Anatomi Perjalanan Sirkulus Willisi
Anatomi Perjalanan Sirkulus Willisi
SIRKULUS WILLISI
Oleh :
Budiman Ritonga
Pembimbing :
Dr. Tumpal Siagian Sp.S
FAKULTAS KEDOKTERAN
JAKARTA
PENDAHULUAN
Sirkulus willisi pada dasar otak merupakan pokok anastomosis pembuluh darah arteri
yang penting di dalam jaringan otak. Darah mencapai sirkulus willisi melalui a. carotis interna
dan a. vertebralis. Dua pertiga jatah darah serebral dialirkan ke sebagian besar serebrum dan
diensefalon melalui sistem karotis; dan sepertiga sisanya dialirkan ke medula oblongata, pons,
otak tengah, lobus temporal bagian medial dan inferior, lobus parietal, lobus oksipital, dan
serebelum melalui sistem vertebralis. Sirkulus willisi dibentuk oleh hubungan antara a. carotis
interna, a. basilaris, a. serebri anterior, a. komunikans anterior, a. serebri posterior, a. komunikans
posterior, dan a. vertebralis.
Pada pembuluh darah otak sering terjadi aneurisma. Aneurisma adalah kelainan pada
pembuluh darah berupa dilatasi atau pelebaran setempat yang tidak normal, dan berkaitan dengan
adanya kelemahan pada dinding pembuluh darah. Pecahnya aneurisma serebralis umumnya
menyebabkan terjadinya perdarahan subarachnoid (80%), namun dapat pula terjadi perdarahan
intraserebral, intraventrikular, atau subdural.
SISTEM ARTERI OTAK
Otak diperdarahi oleh dua pasang arteri yaitu a. karotis interna dan a. vertebralis. Di
dalam rongga kraniun keempat arteri ini saling berhubungan dan membentuk sistem anastomosis,
yaitu sirkulus arteri Willisi.
Arteri karotis interna berjalan horizontal ke depan melalui sinus kavernosus dan muncul
di sisi medial prosesus anterior dengan menembus durameter. Selanjutnya masuk ke ruang
subarachnoid dengan menembus arachnoid mater dan berputar ke belakang ke daerah substansia
perforata otak pada bagian ujung medial sulkus serebral lateralis.
Karotis interna berasenden melalui leher profunda menuju kanalis karotikus dari tulang
petrosus dan sinus-sinus kavernosus, arteri memberikan cabang-cabang kecil ke lantai dari
telinga tengah, dura dari klivus, ganglion semilunaris dari saraf trigeminalis dan kelenjar hipofise.
Di bawah muara kranialis dari kanalis optikus, karotis interna memasuki rongga subarachnoid
dan memberikan cabang a. oftalmika, membelok ke rostral dan berjalan di bawah saraf optikus
melalui kanalis optikus dan ke dalam orbita.
ARTERI VERTEBRALIS
Arteri vertebralis cabang bagian pertama a. subklavia, naik pada leher melewati foramen
prosesus transversus vertebra servikalis keenam. Arteri ini masuk ke kranium melalui foramen
magnum menembus pia meter dan arachnoid masuk ke ruang subarachnoid. Kemudian terus ke
atas, ke depan dan medial terhadap medulla oblongata. Pada atas bawah pons bersama-sama
pembuluh darah sisi lain membentuk a. basilaris.
Sebelum memasuki kranium, a. vertebralis membentuk siphon berbentuk S yang mungkin
mempunyai tujuan untuk melembabkan gelombang nadi yang datang. Arteri-arteri karotis
membentuk siphonnya di dalam sinus-sinus kavernosus. Arteri-arteri vertebralis juga melakukan
hal yang sama setelah muncul dari foramen transversal dari atlas. Arteri-arteri ini pertama
berjalan di posterior sepanjang massa lateral dari atlas, kemudian membelok ke atas dan medial
dan memasuki kavum kranialis pada masing-masing sisi dari medula oblongata.
Arteri basillaris terbentuk dari gabungan dua arteri vertebralis, naik ke atas dalam suatu
celah pada permukaan anterior pons. Pada batas atas pons membagi diri menjadi dua arteri
serebri posterior.
OBSTRUKSI
Gejala dan tanda obstruksi a. karotis interna dapat berupa hemiparalisa/ paresis sesaat
(terutama wajah dan lengan), disesthesia ringan (kesemutan, baal) ekstremitas kontralateral,
gangguan bicara sesaat (bila melibatkan hemisfer dominan). Tekanan bola mata ipsilateral
menurun. Gejala lain yang kerap terjadi adalah keluhan nyeri kepala ipsilateral.
Obstruksi pangkal a. serebri media biasanya merupakan akibat dari emboli. Cacat klinis
akibat infark (hemisfer dominan) karenanya dapat menampilkan gejala hemiparesis kontralateral
(terutama wajah dan lengan), hemianestesi kontralateral, afasia total, agrafia, aleksia, apraksia,
dan hemianopsia homonimus kontralateral.
Obstruksi a. striata akan menyebabkan infark nukleus kaudatus dan putamen serta bagian
dorsal kapsula interna. Tampilan klinis yang dapat terjadi adalah hemiplegi kontralateral tanpa
disertai afasia, dan kadang-kadang ada gangguan motorik ekstrapiramidal.
Obstruksi cabang-cabang yang memperdarahi daerah parietal, oksipital dan temporal
hemisfer dominan akan menyebabkan defisit motorik dan sensorik, kuadranopsia/ hemianopsia,
afasia sensorik, serta mungkin dapat juga terjadi aleksia, agrafia, akalkuli, apraksia ideokinetik,
dan agnosia jari.
Obstruksi a. striata medialis akan menyebabkan kelemahan otot wajah dan lidah
kontralateral, serta kadang-kadang juga lengan.
Obstruksi a. serebri anterior di atas korpus kalosum dan proksimal lobulus parasentralis
akan menyebabkan paralisa spastik dan gangguan korteks sensorik tungkai kontralateral. Kadang-
kadang juga terjadi kelemahan sfingter kandung kemih. Penyumbatan a. Serebri anterior yang
mengakibatkan infark di rostral korpus kalosum akan menampilkan dispraksia lengan kiri.
Obstruksi kedua a. serebri anterior akan menampilkan paralisa spastik kedua tungkai dan
inkontinensia urine, refleks gasping, apraksia, dan deviasi konjugat mata.
Obstruksi a. serebri posterior biasanya menyebabkan iskhemi korteks kalkarina sehingga
menyebabkan terjadinya hemianopsia homonimus lateral (sisi yang kontralateral). Bila terjadi
infark maka akan menimbulkan hemianopsia total.
ANEURISMA SEREBRAL
Definisi
Aneurisma adalah kelainan pada pembuluh darah berupa dilatasi atau pelebaran setempat yang
tidak normal, dan berkaitan dengan adanya kelemahan pada dinding pembuluh darah.
Epidemiologi
Ruptur aneurisma serebral terjadi 5/ 100.000/ tahun. Lebih dari setengahnya adalah hipertensif
dan kebanyakan adalah pada kelompok usia 45-60. Predominan wanita.
Etiologi
Selain karena aneurisma merupakan lesi kongenital, aneurisma juga dapat disebabkan oleh
adanya lesi degeneratif yang didapat, khususnya karena efek hemodinamik, atherosclerosis,
vaskulopati, dan kondisi dimana terjadi aliran yang cepat (misalnya pada malformasi
arteriovena), trauma, infeksi, obat-obatan, dan neoplasma.
Faktor resiko
Faktor resiko terjadinya aneurisma antara lain hipertensi, kebiasaan merokok, penggunaan
antikoagulan, pertambahan usia, jenis kelamin wanita, kontrasepsi oral, alkoholism,
penyalahgunaan obat, penyakit sel sabit, penyakit ginjal polikistik, displasia fibromuskular,
kelainan jaringan ikat dan riwayat rupturnya aneurisma
Klasifikasi.
Berdasarkan patologi, ukuran, dan lokasi :
A. Berdasarkan bentuk dan patologi
1. Aneurisma sakular
2. Aneurisma disekans
3. Aneurisma fusiform
B. Berdasarkan ukuran
1. Sangat kecil (<3 mm)
2. Kecil (4-6 mm)
3. Sedang (7-10 mm)
4. Besar (11-24 mm)
5. Raksasa/ sangat besar (>25 mm)
C. Berdasarkan lokasi
1. Aneurisma intrakranial di sirkulasi anterior
a. A. karotis interna
b. A. serebri anterior
c. A. serebri media
2. Aneurisma intrakranial di sirkulasi posterior
a. A. vertebralis
b. A. Basilaris
c. A. serebri posterior
Tindakan umum :
1. Istirahat baring di lingkungan tenang.
2. Analgesik untuk nyeri kepala.
3. Antiemetik untuk muntah.
4. Koreksi terhadap gangguan biokimia.
5. Tindakan terhadap komplikasi seperti vasospasme dan peningkatan TIK.
DAFTAR PUSTAKA
1. Chusid, J.G. Neuroanatomi Korelatif & Neurologi Fungsi Bagian I, Gajah Mada University
Press. 1983
2. Duus P, Diagnosis Topik Neurologi Anatomi, Fisiologi, Tanda, Gejala; Ed ke 2; EGC; Jakarta,
1994; 148-166, 309-38
3. http://angelfire.com/nc/neurosurgery/SAH.html
4. Snell R, Neuroanatomi Klinik; Ed ke 2; EGC; Jakarta, 1996; 539-44
5. Sobotta, Atlas Anatomi Manusia Bagian 1; Ed ke 20; EGC; Jakarta, 1997.