Penurunan Limbah Cair Bod Dan Cod Pada Industri Tahu Menggunakan Tanaman Cattail (Typha Angustifolia) Dengan Sistem Constructed Wetland
Penurunan Limbah Cair Bod Dan Cod Pada Industri Tahu Menggunakan Tanaman Cattail (Typha Angustifolia) Dengan Sistem Constructed Wetland
SKRIPSI
Disajikan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
Program Studi Kimia
Oleh :
Mika Septiawan Muhajir
NIM. 4350408054
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Hari : Jumat
Pembimbing I Pembimbing II
ii
PENGESAHAN
Disusun oleh
NIM : 4350408054
Panitia Ujian
Ketua Sekretaris
Ketua Penguji
iii
PERNYATAAN
hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian
atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila dikemudian hari
terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO :
Hendaknya kita tidak mengukur ilmu bukan dari tumpukan buku yang kita
habiskan, bukan dari tumpukan naskah yang kita hasilkan, bukan juga dari
penatnya mulut dalam diskusi panjang. Tetapi dari amal yang keluar dari setiap
desah nafas kita (Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah).
Orangorang yang hebat dalam bidang apapun bukan baru bekerja karena
mereka terinspirasi, namun mereka menjadi terinspirasi karena mereka bekerja.
Mereka tidak menyia-nyiakan waktu untuk menunggu terinspirasi (Ernest
Newman).
PERSEMBAHAN
Allah SWT atas segala nikmat, karunia
dan anugrahNya
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Penurunan Limbah Cair BOD dan COD Pada Industri Tahu Menggunakan
bantuan yang tidak ternilai harganya. Untuk itu, penulis menyampaikan rasa
terimakasih kepada:
4. Ibu Dra. Sri Mantini Rahayu Sedywati, M.Si. selaku Pembimbing I yang
5. Ibu F. Widhi Mahatmanti, S.Si, M.Si selaku Pembimbing II atas petunjuk dan
6. Ibu Nuni Widiarti, S.Pd, M.Si selaku Penguji Utama yang telah memberikan
7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Kimia yang telah memberikan bekal dalam
vi
8. Laboran serta teknisi laboratorium Kimia UNNES atas bantuan yang
9. Kedua orang tua khususnya keluarga besar dan saudara-saudara atas doa dan
12. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak
bagi pembaca.
Penulis
vii
ABSTRAK
Muhajir, Mika Septiawan. 2013. Penurunan Limbah Cair BOD dan COD
pada Industri Tahu Menggunakan Tanaman Cattail (Typha Angustifolia)
dengan Sistem Constructed Wetland. Skripsi, Jurusan Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.
Pembimbing Utama Dra. Sri Mantini Rahayu Sedyawati, M.Si dan
Pembimbing Pendamping F. Widhi Mahatmanti, S.Si, M.Si.
Limbah cair yang dihasilkan dari industri tahu masih mengandung padatan
tersuspensi dan terlarut yang dapat mencemari perairan, oleh karena itu harus
diturunkan kadarnya sebelum dibuang ke perairan. Salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah dengan cara biofilter. Biofilter yang digunakan adalah
menggunakan tanaman cattail (Thypa Angustifolia) dengan sistem Constructed
wetland yang bertujuan untuk mengetahui penurunan optimum kadar limbah cair
BOD, COD dan TSS pada limbah cair tahu. Hasil penelitian menunjukkan
penurunan kadar limbah cair BOD, COD, dan TSS pada industri tahu dengan
variasi waktu lama penanaman terendah terjadi pada waktu tinggal hari ke 5
dengan nilai BOD 640 mg/L (14,6%), COD 1072 mg/L (12,2%) dan TSS 520
mg/L (23,4%), sedangkan penurunan maksimum terjadi pada waktu tinggal hari
ke 20 dengan nilai BOD 177 mg/L (78%), COD277 mg/L (77,3%), dan TSS 146
mg/L (78%). Penurunan terendah limbah cair BOD, COD dan TSS pada variasi
berat tanaman cattail terjadi pada berat 1 kg dengan nilai BOD 400 mg/L
(38,2%), COD 752 mg/L (39,4%) dan TSS 353 mg/L (45,6%), sedangkan
penurunan maksimum terjadi pada berat cattail sebesar 4 kg dengan nilai BOD 80
mg/L (87,6 %), COD 165 mg/L (86,7%) dan TSS 63 mg/L (90,2%).
viii
ABSTRACT
Muhajir, Mika Septiawan, 2013. Liquid Waste Reduction Of BOD and COD
Tofu Industry Using Cattail (Typha angustifolia) with System Constructed
Wetland. Skripsi, Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Dra.
Sri Mantini Rahayu Sedyawati, M.Si dan Pembimbing Pendamping F. Widhi
Mahatmanti, S.Si, M.Si.
Wastewater was generated from industry tofu still contains suspended and
dissolved solid that can pollute the water, therefore must lowered the rate prior to
discharge into water. One of the ways that can be done by way of biofilter.
Biofilter using cattail plants (thypa angustifolia) constructed wetland system aims
to determine the optimum decreased levels of BOD, COD and TSS in the tofu
wastewater. The research showed decreased levels wastewater of BOD, COD and
TSS in the tofu wastewater with variation time of planting the lowest accurs
retention time of 5 days with a BOD value of 640 milligrams/L (14,6%), COD
1027 milligrams/L (12,2%), and TSS 520 milligrams/L (23,4%) while the
maximum decrease occured retention time of 20 days with a BOD value of 177
milligrams/L (78%), COD 277 milligrams/L (77,3%) and TSS 146 milligrams/L
(78%). Lowest decrease rate of effluent BOD, COD and TSS in the variation of
weight cattail plant accurs at weight 1 kg with BOD value 400 milligrams/L
(38,2%), COD 752 milligrams/L (39,4%) and TSS 353 milligrams/L (45,6%),
whereas the maximum decrease occurred in cattail weight 4 kg with value BOD
80 milligrams/L (87,6%), COD 165 milligrams/L (86,7%), and TSS
63 milligrams/L (90,2%).
ix
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ................................................................................................. iv
MOTTO .............................................................................................................. v
PERSEMBAHAN .............................................................................................. v
BAB I : PENDAHULUAN
x
2.2 Sumber Limbah Cair ................................................................. 5
xi
4.1.2 Penurunan Limbah Industri Tahu dengan Sistem
BAB V : PENUTUP
LAMPIRAN........................................................................................................ 49
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
7. Penurunan BOD, COD dan TSS dengan variasi lama penanaman ......... 29
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
8. Penurunan BOD, COD dan TSS dengan Variasi Lama Penanaman ....... 36
9. Penurunan Kadar BOD, COD dan TSS dengan Variasi Berat Cattail ..... 39
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xv
2.12 Berat 3 kg Selama 20 Hari .............................................................. 75
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
masyarakat akan sumber pangan sedangkan dampak negatif dari industri tahu
limbah padat (ampas tahu) dan limbah cair. Sebagian besar limbah cair yang
dihasilkan oleh industri pembuatan tahu adalah cairan kental yang terpisah dari
mengalami perubahan fisik, kimia, dan hayati yang akan menghasilkan zat
beracun atau menciptakan media untuk tumbuhnya kuman. Limbah akan berubah
warnanya menjadi coklat kehitaman dan berbau busuk. Bau busuk ini akan
maka akan mencemari sungai dan bila masih digunakan maka akan menimbulkan
Salah satu cara untuk mengetahui seberapa jauh beban pencemaran pada
air limbah adalah dengan mengukur BOD (Biological Oxygen Demand), dan
1
2
dalam limbah. COD (Chemical Oxygen Demand) adalah banyaknya oksigen yang
Santika, 1984).
proses yang menghasilkan nilai rata-rata BOD, COD total, dan TSS berturut-turut
adalah 3,500 mg/L, 7,300 mg/L, 5,600 mg/L. 500 mg/L (Romli, 2009). Hal ini
sangat jauh dari ambang batas yang ditentukan baku mutu air limbah industri tahu
oleh pemerintah menurut Perda Provinsi Jawa Tengah No.10 Tahun 2004 yaitu
pH 6-9; kadar BOD 150 mg/L, COD 275 mg/L; dan TSS 100 mg/L. Dengan
limbah cair BOD, COD dan TSS, maka proses pengolahan limbah yang wajib
Angustifolia) adalah jenis tumbuhan yang bersifat colonial. Tumbuhan ini juga
zat organik di badan air. Rizka (2005) menggunakan tanaman kanna (Canna sp)
tinggal 12 dan 15 hari. Penurunan kandungan BOD tertinggi terjadi pada waktu
3
tinggal 15 hari sebesar 81,6% dan penurunan kandungan TSS tertinggi sebesar
83,3%.
cocok untuk pengolahan limbah cair dengan sistem Constructed Wetland. Lahan
atau terkontrol yang telah didesain dan dibangun menggunakan proses alami yang
(Constructed Wetland) ada 2 (dua) tipe, yaitu sistem aliran permukaan (Surface
tanah, dan Sub-Surface Flow yaitu sistem aliran yang mengalir melalui bawah
tanah (Leady, 1997). Penelitian Supradata (2005) sistem aliran bawah permukaan
COD masing-masing sebesar 89% dan 70%. Menurut Awalina dan Meutia (2005)
tapioka dengan media tanah dan air dengan jenis tanaman canna dapat
Pada penelitian ini akan dilakukan penurunan limbah COD, BOD, dan
sebagai berikut :
wetland pada penurunan limbah BOD dan COD industri tahu menggunakan
Angustifolia) terhadap penurunan limbah cair BOD dan COD industri tahu?
Angustifolia) terhadap penurunan limbah cair BOD dan COD industri tahu.
mengolah air limbah tahu secara alamiah sehingga sistem ini juga dapat
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Limbah Cair
Air limbah (waste water) adalah air buangan dari masyarakat, rumah
tangga, industri, air tanah, air permukaan serta buangan lainnya (Sutapa DAI,
tertentu yang bila dimasukkan ke bahan air dapat mengubah kualitas airnya.
energi, zat-zat, atau komponen lain yang ada dalam air. Limbah cair mempunyai
Air limbah merupakan kotoran dari rumah tangga, industri, air permukaan
serta air permukaan lainnya. Air buangan ini bersifat kotor pada umumnya
(Sugiarto, 1987 : 36). Sumber limbah cair terdiri dari dua sumber yaitu sumber
domestik (rumah tangga), meliputi permukiman, kota, pasar, jalan, dan sumber
yang sangat bervariasi dari setiap tempat dan setiap waktu. Akan tetapi secara
5
6
garis besar zat-zat yang terdapat dalam air limbah dapat dikelompokkan seperti
gambar 1 :
Air limbah
- Protein(65%) - Butiran
- Karbohidrat(25%) - Garam
- Lemak(10%) - Metal
kedelai, bahan yang digunakan adalah batu tahu (CaSO4), Asam cuka
pati, membuat tahu semakin padat, dan mempersatukan pati. Tahu merupakan
salah satu sumber makanan yang berasal dari kedelai yang mengandung protein
tinggi, dimana dalam 100 g tahu mengandung 68 g kalori, protein 7,8 g, lemak
4,6 g, hidrat arang 1,6 g, kalsium 124 g, fosfor 63 mg, besi 0,8 mg, vitamin B 0,06
kedelai
air
Pencucian kedelai Kotoran limbah cair
penggilingan
penggumpalan whey
pencetakan whey
pemotongan
tahu
tahu
Hasil analisis kualitas limbah tahu yang ada di Jateng disajikan pada tabel
berikut ini :
a. Padatan tersuspensi
b. Kekeruhan
dan protein) yang mengalami peruraian serta bahan koloid yang sukar
mengendap.
c. Bau
Sifat bau limbah disebabkan karena zat-zat organik yang telah berurai
nitrogen, sulfur dan fosfor yang berasal dari pembusukan protein yang
d. Temperatur
kimiawi dan biologis. Pada suhu tinggi pengentalan cairan berkurang dan
mengurangi sedimentasi. Tingkat zat oksidasi lebih besar daripada suhu tiggi
e. Warna
Warna dalam air disebabkan adanya ion-ion logam besi dan mangan
(secara alami), humus, plankton, tanaman air dan buangan. Warna berkaitan
nyata.
Catatan :
menentukan beban pencemaran akibat air buangan penduduk atau industri, dan
untuk mendesain sistem pengolahan biologis bagi air yang tercemar tersebut.
Pemecahan bahan organik diartikan bahwa bahan organik ini digunakan oleh
organisme sebagai bahan makanan dan energinya diperoleh dari proses oksidasi
untuk oksidasi bahan organik, juga digunakan dalam proses sintesa sel serta
oksidasi sel dari mikroorganisme. Oleh karena itu uji BOD ini tidak dapat
terdapat di dalam air, tetapi hanya mengukur secara relatif jumlah konsumsi
banyak oksigen yang dikonsumsi, maka semakin banyak pula kandungan bahan-
Oksigen yang dikonsumsi dalam uji BOD ini dapat diketahui dengan
menginkubasikan contoh air pada suhu 20C selama lima hari. Untuk
sebenarnya dibutuhkan waktu lebih dari 20 hari, tetapi untuk prasktisnya diambil
11
waktu lima hari sebagai standar. Inkubasi selama 5 hari tersebut hanya dapat
oksigen terlarut dalam sampel yang disimpan dalam botol tertutup rapat,
terlarutnya. Botol yang tersisa diukur oksigen terlarutnya pada hari ke nol dengan
pekat. Setelah itu ditambah 3 tetes amilum dan dititrasi dengan larutan natrium
COD atau kebutuhan oksigen kimia (KOK) adalah jumlah oksigen yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik yang ada dalam satu liter sampel
merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara alamiah
oksigen terlarut di dalam air. Sebagian besar zat organik melalui tes COD ini
CaHbOc + Cr2O72- + H+ E
CO2 + H2O + 2Cr3+
Ag2SO4
klorida yang pada umumnya ada di dalam air buangan untuk memastikan bahwa
hampir semua zat organik habis teroksidasi maka zat pengoksidasi K2Cr2O7 masih
harus tersisa sesudah direfluks. K2Cr2O7 yang tersisa menentukan berapa besar
oksigen yang telah terpakai. Sisa K2Cr2O7 tersebut ditentukan melalui titrasi
dengan Ferro Ammonium Sulfat (FAS). Reaksi yang berlangsung adalah sebagai
berikut.
disaat warna hijau biru larutan berubah menjadi coklat merah. Sisa K2Cr2O7
dalam larutan blanko adalah K2Cr2O7 awal, karena diharapkan blanko tidak
mengandung zat organik yang dioksidasi oleh K2Cr2O7 (Alaerts dan Santika,
1984).
TSS (Total Suspended Solid) adalah residu dari padatan total yang tertahan
oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal atau lebih besar dari ukuran
partikel koloid. Bagian yang termasuk TSS adalah lumpur, tanah liat, logam
oksida, sulfida, ganggang, bakteri dan jamur. TSS umumnya dihilangkan dengan
perairan sehingga nilai kekeruhan tidak dapat dikonversi ke nilai TSS (Sutrisno
sampel. Kekeruhan adalah murni sebuah sifat optic pola dan intensitas sebaran
akan berbeda akibat perubahan dengan ukuran dan bentuk partikel serta materi.
(Sugiharto, 1987).
colonial. Tumbuhan ini juga mempunyai rizom serta berbentuk panjang dan
jangka hayat selama beberapa musim dan akan terus membiak apabila mencapai
Typha Angustifolia
Jenis tamanan yang sering digunakan untuk lahan basah buatan adalah
jenis tanaman air atau tanaman yang tahan hidup diair tergenang (Submerged
plants atau amphibiuos plants). Pada umumnya tanaman air tersebut berdasarkan
didalam air ketiga tipe tanaman air tersebut adalah sebagai berikut :
memiliki sistem perakaran pada tanah di dasar perairan dan daun berada jauh
b. Tanaman yang mengambang dalam air, merupakan tanaman air yang seluruh
akar dan batangnya berada dalam air, sedangkan daun diatas permukaan air
(Supradata, 2005).
sangat lebat, daun yang berbentuk tirus panjang (narrow-leave), dan agak lebar
menyediakan oksigen di zona akar tanaman dan untuk menambah luas permukaan
bagi pertumbuhan mikroorganisme yang tumbuh di zona akar selain itu tanaman
15
juga dapat menyerap logam dari air limbah yang diolah (Hidayah dan Wahyu,
2010).
dirancang untuk menarik keuntungan hakiki dari perbaikan fungsi kualitas air
pada lahan basah alami (dimana rawa adalah salah satu bagian dari lahan basah)
rupa sehingga proses perbaikan kualitas air secara khusus meliputi pengendalian
secara benar maka sistem ini mampu secara efektif memurnikan kembali limbah
cair dengan menggunakan proses yang sama terjadi pada wetland alamiah yang
terdiri atas tumbuhan, tanah dan komunitas mikrobial yang terkait, tetapi dalam
disempurnakan oleh Metcalf & Eddy (2003), menjadi sistem yang termasuk
area yang sudah ada secara alami, contohnya daerah rawa. Kehidupan biota dalam
lahan basah alamiah sangat beragam. Debit air limbah yang masuk, jenis tanaman
16
dan jarak tumbuh pada masing-masing tanaman tidak direncanakan serta terjadi
organik, kedalaman media, jenis tanaman lainnya, sehingga kualitas air limbah
yang keluar dari sistem tersebut dapat dikontrol sesuai dengan yang dikehendaki
oleh pembuatnya. Secara umum sistem pengolahan limbah dengan lahan basah
buatan (Constructed Wetland) ada 2 (dua) tipe, yaitu sistem aliran permukaan
(Surface FlowConstructed Wetland) atau FWS (Free Water System) dan sistem
dikenal dengan sistem SSF-Wetlands (Leady, 1997). Perbedaan sistem aliran dari
kedua sistem Lahan Basah tersebut dapat dilihat secara rinci pada Gambar 4.
berikut ini :
dan umumnya digunakan pada sistem lahan basah buatan tipe aliran
atau sering disebut juga amphibiuos plants dan biasanya digunakan untuk
dengan sistem wetland lebih dianjurkan karena beberapa alasan sebagai berikut :
Proses pengolahan air limbah dengan sistem ini dipengaruhi oleh media
yang sangat berpengaruh terhadap kinerja sistem wetland. Media reaktor lahan
Wetland) secara umum dapat berupa tanah, pasir, batuan atau bahan-bahan
berpengaruh terhadap waktu detensi air limbah, dimana waktu detensi yang cukup
18
serta oksigen yang dikeluarkan oleh akar tanaman (Tangahu & Warmadewanthi,
2001).
SSF wetlands berdasarkan media yang digunakan dapat dilihat pada tabel 3 :
kaya akan oksigen diseluruh permukaan rambut akar. Oksigen tersebut mengalir
ke akar melalui batang setelah berdifusi dari atmosfir melalui pori-pori daun.
(2001), yang menyatakan bahwa pelepasan oksigen disekitar akar (rizosfer) terjadi
karena jenis tanaman hydrophyta mempunyai ruang antar sel atau lubang saluran
perakaran.
BAB III
METODE PENELITIAN
Unit 1 Jawa Tengah untuk analisis kadar BOD, COD dan TSS pada limbah
industri tahu.
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah limbah cair tahu yang
dihasilkan dari industri tahu di Desa Sumur Jurang, Kecamatan Gunung pati,
penanaman.
3.3.2 Variabel terikat adalah variabel yang menjadi titik pusat penelitian,
dalam hal ini adalah penurunan angka limbah tahu BOD, COD dan
TSS.
3.3.3 Variabel terkendali yaitu variabel yang dijaga dalam penelitian ini
19
20
mL, Pipet tetes, Labu ukur 1000 mL, Botol Winkler yang volumenya telah
3.4.2 Bahan
Ag2SO4 (Mr = 311,79 g/mol; merek = E. Merck), pembuatan larutan perak sulfat -
asam sulfat (Ag2SO4. H2SO4), Indikator feroin, larutan standar FAS (Fe (NH4)2
(SO4)2) 0,1 N (Mr = 390,00 g/mol; merek = E. Merck), larutan Na2SO3 0,1 N (Mr
wetland yang terdiri dari model surface wetland dan sub surface wetland
jumlah daun, batang, dan tinggi tanaman yang sama. Selanjutnya akar tanaman
cattail ditimbang dengan berat 1 kg, 2 kg, 3 kg dan 4 kg, untuk variasi kebutuhan
21
dalam penelitian. Media wetland yang disiapkan berupa ember yang berisi tanah,
pasir dan kerikil sebanyak 4 ember untuk proses constructed wetland. Air limbah
dalam penelitian ini menggunakan air limbah industri tahu dari Desa Sumur
pada pagi hari sekitar pukul 09.00 WIB ketika industri tahu melakukan proses
produksi. Pengambilan sampel dilakukan dari satu titik dengan volume yang sama
hingga volume sampel total ditampung dalam jerigen 20 L yang dibilas terlebih
dahulu dengan air limbah itu sendiri. Kemudian jerigen ditutup rapat dan dipererat
Tanaman Cattail yang digunakan untuk penelitian ini dipilih yang satu
sama lain saling berdekatan. Setelah itu tanaman cattail diseleksi, dicuci dengan
air sumur sampai bersih untuk menghilangkan kotoran dalam akar tanaman
cattail. Tanaman diaklimatisasi dengan cara ditanam pada ember yang berisi
Tujuan pemeliharaan tanaman cattail pada air limbah tanaman cattail pada
masing-masing bak yang berisi media serta tanaman cattail untuk proses
constructed wetland, hitung kadar BOD, COD dan TSS limbah awal sebelum
TSS sampel limbah cair tahu menggunakan sistem Subsurface wetland dan
Surface wetland dengan berat tanaman cattail 2 kg dan lama penanaman selama
10 hari untuk mencari hasil optimum. Setelah mendapatkan metode yang lebih
baik antara Subsurface dan Surface wetland, dilakukan perlakuan berat tanaman
selanjutnya menggunakan tanaman cattail dengan variasi berat 1 kg, 2 kg, 3 kg,
Tanah
pasir
kerkil cattail
Tanah
pasir
kerkil
Hasil limbah
Hasil limbah
tabung COD beserta isinya dimasukkan kedalam reactor COD, tekan tombol on
tombol of, kemudian tabung COD dituangkan kedalam erlenmeyer dan tabung
feroin dan dilakukan titrasi dengan Ferro Ammonium Sulfat (FAS) 0,1 N.
Selanjutnya dilakukan perhitungan kadar COD limbah cair industri tahu yang
- Perhitungan COD
(Dwinanto, A. 2009)
- Keterangan :
A = mL titran blangko
B = mL titran sample
N = Normalitas FAS
Be O2 = 8000
P = Pengenceran
25
mL MnSO4 dan 1 mL larutan alkali azida, tutup sampel dan kocok dengan
tutup kembali, kocok kembali sampai endapan larut. Masukkan secara kuantitatif
kedalam erlenmeyer yang berisi larutan jernih, diaduk hingga homogen. Titrasi
larutan dengan natrium thiosulfat 0.1 N sampai warna kuning muda, tambahkan 1
2 mL indikator kanji sampai warna biru dan lanjutkan titrasi sampai warna biru
hilang. Lakukan hal sama dengan blanko. ( Alaerts dan Santika, 1984).
(Dwinanto, A. 2009)
peralatan vakum. Saringan dibasahi dengan sedikit aquades. Contoh uji diaduk
dengan pengaduk magnetik untuk memperoleh contoh uji yang lebih homogen.
Contoh uji dipipet dengan volume tertentu, pada waktu contoh diaduk dengan
dicuci dengan 3x10 mL air suling, dibiarkan kering sempurna, dan dilanjutkan
Kemudian contoh uji dengan padatan terlarut yang tinggi memerlukan pencucian
tambahan. Kertas saring dipindahkan secara hati-hati dari peralatan penyaring dan
dikeringkan dalam oven minimal selama 1 jam pada suhu 103 sampai dengan
- Perhitungan TSS
(Dwinanto, A. 2009)
C = berat cawan(mg)
BAB IV
Pada penelitian ini telah dilakukan penurunan limbah cair dari industri
Kegiatan penelitian meliputi analisis kadar BOD, COD, dan TSS menggunakan
berasal dari sisa pengepresan. Suhu limbah pada tanggal 24 Desember 2012 saat
dianalisis BOD, COD, TSS dan pH untuk mengetahui kualitas dari limbah
tersebut. Hasil analisis limbah cair tahu dapat dilihat pada tabel 4.
Sumur Jurang tidak layak dibuang langsung ke perairan karena nilai BOD, COD,
TSS dan pH nya melebihi baku mutu air limbah. Dengan demikian limbah perlu
27
28
cattail.
terbaik dalam menurunkan kadar limbah cair industri tahu. Hasil pengukuran
terhadap parameter uji (BOD, COD dan TSS) menggunakan perbandingan sistem
BOD, COD dan TSS pada limbah industri tahu. Kedua tabel tersebut
29
prosentase BOD 30,3%, COD 20%, dan TSS 17,9%, yang lebih baik
kadar dengan prosentase BOD 23,3%, COD 13,3% dan TSS 6,8%. Berdasarkan
hasil tersebut menunjukkan bahwa sistem SubSurface wetland lebih baik dalam
menurunkan kadar BOD, COD dan TSS dibandingkan dengan sistem Surface
wetland.
dan TSS
menurunkan kadar BOD, COD dan TSS yang lebih baik dibandingkan dengan
cattail untuk mengetahui penurunan maksimum kadar BOD, COD dan TSS
terhadap variasi waktu penanaman selama 5, 10, 15 dan 20 hari dengan berat
tanaman cattail sebanyak 2 kg. Hasil analisis kadar BOD, COD dan TSS terhadap
pada hari ke 5 dengan nilai BOD 640 mg/L (14,6%), COD 1072 mg/L (12,2%)
dan TSS 520 mg/L (23,4%), sedangkan penurunan optimum kadar BOD, COD
dan TSS pada penelitian terjadi pada hari ke 20 dengan nilai BOD 177 mg/L (78
%), COD 277 mg/L (77,3%) dan TSS 146 mg/L (78%).
Hasil pemeriksaan BOD, COD dan TSS dari keempat reaktor bak wetland
dengan variasi berat tanaman sebesar 1, 2, 3 dan 4 kg selama 20 dapat dilihat pada
tabel 8.
Tabel 8. Penurunan kadar BOD, COD dan TSS dengan variasi berat cattail
1 kg dengan nilai BOD 400 mg/L (38,2%), COD 752 mg/L (39,4%) dan TSS
353 mg/L (45,6%), sedangkan penurunan maksimum terjadi pada berat cattail
4 kg dengan nilai BOD 80 mg/L (87,6 %), COD 165 mg/L (86,7%) dan TSS
63 mg/L (90,2%). Hasil Penurunan BOD, COD dan TSS dengan berat cattail 4 kg
ternyata sudah masuk dalam baku mutu air limbah yang layak dibuang diperairan.
31
4.2 Pembahasan
Parameter uji penurunan kadar limbah cair pada industri tahu di Desa
COD dan TSS yang menggunakan tanaman cattail (Thypa Angustifolia) dengan
sistem constructed wetland. Penentuan nilai BOD pada percobaan ini adalah
dalam larutan pada keadaan alkalis, sehingga terjadi endapan MnO2. Penambahan
asam sulfat dan kalium iodida menyebabkan dibebaskannya iodin yang ekuivalen
dengan metode titrasi iodometri dengan larutan standard tiosulfat dan indikator
kanji.
adalah lebih mudah karena hanya dilakukan cara titrasi, lebih teliti dan akurat
apabila dibandingkan dengan cara alat DO meter. Hal yang perlu diperhatikan
dalam titrasi iodometri ialah penentuan titik akhir titrasinya, standarisasi larutan
32
memperhatikan suhu dan salinitas sampel yang akan diperiksa. Disamping itu,
sebagaimana lazimnya alat yang digital, peranan kalibrasi alat sangat menentukan
oksigen terlarut dengan cara titrasi lebih dianjurkan untuk mendapatkan hasil yang
lebih akurat. Alat DO meter masih dianjurkan jika sifat penentuannya hanya
bersifat kisaran.
Penentuan nilai COD pada penelitian ini dengan titrasi metode refluks
campuran Ag2SO4 dan H2SO4 kemudian mulut tabung COD ditutup rapat,
dalam COD reaktor, yang dioperasikan pada suhu 1500C selama 120 menit.
2 tetes indikator ferroin, dan dititrasi dengan larutan Ferro Ammonium Sulfat
(FAS) 0,1 N. Analisis BOD, COD dan TSS dilakukan pada limbah industri tahu
Berdasarkan hasil pengukuran BOD, COD dan TSS limbah awal pada
tabel 4, maka limbah tahu Sumur Jurang belum layak dibuang langsung ke
perairan karena nilai BOD, COD dan TSS nya masih melebihi ambang batas baku
mutu limbah tahu, terutama nilai BOD, COD dan TSS, sehingga perlu perlakuan
33
terlebih dahulu sebelum dibuang ke perairan. Pada penelitian ini perlakuan limbah
lain dari sistem ini adalah relatif tahan dengan debit limbah yang bervariasi,
(Suriawiria, U. 1993).
limbah cair industri tahu. Constructed wetland pada sistem ini menggunakan
aliran horisontal pada SubSurface wetland dan aliran vertikal Surface wetland.
Hasil pengukuran terhadap uji BOD, COD dan TSS menggunakan perbandingan
1000 944
900 858
800
693
700 640 621
Kadar mg/L
600 547
BOD
500
COD
400 TSS
300
200
100
0
SSFW SFW
cair BOD, COD dan TSS tertinggi adalah menggunakan sistem horizontal
35
subsurface wetland dengan kandungan BOD 640 mg/L (30,3%), COD 858 mg/L
(20%) dan TSS 547 mg/L (17,9%) dari kadar limbah awal dimana BOD sebesar
1232 mg/L, COD sebesar 800 mg/L dan TSS sebesar 667 mg/L. Sedangkan
penurunan kadar limbah cair BOD, COD dan TSS dengan sistem vertikal Surface
wetland menghasilkan kandungan kadar BOD 693 mg/L (23,3%), COD 944 mg/L
Ditinjau dari pola aliran air limbah terlihat bahwa aliran air limbah yang
masuk secara horizontal kedalam lahan basah ternyata lebih efektif menurunkan
kadar pencemaran (COD, BOD dan TSS) daripada yang mengalir secara vertical
kebawah. Sistem horizontal subsurface wetland (aliran dari bawah) lebih efektif
untuk proses berlangsungnya degradasi secara simultan antara kondisi aerobik dan
aliran dari atas (vertical surface wetland) yang kontak awal berlangsungnya
menghasilkan penurunan kadar BOD, COD dan TSS yang rendah karena adanya
kelemahan pada reaktor tersebut. Salah satu kelemahan reaktor vertical adalah
kemungkinan adanya aliran pendek yang terjadi dalam reaktor dimana air limbah
yang masuk sebagai influen akan melewati jalur terpendek untuk dapat keluar dari
reaktor. Hal ini menyebabkan air limbah tidak mencapai akar-akar cattail dengan
optimal dan merata. Air limbah akan sulit didegradasi sempurna karena air limbah
hanya mencapai permukaan tanah sehingga proses pengolahan yang terjadi akan
36
4.2.2 Penurunan BOD, COD dan TSS terhadap variasi waktu penanaman
menurunkan kadar BOD, COD dan TSS, langkah selanjutnya untuk mengetahui
penurunan maksimum dalam penurunan kadar BOD, COD dan TSS terhadap
variasi waktu penanaman selama 5, 10, 15 dan 20 hari dengan berat tanaman
cattail 2 kg. Hasil pengukuran uji BOD, COD dan TSS terhadap variasi waktu
1200
1072
1000
837
800
Kadar mg/L
266 277
245
200 177
146
0
5 Hari 10 Hari 15 Hari 20 Hari
besar penurunan kadar BOD, COD dan TSS pada limbah tahu. Setelah perlakuan
kadar BOD, COD dan TSS mengalami penurunan pada hari ke 5 dengan nilai
kadar BOD 640 mg/L (14,2%), COD 1072 mg/L (12,9%) dan TSS 520 mg/L
(21,5%). Penurunan yang sangat maksimum terjadi pada hari ke 20 dengan nilai
BOD 177 mg/L (77,8%), COD 277 mg/L (77,1%), sedangkan TSS 146 mg/L
(78,4%).
terdegradasi secara biologis). Hal senada juga dinyatakan oleh Tebbut (1977),
bahwa komposisi padatan yang terdapat dalam limbah industri tahu 70%
merupakan bahan organik. Hal ini disebabkan dari hasil proses biodegradasi oleh
besar bahan organik dalam air limbah yang akan mempengaruhi konsentrasi
BOD, COD dan TSS pada awal penelitian. Disamping itu proses pengolahan
secara fisik (filtrasi dan sedimentasi) yang terjadi di dalam media reaktor cukup
besar pada hari ke-20 sehingga mempengaruhi penurunan konsentrasi BOD, COD
sedimentasi juga terjadi dalam sistem lahan basah buatan aliran bawah permukaan
(SSF-Wetlands) tersebut. Proses filtrasi dilakukan oleh media dan akar tanaman
yang terdapat dalam reaktor, dimana proses tersebut terjadi karena kemampuan
Hasil penelitian ini menunjukkan kadar nilai BOD, COD dan TSS terjadi
penurunan walaupun masih dibawah standar baku mutu limbah industri tahu
kinerja yang tidak jauh berbeda dengan jenis tanaman yang telah umum
COD dan TSS berturut-turut sebesar 64%, 67%,dan 65% selama 10 hari waktu
tinggal. Oleh sebab itu perlu dilakukan suatu perlakuan untuk menghasilkan
penurunan yang lebik baik yaitu dengan merubah variasi berat tanaman cattail
baik.
4.2.3 Penurunan maksimum kadar BOD, COD dan TSS terhadap variasi
berat tanaman
Penurunan kadar BOD, COD dan TSS terhadap variasi waktu
penanaman dapat menurunkan kadar BOD, COD dan TSS , akan tetapi hasil
tersebut masih belum layak untuk dibuang keperairan sehingga masih dibutuhkan
39
Berdasarkan hasil pemeriksaan BOD, COD dan TSS dari keempat reaktor bak
800 752
700
600
500
Kadar mg/L
400 BOD
400 353
330 COD
300 261 TSS
0
1 Kg 2Kg 3Kg 4Kg
penurunan kadar BOD, COD dan TSS dengan lama penanaman selama 20 hari
sangat signifikan dari limbah awal. Hasil penurunan terendah terjadi pada berat
400 mg/L (41,8%), COD 400 mg/L (41,8%), dan TSS 353 mg/L (45,6%),
nilai BOD sebesar 80 mg/L (86,7%), COD 165 mg/L (88,8%), dan TSS 63 mg/L
(90,2%).
Gambar 9 menunjukkan penurunan kadar BOD, COD dan TSS pada hari
ke 20 dengan berat 1 kg sudah terjadi penurunan selama proses wetland. Hal ini
menunjukkan berat jumlah tanaman dan lama waktu tinggal ternyata akan
meningkatkan penurunan kadar BOD, COD dan TSS yang terjadi. Semakin lama
waktu kontak antara air limbah dengan biomassa maka proses degradasi
kinerja reaktor akan semakin baik dan konsentrasi effluent yang dihasilkan juga
semakin rendah.
memakai tanaman kayu apu dengan variasi berat tanaman dari 50 gram sampai
250 gram dengan waktu penanaman selama 7 hari dapat menurunkan kadar BOD,
COD dan TSS pada limbah cair tahu di Dusun Klero Sleman Yogyakarta. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penurunan kadar BOD, COD dan TSS terjadi pada
berat 250 gram dengan waktu tinggal optimal adalah 7 hari dapat menurunkan
prosentase BOD sebesar 91,7%, COD 89,9%, dan TSS 84,6%. Hal ini
menunjukkan bahwa biomassa tanaman kayu apu hanya dengan berat 50 - 250
gram mampu menurunkan kadar BOD, COD dan TSS. Perbedaan penurunan
kadar BOD, COD dan TSS disebabkan karena untuk biomassa 250 gram terdapat
banyak tanaman yang rusak, daun - daun yang telah rusak dan terendam air
bahan organik dalam air limbah sehingga oksigen yang terlarut menjadi berkurang
Tanaman cattail memiliki rongga batang yang banyak, akar lebat dan daun
tanaman cattail sangat kuat tidak seperti tanaman air lainnya sehingga resiko
biomassa atau berat tanaman sangat mempengaruhi proses penurunan kadar BOD,
COD dan TSS. Semakin kecil berat tanaman akan semakin besar kemungkinan
tanaman tersebut akan mati mengakibatkan proses penurunan kadar limbah cair
penurunan maksimal kadar limbah BOD, COD dan TSS. Tanaman kayu apu sama
hal nya dengan tanaman jenis air lainnya, akan tetapi dari segi kemampuan untuk
menurunkan kadar BOD, COD dan TSS tanaman cattail cenderung lebih baik
permukaan air limbah. Keberadaan tanaman tersebut dapat menyerap zat organik
yang terdapat dalam air limbah. Semakin banyak tanaman, maka semakin banyak
bahan organik yang terserap dan bahan organik yang harus didegradasi oleh
didegradasi oleh mikrobia, maka kandungan oksigen dalam air limbah semakin
tinggi. Oksigen terlarut dalam air limbah juga semakin banyak karena adanya
suplai oksigen dari hasil fotosintesis tanaman. Jadi semakin banyak tanaman,
42
maka nilai BOD semakin kecil yang berarti semakin baik kualitas air limbah
tersebut.
mengoksidasi bahan organik dalam air secara kimiawi. Jika bahan organik yang
oksigen untuk proses pembusukannya. Nilai COD biasanya lebih tinggi dari pada
nilai BOD karena bahan buangan yang dapat dioksidasi melalui proses kimia
lebih banyak dari pada bahan buangan yang dapat dioksidasi melalui proses
biologi.
mulai mengendap sehingga bahan buangan di air limbah juga berkurang. Selain
itu, sebagian bahan buangan telah teroksidasi dan sebagian lagi juga telah terserap
oleh tanaman sehingga juga mengurangi nilai COD. Penurunan ini juga
dikarenakan suplai oksigen terlarut cukup banyak terutama dari hasil fotosintesis
efektif.
pada daerah sekitar perakaran (zona rhizosphere). Kondisi zona rhizosphere yang
tersuspensi di dalam air. TSS (Total Suspended Solid) adalah berat mg/L kering
lumpur yang ada dalam air limbah setelah mengalami penyaringan dengan
membran berukuran 0,45 mikron. Analisa TSS atau padatan tersuspensi penting
yang larut dalam air, mineral, dan garam. Aplikasi dalam penurunan nilai TSS
digunakan sebagai dasar pengolahan dan pengawasan air minum atau air buangan.
memiliki akar serabut yang dapat menjadi tempat menempelnya koloid yang
Endapan dan koloid serta bahan terlarut yang berasal dari bahan buangan yang
berbentuk padat akan mengendap di dasar bila tidak dapat larut dan sebagian akan
menjadi koloidal bila dapat larut. Endapan yang tidak dapat larut sebelum
mencapai dasar akan melayang-layang dalam air bersama koloidial. Akar tanaman
cattail yang panjang dan lebat dapat menjangkau area yang lebih dalam dan luas
sehingga dapat lebih banyak menyerap nutrien seperti senyawa organik, phospat
dan nitrogen dalam tanah serta mentransfer oksigen ke dalam dasar media dan
Reaksi yang terjadi pada proses penguraian bahan organik baik secara
kesempatan pada bakteri yang terdapat rhizosphere untuk tumbuh dan beradaptasi,
Media yang digunakan dalam reaktor wetland berupa tanah, pasir dan
sangat berpengaruh terhadap waktu detensi air limbah, dimana waktu detensi yang
limbah (Kurniawan, 2005). Menurut Crites & Tchobanoglous (1998), media pasir
aliran air limbah yang masuk dalam reaktor. Penurunan debit air limbah ini akan
limbah. Proses penurunan kandungan kadar limbah BOD, COD dan TSS dalapada
(Thypa Angustifolia) dalam variasi waktu penanaman dan jumlah berat tanaman
cattail mampu menurunkan kadar BOD, COD dan TSS sehingga hasil yang
diperoleh layak dibuang keperairan dan sesuai baku mutu limbah industri tahu.
BAB V
PENUTUP
V.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat
prosentase kadar BOD sebesar 14,6%, COD : 12,2% dan TSS : 23,4%, dan
COD :39,4% dan TSS : 45,6%, dan penurunan maksimum terjadi pada berat
4 Kg dengan prosentase BOD sebesar 86,7%, COD : 88,8 % dan TSS: 90,2%.
5.2 Saran
45
DAFTAR PUSTAKA
Alaerts G., & S.S Santika. 1984. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional.
Surabaya. Indonesia.
Awalina, Ami A. dan Meutia. 2005. Aplikasi Lahan Basah Buatan Tropis Jenis
Aliran Permukaan Untuk Menyisihkan SS dan Konstituen Organik dalam
Limbah Industri Tepung Tapioka. Jurnal Vol.4, No.12, Bogor : Puslit
Limnologi-LlPI.
Hartati. 2003. Mengelola Air Limbah Hasil Proses Pembuangan Tahu. Surabaya :
ProRistand Indag.
46
47
Kurniawan. 2005. proses pengolahan air limbah dengan sistem wetland. Jakarta :
Karya Anda Edisi 2.
Leady, B. 1997. Constructed Subsurface Flow Wetlands For Wastewater
Treatment, Purdue University.
Metcalf and Eddy. 2003. Wastewater Engineering : Treatment and Reuse, Fourth
Edition, International Edition. McGraw-Hill. New York.
Rizka. 2005. Studi Penurunan Kandungan COD dan BOD Air Limbah Domestik
dengan Menggunakan Tanaman Kana (Canna Sp) dalam Sistem Sub-
Surface Flow Constructed Wetland. Tugas Akhir. Jurusan Teknik
Lingkungan ITS, Surabaya.
Romli. 2009. Beban Pencemaran Limbah Cair Industri Tahu. Jurnal Vo1. 10,
No.2. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian IPB.
Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)
Sebagai Salah Satu Indikator untuk Menentukan Kualitas Perairan.
Jurnal Oseana, Vol xxx, No 3 : 21-26.
Sasongko dan Setia, B. 1990. Beberapa Parameter Kimia Sebagai Analisi. Edisi
keempat. Semarang: Reaktor
Sutapa D. AI. 1999. Lumpur Aktif : Alternatif Pengolah Limbah Cair, Jurnal
Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan, No.3; 25-38.
Sutrisno, dan Suciati. 1987. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: Rineka
Cipta Karya.
Lampiran 1
Alur Kerja
Cattail
Bak ember
diaklimatisasi selama 1
minggu
Cattail ditimbang dengan
berat 1 kg, 2 kg, 3 kg dan 4kg
Constructed wetland
Dimasukkan kedalam
wetland dengan volume 16 lt
Sampel 5 mL
Ditambah 1 mg HgSO4
+ 1mL K2Cr2O7 + 3 mL reagen
Ag2SO4 dan H2SO4
Tabung COD
Reaktor/
Hotplate
Sampel limbah 5 mL
Botol winkler
Erlenmeyer berisi
sampel inkubasi
Diaduk sampai homogen
dikocok
Contoh uji
diaduk dengan pengaduk magnetik
Oven
Lampiran 2
Perhitungan :
K2Cr2O7 2 K+ + Cr2O7
~ 6 mol
~ 6 ekivalen
~ 6 berarti valensi 6
Mr K2Cr2O7 = 294,18
a. M = = = 0,0417
= 12,259 g
c. Fe2+ Fe3+ + 1e
= n atau valensi
2,53 g Ag2SO4 dilarutkan dalam 250 mL H2SO4 pekat, aduk dan biarkan
diaduk, dan didiamkan selama satu sampai dua hari untuk proses
5H2O sebanyak 12,4 g dalam labu takar dengan akuades sampai menjadi
Serbuk amilum sebanyak 2 g amilum dan 0,2 gram asam salisilat sebagai
Lampiran 3
= 1216 mg/L
2. Vol titrasi : 1,91 mL(B)
= 1232 mg/L
3. Vol titrasi : 1,90 mL(B)
= 1248 mg/L
= 1232 mg/L
57
BOD
1. Vol titrasi : DO0 = 2,5/ DO5 = 2,0
= 3200 mg/L
BOD = DO DO5
= 4000 3200
= 800 mg/L
2. Vol titrasi : DO0 = 2,4/ DO5 = 1,9
= 3840 mg/L
= 3040 mg/L
BOD = DO0 DO
= 3840 3040
= 800 mg/L
3. Vol titrasi : DO0 = 2,4/ DO5 = 1,9
= 3840 mg/L
= 3040 mg/L
BOD = DO0 DO
= 3840 3040
= 800 mg/L
= 800 mg/L
TSS
B = 46,1024 mg
58
A = 12,7187 mg
C = 50 mL
= 667 mg/L
= 896 mg/L
2. Vol titrasi : 2,13 mL(B)
= 880 mg/L
3. Vol titrasi: 2,18 mL(B)
= 800 mg/L
59
= 858 mg/L
= 30,3%
BOD
1. Vol titrasi : DO0 = 2,4/ DO5 = 2,0
= 3840 mL
= 3200 mg/L
BOD = DO0 DO
= 3840 3200
= 640 mg/L
2. Vol titrasi : DO0 = 2,2/ DO5 = 1,8
= 3520 mg/L
= 2880 mg/L
BOD = DO0 DO
= 3520 2880
= 640 mg/L
3. Vol titrasi : DO0 = 2,0/ DO5 = 1,6
= 3200 mg/L
60
= 2560 mg/L
BOD = DO0 DO
= 3200 2560
= 640 mg/L
= 640 mg/L
BOD
= 20%
TSS
B = 40,1022 mg
A = 18,7184 mg
C = 50 mL
= 547 mg/L
TSS
= 17,9%
Hasil Titrasi
Vol sampel : 5 mL
Vol blanko : 2,68 mL (A)
1. Vol titrasi : 2,06 mL(B)
= 992 mL
= 944 mL
= 896 mL
= 944 mL
COD
= 23,3%
BOD
1. Vol titrasi : DO0 = 2,7/ DO5 = 2,3
62
= 4320 mg/L
= 3680 mg/L
BOD = DO0 DO
= 4320 3680
= 640 mg/L
= 4320 mg/L
= 3360 mg/L
BOD = DO0 DO
= 4320 3360
= 960 mg/L
3. Vol titrasi : DO0 = 2,6/ DO5 = 2,3
= 4160 mg/L
= 3680 mg/L
BOD = DO0 DO
= 4160 3680
=480 mg/L
= 693 mg/L
63
BOD
= 13,3%
TSS
B = 43,8114 mg
A = 12,7180 mg
C = 50 mL
= 621 mg/L
TSS
3.2.4 5 hari 2 kg
Parameter Satuan Baku Waktu Penanaman
No Mutu 5 hari 10 15 hari 20 hari
hari
1. BOD mg/L 150 640 623 266 177
2. COD mg/L 275 1072 837 602 277
3. TSS mg/L 100 520 481 245 146
4. pH - 6,0-9,0 5,5 6,0 6,5 6,0
Hasil titrasi
Vol sampel : 5 mL
Vol blanko : 2,68 mL (A)
1. Vol titrasi : 2,0mL(B)
64
= 1088 mL
= 1008 mL
COD
=12,2%
BOD
1. Vol titrasi : DO0 = 2,1/ DO5 = 1,7
= 3360 mg/L
65
= 2720 mg/L
BOD = DO0 DO
= 3360 2720
= 640 mg/L
= 3520 mg/L
= 2720 mg/L
BOD = DO0 DO
= 3520 2720
= 800 mg/L
3. Vol titrasi : DO0 = 1,9/ DO5 = 1,6
= 3040
BOD = DO0 DO
= 3040 2560
= 480 mg/L
=640 mg/L
= 14,6%
66
TSS
B = 38,7173 mg
A = 12,7170 mg
C = 50 mL
= 520 mg/L
=22%
3.2.5 10 hari 2 kg
Vol sampel : 5 mL
Vol blanko : 2 ,68mL (A)
1. Vol titrasi : 2,0 mL(B)
= 896 mL
2. Vol titrasi : 2,18 mL(B)
= 800 mL
3. Vol titrasi : 2,17 mL(B)
67
= 816 mL
= 837 mL
= 31,4%
BOD
1. Vol titrasi : DO0 = 1,70/ DO5 = 1,40
= 2720 mg/L
=2240 mg/L
BOD = DO0 DO
= 2720 2240
= 480 mg/L
2. Vol titrasi : DO0 = 1,71/ DO5 = 1,35
= 2750 mg/L
BOD = DO0 DO
= 2750 2160
= 590 mg/L
3. Vol titrasi : DO0 = 1,70/ DO5 = 1,39
68
= 2720 mg/L
= 2224 mg/L
BOD = DO0 DO
= 2720 2224
= 496mg/L
= 522 mg/L
= 30,4%
TSS
B = 36,8112 mg
A = 12,7021 mg
C = 50 mL
= 27,9%
3.2.6 15 hari 2 kg
Vol sampel : 5 mL
Vol blanko : 2 ,68mL (A)
1. Vol titrasi : 2,30mL(B)
69
= 608 mg/L
2. Vol titrasi : 2,33 mL(B)
= 560 mg/L
3. Vol titrasi : 2,28 mL(B)
= 640 mg/L
= 602 mg/L
= 50,6%
BOD
1. Vol titrasi : DO0 = 1,41/ DO5 = 1,21
=2256 mg/L
=1936 mg/L
BOD = DO0 DO
70
= 2256 1936
= 320
2. Vol titrasi : DO0 = 1,40/ DO5 = 1,20
= 2240 mg/L
= 1920 mg/L
BOD = DO0 DO
= 2240 1920
= 320 mg/L
= 2240 mg/L
=2080 mg/L
BOD = DO0 DO
= 22402080
= 160 mg/L
= 64,5%
TSS
B = 25,0164 mg
A = 12,7241 mg
71
C = 50 mL
= 245 mg/L
= 6,39%
3.2.7 20 hari 2 kg
Vol sampel : 5 mL
Vol blanko : 2 ,68 mL (A)
1. Vol titrasi : 2,50 mL(B)
= 288 mL
2. Vol titrasi : 2,53 mL(B)
= 240 mg/L
3. Vol titrasi: 2,49 mL(B)
= 304 mg/L
72
= 277 mg/L
= 77,3%
BOD
1. Vol titrasi : DO0 = 1,21/ DO5 = 1,01
= 1936 mg/L
=1616 mg/L
BOD = DO0 DO
= 1936 1616
= 320 mg/L
2. Vol titrasi : DO0 = 1,20/ DO5 = 1,00
= 1920 mg/L
BOD = DO0 DO
= 1920 1600
= 320 mg/L
3. Vol titrasi : DO0= 1,19/ DO5 = 1,10
= 1904 mg/L
73
BOD = DO0 DO
= 1904 1760
= 144 mg/L
= 165 mg/L
= 78%
TSS
B = 20,0143 mg
A = 12,6991 mg
C = 50 mL
= 146 mg/L
= 78,4%
3.2.8 1 kg 20 hari
Vol sampel : 5 mL
Vol blanko : 2,68 mL (A)
1. Vol titrasi : 2,21mL(B)
= 768 mg/L
2. Vol titrasi : 2,25 mL(B)
= 704 mg/L
3. Vol titrasi : 2,20 mL(B)
= 784 mg/L
= 752 mg/L
= 39,4%
BOD
1. Vol titrasi : DO0 = 2,16/ DO5 = 1,89
75
= 3456 mg/L
= 3024 mg/L
BOD = DO0 DO
= 3456 3024
= 432 mg/L
2. Vol titrasi : DO0 = 2,12/ DO5 = 1,88
= 3392 mg/L
= 3008 mg/L
BOD = DO0 DO
= 3392 3008
=384 mg/L
3. Vol titrasi : DO0 = 2,13/ DO5 = 1,89
=3408 mg/L
=3024 mg/L
BOD = DO0 DO
= 33408 3024
= 384 mg/L
= 400 mg/L
= 41,8%
76
TSS
B = 30,4016 mg
A = 12,7341 mg
C = 50 mL
= 353 mg/L
= 45,6%
3.2.9 2 kg 20 hari
Vol sampel : 5 mL
Vol blanko : 2 ,69mL (A)
1. Vol titrasi : 2,48mL(B)
= 336 mg/L
2. Vol titrasi : 2,48 mL(B)
= 336 mg/L
3. Vol titrasi : 2,50 mL(B)
77
= 304 mg/L
= 325 mL
= 73,4%
BOD
1. Vol titrasi : DO0 = 1,41/ DO5 = 1,30
= 2256 mg/L
=2080 mg/L
BOD = DO0 DO
= 2256 2080
= 176
2. Vol titrasi : DO0 = 1,40/ DO5 = 1,31
= 2240 mg/L
BOD = DO0 DO
= 2240 2094
= 144 mg/L
3. Vol titrasi : DO0 = 1,40/ DO5 = 1,30
78
= 2240 mg/L
=2080 mg/L
BOD = DO0 DO
= 2240 2080
= 160 mg/L
=160 mg/L
= 75,3%
TSS
B = 19,8716 mg
A = 12,7300 mg
C = 50 mL
= 142 mg/L
= 78,1%
3.2.10 3 kg 20 hari
Vol sampel : 5 mL
Vol blanko : 2 ,69 mL (A)
1. Vol titrasi : 2,50 mL(B)
79
= 304 mg/L
2. Vol titrasi : 2,54 mL(B)
= 240 mg/L
= 240 mg/L
= 261 mg/L
= 78,9%
BOD
1. Vol titrasi : DO0 = 1,20/ DO5 = 1,14
=1920 mg/L
80
=1824 mg/L
BOD = DO0 DO
=1920 1824
= 96 mg/L
2. Vol titrasi : DO0 = 1,19/ DO5 = 1,11
=1904 mg/L
= 1776 mg/L
BOD = DO0 DO
= 19041776
= 128 mg/L
3. Vol titrasi : DO0= 1,19/ DO5 = 1,13
= 1904 mg/L
=1808 mg/L
BOD = DO0 DO
= 19041808
= 96 mg/L
= 106 mg/L
= 83,6%
TSS
B = 17,4081 mg
A = 12,7409 mg
C = 50mL
81
= 93 mg/L
= 85,6%
3.2.11. 20 hari 4 kg
Vol sampel : 5 mL
Vol blanko : 2 ,69 mL (A)
= 160 mg/L
2. Vol titrasi : 2,59mL(B)
= 160 mg/L
3. Vol titrasi : 2,58 mL(B)
= 176 mg/L
= 165 mg/L
82
= 86,7%
BOD
1. Vol titrasi : DO0 = 1,14/ DO5 = 1,09
= 1824 mg/L
=1744 mg/L
BOD = DO0 DO
= 1824 1744
= 80 mg/L
2. Vol titrasi : DO0 = 1,13/ DO5 = 1,07
= 1808 mg/L
= 1712 mg/L
BOD = DO0 DO
= 1808 1712
= 96 mg/L
3. Vol titrasi : DO0= 1,14/ DO5 = 1,10
= 1824 mg/L
=1760 mg/L
BOD = DO0 DO
= 1824 1760
= 64 mg/L
83
= 80 mg/L
= 87,6%
TSS
B = 15,5713 mg
A = 12,4124 mg
C = 50 mL
= 63 mg/L
= 90,2%
84
Lampiran 3
Gambar 14. Wetland beserta media Gambar 15. SSFW dan SFW
10 HARI 20 HARI
5 HARI
15HARI