Anda di halaman 1dari 75

PERENCANAAN PELABUHAN

DEFINISI PELABUHAN
Pelabuhan (port) adalah daerah perairan yang terlindung terhadap gelombang, yang
dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga dimana kapal dapat bertambat
untuk bongkar muat barang, kran-kran (crane) untuk bongkar muat barang, gudang laut
(transito) dan tempat-tempat penyimpanan dimana kapal membongkar barang muatannya, dan
gudang-gudang dimana barang-barang dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama selama
menunggu pengiriman ke daerah tujuan atau pengapalan.
Pelabuhan merupakan suatu pintu gerbang untuk masuk ke suatu wilayah atau negara dan
sebagai prasarana penghubung antar daerah, antar pulau atau bahkan antar negara, benua dan
bangsa.

Lokasi pelabuhan ditetapkan dengan memperhatikan:


a) Arah angin
b) Keadaan tinggi gelombang
c) Perbedaan pasang surut
d) Kemungkinan adanya perluasan pelabuhan
e) Luas perairan di muka pelabuhan untuk memutar kapal
f) Keamanan terhadap kebakaran
g) Strategi
h) Pemeriksaan keadaan tanah

ARAH ANGIN
Dalam perencanaan sesungguhnya, arah angin ditentukan dengan melakukan survey
menggunakan alat anemometer sehingga nantinya bisa didapat arah angin dominan dan
besarannya. Dalam tugas ini, arah angin dominan, durasi dan kecepatannya sudah ditentukan.
 Arah angin diukur : 70⁰ dari arah utara berlawanan arah jarum jam.
Arah angin laut yang digunakan adalah angin dari arah laut
pada titik yang direncanakan akan dibangun pelabuhan.
 Kecepatan : 30 km/jam
 Durasi : 1 jam

KEADAAN TINGGI GELOMBANG


Ini penting karena sangat menentukan dan dapat menyebabkan kapal tidak melakukan
bongkar muat.
Gelombang/ombak dapat terjadi jika keadaan yang seimbang dari permukaan air laut
mengalami perubahan yang disebabkan karena:
a. Gerakan kapal
b. Gempa bumi
c. Letusan gunung berapi
d. Tiupan angin
Gelombang yang disebabkan oleh tiupan angin sangat penting untuk diketahui agar dalam
kolam pelabuhan dapat diusahakan air berada dalam kondisi tenang. Tinggi gelombang yang
terjadi dalam kolam disyaratkan melebihi 30 cm atau tergantung kapal yang berlabuh.
Berikut ini adalah tabel kriteria besar gelombang yang cukup agar suatu jenis kapal dapat
melakukan bongkar muat dengan aman.

INRI R. WUISAN | 15021101227


Tabel 1 - Tinggi gelombang yang diperkenankan dikaitkan dengan besar ukuran dan
jenis kapal

Untuk tinggi gelombang yang terjadi pada suatu titik P dalam kolam pelabuhan dapat juga
dihitung dengan rumus (formula Stevenson).

(Pers 2.1 hal 63 “Perencanaan Pelabuhan“ oleh Bambang Triatmodjo)

dimana:
Hp = tinggi gelombang di titik P di dalam pelabuhan (m)
H = tinggi gelombang di mulut pelabuhan (m)
b = lebar mulut (m)
D = jarak dari mulut ke titik P (m)
B = lebar kolam pelabuhan di titik P, yaitu panjang busur lingkaran dengan
jari-jari D dan pada pusat titik tengah mulut (m)

Catatan: Persamaan diatas tidak berlaku untuk titik yang berjarak kurang dari 15 m dari
mulut.
Bila ternyata dalam perhitungan Hp > Hizin, maka perlu dipasang “Breakwater” agar air
dalam kolam pelabuhan lebih tenang. Breakwater dipengaruhi oleh ombak, berupa:
 Gaya tekan hidrostatik, yang besarnya tergantung dari naik dan turunnya ombak.
 Gaya tekan dinamis, yang menjelma dengan pecahnya ombak.

PERBEDAAN PASANG SURUT


Terjadinya pasang surut disebabkan oleh gaya tarik pergerakan deklinasi dari benda-benda
angkasa dari suatu sistem tata surya. Akibat terjadinya pasang surut ini, terjadi ketidak-
tetapan ketinggian muka air terhadap suatu posisi di daratan. Dalam menentukan lokasi
perlabuhan perlu diperhatikan arus pasang surutnya karena dapat merusak dasar dan
konstruksi breakwater.

KEMUNGKINAN PERLUASAN PELABUHAN


Dalam merencanakan suatu pelabuhan, maka kemungkinan perluasan pelabuhan perlu
dipikirkan untuk rencana jangka panjang, apalagi kalau yang direncanakan adalah pelabuhan
umum.
Perlu diperhatikan tersedianya ruang untuk:
a. Perencanaan dermaga
b. Penambahan bangunan-bangunan sipil
c. Perluasan pelabuhan
d. Kemungkinan pembangunan dock untuk perbaikan, perawatan untuk pembuatan kapal, dll.

LUAS DAERAH PERAIRAN DI MUKA PELABUHAN UNTUK MEMUTAR KAPAL


Untuk memutar kapal, diperlukan diameter minimum 20% lebih panjang dari panjang kapal
terbesar yang menggunakannya.
(sumber: ”Perencanaan Pelabuhan” hal 37 oleh Bambang Triatmodjo)
Jadi,
D = 20% L + L
dimana:
L = Panjang kapal

Dalam perencanaan tugas ini, dipakai ukuran kapal yang terbesar yaitu CONTAINER: 20000
DWT dengan L = 201 m, jadi:

(Sumber: “Perencanaan Pelabuhan” oleh Bambang Triatmodjo, tabel hal 37)

D = 20% L + L
D = (20/100)*(201 m) + (201 m) = 241,2 m

Rmin = ½*D
Rmin = ½*241,2 m = 120,6 m
KEAMANAN TERHADAP KEBAKARAN
Dalam perencanaan pelabuhan, kemungkinan kebakaran harus dihindari antara lain dengan
menempatkan unit-unit kebakaran pada tempat tempat yang diperkirakan mudah terbakar.

STRATEGI
Pada perencanan pelabuhan, tidak hanya diperlukan strategi ekonomi, tapi perlu pula strategi
pertahanan dan keamanan. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut diatas, kita dapat
membuat beberapa sketsa rencana penempatan pelabuhan yang tepat dan mendekati
sempurna. Perlu pula diperhatikan jaringan lalu lintas yang sudah ada agar tidak terganggu.

PEMERIKSAAN KEADAAN TANAH


Pemeriksaan keadaan tanah sangat penting, terutama untuk keperluan :
a) Perencanaan konstruksi pondasi. Penyelidikan tanah yang dilakukan bisa dengan beberapa
cara:
1) Pengambilan contoh tanah tidak terganggu
2) Pengambilan contoh tanah terganggu

Untuk mendapatkan parameter tanah c, γ, dan φ perlu diambil contoh tanah asli dan diuji
di laboratorium dengan menggunakan Triaxial Test. Contoh tanah tidak terganggu harus
mewakili dengan baik tanah di kedalaman tempat asalnya. Untuk mempertahankan kondisi
tersebut harus dilakukan teknik tertentu, seperti boring.
Setelah didapat parameter tanahnya, maka dapat ditentukan jenis konstruksi pondasi yang
akan digunakan.

b) Penentuan jenis kapal keruk yang dipakai.


FETCH EFEKTIF
Pada perencanaan pelabuhan ini, data mengenai gelombang tidak diperoleh. Untuk itu
diperlukan menghitung “fetch efektif” guna memperoleh data tersebut. Fetch adalah jarak
bebas di atas permukaan air laut, merupakan daerah pembangkit gelombang yang ditimbulkan
oleh angin dengan arah dan kecepatan yang sama. Bentuk fetch tidak teratur akibat bentuk
garis pantai yang tidak teratur, maka untuk keperluan peramalan gelombang perlu ditentukan
besarnya fetch efektif yang dihitung dengan rumus (Teknik Pantai, 1999):
∑(𝑹𝒊 × 𝐜𝐨𝐬 𝜶𝒊)
𝑭𝒆𝒇𝒇 =
∑ 𝐜𝐨𝐬 𝜶𝒊
dimana:
Feff : panjang fetch efektif (km)
Ri : proyeksi radial pada arah angin (km)
αi : sudut antara jalur fetch yang ditinjau dengan arah angin
Dengan diperolehnya fetch efektif, ditambah data mengenai kecepatan angin berhembus,
maka dapat diketahui tinggi gelombang pada lokasi pelabuhan dengan menggunakan grafik
(terlampir).

Cara perhitungan / pembuatan fetch efektif yaitu:


a) Dari lokasi yang akan direncanakan dibuat pelabuhan, ditarik garis lurus yang sejajar
arah angin yang ada.
b) Dari garis tersebut, dapat dilihat 2 kemungkinan :
 Garis tersebut akan mengenai daratan
 Garis tersebut tidak akan mengenai daratan
c) Selanjutnya buat garis lurus yang membentuk sudut 45˚ dengan garis sejajar arah
angin tersebut, ke arah kiri dan kanan.
d) Sudut 45˚ tersebut kemudian dibagi dalam beberapa segmen yang sudutnya 5˚
sehingga terdapat beberapa garis lurus.
e) Apabila dari garis-garis lurus tersebut ada garis yang tidak mengenai daratan/pulau,
diganti dengan garis yang baru dengan sudut tertentu dengan arah kedaratan/pulau.
f) Ukur panjang garis dari lokasi pelabuhan sampai ke ujung seberang yang berpotongan
tegak lurus dari arah angin (Xi).
g) Hitung cosinus sudut tersebut.
h) Buat dalam bentuk tabel.
Catatan:
 Garis yang mengenai daratan adalah garis dimana jika mengena daratan maka arah
anginnya akan kembali.
 Garis yang tidak mengenai daratan adalah garis dimana jika tidak mengena daratan
maka arah angin akan terus.
 Peta yang digunakan untuk menghitung fetch efektif perlu diperhatikan skalanya.
Dalam tugas ini, peta yang digunakan dicetak sehingga skalanya menjadi 1:180.000 (1
cm pada peta = 180.000 meter di lapangan). Hal ini dapat diperiksa pada skala batang
yang ada pada peta.

Contoh perhitungan fetch efektif untuk R5


Diketahui:
Skala = 1 : 180.000
α = 25°
R5 = 11,9 cm (pada peta)
R5 = 11,9 x 180000
= 2142000 m
= 21,42 km (ukuran sebenarnya)
Maka,

𝑅5 cos 𝛼 = 11,9 cos 25𝑜


𝑅5 cos 𝛼 = 19,413 km
Perhitungan selanjutnya dibuat dalam bentuk tabel.
MENGHITUNG FETCH EFEKTIF
Ri Ri cos a
jarak
No Sudut Cosα jarak pada
sebenarnya (km)
peta (cm)
(km)
1 45 0,707107 9,25 16,65 11,77333
2 40 0,766044 9,7 17,46 13,37514
3 35 0,819152 10,2 18,36 15,03963
4 30 0,866025 10,9 19,62 16,99142
5 25 0,906308 11,9 21,42 19,41311
6 20 0,939693 12,9 23,22 21,81966
7 15 0,965926 14,5 26,1 25,21066
8 10 0,984808 16,7 30,06 29,60332
9 5 0,996195 15,9 28,62 28,51109
10 0 1 15,3 27,54 27,54
11 5 0,996195 14,85 26,73 26,62828
12 10 0,984808 14,5 26,1 25,70348
13 15 0,965926 14,4 25,92 25,0368
14 20 0,939693 14,3 25,74 24,18769
15 25 0,906308 14,35 25,83 23,40993
16 30 0,866025 14,5 26,1 22,60326
17 35 0,819152 14,9 26,82 21,96966
18 40 0,766044 15,25 27,45 21,02792
19 45 0,707107 15,7 28,26 19,98284
15,42936 419,8272

∑(𝑅𝑖 × cos 𝛼𝑖)


𝐹𝑒𝑓𝑓 = ∑ cos 𝛼
𝑖
419,8272
𝐹𝑒𝑓𝑓 =
15,4293
𝐹𝑒𝑓𝑓 = 27,21 𝑘𝑚
Konversi Kecepatan Angin
Biasanya pengukuran angin dilakukan di daratan, padahal rumus-rumus pembangkitan
gelombang data angin yang digunakan adalah yang ada di atas permukaan laut. Oleh karena
itu diperlukan transformasi dari data angin di lokasi stasiun angin ke data angin di atas
permukaan laut. Hubungan antara angin di atas laut dan angin di atas daratan terdekat
diberikan oleh RL = UW / UL, seperti diperlihatkan pada Gambar 1.

Gambar 1 Hubungan antara kecepatan angin di laut dan darat (Perencanaan Pelabuhan, Bambang
Triadmojo, hal 124)

Rumus-rumus dan grafik pembangkitan gelombang mengandung variabel UA yaitu wind-


stress factor (faktor tegangan angin) yang dapat dihitung darikecepatan angin. Kecepatan
angin dikonversikan pada faktor tegangan angina dengan menggunakan rumus berikut:
𝑈𝐴 = 0.71 (𝑈𝑊)1.23 (Teknik Pantai, Bambang Triadmojo, hal 124)

dimana:
UW = kecepatan angin di laut (m/dt)
Menghitung Tinggi dan Periode Gelombang
Diketahui:
Kecepatan angin di darat dekat laut (UL) = 30 km/jam = 8,333 m/det
Kemudian diplot pada grafik Gambar 1 untuk mendapatkan nilai RL.

Cara membaca Grafik:


 Plot nilai UL pada bagian absis disesuaikan dengan satuannya (m/det ; mph ; kn).
 Diinterpolasi untuk menentukan titik untuk nilai UL = 8,333 pada absis dengan rumus :
𝑥𝑛 − 𝑥 1
𝑦𝑛 = 𝑦1 + 2 − 𝑥1 × (𝑦2 − 𝑦1)
𝑥
Dimana:
xn = nilai UL yang diketahui = 8,333 m/s
x1 = nilai batas bawah UL yang diketahui = 5 m/s
x2 = nilai batas atas UL yang diketahui = 10 m/s
yn = posisi titik yang akan dicari
y1 = posisi titik nilai batas bawah UL yang diketahui = 26,79 cm
y2 = posisi titik nilai batas atas UL yang diketahui = 53,95 cm
maka,

𝑦𝑛 = 0 + 8,333 − 5
× (53,95 − 26,79) = 18,105 𝑐𝑚
10 − 5
Didapat titik untuk nilai UL = 8,333 pada absis = 18,105 cm dari titik 26,79 cm
yaitu pada titik dimana nilai UL = 5
 Kemudian tarik garis vertikal sampai menyentuh lengkung pada grafik.
 Tarik garis horizontal dari pertemuan garis vertikal dan lengkung pada grafik menuju
ordinat.
 Nilai pada bagian ordinat merupakan nilai RL.
 Nilai pada ordinat diperoleh menggunakan interpolasi dengan rumus :

𝑦𝑛 − 𝑦1
𝑥𝑛 = 𝑥1 + × (𝑥2 − 𝑥1)
2 − 𝑦1
𝑦
Dimana :
xn = nilai RL yang akan dicari
x1 = nilai batas bawah RL yang diketahui =1
x2 = nilai batas atas RL yang diketahui = 1,5
yn = posisi titik nilai RL yang diketahui = 14,145 cm
y1 = posisi titik nilai batas bawah RL yang diketahui = 0 cm
y2 = posisi titik nilai batas atas RL yang diketahui = 32,5124 cm
maka,
14,145 − 0
𝑥𝑛 = 1 + × (1,5 − 1) = 1,2175
32,5124 − 0
didapat RL = 1,2175

Kecepatan angin di laut:

𝑈𝑊 = 𝑅𝐿 × 𝑈𝐿 = 1,2175 × 8,333 = 10,145 𝑚/𝑑𝑒𝑡

Faktor tegangan angin:


𝑈𝐴 = 0,71 (𝑈𝑊)1.23 = 0.71 × (10,145)1.23 = 12,273 𝑚/𝑑𝑒𝑡
Selanjutnya dihitung tinggi dan periode gelombang berdasarkan UA dan F, dan berdasarkan
UA dan durasi angin menggunakan grafik berikut:

Gambar 2 Grafik Peramalan Gelombang (Perencanaan Pelabuhan, Bambang Triadmojo, hal 128)

Dari kedua hasil, diambil nilai yang lebih kecil.


Cara membaca grafik di bagi menjadi 2 bagian:
Cara 1
 Plot nilai Fetch Efektif pada absis vertical dibagian kanan grafik, kemudian tarik garis ke
arah kiri.
 Diinterpolasi untuk menentukan titik untuk nilai feff = 27,21 pada absis dengan rumus:
𝑥𝑛 − 𝑥 1
𝑦𝑛 = 𝑦1 + 2 − 𝑥1 × (𝑦2 − 𝑦1)
𝑥
Dimana :
xn = nilai feff yang diketahui = 27,21 km
x1 = nilai batas bawah feff yang diketahui = 20 km
x2 = nilai batas atas feff yang diketahui = 30 km
yn = posisi titik yang akan dicari
y1 = posisi titik nilai batas bawah feff yang diketahui = 0 cm
y2 = posisi titik nilai batas atas feff yang diketahui = 369,5825 cm
maka,

𝑦𝑛 = 0 + 27,21 − 20
× (369,5825 − 0) = 266,469 𝑐𝑚
30 − 20
Didapat titik untuk nilai feff = 27,21 pada absis = 266,469 cm dari titik 0 cm
yaitu pada titik dimana nilai feff = 20
 Plot Tegangan Angin pada garis horizontal di bagian bawah grafik, kemudian tarik garis
ke arah atas.
 Diinterpolasi untuk menentukan titik untuk nilai UA = 12,273 pada absis dengan rumus :
𝑥𝑛 − 𝑥 1
𝑦𝑛 = 𝑦1 + 2 − 𝑥1 × (𝑦2 − 𝑦1)
𝑥
Dimana :
xn = nilai UA yang diketahui = 12,273 m/d
x1 = nilai batas bawah UA yang diketahui = 12 m/d
x2 = nilai batas atas UA yang diketahui = 14 m/d
yn = posisi titik yang akan dicari
y1 = posisi titik nilai batas bawah UA yang diketahui = 0 cm
y2 = posisi titik nilai batas atas UA yang diketahui = 286,5653 cm
maka,

𝑦𝑛 = 0 + 12,273 − 12
× (286,5653 − 0) = 39,116 𝑐𝑚
14 − 12
Didapat titik untuk nilai UA = 12,273 pada absis = 39,116 cm dari titik 0 cm
yaitu pada titik dimana nilai UA = 12 m/d
 Jika garis Tegangan Angin dan Fetch bertemu, di situlah nilai yang akan di ambil untuk
mendapatkan nilai Tinggi Gelombang ataupun periode atau nilai lainnya.

Cara 2
 Plot nilai Fetch Efektif pada garis vertical dibagian kanan grafik, kemudian tarik garis
dari titik tersebut ke arah kiri grafik. Garis yang dibuat harus sejajar dengan garis nilai
durasi kecepatan angin yang ada pada grafik.
 Diinterpolasi untuk menentukan titik untuk nilai feff = 27,21 pada absis dengan rumus:
𝑥𝑛 − 𝑥 1
𝑦𝑛 = 𝑦1 + 2 − 𝑥1 × (𝑦2 − 𝑦1)
𝑥
Dimana:
xn = nilai feff yang diketahui = 27,21 km
x1 = nilai batas bawah feff yang diketahui = 20 km
x2 = nilai batas atas feff yang diketahui = 30 km
yn = posisi titik yang akan dicari
y1 = posisi titik nilai batas bawah feff yang diketahui = 0 cm
y2 = posisi titik nilai batas atas feff yang diketahui = 369,5825 cm
maka,

𝑦𝑛 = 0 + 27,21 − 20
× (369,5825 − 0) = 266,469 𝑐𝑚
30 − 20
Didapat titik untuk nilai feff = 27,21 pada absis = 266,469 cm dari titik 0 cm
yaitu pada titik dimana nilai feff = 20
 Plot Tegangan angin pada garis horizontal pada bagian bawah grafik, kemudian tarik
hingga bersentuhan dengan garis Fetch Efektif yang telah dibuat sejajar dengan garis
nilai durasi kecepatan angin.
 Diinterpolasi untuk menentukan titik untuk nilai UA = 12,273 pada absis dengan rumus :
𝑥𝑛 − 𝑥 1
𝑦𝑛 = 𝑦1 + 2 − 𝑥1 × (𝑦2 − 𝑦1)
𝑥
Dimana :
xn = nilai UA yang diketahui = 12,273 m/d
x1 = nilai batas bawah UA yang diketahui = 12 m/d
x2 = nilai batas atas UA yang diketahui = 14 m/d
yn = posisi titik yang akan dicari
y1 = posisi titik nilai batas bawah UA yang diketahui = 0 cm
y2 = posisi titik nilai batas atas UA yang diketahui = 286,5653 cm
maka,

12,273 − 12
𝑦𝑛 = 0 + × (286,5653 − 0) = 39,116 𝑐𝑚
14 − 12
Didapat titik untuk nilai UA = 12,273 pada absis = 39,116 cm dari titik 0 cm
yaitu pada titik dimana nilai UA = 12
 Titik persilangan garis tersebut akan menentukan nilai tinggi gelombang atau periode.

Berdasarkan grafik, diinterpolasi untuk mendapatkan nilai tinggi gelombang (H) dan periode
gelombang (T) menggunakan rumus:

Dimana:
X= Tinggi gelombang atau periode yang akandicari H 1= Batas bawah tinggi gelombang atau periode H 2= Batas atas tin
B1= Posisi titik nilai batas bawah tinggi gelombang atau periode
B2= Posisi titik nilai batas atas tinggi gelombang atau periode

𝑥=𝐻 − 𝐵1 −𝐻)
(𝐻 ×
1 1 2
𝐵2
Berdasarkan nilai UA dan fetch:
39,977
𝐻=1− × (1 − 1.25) = 0,966 𝑚
295,3251
203,1678
𝑇=4− × (4 − 4.5) = 3,65 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
292,895
Berdasarkan nilai UA dan durasi angin didapat:
48,1077
𝐻 = 1,25 − × (1,25 − 1,5) = 1,20013 𝑚
241,164
𝑇 =5− 23,73 × (5 − 5,5) = 4,95 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
237,2552
Berdasarkan nilai UA dan durasi angin 4 jam didapat:
11,3190
𝐻 = 0,4 − × (0,4 − 0,5) = 0,396 𝑚
285,6855
129,1407
𝑇 = 2,2 − × (2,2 − 2,4) = 2,08 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
218,2998
Dari ketiga hasil di atas diambil nilai yang paling besar yaitu:
𝐻 = 1,20013 𝑚
𝑇 = 4,95 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
Dalam peraturan perencanaan pelabuhan, jenis kapal berpengaruh pada ukuran tinggi
gelombang ijin. Dalam tugas ini direncanakan 4 jenis kapal yang akan berlabuh:

Ukuran Tinggi
Ukuran Kapal (DWT)
Gelombang
Kapal : 1000 DWT maks 0,2 m
Kapal : (1000 -3000 )DWT maks 0,6 m
Barang padat umum
Kapal : (1300-15000) maks 0,8 m
Kapal RO/RO (Roll on/Roll off) maks 0,2 m
Barang cair /gas kapal tanker (uk.50.000 DWT) maks 1,2 m
LASH (ligther aboard ship)
kapal peti kemas
Barang khusus maks 0,6
BACAT (barge aboard
Catamaran)

Ho = 1,20013 m > Hizin = 0,8 m

Maka, untuk bisa masuknya kapal dengan ukuran 8000 DWT ke pelabuhan di perlukan
pembangunan breakwater.
TINGGI GELOMBANG PECAH
Dalam menghitung tinggi gelombang pecah, maka diperlukan data-data:
 Panjang gelombang (Lo)
 Periode (T) = 4,95 detik
 Tinggi gelombang (Ho) = 1,20013 m
Kelandaian dihitung dengan rumus:

𝐼 = ∆𝐻
𝐿
Dari peta dibuat potongan untuk mengetahui kelandaian.

cm Jarak m
Kedalaman

0 0 0
-10 0,0238 42,84
-20 0,0285 51,30
-30 0,0331 59,58
-40 0,0418 75,24
-50 0,0653 117,54
-60 0,09 162,00
-70 0,1156 208,08
-80 0,1389 250,02
-90 0,1608 289,44
-100 0,1823 328,14
-110 0,2035 366,30
-120 0,2234 402,12
-130 0,2421 435,78
-140 0,2634 474,12
Perhitungan kedalaman laut pada potongan I-I

Potongan I-I
Potongan I-I Linear (Potongan I-I)
0
-10 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500
-20
-30
-40
-50
-60
-70
-80
-90
-100
-110
-120
-130
-140
-150

Dari peta diperoleh kedalaman laut 140 m dan jarak dari daratan 474,12 m.

maka,

Kelandaian (m) = 140 = 0,2952838 → 29,53 %


474,12
Panjang gelombang (Lo)

Rumus:

𝐿0 = 1.56 𝑇 2 (Perencanaan Pelabuhan, Bambang Triadmojo, hal 85)

Dimana:

T = periode

L0 = 1,56 (4,95)2 = 38,224 m

Tinggi gelombang pecah (Hb)

Dari data-data yang ada:

Tinggi gelombang (Ho) = 1,20013 m

Kelandaian pantai (m) = 0,2952838

Periode (T) = 4,95 detik

H0 1,20013
= = 0,004993
gT2 9.81(4,952)

Dari grafik (sumber: “Perencanaan Pelabuhan” oleh Bambang Triadmojo, hal.117) dengan
menggunakan interpolasi, didapat:
Hb 3,2248
=1− × (1 − 1,5) = 1,29599
Ho 5,4474

Maka,

Hb = 1,29599 H0 = 1,29599(1,20013) = 1,555 m

Jadi tinggi gelombang pecah (Hb) = 1,56 m


Hb 1,555
= = 0.00647
gT2 9,81(4,9499)

Dari grafik (sumber: “Perencanaan Pelabuhan” oleh Bambang Triadmojo, hal.118) dengan
menggunakan interpolasi, didapat:
db 4,4774
= 0,6 − × (0,6 − 0,8) = 0,7986
Hb 4,5081

Maka,

𝑑𝑏 = 1.253 𝐻𝑏 = 1,555 (0,7986) = 1,242 𝑚


Jadi kedalaman gelombang pecah (db) = 1,242 m

Cara membaca grafik:


 Plot nilai Ho/gT2 pada absis.
 Tarik garis vertikal ke arah atas hingga menyentuk salah satu lengkung sesuai nilai m
(kelandaian)
 Tarik haris horizontal menuju ordinat hingga bisa didapat nilai Ho/gT2.

Cara membaca grafik:


 Plot nilai Hb/gT2 pada absis.
 Tarik garis vertikal ke arah atas hingga menyentuk salah satu lengkung sesuai nilai m
(kelandaian)
 Tarik garis horizontal menuju ordinat hingga bisa didapat nilai db/Hb.
ENERGI GELOMBANG
Energi gelombang terdiri dari energi kinetik dan energi potensial.

Maka diperoleh:

(1024)(9,81)((1,20013)2)
E = 8 = 1808,57 kg/det2
RENCANA KEDALAMAN PERAIRAN

Rencana kedalaman perairan disesuaikan dengan ukuran kapal yang akan menggunakan
pelabuhan tersebut. Pada umumnya kedalaman air dasar kolam pelabuhan berdasarkan full
loaded draft (maximum draft). Dari kapal yang tertambat dengan jarak aman / ruang bebas
(clearance) sebesar 0,8 – 1,0 m di bawah luas kapal.

PASSENGER CARGO CONTAINER DRY BULK


DATA
10.000 GT 8.000 DWT 20.000 DWT 15.000 DWT

Panjang Kapal (m) 154 126 201 145

Lebar (m) 20,9 18,7 27,1 21

Sarat Kapal (Draft)


6,2 8 10,6 8,4
(m)

Taraf dermaga ditetapkan antara 0,5 – 1,5 m di atas air pasang sesuai dengan besarnya kapal.
(Sumber : “Perencanaan Pelabuhan” oleh Soedjono Karmadibrata, hal 310).

Data yang digunakan adalah data kapal yang paling maksimum, sehingga untuk data sarat
kapal digunakan data kapal cargo:

- Sarat kapal : 10,6 m


- Clearance : 1,0 m
Kedalaman perairan:

h = Sarat kapal + beda pasang surut + clearance + ⅓ tinggi ombak

= 10,6 m + 1,0 m + 1.0 m + (⅓ * 1,20013 m) = 13 m

Jadi :

Untuk kedalaman perairan diambil yang terbesar = 13 m

Untuk tinggi dermaga rencana = 13 m + free board

= 13 m + 1 m = 14 m
LEBAR ALUR PELAYARAN

Alur pelayaran yang dalam hal ini menggunakan dua jalur untuk melayani kapal yang akan
masuk ke kolam pelabuhan. Dalam perencanaan ini, kapal dengan lebar terbesar yang akan
beroperasi adalah Container (Angkut) : 20.000 DWT = 23,7 m.

Gambar 12 – Sketsa Alur Pelayaran Dua Arah

 Lebar kapal (B) = 27,1 m


 Panjang kapal (L) = 201 m

Untuk lebar alur pelayaran dipakai rumus:


L = 1,5 B + (1,2 s/d 1,5 ) B + 30,00 + (1,2 s/d 1,5 ) B + 1,2 B

(Sumber : ”Perencanaan Pelabuhan” oleh Soedjono Kramadibrata, hal 341)


Maka,
L = 1,5 (27,1 m) + 1,5 (27,1 m) + 30,00 + 1,5 (27,1 m) + 1,2 (27,1 m)
L = 184,47 m
Untuk memutar kapal dipakai rumus:
D = 20% L + L = (20/100)*(201 m) + (201 m) = 241,2 m
Rmin = ½*D = ½*204 m = 120,6 m
RENCANA TAMBATAN / PANJANG DERMAGA DAN LEBAR DERMAGA
Rumus untuk menghitung panjang dermaga adalah sebagai berikut:

𝐿𝑝 = 𝑛𝐿𝑜𝑎 + (𝑛 + 1) × 10% × 𝐿𝑜𝑎

dimana,
Lp = panjang dermaga

Loa = panjang kapal yang ditambat

n = jumlah kapal yang ditambat

Gambar 14 – Dimensi Dermaga (Sumber : “Perencanaan Pelabuhan” oleh Bambang


Triatmodjo, hal. 214 - 215)

Ada 4 jenis kapal yang direncakan akan berkunjung, sehingga perencanaan jumlah tambatan harus
dihitung sesuai kebutuhan dengan asumsi jumlah hari kerja per tahun adalah 365 hari.

• Passenger 10.000 GT (kapasitas 1000 org)


Data penumpang yang diramalkan/tahun = 1.000.000 org/thn
Jumlah kapal yang berkunjung/tahun : 1.000.000/1.000 = 1000 kapal
Jumlah kapal/hari : 1000/365 = 2,7397 kapal ~ 3 kapal

• Jumlah tambatan yang dibutuhkan = 3 buah


Cargo 8000 DWT
Data tonase yang diramalkan/tahun = 2.000.000 ton/thn
Jumlah kapal yang berkunjung/tahun : 500.000/8.000 = 62,50 kapal
Jumlah kapal/hari : 62,50/365 = 0,17 kapal ~ 1 kapal
Jumlah tambatan
• Container yang dibutuhkan
20000 DWT = 1 buah
Data tonase yang diramalkan/tahun = 1.200.000 ton/thn
Jumlah kapal yang berkunjung/tahun : 1.200.000/20000 = 60 kapal
Jumlah kapal/hari : 60/365 = 0,164 kapal ~ 1 kapal
Jumlah tambatan yang dibutuhkan = 1 buah
•Dry Bulk 15000 DWT
Data tonase yang diramalkan/tahun = 1.000.000 ton/tahun
Jumlah kapal yang berkunjung/tahun : 1.000.000/15000 = 66,67 kapal

Jumlah kapal/hari : 66,67/365 = 0,18 kapal ~ 1 kapal


Jumlah tambatan yang dibutuhkan = 1 buah

Rekapitulasi hasil perhitungan tambatan :


Jenis Kapal Jumlah Kapal Jumlah Tambatan
Passenger (kapasitas 1000 org) 3 1
Cargo 1 1
Container 1 1
Dry Bulk 1 1
Total 6 4
Maka total tambatan yang akan dibuat adalah 4 buah tambatan, sehingga panjang dan lebar
dermaga dihitung sebagai berikut.

Jenis Kapal Panjang Kapal


Passenger 10000 GT 154
Cargo 8000 DWT 126
Container 20000 DWT 201
Dry Bulk 15000 DWT 145

 Panjang Dermaga
Panjang dermaga dihitung untuk semua jenis kapal yang akan bertambat sebagai
berikut :
 Passenger
𝐿𝑝 = 1 × 154 𝑚 + (3 + 1) × 10% × 154
𝐿𝑝 = 184,4 𝑚

 Cargo
𝐿𝑝 = 1 × 126 𝑚 + (1 + 1) × 10% × 126
𝐿𝑝 = 151,2 𝑚

 Container
𝐿𝑝 = 1 × 201 𝑚 + (1 + 1) × 10% × 201
𝐿𝑝 = 241,2 𝑚

 Dry bulk
𝐿𝑝 = 1 × 145 𝑚 + (1 + 1) × 10% × 145
𝐿𝑝 = 174 𝑚

Total :
184,4 + 151,2 + 241,2 + 174 = 751,2 m

Maka panjang dermaga rencana adalah 760 m.

 Lebar Dermaga
Dalam merencanakan lebar dermaga banyak ditentukan oleh kegunaan dari dermaga
tersebut, ditinjau dari jenis volume barang yang mungkin ditangani pelabuhan /
dermaga tersebut. Diambil lebar dermaga 20 m untuk jalan kendaraan dan gudang
barang.

Kesimpulan :
Jadi, panjang total dermaga = 760 m dan lebar dermaga = 20 m
PERENCANAAN PEMECAH GELOMBANG (BREAKWATER)

Pemecah gelombang (breakwater) adalah bangunan yang digunakan untuk melindungi daerah
perairan pelabuhan dari gangguan gelombang.Bangunan ini memisahkan daerah perairan dari
laut bebas sehingga, perairan pelabuhan tidak banyak dipengaruhi oleh gelombang besar di
laut.

Macam dan Tipe Breakwater


 Breakwater yang dihubungan dengan pantai
 Breakwater lepas pantai

Pemecah gelombang terdiri atas tiga tipe, yaitu:


 Pemecah gelombang sisi miring
 Pemecah gelombang sisi tegak
 Pemecah gelombang campuran

Perencanaan breakwater sisi miring biasanya dibuat dari tumpukan batu alam yang dilindungi
oleh lapisan pelindung (armour) berupa batu besar atau beton dengan bentuk tertentu. Beton
dan batu buatan terdiri dari:
 Tetrapod -- mempunyai empat kaki yang berbentuk kerucut terpancung
 Tribar -- mempunyai tiga kaki yang saling dihubungkan dengan lengan
 Ouddripod -- mempunyai bentuk mirip tetrapod tetapi sumbu-sumbu dari ketiga
kakinya berada pada bidang datar
 Dolos -- terdiri dari dua kaki saling silang menyilang dan dihubungkan dengan lengan

Dalam perencanaan breakwater, dipilih model “Rubble Mound” karena memiliki keuntungan
:
 Elevasi puncak bangunan rendah
 Gelombang refleksi kecil
 Kerusakan berangsur-angsur
 Perbaikan murah
 Harga murah
MENENTUKAN BERAT DARI UNIT ARMOUR

Diketahui, syarat pembuatan Breakwater terpenuhi, yaitu:


Ho > H izin = 1,20013 m > 0,8 m
 ᵞr batu alam = 165 lbs/cuft
 ᵞr tetrapod = 140 lbs/cuft
 ᵞw = 64 lbs/cuft
 Sr = 165/64 = 2.578
 H = 1,20031 m = 3,937 ft
 Cot θ = 1,5
 KA (lapis lindung) = 1,04 (tetrapod) dan 1,15 (batu alam)
 KD = 5,0 (tabel 5.2)

Berat Unit Armour (Lapis Pelindung)

Lapisan I (Tetrapods):
140 𝑥 3,9373
W1 = 5,0 𝑥 (2,578−1)3 𝑥 1,5 = 289,9227 lbs

W1 = 289,9227 lbs * Fk = 289,9227 * 1,5 = 434,8841 lbs

Lapisan II (Batu Alam):

W2 = 𝑊1
= 434,8841 = 43,48841 lbs
10 10

Lapisan III (Batu Alam):

W3 = 𝑊1
= 434,8841 = 0,7248 lbs
600 600
Menentukan Lebar Crest
B=n*
𝑊 1⁄
3
𝐾𝐴∗ ( )
𝛾𝑟

n = jumlah unit armour (diketahui 3 lapis)


lapis I
𝐵 :
= 3 * 1,04 * 434,8841 1⁄
3
= 3,2306 ft = 0,985 m ~ 1 m
1 ( )
140

lapis II : 𝐵 = 3 * 1,15 * 43,48841 1⁄ = 0,303 ft = 0,092 m ~ 0,1 m


2 ( )3
165

lapis III : 𝐵
= 3 * 1,15 * 0,7248 1⁄ = 0,0051 ft = 0,002 m ~ 0,1 m
3 ( ) 3
165

Menentukan Tebal Lapisan Armour


T=m*
𝑊 1⁄
3
𝐾𝐴∗ ( )
𝛾𝑟

m = jumlah armour -1 = n -1 = 2
lapis I :𝑇
= 2 * 1,04 * 434,8841 1⁄
3
= 2,154 ft = 0,656 m
1 ( )
140

lapis II : 𝑇 = 2 * 1,15 * 43,48841 1⁄


3
= 0,202 ft = 0,062 m
2 ( )
165
Menentukan Elevasi dari Crest

Tinggi gelombang (H) = 1,20013 m = 3,937 ft

Panjang gelombang (L) = 38,22375 m = 125,406 ft

Beda pasang surut (Zo) =1m

Panjang gelombang dihitung dengan rumus:


𝐻⁄ = 1,20013⁄ = 0,0314 & tg α = 1
= 2/3
𝐿 38,22375 cot 𝛼

Hb
Pada perhitungan panjang gelombang = 0,00647 m
gT2

2
𝐼𝑟 =
3
= 3,762
(1,20013/38,22375)0.5

Dari grafik diperoleh 𝑅⁄𝐻 = 0,86557

R = 0,86557 * H = 0,82 * 1,20013 m = 1,0388


Gambar 15 – Grafik Runup Gelombang (Sumber : “Perencanaan Pelabuhan” oleh Bambang
Triatmodjo, hal. 178)

- Elevasi crest min. harus berada pada R + 2 * Zo = 1,0388 + (2*1) = 3,0388 m


- Free board (jagaan) = ½ * tinggi gelombang
= ½ * 1,20013 = 0,6 m
- Elevasi crest sesudah ditambah freeboard = 3,0388 m + 0,6 m = 3,6389 m

Untuk perencanaan tinggi breakwater dihitung untuk tiap STA dengan rumus:

Kedalaman Breakwater (h) = Tinggi Breakwater Rencana + (elevasi crest sesudah ditambah freeboard
= 3,6389 m)

Untuk mengetahui dimensi breakwater, perlu dibuat potongan melintang setiap stationing untuk
mengetahui tinggi breakwater pada bagian tengah (H), tinggi sisi kiri (Hkiri), tinggi sisi kanan
(Hkanan), lebar bawah bagian kiri dan kanan (Bkiri dan Bkanan). Untuk dimensi dapat dilihat pada
tabel berikut:
PERHITUNGAN DIMENSI BREAKWATER

H h Bkiri Hkiri Bkanan Hkanan Btotal

No STA
(m) (m) (m) (m) (m) (m) (m)

0 0+ 0 0 4,1186 0 0 0 0 3,688
1 0+ 25 3,2 7,3186 10 3,2 10 16 23,688
2 0+ 50 5 8,888 12,5 5,2 12,5 26 28,688
3 0+ 75 7,1 11,588 16,25 7,6 16,25 38 36,188
4 0+ 100 11,63 14,944 20,5 10,256 20,5 51,282 44,688
5 0+ 125 12,051 16,939 23 12,051 23 60,256 49,688
6 0+ 150 13,59 18,278 25 13,59 25 67,949 53,688
7 0+ 175 15,128 19,816 30 15,128 30 75,641 63,688
8 0+ 200 16,667 21,355 30,5 16,667 30,5 83,333 64,688
9 0+ 225 18,205 22,893 33 18,205 33 91,026 69,688
10 0+ 250 20 23,988 34 20 34 100 71,688
11 0+ 275 20,723 24,411 36 20,723 36 103,614 75,688
12 0+ 300 21,506 25,294 37,5 21,506 37,5 107,53 78,688
13 0+ 325 22,259 25,947 38,5 22,259 38,5 111,295 80,688
14 0+ 350 23,012 26,7 40 23,012 40 115,06 83,688
15 0+ 375 23,765 27,453 41 23,765 41 118,825 85,688
16 0+ 400 24,518 28,206 42 24,518 42 122,59 87,688
17 0+ 425 25,271 28,959 43 25,271 43 126,355 89,688
18 0+ 450 26,024 29,712 46 27,5 44 26 93,688
19 0+ 475 26,777 30,465 52 31 44 26,5 99,688
20 0+ 500 27,349 31,037 53 32,5 44 26 100,688
21 0+ 525 28,193 31,881 55 33 45 27 103,688
22 0+ 550 28,795 32,483 57,5 35 45 27 106,188
23 0+ 575 28,795 32,483 57,5 35 45 27 106,188
24 0+ 600 28,916 32,604 57,5 34 45 27 106,188
25 0+ 625 28,929 32,617 56 34 45,5 27 105,188
26 0+ 650 29,048 32,736 57,5 35 46,5 27 107,688
27 0+ 675 29,048 32,736 57,5 35 46,5 27 107,688
28 0+ 700 29,048 32,736 57,5 35 46 27 107,188
29 0+ 725 29,157 32,845 57,5 35,5 46 27 107,188
30 0+ 750 29,157 32,845 58 35,5 46 27 107,688
31 0+ 775 29,277 32,965 58 36 46 28 107,688
32 0+ 800 29,277 32,965 59 36 47 28 109,688
33 0+ 825 29,277 32,965 60 36 47 28 110,688
34 0+ 850 29,398 33,886 59 36 47 28 109,688
35 0+ 875 29,398 33,886 60 36 47 28 110,688
36 0+ 900 29,398 33,886 60 36 47 28 110,688
37 0+ 925 28,708 32,596 59 35,5 47,5 27,5 110,188
38 0+ 950 29,059 32,747 58 35 47,5 27,5 109,188
39 0+ 975 29,07 32,758 58 35 47,5 27,5 109,188
PERENCANAAN PELABUHAN

40 0+ 1000 28,953 32,641 57 35 47,5 27,5 108,188


41 0+ 1025 28,851 32,539 56 34 45,5 27 105,188
42 0+ 1050 28,851 32,539 56 34 45,5 27 105,188
43 0+ 1075 28,596 32,284 56 33 45,5 25,5 105,188
44 0+ 1100 28,652 32,34 56 32,5 45,5 25,5 105,188
45 0+ 1125 28,571 32,259 50 30 45 26,5 98,688
10 15 20 25 30 35 40
0 5
0
25
50
75
100
125
150
175
200
225
250
275
300
325
350
375
400
425
450
475
500
525
550
575
600
625
650 Se
675 rie
700 s1
725
750
775
800
825
850
875
P
900
925
E
950
975
R
1000
1025
E
1050 N
1075
IN 1100 C
RI 1125
R. 1150 A
W
UI
1175
1200 N
S
A
A
N| A
15
02 N
11
01 P
22
E
PERENCANAAN PELABUHAN 2019

TUGAS B
PEMILIHAN TIPE / BENTUK STRUKTUR TAMBATAN

Dermaga adalah suatu bangunan pelabuhan yang digunakan untuk merapat dan
menambatkan kapal yang melakukan bongkar muat barang dan menaik-turunkan penumpang.
Pemilihan tipe dermaga sangat dipengaruhi oleh kebutuhan yang akan dilayani (dalam
tugas ini dermaga yang melayani penumpang dan barang seperti: barang potongan dan peti
kemas), ukuran kapal, arah gelombang dan angin, kondisi topografi dan tanah dasar laut dan
yang paling penting adalah tinjauan ekonomi untuk mendapatkan bangunan yang paling
ekonomis.
Pada tugas ini perencanaan struktur tambatan / dermaga menggunakan material beton
bertulang yang dihitung dengan pengaruh beban luar.

Beban luar yang bekerja terdiri atas 2 komponen, yaitu :


a. Gaya / beban horizontal, ini merupakan reaksi dari FENDER.
b. Gaya / beban vertikal, semua beban yang ada di atas dermaga.

Struktur penahan direncanakan terdiri atas konstruksi kelompok tiang pancang (pile
group) dan tembok penahan tanah (retaining wall). Dalam perencanaan, pier dan plat lantai
dermaga ditahan oleh kelompok tiang pancang.

INRI R. WUISAN | 15021101227


PERHITUNGAN GAYA - GAYA YANG BEKERJA PADA STRUKTUR

1. Wind Pressure (Akibat Angin)


Angin yang berhembus ke badan kapal yang ditambatkan akan menyebabkan gerakan
kapal yang bisa menimbulkan gaya pada dermaga. Apabila arah angin menuju ke dermaga,
maka gaya tersebut berupa gaya benturan ke dermaga; sedang jika arahnya meninggalkan
dermaga akan menyebabkan gaya tarikan kapal pada alat penambat. Besar gaya angin
tergantung pada arah dan kecepatan hembus angin, dan dapat dihitung dengan rumus berikut
ini.
(Sumber: “Perencanaan Pelabuhan” oleh Bambang Triatmodjo, hal 222)

1
𝑅= 𝜌 . 𝑐 . 𝑣 2 . (𝐴 𝑐𝑜𝑠2𝜃 + 𝐵 𝑠𝑖𝑛 2𝜃)
2
dimana,
θ = sudut antara angin dan kapal = 45o
c = koefisien tekanan arus = 1,3
v = 30 km/jam = 8,33 m/det
A = luas proyeksi arah melintang
= (kedalaman - draft) * lebar kapal terbesar
= (13 m – 10,6 m) * 27,1 m
= 65,04 m²

B = luas proyeksi arah memanjang


= (kedalaman - draft) * panjang kapal terbesar
= (13 m – 10,6 m) * 201 m
= 482,4 m²

Jadi,
R = 1 * 1025 kg/m³ * 1,3 * (0,1 m/det)² * ((65,04 m² cos²(45o) + 482,4 m²
2

sin²(45o))
= 3213,99 kgm/det²
= 321,399 kgf
2. Current Force (Akibat Arus)
Seperti halnya angin, arus yang bekerja pada bagian kapal yang terendam air juga
akan menyebabkan terjadinya gaya pada kapal yang kemudian diteruskan pada dermaga dan
alat penambat. Besar gaya yang ditimbulkan oleh arus diberikan oleh persamaan berikut ini:

2
𝑉𝑐
𝑅 = 𝐶𝑐 𝛾𝑤 𝐴𝑐 ( )
2𝑔
dimana,

R = gaya akibat arus (kgf)


Ac = luas tampang kapal yang terendam air (m²)
ɣw = rapat massa air laut (1025 kg/m³)
Vc = kecepatan arus (m/det)
Cc = koefisien tekanan arus
*) Nilai Cc adalah faktor untuk menghitung gaya lateral dan memanjang. Nilai
Cc tergantung pada bentuk kapal dan kedalaman air di depan tambatan.

(Sumber: “Perencanaan Pelabuhan” oleh Bambang Triatmodjo, hal 223)

Untuk gaya Current Force (akibat arus) ini diambil ukuran kapal CONTAINER 20000
DWT, dimana
Panjang kapal = 201 m
Sarat kapal = 10,6 m

S = B' 13.6m

232 m
maka,
Ac = luas tampang kapal yang terendam air
= 201 m * 10,6 m
= 2130,6 m²

a. Gaya arus melintang (lateral)


𝑘𝑒𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟
𝑑𝑟𝑎𝑓𝑡 𝑘𝑎𝑝𝑎𝑙 13 𝑚
= 10,6 𝑚
= 1,23
Interpolasi :
1,23 – 1,1
Cc = * (3,0 – 5,0) + 5,0
1,5 – 1,1

= 4,37
Jadi,
(0,10 𝑚/det )
R = 4,37 * 1025 kg/m³ * 2130,6 m² * ( 2)
2 ∗ 9,8 𝑚/𝑑𝑒𝑡²

= 4861,85 kgf

b. Gaya arus memanjang (longitudinal)


Diambil nilai Cc = 0,5
(0,10 𝑚/det )
R = 0,5 * 1025 kg/m³ * 2130,6 m² * ( 2)
2 ∗ 9,8 𝑚/𝑑𝑒𝑡²

= 556,54 kgf

3. Wave Force (Akibat Ombak)


(ℎ−𝑑)
2𝜋 .ℎ

𝐹𝑥 𝑐𝑀𝑥 . sinh ) . sinh (2𝜋 ) 𝜋 cos 𝛼


𝑙 𝑙
( 2𝜋 .ℎ . 8 . 𝑑2 . 𝑊𝑜 . 𝐻2
=
cosh ( )
𝑙

2𝜋 .ℎ (ℎ−𝑑)

𝐹𝑦 𝑐𝑀𝑦 . sinh ) . sinh (2𝜋 ) 𝜋 sin 𝛼


𝑙 𝑙
( 2𝜋 .ℎ . 8 . 𝑑2 . 𝑊𝑜 . 𝐻2
= cosh ( )
𝑙

dimana,
cMx, cMy = koefisien energi arah x dan y = 1,3
h = kedalaman = 13 m
Wo = berat jenis air laut = 1025 kg/m³
H = tinggi gelombang = 1,2 m
d = sarat kapal terbesar = 10,6 m
l = panjang gelombang = 38,224 m
Fx adalah besarnya gaya akibat gelombang pada arah x terhadap dermaga
Fy adalah besarnya gaya akibat gelombang pada arah y terhadap dermaga

maka,
2𝜋∗13 (13−10,6)
1,3∗ sinh( ) . sinh(2𝜋 ) 𝜋 cos 45

Fx = 38,224
cosh(
2𝜋 .13
)
38,224
. . (10,6)2 . 1025 . (1,2)2
38,224
38,224

= 4934,9 kgm
2𝜋 ∗13 ( 13−10,6)
1,3∗ sinh( ) . sinh(2𝜋
)38,224 2𝜋 .13 38,224 𝜋 sin
Fy = cosh( ) . 45 . (10,6)2 . 1025 . (1,2)2
38,224
38,224

= 6976,2 kgm

2
Fx = 4934,9 kgm F = √(𝐹𝑥)2 + (𝐹𝑦)

= √(4934,9)2 + 6976,22
= 8545,21 kgm
F
Fx = gaya akibat gelombang yang sejajar
kapal
Fy = gaya akibat gelombang yang tegak lurus
Fy = 6976,2 kgm kapal

4. Berthing Force (Akibat Benturan Kapal)


Kapal yang akan merapat ke dermaga akan membentur struktur dermaga yang menimbulkan
getaran-getaran yang nantinya akan diserap oleh FENDER.
Besar energi yang ditimbulkan dapat dilihat dengan memakai rumus sebagai berikut.
1 𝑊 . 𝑣2
𝐸= .
2 𝑔
di mana,
E = energi kinetik
W = berat kapal
g = percepatan gravitasi
v = kecepatan kapal saat bertambat pada sudut 98 dengan tambatan
*) Untuk kapal besar biasanya kecepatan dihitung v = (7,5 - 15) cm/det dan untuk kapal kecil
diambil v = 30 cm/det.
(Sumber: “Perencanaan Pelabuhan” oleh Soedjono Kramadibrata, hal 231 -232)

𝜋
Wa = . D² . L . Wo
4

W = Wa + D/T
dimana,
D = sarat kapal = 10,6 m
L = panjang kapal = 201 m
Wo = berat jenis air laut = 1,025 t/m³
D/T = berat kapal = 20000 DWT
jadi,
𝜋
Wa = * (10,6 m)² * 201 m * 1,025 t/m³
4

= 18181,158 ton
maka,

W = 18181,158 ton + 20000


= 38181,158 ton

sehingga,

1 38181,158 𝑡𝑜𝑛 ∗ (0,10 𝑚/𝑑𝑒𝑡)²


E =2* 9,81 𝑚/𝑑𝑒𝑡²

= 19,460 tm
= 19460 kgm

Jadi gaya total yang bekerja dan akan di teruskan ke dermaga adalah:

F = 321,399 kg + 4861,854 kg + 556,541 kg + 8545,21 kg

= 14285,003 kgm
PERENCANAAN BOLDER DAN FENDER
1) PERENCANAAN BOLDER
Bolder adalah alat pengikat. Kapal yang merapat di dermaga akan ditambatkan
dengan menggunakan tali ke alat penambat yang disebut bollard. Pengikatan ini
dimaksudkan untuk menahan gerakan kapal yang disebabkan oleh angin dan arus. Gaya
tarikan kapal pada alat penambat yang disebabkan oleh tiupan angin dan arus pada
badan kapal disebut dengan gaya tambat (mooring forces). Bollard ditanam/diangker
pada dermaga dan harus mampu menahan gaya tarikan kapal.
(Sumber: “Perencanaan Pelabuhan” oleh Bambang Triatmodjo, hal 222)

Bollard
Bollard digunakan selain untuk mengikat pada kondisi normal dan pada kondisi
badai, juga dapat digunakan untuk mengarahkan kapal merapat dermaga atau untuk
membelok/memutar terhadap ujung dermaga. Supaya tidak mengganggu kelancaran
kegiatan di dermaga (bongkar muat barang) maka tinggi bolder dibuat tidak boleh lebih
dari 50 cm diatas lantai dermaga. Bollard diperhitungkan untuk memikul beban tarik
lateral yang berupa momen. Beban lateral ini diteruskan pada tiang pancang lewat poer
pondasi.
Penulangan Bollard

Bollard diperhitungkan sebagai struktur yang oversteak yang memikul momen


(beban lateral). Direncanakan memikul beban tarik lateral sebesar: F = 14285,003 kg

BOLLAR
D

POER PONDASI

FENDER

Momen Ultimate, Mu = beban lateral * tinggi kepala bollard (0,30 m)


= 14285,003 kg * 0,30 m
= 4285,5 kgm
Faktor keamanan =3
Momen design (Mu) = 4285,5 kgm * 3
= 12856,5 kg m
= 1285650 kg cm
* b = h = D = 30 cm (direncanakan)
α = As’/As =1
selimut beton efektif (s) = 20 mm
Digunakan tulangan utama φ14, L = 153,938 mm2
Digunakan tulangan sengkang φ10, L = 78,54 mm2
d’ = 20+10+1/2*14 = 37mm
d = h-d’ = 300 – 37 = 263 mm
Material :
a. Mutu Beton fc’ ; 30 MPa maka β1 = 0,85
b. Mutu Baja fy ; 360 MPa
Mnd = Mu/φ = 649805,91/0,8 = 740631577.5 Nmm
Penulangan :
Dicoba nilai a hingga mendapat Mnk>mnd
𝑎
c=
𝛽1
jika εs'<εy, maka fs'=εs' *Es
jika εs'≥εy, maka fs'=fy
0.85∗𝑓𝑐′∗𝑎∗𝑏𝑒
As= As'= α*As
𝑓𝑦+𝛼∗(0.85∗𝑓𝑐 ′−𝑓𝑠 )′
Mnk = 0.85*fc'*(a*bw-As')*(d-0.5*a)+As'*fs'*(d-d')

a c εs' fs' As As' Mnd Mnk


Mnk-Mnd Rasio
mm mm Mpa mm2 mm2 Nmm Nmm Mnd/Mnk

32 37.6470588 5.16E-05 10.3125 652.4737631 652.4738 740631578 56503453.1 -684128124 13.10772

Didapat As = 652,473 mm2


𝐴𝑠 652,473
𝑛= = = 4,23 ≈ 5 𝑏𝑢𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
𝐴𝑠 𝑏𝑒𝑠𝑖 153,938
𝐴𝑠 𝑏𝑎𝑟𝑢 = 𝑛 ∗ 𝐴𝑠𝑏𝑒𝑠𝑖 = 5 ∗ 153,938 = 769,69 𝑚𝑚2
1,4 1,4
𝜌𝑚𝑖𝑛 = = = 0,0039
𝑓𝑦 360

0,85∗𝑓𝑐′∗𝛽1 600
𝜌𝑏 = ∗ 0,85∗30∗0,85 600 =0,03763
𝑓𝑦 600+𝑓𝑦 = 360 ∗ 600+360

𝐴𝑠′ 769,69
𝜌′ = = = 0,009755
𝑏∗𝑑 3008263
𝑓𝑠 10,3125
𝜌𝑚𝑎𝑥 = 0,75𝜌𝑏 + 𝜌′ ∗ ′ = 0,75 ∗ 0,03763 + 0,009755 ∗ = 0,0285
𝑓𝑦 360

𝐴𝑠 769,69
𝜌= = = 0,009755
𝑏 ∗ 𝑑 3008263
ρmin<ρ<ρmax
0,00389<0,009755<0,0285 OK!!
Dipakai tulangan 4D14
Kontrol jarak tulangan:
o selimut beton (t) : 2cm
o keliling tulangan :  . D =  . (30 - 2) cm = 87,962 cm
o jarak antar tulangan : 1/8 * 87,962 cm = 11 cm
o jarak bersih > 1,5  (lihat PBI ’71)
(11 - 2) cm > 1,5 x 1,4 cm
9 cm > 2,1 cm (Ok)
Tulangan pada POER
o Ukuran POER diambil : (60 * 60 * 30) cm3
o Tulangan susut minimum : 0,25 % * luas beton
: 0,0025 * 60 cm * 60 cm = 9 cm2
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
o Jumlah Tulangan (n) : 1
𝜋 𝐷²
4

dimana, D = 14 mm
L = ¼ x  x 142
= 153,938 mm²
= 1,54 cm²
sehingga, n = 91,54

= 5,85 buah
≈ 6 buah
Jadi, dipakai tulangan 6 D14
Selimut beton = 3 cm
𝑏−2 𝑥 𝑠𝑒𝑙𝑖𝑚𝑢𝑡 𝑏𝑒𝑡𝑜𝑛
o Jarak Tulangan : 𝑛 60–(2∗3)
= 6 cm = 9 cm

* Bagian atas dipasang tulangan 3 D 14


* Bagian bawah dipasang tulangan 3 D 14
* Tulangan pembagi digunakan 6 D 10

6 D 14
3 D 14

30 cm

3 D 14

60 cm

Tulangan pada Poer


Panjang Penyaluran
Panjang penyaluran (panjang tulangan bollard) yang masuk pada POER pondasi
dihitung menurut PBI ’71 pasal 8.6 hal 74 untuk batang polos, berlaku:
Rumus:
𝐴 . 𝜎 ∗ 𝑎𝑢
𝐿𝑑 = 0,14 𝑥
√𝜎′𝑏𝑘 > 0,013𝐷 . 𝜎 ∗ 𝑎𝑢

dimana, D = tulangan = 19 mm
As = 283,529 mm2 = 2,84 cm2
*au = 2780 kg/cm2
’bk = 225 kg/cm2
2,84 𝑥 2780
maka : Ld = 0,14 *
√225 > 0,013 (1,9) * 2780
= 73,566 cm > 68,666 cm OK
Jadi, Ld diambil 74 cm.

Bitt
Bitt digunakan untuk mengikat kapal pada kondisi cuaca normal. Jarak dan jumlah
minimum bitt untuk beberapa ukuran kapal diberikan dalam tabel di bawah ini.

(Sumber : “Perencanaan Pelabuhan” oleh Bambang Triatmodjo, hal 284)


2) PERENCANAAN FENDER
Fender berfungsi sebagai bantalan yang ditempatkan di depan dermaga. Fender
akan menyerap energi benturan antara kapal dan dermaga. Gaya yang harus di tahan
oleh dermaga tergantung pada tipe dan konstruksi fender dan defleksi dermaga yang
diizinkan.
Fender juga melindungi rusaknya cat badan kapal karena gesekan antara kapal
dan dermaga yang disebabkan oleh gerak kapal waktu merapat ke dermaga.
Fender harus dipasang sepanjang dermaga dan letaknya harus mengenai badan
kapal. Karena ukuran kapal berlainan, maka fender harus dibuat agak tinggi pada sisi
dermaga.
Pada perencanaan tugas ini digunakan fender dari karet (Bridgeston Super Arch)
tipe V.

Perencanaan Fender Untuk Dermaga

POSISI KAPAL

SAAT
KAPAL
FENDER

Posisi kapal saat membentur fender


Data-data yang diperlukan :
o Berat jenis air laut (Wo) = 1,025 t/m3
o Kecepatan waktu merapat (V) = 0,15 m/det

(Sumber : “Perencanaan Pelabuhan” oleh Bambang Triatmodjo, hal 219)

o Gravitasi bumi (g) = 9,81 m/det2


Untuk CONTAINER 20000 DWT
o Panjang Kapal (L) = 201 m
o Lebar Kapal (B) = 27,1 m
o Berat Kapal (D/T) = 20000 DWT
o Sarat (D) = 10,6 m

maka,

W = Wa + DWT
= (/4 . D2 . L . Wo) + DWT
= (/4 x (10,6 m)2 * 201 m * 1,025 t/m³) + 20000
= 38181,158 ton
sehingga,
E = 𝑊 . 𝑉 2 𝑠𝑖𝑛²𝛼
2𝑔

38181,158 𝑡𝑜𝑛 𝑥 (0,15 𝑚/det )2


= 2 𝑥 9,81 𝑚/𝑑𝑒𝑡² 𝑠𝑖𝑛² 45°
= 34,995 tm
dimana,

D = sarat kapal
L = panjang kapal
Wo = berat jenis air laut = 1,025 t/m³
D/T = berat kapal tonnage
W = berat seluruh kapal dengan muatannya
Wa = massa kapal yang bermuatan penuh
E = energi yang diserap

Energi yang diserap oleh sistem FENDER dan dermaga biasanya ditetapkan ½ E atau
50% E, setengah energi lain diserap oleh kapal dan air.
(Sumber : “Perencanaan Pelabuhan oleh Bambang Triatmodjo)

Jadi,

EF = ½ * 34,995 tm
= 17,497 tm
Bidang Kontak waktu kapal merapat
= 0,08 * L
= 0,08 * 201 m
= 16,08 m

Fender yang digunakan direncanakan sebanyak 2 buah, dimana setiap fender menerima
beban yang sama sebesar :
17,497
tm = 8,749 tm → (digunakan fender FV006-3-1)
2

E fender < E fender FV006-3-1 (Energi = 14


tm) 8,749 tm < 14 tm
(OK)

Dari tabel dimensi kapasitas Fender Karet “Bridgestone Super Arch” (tipe V),
diperoleh :
A = 200 cm
B = 225 cm
C = 64,5 cm
Gaya (R) = 86 ton
Energi (E) = 14 tm
(Sumber : “Perencanaan Pelabuhan” oleh Soedjono Kramadibrata, lampiran 4.6 hal.
414)

Jarak Fender
Diketahui kedalaman air = 13 m

Tabel – Jarak Antar Fender berdasarkan Kedalaman Air


Kedalaman Air Jarak Antar Fender
(m) (m)
4–6 4–7
6–8 7 – 10
8 – 10 10 – 15

(Sumber : “Perencanaan Pelabuhan oleh Bambang Triatmodjo, hal 279)


Karena kedalaman air > 10 m maka diambil nilai Jarak Antar Fender adalah 15 m.
Jadi, jarak antar fender = 15 m
C C C




225 cm Gambar FENDER

Dipakai 8 buah lubang TIPE : FV006-3-1

Fender Tipe FV006-3-1

PERENCANAAN KONSTRUKSI DERMAGA

Untuk struktur dermaga, lantai dermaga direncanakan menumpu di atas tiang pancang
(pile group)

1) Tiang Pancang Kelompok (Piles Group)


Beban yang bekerja pada kelompok tiang pancang adalah beban vertikal dan
beban horizontal. Dalam mendisain, gaya horizontal diambil gaya reaksi FENDER
terbesar yaitu untuk CONTAINER 20000 DWT; dimana untuk FENDER tipe FV006-
3-1 dengan R = 86 ton.

o Tinjau Sekelompok Tiang Pancang


- Lebar dermaga yang didukung oleh piles group = 20 m
- Panjang dermaga total = 1600 m
- Ukuran tiang pancang = (50 * 50) cm2
- Jarak tiang pancang arah memanjang = 3,0 m
- Beban hidup pada apron diambil = 0,5 t/m2
- R (gaya yang dapat dipikul oleh fender) = 86 ton
- Luas apron yg dipikul tiang pancang kelompok = 20 m * 1600 m
= 32000 m2
o Menghitung Tiang Pancang yang Ditanam
Data :
Kedalaman 0-4 4-6 6-8 8 – 10 10 m

N 4 6 7 9

Untuk perhitungan dapat dilihat pada Critical For Port & Harbour Facilities In
Japan dan Technical Standart For Port In Indonesia 1980
dimana,
1
N pada kedalaman ( ) =N
𝛽

Kh = 0,15 N

Untuk perencanaan konstruksi dermaga dipakai mutu beton fc’ K - 225


E = 9600√𝑓𝑐′ = 9600 √225 = 144000 kg/cm4
I = 1
12 𝑏 . ℎ3 = 112 * 50 * 50³= 520833,333 cm4
Rumus :
4 𝐾ℎ . 𝐷
 =√ 4𝐸𝐼

- Untuk N =4

 = 4√ (0,15 𝑥 4) 𝑥 50
= 0,003162
4 𝑥 144000 𝑥 520833,33

1
= 0,003162
1 = 316,2 cm = 3,162 m
𝛽

- Untuk N =6

 = 4√ (0,15 𝑥 6) 𝑥 50
= 0,0034996
4 𝑥 144000 𝑥 520833,33

1 1
= 0,0034996 = 285,74 cm = 2,857 m
𝛽

- Untuk N =7

 = 4√ (0,15 𝑥 7) 𝑥 50
= 0,003637
4 𝑥 144000 𝑥 520833,33

1
= 0,003637
1 = 274,94 cm = 2,749 m
𝛽
- Untuk N =9

 = 4√ (0,15 𝑥 9) 𝑥 50
= 0,003873
4 𝑥 144000 𝑥 520833,33

1 1
= 0,003873 = 258,199 cm = 2,582 m
𝛽

Letak 1
𝛽 (kedalaman) diambil dari harga terbesar, yaitu 1
= 3,162 m. Berada di
𝛽

antara (0 - 4) meter. Jadi tiang pancang diasumsikan terjepit pada kedalaman 3,162
meter dan harus ditanam pada kedalaman minimal:
h =3 3 = 948,68 cm = 9,4868 m ≈ 10 m
𝛽 = 0,003162
Catatan : Ini dari VIRTUAL GROUND SURFACE (VGS), yaitu permukaan tanah
sesungguhnya.

o Gaya Pada Tiang Pancang


Disain gaya horizontal adalah reaksi R = 86 ton, gaya horizontal ini dimisalkan
bekerja pada kelompok tiang pancang yang dipancang.
1m
3m 1m

Kelompok Tiang Pancang


Rumus :

12𝐸𝐼
Khi = (ℎ𝑖+ 1)3
𝛽

dimana, hi = panjang tiang pancang


= kedalaman perairan + panjang tiang pancang yang masuk kedalam
tanah

- hA = (20 m + 9,4868 m) = 29,486 m


12 (144000)(520833,33)
KhA = (2948,6+3,162)3 = 25,86 kg/cm
- hB = (18 m + 9,4868 m) = 27,486 m
12 (144000)(520833,33)
KhB = (2748,6+3,162)3 = 31,26 kg/cm
- hC = (16 m + 9,4868 m) = 25,486 m
12 (144000)(520833,33)
KhC = (2548,6+3,162)3 = 38,27 kg/cm
- hD = (14 m + 9,4868 m) = 23,486 m
12 (144000)(520833,33)
KhD = (2348,6+3,162)3 = 47,55 kg/cm
- hE = (12 m + 9,4868 m) = 21,486 m
12 (144000)(520833,33)
KhE = (2148,6+3,162)3 = 60,10 kg/cm
- hF = (10 m + 9,4868 m) = 19,486 m
12 (144000)(520833,33)
KhF = (1948,6+3,162)3 = 77,46 kg/cm

Maka,
Khi = (25,86 + 31,26 + 38,27 + 47,55 + 60,10 + 77,46) kg/cm
= 280,51 kg/cm
Rumus :
𝐾ℎ𝑖
Hi = *R
∑ 𝐾ℎ𝑖

25,86 kg/cm
HA = 280,51 kg/cm * 86000 kg = 7928,375 kg
31,26 kg/cm
HB = 280,51 kg/cm * 86000 kg = 9583,95 kg
HC = 38,27 kg/cm * 86000 kg = 11734,506 kg
280,51 kg/cm

47,55 kg/cm
HD = 280,51 kg/cm * 86000 kg = 14579,75 kg
HE = 60,10 kg/cm * 86000 kg = 18424,45 kg
280,51 kg/cm

= 280,51 kg/cm * 86000 kg = 23748,97 kg


77,46 kg/cm
HF

Momen Yang Terjadi Akibat Gaya Horizontal :


1
𝑀= 1
2 (ℎ𝑖 + ) 𝐻𝑖 = 3,162 m

→ 1
𝛽 𝛽

MA = ½ * (29,486+ 3,162) m * 7928,375 kg = 91819,61 kgm


MB = ½ * (27,486 + 3,162) m * 9583,95 kg = 101409,12 kgm
MC = ½ * (25,486 + 3,162) m * 11734,506 kg = 112429,93 kgm
MD = ½ * (23,486 + 3,162) m * 14579,75 kg = 125110,86 kgm
ME = ½ * (21,486 + 3,162) m * 18424,45 kg = 139678,3 kgm
MF = ½ * (19,486 + 3,162) m * 23748,97 kg = 156295,27 kgm

Maka, untuk desain tulangan digunakan Mmax = 156295,27 kgm


o Perhitungan Efisiensi Tiang Pancang
Perhitungan daya dukung tanah untuk pondasi tiang pancang adalah :
Rumus :
𝑞𝑢𝑙𝑡 = 𝑄𝑢𝑗𝑢𝑛𝑔+ 𝑄𝑔𝑒𝑠𝑒𝑘𝑎𝑛

Data :
C = 0 (tanah pasir)
 = 1,85 t/m3
 = 34o
B = Lebar tiang pancang = 50 cm = 0,5 m
Atiang = π/4*d2 = 0,196 m2
Perhitungan Q terhadap beban di atasnya
PV DIAGRAM

Qgesk

L Dc = 5,0 m
I
 = 1,85 t/m³

 = 340 11 m
Qujung
II PV

Jenis pasir adalah pasir lepas (di laut)


Daya Dukung Ujung Qp

 = 340 maka dari grafik 11.5 B. M. Das 7th Edition, diperoleh Nq = 115
𝑄𝑝 = 𝐴𝑝 ∗ 𝑞𝑝 = 𝐴𝑝 ∗ 𝑞′ ∗ 𝑁𝑞

Jadi,

q’ = 1,85 t/m3 * 11 = 20,35 t/m2


Ap = 0,196 m2
sehingga,
Qp = 0,196*20,35*115 = 458,689 t
Daya dukung gesekan Qs
Qs = fav*p*L=(Kσ’tanδ)pL
L’=15D=15*0,5=7,5m
Untuk precast concrete piles K = 1,5
δ=2/3*34=22,67
p= 2πr=2π*0,25=1,57m
Z=0 maka σ’(0) = 0 dan f = 0
Z=7,5 maka σ’(7,5) = 7,5*1,85=13,875 t/m2
f = 1,5*13,875*tan(22,67)= 8,69 t/m
𝑓(0)+𝑓(7,5)
𝑄𝑠 = pL’+f(7,5)p(L-L’)
2
0 + 8,69
∗ 1,57 ∗ 7,5 + 8,69 ∗ 1,57 ∗ (11 − 7,5) = 98,914 𝑡
2
qult = Qujung + Qgesekan
= 101,75 ton + 63,96 ton
= 165,71 ton
Diambil Faktor Keamanan =2
Sehingga didapat Qizin = 331,41 ton

o Mencari Daerah Aman Retaining Wall (Tembok Penahan Tanah)


Untuk mencegah berkurangnya kekuatan tiang pancang, maka dipasang RIP - RAP
sampai batas daerah aman Retaining Wall.
Rumus :
 = Arc tg Kh’
dimana,
Kh’ 𝛾
=Kh
𝛾−1

Kh = Koefisien Gempa= 0,05


= 1,85 t/m3

= 340

1,85
Kh’= 1,85−1 * 0,05 = 0,109

Jadi,
 = Arc tg Kh’
= Arc tg (0,109)
= 6,2210

Letak daerah aman


 - = 340 – 6,2210
= 28 0

Retaining Wall

-

Gambar : Letak Daerah Aman


o Penulangan Tiang Pancang
Gaya yang bekerja dan yang diperhitungkan adalah beban vertikal dan momen
maksimum, yaitu pada kepala tiang pancang.
Diketahui :
Total gaya vertikal = Q = N = 331,41 ton = 331412,361 kg = 3251155,27 N
Mmaks = 156295,269 kgm
Direncanakan menggunakan baja U - 48 dan beton K-225
Eksentrisitas

e =
𝑀𝑢
=
331412,361 kgm = 0,4716 m = 471,6 mm
𝑁𝑢 156295,269 kg

Luas Pile, Ac = 0,196 m2 = 196000 mm2


Kuat Tekan Beton = 25 MPa
 = 0,85
𝑄
∅ 𝑥 𝐴𝑐 𝑥 0.85𝑓𝑐′
3251155,27 N
= 0,85 𝑥 196000 𝑚𝑚² 𝑥 0,85 𝑥 25 𝑀𝑃𝑎 = 0,918
𝑄
∅ 𝑥 𝐴𝑐 𝑥 0.85𝑓𝑐′ 𝑒
*ℎ
471,6 𝑚𝑚 = 1,73
= 0,918 * 500 mm

Dari grafik dan tabel perhitungan beton bertulang


diperoleh fc’ = 25 MPa → β =
1,20 ; r = 0,01
ρ =r*β = 0,01 * 1,20 = 0,012
Luas Tulangan,
As = ρ * Ac = 0,012 * 196000 mm² = 2352 mm2

Digunakan tulangan 12φ19 (As ada = 3402,34 mm2)

o Perhitungan Tulangan pada Balok Penghubung Antar Tiang Pancang

Analisa Pembebanan :
- Akibat Beban Mati
 Beban Plat Poer: 3 m * 3 m * 0,2 m * 2400 kg/m3 = 4320 kg/m
 Beban Balok : 3 m * 0,3 * (0,5 – 0,2) m * 2400 kg/m3= 648 kg/m
DL = 4968 kg/m
- Akibat Beban Hidup
LL = 3 m * 3 m * 500 kg/m³ = 4500 kg/m
Jadi,

qu = 1,2 DL + 1,6 LL
= 1,2 (4968 kg/m) + 1,6 (4500 kg/m)
= 13161,6 kg/m
Momen yang terjadi :
- Momen tumpuan = 1
q . l2 = 1 * 13161,6 * 32 = 4935,6 kgm
24 24
- Momen tumpuan = 1
q . l2 = 1
10 10
* 13161,6 * 32 = 11845,44 kgm
- Momen lapangan = 1
q . l2 = 1
11 11
* 13161,6 * 32 = 10768,58 kgm
- Momen lapangan = 1
q . l2 = 1
16 16 * 13161,6 * 32 = 7043,4 kgm
Untuk perencanaan digunakan momen desain:
M Tumpuan, Mu = 11845,44 kgm
M Lapangan, Mu = 10768,58 kgm
Qu = qu*L/2 = 13161,6*3/2 = 19742,4 kg (0-L/4)
Qu = 19742,4 -qu*L/4 = 19742,4 – 13161,6*3/4 = 9871,2 kg (L/4 – L/2)
Desain Tulangan Balok
a. Penulangan pada daerah tumpuan

M Data : Mmax = 10952,28 kgm = 109522800 Nmm


Mud = Mmax/φ
= 86054400/0,8
= 136903500Nmm
50 cm
fc' = 25 MPa
fy = 360 MPa
b = 30 cm = 300 mm
h = 50 cm = 500 mm
Es = 200000 Mpa
30 cm
α = As’/As = 0,5

selimut beton efektif (s) = 25 mm


Digunakan tulangan utama φ16 = 201,062 mm2
Digunakan tulangan sengkang φ10 = 78,54 mm2
d’ = 25+10+1/2*16 = 43 mm
d = h-d’ = 500 – 43 = 457mm
Penulangan :
Dicoba nilai a hingga mendapat Mnk>mnd
𝑎
c=
𝛽1

jika εs'<εy, maka fs'=εs' *Es


jika εs'≥εy, maka fs'=fy
0.85∗𝑓𝑐′∗𝑎∗𝑏𝑒
As= As'= α*As
𝑓𝑦+𝛼∗(0.85∗𝑓𝑐 ′−𝑓𝑠 )′
Mnk = 0.85*fc'*(a*bw-As')*(d-0.5*a)+As'*fs'*(d-d')

a c εs' fs' As As' Mnd Mnk


Mnk-Mnd
mm mm Mpa mm2 mm2 Nmm Nmm

52 61.1764706 0.000891 178.2692 1177.66012 588.8301 136903500 137727328 823828.3348

Didapat As = 1177,66012 mm2


𝐴𝑠 1177,66012
𝑛= = = 5,857 ≈ 6 𝑏𝑢𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
𝐴𝑠 𝑏𝑒𝑠𝑖 201,062
𝐴𝑠 𝑏𝑎𝑟𝑢 = 𝑛 ∗ 𝐴𝑠𝑏𝑒𝑠𝑖 = 6 ∗ 201,062 = 1206,372 𝑚𝑚2
Didapat As’ = 558,8301 mm2
𝐴𝑠′ 558,8301
𝑛= = = 2,928 ≈ 3 𝑏𝑢𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
𝐴𝑠 𝑏𝑒𝑠𝑖 201,062
𝐴𝑠 𝑏𝑎𝑟𝑢 = 𝑛 ∗ 𝐴𝑠𝑏𝑒𝑠𝑖 = 3 ∗ 201,062 = 603,186 𝑚𝑚2
1,4 1,4
𝜌𝑚𝑖𝑛 = = = 0,00389
𝑓𝑦 360

0,85∗𝑓𝑐′∗𝛽1 600
𝜌𝑏 = ∗ 0,85∗25∗0,85 600 =0,03136
𝑓𝑦 600+𝑓𝑦 = 360 ∗ 600+360
𝐴𝑠 402,124
𝜌′ = ′= = 0,002933
𝑏∗𝑑 300∗457
𝑓𝑠 178,2692
𝜌𝑚𝑎𝑥 = 0,75𝜌𝑏 + 𝜌′ ∗ ′ = 0,75 ∗ 0,03136 + 0,002933 ∗ = 0,0257
𝑓𝑦 360

𝐴𝑠 1206,372
𝜌= = = 0,0088
𝑏 ∗ 𝑑 300 ∗ 457
ρmin<ρ<ρmax
0,00389<0,0088<0,0257 OK!!
Dipakai tulangan Tarik 6D16 dan Tulangan Tekan 3D16
b. Penulangan pada daerah lapangan

M Data : Mmax = 9956,62 kgm = 99566200 Nmm


Mud = Mmax/φ
= 99566200/0,8
= 124457750 Nmm
50 cm
fc' = 25 MPa
fy = 360 MPa
b = 30 cm = 300 mm
h = 50 cm = 500 mm
Es = 200000 Mpa
30 cm
α = As’/As = 0,5
selimut beton efektif (s) = 25 mm
Digunakan tulangan utama φ16 = 201,062 mm2
Digunakan tulangan sengkang φ10 = 78,54 mm2
d’ = 25+10+1/2*16 = 43 mm
d = h-d’ = 500 – 43 = 457mm
Penulangan :
Dicoba nilai a hingga mendapat Mnk>mnd
𝑎
c=
𝛽1

jika εs'<εy, maka fs'=εs' *Es


jika εs'≥εy, maka fs'=fy
0.85∗𝑓𝑐′∗𝑎∗𝑏𝑒
As= As'= α*As
𝑓𝑦+𝛼∗(0.85∗𝑓𝑐 ′−𝑓𝑠 )′
Mnk = 0.85*fc'*(a*bw-As')*(d-0.5*a)+As'*fs'*(d-d')

a c εs' fs' As As' Mnd Mnk


Mnk-Mnd Rasio
mm mm Mpa mm2 mm2 Nmm Nmm Mnd/Mnk

52 61.1764706 0.000891 178.2692 1177.66012 588.8301 124457750 137727328 13269578.33 0.903653

Didapat As = 1177,66012 mm2


𝐴𝑠 1177,66012
𝑛= = = 5,857 ≈ 6 𝑏𝑢𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
𝐴𝑠 𝑏𝑒𝑠𝑖 201,062
𝐴𝑠 𝑏𝑎𝑟𝑢 = 𝑛 ∗ 𝐴𝑠𝑏𝑒𝑠𝑖 = 6 ∗ 201,062 = 1206,372 𝑚𝑚2
Didapat As’ = 558,8301 mm2
𝐴𝑠′ 558,8301
𝑛= = = 2,928 ≈ 3 𝑏𝑢𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
𝐴𝑠 𝑏𝑒𝑠𝑖 201,062
𝐴𝑠 𝑏𝑎𝑟𝑢 = 𝑛 ∗ 𝐴𝑠𝑏𝑒𝑠𝑖 = 3 ∗ 201,062 = 603,186 𝑚𝑚2
1,4 1,4
𝜌𝑚𝑖𝑛 = = = 0,00389
𝑓𝑦 360

0,85∗𝑓𝑐′∗𝛽1 600
𝜌𝑏 = ∗ 0,85∗25∗0,85 600 =0,03136
𝑓𝑦 600+𝑓𝑦 = 360 ∗ 600+360
𝐴𝑠 402,124
𝜌′ = ′= = 0,002933
𝑏∗𝑑 300∗457
𝑓𝑠 178,2692
𝜌𝑚𝑎𝑥 = 0,75𝜌𝑏 + 𝜌′ ∗ ′ = 0,75 ∗ 0,03136 + 0,002933 ∗ = 0,0257
𝑓𝑦 360

𝐴𝑠 1206,372
𝜌= = = 0,0088
𝑏 ∗ 𝑑 300 ∗ 457
ρmin<ρ<ρmax
0,00389<0,0088<0,0257 OK!!
Dipakai tulangan 6D16 dan tulangan tekan 3D16
c. Tulangan Geser (0m - 0.75m)
Vud = 18253,8 kg = 182538 N
Φ = 0,65
25
Vc = √𝑓𝑐 ∗ 𝑏 ∗ 𝑑 = √ ∗ 300 ∗ 457 = 114250 𝑁
6 6

0.5*φ*Vc = 0,5*0,65*114250 = 37131,25 N < 182538 N (perlu tulangan geser)


Jumlah kaki (n) = 2 buah
Av = n*As = 2*78,54 = 157,08 mm
𝑉𝑢−0,5∗𝑉𝑐 182538−0,5∗114250
Vs perlu = 𝜑 = 0,65 = 192943,1 𝑁

S = 𝐴𝑣∗𝑓𝑦∗𝑑 = 157,08∗240∗457 = 89,29 𝑚𝑚 ≈ 80𝑚𝑚


𝑉𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 192943,1

Tulangan geser φ10-80


d. Tulangan Geser (0,75m – 1,5m) Vud = 9126,9 kg = 91269 N
Φ = 0,65

Vc = √𝑓𝑐 ∗ 𝑏 ∗ 𝑑 = √25 ∗ 300 ∗ 457 = 114250 𝑁


6 6
0.5*φ*Vc = 0,5*0,65*114250 = 37131,25 N < 791269 N (perlu tulangan geser) Jumlah kaki (n) = 2 buah
Av = n*As = 2*78,54 = 157,08 mm

Vs perlu = 𝑉𝑢−0,5∗𝑉𝑐 = 91269−0,5∗114250 = 52529,29 𝑁


𝜑 0,65

S = 𝐴𝑣∗𝑓𝑦∗𝑑 = 157,08∗240∗457 = 327,979 𝑚𝑚


𝑉𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 52529,29

Av = 𝑏𝑤∗𝑠 maka, smin=3∗𝐴𝑣∗𝑓𝑦 = 3∗157,08∗240 = 376,99 𝑚𝑚


3∗𝑓𝑦 𝑏𝑤 300
Tulangan geser φ10-200

Perhitungan Penulangan Plat Lantai Dermaga


Tebal Plat = 20 cm
Pembebanan di tinjau per satu meter :
o Beban Hidup (LL) = 500 kg/m2 * 1 m = 500 kg/m
o Beban Mati (DL) = 0,20 m * 2400 t/m3 * 1 m = 480 kg/m
qu = 1,2 DL + 1,6 LL
= 1,2 (480) + 1,6 (500)
= 1376 kg/m
Asumsi : Plat dianggap terjepit elastis pada keempat sisinya oleh balok yang ada (Type
II. PBI - 71. hal 203
3.0 m
Ly
=1
Lx
Ly

3.0 m

Lx

𝐼𝑦
𝐼𝑥 =3 =1 plat 2 arah (panel tipe II)
3

Perhitungan momen :

Keempat sisinya menerus. tabel tipe II


o MLx = + 0,001 * qu * 𝐼𝑥2 * 21
= + 0,001 *1376 * (3,0)2 * 21
= + 260,064 kgm
o MLy = + 0,001 * qu * 𝐼𝑥2 * 21
= + 0,001 * 1376 * (3,0)2 * 21
= + 260,064 kgm
o Mtx = - 0,001 * qu * 𝐼𝑥2 * 52
= - 0,001 * 1376 * (3,0)2 * 52
= - 643,97 kgm
o Mty = - 0,001 * qu * 𝐼𝑥2 * 52
= - 0,001 * 1376 * (3,0)2 * 52
= - 643,97 kgm
Jadi, momen desain tulangan arah X = Y untuk :
o Tumpuan : Mdesain = 643,97 kgm
o Lapangan : Mdesain = 260,064 kgm
a. Penulangan pada daerah tumpuan

M 12 125mm

12250mm
h = 200 mm

b = 1000 mm

Data - data :
Mdesain = 643,97 kgm = 6439700 Nmm
fc' = 25 MPa
fy = 240 MPa
h =20 cm = 200 mm
selimut beton efektif (s) = 20 mm
Digunakan tulangan utama φ12 = 113,097 mm2
d’ = 20+12+1/2*12 = 38 mm
d = h-d’ = 200 – 38 = 162 mm
Es = 200000 Mpa
1,4 1,4
𝜌𝑚𝑖𝑛 = = = 0,00583
𝑓𝑦 240

As = ρ*b*d = 0,00583*1000*162 = 945 mm2


945
n= 113,097 = 8,356 ≈ 9 buah
s = 1000 = 125
𝑛−1

s’ = 125*2 = 250
1000+𝑠′ 1000+250
n’ = 𝑠′ = 250 = 5 𝑏𝑢𝑎ℎ
As’ = 5*113,097 = 565,485 mm2
As baru = 9*201,062 = 1017,873 mm2
(𝐴𝑠−𝐴𝑠′)∗𝑓𝑦 (1017,873−565,485)∗240
a= 0,85∗𝑏∗𝑓𝑐′ = 0,85∗1000∗25 = 5,11 mm
Mnk = 0.85*fc'*(a*bw-As')*(d-0.5*a)+As'*fy'*(d-d')
Mnk = 0.85*25*(5,11*1000-565,485)*(162-0.5*5,11)+565,485*240*(162-38)
= 32224328 Nmm

𝑀𝑛𝑑 6439700
= = 0,25𝑂𝐾
∅𝑀𝑛𝑘 0.8 ∗ 32224328
0,85∗𝑓𝑐′∗𝛽1 600
𝜌𝑏 = ∗ 0,85∗25∗0,85 600 =0,05376
𝑓𝑦 600+𝑓𝑦 = 240 ∗ 600+240

𝐴𝑠′ 565,485
𝜌′ = = = 0,003491
𝑏∗𝑑 1000∗162

𝜌𝑚𝑎𝑥 = 0,75𝜌𝑏 + 𝜌′ = 0,75 ∗ 0,05376 + 0,003491 = 0,043811


𝐴𝑠 1017,873
𝜌 = 𝑏∗𝑑 = = 0,006283
1000∗162

ρmin<ρ<ρmax
0,00583<0,006283 <0,043811 OK!!
Digunakan tulangan Tarik φ12-125 dan tulangan tekan φ12-250
b. Penulangan pada daerah lapangan

M 12 125mm

12250mm
h = 300 mm

b = 1000 mm

Data - data :
Mdesain = 260,064kgm = 2600640 Nmm
fc' = 25 MPa
fy = 240 MPa
h =20 cm = 200 mm
selimut beton efektif (s) = 20 mm
Digunakan tulangan utama φ12 = 113,097 mm2
d’ = 20+12+1/2*12 = 38 mm
d = h-d’ = 200 – 38 = 162 mm
Es = 200000 Mpa
1,4 1,4
𝜌𝑚𝑖𝑛 = = = 0,00583
𝑓𝑦 240

As = ρ*b*d = 0,00583*1000*162 = 945 mm2


945
n= 113,097 = 8,356 ≈ 9 buah
s = 1000 = 125
𝑛−1

As baru = 9*201,062 = 1017,873 mm2


𝐴𝑠∗𝑓𝑦 1017,873∗240
a = 0,85∗𝑏∗𝑓𝑐′ = 0,85∗1000∗25= 11.496mm
𝑎 11,496
Mnk = As*fy*(d - 2)= 1017,873*240*(162 - 2
)= 38170728,84 Nmm

𝑀𝑛𝑑 2600640
=
∅𝑀𝑛𝑘 0.8 ∗ 38170728,84 = 0,08 𝑂𝐾
0,85∗𝑓𝑐′∗𝛽1 600 0,85∗25∗0,85 600 =0,05376
𝜌𝑏 = ∗ = ∗
𝑓𝑦 600+𝑓𝑦 240 600+240
𝜌𝑚𝑎𝑥 = 0,75𝜌𝑏 = 0,75 ∗ 0,05376 = 0,04032
𝐴𝑠 1017,873
𝜌 = 𝑏∗𝑑 = = 0,006283
1000∗162

ρmin<ρ<ρmax

0,00583<0,006283 <0,04032 OK!!

Digunakan tulangan Tarik φ12-125

Anda mungkin juga menyukai