Anda di halaman 1dari 6

LTM Perpindahan Kalor Pemicu 2

KONDISI BATAS-KONVEKSI, TAHANAN TERMAL, DAN FORMULASI KAPASITAS

Oleh Sylvania Putri, 1006706385

Untuk menganalisis masalah-masalah perpindahan kalor transien, ada beberapa cara,


salah satunya adalah dengan penyelesaian yang diberikan dalam bentuk grafik untuk
memudahkan perhitungan. Untuk mendapatkan grafik yang diinginkan maka ada beberapa
kata kunci yang harus kita pahami yaitu kondisi batas-konveksi, angka biot, angka fourier
dan bagan heisler.

Kondisi Batas-Konveksi
Dalam kebanyakan situasi praktis, masalah konduksi kalor transien (transien heat-
conduction) berhubungan erat dengan kondisi batas konveksi (convection boundary
condition) pada permukaan benda padat. Kondisi batas untuk persamaan diferensial itu
tentulah harus disesuaikan untuk dapat memperhitungkan perpindahan kalor konveksi pada
permukaan. Untuk soal benda padat semi-tak berhingga, hal tersebut dapat dinyatakan
dengan:
Kalor yang dikonveksi ke permukaan = kalor yang di konduksi di permukaan

Atau (1)

Penyelesaian untuk soal tersebut cukup rumit, dan ini setelah dikerjakan secara terperinci
oleh Schneider. Hasilnya adalah

(2)

Dimana X =

Ti = suhu awal benda padat


T = suhu lingkungan
Penyelesaian itu disajikan dalam bentuk grafik seperti berikut:

Page 1
LTM Perpindahan Kalor Pemicu 2

Gambar 1. Distribusi Suhu pada benda padat semi-tak-berhingga dengan kondisi batas konveksi
Sumber: Holman, J.P. Perpindahan Kalor Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga. 1988

Pada problem di atas tersebut berlaku;


T = suhu lingkungan konveksi
T0 = suhu pusat untuk x = 0 dan r = 0
Ti = suhu awal yang seragam pada titik waktu nol
Penyelesaian itu telah dikerjakan pula untuk berbagai bentuk geometri lain. Kasus
yang terpenting adalah yang berkaitan dengan plat yang ketebalannya kecil sekali
dibandingkan dengan dimensi lainnya, silnder yang diameternya kecil dibandingkan dengan
panjangnya, dan bola. Hasil analisis untuk bentuk-bentuk geometri ini disajikan dalam bentuk
grafik oleh Heisler.
Dalam bagan-bagan yang ditunjukkan harus diingat definisi-definisi berikut:
= T(x,) - T atau T(r,) T
i = Ti - T
0 = T0 - T
Jika suhu garis pusat yang dicari, maka hanya satu bagan yang diperlukan untuk
mendapatkan nilai o dan To. untuk menentukan suhu di luar pusat, diperlukan dua bagan
untuk menghitung hasil

0
i i o (3)
Rugi kalor untuk plat tak berhingga, dan bola diberikan pada gambar 2-4. dimana Q0
menunjukkan isi energi-dalam awal benda, dengan suhu lingkungan sebagai dasar rujukan:
Q0 = cV (Ti-T) = cVi (4)
Q adalah rugi kalor yang sebenarnya oleh benda itu pada waktu .

Page 2
LTM Perpindahan Kalor Pemicu 2

Gambar 2. Rugi kalor tak berdimensi pada plat tak-berhingga


Sumber: Holman, J.P. Perpindahan Kalor Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga. 1988

Gambar 3. Rugi kalor tak berdimensi pada silinder tak-berhingga


Sumber: Holman, J.P. Perpindahan Kalor Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga. 1988

Gambar 4. Rugi kalor tak berdimensi pada bola


Sumber: Holman, J.P. Perpindahan Kalor Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga. 1988

Angka Biot
Angka Biot atau modulus Biot, dinamakan berdasar fisikawan Prancis Jean-Baptiste
Biot (1774-1862), merupakan rasio antara besaran konveksi-permukaan dan tahanan
konduksi-dalam perpindahan-kalor.

(5)

dimana h = koefisien perpindan kalor keseluruhan


k = konduktivitas termal
Angka Biot dapat diartikan dengan membayangkan aliran panas dari cairan panas di
dalam pipa silinder besi ke lingkungan. Ada dua hambatan pada aliran panas tersebut, yaitu

Page 3
LTM Perpindahan Kalor Pemicu 2

hambatan yang diberikan oleh dinding pipa dan hambatan dari udara atau lingkungan. Pada
kasus ini, hambatan yang diberikan oleh udara lebih besar daripada yang diberikan oleh
dinding pipa sehingga angka Biot-nya akan kurang dari satu. Sementara apabila pipa tersebut
terbuat dari kayu, di mana akan memberikan hambatan yang jauh lebih besar daripada udara,
maka angka Biot-nya akan lebih besar dari satu.
Nilai angka Biot yang rendah berarti bahwa tahanan atau hambatan konduksi-dalam
dapat diabaikan terhadap tahanan konveksi-permukaan. Dengan demikian suhu pada seluruh
bagian benda akan mendekati sama pada tiap-tiap bagiannya, dan dapat digunakan metode
analisis kapasitas-tergabung.
Jika perbandingan V/A dianggap sebagai dimensi karakteristik s, maka eksponen
persamaan dinyatakan dengan angka Biot dan Fourier menjadi

(6)

Angka Fourier
Angka Fourier, dikenal juga sebagai modulus Fourier, merupakan bilangan tak
berdimensi yang digunakan dalam mempelajari perpindahan panas dalam keadaan tak tunak.
Angka Fourier membandingkan dimensi karakteristik benda dengan kedalaman tembus
(penetrasi) gelombang suhu (kira-kira) pada suatu waktu . Angka ini sebanding dengan
perkalian konduktivitas termal dan waktu dibagi dengan densitas media, kapasitas panas pada
tekanan konstan, dan jarak dari pusat media yang mengalir ke permukaan. Dengan rumus
matematis dapat ditulis dengan

(7)

Difusifitas termal merupakan hasil pembagian konduktivitas termal dengan densitas


bahan dan kapasitas panas, sehingga bilangan fourier dapat diubah menjadi

(8)

dimana = difusivitas termal [m2/s]


= karakteristik waktu
s = karakteristik dimensi benda; yaitu setengah tebal untuk plat, dan jari-jari
untuk silinder dan bola.

Penerapan Bagan Heisler

Page 4
LTM Perpindahan Kalor Pemicu 2

Bagan Heisler diterapkan dengan membagi penyelesaian deret tak berhingga menjadi
beberapa suku saja. Bagan-bagan Heisler hanya dapat digunakan jika angka Fourier lebih
besar dari 0,2.

(9)

Penggunaan bagan ini terbatas pada kasus dimana

Tidak ada sumber panas internal;


Difusivitas termal dari benda bernilai konstan;

Permasalahan dapat dianggap sebagai satu dimensi;

Temperatur awal benda sama (uniform);

Sistem dikenakan perubahan temperatur dari lingkungan (atau dari permukaan ketika
1/h = 0).

Tahanan Thermal dan Formulasi Kapasitas


Tahanan termal (R = resistansi termal) digunakan untuk menyatakan kemampuan suatu
bahan dalam menghambat aliran kalor. Tahanan termal merupakan perbandingan antara
ketebalan suatu bahan dengan konduktivitas termal bahan tersebut. Secara matematis bisa
dirumuskan sebagai berikut :

R = T/Q
Keterangan :
R = tahanan alias hambatan termal
Q = konduktivitas termal
T = temperatur

Untuk kondisi keadaan tunak, perpindahan energi netto ke dalam node adalah nol. Sedangkan
untuk soal-soal keadaan tak tunak perpindahan energi netto ke dalam node itu harus nyata
sebagai suatu tambahan energi dalam node itu. Setiap unsur volume mempunyai tingkah laku
sebagai suatu kapasitas-tergabung kecil dan interaksi semua unsur itu menentukan pula
tingkah laku benda padat yang bersangkutan selama berlangsungnya proses transien.

Jika energi dalam node i dapat dinyatakan dengan kalor spesifik dan suhu, maka laju
perubahannya didekati dengan:

Page 5
LTM Perpindahan Kalor Pemicu 2

Dimana V adalah unsur volume. Jika kita definisikan kapasitas termal sebagai

Maka formulasi kapasitas-tahanan umum untuk neraca energi pada suatu node adalah

Page 6

Anda mungkin juga menyukai