Anda di halaman 1dari 14

BAB I

KASUS

1.1 Identitas

Nama : Ny. Aini Dewi Nama Suami : Tn. Apip

Usia : 24 tahun Usia : 37 tahun

Alamat : Tarogong Kaler Alamat : Tarogong Kaler

Pendidikan : SMP Pendidikan : SMK

Agama : Islam Agama : Islam

Status : Menikah Status : Menikah

Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Wiraswasta

Masuk RS : 01-03-2016

1.2 Anamnesa

Keluhan Utama : Mules-mules

Anamnesa Khusus :

1
G2P1A0 merasa hamil 8 bulan datang dengan keluhan mules-mules.
Keluhan dirasakan sejak 15 jam SMRS. Mulas dirasakan semakin sering
dan bertambah kuat. Tidak ada lendir bercampur darah yang keluar dari
jalan lahir. Tidak ada cairan bening yang keluar dari jalan lahir. Gerakan
janin mulai terasa sejak 4 bulan yang lalu. Gerakan janin dirasakan aktif dan
masih dirasakan hingga saat ini.

1.2 Riwayat Obstetri

Kehamilan Cara Cara BB Jenis Hidup/


Tempat Penolong Usia
ke Kehamilan Persalinan Lahir Kelamin Mati
1 RS Dokter Aterm SC 2500 gr L 5 H
2 Kehamilan saat ini
1.3 Haid

HPHT : 23-07-2015

Siklus : Teratur

Lama : 5 hari

Darah : biasa

Nyeri : tidak

Menarche : 12 tahun

TP : 30-04-2016

1.4 Kontrasepsi

Pasien menggunakan KB jenis IUD sejak tahun 2011 sampai 2015, pasien
tidak melanjutkan KB karena ingin mempunyai anak lagi.

1.5 Prenatal Care

Pasien melakukan prenatal care ke bidan dan dokter kandungan sebanyak 10


kali, pasien terakhir melakukan PNC ketika 2 jam yang lalu SMRS. Selama
kehamilan sekarang pasien mengeluhkan adanya rasa sesak yang hilang
timbul, namun pasien tidak memiliki riwayat penyakit kronis.

2
1.6 Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Composmentis

Tensi : 90/60

Nadi : 96 x/m

Respirasi : 20 x/m

Suhu : 36,7o C

Kepala : conjunctiva : +/+ Sklera : -/-

Leher : Tiroid : TAK KGB : tidak teraba

Thorak : Cor : BJ S1, S2 murni reguler. Murmur (-), Gallop (-)

Pulmo : VBS Ka=Ki, Rh -/-, Wh -/-

Abdomen : Cembung, Lembut, NT (-), DM (-)

Hepar : sdn Lien : sdn

Ekstremitas : Edeme : - Varises : -

1.7 Status Obstetrik

Pemeriksaan Luar

TFU/ LP : 27/ 82 cm

Letak anak : Kepala 5/5, puki

His : 2 x/ 10 menit selama 10-20 detik

DJJ : 142 x/menit, reguler

Inspekulo : tidak dilakukan

Perabaan Fornises : tidak dilakukan

Pemeriksaan dalam

Vulva : TAK

Vagina : TAK

Portio : tebal lunak

3
Pembukaan : tertutup

Ketuban : sdn

Bagian terendah : sdn

1.8 Pemeriksaan Penunjang

Hematologi

Hemoglobin : 6,9 g/dl

Hematokrit : 24 %

Leukosit : 8360 /mm3

Trombosit : 212.000 /mm3

Eritrosit : 3,59 juta/mm3

1.9 Diagnosis

G2P1A0 gravida 30-31 minggu + Prematur Kontraksi + Anemia + bekas SC


5 tahun yang lalu

1.10 Terapi

- Observasi KU, TTV, BJA

- Cek Hematologi rutin

- Nifedipin 3x20 mg

- Deksametason 2x1 amp

- Transfusi sampai Hb > 8 g/dl

- Rawat Konservatif

1.11 Follow Up

Tanggal Catatan Instruksi


2/3/201 S/ Nyeri bekas operasi - Obs TTV, KU, His
6 KU : CM Mata : Ca +/+, Si +/+ BJJ
T : 90/60 Abd : Cembung, lembut - Inf RL 500 cc 20

4
N : 95 x/m TFU : 30 cm gtt/menit
R : 20 x/m BJJ : 131 x/m - Nifedipin 3x20 mg
o
S : 36,3 C His : + - Deksametason 2x1
BAB/BAK : -/+ amp
Hb : 6,9 - Transfusi Hb > 8 g/dl
Ht : 24
Eritrosit : 3,59
D/ G2P1A0 gravida 30-31 minggu +
prematur kontraksi + anemia + bekas SC 5
tahun yll
3/3/201 S/ Tidak ada keluhan - Obs TTV, KU, His,
6 KU : CM Mata : Ca +/+, Si +/+ BJJ
T : 100/60 Abd : Cembung, lembut - Inf RL 500 cc 20
N : 88 x/m TFU : 30 cm gtt/m
R : 20 x/m BJJ : 142 x/m - Nifedipin 3x20 mg
S : 36,2oC His : + - Deksametason 2x1
BAB/BAK : +/+ amp
Hb : 7,2 g/dl - Transfusi sampai Hb
Ht : 17 >8
USG : janin tunggal hidup, letak kepala,
TBBJ 1863, plasenta di corpus posterior
D/ G2P1A0 gravida 30-31 minggu +
prematur kontraksi + anemia + bekas SC 5
tahun yll
4/3/201 S/ Tidak ada keluhan - Inf RL 500 cc 20
6 KU : CM Mata : Ca +/+, Si +/+ gtt/m
T : 100/60 Abd : Cembung, lembut - Nifedipin 3x20 mg
N : 96 x/m TFU : 30 cm
R : 20 x/m BJJ : 140 x/m
o
S : 36,1 C His : -
BAB/BAK : +/+
Hb : 8,3
D/ G2P1A0 gravida 30-31 minggu +
prematur kontraksi + anemia + bekas SC 5
tahun yll

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Prematuritas adalah kelahiran yang berlangsung pada umur kehamilan 20

minggu hingga 37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Terdapat 3 sub

kategori usia kelahiran prematur berdasarkan kategori World Health Organization

(WHO), yaitu:

a) Extremely preterm (< 28 minggu)

b) Very preterm (28 hingga < 32 minggu)

c) Moderate to late preterm (32 hingga < 37 minggu).

2.2 Epidemiologi

Angka kejadian prematur yang tinggi masih menjadi pusat perhatian dunia

hingga kini. Tingkat kelahiran prematur di Amerika Serikat sekitar 12,3% dari

keseluruhan 4 juta kelahiran setiap tahunnya dan merupakan tingkat kelahiran

prematur tertinggi di antara negara industri. Angka kejadian kelahiran prematur di

Indonesia belum dapat dipastikan jumlahnya, namun berdasarkan data Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) Departemen Kesehatan tahun 2007, proporsi BBLR

di Indonesia mencapai 11,5%, meskipun angka BBLR tidak mutlak mewakili

angka kejadian kelahiran prematur.

6
2.3 Faktor Predisposisi

Etiologi persalinan prematur belum diketahui secara pasti. Sebelumnya

perlu diketahui faktor-faktor risiko terjadinya persalinan prematur. Creasy

membagi faktor risiko menjadi 2 kelompok:

a. Faktor risiko mayor

- kehamilan kembar

- riwayat persalinan prematur yang lalu

- hidroamnion

- uterus anomali

- terpapar dietilstilbestrol

- dilatasi serviks >1 cm pada kehamilan 32 minggu

- pendataran serviks <1 cm pada kehamilan 32 minggu

- abortus pada kehamilan trimester II sebanyak 2x

- riwayat prematur kontraksi pada persalinan yang lalu

- riwayat operasi abdomen selama kehamilan

- uterus yang iritabel

- riwayat konus biopsi

b. Faktor risiko minor

- demam selama kehamilan

- perdarahan setelah 12 minggu

- riwayat pielonefritis

- riwayat merokok >1 batang per hari

- abortus trimester II 1x

- abortus trimester I lebih dari 2x

7
2.4 Patofisiologi

Patogenesis terjadinya persalinan prematur belum diketahui secara pasti.

Tetapi mekanisme persalinan yang pasti terjadi adalah pematangan serviks,

timbulnya reseptor oksitosin, terbentuknya gap junction pada sel-sel miometrium.

Prostaglandin diyakini berperan dalam pematangan serviks yang

menginduksi terjadinya suatu persalinan. Tetapi peranan prostaglandin dalam

persalinan prematur masih belum pasti. Ada beberapa teori yang menjelaskan

bagaimana terjadinya mekanisme persalinan :

a. Teori Progesteron Withdrawal

progesteron berperan dalam menghambat pembentukkan pelepasan

prostglandin. Bersamaan dengan semakin matangnya janin, kelenjar adrenal

menjadi lebih peka terhadap ACTH, sehingga sekresi kortisol akan lebih

meningkat. Kortisol janin merangsang 17 hidroksilase dalam jaringan trofoblas

dengan akibat menurunnya sekresi progesteron yang akan meningkatkan

pembentukkan estrogen. Peningkatan rasio estrogen/ progesteron menyebabkan

peningkatan terbentuknya prostaglandin.

b. Teori Oksitosin

teori ini menyatakan peranan oksitosin untuk memulai suatu persalinan. Hal

ini dibuktikan dengan bertambahnya reseptor oksitosin dalam miometrium pada

saat kehamilan aterm. Oksitosin ini merupakan zat menyebabkan pelepasan

prostaglandin. Tetapi teori ini banyak diangkal karena penigkatan zat oksitosin

tidak selalu diikuti peningkatan prostaglandin.

8
c. Teori Decidual Activation

teori ini berdasarkan perubahan-perubahan biokimia yang terjadi pada

desidua. Pada saat persalinan terjadi akumulasi prostaglandin, platelet activating

factor, sitokin pada cairan amnion, chorion, dan desidua parietalis. Prostaglandin

mengaktivasi miometrium dengan adanya aktivasi kalium sehingga menjadi

protein yang kontraktil. Produk-produk sitokin, platelet activating faktor, ini

menyebabkan pemecahan matriks ekstraseluler serviks, chorion, desidua dan akan

menyebabkan pematangan serviks.

9
2.5 Diagnosis
a. Gejala awal
- Rasa nyeri/tegang pada perut bawah
- Nyeri pinggang
- Rasa penekanan pada jalan lahir
- Bertambahnya cairan vagina

- Perdarahan/perdarahan bercak/lendir bercampur darah


b. Gejala definitif
- Kontraksi uterus yang teratur ( 1 kali atau lebih dalam 10 menit) kasus
: 1-2 kali dalam 10 menit
- Perubahan serviks seperti :
- Pembukaan serviks 2 cm
- Pendataran

2.6 Penatalaksanaan

KONTRAKSI PREMATUR
Kontraksi umur kehamilan USG
Kontraksi uterus KTG
Perubahan serviks
Tirah baring

Pemberian obat tokolitik

Terapi berhasil Terapi gagal

Pemberian obat tokolitik Persalinan

Diteruskan sesuai dengan


pedoman

1. Konfirmasi umur kehamilan dengan berbagai cara

10
2. Penilaian kontraksi uterus (lamanya, intensitasnya, frekuensinya dan
pengaruhnya terhadap pembukaan serviks)
3. Pemantauan tanda-tanda vital ibu
4. Pemantauan DJJ
5. USG
6. Tirah baring (lateral kiri atau semi fowler)
7. Pemberian obat-obat tokolitik
Obat tokolitik adalah obat yang mempunyai pengaruh mengurangi,
meemahkan atau menghilangkan kontraksi rahim.
Kontraksi otot rahim bisa dihambat melalui perangsangan reseptor
adreenergik, misalnya Ritodrin, Terbutalin, Isoksuprine.
Indikasi : mencegah persalinan kurang bulan
Kontra indikasi : solusio plasenta, infeksi intrauterin, febris yang
tidak diketahui sebabnya, penyakit jantung, pertumbuhan janin terhambat,
hipertensi dalam kehalan, penyakit paru-paru, hipertiroid, diabetes
mellitus.
Kriteria pemberian obat tokolitik
Umur kehamilan 24-34 minggu, pemberian tokolitik diluar usia
kehamilan tersebut harus atas izin konsulen
Minimal terdapat 2 kontraksi dalam 15 menit dengan pemeriksaan
CTG
Adanya pengaruh kontraksi rahim yang jelas terhadap serviks
(pendataran)
Pembukaan serviks kurang dari 3 cm
Tidak ada kontraindikasi pemberian obat-obat adrenergik agonis
Pemeriksaan khusus : urin, GDS, EKG, hematokrit, leukosit, foto toraks,
USG
Jenis obat, dosis dan cara pemberian :
- Salbutamol : diberikan dosis 10 mg dalam larutan NaCl atau
RL. Dimulai dengan infus 10 tetes/menit, bila kontraksi masih ada
tingatkan tetesan infus 10 tetes/menit setiap 30 menit sampai kontraksi
berhenti atau nadi ibu melebihi 120x/menit. Bila kontraksi berhenti,
tetesan tersebut dipertahankan sampai jam setelah kontraksi berakhir.
Sebagai dosis jaga diberikan salbutamol per oral 3x4 mg per hari
selama 7 hari.
- Isoksuprin : diberikan per infus dengan kecepatan 0,25-0,5
mg/menit (1,5-3 cc/menit) bisa dinaikkan 1 mg/menit. Dua jam
setelah kontraksi menghilang, dilanjutkan dengan pemberian 10 mg/3-

11
6 jam secara IM selama 12-24 jam kemudian dianjurkan dengan
pemberian 10-20 mg tablet setiap 6 jam selama 3 hari.
- Nifedipin : Diberikan dengan dosis 3x20 mg per oral per hari
sampai kontraksi berhenti. Perhatikan tekanan darah untuk mencegah
keadaan hipotensi.
- Terbutalin : 250 g secara IV dilanjutkan dengan pemberian
per infus 10 g/menit. Pengobatan dipertahankan sampai 8 jam,
kemudian dilanjutkan dean pemberian subkutan 250 g setiap jam
selama 24 jam. Pengobatan dilanjutkan secara oral dengan dosis 2,5
g/4-6 jam.

PEMBERIAN OBAT OBATAN TOKOLITIK

INDIKASI

KONTRA INDIKASI
Evaluasi Pemberian Parenteral/Oral
kembali
Kontraksi menetap Kontraksi menghilang
Lanjutkan pemberian Per Oral
8. Pemberian obat untuk pematangan paru janin, diberikan pada semua
wanita hamil 24-34 minggu yaitu deksamethason 6 mg tiap 12 jam (IM)
sampai 4 dosis atau Betametason 12 mg (IM) sampai 2 dosis dengan
interval 24 jam.
9. Pemberian MgSO4 untuk proteksi otak janin, loading dose 4 gram MgSO4
(10 cc MgSO4 40%) dilarutkan dalam 100 cc ringer laktat diberikan
selama 15-20 menit. Setelah habis loading dose dilanjutkan dengan dosis
rumatan 8 gram dilarutkan dalam 500 cc RL. Tetesan 20 gtt/ menit selama
4 jam

12
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Bagaimana penegakan diagnosis pada pasien ini ?

Pasien pernah melahirkan 1 kali dan ini merupakan kehamilan ke-2, serta
pasien menyangkal pernah mengalami abortus (G2P1A0)
Pasien merasa hamil 8 bulan, gerakan janin terasa 4 bulan yang lalu,
HPHT 23 Juli 2015, TFU 30 cm (Gravida 30-31 minggu)
Mulas dirasakan semakin sering dan bertambah kuat, belum ada tanda-
tanda in partu. Usia kehamilan 29 - 30 minggu, pemeriksaan luar His: 1-2
kali/10 menit, lama his 20 detik. Pemeriksaan Dalam : Pembukaan tidak
ada. (Prematur Kontraksi)
5 tahun yang lalu pasien melahirkan anak pertama dengan SC (bekas SC 5
tahun yang lalu)
Dari hasil Laboratorium Hb pasien sebesar 6,9 g/dl (Anemia)

3.2. Bagaimana penanganan pada pasien ini ?

Berdasarkan pedoman diagnosis dan terapi prematur kontraksi di bagian

Obstetri dan Ginekologi RSHS/FK UNPAD, penanganan prematur kontraksi pada

pasien ini telah sesuai dengan standar prosedur yang ada. Penderita telah

menerima Nifedipin 3x20 mg dan Deksametson 2x1 amp. Penderita juga telah

menerima 2 labu transfusi untuk menaikkan hemoglobin. Pasien juga telah

dilakukan perawatan konservatif selama 3 hari.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. F Gary Cunningham, Kenneth J Leveno, Steven LBloom, Jhon C Hauth,


Dwight J Rouse, Catherine Y Spong. Obstetri Williams. Edisi 23. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2010
2. Wiknjosastro, Saifuddin, Rachimhadhi (ed.).Iilmu Kebidanan Edisi ke-4
Cetakan ke-3. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2010
3. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Bandung. Pedoman Diagnosis dan Terapi dan Ginekologi RS. DR. Hasan
sadikin, Bagian Pertama Bandung. 2015
4. Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstetri jilid 1 edisi 2. EKG. Jakarta : 1998
5. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. BP-SP. Jakarta: 2008

14

Anda mungkin juga menyukai