Anda di halaman 1dari 3

DERMATOFITOSIS (B35)

No.Dokumen : 800/SOP/ /CBR/I/2017


No. Revisi : 00
SOP Tanggal Terbit : 3 / 1 / 2017
Halaman : 1/3

UPTD
PUSKESMAS
CIBEUREUM Titin Hajari, drg
NIP.197711222003122006

1. Pengertian Dermatofitosis adalah infeksi jamur dermatofita yang memiliki sifat


mencernakan keratin di jaringan yang mengandung zat tanduk,
misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku.
Penularan melalui kontak langsung dengan agen penyebab. Sumber
penularan dapat berasal dari manusia (jamur antropofilik), binatang
(jamur zoofilik) atau dari tanah (jamur geofilik
2. Tujuan Sebagai penerapan langkah-langkah dalam melakukan diagnosis
dan terapi kasus Dermatofitosis.
3. Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Cibeureum
Nomor : 800/SK//CBR/I/2017 Tentang Pelayanan Klinis
4. Referensi PMK No.5 Tahun 2014 tentang Panduan Praktek Klinik Bagi dokter
di Fasilitas Pelayanan Primer
5. Prosedur/ 1. Alat dan bahan
Langkah- - tidak ada alat dan bahan khusus
langkah 2. Anamnesis (Subjective)
Keluhan
Pada sebagian besar infeksi dermatofita, pasien datang dengan
bercak merah bersisik yang gatal. Adanya riwayat kontak dengan
orang yang mengalami dermatofitosis.
3. Pemeriksaan Fisik
Gambaran umum:
Lesi berbentuk infiltrat eritematosa, berbatas tegas, dengan
bagian tepi yang lebih aktif daripada bagian tengah, dan
konfigurasi polisiklik. Lesi dapat dijumpai di daerah kulit berambut
terminal, berambut velus (glabrosa) dan kuku.
Pemeriksaan Penunjang
Bila diperlukan,.
4. Penegakan Diagnosis (Assessment)
Diagnosis Klinis

1/3
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
Pemeriksaan Fisik. Bila diperlukan dilakukan pemeriksaan
penunjang.
Klasifikasi dermatofitosis yang praktis adalah berdasarkan lokasi,
yaitu antara lain:
a. Tinea kapitis, dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala
b. Tinea barbe, dermatofitosis pada dagu dan jenggot
c. Tinea kruris, pada daerah genitokrural, sekitar anus, bokong,
dan perut bagian bawah.
d. Tinea pedis et manum, pada kaki dan tangan
e. Tinea unguium, pada kuku jari tangan dan kaki
f. Tinea korporis, pada bagian lain yang tidak termasuk bentuk 5
tinea di atas. Bila terjadi di seluruh tubuh disebut dengan tinea
imbrikata.
Diagnosis Banding
a. TINEA KORPORIS
1. Dermatitis numularis.
2. Pytiriasis rosea.
3. Erythema annulare centrificum.
4. Granuloma annulare.
b. TINEA KRURIS
1. Candidiasis.
2. Dermatitis Intertrigo.
3. Eritrasma.
c. TINEA PEDIS
1. Hiperhidrosis.
2. Dermatitis kontak.
3. Dyshidrotic eczema.
d. TINEA MANUM
1. Dermatitis kontak iritan
2. Psoriasis
e. TINEA FASIALIS
1. Dermatitis seboroik
2. Dermatitis kontak
Penatalaksanaan
a. Hygiene diri harus terjaga, dan pemakaian handuk/pakaian
secara bersamaan harus dihindari.
b. Untuk lesi terbatas, diberikan pengobatan topikal, yaitu dengan:

2/3
c. Antifungal topikal seperti krim klotrimazol, mikonazol, yang
diberikan hingga lesi hilang dan dilanjutkan 1-2 minggu kemudian
untuk mencegah rekurensi.
d. Untuk penyakit yang tersebar luas atau resisten terhadap terapi
topikal, dilakukan pengobatan sistemik dengan:
1. Griseofulvin dapat diberikan dengan dosis 0,5-1 g untuk orang
dewasa dan 0,25 0,5 g untuk anak-anak sehari atau 10-25
mg/kgBB/hari, terbagi dalam 2 dosis.
2. Golongan azol, seperti:
Ketokonazol: 200 mg/hari,
Pengobatan diberikan selama 10-14 hari pada pagi hari
setelah makan.
Konseling dan Edukasi
Edukasi mengenai penyebab dan cara penularan penyakit. Edukasi
pasien dan keluarga juga untuk menjaga hygienetubuh, namun
penyakit ini bukan merupakan penyakit yang berbahaya.
Kriteria rujukan
Pasien dirujuk apabila:
a. Penyakit tidak sembuh dalam 10-14 hari setelah terapi.
b. Terdapat imunodefisiensi.
c. Terdapat penyakit penyerta yang menggunakan multifarmaka.
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang
perlu
diperhatikan
8. Unit Terkait PKU
UGD
RANAP
PKG
PONED
FARMASI
9. Dokumen
Rekam Medic
Terkait
10. Rekaman
Tanggal mulai
historis No Yang diubah Isi Perubahan
diberlakukan
perubahan

3/3

Anda mungkin juga menyukai