Anda di halaman 1dari 3

NASKAH FILM GEDONG SONGO

Peradaban kuno masyarakat di tanah Jawa dimulai ketika mereka mengenal sistem
kepercayaan.
Kepercayaan itu semakin berkembang ketika berlangsung hubungan intensif antara India
dengan Nusantara.
Hubungan itu sampai pada pola peradaban yang khas dengan pengaruh dominan peradaban
India khususnya Hindu-Budha.
Peradaban Hindu-Budha yang menyebar di wilayah Nusantara juga membawa pemikiran-
pemikiran yang banyak diadopsi oleh masyarakat tanah Jawa.
Salah satu bukti nyata peninggalan Peradaban Hindu-Budha adalah candi, dalam istilah
Bahasa Indonesia Candi merujuk pada sebuah bangunan keagamaan tempat peribadatan
purbakala yang berasal dari peradaban Hindu-Buddha. Bangunan ini erat digunakan sebagai
tempat pemujaan dewa-dewi. Tak hanya itu candi juga digunakan untuk memuliakan arwah
raja atau tokoh penting yang telah meninggal.
Di Indonesia setidaknya telah ditemukan ratusan kompleks candi Hindu-Budha, yang
dominan di temukan di Pulau Jawa dan Sumatra. Di Pulau Jawa sendiri tepatnya di Wilayah
Jawa Tengah terdapat beberapa kompleks candi, salah satunya adalah Komples Candi
Gedong Songo
Candi Gedong Songo merupakan situs percandian yang terdiri dari beberapa bangunan candi
berlanggam kuno.
Kompleks Candi Gedong Songo terletak di Dusun Darum, Desa Candi, Kecamatan
Ambarawa, Kabupaten Semarang. Berada pada lereng selatan Gunung Ungaran dengan
ketinggian antara 1200 sampai 1310 meter diatas permukaan laut.
Kompleks Candi Gedong Songo ditemukan pada tahun 1740 oleh Residen VOC Semarang,
Loten. Temuan ini diputuskan untuk dicatat oleh Gubernur Jenderal Thomas Stamford
Raffles. Kompleks candi ini telah mengalami berbagai macam penelitian maupun pemugaran
baik oleh pemerintah Kolonial maupun pemerintah Indonesia. Terakhir pemugaran dilakukan
oleh Balai Pelestarian dan Purbakala Jawa Tengah tahun 1977-1893.
Bangunan Candi Gedong Songo merupakan kompleks percandian yang memiliki latar
belakang agama Hindu.
Berdasarkan perhitungan pertanggalan absolut untuk mengetahui
komunitas pendukung di Candi Gedong Songo, didapatkan kesimpulan
yang cukup unik. Diperkirakan Candi Gedong Songo dibangun pada abad
ke-8 pada masa Dinasti Sanjaya.
Dinyatakan bahwa budaya situs Gedong Songo sejak dibangun pada abad
ke-8 berlanjut minimal sampai abad ke-15.
Dalam pandangan awam, kata songo dalam Bahasa Jawa bermakna
Sembilan.
Situs percandian Gedongsongo menempati area kurang lebih 5 hektar,
dengan candi-candinya yang tersebar pada punggung-punggung bukit.
Gedong berarti rumah, dan songo berarti sembilan. Sehingga, Candi
Gedong Songo berarti sembilan rumah dewa. Namun pada kenyataannya
saat ini yang masih tampak utuh hanya lima kelompok candi. Lainnya
masih berupa reruntuhan batu-batu candi.
Kompleks Candi Gedong Songo memiliki kelengkapan seperti dijelaskan
pada kitab Vasusastra.
Berdasarkan kitab Vasusastra diketahui bahwa tanah untuk candi dipilih
jenis tanah yang baik berdasarkan warna, bau, kelandaian, jenis tanaman,
kandungan tanah. Pendirian bangunan candi juga sebaiknya berada dekat
dengan air atau tirta. Sementara lokasi bangunan suci seperti candi, juga
sebaiknya didirikan di puncak bukit.
Beberapa ciri Candi Gedong Songo berlanggam Hindu dapat dilihat dari arca-arca yang ada
di relung-relung candi, adanya lingga-yoni, dan adanya arca nandi.
Akan tetapi terdapat perbedaan candi Gedong Songo yang berlanggam hindu dengan candi
hindu lain.
Ciri khas candi gedong songo ditunjukkan dengan adanya arca Agastya yang menunjukkan
peran amnusa yang merupakan unrus kejawaan dari candi gedong songo.
Ciri lainnya ditunjukkan dengan dengan posisi candi yang berderet dari bawah hingga ke
atas.
Bangunan suci atau candi yang berada di suatu lokasi kerap kali memiliki cerita dan mitosnya
sendiri. Tak luput juga Candi Gedong Songo.
Masyarakat sekitar Gedong Songo memercayai mitos Dasamuka yang
dikurung di dalam perut Gunung Ungaran. Mitos ini berkaitan dengan
adanya sumber air panas di sekitar kawasan candi.
Dasamuka terangsang untuk bangkit dari dalam kawah gunung akibat bau
dari arak yang dibawa pengunjung.
Suara menggelegar dari kawah (yang sesungguhnya) adalah uap air yang
disertai gas-gas (belerang, metana, dll), oleh masyarakat dianggap
sebagai suara dari Dasamuka, raja raksasa dari Alengka yang dihukum
Hanuman di perut gunung.
Mitos ini sesungguhnya disarikan dari Kakawin Arjunawijaya (dari era
Majapahit) tentang Rahwana.
Selain itu, masyarakat Desa Candi sebagai pendukung lokasi Candi Gedong
Songo, menuturkan bahwa terdapat sebuah masjid yang dipercaya
sebagai peninggalan Sunan Kalijaga.
Menurut mereka masjid tersebut sebagai bukti bahwa pada masa lalu,
Sunan Kalijaga datang ke situ dan mengislamkan daerah sekitar. Sehingga
banyak warga masyarakat yang memeluk agama Islam.
Candi Gedong Songo tidak lain adalah monumen budaya yang bertahan
dari pelbagai perubahan zaman.
Kontinuitas sejarah akan terus berjalan, sejalan dengan kepentingan
pelestarian benda cagar budaya.
Tergantung pada kita semua.

Anda mungkin juga menyukai