BAB I
PENDAHULUAN
Benarkaah kebanyakan orang ingin mengelakan risiko ? Karena selalu ingin aman dan hidup
tentram, maka memang kebanyakan orang takut menanggung resiko. Namun semua tahap
kehidupan kita mengandung resiko. Kemanaapun kita mengelak atau lari dari resiko, makaa
disitupun kita akan menemukan risiko yang lainnya. Resiko merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari kehidupan. Bahkan ada orang yang mengatakan , bahwa tak ada hidup tanpa
resiko sebagaimana tak ada hidup tanpa maut. Jadi dengan demikian setiap hari kita menghadapi
resiko, baik sebagai perorangan, maupun sebagai perusahaan. Orang berusaha melindungi diri
tehadap resiko, demikian pula badan usaha pun harus berusaha melindungi diri terhadap resiko.
Agar resiko tidak menghalangi kegiatan perusahaan, maka seharusnyalah itu dimanajemeni
dengan sebaik-baiknya. Namun benarkah para pengusaha Indonesia kurang memperhatikan
manajemenn resiko?
Program Manajemen Resiko pertama-tama bertugas mengidentifikasikaan resiko-resiko yang
dihadapi, sesudah itu mengukur atau menentukan besarnya resiko itu dan kemudian barulah
dapat dicarikan jalan untuk menghadapi ataau menangani resiko itu. Ini berarti orang harus
menyusun strategi untuk memperkecil ataupun mengendalikannya.
Pendeknya dengan progran itu, dapatlah dilindungi keefektifan operasi perusahaan yang
bersangkutan. Jadi pernyataan yang harus dicari jawabannya oleh manajer resiko antara lain
adalah : Resiko apa saja yang dihadapi perusahaannya. Bagaimana dampak resiko itu terhadap
kehidupan bisnis perusahaannya. Resiko mana yang harus dihadapi sendiri, mana yang harus
dipindahkan kepada asuransi. Metode mana yang cocok dan efisien untuk menghadapinya. Dan
seterusnya..
TERHADAP KELUARGA
1. Manajemen resiko dapat mempersiapkan keluarga dengan kelima faedah tersebut diatas.
2. Manajemen resiko yang sehat mungkin menyanggupkan suatu keluarga untuk mengurangi
pengeluaran untuk asuransi tanpa mengurangi sifat perlindungannya.
3. Jika suatu keluarga telah dilindungi terhadap kematian atau kesehatan, kehilangan atau
kerusakan harta bendanya, maka keluarga itu mungkin akan berani untuk menanggung resiko
dalam berinvestasi atau persetujuan mengenai karier.
4. Suatu keluarga dapat disembuhkan dari tekanan fisik dan mental.
5. Keluarga mungkin memetik faedah dari program manajemen resiko yang menolong orang-
orang lain.
TERHADAP MASYARAKAT
Masyarakat juga dapat memetik faedah dari makin efisiennya manajemen resiko menangangi
perusahaan dan keluarga akan mengurangi beban masyarakat ( social cost ).
BAB II
KONSEP RESIKO
KESIMPULAN
Kondisi yang tidak passti atau resiko itu timbul karena berbagai sebab, antara lain :
a. Jarak waktu dimulai perencanaan atas kegiatan sampai kegiatan itu berakhir. Makin panjang
jarak waktu makin besar ketidakpastiannyaa.
b. Keterbatasan tersediannya informasi yang diperlukan
c. Keterbatasan pengetahuan/keterampilan/teknik mengambil kepuutusan
d. Dan sebagainya
Tipe-tipe Hazard
1. Physical Hazard
Adalah suatu kondisi yang bersumber pada karakteristik secara fisik dari suatu objek yang dapat
memperbesar kemungkinan terjadi suatu peril ataupun memperbesarnya suatu kerugian.
2. Moral hazard
Adalah suatu kondisi yang bersumber dari orang yang bersangkutan atau yang berkaitan dengan
sikap mental atau pandangan hidup serta kebiasaannya yang dapat memperbesar kemugkinan
terjadinya suatu peril atau suatu kerugian.
3. Morale Hazard
Adalah suatu kecerobohan atau kurang hati-hati dari seseorang dapat menimbulkan kondisi yang
dapat memeprbesar suatu kerugian.
4. Legal Hazard
Adalah suatu peril dapat terjadi akibat dari mengabaikan aturan atau perundang-undangan yang
berlaku.
RESIKO MURNI
Resiko murni adalah sesuatu yang hanya berakibat merugikan atau tidak terjadi apa-apa dan
tidak mungkin menguntungkan. Misalnya saja terjadi kebakaran.
SUMBER RESIKO
RESIKO SOSIAL
Sumber resiko sosial ini adalah masyarakat, artinya tindakan orang-orang yang menciptakan
kejadian yang menyebabkan penyimpangan yang merugikan dari harapan kita. Misalnya saja
terjadi pencurian, perusakan, huru-hara dan lain-lain.
RESIKO FISIK
Ada banyak resiko fisik yang sebagiannya adalah fenomena alam, sedangkan lainnya disebabkan
oleh kesalahan manusia. Banyak resiko yang kompleks sumbernya tetapi termasuk terutama
kategori fisik, contohny antara lain ; kebakaran, cuaca, petir, tanah longsor, dan lain sebagainya.
RESIKO EKONOMI
Banyak resiko yang dihadapi perusahaan itu bersifat ekonomi. Contoh-contoh resiko ekonomi
adalah inflasi, fluktuasi lokal, dan ketidakstabilan perusahaan individu dan sebagainya.
Pengidentifikasian resiko adalah proses penganalisaan atau analisis untuk menemukan secara
sistematis dan secara berkesinambungan resiko ( kerugian yang potensial ) yang menantang
perusahaan. Untuk itu diperlukan :
1. Pertama : Suatu checlist dari semuakerugian yang potensial yang mungkin bisa terjadi pada
umumnya setiap perusahaan.
2. Kedua : Untuk menggunakaan checlist itu diperlukan suatu pendekataan yang sistematik
untuk menentukan mana dari kerugian potensial yang tercantum dalam checlist itu yang dihadapi
oleh perusahaan yang sedang dianalisis.
Manajemen resiko seharusnya melakukan sendiri kedua langkah diatas tanpa meminta bantuan
atau dipercayakan kepada pihak jasa asuransi, broker atau konsultan.
SUMBER CHECKLIST
Checklist itu diterbitkan oleh:
1. Perusahaan asuransi
2. Badan penerbitan asuransi
3. Asosiasi Manajemen Amerika ( AMA )
4. Ikatan Manajemen Resiko dan Asuransi
KLASIFIKASI KERUGIAN
Salah satu alternatif sistem pengklasifikasian kerugian dalam suatu checlist adalah sebagai
berikut :
A. Kerugian Hak Milik ( Property Losses )
1. Kerugian langsung yang dihubungkan dengan kebutuhan untuk mengganti atau reparasi atau
kehilangan harta
2. Kerugian tidak langsung, seperti keharusan untuk menghancurkan sisa gedung yang rusak
akibat kerusakan secara langsung.
3. Kerugian pendapatan ( net income ) seperti penghentian kegiatan sementara yang
disebabkan oleh suatu kerugian dimana tidak boleh ditempatinya ruang kerja.
3. METODE PETA-ALIRAN
Suatu peta aliran menggambarkan seluruh operasi dari perusahaan yang bersangkutan, yang
dimulai dari bahan mentah, listrik dan input lain-lain pada lokasi supplier dan berakhir dengan
produk jadi dalam tangan langganan. Dari peta-aliran dapat dilakukan analisis sebagai berikut;
a. Kerugiaan yang berkenaan dengan harta
b. Kerugian yang berkenaan dengan tanggung jawab
c. Kerugian personil
7. ANALISIS LINGKUNGAN
Lingkungan yang relevan adalah sebagai berikut ;
a. Langganan
b. Pemasok
c. Saingan
d. Undang-Undang atau ketentuan-ketentuan lainnya
Dalam menganalisis masing-masing komponen pertimbangan yang penting adalah :
a. Sifat hubungannya
b. Keanekaannya
c. Kestabilannya
PENGGUNAAN PIHAK LUAR UNTUK MENGIDENTIFIKASI RESIKO
Manajer resiko boleh percaya pada agen asuransi, broker atau konsultan manajemen resiko untuk
melakukan pekerjaan yang terinci untuk mengidentifikasikan resiko. Akan tetapi, mempercayai
saja sepenuhnya pihak luar untuk mengidentifikasikan resiko pada suatu ketika dapat
mengandung kelemahan.
Melaksanakan survei sendiri memang memakan waktu, tetapi tidak lain yang lebih baik bagi
manajer resiko untuk mengamati dari dekat sumber resiko yang melekat pada hak milik, operasi
dan manajemen phylosophy dan karena itu akan mengambil keputusan dengan hasil yang baik.
PENUTUP
Tidak ada metode tunggal atau prosedur pengidentifikasian resiko yang bebas dari kelemahan.
Dalam hal ini diperlukan stategi manajemen untuk menentukan metode ataukah kombinasi
metode yang cocok dengan situasi yang dihadapi.Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan
itu adalah:
1. Sifat dari bisnis
2. Besarnya perusahaan itu
3. Tersedianya tenaga ahli.
BAB IV
PENGUKURAN RESIKO
Sesudah manajer resiko mengidentifikasikan berbagai jenis resiko yang dihadapi perusahaan,
maka selanjutnya resiko itu harus diukur. Perlunya diukur adalah :
1. Untuk menentukan relatif pentingnya
2. Untuk memperoleh informasi yang akan menolong untuk menetapkan kombinasi peralatan
manajemen resiko yang cocok untuk menanganinya.
3.
DIMENSI YANG HARUS DIUKUR
Informasi yang diperlukan berkenaan dengan dua dimensi resiko yang perlu diukur, yaitu :
1. Frekuensi atau jumlah kerugian yang akan terjadi
2. Keparahan dari kerugian itu
Paling sedikit untuk masing-masing dimensi itu, yang ingin diketahui adalah :
a. Rata-rata nilainya dalam periode anggaran
b. Variasi nilai itu, dari satu periode anggaran ke periode anggaran sebelum dan berikutnya
c. Dampak keseluruhan dari kerugian-kerugian itu jika seandainya kerugian itu ditanggung
sendiri, harus dimasukkan dalam analisis, jadi tidak hanya nilainya dalam rupiah saja.
Mengapa kedua dimensi itu diperlukan ?
Hal ini dikarenakan , Kedua dimensi itu diperlukan untuk menilai relatif pentingnya suatu
exposure terhadap kerugian potensial. Berlawanan dengan pendapat kebanyakan orang,
pentingnya suatu exposure bagi kerugian tergantung sebagian besar atas keparahan kerugian
potensial itu, bukan pada frekuensi potensial. Suatu kerugian potensial dengan kemungkinan
catastropic, walaupun jarang terjadi, adalah jauh lebih parah daripada yang sering terjadi, tetapi
hanya menimbulkan kerugian kecil saja. Sebaliknya frekuensi kerugian tidak bisa diabaikan. Jika
dua exposure ditandai oleh keparahan kerugian yang sama, maka exposure yang frekuensinya
lebih besarlah yang seharusnya dimasukkan dalam ranking yang lebih penting. Belum ada
formula untuk membuat ranking menurut pentingnya, dan rankingnya akan berbeda jika orang
me-ranking-nya berbeda pula.
Tetapi pendekatan yang rasional lebih menekankan pada keparahan kerugian. Sebuah contoh
akan menjelaskan persoalan ini. Kans terjadi kerugian karena tabrakan mobil mungkin lebih
besar dari Kans dituntut pihak lain karena tabarakan, tetapi keparahan potensial daripada
kerugian tanggung-gugat (liability loss) bisa lebih tinggi atau besar dari nilai kerusakan terhadap
mobil itu sendiri. Karena itu seharusnya tidak ada keberatan menaruh liability loss lebih tinggi
dari property loss (kerugian harta)
Sub pembagian dari suatu jenis kerugian tertentu mungkin pula dilakukan berdasarkan suatu
batas tertentu yang ditentukan atau ditetapkan perusahaan yang bersangkutan. Misalnya jika
batas yang ditetapkan adalah Rp 100.000,00,maka kerugian itu dapat dibagi kedalam (1)
kerugian Rp 100,000,00 atau kurang. (2) kerugian diatas Rp 100.000,00
Dalam hal ini kerugian yang lebih penting adalah kerugian yang kedua, walaupun frekuensinya
kurang. Jelaslah pembagian seperti ini dilakukan orang dengan maksud menempatkan tekanan
lebih penting pada keparahan kerugian, bukan pada frekuensi kerugian.
MENENTUKAN KEPARAHAN
Dalam menentukan keparahan kerugian, manajer harus berhati-hati untuk memasukkan semua
kerugian yang mungkin bisa terjadi sebagai akibat suatu peristiwa tertentu, sebagaimana
dampaknya yang terakhir terhadap keuangan perusahaan yang bersangkutan.
Dampak keuangan terakhir dari suatu kerugian bahkan mungkin pula terabaikan dalam
mengevaluasi nilai rupiah dari sesuatu kerugian. Keparahan kerugian juga akan tergantung pada
jumlah unit yang terkena kerugian. Misalnya suatu perusahaan mempunyai beberapa gudang
yang letaknya berdekatan, maka kerugian akan lebih parah karena satu peristiwa kebakaran saja
bisa menghabiskan ketiga gudang itu.
Kerugian rata-rata ini dapat dibandingkan dengan premi asuransi yang harus dibayar, jika
perusahaan itu minta perlindungan asuransi.
Demikian pula frekuensi kerugian dan keparahan kerugian membantu peramalan kerugian dan
berapa penting kerugian itu yang mungkin terjadi dalam suatu bad year
KONSEP PROBABILITAS
Dalam menjelaskan konsep mengenai probabilitas kita awali dengan menggunakan konsep
sample space atau lingkup kejadian dan event suatu kejadian/peristiwa.
Apabila W(s) merupakan jumlah keseluruhan bobot dalam set S, dan W(E) merupakan julah
keseluruhan bobot dalam subset E, maka probabilitas (P), yang menunjukkan jumlah tabrakan
kendaraan sedan dapat diekspresikan sebagai berikut :
Dengan alur pemikiran yang sama pada probabilitas tidak terjadinya tabrakan mobil sedan adalah
:
Penafsiran yang kedua sangat berfaedah dalam menetapkan tindakan yang diambil berkenaan
dengan exposure tersebut:
1. Peristiwa yang saling pilah ( mutually exclusive event)
Dua peristiwa yang dikatakan saling pilah adalah apabila terjadinya peristiwa yang satu
menyebabkan tidak terjadinya peristiwa yang lainnya.
2. Compound event
Adalah terjadinya dua atau lebih peristiwa terpisah selama dalam jangka waktu yang
sama.metode untuk menentukan suatu compound outcome tergantung atas apakah outcomes
terpisah itu merupakan peristiwa yang bebas.
3. peristiwa bersyarat ( conditional outcomes )
Bagaimana jika dua peristiwa yang terpisah itu tidak bebas maka perhitungan compound
probabilitas lebih rumit.
4. Peristiwa yang insklusif
Misalkan kita berhadapan dengan dua atau lebih peristiwa yang tidak mempounyai hubungan
saling pilah dan kita menginginkan mengetahui probabiklitas terjadinya paling sedikit satuc
peristiwa diantara dua peristiwa atau lebih itu. Jika peristiwa itu lebih dari dua maka proses
perhitungannya lebih rumit. Maka dari itu disini akan disajikan hanya probabilitas bahwa paling
sedikit satu dari peristiowa tersebut itu yang akan terjadi. Jika peristiwa A dan peristiwa B
merupakan peristiwa yang terpisah, maka probabilitas terjadi paling sedikit satu peristiwa adalah
jumlah kedua probabilitas terjadinya A atau B dikurangi dengan probabilitas terjadinya kedua
peristiwa tersebut :
P ( A atau B ) = P (A) + P (B) P ( A atau B )
2. Koefisien Variasi
Koefisien variasi merupakan ukuran yang lebih berfaedah, sebab nilai-nilai harapan sering
melayani sebagai predicted value dan koefisien variasi itu menunjukkan relatif error dalam
peramalan atau prediction.
BAB 5
PENGENDALIAN RESIKO
PENDAHULUAN
Sesudah manajer resikomengidentifikasikan dan mengukur risiko yamg dihadapi
perusahaannya, maka ia harus memutuskan bagaimana menangani resiko tersebut. Ada dua
pendekatan dasar untuk itu :
1. Pengendalian Reasiko (risk control)
Pengendalian resiko, dijalankan dengan metode berikut :
a. menghindari resiko
b. Mengendalikan Resiko
c. Pemisahan
d. Kombinasi atau pooling
e. Pemindahan Resiko
2. Pembiayaaan Resiko (risk financing)
Pembiayaan Resiko, meliputi :
a. Pemindahan resiko melalui pembelian asuransi
b. Menanggung resiko (retention)
MENGHINDARI RESIKO
Salah satu cara mengendalikan resiko murni adalah menghindari harta, orang, atau kegiatan dari
exposure terhadap resiko dengan jalan :
1. Menolak memiliki, menerima, atau melaksanakan kegiatan itu walaupun hanya untuk
sementara
2. Menyerahkan kembali resiko yang terlanjur diterima, atau segera menghentikan kegiatan
begitu diketahui mengandung resiko. Jadi menghindari resiko berarti juga menghilangkan resiko.
ANALISIS KERUGIAN
Untuk mendapatkan informasi atas kerugian, maka pengendali kerugian perlu membangun :
1. Jaringan pemberi informasi
2. Formulir untuk melaporkan kerugian
ANALISIS HAZARD
Analisis Hazard tidak dapat dibatasi pada analisis hazard yang te;ah menyebabkan kecelakaan
saja. Perlu menyelidiki hazard yang mungki n akan muncul, berdasarkan pengalaman
perusahaan lain, atau pengalaman perusahaan asuransi. Misalnya hazard dalam produk baru
seperti obat baru merupakan hazard yang belum pernah dialami olehperusahaan lain, tapi melalui
percobaan laboratorium hazard itu mungkin ditemukan.
Alat-alat baru dalam menemukan hazard melalui inspeksi adalah :
1. Checklist
2. Fault free analysis
PEMINDAHAN RESIKO
Pemindahan resiko dapat dilakukian dengan tiga cara :
1. Harta milik atau kegiatan yang menghadapi resiko dapat dipindahkan kepada pihak lain,
baik dinyatakan dengan tegas, maupun berikut dengan berbagai transaksi atau kontrak
2. Resiko itu sendiri yang dipindahkan
3. Suatu risk financing transfer menciptakan suatu loss exposure untuk transferee. Pembatalan
perjanjian itu oleh transferee dapat dipandang sebagai cara ketiga dalam risk control transfer.
Dengan pembatalan itu, transferee tidak bertanggung jawab secara hukum untuk kerugian yang
semula ia setujui untuk dibayar.
BAB 6
PEMBELANJAAN RESIKO
(RISK FINANCING)
PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan dijelaskan pembelanjaan (pembiayaan) yang berhubungan dengan cara-cara
pengadaan dana untuk memulihlkan kerugian. Cara ini terdiri dari :
1. Risk financing transfer (memindahkan resiko disertai dengan pembiayaan)
2. Risk retention (resiko ditangani sendiri oleh perusahaan yang bersangkutan)
Noninsurance Transfer
Kebanyakan peminahan resiko kepada pihak nonasuransi ini dilakukan melalui kontrak-
kontrak bisnis biasa, dan melalui kontrak khusus untuk pemindahan resiko. Banyak isi kontrak
ini berkenaan dengan pemindahan tanggung jawab keuangan atas :
1. Harta
2. Kerugian atas net income
3. Kerugian personil
4. Tanggung-gugat (liabilities) kepada pihak ketiga
Definisi Asuransi
Asuransi dapat didefinisikan dari dua sudut pandangan. Pertama asuransi sebagai
perlindunganterhadap keuangan yang disediakan pihak insurer. Kedua, asuransi alat
penggabungan resiko dari dua atau lebih orang-orang atau perusahaan-perusahaan melalui
sumbangan aktual atau yang dijanjikan untuk membentuk dana guna membayar klaim. Dari
sudut pandangan orang yang diasuransikan asuransi merupakan peralatan retensi resio dan
kombinasi resiko.
BAB 8
SUATU PENDEKATAN KUALITATIF
DALAM PEMILIHAN METODE PENANGANAN RESIKO
PENDAHULUAN
Dalam praktek, disebabkan perubahan-perubahan yang cepat dari lingkungan resiko, perlunya
untuk bereaksi dengan cepat terhadap masalah yang mendesak, dan keterbatasan-keterbatasan
baik yang bersifat kelembagaan maupun yang berhubungan dengan faktor manusia, maka
seringkali manajer resiko pada suatu waktu terperangkap mengurusi satu bagian saja dari total
program manajemen resikonya.
PENDAFTARAN SEMENTARA
Dalam langkah pertama, manajer resiko harus menetapkan: pertama, kombinasi penutupan
asuransi yang dapat memberikan perlindungan terbaik terhadap resiko yang dihadapi perusahaan
yang bersangkutan. Tujuannya adalah untuk mengadaka perlindungan yang paling lengkap
dengan biaya yang paling murah.
Manajer resiko harus memilih limit dari kebijaksanaan yang memberi perlindungan, selengkap
mungkin. Umumnya limit kebijaksanaan dalam daftar sementara ini seharusnya sama dengan
kerugian maksimum yang mungkin, tetapi kadang-kadang kerugian ini melebihi penutupan
maksimum yang tersedia.
Sesudah manjer resiko menetapkan kombinasi penutupan yang terbaik dan limit
kebijaksanaan, maka ia membagi kontrak asuransi kedalam 3 golongan :
1. Penutupan yang esensial
2. Penutuoan yang diinginkan
3. Penutupan yang tersedia
Penutupan yang esensial ialah penutupan yang diwajibkan oleh undang-undang (misalnya
kompensasi tenaga kerja, ASTEK), atau yang diwajibkan oleh perjanjian (seperti perjanjian
dengan serikat buruh, perjanjian dengan pemberi hipotik, dan sebagaiya).
Walaupun metode asuransi yang telah dijelaskan di atas ditujukan pada pendekatan perencanaan
total resiko, tetapi juga bisa dimanfaatkan untuk program manajemen resiko yang berkenaan
dengan sesuatu resiko saja. Misalnya jika seseorang manajer resiko ingin membeli asuransi,
maka berfaedah mengelompokkan asuransi itu atas esensial, diinginkan dan tersedia.
BAB 9
PENDEKATAN KUANTITATIF DALAM PROSES PEMILIHAN
METODE PENANGANAN RISIKO
Pemilihan metode yang akan dipakai untuk menangani risiko berdasarkan pendekatan ini
dimulai dengan membuat sebuah tabel matrik kerugian yang mungkin yang memperlihatkan
berbagai kemungkkinan atau biaya yang harus dikeluarkan bagi setiap keputusan yang mungkin,
dan bagi setiap outcome yang mungkin.
Penerapan pendekatan ini agak terbatas, disebabkan oleh beberapa hambatan sebagai berikut :
1. Data yang diperlukan tidak ada atau tidak mencukupi.
2. Kemungkinan kurangnya pengalaman penggunaan cara ini.
Walaupun adanya keterbatasan tersebut di atas, pendekatan ini sangat bermanfaat dalam
menetapkan sesuatu keputusan manajemen yang penting.
MATRIK KERUGIAN
Untuk menggambarkan konsep matrik kerugian anggaplah bahwa sebuah gedung yang
memiliki oleh suatu perusahaan dihadapkan pada suatu kerugian karena kebakaran dan yang
akan terjadi adalah kerugian total atau sama sekali tidak ada kerugian. Selanjutnya anggaplah
bahwa manajer risiko harus memutuskan antara tiga (3) perangkat tindakan yaitu :
1. Untuk menanggung (retain) risiko.
2. Untuk menanggung (retain) risiko serta menambah beberapa usaha pengamanan sehingga
mengurangi kans suatu kebakaran.
3. Untuk membeli perlindungan asuransi.
Matrik kerugian di bawah ini memperlihatkan kerugian bagi setiap keputusan dari ketiga
kemungkinan tindakan dalam contoh ini, sebalum mempertimbangkan pengaruh pajak
pendapatan. Kerugian-kerugian itu jatuh ke dalam dua kategori :
1. Kerugian secara kebetulan yang akan terjadi hanya jika ada sesuatu kebakaran.
2. Biaya yang akan timbul baik ada kebakaran maupun tidak ada kebakaran.
Kerugian secara kebetulan (accidental losses) ini dapat dibagi lagi kedalam :
1. Yang dapat diasuransikan.
2. Yang tidak dapat diasuransikan.
Tabel 9.1
MATRIK KERUGIAN SEBELUM PAJAK
Keputusan Outcome
Kebakaran Tidak ada kebakaran
1
Menanggung risiko
Menanggung risiko dan menambah peralatan pengamanan
Rp. 12.000.000,-
Rp. 200.000.000,-
Rp. 12.000.000.-
Rp. 6.000.000.-
Rp, 218.000.000,-
Rp. 10.000.000,- _
Rp.6.000.000,-
Rp.6.000.000,-
Rp.10.000.000,-
Tabel 9.2
MATRIK KERUGIAN SESUDAH PAJAK
Keputusan Outcome
Kebakaran
1
3 Memikul risiko
Rp. 6.000.000,-
Rp. 106.000.000,-
Rp. 100.000.000,-
Rp. 6.000.000,-
Rp. 3.000.000,-
Rp. 109.000.000,-
Rp. 5.000.000,- _
_
_
Rp. 3.000.000,-
Rp. 3.000.000,-
Rp. 5.000.000,-
Misalnya suatu kerugian potensial yang akan menyababkan turunnya laba tiap saham 20%
adalah penting jika batas turunnya laba tiap saham yang masih bisa di tolerir adalah 10%, tetapi
tidak akan mencemaskan, jika tujuan perusahaan adalah mempertahankan keberadaannya. Begitu
pula bila tujuan adalah kestabilan laba dengan target fluktuasi turunnya laba harus kurang dari
30%, maka kemungkinan akan turunnya laba 20% tidaklah merisaukan.
Tabel 9.3
MATRIK KERUGIAN SESUDAH PAJAK
Keputusan Outcome
Kebakaran
1
2
3 Menanggung risiko
Rp. 6.000.000,-
Rp. 4.000.000,-
Rp. 110.000.000,-
Rp. 100.000.000,-
Rp. 6.000.000,-
Rp. 3.000.000,-
Rp. 3.000.000,-
Rp. 112.000.000,-
Rp. 5.000.000,- _
Rp. 4.000.000,-
Rp. 4.000.000,-
Rp. 3.000.000,-
Rp. 3.000.000,-
Rp. 6.000.000,-
Rp. 5.000.000,-
BAB 10
METODE KECEMASAN UNTUK
MENSELEKSI TEKNIK PENANGANAN RISIKO
PENDAHULUAN
Banyak variasi cara di mana seseorang manajer risiko dapat memilih teknik-teknik manajemen
risiko untuk dgunakan dalam suatu keadaan tertentu. Dua buah contoh penting yang sangat
disederhanakan telah digunakan untuk menggambarkan aplikasi dari metode kecemasan.
KASUS
Seorang manajer resiko dari sebuah perusahaan menengah harus menentukan bagaimana
menangani kerugian-kerugian harta benda yang potensial dari yang mungkin diderita perusahaan
tersebut karena memiliki bangunan dengan segala isinya dalam suatu lokasi pinggiran kota.
Kerugian-kerugian personil dan tanggung jawab sehubungan dengan kerugian-kerugian harta
benda itu dapat diabaikan.
Neraca perusahaan itu menunjukkan asset Rp 500.000.000,- utang Rp 300.000.000,- capital
dan retained earning sebesar Rp 200.000.000,-. Berdasarkan laporan operasi perusahaan tahun
laiu penjualannya adalah Rp 400.000.000,- pengeluaran Rp 350.000.000,- dan pendapatan
sebelum pajak Rp 50.000.000,-
Distribusi probabilitas dari kerugian selama tahun mendatang berbeda-beda tergantung apakah
sebuah sprinker otomatis digunakan atau tidak.
BAB 11
EKSPOSURE KERUGIAN TERHADAP PENDAPATAN
PENDAHULUAN
Kerugian harta yang sifatnya langsung dan tidak langsung, yang dibicarakan di sini pada
dasarnya tidaklah hanya kerugian-kerugian yang terjadi ketika hak milik tersebut rusak, hancur,
atau hilang saja. Perusahaan mungkin mengalami menurunnya pendapatan jika harta yang rusak
itu mengganggu produksi dan kegiatan lain, seluruhnya maupun sebagai akibatnya antara lain :
1. Menurunnya pendapatan atau
2. Meningkatnya biaya-biaya
Beberapa kejadian utama yang menurunkan pendapatan sabagai akibat dari kerugian kebetulan
yang terjadi terhadap hak milik termasuk :
1. Kerugian sewa
2. Tergantungnya kegiatan perusahan
3. Tergantungnya operasi perusahaan pemasok atau pemakai
4. Berkurangnya laba pada barang jadi
5. Pengumpulan piutang mengecil
KERUGIAN SEWA
Seandainya bangunan secara tidak sengaja rusak atau hancur, dan apabila perjanjian
menyebutkan bahwa penyewa tidak bertanggung jawab untuk membayar sewa selama periode
hak milik tersebut tidak dapat dipergunakan, maka si pemilik menderita rugi sewa, dikurangi
beberapa biaya selama masa untuk memperbaiki gedung itu sampai seperti semula.
Karena itu, trend, cyclical, dan faktor musim dipertimbangkan dalam memperkirakan kerugian
itu. Pembuatan daftar laba performa selama berbagai periode penutupan itu, sangat menolong
dalam memperkirakan kerugian-kerugian itu.
MENINGKATNYA BIAYA
Biaya bisa meningkat karena kebetulan kerugian terjadi pada bermacam-macam hal yang
termasuk :
1. Kerugian nilai sewa
2. Pengeluaran ekstra agar perusahaan tetap beroperasi
3. Pembatalan leasing
4. Kerugian penggunaan oleh penyewa yang terpaksa harus dipindahkan selama masa
perbaikan