Anda di halaman 1dari 3

Kisah di Musholla Al Hikmah

Inilah MAN 1 Gresik, madrasahku tempatnya mengenyam pendidikan setara


SMA namun perbedaannya terletak pada jumlah jam pelajaran agamanya adalah 10 jam
pelajaran perminggunya. Wajarlah bila dia suntuk, hari demi hari ia lewati dengan
menghabiskan 40% waktunya di madrasah ini. Walaupun terdapat 2 kali istirahat
masihlah terasa suntuk dan membosankan. Dia adalah Isnany Annida, perempuan
berdarah dingin dengan pemikiran kritis dan sadis namun tetap menjunjung tinggi
toleransi. Tempat favoritnya di madrasah ini adalah ruang kelas, gazebo, kantin dan
Musholla Al Hikmah.

Musholla Al Hikmah adalah tempat diamana semua siswa bercampur menjadi


satu untuk menunaikan ibadah sholat dhuha, dhuhur maupun ashar. Namun tak semua
siswa dapat sholat disini dalam waktu yang bersamaan, maklumlah ini Musholla Al
Hikmah, bukan masjid. Dan iIni adalah kisahnya selama hampir tiga tahun wajarlahh ia
akan menceritakan bagaimana kesan terhadap Musholla Al Hikmah di Madrasah
tercintanya ini.

Musholla Al Hikmah ini Nyaman, sejuk, cukup luas dengan dilengkapi 2 kipas
angin turbo yang mampu menambah semilir angin diruangan itu. Musholla Al Hikmah
terletak dilantai dua dengan 2 kamar mandi dan tempat wudhu dalam kamar mandi
maupun di bawah Musholla Al Hikmah sekitar tangga yang dibedakan antara tempat laki-
laki dan perempuan, selain itu mudhollah ini terdiri dari 15 Shof dengan panjang pershof
sekitar 15 meter dan dilengkapi dengan pengeras suara sehingga makmum dapat
mendengar suara imam.

Aku berada dalam tempat ini saat MOS dan pertama kali sholat disana dengan
suasana riang gembira karena bersama kawan dan bagaikan saudara baru yang harus aku
bahagiakan. Dulu, tak perlu khawatir untuk mendapat tempat atau tidak karena tak pernah
ada cerita Musholla Al Hikmah ini tak muat ntuk sholat dhuhur. Jadi kami hanya santai-
santai saja untuk mendapatkan tempat sholat dhuhur. Namun ini amatlah berbeda dengan
saat kelas 11 dan 12, hampir setiap hari harus menandai tempat yang akan kami tempati
dengan mukena yang akan kami gunakan, hal ini amat efektif, selain kami mendapat shof
terdepan kami juga tak perlu sulit sulit untuk mencari tempat. Mukena itu ditempati itu.
dhuha kelas 12 diberi jatah hari senin dan selasa dan untuk hari lainnya tanpa jadwal alias
sesuai suara hati. Tak terlalu sempit jika hanya kelas 12 saja. Tak lupa setelah menunaikan
sholat dhuha berjamaan kami selalu menandai calon tempat kami untuk sholat dhuhur
dengan mukena yang ia miliki. Dengan begitu ada jaminan bahwa nanti dhuhur ia telah
memiliki tempat untuk sholat. Tak hanya ia, tetapi juga hampir seluruh kelas 2 melakukan
hal yang sama dengannya.

Ia dan teman-temannya memikirkan bagaimana cara menandai tempat tanpa


semua anak keMusholla Al Hikmah, akhirnya mereka berfikir untuk menjadikan tas
kresek besar berwarna merah sebagai wadah mukena dan dibawa oleh 2 anak yang
diurutkan berdasarkan nomor bangku. Sehingga pada waktu istirahat pertama mereka
dapat mletakkan mukena-mukena itu tanpa khawatir tidak mendapat tempat.

Bulan berganti bulan tak sadar ia terlalu nyaman dengan politik siapa cepat dia
dapat salah satu gurunya mengatakan Tak baik anak-anak untuk menandai tempat
sholat sebelum waktunya, seharusnya siapa yang cepat ia pasti dapat barisan terdepan
iapun sadar dan bertekad bersama teman-temannya untuk tak mengulangi perbuatan
mereka.

Pada semester ke-5, siswa kelasnya sering datang terlambat untuk sholat dhuhur
akibatnya mendapat urutan sholat gelombang 2 yang tentunya tidaklah mengasyikkan.
Madrasahpun mengupayakan tercukupiya daya tampung siswi putri untuk sholat dalam
Musholla Al Hikmah itu, akibatnya pagar penghubung antara aula dan Musholla Al
Hikmah dibuat sperti pagar sehingga jalan antara kedua tempat itu dapat digelar sajadah
sehingga 20-25 siswa dapat sholat disana. Selain itu depan kamar mandipun turut digelari
sajadah agar dapat digunakan sebagai tempat sholat, namun sayang kapasitasnya makin
parah. Ditambah dengan cara kami yang ditiru oleh teman satu angkatan dan adik kelas
kami, bukannya pencipta cara yang mendapat kepuasan malah yang peniru mendapatkan
tempat terdepan.

Sungguh memilukan saat itu disaat ia menitipkan mukena pada temannya.


Bukannya mendapatkan tempat yang longgar malah kami terasa didesak oleh adik kelas
kami yang meniru cara kami. Selain itu mereka juga menambah pasukan untuk semakin
menggempur kami, keringat menetes mulai dahi sampai ujung kaki menahan jarak yang
amatlah semput, yang kami fikirkan hanyalah bagaimana bisa tahiyat akhir jka takbir saja
rasanya tangan kami saling berdempetan. Itulah kisah memilukan kami yang takkan
pernah terulang kembali. Kami sebagai kakak kelas seharusnya memberikan contoh yang
baik, namun setelah kami melakukan kesalahan kami ditegur dan tak mengulanginya
malah orang lain yang meniru kesalahan kami dan belum pernah kami tegur karena tak
mau dipandang iri terhadap mereka.

Semoga madrasah dapat menambah datya tampung mushollah yang semakin


takun semakin banyak siswa yang akan diterima di madrasah ini.

Arnys An Nida Isnany (04)

Anda mungkin juga menyukai