penjajahan peraturan daerah khusus buruh migran sampai
Jepang tahun 1942-1944, migrasi pekerja di tingkat desa, yaitu Peraturan Desa.
Indonesia ke luar negeri terus berlangsung Bekerjasama dengan Yayasan TIFA, Japan
(kebanyakan dari Jawa) yang dipaksa bekerja Social Development Fund World Bank, B N P
sebagai romusha di proyek-proyek pembuatan 2 T K I m e m b e n t u k p r o g r a m
jalan kereta api, pelabuhan udara, lapangan pemberdayaan BMP dan keluarganya di d a e
terbang dan konstruksi di Thailand, Burma rahasal,implikasinyaadalah
dan Singapura (Hugo, 1993; Effendi, 1997). Pembentukan Forum Warga Buruh Migran
Setelah kemerdekaan, pekerja Indonesia (FWBM) pada tahun 2011. FWBM ini
beranggotakan pemerintah desa, mantan
62 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015
buruh migran, keluarga buruh migran, dan pelaku utama), sehingga eksistensi
pihak-pihak yang peduli terhadap isu perempuan tidak mendapatkan pengakuan
tersebut. yang layak. Kondisi semacam ini terus
Ada 30 desa yang menjadi anggota berlangsung dalam berbagai bentuk
forum warga buruh migran yang tersebar di diskursus yang dilanggengkan dengan
tiga kecamatan, yaitu Nusawungu, Binangun, berbagai institusi sosial. Akibatnya, ketika
dan Adipala. Lakpesdam NU Cilacap juga ada seorang perempuan dan laki-laki yang
mendampingi 19 Forum Warga (FW) berbasis tidak memenuhi stereotip gender seperti
teritorial (desa dan kecamatan) dan 12 forum yang diinginkan oleh masyarakat, maka
warga berbasis sektoral (pedagang kecil, mereka langsung mendapat label menyalahi
petani organik, peternak, pengrajin, pekebun). kodrat, padahal kodrat dan konsep gender
Saat ini, ada 2 FW berbasis pedagang kecil sama sekali berbeda.
telah memiliki Koperasi Serba Usaha (KSU) Semakin banyaknya perempuan ke
Baitul Mal Watamwil (BMT), seperti BMT luar rumah, sudah selayaknya juga diikuti
EL-Sejahtera Cipari. berbagai perubahan stereotip yang sudah
melekat pada masyarakat tentang sosok
Pandangan BMP terhadap Struktur perempuan. Seharusnya perempuan sudah
Keluarga dan Masyarakat mulai bergeser perannya, tidak hanya pada
sektor domestik tetapi juga mulai merambah
Pemaknaan tentang perempuan selalu pada sektor publik. Pandangan masyarakat
dikonstruksikan secara sosial dalam sudah harus memulai melakukan redefinisi
masyarakat, yaitu mengkontruksikan konsep- tentang sosok perempuan . Dimana
konsep sosial budaya tentang sosok laki-laki perempuan tidak hanya terlibat dalam sektor
dan sosok perempuan, seolah-olah menjadi pertanian, tetapi juga bekerja di pabrik di
keharusan yang terpenuhi oleh k e d u a j e n i kota, sektor perkebunan bahkan menjadi
s k e l a m i n . D i a n t a r a n y a BMP di luar negeri sebagai penata laksana
pengkategorian tentang sifat perempuan dan rumah tangga. Hal ini menunjukkan, bahwa
laki-laki merupakan hasil dari konstruksi perempuan telah merespon langsung
sosial budaya oleh masyarakat tertentu perubahan ekonomi rumah tangga dan
menyangkut apa yang pantas dan apa yang perkembangan aspirasi perempuan. Tetapi
tidak pantas. Di Jawa Tengah, sosok secara sosial posisi mereka masih tetap
perempuan ideal adalah ibu yang baik dan belum bergeser dari konstruksi sosial yang
istri yang baik dan patuh (Berninghausen ada. Namun dalam berbagai kasus yang
dan Kerstan, 1992; Abdullah, 1997). ditemui di Adipala, para BMP mulai
Sedangkan dalam masyarakat, sosok dihargai dalam kehidupan rumah tangga dan
perempuan juga sering dipandang sebagai masyarakatnya. Hal itu juga dipengaruhi,
objek domestikasi (perempuan yang tidak ke setelah keikutsertaan para BMP dalam
luar rumah) dan ideologi familialisme FWBM yang difasilitasi Lakpesdam NU
direproduksi dalam dunia kerja (perempuan Cilacap, bersama Yayasan TIFA dan
dianggap sebagai hanya pelengkap bukan BNP2TKI, Japan Social Development Fund
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 63
serta dibentuknya pula Kelompok Kerja Berdasarkanhasilpenelitia
Bina Keluarga TKI di Cilacap yang n , teridentifikasi bentuk remitansi sosial yang
difasilitasi oleh Bapermas PP, PA, dan KB diperoleh para BMP diatas, yaitu berbagai jenis
Cilacap. pengetahuan (dapat berbahasa Inggris, Arab,
dan Kantonis), dapat mengoperasikan alat-alat
Pemanfataan Remitansi Ekonomi dan rumah tangga modern, pengetahuan mengenai
Sosial Melalui Program Pemberdayaan kesehatan dan gizi, etos kerja disiplin, tepat
waktu dan kerja keras, serta perubahan cara
Pemanfaatan remitansi ekonomi dan pandang (mind set) dalam pendidikan anak,
sosial para BMP di Adipala dipengaruhi kemandirian, pernikahan, relasi gender dalam
oleh: Belajar dari Negara Tujuan BMP keluarga dan
yaitu Taiwan dan Hongkong sebagai negara terbentuknya jaringan sosial karena
tujuan yang memberikan peluang lebih baik keterlibatan beberapa BMP dalam
dibandingkan negara tujuan lainnya dalam organisasi (organisasi advokasi buruh
menumbuhkan remitansi sosial yang migran, keagamaan). Untuk membedakan
diperoleh para BMP. Adanya hak dan antara remitansi ekonomi dan remitansi
kewajiban bagi BMP di Hongkong diatur sosial yang diperoleh para BMP dapat
secara jelas dalam Employment ordinance dilihat dalam gambar dibawah ini:
chapter 57 tersebut membuat BMP
memperoleh hak dan kewajiban sebagai
buruh dengan baik, diantaranya hak untuk
libur pada hari Minggu dan hari besar
lainnya.
Investasi
Barang
Remitansi Peningkatan Status
Ekonomi Konsumsi Sosial Ekonomi
Uang
Kegiatan
Sosial
BMP
* Alamat korespondensi
martien_herna@yahoo.com
PENDAHULUAN serta bertanggung jawab. Penyelenggaraan
pendidikan bukan hanya sampai pada hasil
Pendidikan merupakan pilar tegaknya lulusan yang cerdas namun lulusanyang
suatu bangsa. Melalui pendidikanlah bangsa mempunyai kontribusi pada pembangunan
akan tegak mampu menjaga martabat. Dalam nasional, baik budaya bangsa Indonesia
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 yang lebih luas untuk mewujudkan daya
tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, saing bangsa Indonesia padadunia
disebutkan Pendidikan nasional berfungsi internasional, sesuai dengan visinya.
mengembangkan kemampuan dan mem- Beragam persoalan dan konflik yang
bentuk watak serta peradaban bangsa yang tidak kunjung selesai melanda bangsa
bermartabat dalam rangka men-cerdaskan Indonesia saat ini menunjukkan, bahwa telah
kehidupan bangsa, bertujuan untuk terjadi pergeseran nilai etika dalam kehidupan
berkembangnya potensi peserta didik agar berbangsa dan bernegara yang disusul dengan
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak budaya bangsa. Setidak-tidaknya terdapat
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, empat krisis yang dihadapi bangsa Indonesia
dan menjadi warga negara yang demokratis (Kusmin 2010).Pertama,
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 71
krisis jatidiri, dimana masyarakat Indonesia pada pendidikan karakter sebagai usaha
tidak lagi mampu mengenali dirinya sebagai membangun karakter bangsa (nation
bangsa. Kedua, krisis ideologi. Pancasila character building).
sebagai ideologi hanya tinggal nama, tidak Salah satu landasan yuridis yang
lagi menjadi ideologi yang hidup dalam mengatur pendidikan karakter di perguruan
perilaku sehari-hari masyarakat Indonesia. tinggi adalah Peraturan Pemerintah Nomor
Pancasila ditinggal dalam pojok sejarah, 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
menurut Machfud MD (2010). Ketiga, krisis Penyelenggaraan Pendidikan, pasal 84 ayat
kepercayaan. Sikap curiga dan meremehkan 2, menyebutkan bahwa perguruan tinggi
orang lain menunjukkan betapa manusia memiliki tujuan membentuk insan yang
Indonesia telah pudar kepercayaannya beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
kepada yang lain. Sikap bandel, sulit diatur, YangMaha Esa, berakhlak mulia, dan
dan menginjak-injak norma yang ada berkepribadian luhur, sehat, berilmu
menunjukkan ketidakpercayaan masyarakat dancakap, kritis, kreatif, inovatif, mandiri,
kepada pemerintah. Keempat, krisis percayadiri, dan berjiwa wirausaha, serta
karakter, dimana ucapan, sikap, dan toleran, pekasosial dan lingkungan,
perilaku masyarakat belum mencerminkan demokrtis danbertanggung jawab. Sebagai
karakter bangsa (Handoyo, dkk., 2010 : 2). komponen penting yang menentukan
Kondisi di atas semakin diperparah oleh kekuatan nasional, karakter nasional atau
terjadinya krisis kebudayaan.Sikap rukun dan bangsa harus dididikkan kepada generasi
hormat sebagai budaya luhur bangsa makin muda.generasi muda sebagai penerus masa
luntur. Berbagai krisis itu telah mendorong depan bangsa perlu mengembangkan nilai-
terjadinya transformasi budaya yang dahsyat. nilai luhur yang menjadi fondasi bagi tegak
Upaya menghadapi trans-formasi budaya berdirinya bangsa Indonesia.Tanpa ada
tersebut adalah dengan menguji kembali upaya internalisasi dan sosialisasi nilai-nilai
premis-premis dan nilai-nilai budaya lama luhur atau karakter, dikhawatirkan para
dan penerimaan baru terhadap nilai-nilai yang generasi muda tidak memiliki landasan
telah ditinggalkan atau yang baru berlangsung yang kokoh dalam membangun negeri ini
yang masih memiliki daya guna. Strategi yang melalui pendidikan karakter.
paling tepat untuk menghadapi hal tersebut Sejalan dengan upaya mengembang-
adalah pendidikan. Lembaga pendidikan tidak kan pendidikan karakter di perguruan tinggi,
hanya mentransfer pengetahuan, melainkan Universitas Negeri Semarang (UNNES) sejak
menghimpun proses berpikir dengan akhlak tahun 2005 mendeklarasikan visi Sehat,
mulia. Oleh karena itu, tepat kiranya jika Unggul, Sejahtera atau lazim disebut
diupayakan pemulihan kembali nilai-nilai Universitas Negeri Semarang Sutera. Unsur
yang telah diajarkan oleh para pendiri bangsa, mendasar padavisi ini terkait dengan
sekaligus dimulainya kembali agenda rekomendasi Lubchenco (1998) adalah aspek
berkelanjutan untuk menyelenggarakan Sejahtera. Aspek ini mengandung
lembaga pendidikan dengan menekankan pandangan bahwa seluruh kebijakan dan
karya UNNES di orientasikan bukan saja
72 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015
pada pertumbuhan kesejahteraan komponen tahap perencanan pengembangannya.
internal,lebih dari itu juga pada pertumbuhan Melalui penumbuhan karakter inilah
kesejahteraan dan maslahat umat manusia diharapkan memberi sumbangan yang nyata
(Wahyudin & Sugiharto, 2010). Menyusul terhadap pengembangan jati diri bangsa dan
introduksi visi tersebut, pada tahun 2010 menjadi bangsa yang bermartabat di tengah
dicanangkan pula komitmen baru sebagai percaturan dunia global. Unnes memiliki
perwujudan aspek kesejahteraan tersebut, sebelas nilai-nilai karakter konservasi yaitu
yaitu komitmen pada konservasi. Melalui religius, jujur, cerdas, adil, tanggung jawab,
komitmen mendeklarasikan diri sebagai peduli, toleran, demokratis, cinta tanah air,
Universitas Konservasi, yang dimaknai tangguh, dan santun (Kurikulum tahun
sebagai tekad untuk melaksanakan Tri 2012). Diharapkan melalui penelitian ini,
Dharma Perguruan tinggi selaras dengan dapat diketahui sejauh mana sebelas nilai-
prinsip-prinsip dasar konservasi yaitu, nilai karakter konservasi yang dicanangkan
keseimbangan,pemeliharaan,da UNNES telah diaplikasikan oleh civitas
n pelestarian. Nilai-nilai inilah yang selama ini akedemika guna menunjang sebagai
hilang dalam komitmen pengembangan ilmu Universitas konservasi.
pengetahuan dan teknologi, sehingga
melahirkan konsekuensi-konsekuensi yang METODE PENELITIAN
tidak pernah diramalkan dan diharapkan
muncul pada saat invensi ilmu pengetahuan Penelitian ini bersifat evaluatif dan
dan teknolog berlangsung. dirancang menggunakan model CIPP
Sebagai universitas konservasi, (Context, Input, Process, dan Product) ( S t
mendirikan sosok lulusan yang memiliki u ff l e b e a m 2 0 0 7 d a l a m M a d a u s
tanggung jawab untuk ikut menyelesaikan 1983:117). Digunakan Analisis Konteks
berbagai permasalahan akibat ketertinggalan untuk memperjelas pelaksanaan pendidikan
bangsa, mempunyai daya saing ditingkat karakter bangsa di perguruan tinggi, seperti
internasional yang berwawasan konservasi. strategi/model yang dikembangkan, dosen
Pengembangan keunggulan di bidang Tri dan tenaga kependidikan yang meng-
Dharma Perguruan Tinggi, berbasis nilai-nilai integrasikan pelaksanaan pendidikan
konservasi akan memberi warna pada kiprah karakter. Sampel penelitian diambil secara
pengembangan UNNES di tengah dunia purposive sampling dengan memperhatikan
global. Basis nilai-nilai konservasi akan tugas pokok dan pimpinan fakultas,
menjadi dasar kesadaran tetap berakar, pimpinan pimpinan jurusan, dosen, dan
memelihara dan mengembangkan jati tenaga kependidikan serta jabatan dalam
diribangsa untuk mengangkat peradaban organisasi kemahasiswaan dan jenjang
bangsa di tingkat global. Sebagai universitas semester bagi mahasiswa. Berdasarkan
yang mengangkat nilai-nilai konservasi, kriteria tersebut unit kerja yang dijadikan
makastrategi penyelenggaraan pendidikan uji coba instrumen mencakupi 8 (delapan)
yang berorientasi pada penumbuhan karakter fakultas yang ada di Universitas Negeri
bangsa menjadi strategi utama pada tiap Semarang. Jumlah sampel yang dijadikan
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 73
responden di setiap fakultas sebanyak 10 triangulasi data. Langkah akhir yang
responden, meliputi dosen, tenaga dilakukan adalah menata sekuensi atau
kependidikan, dan mahasiswa yang menjadi urutan penelaahan untuk menentukan
responden terdistribusi secara merata untuk kesimpulan hasil penelitian. Analisis data
setiap unit kerja. yang dilakukan melalui mekanisme yang
Variabel penelitian meliputi: 1) model selalu terkait antara pengumpulan data dan
pendidikan karakter di Universitas Negeri mengkategorikan data dengan mereduksi
Semarang, 2) kurikulum yang berbasis data. Dari hasil pengumpulan data tersebut
kompetensi dan konservasi tahun 2012, 3) diolah dan diambil pengertian-pengertian
iklim pendukung pelaksanaan pendidikan, 4) yang lebih komprehensif dan mendalam
kebijakan Universitas Negeri Semarang untuk diambil sebuah kesimpulan.
berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan
karakter, dan 5) pelaksanaan pengintegrasian HASIL DAN PEMBAHASAN
pendidikan karakter bangsa pada kegiatan
pembelajaran. Teknik analisis data yang Berdasarkan hasil penelitian Handoyo,
digunakan adalah model analisis interaksi dkk (2010), model pendidikan karakter yang
yang dilakukan oleh Strauss (2007:100), yaitu dikembangkan di Universitas Negeri
menghubungkan antara kategori dengan Semarang adalah Pendidikan Karakter
subkategori untuk kemudian dicari pola- berbasis Konservasi (PKK). Pendidikan
polanya. Adapun langkah langkah yang Karakter berbasis konservasi adalah upaya
digunakan dalam analisis ini adalah reduksi pendidikan untuk menyemaikan dan
data, penyajian data, dan verifikasi data mengembangkan nilai-nilai religius, jujur,
(Sugiyono 2005:92). Adapun tahapan analisis peduli, toleran, demokratis, santun, cerdas,
yang digunakan dengan dua tahap, yaitu pada dan tangguh ke dalam diri mahasiswa dengan
saat penelitian berlangsung dengan mencoba maksud agar mereka mampu menjadi agen
mengumpulkan data sekaligus mencoba masyarakat yang sehat, unggul, dan
mengkaitkan antara temuan satu dengan kompetitif. Diharapkan output dan outcome
temuan yang lain atau menganalisis informasi pendidikan lulusan yang memiliki ke-
yang diterima pada saat pengumpulan data unggulan, sehat, dan mampu bersaing.
ketika masih berada di lokasi penelitian. Kegiatan pembelajaran yang lebih banyak
Analisis tahap kedua dilakukan setelah selesai memberikan peluang kebebasan berpikir
dari lapangan dan terfokus pada kepada mahasiswa, mendorong mereka lebih
permasalahan penelitian, hal ini merupakan demokratis dalam bergaul dan menyampai-
akhir dari penelitian sekaligus u n t u k m e n kan pandangan kepada sesama mahasiswa,
a r i k k e s i m p u l a n s e c a r a dosen, dan tenaga administrasi.
komprehensif. Adapun langkah-langkah Relevansi pendidikan karakter dalam
untuk analisis akhir ini adalah dengan mewujudkan konservasi dalam penelitian ini
membuat kategori-kategori masalah berkaitan dengan komponen-komponen yang
berdasarkan hasil wawancara, pengamatan mencakupi: 1) komponen visi dan misi, 2)
maupun temuan - temuan dari hasil kelembagaan, 3) kurikulum, 4) kegiatan
74 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015
kemahasiswaan, serta5) sarana dan bahwa 8 (delapan) fakultas yang menjadi
prasarana.Kesiapan dimaksud berkenaan objek penelitian yaitu FIP, FBS, FIS, FMIPA,
dengan indikator kinerja dosen dan pimpinan FT, FIK, FE, dan FH telah mampu
yang telah dilakukan untuk melaksanakan merumuskan visi dan misi yang sangat sesuai
pendidikan karakter dalam kegiatan dengan nilai-nilai pendidikan karakter yang
pembelajaran.Indikator yang digunakan sangat relevan dalam mewujudkan sebagai
sebagai pedoman dalam menilai kesesuaian universitas konservasi. Fenomena ini
pendidikan karakter dalam mewujudkan memberikan bukti, bahwa prinsip-prinsip
Universitas Konservasi menggunakan rentang pendidikan karakter telah terangkum dalam
skor sebagai berikut:10 sangat relevan (3,26 rumusan visi dan misi yang meliputi: k e s e s
-4), relevan (2,56-3,25), kurang relevan uaian,konkret,proporsional,
(1,76-2,55), dan tidak relevan (1-1,75). kontekstual, dan multikonteks, dan terpadu.
Relevansi pendidikan karakter dalam Hal ini ditunjukkan dengan rerata skor visi
mewujudkan Universitas Negeri Semarang dan misi 8 (delapan) fakultas, yakni mencapai
sebagai universitas konservasi tidak terlepas 3,68dalammengimplementasik
dari visi dan misi yang dirumuskan oleh 8 a n pendidikan karakter sangat relevan dalam
(delapan) fakultas dan program pasca sarjana. mewujudkan Universitas Negeri Semarang
Visi dan misi yang dirumuskan akan menjadi sebagai universitas konservasi.
pedoman dalam mempersiapkan k e b i j a k a Berdasarkan data di lapangan tentang
n k e l e m b a g a a n , d o k u m e n kesiapan kelembagaan di 8 (delapan)
kurikulum, proses pembelajaran, revitalisasi fakultas dalam mewujudkan diperoleh rerata
kegiatan kemahasiswaan (ekstrakurikuler), skor 3,69. Skor yang dicapai tersebut me-
peningkatan kapasitas pendamping nunjukkan bahwa komponen kesiapan
kemahasiswaan, kegiatan rutin, pembiasaan, kelembagaan dalam melaksanakan pen-
dan keletadanan, kegiatan terprogram, serta didikan karakter sangat relevan. Semua
pengelolaan sarana dan prasarana. fakultas menunjukkan skor sangat relevan
Temuan penelitian tentang kesesuaian ditunjukkan oleh tabel 1 berikut ini.
visi dan misi yang dikembangkan Universitas Berdasarkan data di atas, total skor
Negeri Semarang menunjukkan,
Tabel 1. Relevansi Pendidikan Karakter terhadap Pewujudan Universitas Negeri Semarang sebagai
Universitas Konservasi
Fakultas Karakter Konservasi Total
Visi Misi Kebijakan Kurikulum Kegiatan Sarana dan Skor
Kemahasiswaan Prasarana
IP 3,65 3,64 3,54 3,02 3,50 17,35
BS 3,67 3,67 3,58 3,20 3,60 17,72
IS 3,70 3,70 3,46 3,10 3,45 17,41
IPA 3,70 3,67 3,63 3,06 3,60 17,66
Teknik 3,68 3,73 3,53 3,03 3,50 17,52
Olah Raga 3,67 3,76 3,42 3,05 3,55 17,45
Ekonomi 3,69 3,73 3,43 3,03 3,60 17,48
Hukum 3,67 3,64 3,46 3,04 3,67 17,48
Total 3,68 3,69 3,50 3,06 3,56 17,49
Sumber: Data diolah tahun 2015.
Kebijakan
3,06 kelembagaan
3,69 Kurikulum
3,5 Kegiatan
kemahasiswaan
Sarana dan
Prasarana
Sejarah Artikel
Diterima Mei 2015 Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui implementasi Teams
Disetujui Juni 2015 Games Tournaments (TGT) berbantuan media kartu 4-1, (2)
Dipublikasikan Juni 2015 meningkatkan keterampilan sosial peserta didik (3) meningkatkan hasil
belajar IPS peserta didik kelas IX F SMPN 1 Kandeman Batang dengan
Keywords : implementasi TGT berbantuan media kartu 4-1.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, menggunakan
learning model, Teams Games
desain spiral Kemmis & Taggart. Subjek penelitian adalah 37 peserta
Tournaments (TGT), social skills, didik kelas IX F SMP Negeri 1 Kandeman Batang pada semester genap
card media 4-1 ,learning outcome. tahun ajaran 2014/2015. Penelitian terdiri atas dua siklus masing-masing
siklus terdapat dua kali pertemuan. Setiap siklus menggunakan empat
tahap yaitu: perencanaan, pelaksaaan tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Tindakan dalam siklus I menggunakan media kartu 4-1 dengan materi
unsur-unsur geografis dan penduduk di kawasan Asia Tenggara, dan
siklus II menggunakan media kartu 4-1 dengan materi pembagian
permukaan bumi atas benua dan samudera. Penelitian dilaksanakan bulan
Januari s.d Maret 2015. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah: (1) observasi, (2) wawancara, (3) tes hasil belajar,
(4) dokumentasi, dan (5) catatan lapangan, sedangkan instrumen yang
digunakan adalah (1) pedoman observasi guru dan peserta didik, (2)
pedoman wawancara peserta didik, (3) soal tes hasil belajar, dan (4) jurnal
harian. Analisis data mengunakan analisis kuantitatif.
Hasil penelitian adalah sebagai berikut. (1) Model pembelajaran
kooperatif TGT berbantuan media kartu 4-1 dapat diimplementasikan pada
pembelajaran IPS kelas IX F di SMP N 1 Kandeman Batang, ada peningkatan
rata-rata dari enam tahapan TGT, pada siklus 1 rerata 68,75 (baik) dan siklus
II rerata 85 (sangat baik) (2) Ada peningkatan rata-rata dari sepuluh indikator
amatan keterampilan sosial peserta didik, pada siklus I rerata skor 51,30
(terampil) dan siklus II rerata skor 76,80 (sangat terampil). (3) Ada
peningkatan ketuntasan hasil belajar IPS peserta didik, pada siklus I
ketuntasan belajar 72,97% dengan rerata nilai 74,86, dan siklus II 86,49%
dengan rerata nilai 85. Dengan Implementasi Teams Games Tournament
berbantuan media kartu 4-1 di setiap siklusnya terdapat enam peningkatan
keterampilan sosial yang menonjol secara rangking yaitu: menyampaikan
pendapat sesuai dengan substansi persoalan yang sedang dibahas,
menyampaikan pendapat dengan bahasa dapat dipahami peserta
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 81
didik lain, menyampaikan pendapat dengan baik dan santun, memberikan
pendapat dalam menyelesaikan berbagai masalah kelompok, menerima
pendapat anggota kelompok sepanjang relevan dengan persoalan yang
dibahas, menjaga ketenangan ketika pembentukan kelompok berlangsung.
Dengan demikian Implementasi Teams Games Tournament berbantuan
media kartu 4-1 dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik secara komprehensif.
Abstract
This research aims to: (1) know the implementation of Teams Games
Tournaments (TGT) Assisted by Card 4-1, (2) improve student social skills
(3) increase social sciences learning outcome of IX F graders at SMPN 1
Kandeman Batang with the implementation of TGT Assisted by Card 4-1.
This is a class action research using the spiral design of Kemmis &
Taggart. Research subject is 37 students of IX F graders of SMP Negeri 1
Kandeman Batang in genap semester academic year of 2014/2015. There are
2 cycles in this research, each of which consists of two meetings. Each cycle
uses 4 stages, they are: planning, implementation, observation and
reflection. The action in cycle 1 uses card 4-1 with the materials of
geographical elements and population in South East Asia. Cycle 2 uses card
4-1 with the material of earth surface division as continent and ocean. The
research is conducted from January to March 2015. Data collecting
technique used in this research is: (1) observation, (2) interview, (3) learning
outcome test, (4) documentation, and (5)field note. The instrument used is
(1) observation guidance for teacher and students, (2) interview guidance
for students, (3) exercise sheet for learning outcome test, and (4) daily
journal. Data analysiss uses qualitative analysis.
The results of the research are: (1) The cooperative TGT Assisted by
Card 4-1 learning model can be implemented in social sciences learning of IX
F graders at SMP N 1 Kandeman Batang, there is average increase from 6
cycles of TGT, the average score of cycle I is 68,75 (good) and cycle II is 85
(very good) (2) there is average increase of 10 indicators of student social
skills, the average score of cycle I is 51,30 (skilled), cycle II is 76,80 (hihgly
skilled). (3) there is an increase in the result of students' social sciences
learning, learning mastery at cycle I is 72,97% with the average score of
74,86, cycle II is 86,49% with the average value of 85. With the
implementation of Teams Games Tournament Assisted by Card 4-1 in each
cycle, there is a significant increase in social skills, that is, giving opinion on
some topic being discussed, giving opinion with the language that can be
understood by other students, giving opinion well and politely, giving opinion
in solving group problems, accepting other member's opinion as long as
relevant with the topic being discussed, keep the peace of group forming.
Thus, the implementation of Teams Games Tournament Assisted by Card 4-1
in social sciences learning can comprehensively increase student learning
outcome.
* Alamat korespondensi
aryaniwulan@yahoo.co.id
82 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015
PENDAHULUAN Pendidikan harus benar-benar mampu
membentuk manusia Indonesia yang
Kualitas pendidikan dewasa ini mempunyai kecerdasan mental dan spiritual
memiliki peran yang sangat penting bagi sehingga terbangun karakter kemanusiaan
generasi muda, karena generasi mudalah yang yang terampil dalam kehidupan ber-
akan meneruskan estafet kepemimpinan masyarakat. Contohnya adalah saling
negeri ini ke depan. Untuk itu generasi muda menghargai antar sesama manusia sebagai
harus mendapat pendidikan yang berkualitas mahluk Tuhan, dan yang terpenting adalah
yang dapat dijadikan bekal untuk ber- peka terhadap lingkungannya. Seperti yang
kompetisi di masa depan dalam menghadapi dinyatakan oleh Zamroni (2007: 186)
persaingan dunia secara global. Pendidikan bahwa: humanisasi pendidikan untuk
Nasional harus mampu mengantarkan mewujudkan pendidikan yang manusiawi
manusia Indonesia menjadi insan yang merupakan suatu upaya menjadikan
berkualitas. Hal ini sesuai dengan fungsi dan pendidikan sebagai proses pembudayaan.
tujuan pendidikan nasional, yaitu Oleh karena itu tujuan pendidikan tiada lain a d
mengembangkan kemampuan dan mem- alahmengembangkanjasmani,
bentuk watak serta peradaban bangsa yang mensucikan rohani dan menumbuhkan akal.
bermartabat dalam rangka mencerdaskan Pernyataan tersebut menjelaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk bahwa pendidikan merupakan suatu
berkembangnya potensi peserta didik agar pembiasaan untuk mengembangkan baik
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa jasmani maupun rohani. Sehingga ke-
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak berhasilan suatu pendidikan tidak hanya
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, diukur dari pencapaian aspek pengetahuan
dan menjadi warga negara yang demokratis saja, tetapi yang lebih penting adalah dari
serta bertanggung jawab. Sisdiknas (2003:3). aspek sikap dan perilaku sehingga
Pendidikan tidak hanya ditekankan menjadikan peserta didik memiliki
untuk mengembangkan pengetahuan saja keterampilan sosial, Keterampilan sosial
tetapi yang lebih penting adalah peserta sangat perlu diajarkan dan dilatih kepada
didik dapat menerapkan pengetahuan yang peserta didik di sekolah. Sekarang ini tidak
diperolehnya dalam kehidupan ber- banyak orang maupun peserta didik yang
masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan memiliki keterampilan sosial yang
pendidikan yang humanis, yang meng- merupakanelemenutamauntu
hormati harkat martabat manusia, yang k mengadakan hubungan sosial, baik di
menjadikan peserta didik sebagai pribadi dalam lingkungan sekolah atau di
yang utuh dan mampu membangun kerja lingkungan masyarakat.
sama yang kokoh dalam kehidupan Keterampilan sosial pada dasarnya
bermasyarakat dan bernegara, sehingga merupakan kemampuan dalam berinteraksi
menjadi warga negara yang baik dan yang dimiliki oleh peserta didik dengan
keberadaanya bermanfaat baik bagi dirinya orang lain baik di lingkungan sekolah
maupun lingkungannya. maupun lingkungan sosial lainnya. Skeel
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 83
(1995: 76) mengatakan bahwa Social Cara yang dapat digunakan untuk
skills are concerned with the interaction of mengembangkan atau melatih keterampilan s
individuals within a group yaitu osialantaralainadalahdengan
keterampilan sosial terkait dengan interaksi mempraktekkan keterampilan kerja sama
individu di dalam suatu kelompok. dan komunikasi dalam pembelajaran. Muijs
Selanjutnya Skeel (1995:76) mengungkap- & Reynolds (2006: 171) mengemuka-kan
kan bahwa anak-anak yang tidak mampu ada empat konsep dasar yang harus
bergaul dalam kelasnya atau yang secara diajarkan di dalam melatih keterampilan
konstan menunjukkan perilaku yang tidak sosial yaitu pertama, cooperation (e.g.
kooperatif akan menemukan kesulitan taking turns, sharing materials and making
untuk memahami dan mengapresiasikan suggestions during games)yaitu kerja sama
kebutuhan untuk membangun kerjasama misalnya memberikan giliran kepada yang
antara teman atau bangsa lain. Oleh karena berhak, berbagi bahan dan memberi usulan
itu, disarankan agar guru berusaha dengan selama pembelajaran berlangsung. Kedua,
keras untuk mengembangkan keterampilan participation (e.g. getting involved, getting
sosial peserta didik. started and paying attention during a game)
Keterampilan sosial juga berkaitan yaitu partisipasi misalnya, ikut terlibat,
dengan bagaimana individu menyesuaikan memulai dan memusatkan perhatian selama
diri dengan lingkungan dan membangun pembelajaran. Ketiga, communication (e.g.
komitmen bersama dalam kelompok atau talking with others, asking questions, talking
organisasi. Keterampilan sosial berupa about yourself, listening skills, making eye
perilaku-perilaku yang dapat mendukung contact, using the other child's name)yaitu
terjadinya kesuksesan hubungan sosial. komunikasi misalnya, berbicara dengan
Perilaku-perilaku tersebut memungkinkan orang lain, melontarkan pertanyaan,
individu bekerja sama dengan orang lain membicarakan tentang diri sendiri,
secara efektif. Banyak anak muda yang keterampilan mendengarkan, melakukan
kurang mempelajari keterampilan sosial yang kontak mata, memanggil anak lain dengan
dibutuhkan untuk hidup dan bekerja sama namanya. Keempat, validation (e.g. giving
dengan orang lain. Berdasarkan pengertian- attention to others, saying nice things to
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa other people, smiling, offering help or
keterampilan sosial merupakan kemampuan suggestions) yaitu validasi misalnya,
untuk berinteraksi dengan orang lain atau memberikan perhatian pada orang lain,
suatu kelompok yang berusaha membangun mengatakan hal-hal baik tentang orang lain,
komitmen bersama sehingga dapat tersenyum menawarkan bantuan atau saran.
mendukung keberhasilan hubungan sosial. Arends (2008: 28) menjelaskan bahwa
Jadi keterampilan sosial merupakan keterampilan-keterampilan yang sangat
kebutuhan dalam kehidupan berkelompok, dibutuhkan anak dan pemuda adalah
sehingga perlu dilatih dan dikembangkan keterampilanberbagiyangdap
pada peserta didik melalui pembelajaran di a t menumbuhkan kepedulian, keterampilan
kelas atau di sekolah. berpartisipasi dan keterampilan komunikasi.
peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar Hasil belajar kognitif berupa tes hasil
50; 9) Mendengarkan masukan dari guru belajar yang diperoleh peserta didik dengan
dengan penuh perhatian terjadi peningkatan mengerjakan 20 soal ulangan harian
dari siklus I ke siklus II sebesar 5; dan 10) mencakup satu kompetensi dasar setiap akhir
Merespon petunjuk yang diperintahkan guru siklus, mencakup pengetahuan1-6. Hasil
terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II belajar kognitif dapat dilihat pada tabel
sebesar 10. berikut:
Peningkatan setiap indikator amatan Hasil belajar kognitif peserta didik
Keterampilan Sosial peserta didik dapat melalui implementasi Teams Games
dilihat pada grafik berikut ini: Tournament berbantuan media kartu 4-1
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 97
siklus I rata-rata 74,86 dan siklus II 85. terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II
Hasil penelitian menunjukkan terjadi sebesar 12,50; 2) Tahap menyajikan
peningkatan ketuntasan belajar peserta Informasi terjadi peningkatan dari siklus I
didik siklus I 72,97% dan siklus II 86,49%. ke siklus II sebesar 25; 3) Tahap
Nilai rata-rata peserta didik mengalami mengorganisasi Peserta didik dalam tim
peningkatan dari siklus I ke siklus II yaitu belajar terjadi peningkatan dari siklus I ke
meningkat sebesar 10,14. Peningkatan siklus II ke sebesar 12,50; 4) Tahap
ketuntasan belajar peserta didik dari siklus I membantu kerja tim dalam belajar terjadi
ke siklus II sebesar 13,59% peningkatan dari siklus I ke siklus II ke
Peningkatan hasil belajar kognitif sebesar 25; 5) Tahap mengevaluasi terjadi
peserta didik dapat dilihat pada grafik peningkatan dari siklus I ke siklus II ke
berikut ini: sebesar 10; dan 6) Tahap memberikan
3. Kinerja Guru melalui Implementasi pengakuan dan penghargaan terjadi
Teams Games Tournament berbantuan peningkatan dari siklus I ke siklus II ke
media kartu 4-1 sebesar 12,50.
Kinerja guru dapat diketahui melalui Peningkatan nilai kinerja guru
kegiatan pembelajaran yang terjadi melalui melalui Implementasi Teams Games
enam tahapan Teams Games Tournament Tournament berbantuan media kartu 4-
berbantuan media kartu 4-1 yang mencakup; 1dapat dilihat pada grafik berikut ini:
1) tahap menyampaikan tujuan dan
mempersiapkan peserta didik, 2) tahap PEMBAHASAN
menyajikan informasi, 3) tahap meng-
organisasi peserta didik dalam tim belajar, 4) Peserta didik sering kali memandang
membantu kerja tim dalam belajar, 5) tahap bahwa mata pelajaran IPS dianggap sangat
megevaluasi, dan 6) tahap memberikan membosankan dengan alasan antara lain
pengakuan atau penghargaan. materinya yang terlalu luas, dan isinya
Adapun hasil kinerja guru selama hanyalah fakta-fakta atau kejadian yang telah
pembelajaran dengan enam tahapan Teams berlalu serta kesan selalu menghafal materi
Games Tournament adalah sebagai berikut: saja. Hal ini juga dipengaruhi ketika
Kinerja Guru melalui Implementasi menyampaikan materi itu, guru lebih banyak
Teams Games Tournament berbantuan media menggunakan metode ceramah, dan jarang
kartu 4-1 siklus I rata-rata 68,75 kategori sekali menggunakan metode yang lain.
Baik, dan siklus II 85,00 kategori Sangat Sebagian guru berpendapat bahwa
Baik. Hasil penelitian menunjukkan terjadi metode ceramah tersebut dapat mengatasi
peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar adanya materi yang luas dengan alokasi
16,25. Rata-rata tiap tahapan TGT waktu yang tersedia. Ternyata dari penelitian
mengalamipeningkatan,adap mengatakan bahwa hal tersebut tidak dapat
u n peningkatan setiap tahapan TGT adalah menyelesaikan masalah yang ada. Sering kali
sebagai berikut: 1) Tahap menyampaikan tujuan yang hendak dicapai kurang berhasil
tujuan dan mempersiapkan peserta didik maksimal karena penggunaan
98 Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015
metode yang konvensional . Dalam d i d i k t e r j a d ik a r e n a g u r u d a l a m
pembelajaran memang tidak ada satupun pembelajaran menggunakan implementasi
metode yang dapat menjamin keberhasilan Teams games Tournament. Kemampuan
tujuan yang dicapai. Penggunaan metode yang dimiliki guru dalam pembelajaran
ceramah yang monoton akan membosankan mampu mendorong peserta didik dalam
dan akan menimbulkan kebosanan pada memunculkan keterampilan sosial terlihat
peserta didik, dan hanya menyentuh aspek bahwa menjaga ketenangan ketika
kognitif saja sedangkan aspek afektif dan pembentukan kelompok berlangsung dan
psikomotorik sering diabaikan. berada dalam kelompok selama diskusi
Pembelajaran IPS melalui model berlangsung berdampak pada suasana
koopratif Times Games Tournament pembelajaran yang kondusif, peserta didik
berbantuan kartu 4-1 bisa menjadi solusi tidak gaduh dan ramai sehingga mampu
untuk memecahkan berbagai permasalahan menyelesaikan tugasnya dalam tim belajar,
peserta didik seperti kebosanan, masa walaupun pada awalnya peserta didik cuek
bodoh, pasif dalam mengikuti dan acuh terhadap kelompoknya karena
pembelajaran. Pembelajaran dengan anggota kelompok bukan berisi sahabat
menggunakan model kooperatif Times karib atau teman dekatnya, perlahan kondisi
Games Tournament berbantuan kartu 4-1 ini memudar peserta didik membaur dengan
diharapkan ada perubahan suasana yang semangat dalam kerja tim belajar berusaha
pada akhirnya peserta didik mampu maksimal dalam menyelesaikan soal kuis
meningkatkan keterampilan sosial dan hasil dan turnamen. Adanya konsentrasi peserta
belajar secara komprehensif. didik dalam menjawab soal kuis dan
turnamen hal ini berkolerasi terhadap
1. Hasil belajar Psikomotor ketenangan dan kecepatan tim dalam
Data hasil belajar psikomotor berupa kelompok untuk menjawab persoalan yang
pengamatan terhadap sepuluh indikator ada dalam kelompok.
amatan keterampilan sosial peserta didik Keterampilan sosial peserta didik
kelas IX F SMP N 1 Kandeman selama mengalami peningkatan karena dalam
pembelajaran. Sepuluh indikator amatan implementasi Times Games Tournament
keterampilan sosial selama proses terdapat games (permainan) di awal kegiatan
pembelajaran mengalami peningkatan. pembelajaran, dengan adanya permainan
Keterampilan sosial peserta didik pada membuat peserta didik merasa tertarik dan
setiap indikator selama proses pembelajaran tertantang untuk segera menyelesaikan kuis
mengalami peningkatan, pada siklus I rata- dalam permainan, karena skor dalam
rata keterampilan sosial peserta didik permainan merupakan skor awal yang dicapai
kategori terampil yakni 51,30. Keterampilan setiap kelompok dalam tim belajar, selain
sosial peserta didik pada siklus II kategori permainan juga terdapat turnamen d i a k h i r
sangat terampil yakni 76,80; terjadi p er t e m u a n p e m b e l a j a r a n .
peningkatan 25,50 dari siklus I ke siklus II. Pelaksanaan turnamen membuat masing-
Peningkatan keterampilan sosial peserta masing kelompok berusaha meningkatkan
Forum Ilmu Sosial, Vol. 42 No. 1 Juni 2015 99
kerja sama dan komunikasi dalam Keenam indikator amatan keterampilan
kelompoknya dengan harapan kelompok tersebut mengalami peningkatan yang sangat
mereka dapat memenangkan turnamen menonjol dibandingan empat amatan yang
tersebut, kelompok yang mendapat skor lain. Adanya pengetahuan awal yang dimiliki
tertinggi dalam permainan dan turnamen peserta didik mampu memunculkan
akan menjadi tim yang terhebat/tim super. kemampuan untuk mengeluarkan pendapat,
Keterampilan sosial peserta didik yang sebelumnya sudah menjadi kebiasan b a
meningkat juga dikarenakan adanya media hwauntukketerampilandalam
pembelajaran dengan menggunakan kartu 4- mengeluarkan pendapat sangat susah
1, berupa sebuah amplop yang berisi empat dilaksanakan peserta didik selama
pertanyaan dengan pilihan jawaban sudah pembelajaran IPS berlangsung. Peningkatan
tersedia di luar amplop, peserta didik harus keenam amatan yang paling menonjol
memperhatikan penyajian informasi untuk tersebut juga tidak terlepas dari implementasi
dapat ikut berperan dalam menyelesaikan enam tahapan Times Games Tournament
kuis permainan ataupun turnamen dalam tim yangdilaksanakanguruselam
belajar. Penggunaan media kartu 4-1 mampu a pembelajaran berlangsung, peserta didik
mengurangi peserta didik dari kebosanan/ yang awalnya kurang merespon soal kuis
kejenuhan serta meningkatkan keterampilan games dan turnamen seiring dengan
sosial peserta didik selama pembelajaran perjalanan kegiatan pembelajaran dan
berlangsung. Peningkatan keterampilan media kartu 4-1 buatan guru menjadi lebih
peserta didik dalam menyelesaikan soal kuis semangat untuk mencari informasi yang
games dan turnamen tidak lepas dari berkaitan dengan persoalan kelompok,
keterampilan yang dimiliki peserta didik peserta didik juga memberikan pendapat
dalam mendengarkan masukan dari guru dalam menyelesaikan berbagai persoalan
dengan penuh perhatian, serta merespon dalam kelompok, pendapat anggota setiap k
petunjuk yang diperintahkan guru di setiap elompokdapatdigunakanuntu
pertemuan dalam setiap siklusnya. k menyelesaikan kerja dalam tim belajar,
Keterampilan sosial dalam me- dengan keberhasilan dan kecepatan
nyampaikan pendapat sesuai dengan menyelesaikan kerja dalam tim belajar
substansi persoalan yang sedang dibahas, berkolerasi dengan penyelesaian soal kuis
menyampaikan pendapat dengan bahasa baik games dan turnamen. Peserta didik
dapat dipahami peserta didik lain, juga m e m i l i k i k e m a m p u a n m e n e
menyampaikan pendapat dengan baik dan r i m a masukan/pendapat dari anggota
santun, memberikan pendapat dalam kelompok atau kelompok yang lain, bahasa
menyelesaikan berbagai masalah kelompok, yang digunakan dalam menyampaikan
menerima pendapat anggota kelompok pendapat juga sudah runtut tidak bertele-
sepanjang relevan dengan persoalan yang tele, kemampuan dalam berbahasa yang
dibahas, menjaga ketenangan ketika baik dan santun serta mudah dipahami
pembentukan kelompok berlangsung juga peserta didik yang lain memang
mengalami peningkatan di setiap siklusnya. keterampilan yang perlu dilatih sejak dini.
Heri Rohayuningsih
Guru Sejarah pada SMAN 12 Semarang
Eko Handoyo
Dosen Jurusan PKn FIS UNNES
* Alamat korespondensi
- email: yayukrohayuningsih@gmail.com
- email: eko.handoyo@mail.unnes.ac.id
PENDAHULUAN sesuatu yang harus diselesaikan, sedangkan
keputusan adalah segala putusan yang telah
Ada dua hal penting yang selalu ditetapkan.Setiap orang memiliki masalah
dihadapi manusia dalam hidupnya, yaitu yang harus diputuskan dalam hidupnya
masalah dan pengambilan keputusan. (Weiss and Weiss 2009; Pownall 2012).
Menurut kamus bahasa, masalah adalah
Sejarah Artikel
Diterima Mei 2015 Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengembangkan
Disetujui Juni 2015 keterampilan proses pembelajaran yang menuntut siswa mandiri dengan
Dipublikasikan Juni 2015 menumbuhkan karakter melalui kegiatan membaca pada mata pelajaran IPS.
Analisis data secara diskriptif dengan mengkomparatifkan nilai tesantar
Keyword : siklus. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan karakter
baik berkorelasi terhadap kenaikan hasil belajar siswa. Sejumlah 32 anak
learning outcomes, character,
kelas IX Cyang terdiri dari 14 putra dan 18 putri mengalami peningkatan
minimal requirement mastery, dalam karakter dari siklus I kesiklus II data penelitian menunjukkan adanya
syntopical reading kenaikan sebesar 77,21%. Sedangkan untuk hasil belajar siswa dari data
penelitian menunjukkan peningkatan dengan tingkat ketuntasan klasikal
sebesar 87,5% dan rata-rata 78,26. Kesimpulan bahwapemilihan model
pembelajaran disesuaikan karakteristik materi dan kondisi siswa, dengan
fasilitasi untuk terus membaca sintopikal guna membentuk karakter, sehingga
prestasi hasil belajar menjadi maksimal.
Abstrac
* Alamat korespondensi
yusron.rahasihab@gmail.com