Empetigo Krustosa
Empetigo Krustosa
Impetigo Krustosa
Oleh:
Anita Purnama Sari
Ade Setiawati Hasibuan
Pembimbing:
Vella
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini.
Shalawat beserta salam kita ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah membawa kita dari zaman jahiliyah ke zaman islamiyah, serta kepada
sahabat dan keluarga beliau.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada dr. Vella, Sp.KK yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam penyusunan
laporan kasus yang berjudul Impetigo Krustosa, serta para dokter di
bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin yang telah memberikan arahan
serta bimbingan hingga terselesaikannya laporan kasus ini.
Tidak ada kata sempurna dalam pembuatan sebuah laporan kasus.
Keterbatasan dalam penulisan maupun kajian yang dibahas merupakan beberapa
penyebabnya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan masukan terhadap
laporan kasus ini demi perbaikan di masa yang akan datang.
Penulis
1
PENDAHULUAN
1
2
Impetigo krustosa dapat terjadi di mana saja pada tubuh, tetapi biasanya
pada bagian tubuh yang sering terpapar dari luar misalnya wajah, leher, dan
ekstremitas. Kelainan kulit didahului warna kemerahan pada kulit (makula) atau
papul (penonjolan padat dengan diameter < 0.5 cm) yang berukuran 2-5 mm.
Kemudian segera terbentuk vesikel atau pustul (papul yang berwarna
keruh/mengandung nanah/pus) berdinding tipis yang mudah pecah dan menjadi
papul dengan krusta/keropeng/koreng berwarna kuning madu, lembut tetapi tebal
dan lengket yang berukuran < 2 cm (honey colored) dengan kulit di sekitar dan di
bawah krusta berwarna kemerahan dan basah, biasanya disertai lesi satelit. Jika
krusta dilepas tampak erosi di bawahnya. Sering krusta menyebar ke perifer dan
sembuh di bagian tengah. Walaupun tidak jarang terlihat, lesi paling dini ditandai
vesikel dengan halo eritematus. Lesi tersebut akan bergabung membentuk daerah
krustasi yang lebar. Eksudat dengan mudah menyebar ke daerah sekitarnya
dengan sendirinya secara autoinokulasi.1
Pemeriksaan penunjang yang mendukung impetigo krustosa adalah
pemeriksaan laboratorium. Pada pewarnaan gram, adanya neutrofil dengan kuman
coccus gram positif berbentuk rantai atau kelompok. Hasil kultur cairan akan
ditemukan adanya Streptococcus. aureus, atau kombinasi antara Streptococcus
pyogenes dengan Streptococcus beta hemolyticus grup A, atau kadang-kadang
dapat berdiri sendiri. 2 Pada pemeriksaan histopatologi didapatkan inflamasi pada
bagian superfisial dari folikel sebasea. Dapat ditemukan juga subkorneal
vesikopustula yang tersebar bersamaan dengan debris dari leukosit
polimorfonuklear dan sel epidermal. Pada bagian dermis, akan ditemukan akan
ditemukan reaksi inflamasi sedang, dilatasi vaskular, edema, dan infiltrasi dari
4
leukosit polimorfonuklear.
3
Pada infeksi ringan dan lokal cukup dengan menggunakan antbiotik topikal saja.
Penggunaan antibiotik mupirosin ointment menunjukkan hasil yang efektif pada
impetigo yang disebebkan oleh staphylococcal dan streptococcal ipetigo,
sebanding dengan pemberian eritromisin oral. 1Mupirosis ointment efektif untuk
menghilangkan krusta pada impetigo krustosa. Asam fusidic topikal juga efektif
untuk impetigo lokalisata. 2
Pada beberapa individu, bila tidak ada penyakit lain sebelumnya impetigo
krustosa dapat membaik spontan dalam 2-3 minggu. Bila terjadi komplikasi
glomerulonefritis akut, prognosis anak- anak lebih baik daripada dewasa. 1
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : An. RAM
Umur : 1 tahun 3 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku : Aceh
Agama : Islam
Pekerjaan : Tidak ada
Status Pernikahan : Belum menikah
Berat Badan : 7,3kg
Alamat : Desa Pante Geulumpang, Aceh Barat Daya
Tanggal Pemeriksaan : 27 Maret 2017
Jaminan : BPJS
Nomor CM : 1-07-48-40
Anamnesis
Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan gatal pada kaki kanan dan kiri.
Pasien datang dengan keluhan gatal gatal pada kaki kanan dan kiri yang
dirasakan sejak 3 bulan yang lalu. Gatal-gatal ditasakan bertambah dari hari ke
hari. Gatal-gatal dirasakan sepanjang hari. Rasa gatal bertambah apabila pasien
berkeringat dan tidak ada hal yang mengurangi keluhan gatal pada pasien. Selain
itu pasen juga mengeluh timbul bercak kemerahan pada kaki kanan dan kiri sejak
3 bulan yang lalu. Bercak kemerahan timbul dengan jumlah yang banyak dan
awalnya berbentuk bulat dan berisi cairan didalamnya, beberapa hari kemudian
pecah dan terbentuk luka seperti cairan yang mengeras dan sedikit mengaung. Ibu
pasien mengaku pasien juga mengaku menggaruk-garuk bercak kemereahan
tersebut. Pasien merasa tidak nyaman dengan adanya keluhan tersebut sehingga
pasien berobat ke dokter spesialis kulit di Aceh Barat Daya dan mendapatkan obat
minum berupa antibiotik dan salap, namun setelah menggunakan obat tersebut
pasien keluhan pasien tidak berkurang, setelah itu pasien dirujuk untuk datang ke
poliklinik kulit dan kelamin Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
4
5
Pasien sebelumnya tidak pernah mengalami keluhan yang sama seperti saat
ini. Pasien terlahir tanpa anus dan sudah dilakukan operasi kolonostomi.
Pasien mengkonsumsi obat dari dokter spesialis kulit di Aceh Barat Daya 1
minggu yang lalu berupa obat minum dan obat salep, namun pasien tidak ingat
nama obat yang digunakan, dan menurut pengakuan pasien obat yang diminum
tidak mengurangi keluhan pasien.
Riwayat imunisasi
6
7
Diagnosis Banding
1. Impetigo Krustosa
2. Impetigo Bulosa
3. Dermatitis seboroik
4. Dermatitis atopik
5. Varicella
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan pada kasus ini yaitu
pemeriksaan pewarnaan gram untuk melihat bakteri penyebab. Pemeriksaan
dilakukan pada tanggal 27 Maret 2017, dilaboratorium Patologi Klinik RSUDZA.
Hasil dari pemeriksaan pewarnaan gam adalah tidak ditemukan gram positif.
Resume
Pasien anak laki-laki dengan inisial An. RAM berumur 1tahun 3 bulan datang
dengan keluhan gatal-gtal pada kaki kiri dan kanan sejak 3 bulan yang lalu disertai
bercak kemerahan pada kulit. Pada status dermatologis regio femoris dekstra et
sinistra, cruris dekstra et sinistra tampak bulla yang pecah diatas kulit yang
eritematosus, dibeberapa tempat erosi berwarna kemerahan dan krusta diatasnya
dengan tepi irregular, bentuk bervariasi, ukuran numular, jumlah multipel, tersebar
diskret dengan distribusi generalisata.
Diagnosis Klinis
Impetigo Krustosa
Tatalaksana
Terapi Oral :
- Ceterizine sirup 2x1cth.
- Eritromisin sirup 4x1cth.
Terapi topikal :
- Mupirosin salep 2% 4x1 (pada lesi) pagi, sore, siang, malam
Edukasi
- Menjelaskan kepada ibu pasien bahwa penyakit pada pasien ini timbul
akibat infeksi dari bakteri.
- Menjelaskan kepada ibu pasien untuk selalu menjaga kebersihan pasien,
pasien dianjurkan mandi tiga kali sehari.
- Orang tua pasien dianjurkan untuk memotong kuku pasien sehingga
mencegah adanya luka garukan pada kulit pasien.
- Pasien dianjurkan untuk menggunakan obat secara teratur sesuai anjuran
dokter.
- Menganjurkan ibu pasien untuk mengganti pakaian pasien sekali sampai dua
kali sehari.
Prognosis
- Quo ad vitam : Dubia ad Bonam
- Quo ad fungtionam : Dubia ad Bonam
- Quo ad sanactionam : Dubia ad Bonam
8
ANALISA KASUS
Pada kasus ini telah dilakukan pemeriksaan terhadap pasien anak laki-laki
berusia 1 tahun 3 bulan di Poli Penyakit Kulit dan Kelamin RSUDZA pada
tanggal 27 Maret 2017. Pada anamnesis didapatkan, Pasien datang dengan
keluhan gatal gatal pada kaki kanan dan kiri yang dirasakan sejak 3 bulan yang
lalu. Gatal-gatal dirasakan bertambah dari hari ke hari. Gatal-gatal dirasakan
sepanjang hari. Rasa gatal bertambah apabila pasien berkeringat dan tidak ada hal
yang mengurangi keluhan gatal pada pasien. Selain itu pasien juga mengeluh
timbul bercak kemerahan pada kaki kanan dan kiri sejak 3 bulan yang lalu. Bercak
kemerahan timbul sekaligus dan awalnya berbentuk bulat dan berisi cairan
didalamnya, beberapa hari kemudian pecah dan terbentuk luka seperti cairan
yang mengeras dan sedikit mengaung. Ibu pasien mengaku pasien juga mengaku
menggaruk-garuk bercak kemereahan tersebut. Pasien merasa tidak nyaman
dengan adanya keluhan tersebut sehingga pasien berobat ke dokter spesialis kulit
di Aceh Barat Daya dan mendapatkan obat minum berupa antibiotik dan salap,
namun setelah menggunakan obat tersebut pasien keluhan pasien tidak berkurang,
setelah itu pasien dirujuk untuk datang ke poliklinik kulit dan kelamin Rumah
Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
Pada pemeriksaan fisik dermatologis, Tampak bulla yang pecah diatas kulit
yang eritematosus, dibeberapa tempat erosi berwarna kemerahan dan krusta
diatasnya dengan tepi irregular, bentuk bervariasi, ukuran numular, jumlah
multipel, tersebar diskret dengan distribusi generalisata.
9
10
Tatalaksana Impetigo
Topikal Sistemik
Lini Pertama Mupirocin Dicloxacillin 200-500 mg, setelah
Retapamulin Amoxicillin makan, 4 kali sehari
Fusidic acid plusclavulanic selama 5-7 hari
acid
cephalexin 25 mgkgBB 3 kali
sehari ; 250-500 mg
4 kali sehari.
15 mg/kgBB/hari
3 x sehari.
250 500 mg
sesudah makan, 4
kali sehari selama
5-7 hari.
Suspek CA- Mupirocin TMP-SMX 160/800 mg setelah
MRSA Clindamycin makan 2 kali sehari,
Tetracycline selama 7 hari
Doxycycline,
Minocycline 15 mg/kgBB/hari 3
kali sehari
250-500 mg setelah
makan 4 kali sehari
selama 7 hari
100 mg setelah
makan 2 kali sehari
selama 7 hari.
Alasan Gambar
Diagnosis Definisi Deskripsi Lesi
Diagnosis
2 Impetigo Adanya lesi yang Penyakit infeksi Regio axila dextra tampak
bulosa terdapat di piogenik pada bulosa hipopion, dengan
bagian sekitar kulit yang dasar eritematus jumlah
ketiak berupa multiple, bentuk bulat tepi
disebabkan oleh
bula semakin reguler, dan beberapa
lama semakin staphylococcus sudah menjadi krusta yang
membesar, berisi aureus superfisial berwarna kuning
cairan jernih pada epidermis. kecoklatan dengan
yang kemudian Predileksi pada ukuran lentikuler sampai
berubah menjadi muka dan bagian gutata, dan distribusi
keruh. tubuh lainnya regional. Dan terdapat
termasuk telapak adanya makula eritematus,
tangan dan batas tidak tegas bentuk
telapak kaki. bulat, ukuran lentikuler
sampai gutata, jumlah
multiple distribusi
regional.
3 Dermatitis Peradangan kulit
seboroik kronis dengan
predileksi diarea
kelenjar seboroik
yang aktif.
Dermatitis Inflamasi pada
atopik kulit yang akut,
subakut, yang
biasanya
inflamasi kronik
yang mengenai
dermis dan
epidermis, yang
sering terjadi
pada pasien yang
memiliki riwayat
atopi pada
dirinya sendiri
ataupun
keluarganya,
dengan gejala
pruritus dan
distribusi yang
khas.
5 Varisella Penyakit menular
akut yang
disebabkan oleh
virus varisela-
zoster (VVZ),
14
DAFTAR PUSTAKA
Tujuan : untuk mencari angka tertinggi etiologi dari pyoderma serta jenis paling
sering dari kasus pyoderma.
Metode : pada 100 kasus diagnosis klinis dari pyoderma yang tidak mendapatkan
antibiotik sistemik atau persiapan pengguanaan topikal untuk satu bulan yang
dimasukkan kedalam penelitian ini. Pasien dengan lesi pus pada kulit akan
dimasukkan ke penelitian ini, sedangkan pasien dengan lesi tanpa pus akan di
keluarkan dari penelitian ini. Akan dilakukan isolasi dan identifikasi bakteri
patogen, dengan tehnik standar mikribiologi. MRSA dideteksi dengan
menggunakan oxacillin (1g), dan menggunakan Muller-Hinton agar dengan
menggunakan NaCl 2 %. Kemudian akan diinkubator selama 24 jam dengan suhu
35 oC dan zona diameter 13 mm, dan akan dianggap sebagai MSSA jika 10
mm, atau dianggap sebagai MRSA.
Hasil : didapatkan dari 100 kasus pyoderma, angka kejadian pyoderma dengan
jenis kelamin laki-laki (54%) dan jenis kelamin perempuan (46%). Sample
diambil pada kelompok usia 10 tahun. Terdapat 31% kasus impetigo bulosa, 25%
karbunkel, 13% folliculitis, 15% infeksi eksema, 12% infeksi ulkus, 3% cellulitis,
1% paronchia. Hasil kultur positif terdapat 85 kasus, sedangkan 15 kasus tidak
ada pertumbuhan bakteri. Anka tertinggi adalah S.aureus (70%), Coagulase
Negative Staphylacoccus (8%), klebsiella (3%), -haemolitic Streptococci (2%),
E.Coli (1%), gabungan antara infeksi S.aureus dan Strepcoccus pyogenes (1%).
RESUME
17
Pyoderma adalah salah satu masalah yang sering dan kasus yang meragukan di
praktek klinis, terutama pada anak-anak. Umunya infeksi pada kulit disebabkan
oleh Staphylococcus aureus dan Streptococcus pyogenus. Antibiotik yang
umumnya dipakai telah mengalami perubahan yang dihasilkan dari bakteri flora
manusia dan tidak dapat dihinadari dari perkembangan resistensi yang meningkat
terutama pada kasus Staphylococcus aureus, bakteri yang paling sering pada kasus
pyoderma. Organisme lain yang terdapat pada pyoderma adalah basil gram
negative, species corynebacterium, Coagulase negative Staphylococci (CONS),
bakteri anaerob, Haemophilus influenzae, Bacillus Cereus. Pyoderma dibagi
menjadi dua, ada primer dan skunder. Yang termasuk pyoderma primer adalah
impetigo, folliculitis, furuncle, karbunkel, ecthyma, sycosis barbae. Kemudian
pyoderma sekunder adalah pyoderma consitutes tropic ulcer, scabies, dan jenis
lain dari infeksi kulit lainnya.