Anda di halaman 1dari 2

CeritaSINAR_Tema: Ramadhan tak kalah Berkilau di Tanah Rantau

Tour Masjid
(Amalia)

Terimakasih masjid-masjid telah menafkahi kami yang misqueen ini, ehehehe...


Berawal dari kelas Pengantar Perpajakan yang kemalaman karena bapak dosen kami
betah sekali mengajar, lanjutlah kami sekelas ke An-Nashr karena ‘kabarnya’ di An-
Nashr ada takjil gratis. Selain itu, karena An-Nashr adalah masjid terdekat dari ruang
kuliah kami sebelumnya.
Yuhuu,, setelah berjalan sekian ratus meter bak parade pasukan Inggris, sampailah
kami di masjid perkasa berdinding kaca. Itulah masjid An-Nashr yang tiada duanya.
Tanpa disangka, rupanya bukan hanya kurma yang dibagi, melainkan sekotak nasi
berlauk daging. Aduhaii, ini makanan top markotop buat anak-anak kos macam kami.
Lantai masjid yang kesat berkilat, angin semilir, tempat wudhu’ yang bersih tawadhu’
sungguh memanjakan sanubari. Sambil makan kami bercakap-cakap dan memuji Tuhan:
Fabbi ayyi ‘alaa’I rabbikuma tukadzibaan?
Setelah hari itu, kami jadi ketagihan menjajal masjid-masjid lain di sekitaran kampus
PKNSTAN. Terkhusus aku dan kawan-kawanku yang suka modus-modus (hehe), kami
sudah menjelajah An-Nashr, An-Nuur, Al-Barkah dan Asy-Syuhada, masing-masing dua
kali. Ada satu-dua hari terselip tidak ke masjid karena memang meniatkan bukber bareng
di kosan salah satu kawan. Uh, tak kalah menawan memang, membuat takjil bersama di
kosan kawan. Walau setelah itu rasanya campur aduk tak karuan, yah, maklumlah, belum
berpengalaman. Ehehehe.
Pas sahur, jatahnya kerjasama dengan teman sekosan. Lantaran sama-sama rakyat
jelata, kami jadi merasa senasib sepenanggungan. Dan lantaran merasa senasib
sepenanggungan, kami pun menerapkan sistem barter. Tetapi barter kali ini bukan
didasari atas pertimbangan ekonomi, melainkan persaudaraan antar sesama rakyat kos.
Aku punya kering tempe sebungkus, Meimei punya telur asin, dan Intan selalu kelebihan
nasi. Kloplah kami.
Aduhaai, walau bagaimana, tetap kadang aku rindu pada ibu dan ayahku. Dan kalau
rindu sudah mulai menusuk kalbu, kuraihlah ponselku. Kami mengobrol bersekat layar,
namun tetap terasa dekat. Selebihnya, aku tak perlu merasa sepi, sebab kawan-kawanku
selalu siap sedia, dalam suka dan duka, mewarnai hari-hariku.
Alhamdulillah.
Tangsel, 14 Mei 2019
Pukul 11.59

Anda mungkin juga menyukai