Anda di halaman 1dari 12

PENANGANAN PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE

DISERTAI SYOK
RUMAH SAKIT TEBET
Jln. Let. Jen. Haryono MT. No. Dokumen No. Revisi Halaman
No. 8 Jakarta Selatan
02.05.213 2 1/1

STANDAR Tanggal terbit Ditetapkan


PROSEDUR Direktur Utama
OPERASIONAL
Januari 2013

Dr. Esther Poerwantoro, SpPK


PENGERTIAN Penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan
melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypty dan Aedes Aibopictus serta
memenuhi kriteria WHO untuk DBD disertai terdapat kegagalan sirkulasi
dengan manisfestasi nadi cepat dan lemah, tekanan darah turun, kulit
dingin dan lembab serta gelisah
TUJUAN Mencegah Kematian

KEBIJAKAN Sesuai SPO

PROSEDUR 1. Pemberian O2 nasal 2 - liter / mnt


2. Pemberian cairan kristaloid diguyur sebanyak 10 20 ml / kg BB
( Evaluasi 15 30 mnt )
Jika renjatan teratasi : Jumlah cairan kurangi menjadi
7ml / kg BB
Jika dalam waktu 60 120 mnt kemudian, keadaan tetap
stabil, pemberian cairan menjadi 3 ml / kg BB / jam
Bila dalam 24 48 jam setelah renjatan teratasi, tanda vital
dan HT tetap stabil serta diuresis cukup, maka pemberian
cairan per infus harus di hentikan.
Awasi renjatan berulang ( 48 jamsejak terjadi renjatan )
Jika renjatan belum teratasi : pemberian cairan kristaloid
dapat ditingkatkan menjadi 20 30 cc / kg BB ( Evaluasi
setelah 20 30 mnt )
Bila keadaan belum teratasi dan nilai Hematokrit
meningkat : maka pertimbangan pemberian koloid ( Mula
mula dengan tetesan cepat 10 20 cc/ kg BB ( Evaluasi 10
30 mnt ) dan bila keadaan tetap belum teratasi maka di
lakukan pemasangan Chateter vena sentral dan pemberian
kolloid dapat di tambahkan hingga 30 cc / kg BB -----
Maksimal 1 1.5 ltr / hari dengan target tekanan vena
sentral 15 18 cm H20
Jika tekanan vena sentaral sudah sesuai, tetapi renjatan
belum teratasi berikan inotropik / vasopresor
Bila keadaan belum teratasi dan nilai haematokrit menurun :
maka berikan transfusi darah segar 10 cc / kg BB

UNIT TERKAIT Unit Gawat Darurat


PENANGANAN PASIEN HIPOGLIKEMIA
RUMAH SAKIT TEBET
Jln. Let. Jen. Haryono MT.
No. 8 Jakarta Selatan No. Dokumen No. Revisi Halaman

02.05.214 2 1/2

STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit Ditetapkan


OPERASIONAL Direktur Utama

Januari 2012

Dr. Esther Poerwantoro, SpPK


PENGERTIAN Keadaan dimana kadar glukosa darah < 60 mg / dl atau kadar glukosa
darah < 80 mg / dl dengan gejala klinis

TUJUAN Mencegah kerusakan otak parmanen, koma dan kematian

KEBIJAKAN Sesuai SPO

PROSEDUR 1. Pasien sadar :


Berikan gula murni 2 sendok makan atau sirop / permen
gula murni
Hentikan obat hipoglikemia sementara
Pantau glukosa darah sewaktu 1 2 jam
2. Pasien tidak sadar :
Berikan larutan Dextrose 40 % 2 flakon ( 50 ml ) bolus IV
Berikan cairan Dextrose 10 % per infus 6 jam / kolf
Periksa GDS setiap 1 jam setelah pemberian Dextrose 40 %
Bila GDS < 50 mg / dl bolus Dextrose 40 % 50 ml IV
Bila GDS < 100 mg / dl bolus Dextrose 40 % 25 ml IV
Bila GDS 100 200 mg/dl - tanpa bolus Dextrose 40 %
cairan infus Dextrose 10 % tetap dijalankan
Bila GDS > 200 mg / dl pertimbangkan menurunkan
kecepatan drip Dextrose 10 %
Bila GDS > 100 mg / dl sebanyak 3x berturut turut
pemantauan GDS diturunkan menjadi setiap 2 jam dengan
protokol sesuai diatas
Bila GDS > 200 mg/dl pertimbangkan mengganti infus
dengan Dextrose 5% atau NaCl 0,9%
Bila GDS > 100 mg/dl sebanyak 3x berturut turut
pemantauan GDS diturunkan menjadi setiap 4 jam dengan
protokol sesuai diatas

UNIT TERKAIT
Unit Gawat Darurat
PENANGANAN PASIEN HIPOGLIKEMIA
RUMAH SAKIT TEBET
Jln. Let. Jen. Haryono MT. No. Dokumen No. Revisi Halaman
No. 8 Jakarta Selatan

02.05.214 2 2/2

STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit Ditetapkan


OPERASIONAL Direktur Utama

Januari 2012

Dr. Esther Poerwantoro, SpPK


PROSEDUR Bila GDS > 100 mg/dl sebanyak 3x berturut turut maka
periksa GDS dan sliding scale tiap 6 jam

Tabel Pemberian Insulin Reguler ( SC )

Gula Darah Sewaktu Dosis Insulin


< 200 mg/dl 0
300 250 mg/dl 5 iu
250 300 mg/dl 10 iu
300 350 mg/dl 15 iu
> 350 mg/dl 20 iu

Bila Hipoglikemia belum teratasi, berikan kortison atau


glukagon 0,5 1 mg iv / im ( bila penyebabnya insulin )
Bila pasien belum sadar, GDS sekitar 200 mg/dl, berikan
Hidrokortison 100 mg/ 4 jam selama 12 jam atau
Dexametason 10 mg iv bolus, dilanjutkan 2 mg setiap 6
jam dan Manitol 1 5 mg / kg BB iv setiap 6 -8 jam dan
cari penyebab lain penurunan kesadaran.

UNIT TERKAIT Unit Gawat Darurat

CARA PEMAKAIAN
AUTOMATIC AUTOCLAVE RAU 530 D
RUMAH SAKIT TEBET
Jln. Let. Jen. Haryono MT.
No. 8 Jakarta Selatan No. Dokumen No. Revisi Halaman

03.05.47 2 1/1

STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit Ditetapkan


OPERASIONAL Direktur Utama

Januari 2012

Dr. Esther Poerwantoro, SpPK


PENGERTIAN Suatu alat yang di pergunakan untuk mensterilkan alat alat kesehatan
yang terbuat dari Stainless

TUJUAN Agar alat kesehatan Steril dan siap pakai setiap saat

KEBIJAKAN Sesuai SPO

PROSEDUR 1. Tutup kran ( Valve ) drain dan kran Exhaust


2. Buka tutup chamber dan tuangkan air ( Aquadest ) ke dalam
chambers sebanyak 1.5 liter
3. Masukkan instrumen kedalam chamber dengan menyusun rapi
4. Tutup pintu chamber, kemudian kencangkan dengan cara
memutar handle
5. Atur timer steril selama 20 30 menit
6. Posisikan saklar toggle ke posisi STER ( Sterilisasi )
7. Hidupkan saklar power ( Main Switch ) maka indikator STER
akan menyala.
8. Proses sterilisasi dimulai bila suhu 121 derajat tercapai maka
lampu TIMER akan menyala maka alarm akan berbunyi yang
akan menandakan bahwa proses steril sudah selesai.
9. Matikan saklar Power ( Main Switch ) dan buka kran DRAIN
secara perlahan lahan kemudian kran EXHAUST

UNIT TERKAIT Unit Gawat Darurat

PENANGANAN PASIEN
RUMAH SAKIT TEBET KEJANG DEMAM
Jln. Let. Jen. Haryono MT.
No. 8 Jakarta Selatan
No. Dokumen No. Revisi Halaman

02.05.215 2 1/1
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit Ditetapkan
OPERASIONAL Direktur Utama

Dr. Esther Poerwantoro, SpPK


PENGERTIAN kejang yang terjadi akibat demam ( suhu rectal > 38 C ) tanpa adanya
infeksi susunan syaraf pusat atau gangguan elektrolit akut, terjadi pada
anak diatas umur 1 bulan, dan tidak ada riwayat kejang tanpa demam
sebelumnya

TUJUAN Menatalaksana kejang demam pada anak

KEBIJAKAN Memberikan pelayanan, tindakan dan pengobatan bagi setiap pasien


sesuai dengan standar pelayanan medis Rumah Sakit.

PROSEDUR 1. Baringkan pasien


2. Bebaskan jalan napas, berikan oksigen
3. Pemberian Antiperitik paracetamol 10 15 mg/kgBB/x setiap
4-6 jam atau ibuprofen 5-10 mg/kg/x tiap 4-6 jam
4. Pemberian Antipiretik Supositoria paracetamol 10 mg/kgBB
5. Pemberian obat Anti kejang :
Diazepam Rectal : BB 5 - 10 kg diberikan 5 mg, > 10 kg
diberikan 10 mg
atau
Diazepam : 0,2 0.5 mg kgBB / dosis secara Intra vena
perlahan lahan ( Dapat diberikan 2 x dosis dengan
interval 5 10 menit )
6. Bila kejang tidak berhenti diberikan Fenitoin 15 20
mg/kgBB diencerkan dengan NaCL 0.9 % diberikan selama
20 30 menit.
7. Bila sudah tidak ada kejang lagi setelah pemberian Fenitoin,
maka berikan dosis pemeliharaan Fenitoin IV 5 7 mg/kg,
diberikan 12 jam kemudian.
8. Bila kejang tidak berhenti > 30 menit berikan Fenobarbital
IV / IM 10 20 mg / kg dan jika masih kejang, maka pasien
dirawat di ruangan Intensive dan berikan Phenobarbital IV 5
15 mg/kg BB bolus atau Midazolam 0,2 mg/kg/BB.
9. Jika kejang tidak ada setelah pemberian phenobarbital maka
dosis pemeliharaan phenobarbital IV/IM 5 7 mg/kgBB
diberikan 12 jam kemudian.
10. Kompres air hangat
11. Periksa laboratorium

UNIT TERKAIT Unit Gawat Darurat

TETANUS PADA ANAK


RUMAH SAKIT TEBET
Jln. Let. Jen. Haryono MT.
No. 8 Jakarta Selatan No. Dokumen No. Revisi Halaman

02.05.205 3 1/1
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit Ditetapkan
OPERASIONAL Direktur Utama

Dr. Esther Poerwantoro, SpPK


PENGERTIAN Suatu penyakit toksemik akut dan fatal yang disebabkan oleh
clostrodium tetani dengan tanda utama spasme tanpa gangguan
kesadaran.

TUJUAN Mencegah terjadinya penyulit tetanus ( Gangguan ventilasi paru,


aspirasi pernapasan )

KEBIJAKAN Ditetapkan oleh SMF terkait

PROSEDUR 1. Berikan ATS 50.000 100.000 iu ( Setengah dosisi IM dan


setengahnya IV ) Terlebih dahulu obat di skint test dulu atau
Immunoglobulin 3.000 6.000 iu / IM ( Tetagam )
2. Toxoid tetanus 0,5 ml / IM
3. Pemberian obat Anti Konvulsan : Diazepam 0,1 0,3 mg /
kgBB/x IV setiap 2 - 4 jam
4. Terapi Suportif :
a. Bebaskan jalan napas
b. Hindarkan aspirasi dengan cara menghisap lendir secara
perlahan lahan
c. Berikan Oksigen.
d. Perawatan dengan stimulasi minimal
e. Pemberian cairan dan nutrisi adekuat, bila trismus berat
dapat dipasang sonde nasogastrik
5. Pemberian Antibiotik ;
a. Penisilin Procain 50.000 iu / kgBB IM setiap 12 jam, atau
b. Ampisilin 150 mg/kgBB/hari IV dibagi 4 dosis, atau
c. Tetrasiklin 25 50 mg/kgBb/hari PO dibagi 4 dosis
maksimal 2 gram, atau.
d. Metronidazol loading dose 15 mg/kgBb/jam selanjutnya
7,5 mg/kgBb/ tiap 6 jam, atau
e. Eritromisin 40 50 mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis
Bila ada sepsis/ pneumonia dapat ditambahkan sefalosporin

UNIT TERKAIT Unit Gawat Darurat

PENANGANAN PASIEN HEMATEMESIS MELENA


RUMAH SAKIT TEBET
Jln. Let. Jen. Haryono MT.
No. 8 Jakarta Selatan No. Dokumen No. Revisi Halaman

02.05.206 3 1/2
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit Ditetapkan
OPERASIONAL Direktur Utama

Mei 2013

Dr. Esther Poerwantoro, SpPK


PENGERTIAN Hematemesis Adalah Muntah darah berwarnah hitam ter yang berasal
dari saluran pencernaan bagian atas.
Melena dalah Buang air besar berwarnah hitam ter yang berasal dari
saluran cerna bagian atas.

TUJUAN Mencegah terjadinya syok hipovolemik.

KEBIJAKAN
PROSEDUR 1. Non Farmakologis :
Tirai baring
Puasa
Diet hati / lambung
Pasang NGT untuk dekompresi
Pantau perdarahan.
2. Farmakologis :
Transfusi darah PRC ( Sesuai perdarahan yang terjadi dan
HB ) Pada kasus Varises, transfusi sampai dengan HB 10
gr %. Pada kasus Non Varises, Transfusi darah sampai
dengan HB 12 gr %
Sementara menunggu darah, dapat di berikan pengganti
plasma ( Misalnya Dextran / Hemacel ) atau Nacl 0,9 %
atau RL
Untuk penyebab Non Varises :
1) Injeksi antagonis Reseptor H2 atau penghambat pompa
proton
2) Sitoprotektor : Sukralfat 4 x 1 gram
3) Antasida
4) Injeksi Vitamin K untuk pasien penyakit hati kronis
atau sirosis hati.
Untuk penyebab Varises :
1) Somatastatin bolus 250 g + drip 250 g / jam IV atau
Okreotide ( Sandostatin ) 0,1 mg / 2 jam. Pemberian
diberikan sampai perdarahan berhenti atau bila mampu
diteruskan 3 hari setealah skleroterapi / ligasi varises
esofagus.

PENANGANAN PASIEN HEMATEMESIS MELENA


RUMAH SAKIT TEBET
Jln. Let. Jen. Haryono MT.
No. 8 Jakarta Selatan
No. Dokumen No. Revisi Halaman

02.05.206
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit Ditetapkan
OPERASIONAL Direktur Utama

Dr. Esther Poerwantoro, SpPK


PROSEDUR
2) Propanolol dimulai dosis 2 x 10 mg. Dosis dapat di
tingkatkan hingga tekanan diastolik turun 20 mg Hg
atau denyut nadi turun 20 %
3) Isosorbid dinitrat / mononitrat 2 x 1 tab / hari hingga
keadaan umum stabil.
4) Metofiarpramid 3 x 10 mg / hari.
Bila ada gangguan hemostasis, obati sesuai kelainan.
Pada pasien dengan pecah varises / penyakit hati kronis /
sirosis hati di berikan :
1) Laktuosa 4 x 1 sendok makan
2) Neomisin 4 x 500 mg, obat ini di berikan sampai tinja
normal.
Prosedur bedah di lakukan sebagai tindakan emergensi atau
elektif.
Bedah Emergensi di indikasikan bila pasien masuk dalam
keadaan gawat I II

UNIT TERKAIT Unit Gawat Darurat

PENGOBATAN ASMA BRONKIAL AKUT BERAT /


RUMAH SAKIT TEBET STATUS ASMATIKUS
Jln. Let. Jen. Haryono MT.
No. 8 Jakarta Selatan DI UNIT GAWAT DARURAT

No. Dokumen No. Revisi Halaman

02.05.205 3 1/2
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit Ditetapkan
OPERASIONAL Direktur Utama

Mei 2013

Dr. Esther Poerwantoro, SpPK


PENGERTIAN Penyakit inflamasi kronik saluran nafas yang di tandai dengan
obstruksi jalan nafas yang dapat hilang dengan atau tanpa pengobatan
akibat hiperaktifitas bronkus terhadap berbagai rangsangan.

TUJUAN Melonggarkan jalan nafas, sehingga pasien dapat memperoleh O2


secara adekuat dan terhindari dari serangan yang mengancam nyawa.

KEBIJAKAN Ditetapkan oleh SMF terkait

PROSEDUR 1. Berikan Oksigen


2. Inhalasi agonis beta 2 ( Salbutamol ) 2 setiap 20 menit sampai
3 x , selanjutnya tergantung respon.
3. Inhalasi Antikolinergik ( Ipatropium bromida ) setiap 4 6
jam terutama pada obstruksi berat
4. Kostikosteroid oral atau parenteral dengan dosis 40- 60 mg /
hari setara prednison.
5. Aminophylline tidak dianjurkan, ( Namun bila diberikan dosis
awal 5 6 mg/kg BB dilanjutkan infus Aminophylline 0,5
0,6 mg / kg BB / jam )
6. Pemberian Antibiotika bila ada infeksi sekunder.
7. Pasien diobservasi 1 3 jam kemudian dengan pemberian
agonis Beta 2 setiap 60 menit.

Bila setelah masa observasi terus membaik, pasien dapat


dipulangkan dengan pengobatan ( 3 5 hari ) :
Yaitu : Inhalasi agonis Beta 2 diteruskan Steroid oral
diteruskan penyuluhan dan pengobatan lanjutan Antibiotika
diberikan bila ada indikasi perjanjian kontrol berobat.

UNIT TERKAIT Unit Gawat Darurat

PENGOBATAN ASMA BRONKIAL AKUT BERAT /


RUMAH SAKIT TEBET STATUS ASMATIKUS
Jln. Let. Jen. Haryono MT.
No. 8 Jakarta Selatan DI UNIT GAWAT DARURAT

No. Dokumen No. Revisi Halaman

02.05.205 3 2/2
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit Ditetapkan
OPERASIONAL Direktur Utama

Dr. Esther Poerwantoro, SpPK


PROSEDUR
8. Bila setelah di Observasi 1-2 jam tidak ada perbaikan atau
pasien termasuk golongan resiko tinggi :
Yaitu :
- Pemeriksaan fisik tambah berat
- Arus puncak ekspirasi > 50 % dan < 70 %
- Tidak ada perbaikan Hipoksemia ( dari hasil analisa gas
darah maka pasien harus di rawat di ruangan ICU )
Pasien dirawat apabila :
Tidak berespon terhadap upaya pengobatan di Unit Gawat
Darurat atau bertambah beratnya serangan / buruknya
keadaan setelah perawatan 6 12 jam.
Adanya penurunan kesadaran atau tanda henti nafas
Hasil pemeriksaan Analisis Gas Darah menunjukkan
Hipoksemia dengan kadar PO2 < 60 mgHG dan atau PCO2
> 45 mgHg walaupun mendapat O2 yang adekuat.

UNIT TERKAIT Unit Gawat Darurat

SYOK ANA FILAKTIK


RUMAH SAKIT TEBET
Jln. Let. Jen. Haryono MT. No. Dokumen No. Revisi Halaman
No. 8 Jakarta Selatan

02.05.204 3 1/2

STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit Ditetapkan


OPERASIONAL Direktur Utama

Dr. Esther Poerwantoro, SpPK


PENGERTIAN Keadaan Gawat Darurat yang di tandai dengan penurunan tekanan
dsistolik < 90 mmHg akibat respon Hipersensibilitas.

TUJUAN Menata laksana Syok Anafilaktik sesegera mungkin

KEBIJAKAN Ditetapkan oleh SMF terkait

PROSEDUR 1. Baringkan pasien di tempat tidur dengan posisi kepala ekstensi


2. Longgarkan pakaian pasien
3. Berikan terapi bila ada :
A. Renjatan :
1. Adrenalin larutan 1 : 1000 ( 0,3 05 ml sc / im lengan
atas atau paha ( dapat di ulangi 2 x setiap 20 menit
kalau perlu.
Bila renjatan disebabkan Serangga : Berikan suntikan
Adrenalin kedua 0,1 0,3 ml pada tempat sengatan .
kecuali bila sengatan di kepala, leher, tangan dan kaki.
Kemudian jika keadaan masi berlanjut, terapi dapat di
lanjutkan dengan infus adrenalin 1 ml ( 1 mg ) dalam
dektrose 5 % 250 cc, di mulai dengan kecepatan 1 g /
mnt dapat di tingkatkan sampai 4 g / mnt sesuai
keadaan tekanan darah.
Hati - hati pada orang tua dengan kelainan jantung
atau gangguan kardiopaskuler lainnya.
2. Pasang torniquet proximal dari suntikan atau sengatan
serangga dilonggarkan 1 2 menit setiap 10 menit.
3. Berikan O2 3 5 l / mnt dengan sungkup atau Canule
nasal.
4. Antihistamin intravena, Diphenhidramin HCL
( Della/Para/Decadrill )25 50 mg IV tiap 6 jam IM
atau Oral.
5. Berikan cairan Kristaloid / Koloid 500 1000 cc,
jumlah dan kecepatan disesuaikan dengan tekanan
darah dan produksi urine.
Rawat ke ruangan ICU ( Intensive Care Unit ) bila dengan tindakan
diatas tidak membaik di lanjutkan dengan terapi .
1. IVFD Dextrose 5 % dalam 0,45 % NaCL 2 3 L/m
permukaan tubuh.

SYOK ANA FILAKTIK


RUMAH SAKIT TEBET
Jln. Let. Jen. Haryono MT. No. Dokumen No. Revisi Halaman
No. 8 Jakarta Selatan

02.05.204 3 2/2

STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit Ditetapkan


OPERASIONAL Direktur Utama

Dr. Esther Poerwantoro, SpPK


PENGERTIAN Keadaan Gawat Darurat yang di tandai dengan penurunan tekanan
dsistolik < 90 mmHg akibat respon Hipersensibilitas.

TUJUAN Menata laksana Syok anafilaktik sesegera mungkin

KEBIJAKAN Ditetapkan oleh SMF terkait

PROSEDUR 2. Dopamin 0,3 1.2 mg / kg BB / jam bila tekanan darah tidak

membaik
3. Kortikostiroid 7 10 mg / kg / BBIV dilanjutkan 5 mg / kgBB

tiap 6 jam. Dan dihentikan setelah 72 jam.


B. Bila disertai Spasme Broncus maka pada pasien diberikan inhalasi

2 agonis.
Jika spasme bronkus masi menetap Aminopillin 4 6 mg / kg / BB

dilarutkan dalam NaCL 0,9 % 10 ml diberikan perlahan lahan

dalam 20 menit.bila perlu dilanjutkan infus Aminpillin 0,2 1,2 mg

/ kg BB / jam
C. Bila disertai edema hebat saluran nafas atas dilakukan Intubasi dan

Ttracheastomie
D. Pasien di pantau selama 24 jam.

UNIT TERKAIT Unit Gawat Darurat

Anda mungkin juga menyukai