Anda di halaman 1dari 9

KONSEP DASAR LEUKEMIA

A. PENGERTIAN
Leukemia merupakan penyakit akibat terjadinya poliferasi (pertumbuhan sel
imatur) sel leukosit yang abnormal dan ganas, serta sering disertai adanya leukosit
dengan jumlah yang berlenihan, yang dapat menyebabkan terjadinya anemia
trombositopenia. (Hidayat, 2010).
Leukemia merupakan penyakit akibat poliferasi (bertambah banyak atau
,ultiplikasi) patologi dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan biasanya
berakhir fatal. (Nursalam, 2009).
Leukemia adalah poliferasi tak teratur atau akumulasi sel-sel darah putih
dalam sum-sum tulang, menggantikan elemen-elemen sum-sum normal. (Brauhman,
2011, hal : 336)
Leukemia adalah poliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan
pembentukan darah. (Suriadi, 2012)
Jadi dapat disimpulan bahwa leukemia adalah penyakit akibat terjadinya
poliferasi sel leukosit yang abnormal dan ganas serta sering disertai adanya leukosit
jumlah yang berlebihan dari pembuat darah yang bersifat sistemik dan biasanya
berakhir fatal.
Leukemia dapat dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya yaitu :
1. Leukemia Mielositik Akut (LMA)
LMA disebut juga leukemia mielogenus akut atau leukemia granulositik akut
(LGA) yang di karakteristikan oleh produksi berlebihan dari mieloblast. LMA
sering terjadi pada semua usia, tetapi jarang terjadi pada anak-anak. Mieloblast
menginfiltrasi sum-sum tulang dan ditemukan dalam darah. Hal ini dapat
mengakibatkan terjadinya anemia, perdarahan, dan infeksi, tetapi jarang disertai
keterlibatan organ lain.
2. Leukemia Limfositik Akut (LLA)
LLA sering menyerang pada masa anak-anak dengan presentase 75%-80%.
LLA menginfiltrasi aum-aum tulang oleh sel limfoblastik yang menyebabkan
anemia, memar (trombositopeni), dan infeksi (neutropenia). Limfoblas biasanya
ditemukan dalam darah tepi dan selalu ada di sum-sum tulang, hal ini
mengakibatkan terjadinya limfadenopati, splenomegali, dan hepatomegali, tetapi
70% anak dengan leukemia limfatik akut kini bisa disembuhkan.
3. Leukemia Limfositik Kronis (LLK)
LLK terjadi pada manula dengan limfadenopati generalisasi dan peningkatan
jumlah leukosit disertai limfositosis. Perjalanan penyakit biasanya jinak dan
indikasi pengobatan adalah hanya jika timbul gejala.
4. Leukemia Mielositik Kronis (LMK)
LMK sering juga disebut leukemia granulositik kronik (LGK), gambaran
menonjol adalah :
a. Adanya kromosom Philadelphia pada sel-sel darah. Ini adalah kromosom
abnormal yang ditemukan pada sel-sel sumsum tulang.
b. Krisis blast fase yang dikarakteristikan oleh poliferasi tiba-tiba dari jumlah
besar mieloblast.

B. ETIOLOGI
Terjadinya leukemia banyak hal yang mempengaruhi diantaranya :
1. Faktor Eksogen
a. Radiasi, khususnya yang mengenai sumsum tulang, kemungkinan leukemia
meningkat pada penderita yang diobati dengan radiasi atau kemoterapi.
b. Zat kimia, seperti benzene, arsen, kloramfenikol, fenilbutazone, dan aden anti
neoplastik. Terpapar zat kimia dapat menyebabkan displasia sumsum tulang
belakang, anemia aplastik dan perubahan kromosom yang akhirnya dapat
menyebabkan leukemia.
c. Infeksi virus, pada awal tahun 1980 diisolasi virus HTLV-1 (Human T
Leukemia Virus) dari leukemia sel T manusia pada limfosit seorang penderita
leukemia sel T.
2. Faktor Endogen
a. Bersifat herediter, insiden meningkat pada beberapa penyakit herediter seperti
ssindrom down mempunyai insiden leukemia akut 20x lipat dan riwayat
leukemia dalam keluarga. Insiden leukemia lebih tinggi dari saudara kandung
anak-anak yang terserang, dengan insiden yang meningkat sampai 20% pada
kembar monozigot.
b. Kelainan genetic, mutasi genetic dari gen yang mengatur sel darah yang tidak
diturunkan.
C. PATOFISIOLOGI
Leukemia adalah jenis gangguan pada sistem hemapoetik yang fatal dan
terkait dengan sumsum tulang dan pembuluh limfe ditandai dengan tidak
terkendalinya poliferasi dari leukosit. Jumlah besar dari sel pertama-tama
menggumpal pada tempat asalnya (granulosit dalam sumsum tulang, limfosit di dalam
limfe node) dan menyebar ke organ hematopoetik dan berlanjut ke organ yang lebih
besar sehingga mengakibatkan hematomegali dan splenomegali.
Limfosit imatur berpoliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer serta
mengganggu perkembangan sel normal. Akibatnya, hematopoesis normal terhambat,
mengakibatkan penurunan jumlah leukosit, eritrosit, dan trombosit. Eritrosit dan
trombosit jumlahnya dapat rendah atau tinggi tetapi selalu terdapat sel imatur.
Poliferasi dari satu jenis sel sering mengganggu produksi normal sel
hematopoetik lainnya mengarah ke pembelahan sel yang cepat dan sitopenia atau
penurunan jumlah. Pembelahan dari sel darah putih meningkatkan kemungkinan
terjadinya infeksi karena penurunan imun.
Trombositopeni mengakibatkan perdarahan yang dinyatakan oleh ptekie dan
ekimosis atau perdarahan dalam kulit, epitaksis atau perdarahan hidung, hematoma
dalam membrane mukosa, serta perdarahan saluran cerna dan saluran kemih. Tulang
mungkin sakit dan lunak yang disebabkan oleh infark tulang.
Pathways.

Faktor Endogen : Faktor Eksogen :


- Ras - Sinar X, Radioaktif
- Kelainan - Bahan kimia, hormon
kromosom - infeksi
- herediter

Poliferasi lokal dari sel


neoplastik dalam sumsum
tulang

Akul limfa blastik Kurang informasi


leukemia

Poliferasi sel darah Kurang pengetahuan


putih limatur

Immunosupresi Pansitopeni kemoterapi


pada sumsum tulang

As. Lambung Alopesia


Gangguan rasa Eritopeni leukopeni meningkat
nyaman nyeri

Hb agropulositosis Mual, Gangguan


muntah citra tubuh
suplai O2 dlm darah
Infeksi Resiko
infeksi
Jaringan <O2
splenohepato
megali trombositopeni
kelemahan

perdarahan
Anoreksia,
mual,
muntah
Gangguan Intoleransi Risiko kurang
tumbang aktivitas volume cairan

Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh
D. MANIFESTASI KLINIK
Tanda dan gejala awal leukemia dapat termasuk demam, anemia, perdarahan,
kelemahan, nyeri tulang atau sendi dengan atau tanpa pembengkakan. Purpura
merupakan hal yang umum serta hepar dan lien membear. Jika terdapat infiltrasi
kedalam susunan saraf pusat dapat ditemukan tanda meningitis. Cairan serebro spinal
mengandung protein yang meningkat dan glukosa yang menurun. Tampaknya juga
terdapat beberapa hubungan leukemia dan sindrom down (mongolisme) :
1. Pucat
2. Malaise
3. Keletihan (Letargi)
4. Perdarahan gusi
5. Mudah memar
6. Petekia dan ekimosis
7. Nyeri abdomen yang tidak jelas
8. Berat badan turun
9. Iritabilitas
10. Muntah
11. Sakit kepala (pusing)

E. KOMPLIKASI
1. Infeksi
Komplikasi ini yang sering ditemukan dalam terapi kanker masa anak-anak adalah
infeksi berat sebagai akibat sekunder karena neutropenia. Anak paling rentan
terhadap infeksi berat selama tiga fase penyakit berikut :
a. Pada saat diagnosis ditegakkan dan saat relaps (kambuh) ketika proses
leukemia telah menggantikan leukosit normal.
b. Selama terapi immunosupresi
c. Sesuadah pelaksanaan terapi antibiotic yang lama sehingga pertumbuhan
mikroorganisme yang resisten.
Walaupun demikian, penggunaan faktor yang menstimulasi-koloni granulosit
telah mengurangi insidensi dan durasi infeksi pada anak-anak yang mendapat
terapi kanker. Pertahanan pertama melawan infeksi adalah pencehagan.
2. Perdarahan
Sebelum penggunaan terapi tranfuse trombosit, perdarahan merupakan
penyebab kematian yang utama pada pasien leukemia. Kini sebagian besar
episode perdarahan dapat dicegah atau dikendalikan dengan pemberian konsentrat
trombosit atau plasma kaya trombosit.
Karena infeksi meningkat kecenderungan perdarahan dan karena lokasi
perdarahan lebih mudah terinfeksi, maka tindakan fungsi kulit sedapat mungkin
harus dihindari. Jika harus dilakukan penusukan jari tangan, fungsi vena dan
penyuntikan IM dan aspirasi sumsum tulang, prosedur pelaksanaannya harus
menggunakan teknik aseptik, dan lakukan pemantauan continue untuk mendeteksi
perdarahan.
Perawatan mulut yang seksama merupakan tindakan esensial, karena sering
terjadi perdarahan gusi yang menyebabkan mukositis. Anak-anak dianjurkan
untuk menghindari aktivitas yang dapat menimbulkan cedera atau perdarahan
seperti bersepeda atau bermain skateboard, memanjat pohon atau bermain dengan
ayunan.
Umumnya transfuse trombosit hanya dilakukan pada episode perdarahan aktif
yang tidak bereaksi terhadap terapi lokal dan yang terjadi selama terapi induksi
atau relaps. Epistaksis dan perdarahan gusi merupakan kejadian yang paling
sering ditemukan. Anemia pada awalnya, anemia dapat menjadi berat akibat
penggantian total sumsum tulang oleh sel-sel leukemia. Selama terapi induksi,
transfusi darah mungkin diperlukan. Tindakan kewaspadaan yang biasa dilakukan
dalam perawatan anak yang menderita anemia harus dilaksanakan.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Hitung darah lengkap (complete blood count) dan apus darah tepi.
- Jumlah leukosit dapat normal, meningkat, atau rendah pada saat
diagnostik. Jumlah leukosit biasanya berbanding langsung dengan jumlah
blast. Jumlah leukosit neutrofil seringkali rendah.
- Hiperleukositosis (>100.000/mm) terjadi pada kira-kira 15% pasien dan
dapat melebihi 200.000/mm.
- Pada umumnya terjadi anemia dan trombositopenia.
- Proporsi sel blast pada hitung leukosit bervariasi dari 0-100%
- Hitung trombosit <25.000/mm
- Kadar hemoglobin rendah
b. Aspirasi dan biopsi sumsum tulang
Apus sumsum tulang tampak hiperselular dengan limpoblast yang sangat
banyak >90% sel berinti pada ALL dewasa. Jika sumsum tulang seluruhnya
digantikan oleh sel-sel leukemia, maka aspirasi sumsum tulang dapat tidak
berhasil, sehingga touch imprint dari jaringan biopsy penting untuk evalusi
gambaran sitologi.
Dari pemeriksaan sumsum tulang akan ditemukan gambaran monoton, yaitu
hanya terdiri dari sel limfopoetik patologis sedangkan sistem lain terdesak
(aplasia sekunder).
c. Sitokimia
Pada ALL, pewarnaan Sudan Black dan mieloperoksidase akan memberikan
hasil yang negative. Meiloperoksidase adalah enzim sitoplasmik yang
ditemukan pada granula primer dari precursor granulositik yang dapat
dideteksi pada sel blast AML.
Sitokimia berguna untuk membedakan precursor B dan B-ALL dari T-ALL.
Pewarnaan fosfatase asam akan positif pada limfosit T yang ganas, sedangkan
sel B dapat memberikan hasil yang positif pada pewarnaan periodic acid schiff
(PAS). Tdt yang di ekspresikan oleh limpoblast dapat dideteksi dengan
pewarnaan imunoperioksidase atau flow cytometry.
d. Imunofenotif (dengan sitometri arus/flow cytometry) reagen yang dipakai
untuk diagnosis dan identifikasi subtype imunologi adalah antibody terhadap :
1. Untuk sel precursor B : CD 10 (common ALL antigen),
CD19,CD79A,CD22, cytoplasnic m-heavy chain, dan TdT.
2. Untuk sel T : CD1a,CD2,CD3,CD4,CD5,CD7,CD8 dan TdT
3. Untuk sel B : kappa atau lambda CD19,CD20, dan CD22
e. Sitogenik
Analisi sitogenik sangat berguna karena beberapa kelainan sitogenik
berhubungan dengan subtype ALL tertentu, dan dapat memberikan informasi
prognostik. Translokasi t(8;14), t(2;8), dan t(8;22) hanya ditemukan pada ALL
sel B, dan kelainan kromosom ini menyebabkan disregulasi dan ekspresi yang
berlebihan dari gen c-myc pada kromosom 8.
f. Biopsi limpa
Pemeriksaan ini memperlihatkan poriferasi sel sel leukemia dan sel yang
berasal dari jaringan limpa yang terdesak, seperti limposit normal, RES,
granulosit, dan pulp cell.

G. PENATALAKSANAAN
1. Transfusi darah
Diberikan jika kadar Hb <6gr%. Pada trombositopenia yang berat dan perdarahan
yang massif dapat diberikan transfusi trombosit.
2. Kartikostiroid seperti prednisone, kortison, deksametason dan sebagainya. Setelah
dicapai remisi (sel kanker sudah tidak ada lagi dalam tubuh dan gejala klinik
membaik), dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan.
3. Sitostatika bentuk terapi utama adalah kemoterapi dengan kombinasi : vinkristine,
asparaginase, prednisone, untuk terapi awal dan dilanjutkan dengan kombinasi
mercatopurine, metotrexate, vincristine, dan prednisone untuk pemeliharaan.
Radiasi untuk daerah kraniospinal dan injeksi intratekal obat kemoterapi dapat
membantu mencegah kekambuhan pada sistem saraf pusat. Infeksi sekunder
dihindarkan (bila mungkin penderita diisolasi dalam kamar yang bebas hama).
4. Imunoterapi merupakan cara pengobatan yang baru. Setelah tercapai remisi dan
jumlah sel leukemia yang cukup rendah (105-106), imunoterapi diberikan.
Pengobatan yang spesifik dilakukan dengan pemberian imunisasi BCG atau
dengan Crynae bacterium dan dimaksudkan agar terbentuk antibody yang dapat
memperkuat daya tahan tubuh. Pengobatan spesifik dikerjakan dengan
penyuntikan sel leukemia yang telah diradiasi.
5. Transplantasi sumsum tulang.

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi terhadap infeksi
2. Resiko kurang volume cairan
3. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4. Gangguan rasa nyaman nyeri
5. Intoleransi aktivitas
6. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
7. Gangguan citra tubuh
8. Kurang pengetahuan
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat A. A. 2010. Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif. Jakarta.


Heath Books

Baughman C Diana. 2011. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta. EGC

Nursalam. 2009. Manajemen Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika

Wong. Donna L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatriks. Vol. 2. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai