Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PEMBAHASAN
A. METADON
Deskripsi metadon
- Nama lain : Amidine Hydrochloride; Amidone Hydrochloride; Hidro
clorurodemetadona; Metadon-hidroklorid; Metadonhydr oklorid;
Metadonihydrokloridi; Metadono hidrochloridas; Methadonhydrochlorid;
Methadone Chlorhydrate de; (+) Methadone Hydrochloride; Methadoni
Hydrochloridum; Phenadone,(+)-6-Dimehylamino-4,4-diphenylheptan-3-
one Hydrochloride
- Nama kimia :3-heptanone,6-(dimethylamino)-4,4-diphenyl, hydrochloride
- Rumus molekul : C21H27NO.HCl
- Berat molekul : 345,9
(Hasanah,2010)
Metadon merupakan obat yang digolongkan dalam narkotika
golongan II yang tertera dalam Undang-Undang Republik Indonesia no 35
tahun 2009 tentang narkotika.(UU RI no 35 th 2009). Metadon digunakan
untuk pengobatan sebagai bagian untuk terapi ketergantungan opiad dan
dalam pengawasan yang kuat. Methadon ( 6-dimetilamino-4,4-difenil-3-
heptanona) secara kimiawi termasuk keluarga opiad seperti heroin, morfin.
Bekerja menekan fungsi susunan saraf dan mempunyai efek analgesik kuat.
(Pahlemy,2010)

B. Deskripsi Pemerolehan Metadon


Struktur kimia metadon pertama kali diproduksi tahun 1930 an oleh
ilmuwan jerman yang mencari obat penghilang rasa sakit (analgesik) yang
tidak seperti morfin. Tahun 1937 dua orang ilmuwan jerman menemukan zat
sintesis yang mereka sebut polamidon. Bertahun tahun kemudian beberpa
ilmuwan mengembangkan penelitian tentnag penemuan polamidon lebih
luas lagi. Para ilmuwan mulai mensintesis substansi dari morfin dan obat
analgesik. Dalam kurun waktu selanjutnya pemerintah amerika serikat telah
memperoleh hak untuk memproduksi metadhone dan pada tahun 1947
metadon secara resmi diperkenalkan di Amerika Serikat dan digunakan
sebagai obat pereda rasa nyeri untuk berbagai kondisi, tapi akhirnya
ditemukan kegunaan lain dari obat tersebut untuk mengobati kecanduan
narkotika khususnya heroin. Pada tahun 1964 efektifitas dan kegunaan
metadon sebagai obat untuk mengurangi kecanduan dapat dilakukan. Pada
tahun 1971, terapi metadon untuk ketergantungan opium mulai berkembang.
Sampai tahun 2001 telah dibuat peraturan perundang undangan yang
memungkinkan dokter dan tenaga medis profesional yang lain untuk
membuat metadon lebih efektif dan konsisten.
(The National Alliance of Methadone Advocates. 2002)
C. Cara Pengkonsumsian
Metadon ini biasanya dikonsumsi dalam bentuk cairan, tetapi ada pula
yang berbentuk tablet dan serbuk putih. Untuk pengobatan kecanduan
narkotika dengan dosis tunggal yang tidak melebihi 80-100 miligram per hari,
dapat berlangsung dari 24 sampai 36 jam tergantung pada karakteristik
penggunanya. Selain itu ada juga berbentuk kristal bubuk putih yang
dilarutkan dalam air dan ditelan, ada juga yang diberikan melalui suntikan.
(The National Alliance of Methadone Advocates. 2002)
D. Ciri-ciri Pengguna
Meskipun metadon digunakan untuk mengobati kecanduan narkotika, tetapi
pengguna masih akan mengalami efek fisik negatif
Ciri-ciri seorang pengguna metadon ini adalah sebagai berikut :
- Gelisah
- Mual dan muntah
- Mengalami gangguan pernapasan
- Kulit menjadi kemerahan dan gatal
- Berkeringat berat
- Mengalami gangguan pencernaan
- Disfungsi seksual
- Perubahan siklus menstruasi
- Kejang
- Insomnia
- Pembengkakan pada tangan dan kaki
- Pandangan menjadi kabur.
(The National Alliance of Methadone Advocates, 2002)
E. Mekanisme dan Efek dalam Tubuh
Metadona memiliki laju distribusi ke jaringan yang tinggi, tersebar ke
darah dan jaringan otak dalam jumlah kecil dan terdapat dalam konsentrasi
besar di ginjal, limfa,liver,dan pau-paru.
Metadona dimetabolisme diliver melalui N-demetilasi menjadi produk
metabolit yang tidak stabil yang mengalami siklisasi menjadi 2-etil 5-metil-3,3-
difenilpirolidin (EMDP) dan 2-dietil-1,5-dimetil-3,3-difenilpirolidin (EDDP).
Metabolit tersebut dan obat utuh mengalami parahidroksilasi dan selanjutnya
berkonjugasi dengan asam glukuronat. Ketiganya diekskresi diempedu, dan
merupakan produk ekskresi utama.
Metabolisme metadona melibatkan sistem sitokrom P450 (CYP450)
sebagian besar melalui isoform CYP3A4, yang terutama terdapat diusus besar
dan liver. Isoform lainnya yaitu CYP2B6 dan CYP2C19 berperan juga dalam
proses tersebut menjadi bentuk tidak aktif. (Pahlemy,2010)
Metadona merupakan suatu agonis sintetik opioid yang kuat dan
diserap dengan baik secara oral dengan daya kerja jangka panjang, digunakan
secara oral dibawah suervisi dokter dan digunakan untuk terapi bagi
pengguna opiad. Metadona bekerja pada reseptor miu secara agonis penuh
dengan efek puncak 1-2 jam setelah diminum.
Paruh waktu metadona pada umumnya adalah sekitar 24jam.
Penggunaan secara berkesinambungan akan terakumulasi pada berbagai
bagian tubuh namun khususnya pada hati. Efek analgesik dirasakan dalam 30-
60menit setalah diminum dan terjadi konsentrasi puncak di otak dalam waktu
1-2 jam setelah diminum, hal ini membuat konsumsi metadona tidak segera
menimbulkan perasaan euforia sebagaimana heroin/morfin. (Permenkes,
2013)

F. Dampak Penyalahgunaan
Efek penggunaan metadona menurut Permenkes no 57 th 2013 adalah
sedasi, konstipasi, berkeringat adanya pembesaran persendian pada
perempuan dan perubahan libido pada laki-laki dan perempuan.
Gangguan kesehatan jasmani : fungsi organ-organ tubuh terganggu
(hati, jantung, paru, otak, dll). Penyakit menula karena pemakaian jarum
suntik bergantian (hepatitis B/C, H IV, AIDS). Overdosis yang dapat
menyebabkan kematian. Ketergantungan, yang menyebabkan gejala sakit jika
pemakaiannya dihentikan atau dikurangi, serta meningkatkan jumlah narkoba
yang dikonsumsi.
Gangguan kesehatan jiwa (gangguan perkembangan mental-
emosional, paranoid), gangguan dalam kehidupan keluarga, sekolah dan
sosial (pertengkaran, masalah keuangan, putus sekolah, menganggur,
kriminalitas, dipenjara, dikucilkan, dll).
Jika menyalahgunakan narkotika golongan II maka akan diproses hukum
sesuai UU RI no 35 tahun 2009 pasal 117,118,119,120,121
Daftar Rujukan
Hasanah, 2010. Pengaruh Obat Antiretroviral Lini Pertama Terhadap Dosis
Metadon Pasien Program Terapi Rumatan Metadon Di Rsko Jakarta Dan
Rsup Fatmawati Periode 2003-2009 (Studi Pendahuluan). Depok : UI (Tesis)
Pahlemy, Helsy. 2010. Hubungan Dosis dan Retensi pada Terapi Rumatan
Metadon Multiepisode di Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta dan
Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati. Depok : UI (Tesis)
Permenkes RI no 57 tahun 2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program
Terapi Rumatan Metadona.
The National Alliance of Methadone Advocates. 2002. Basic Pharmacology of
Methadone: How Methadone Works, Part 2. (online)
http://www.methadone.org/downloads/namadocuments/es05basic_pha
rmacology2.pdf. Diakses 4 maret 2017
UU RI no 35 tahun 2009 tentang Narkotika

Anda mungkin juga menyukai