Anda di halaman 1dari 8

Penelitian Klinis

Sebuah Perbandingan Injeksi Intralesi Triamcinolone Acetonide untuk


Chalazion Primer pada Anak dan Dewasa

Jacky W. Y. Lee, Gordon. S. K. Yau, Michelle Y. Y. Wong, and Can Y.F. Yuen

Bagian Ophtalmologi, Pusat Medis Caritas, Jalan Wing Hong 111, Kowloon, Hong
Kong bagian khusus Administrative, Hong Kong

Komunikasi dapat ditujukan pada Gordon S.K. Yau; skyau0303@gmail.com

Diterima 1 Juli 2014; direvisi 1 Juli 2014; disetujui 18 September 2014;


dipublikasikan 15 Oktober 2014

Editor Akademik: Ahmad M. Mansour

Bertujuan untuk menginvestigasi perbedaan hasil dari injeksi intralesi


triamcinolone acetonide (TA) injeksi untuk chalazia primer pada anak dibandingkan
dewasa. Metode. Sebuah ulasan restrospektif dari subjek berkaitan dengan chalazion
primer yang menerima injeksi TA intralesi yang telah dilakukan. Sebuah investigator
tunggal menginjeksikan 0.05-0.15 mL TA (40 mg/mL) intralesi. Pasien
dikelompokkan menjadi pediatric (<18 tahun) dan dewasa (18 tahun). Pada kedua
kelompok, hubungan dari waktu penyembuhan dengan ukuran chalazion dan dosis
TA yang telah diberikan. Hasil. 17 anak dan 24 dewasa telah didaftarkan, dengan rata-
rata usia 7.4 5.5 dan 39.3 16.7 tahun. Kedua kelompok secara statistic memiliki
kesamaan karakteristik. Tidak ada perbedaan yang signifikan mengenai komplikasi
dari injeksi TA. Tidak ada hubungan yang signifikan dari waktu penyembuhan
terhadap ukuran chalazion (P = 0.7) dan dosis TA (P = 0.3) pada kedua kelompok.
Kesimpulan. TA untuk pengobatan dari chalazion primer sama efektif nya pada anak
dan dewasa, tanpa adanya komplikasi yang signifikan, dan respon klinis rata-rata
yang tidak muncul bergantung pada pada dosis.

1. Pendahuluan

Chalazion merupakan peradangan kronik granulomatous terlokalisir yang diikuti


oleh sumbatan dari glandula meibom, lebih sering mengenai kelopak mata bagian
atas. Sensasi awal dapat ringan, nodul yang bersifat self limiting hingga nyeri pada
kelopak yang membengkak dan terjadi komplikasi berupa astigmatisme kornea dan
ptosis mekanik karena efek dari ukuran chalazion yang secara relative terbatas pada
ukuran kelopak mata. Chalazia pada awalnya dapat dikelola secara konservatif
dengan menggunakan kompres air hangat dan obat oles mata antibiotikuntuk
pencegahan dari infeksi bakteri sekunder. Untuk lesi yang persisten, insisi dan
kuretase (I&C), injeksi steroid atau laser carbon dioxide dapat dipertimbangkan. I&C
harus dirujuk ke seorang ahli ophtalmologi dimana memakan waktu dan berhubungan
dengan resiko operasi termasuk nyeri, perdarahan, bekas luaka. Injeksi steroid
intralesi untuk chalazion telah dilaporkan efektif untuk pengobatan chalazion dengan
nilai kesuksesan yang lebih tinggi. Modalitas pengobatan ini penting bermanfaat pada
anak dan pasien yang tidak kooperatif untuk I&C karena prosedur ini melibatkan
injeksi dari anestesi local yang diperlukan untuk I&C.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menginvestigasi perbedaan hasil menggunakan


injeksi triamcinolone acetonide (TA) sebagai pengobatan untuk chalazion primer
pada anak dan dewasa.

2. Pasien dan metode

Persetujuan etik oleh institusi review board telah didapatkan dan penelitian
disesuaikan dengan deklarasi Helsinki. Penulis mengatakan tidak ada ketertarikan
terhadap keuangan atau kepemilikan. Ini merupakan sebuah seri kasus retrospekstif
dari sebuah rumah sakit daerah di Hong Kong bagian Administratif Khusus, China,
dengan populasi yang dilayani sebanyak 1.8 juta. Rekam medis pasien dari januari
2012 hingga maret 2013 telah diulas untuk semua subjek yang telah melakukan
injeksi TA intralesi untuk chalazion primer yang tidak merespon pengobatan
konservatif. Semua injeksi telah dilakukan oleh ophtalmologis tunggal (SKY).
Kriteria inklusi termasuk subjek dengan diagnosis chalazion yang diizinkan untuk
injeksi TA intralesi setelah kegagalan dengan pengobatan konservatif dengan
pembersihan kelopak mata, kompres hangat, dan antibiotic oles untuk paling tidak 1
bulan. Kriteria ekslusi termasuk mereka dengan infeksi kelopak mata, chalazion
dengan durasi <1 bulan, chalazion yang tidak dapat diraba, kecurigaan terhadap
keganasan, riwayat peningkatan tekanan intra okuler yang disebabkan oleh steroid,
atau yang gagal difollowup setelah injeksi. Inform consent telah didapatkan dari
pasien atau wali pasien untuk mereka yang berusia <18 tahun sebelum prosedur
dilakukan.

Table 1: perbedaan dalam garis dasar dan hasil pada anak dibandingkan dewasa

Table 2: Hubungan dari dosis TA dan ukuran chalazion dengan waktu penyembuhan
pada anak dan dewasa

Hasil diukur termasuk ukuran chalazion (panjang kali lebar) dalam millimeter
(mm), dosis dari TA yang diinjeksikan, waktu untuk menyelesaikan penyembuhan
dari chalazion, dan komplikasi dari prosedur.

2.1. Teknik injeksi Triamcinolone. Anesthesia topical (propacain 0.5%)


tetes mata telah diberikan pada mata sebelum injeksi diberikan. TA sebanyak
0.05 hingga 0.15 mL (40mg/mL (Stacort-A, standar Chem & Pharm Co., Ltd.,
No 6-20, Tuku., desa Tuku, Distrik Sinyi, kota Tainan 73055, Taiwan) yang
diinjeksikan secara intralesi di ruang pengobatan pasien rawat jalan
berdasarkan pada diameter maksimal chalazion sesuai sebagai berikut; <1cm
= 2mg/0.05mL TA; 1-1.5 cm = 4 mg/0.1mL TA; dan >1.5 cm = 6 mg/0.15 mL
TA. Kelopak mata telah dibalikan dan TA diinjeksi secara transconjunctiva
menuju pusat lesi dengan jarum 27 G. saat kelopak mata tidak mungkin untuk
dibalik karena pembengkakan yang luas, injeksi diberikan secara
transkutaneus kedalam chalazion setelah disinfeksi kulit dengan mengusapkan
70% alcohol isopropyl. Tidak ditutup dengan patch setelah prosedur. Pasien
diberikan oles mata chloramphenicol 3x perhari untuk dipakaikan diatas lesi
dan dinasehati untuk melanjutkan kompres hangat untuk 3-6 kali perhari
selama 10 menit dengan telur rebus masak. Pasien telah diperhatikan setiap 2
minggu setelah injeksi TA hingga penyembuhan sempurna chalazion. Untuk
pasien yang tidak kooperatif atau anak yang sangat muda, sedasi dengan
pemberian chloral hidrat oral (50mg/kg) telah diberikan 30 menit sebelum
prosedur.
2.2. Statistik. Pasien telah dikelompokkan sesuai usia: kelompok anak (<18
tahun) dan kelompok dewasan (18 tahun). Kemudian dianalisis untuk
perbedaan antara kelompok anak dan dewasa menggunakan uji Mann
Whitney U: usia, jenis kelamin, secara menyamping, rata-rata ukuran
chalazion (panjang x lebar), dosis TA, dan waktu untuk penyembuhan
chalazion.
Pada keduanya anak dan kelompok dewasa, hubungan waktu
penyembuhan dengan ukuran chalazion dan dosis TA telah dianalisis
menggunakan korelasi Spearmans rank coefficient. Semua rata-rata telah
diekspresikan seperti rata-rata standar deviasi. Secara signifikan statistic
telah didefinisikan sebagai P<0.05.

3. Hasil
Usia rata-rata kelompok anak dan dewasa yaitu 7.4 5.5 dan 39.3
16.7 tahun. Kedua kelompok anak (17) dan dewasa (24) memiliki kesamaan
secara statistic untuk garis dasar karakteristik berdasarkan jenis kelamin,
secara menyamping, rata-rata ukuran chalazion, dan dosis TA (table 1). Semua
pasien merupakan etnis cina. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara
waktu yang digunakan untuk penyembuhan penuh dari chalazion antara
kelompok anak (18.2 11.4 hari) dan dewasa (16.5 11.0 hari) (P=0.7) (table
1). Tidak ada komplikasi yang signifikan dari injeksi TA pada kedua
kelompok.

4. Diskusi
Chalazion merupakan penyebab tersering peradangan kelopak mata
dan merupakan self limiting dengan kompres hangat konservatif pada 29-
80%. Untuk lesi yang persisten, I&C dan injeksi steroid intralesi merupakan
prosedur yang paling sering dilakukan dengan angka kesuksesan yang
dilaporkan 87-89% dan 62-92% masing-masing. Sedangkan I&C tampak
menawarkan sebuah angka kesuksesan yang lebih konsisten, injeksi intralesi
memiliki potensi keuntungan dari tidak dibutuhkannya injeksi anestesi
tambahan, lebih sedikit perdarahan, dan resiko sikatrik, dapat dilakukan dalam
setting kantor, dan dapat pula digunakan untuk clalazion multiple dan bahkan
pada lesih yang dekat dengan punctum lacrimal dan tentunya untuk mereka
yang kooperatif merupakan pertimbangan seperti pada anak atau orang diwasa
dengan kemampuan mental yang kurang, demensia, atau ansietas.
Dalam penelitian kami, kelompok penelitian anak dan dewasa secara
statistic sama untuk garis dasar karakteristik dibedakan dari usia. walaupun
perbedaan usia dan lainnya, ukuran kelopak mata, pada anak dan populasi
dewasa menunjukkan rata-rata ukuran chalazion berkisar 0.8 mm2 dan
selanjutnya menerima dosis yang sama (sekitar 3 mg) injeksi TA. Injeksi TA
sama efektifnya pada kedua pupulasi anak dan dewasa dengan secara statistic
sama angka penyembuhannya dengan sedikit lebih dari 2 minggu pada kedua
kelompok (P=0.7). penemuan kami sama dengan Pavicic-Astalos et al. yang
melaporkan bahwa waktu penyembuhan 15.27 hari setelah injeksi TA intra
lesi 4 8 mg. yang paling penting, tidak ada hasil sampingan dari injeksi pada
kedua kelompok anak dan dewasa.
Palva dan Pohjanpelto melaporkan bahwa chalazion yang lebih besar
menyebabkan penyembuhan yang lebih lambat dan angka rekurensinya lebih
tinggi. Dalam penelitian kami, kami mencatat bahwa waktu yang dibutuhkan
untuk penyembuhan chalazion tidak signifikan berhubungan dengan ukuran
chalazion ( P = 0.7) tidak pula berhubungan dengan banyaknya TA yang
diinjeksikan (P = 0.3), menunjukkan bahwa respon dari injeksi steroid dapat
tergantung pada ukuran lesi dan dapat tidak tergantung dosis.
Sedangkan injeksi TA merupakan pengobatan yang simple dan efektif
untuk chalazion pada kedua kelompok anak dan dewasa, penting untuk
seorang klinisi mengenali kondisi dimana injeksi TA tidak perlu dilakukan.
Sebuah hordeolum dapat kadang menyerupai sebuah chalazion karena
obstruksi kelenjar Meibomian dengan infeksi superimpose, biasanya
Staphylococcus aureus, membuat timbulnya pembengkakan pustule.
Komponen infektif dari sebuah hordeolum biasanya sembuh dalam 1 minggu
dengan antibiotic topical dan dapat membentuk chalazion selanjutnya. Injeksi
TA tidak harus diberikan untuk hordeolum karena sifatnya infeksi dan
sepertihalnya pemeriksaan untuk adanya folikel di fornik pada pemeriksaan
slit lamp merupakan hal yang penting untuk menentukan infeksi herpes. Kalau
ragu muncul dalam membedakannya, rujukan pada seorang ahli ophtalmologi
dianjurkan.
Untuk mereka yang menunjukkan chalazion yang berulang pada lokasi
yang sama, sebuah kecurigaan tinggi untuk karsinoma sel sebasea harus ada
dan biopsy dan penelitian histologis diindikasikan untuk ini.
Sedangkan tidak satupun dari 41 subjek dalam penelitian kami yang
memiliki komplikasi dari injeksi TA, klinisi menemukan bahwa prosedur
harus memperhatikan komplikasi potensial termasuk deposit kekuningan pada
titik injeksi, peningkatan TIO, dan hiperpigmentasi kulit, perporasi bola mata,
katarak traumatic, mikroembolisasi, dan oklusi vaskuler retina / koroidal.
Dalam penelitian kami dibatasi oleh sifatnya yang retrospekstif,
sampel yang relative kecil, dan kurangnya kelompok control untuk
dibandingkan dengan modalitas pengobatan lain. Meskipun begitu, penelitian
ini menyajikan manfaat dalam menunjukkan bahwa sebuah injeksi tunggal TA
intralesi untuk pengobatan chalazion primer sama efektifnya pada anak dan
dewasa tanpa adanya complikasi yang signifikan, dan rata-rata respon klinis
tidak bergantung pada dosis.

Referensi
[1] E. M. Arbabi, R. J. Kelly, and Z. I. Carrim, Chalazion, The British Medical Journal, vol. 341,
Article IDc4044, 2010.
[2] J. Palva and P. E. J. Pohjanpelto, Intralesional corticosteroid injection for the treatment of
chalazia, Acta Ophthalmologica, vol. 61, no. 5, pp. 933937, 1983.
[3] L.D. Pizzarello,F.A. Jakobiec, A. J.Hofeldt,M.M. Podolsky, and D. N. Silvers, Intralesional
corticosteroid therapy of chalazia, The American Journal of Ophthalmology, vol. 85, no. 6, pp. 818
821, 1978.
[4] A. Goawalla and V. Lee, A prospective randomized treatment study comparing three treatment
options for chalazia: triamcinolone acetonide injections, incision and curettage and treatment with hot
compresses, Clinical and Experimental Ophthalmology, vol. 35, no. 8, pp. 706712, 2007.
[5] G. J. Ben Simon, N. Rosen, M. Rosner, and A. Spierer, Intralesional triamcinolone acetonide
injection versus incision and curettage for primary chalazia: a prospective, randomized study, The
American Journal of Ophthalmology, vol. 151, no. 4, pp. 714.e1718.e1, 2011.
[6] G. J. Ben Simon, L. Huang, T. Nakra, R. M. Schwarcz, J. D. McCann, and R. A. Goldberg,
Intralesional triamcinolone acetonide injection for primary and recurrent chalazia: is it really
effective? Ophthalmology, vol. 112, no. 5, pp. 913917, 2005.
[7] J. Pavicic-Astalos, R. Ivekovic, T. Knezevic et al., Intralesional triamcinolone acetonide injection
for chalazion, Acta Clinica Croatica, vol. 49, no. 1, pp. 4348, 2010.
[8] J. Castren and T. Stenborg, Corticosteroid injection of chalazia, Acta Ophthalmologica, vol. 61,
no. 5, pp. 938942, 1983.
[9] D. Kaimbo Wa Kaimbo and M. C. Nkidiaka, Intralesional corticosteroid injection in the treatment
of chalazion, Journal Francais dOphtalmologie, vol. 27, no. 2, pp. 149153, 2004.
[10] T. A. Mustafa and I. H. Oriafage, Three methods of treatment of Chalazia in children, Saudi
Medical Journal, vol. 22, no. 11, pp. 968972, 2001.
[11] D. G. Cottrell, R. C. Bosanquet, and I. M. Fawcett, Chalazions: the frequency of spontaneous
resolution, British Medical Journal, vol. 287, no. 6405, article 1595, 1983.
[12] T. L. Jackson and L. Beun, A prospective study of cost, patient satisfaction, and outcome of
treatment of chalazion by medical and nursing staff, British Journal of Ophthalmology, vol. 84, no. 7,
pp. 782785, 2000.
[13] S. Ahmad,M. A. Baig,M. A. Khan, I.-U. Khan, and T. A. Janjua, Intralesional corticosteroid
injection vs surgical treatment of chalazia in pigmented patients, Journal of the College of Physicians
and Surgeons Pakistan, vol. 16, no. 1, pp. 4244, 2006.
[14] A. P. Watson and D. J. Austin, Treatment of chalazions with injection of a steroid suspension,
British Journal ofOphthalmology, vol. 68, no. 11, pp. 833835, 1984.
[15] J. P. Deibel and K. Cowling, Ocular inflammation and infection, Emergency Medicine Clinics
of North America, vol. 31, no. 2, pp. 387397, 2013.
[16] D. Biuk, S. Matic, J. Barac, M. J. Vukovic, E. Biuk, and M. Matic, Chalazion management:
surgical treatment versus triamcinolon application, Collegium Antropologicum, vol. 37, supplement 1,
pp. 247250, 2013.
[17] C.F.Costea,D. Petraru,G.Dumitrescu, andA.Sava, Sebaceous carcinoma of the eyelid:
anatomoclinical data, Romanian Journal of Morphology and Embryology, vol. 54, no. 3, pp. 665
668, 2013.
[18] C. F. Chung, J. S. M. Lai, and P. S. H. Li, Subcutaneous extralesional triamcinolone acetonide
injection versus conservative management in the treatment of chalazion, Hong KongMedical Journal,
vol. 12, no. 4, pp. 278281, 2006. 4 The ScientificWorld Journal
[19] B. Z. Cohen and R. C. Tripathi, Eyelid depigmentation after intralesional injection of a
fluorinated corticosteroid for chalazion, The American Journal of Ophthalmology, vol. 88, no. 2, pp.
269270, 1979.
[20] B. M. Hosal and G. Zilelioglu, Ocular complication of intralesional corticosteroid injection of a
chalazion, European Journal of Ophthalmology, vol. 13, no. 9-10, pp. 798799, 2003.
[21] E. L.Thomas and R. P. Laborde, Retinal and choroidal vascular occlusion following intralesional
corticosteroid injection of a chalazion, Ophthalmology, vol. 93, no. 3, pp. 405407, 1986.
[22] S. Y. Ho and J. S. M. Lai, Subcutaneous steroid injection as treatment for chalazion: prospective
case series, Hong Kong Medical Journal, vol. 8, no. 1, pp. 1820, 2002.

Anda mungkin juga menyukai