Anda di halaman 1dari 13

ACARA 6

MEMBUAT KONSTRUKSI FLOWNETS DAN MENGHITUNG DEBIT


AIRTANAH DENGAN FLOWNETS

I. TUJUAN
Agar mahasiswa dapat membuat konstruksi flownets dan mengaplikasikan
flownets untuk kepentingan analisis airtanah, terutama untuk penentuan debit
aliran.

II. ALAT DAN BAHAN


1. Kalkulator
2. Penggaris
3. Peta
4. Meteran
5. GPS
6. Pengukur salinity

III. DASAR TEORI


Membuat Konstruksi Flownet
Salah satu unsur terpenting pada suatu peta topografi adalah informasi
tentang tinggi suatu tempat terhadap rujukan tertentu. Untuk menyajikan variasi
ketinggian suatu tempat pada peta topografi, umumnya digunakan garis kontur.
Garis kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik dengan ketinggian
sama. Interval kontur adalah jarak tegak antara dua garis kontur yang
berdekatan.
Flownets adalah suatu peta atau konstruksi yang berisikan peta kontur
airtanah (equipotential line) dan peta aliran tanah (streamlines). Garis kontur
airtanah adalah garis yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai
kedalaman muka air tanah (hydraulic head) yang sama.
Pada skala dua dimensi, garis dapat dikonstruksi dengan menghubungkan
dua titik yang mempunyai kedalaman airtanah yang sama. Biasa juga disebut
equipotential line, karena pada tempat yang mempunyai kedalaman muka air
tanah yang sama, otomatis mempunyai besar energi potensial airtanah yang
sama.
Peta aliran air tanah dibuat berdasarkan peta kontur air tanah pada skala
dua dimensi. Secara alami, aliran air tanah akan memotong tegak lurus (90)
kontur air tanah pada kondisi akuifer yang homogen dan isotropis karena
pengaruh potensial gravitasi dan mempunyai arah aliran dari muka air tanah
(hydraulic head) tinggi menuju muka air tanah yang lebih rendah. Flownets atau
jaring airtanah yang ideal mempunyai bentuk bujursangkar dengan luas yang
relatif sama.
Beberapa kegunaan flownets :
a. Untuk menetukan besarnya debit aliran pada segmen yang diinginkan.
b. Untuk mengetahui daerah tangkapan (recharge) dan daerah pemanfaatan
(discharge).
c. Untuk memprediksi arah pencemaran air tanah.
d. Untuk mengetahui perubahan pola aliran / anomaly karena besarnya
penurapan air tanah oleh manusia (over exploitation) atau karena sebab lain.

Kemiringan Air Tanah ( Hydraulic Gradient)


Karena air tanah mengalir dari muka air tanah tinggi ke rendah, misal
dari A ke B, maka rasio dari selisih head A ke B dengan jaraknya disebut
hydraulic gradient atau kemiringan muka air tanah.

A h = hA hB
s = jarak B A
h
h
H =
s

s B

Menghitung Debit Airtanah Dengan Flownets


Setelah mengetahui bagaimana cara mengkontruksi kontur airtanah dan
arah aliran airtanah (tahap 1), pada tahap 2 ini anda akan berlatih
mengaplikasikan flownets untuk keperluan analisis airtanah, terutama untuk
penentuan debit aliran. Pertama, periksa flownets yang sudah anda buat,
usahakan semaksimal mungkin sehingga memenuhi kondisi berikut ini :
a. Arah aliran airtanah dan kontur airtanah berpotongan pada sudut yang
tepat (900).
b. Buatlah sedemikian rupa sehingga flownets membentuk bujur sangkar
yang relatif sama.

Gambar 1. Uniform dan non-uniform flownets

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa walaupun tipe aliran airtanah
dan aquifer tidak seragam, tetapi konstruksi flownets selalu diusahakan
mempunyai luas bujur sangkar yang relative sama (a = b).

Perhitungan Debit Airtanah (Q)


Debit adalah besarnya volume air yang mengalir pada suatu penampang
luas tertentu per satuan waktu (satuan, misal = m3/hari). Debit merupakan
suatu hasil fungsi dari luasan penampang, kecepatan aliran, dan kemiringan
penampang aliran.

Gambar 2. Ilustrasi flownets simetris


Dari gambar 2 dapat dihitung kemiringan airtanah (hydraulic gradient)
yaitu I = h/L, dan debit aliran adalah Q = K b h/L, dan karena simetris (b =
L), maka formula turunan menjadi Q = K h. Idealnya, pada kondisi ini
untuk menghitung debit satu aquifer (beberapa bujursangkar) tinggal
dikalikan saja hasil perhitungan debit pada satu bujursangkar dengan jumlah
bujursangkar.
Fetter (1996) membuat formula yang lebih sederhana sebagai berikut :

A = 100 m B = 20 m
Gambar 3. Flownets pada kondisi aquifer seragam (homogen) dan
isotropik

Debit airtanah pada flownets area per unit lebar aquifer adalah :

( K . p.h)
Q =
f

dimana :
Q = total debit per unit lebar aquifer (m3/hari)
K = hydraulic conductivity (m/hari)
p = jumlah arah aliran yang dibatasi oleh garis tepi persegi panjang = 4
h = beda tinggi antara dua kontur yang akan diukur (100 21 = 80 m)
f = jumlah penurunan kontur airtanah = 8

Jika K = 20 m/hari maka :


(20 x 4 x80)
Q = 800m 3 / hari
8

Perhitungan Debit dengan Darcys Law


Tidak semua kondisi aquifer memungkinkan dibuat flownets ideal.
Untuk itu, rumus perhitungan debit darcy dapat digunakan. Rumus yang
dipakai adalah :
Q = K .I .A

dimana :
K = hydraulic conductivity (m/hari)
I = hydraulic gradient (dh/dL)
A = luas penampang aquifer
K = 30 m/hari
Mencari I

Ci
I =
B

Keterangan :
Ci = interval kontur (m)
B = lebar rata-rata interval antar kontur (cm)
x y
B =
2
Mencari A

A = tebal aquifer x P

Keterangan :
Tebal aquifer = 35 m
P = iii x skala peta
iii = panjang kontur terpanjang (cm)
IV. CARA KERJA
1. Menyiapkan peta tinggi muka airtanah, kemudian menentukan kontur interval
yang akan dibuat.
2. Membuat peta kontur airtanah dengan metode interpolasi linier (seperti
ketika membuat peta kontur muka bumi atau mengkonstruksi isohyet).
3. Membuat interval kontur airtanah = 10 m
4. Setelah peta kontur airtanah siap, maka menentukan arah aliran air tanah
dengan cara menarik garis tegak lurus (900) kontur airtanah. Perlu diingat
bahwa arah aliran air tanah selalu menuju hydraulic head yang lebih rendah.
5. Mengusahakan bujursangkar yang tergambar mempunyai bentuk dan luasan
yang relatif sama.
6. Menentukan daerah tangkapan dan penurapan/penggunaan airtanah.
7. Menghitung hydraulic gradient pada segmen A B tiap berpotongan dengan
garis kontur airtanah.
V. PERHITUNGAN

H2 H0 Elevasi TMA
Lokasi Sumur H1 (m) X Y
(m) (m) (m) (m)
1 4.68 0.63 4.05 211 206.95 433346 9144378
2 3.5 0.7 2.8 217 214.2 433519 9144461
3 4.66 0.63 4.53 221 216.97 433816 9144742
4 5.28 0.67 4.61 218 213.39 433810 9144586
5 4.28 0.54 3.74 229 225.26 433845 9145277
6 7.1 0.7 6.4 222 216.6 432778 9144896
7 4.67 0.74 3.93 234 230.07 432386 9145285
8 7.3 0.35 6.95 230 223.05 432392 9145391
9 6.55 0.69 5.86 220 214.14 432550 9145258
Desa
10 5.89 0.09 5.8 229 223.2 432655 9145387
Minomar
11 5.94 0.88 5.06 230 224.94 432691 9145310
tani
12 6.17 0.67 5.5 224 218.5 432936 9145013
13 2.56 0.82 1.74 227 225.26 433176 9145268
14 4.58 0.77 3.81 201 197.19 433152 9144116
15 6.21 0.77 5.44 203 197.56 432618 9144062
16 6.61 0.68 5.93 207 201.07 432715 9144254
17 6.98 0.77 6.21 208 201.79 432798 9144583
18 7 0.5 6.5 207 200.5 432763 9144699
19 4.63 0.8 3.83 217 213.17 432733 9144986
20 6.17 0.67 5.5 224 218.5 432936 9145013

1. Penentuan titik sumur :


X = 432618
Y = 9144062

432618 432000 = X
434000 432000 5,5
618 = X
2000 5,5
X = 1,699 cm
= 1,7 cm (dibulatkan)
9144062 9144000 = Y
9146000 9144000 5,5
62 = Y
2000 5,5
Y = 0,170 cm
2. Mencari tinggi muka air tanah
Diketahui :
H1 = 6.21 m
H2 = 0.77 m
H = H1 H2
= 5,24m 0,77 m
= 4,47 m

3. Perhitungan Debit
Rumus : Q = K.I.A
Kontur terpanjang adalah = 65 cm =0,65 m
Nilai B rata rata
X = 1 cm = 0,01 m ; Y = 1,2 cm = 0,012 m
B = (X + Y)
2
= (0,01 + 0,012)
2
= 0,011 m
Mencari nilai I
I = Ci
B
= 10 m
0,011m
= 909,09 m
Mencari nilai P
P = iii x skala peta
iii = panjang kontur terpanjang = 65 cm
skala = 1: 35.714,29
P = 65 cm x 35714,29
= 2.321.428,2 cm
= 23.321,428 m
Mencari nilai A
A = Tebal Akuifer x P
= 35 m x 23.321,428 m
= 816.249,98 m2
Menentukan nilai Q
K = 30 m / hari
Q=KxIxA
= 30 m/hari x 909,09 m x 816.249,98 m2
= 2,226 x 1010 m3 / hari
VI. PEMBAHASAN
Praktikum Hidrologi Lingkungan telah masuk pada pertemuan ke 6.
Kegiatan praktikum ini dilaksanakan di lapangan. Yaitu terletak di daerah
Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman, daerah Minomartani. Disini
praktikan melakukan praktikum dua praktikum yaitu acara 6 dan 7 yang mana
keduanya membutuhkan data lapangan berupa sumur gali. Praktikum yang
dilakukan yaitu konstruksi flownet dan menghitung debit airtanah dengan
flownet.
Pada praktikum lapangan ini praktikan diwajibkan mencari sumur
minimal sebanyak 20 sumur disetiap wilayah yang telah dibagi sebelumnya.
Sumur yang diambil datanya kira kira memiliki jarak minimal 50 meter.
Pencarian sumur dilakukan untuk mencari tinggi muka air tanah pada
kecamatan Ngaglik ini. Tinggi muka air tanah disini berupa garis garis
kontur yang melewati titik titik dimana setiap sumur berada atau diplotkan
dipeta. Dari garis garis kontur ini dapat dlihat pula aliran air tanah atau arah
aliran air. Dari garis kontur ini dapat dilihat apakah aliaran air sumur
mengandung logam berat atau zat berbahaya mengingat bahwa didekat
perumahan ataupun sumur sangat dekat jaraknya dengan ternak warga berupa
sapi dan juga kotoran ternak.
Dalam menetukan kontruksi flownet dilakukan dengan penggunaan
interpolasi pada setiap TMA terlebih dahulu. TMA dapat dicari dari nilai
elevasi dikurangi h. Dalam penentuan TMA ini praktikan harus teliti, dan
pembacaan GPS untuk nilai elevasi, pengukuran h1 dan h2 harus dilakukan
lebih teliti. Kesalahan perhitungan dan pembacaan akan mempengaruhi nilai
TMA.
Dari kostruksi flownet ini dapat dihitung tingkat kemiringan air tanah,
dan selain itu dapat juga untuk menghitung debit. Kemiringan ini juga
memungkinkan mempengaruhi tingkat debit air tanah, karena sesuai kaidah
aliran air yaitu, air mengalir dari tempat tinggi ketempat yang rendah.
Kondisi topografi dilapangan menunjukkan arah aliran air menuju ke selatan,
karena topografi menunjukkan tanah landai menuju selatan (utara lebih tinggi
daripada selatan).
Dalama cara ini laju debit diukur dengan parameter K, I, A. Nilai K
telah ditentukan yaitu 30 m / hari. Nilai I didapat dari interval kontur dan
jumlah kontur sejajar dibagi dua, dan didapatkan hasilnya yaitu 0,011 m.
Sedangkan nilai A didapat dari nilai panjang kontur terpanjang dikali
skala peta, dan didapat hasilnya adalah 23.321,428 m. Setelah didapatkan
nilai nilai diatas, baru nilai debit bias diukur, dan setelah dihitung, nilai
debit yang didapat adalah 9,9 x 10-9 m3 / hari.
V. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilaksanakan, praktikan dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Ketinggian muka air tanah tiap tempat/daerah berbeda - beda, hal ini di
pengaruhi oleh stuktur geologi yang menyusun daerah tersebut.
2. Kualitas air tergantung dengan daerah masing - masing tiap daerah.
3. Dimana praktikum ini bertujuan untuk membuat konstruksi flownets dan
mengaplikasikan flownets untuk kepentinagn analisis air tanah terutama untuk
penetuan debit aliran.
4. pembuatan konstruksi flownet dibutuhkan sumur untuk menentukan tinggi
muka air tanah.
5. Flownets ini digunakan untuk menetukan besarnya debit aliran sungai ,untuk
mengetahi daerah tangkapan dan derah pemanfaatan, untuk memprediksi arah
pencemaran air tanah dan untuk mengetahi perubahan pola aliran serta
besarnya penurunan air tanah oleh manusia.
6. Dari hasil perhitungan yang cukup panjang di ketahui nilai Q = 2,226 x 1010
m3/hari.
DAFTAR PUSTAKA

Asrifah Dina.2008.Buku Panduan Praktikum Hidrologi Lingkungan.Universitas


Pembangunan Nasional Veteran.Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai