PELABUHAN
Pelabuhan (port) adalah daerah perairan yang terlindung terhadap gelombang, yang dilengkapi
dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga dimana kapal dapat bertambat untuk bongkar
muat barang, kran- kran (crane )untuk bongkar muat barang, gudang laut (transito) dan
tempat- tempat penyimpanan dimana kapal membongkar barang muatannya, dan gudang-
gudang dimana barang- barang dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama selama menunggu
pengiriman ke daerah tujuan atau pengapalan.
Pelabuhan merupakan suatu pintu gerbang untuk masuk ke suatu wilayah atau Negara dan
sebagai prasarana penghubung antar daerah, antar pulau atau bahkan antar Negara, benua dan
bangsa.
ARAH ANGIN
Dalam perencanaan sesungguhnya, arah angin ditentukan dengan melakukan survey
menggunakan alat anemometer sehingga nantinya bisa didapat arah angin dominan dan
besarannya. Dalam tugas ini, arah angin dominan, durasi dan kecepatannya sudah ditentukan
sebagai berikut:
Gambar 1. Arah Angin diukur dari arah utara searah jarum jam
Arah angin diukur 100° dari arah utara searah jarum jam. Arah angin laut yang digunakan
adalah angin dari arah laut pada titik yang direncanakan akan dibangun pelabuhan seperti pada
Gambar 1. Arah Angin diukur dari arah utara searah jarum jam
Gelombang yang disebabkan oleh tiupan angin sangat penting untuk diketahui agar dalam
kolam pelabuhan dapat diusahakan air berada dalam kondisi tenang. Tinggi gelombang yang
terjadi dalam kolam disyaratkan melebihi 30 cm atau tergantung kapal yang berlabuh.
Berikut ini adalah tabel kriteria besar gelombang yang cukup agar suatu jenis kapal dapat
melakukan bongkar muat dengan aman.
Tabel 1 - Tinggi gelombang yang diperkenankan dikaitkan dengan besar ukuran dan jenis
kapal
Untuk tinggi gelombang yang terjadi pada suatu titik P dalam kolam pelabuhan dapat juga
dihitung dengan rumus (formula Stevenson).
Catatan : Persamaan diatas tidak berlaku untuk titik yang berjarak kurang dari 15 m dari mulut
Bila ternyata dalam perhitungan Hp > H izin = 0.6 m, maka perlu dipasang “Breakwater” agar
air dalam kolam pelabuhan lebih tenang. Breakwater dipengaruhi oleh ombak, berupa :
Gaya tekan hidrostatik, yang besarnya tergantung dari naik dan turunnya ombak.
Gaya tekan dinamis, yang menjelma dengan pecahnya ombak.
a. Perencanaan dermaga
b. Penambahan bangunan-bangunan sipil
c. Perluasan pelabuhan
d. Kemungkinan pembangunan dock untuk perbaikan, perawatan untuk pembuatan kapal, dll.
D = 20%L + L
D = (20/100)*(186m)+(186m) = 223m
R min = ½*D
R min = ½*223m =112m
STRATEGI
Pada perencanan pelabuhan, tidak hanya diperlukan strategi ekonomi, tapi perlu pula strategi
pertahanan dan keamanan. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut diatas, kita dapat
membuat beberapa sketsa rencana penempatan pelabuhan yang tepat dan mendekati
sempurna. Perlu pula diperhatikan jaringan lalu lintas yang sudah ada agar tidak terganggu.
FETCH EFEKTIF
Pada perencanaan pelabuhan ini, data mengenai gelombang tidak diperoleh. Untuk itu
diperlukan menghitung “fetch efektif” guna memperoleh data tersebut. Fetch adalah jarak
antara terjadinya angin sampai lokasi gelombang tersebut. Dengan diperolehnya fetch efektif,
ditambah data mengenai kecepatan angin berhembus, maka dapat diketahui tinggi gelombang
pada lokasi pelabuhan dengan menggunakan grafik (terlampir).
a. Dari lokasi yang akan direncanakan dibuat pelabuhan, ditarik garis lurus yang sejajar
arah angin yang ada.
b. Dari garis tersebut, dapat dilihat 2 kemungkinan :
Catatan :
Garis yang mengenai daratan adalah garis dimana jika mengena daratan maka arah
anginnya akan kembali.
Garis yang tidak mengenai daratan adalah garis dimana jika tidak mengena daratan
maka arah angin akan terus.
Peta yang digunakan untuk menghitung fetch efektif perlu diperhatikan skalanya. Dalam
tugas ini, digunakan software AutoCad dengan skala peta 1:1 . Hal ini dapat diperiksa
pada skala batang yang ada pada peta seperti pada Gambar 4.
1000 m
TINGGI GELOMBANG
UL = 40 knots
Untuk mengetahui nilai UW perlu diketahui nilai RL terlebih dahulu. Nilai RL dapat dicari
menggunakan bantuan Grafik hubungan kecepatan angin di darat dan laut.
Plot nilai UL pada bagian absis disesuaikan dengan satuannya (m/det ; mph ; kn).
Kemudian tarik garis vertikal sampai menyentuh lengkung pada grafik.
Tarik garis horizontal dari pertemuan garis vertikal dan lengkung pada grafik menuju
ordinat.
Nilai pada bagian ordinat merupakan nilai RL.
Interpolasi
Diketahui
x = 6.1618 y1 = 1
x1 = 7.3578 y2 = 0.5
x2 = 0
(𝒚𝟐 − 𝒚𝟏)(𝒙 − 𝒙𝟏)
𝒚= + 𝒚𝟏
(𝒙𝟐 − 𝒙𝟏)
UW = RL * UL
= 0.9 * 20.578
= 18.520 m/s
UA = 0,71 Uw1.23
= 0,71 (18.520)1.23
= 25.731 m/s
Setelah didapat nilai UA, berikutnya akan dicari nilai tinggi gelombang (Ho) dan periode
gelombang (T). Nilai tersebut dapat dicari dengan menggunakan grafik peramalan gelombang
(Gambar 3.27. “Perencanaan Pelabuhan” oleh Bambang Triatmodjo, hal 128) untuk :
UA = 25.731 m/s dan fetch efektif = 17.7594 diperoleh :
Plot nilai Fetch Efektif pada garis vertical dibagian bawah grafik, kemudian tarik garis ke
arah atas.
Plot Tegangan Angin pada garis horizontal di bagian kiri grafik, kemudian tarik garis ke arah
kanan.
Jika garis Tegangan Angin dan Fetch bertemu, di situlah nilai yang akan di ambil untuk
mendapatkan nilai Tinggi Gelombang ataupun periode atau nilai lainnya
Cara 2
Plot nilai Fetch Efektif pada garis vertical dibagian bawah grafik, kemudian tarik garis dari
titik tersebut ke arah atas grafik . Garis yang dibuat harus sejajar dengan garis nilai durasi
kecepatan angin yang ada pada grafik.
Plot Tegangan angin pada garis horizontal di bagian kiri grafik, kemudian tarik hingga
bersentuhan dengan garis Fetch Efektif yang telah dibuat sejajar dengan garis nilai durasi
kecepatan angin.
Titik persilangan garis tersebut akan menentukan nilai tinggi gelombang atau periode.
Dari cara 1 dan cara 2, hasilnya memiliki nilai berbeda. Dan dari cara tersebut, kita mengambil
nilai tinggi gelombang dan periode yang nilainya tinggi.
Keterangan :
UL = kecepatan angin di darat (m/s)
UA = faktor tegangan angin
UW = kecepatan angin di laut (m/s)
RL = perbandingan antara kecepatan angin di laut dan di darat
*Tinggi Gelombang
Ho = 1.75 m
Interpolasi
(𝒚𝟐 − 𝒚𝟏)(𝒙 − 𝒙𝟏)
𝒚= + 𝒚𝟏
(𝒙𝟐 − 𝒙𝟏)
*Periode
Dik:
X = 2.39 y1 = 5
X1 = 3.25 y2 = 4.5
X2 = 0
(4.5−5)(2.39−3.25)
y= +5
(0−3.25)
y = 4.84
Plot nilai Fetch Efektif pada garis vertical dibagian bawah grafik, kemudian tarik garis ke arah
atas.
Plot Tegangan Angin pada garis horizontal di bagian kiri grafik, kemudian tarik garis ke arah
kanan.
Jika garis Tegangan Angin dan Fetch bertemu, di situlah nilai yang akan di ambil untuk
mendapatkan nilai Tinggi Gelombang ataupun periode atau nilai lainnya
Grafik
3.
Perama
lan
Gelomb
ang
(skala
1:1)
UA dan
panjang
Fetch
ditarik
sejajar
durasi
kecepat
an
Interpolasi
(𝒚𝟐 − 𝒚𝟏)(𝒙 − 𝒙𝟏)
𝒚= + 𝒚𝟏
(𝒙𝟐 − 𝒙𝟏)
*Tinggi Gelombang
Dik:
X = 0.61 y1 = 3
X1 = 2.90 y2 = 2.5
X2 = 0
(2.5−3)(0.61−2.90)
y= +3
(0−2.90)
y = 2.61
*Periode
Dik:
X = 1.55 y1 = 7
X1 = 4.67 y2 = 6
X2 = 0
(6−7)(1.55−4.67)
y= +7
(0−4.67)
y = 6.33
Selain berdasarkan UA dan fetch efektif, perhitungan Ho dan T bisa juga berdasarkan data UA
dan durasi dengan menggunakan grafik yang sama, yaitu untuk :
UA = 25,731 m/s dan durasi 4 jam, diperoleh :
Interpolasi
(𝒚𝟐 − 𝒚𝟏)(𝒙 − 𝒙𝟏)
𝒚= + 𝒚𝟏
(𝒙𝟐 − 𝒙𝟏)
*Tinggi Gelombang
Dik:
X = 1.72 y1 = 3
X1 = 2.99 y2 = 2.5
X2 = 0
(2.5−3)(1.72−2.99)
y= +3
(0−2.99)
y = 2.79
*Periode
Dik:
X = 3.04 y1 = 7
X1 = 4.71 y2 = 6
X2 = 0
(6−7)(3.04−4.67)
y= +7
(0−4.67)
y = 6.65
Dari ke tiga data yang di dapat untuk nilai Ho dan T diatas diambil nilai yang lebih besar, sehingga
tinggi dan periode gelombang adalah :
Tinggi gelombang (Ho) = 2.79 m
Periode (T) = 6.65 d
Dalam peraturan perencanaan pelabuhan, jenis kapal berpengaruh pada ukuran tinggi gelombang
izin. Dalam tugas ini direncanakan 4 jenis kapal yang akan berlabuh:
Sehingga untuk kapal terkecil 1000 DWT, tinggi gelombang maksimum (Hizin)= 0,2 m
Tabel 4. Tinggi Gelombang yang diperkenankan dengan besar ukuran dan jenis kapal
(Sumber : “Perencanaan Pelabuhan” oleh Soedjono Kramadibrata, hal 144)
Maka, untuk bisa masuknya kapal dengan ukuran 1000 DWT ke pelabuhan diperlukan
pembangunan breakwater.
Untuk kelandaian dibuat potongan dari peta dengan menggunakan Software AutoCAD 2013.
Kelandaian dihitung sesuai dari kontur yang terbaca di peta dan terdekat dari titik pelabuhan. Maka
didapat kontur dengan kedalaman -220 m. Lalu dibuat garis bantu dari kontur 0 (daratan) sampai ke
kontur kedalaman -220 m. Kemudian diukur jarak dari daratan sampai kedalaman -220 m sehingga
didapatkan jarak dari daratan dan kedalaman yang di buat dalam tabel.
0
Jarak (m)
0 7 14 20 27 34 41 48 54 61
-1
-2
-3
Kedalaman (m)
-4
-5
-6
-7
-8
-9
-10
Jarak (m)
Panjang Gelombang Lo
Rumus:
Lo = 1.56 x T2
Diketahui:
T = 6.65 detik
Lo = 1.56 x 6.652
= 68.9871 m
≈ 69 m
Kelandaian = 0.02
Periode (T) = 6.65 detik
Tinggi gelombang (Ho) = 2.79 m
Rumus:
Ho / gT2 = 2.79 / (9.81 x 6.652) diketahui : g = 9.81 m/det2
= 0.00643
Dari grafik (sumber: “Perencanaan Pelabuhan” oleh Bambang Triatmodjo hal. 117) diperoleh:
Cara interpolasi untuk mendapatkan Hb/Ho’
(𝒚𝟐 − 𝒚𝟏)(𝒙 − 𝒙𝟏)
𝒚= + 𝒚𝟏
(𝒙𝟐 − 𝒙𝟏)
Dik:
X = 5.18 y1 = 1.5
X1 = 41.59 y2 = 1
X2 = 0
(1−1.5)(5.18−41.59)
y= + 1.5
(0−41.59)
y = 1.06
Selanjutnya untuk menentukan kedalaman gelombang pecah, dari grafik “Penentuan Kedalaman
Gelombang Pecah” (Sumber : Perencanaan Pelabuhan oleh Bambang Triatmodjo, hal. 118)
diperoleh:
Interpolasi untuk mendapatkan db/Hb (Grafik dapat dilihat pada halaman sebelumnya)
(𝒚𝟐 − 𝒚𝟏)(𝒙 − 𝒙𝟏)
𝒚= + 𝒚𝟏
(𝒙𝟐 − 𝒙𝟏)
Dik:
X = 30.56 y1 = 1.2
X1 = 31.32 y2 = 1
X2 = 0
(1−1.2)(30.56−31.32)
y= + 1.2
(0−31.32)
y = 1.195
db/Hb = 1.195
db = Hb x 1.195
= 2.96 x 1.195
= 3.54 m
Jadi, kedalaman gelombang pecah (db) = 3.54 m
ENERGI GELOMBANG
Energi gelombang terdiri dari energi kinetik dan energi potensial.
Maka diperoleh :
(1024)(9.81)((2.79)2 )
E = = 9774.34 kg/det2
8
Untuk pasang surut digunakan sesuai data tugas yang ada, didapat MHW – MLW = 2 – 0.5 = 1.5 m
Data yang digunakan adalah data kapal yang paling maksimum, sehingga untuk panjang dan lebar
kapal akan digunakan data Kapal Cargo dan untuk data sarat kapal digunakan juga data Kapal Cargo:
Diketahui :
Kapal Berat Panjang Lebar (m) Draft (m)
(m)
Passenger 8.000 GT 142 19.2 5.8
Cargo 30.000 DWT 186 27.1 10.9
Dry Bulk 20.000 DWT 23.7 9.8
Fishing boat 1000 DWT 170 10.8 3.9
67
Contoh:
H = 15.33m
10.9 m
1.5 m
1/3 x 2.79 = 0.93
m
Jadi,
= 15.33 m
0,000102
Jumlah Tambatan (N) = = = 0,091 tambatan
0,00112
1
𝜌 = 0,091 < 1
0,0069
Jumlah Tambatan (N) = = = 2.3 tambatan
0,003
1
𝜌 = 2,3 > 1
Untuk hasil perhitungan dan berdasarkan draft dari tiap kapal akan dibuat:
- 1 tambatan untuk Kapal Passenger
- 1 tambatan untuk Kapal Cargo
- 1 tambatan untuk Kapal Dry Bulk
- 2 tambatan untuk Kapal Fishing Boat
Untuk tugas, kapal Cargo dan kapal Dry Bulk akan dibuat 1 dermaga karena memiliki draft yang hamper sama
sehingga memungkinkan kapal- kapal tersebut bisa bertambat pada dermaga yang sama. Untuk kapal
Passenger akan dibuat 1 dermaga dan kapal Fishing Boat akan dibuat 1 dermaga.
a. Panjang Dermaga
b. Lebar Dermaga
Dalam merencanakan lebar dermaga banyak ditentukan oleh kegunaan dari dermaga
tersebut, ditinjau dari jenis volume barang yang mungkin ditangani pelabuhan atau dermaga
tersebut. Diambil lebar dermaga 20 m untuk jalan kendaraan dan gudang barang.
PERENCANAAN BREAKWATER
Breakwater adalah bangunan yang digunakan untuk melindungi daerah perairan pelabuhan dari gangguan
gelombang.
o Dolos terdiri dari dua kaki saling silang menyilang dan dihubungkan
dengan lengan
Dalam perencanaan breakwater, dipilih model “Rubble Mound” karena memiliki keuntungan:
LWS max
Tetrapods
LWS min
Batu Alam
Batu Alam
Pemecah gelombang sisi miring biasanya dibuat dari tumpukan batu alam yang dilindungi oleh lapis
pelindung berupa batu besar atau batu dengan bentuk tertentu.Beton atau batu buatan ini berupa
tetrapod, tribar, heksapod, dolor, dan sebagainya.
Tabel 8
Tabel 9
(Sumber : “Pe
Lapisan II :
𝑊1 5466
W2 = = = 546.6 lbs
10 10
Lapisan III :
𝑊1 5466
W3 = 600 = 600
= 9.11 lbs
Di interpolasi tinggi tetrapod (H) dari berat butir tetrapod senilai 3,0 ton berdasarkan Tabel 5.4.
Variabel lain dihitung menggunakan rumus sesuai Tabel 5.4.
5−3
𝐻 = 1.95 − ( ) (1.95 − 1.44) = 1.61 𝑚
5−2
W (ton)
Lapisan II :
𝑊 3
W₂ = 101 = 10 = 0,3 t
Lapisan III :
𝑊 1 3
W₃ = 200 = 200 = 0,015 t
T = m * KA ( W/ γr ) 1/3
m = Jumlah armour – 1 = 3 – 1 = 2
H /L = 2,79 / 69 = 0,04
tgθ = 1,5
1,5
Ir = = 7,46 ≈ 7,5
(2,79/69)0.5
Diinterpolasi nilai Ir =7.5 untuk memperoleh nilai R/H pada grafik run-up gelombang.
Dik:
X = 3.78 y1 = 1
X1 = 10.67 y2 = 0.75
X2 = 0
(0.75−1)(3.78−10.67)
y= +1
(0−10.67)
y = 0.84
R/H = 0.84
Dari grafik diatas, dapat diperoleh R/H = 0.84 → R = 0.84 * H = 0.84 * 2.79 m = 2.34 m
Elevasi crest min harus berada pada
R +2 * Zo = 2.34 + 2 * 1.5 = 5.34 m
Free board (jagaan) = ½ * tinggi gelombang
= ½ * 2.79
= 1.39 m
Elevasi crest sesudah ditambah freeboard = 5.34 m + 1.39 m = 6.73 m
Untuk perencanaan tinggi breakwater, dihitung untuk tiap STA dengan rumus :
Kedalaman Breakwater (h) = Tinggi breakwater rencana + (Elevasi crest sesudah ditambah free
board = 6.73 m)
Untuk mengeahui dimensi breakwater, peru dibuat potongan melintng setiap stasioning untuk
mengetahui tinggi breakwater pada bagian tengah (H), tinggi sisi kiri (Hkiri ), tinggi sisi kanan
(Hkanan ), lebar bawah bagian kiri dan kanan (Bkiri dan Bkanan ). Untuk dimensi dapat dilihat pada
tabel berikut :
0 + 925 64.000 71.000 106.500 70.000 77.000 94.500 56.000 63.000 204.200
0 + 950 64.400 71.400 107.100 71.000 78.000 96.000 57.000 64.000 206.300
0 + 975 65.500 72.500 108.750 72.000 79.000 103.500 62.000 69.000 215.450
1 + 000 67.000 74.000 111.000 72.500 79.500 105.000 63.000 70.000 219.200
1 + 025 68.000 75.000 112.500 73.000 80.000 105.750 63.500 70.500 221.450
1 + 050 70.000 77.000 115.500 74.000 81.000 106.500 64.000 71.000 225.200
1 + 075 70.500 77.500 116.250 75.000 82.000 108.000 65.000 72.000 227.450
1 + 100 73.000 80.000 120.000 75.500 82.500 108.750 65.500 72.500 231.950
1 + 125 73.300 80.300 120.450 77.000 84.000 109.500 66.000 73.000 233.150
1 + 150 73.000 80.000 120.000 76.500 83.500 109.500 66.000 73.000 232.700
1 + 175 72.800 79.800 119.700 76.000 83.000 109.500 66.000 73.000 232.400
1 + 200 72.800 79.800 119.700 76.000 83.000 109.500 66.000 73.000 232.400
1 + 225 73.000 80.000 120.000 77.000 84.000 110.250 66.500 73.500 233.450
1 + 250 73.500 80.500 120.750 77.500 84.500 111.000 67.000 74.000 234.950
1 + 275 74.000 81.000 121.500 79.000 86.000 114.000 69.000 76.000 238.700
1 + 300 77.000 84.000 126.000 81.000 88.000 120.000 73.000 80.000 249.200
1 + 325 78.000 85.000 127.500 82.500 89.500 120.750 73.500 80.500 251.450
1 + 350 79.000 86.000 129.000 83.500 90.500 121.050 73.700 80.700 253.250
1 + 375 82.000 89.000 133.500 86.000 93.000 123.000 75.000 82.000 259.700
1 + 400 84.000 91.000 136.500 91.900 98.900 132.000 81.000 88.000 271.700
1 + 425 90.000 97.000 145.500 93.000 100.000 134.700 82.800 89.800 283.400
1 + 450 92.500 99.500 149.250 95.000 102.000 142.500 88.000 95.000 294.950
1 + 475 93.500 100.500 150.750 96.000 103.000 148.350 91.900 98.900 302.300
1 + 500 95.000 102.000 153.000 98.000 105.000 150.000 93.000 100.000 306.200
1 + 525 98.500 105.500 158.250 102.000 109.000 152.250 94.500 101.500 313.700
1 + 550 102.000 109.000 163.500 104.000 111.000 162.000 101.000 108.000 328.700
1 + 575 104.000 111.000 166.500 105.000 112.000 163.500 102.000 109.000 333.200
1 + 600 105.000 112.000 168.000 107.000 114.000 166.500 104.000 111.000 337.700
1 + 625 106.000 113.000 169.500 108.000 115.000 168.000 105.000 112.000 340.700
1 + 650 107.000 114.000 171.000 109.000 116.000 169.500 106.000 113.000 343.700
1 + 675 108.500 115.500 173.250 111.000 118.000 171.000 107.000 114.000 347.450
1 + 700 111.000 118.000 177.000 115.000 122.000 174.000 109.000 116.000 354.200
1 + 725 114.000 121.000 181.500 117.500 124.500 177.000 111.000 118.000 361.700
1 + 750 117.000 124.000 186.000 120.000 127.000 183.000 115.000 122.000 372.200
1 + 775 119.600 126.600 189.900 124.000 131.000 184.500 116.000 123.000 377.600
1 + 800 121.000 128.000 192.000 126.000 133.000 189.000 119.000 126.000 384.200
1 + 825 125.000 132.000 198.000 128.000 135.000 193.500 122.000 129.000 394.700
1 + 850 126.500 133.500 200.250 132.000 139.000 196.500 124.000 131.000 399.950
1 + 875 128.000 135.000 202.500 137.000 144.000 198.000 125.000 132.000 403.700
1 + 900 130.000 137.000 205.500 138.500 145.500 201.000 127.000 134.000 409.700
140.000
Potongan Memanjang
120.000
100.000
80.000
60.000
40.000
20.000
0.000
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43 45 47 49 51 53 55 57 59 61 63 65 67 69 71 73 75
Jarak (m)
1
Cot θ = 1,5 𝑡𝑔 (𝜃) = 2/3
= 4.25 m
( 𝑖−𝑇1 )
- j =
sin θ
( 4.25−2.3)
=
sin 33.69
= 3.515 m
𝑇2
- k =d+
𝑡𝑔θ
1.1
= 0.6 +
𝑡𝑔33.69
= 2.25 m
𝐵− 𝐵3
- l =( )–b
2
409.7− 0.4
=(
2
) – 189.9
= 14.75 m
= 217.198 m
- Lapisan I Tetrapod
Luas = A1 + A2 + A3
𝑇
= (B1 + B2 + (2 x i) x 1) + (B1 x i sin θ) + (m x (i sin θ)
2
2.3
= (3.2 + 1.6 + (2 𝑥 4.25) 𝑥 2
) + (3.2 𝑥 4.25 𝑥 sin 33.69) + (13.016 𝑥 (4.25 𝑥 sin 33.69))
= 459.418 m2
Berat = 459.418 m2 x (165 x 0.016) t/m3
CLAUDIA RAWUNG - 14021101150 51
PERENCANAAN PELABUHAN
= 1212.864 t/m
Luas = C
126.6
= [(409.7 − (2 × 1)) + 0.4] × 2
= 25832.73 m2
Berat = 25832.73 x (165 x 0.016) ton/m³
= 68198.407 t/m
Jadi, Gaya Akibat Berat Sendiri Breakwater :
Σ W = W₁ + W₂ + W₃
= 118.281 t/m + 1212.864 t/m + 68198.407 t/m
= 69529.552 t/m
Untuk jalur selebar 1 m, total berat breakwater :
ΣW = 69529552 kg
dimana,
W = tekanan angin = c.v2
c = koefisien angin = 0,00256
v = kecepatan angin = 40 knots = 20.578 m/s
A = luas penampang Breakwater
K = faktor keamanan = 1,3
CLAUDIA RAWUNG - 14021101150 52
PERENCANAAN PELABUHAN
W = c x v²
= (0,00256) x (20.578)²
= 1.084 t/m³
X₁
X₂
Jadi,
Total Gaya Vertikal :
ΣV = Akibat Berat Sendiri Breakwater
= 69529.552 t/m
Total Gaya Horizontal :
ΣH = Akibat Beban Gempa + Beban Angin
= 20858.866 t/m + 45.049 t/m
= 20903.915 t/m
1) Terhadap Geser
∑𝑉 tan 𝜃
Syarat : ≥ 1,5
∑𝐻
2) Terhadap Guling
𝑴𝒍𝒂𝒘𝒂𝒏 𝒈𝒖𝒍𝒊𝒏𝒈
Syarat : >2
𝑴𝒈𝒖𝒍𝒊𝒏𝒈
M guling = ΣH . (130/2)
= 20903.915 x (130/2)
130 m ΣH
= 1358754.475 tm
ΣV
M lawan guling = ΣV . (409.7/2)
409.7 m
= 69529.552 x (409.7/2)
= 14243128.73 tm
14243128.73
>2
1358754.475
10.483 >2 (Ok!)
3) Terhadap Eksentrisitas
Syarat : |e| < ē
1
ē = xB
6
1
= x 409.7 m
6
= 68.283 m
𝑀𝑛𝑒𝑡𝑡𝑜
𝑥̅ =
∑𝑉
𝑀𝑙𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑔𝑢𝑙𝑖𝑛𝑔 − 𝑀𝑔𝑢𝑙𝑖𝑛𝑔
=
∑𝑉
14243128.73−1358754.475
=
69529.552
= 185.308 m
𝐵
|e| = - 𝑥̅
2
409.7
|e| =( ) – 185.308
2
= 19.542 m
|e| = 19.542 m < ē = 68.283 m (Ok)
F =Bx1m = 409.7 m2
M =ΣV x |e| = 69529.552 t/m x 19.542 m = 1358746.505 t
1 1
W = x 1 x B2 = x 1 m * (409.7 m)² = 27975.682 m3
6 6
69529.552 1358746.505
σ12 = + ≤ 𝜎𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ
409.7 27975.682
σ12 = 169.709 + 48.569 ≤ 𝜎𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ
Kesimpulan :
Dari kontrol stabilitas breakwater terhadap daya dukung tanah tidak aman,sedangkan
kontrol terhadap geser, guling, dan eksentrisitas adalah aman.
Pemillihan tipe dermaga sangat dipengaruhi oleh kebutuhan yang akan dilayani (dalam tugas ini
dermaga yang melayani penumpang dan barang seperti ; barang potongan dan peti kemas),
ukuran kapal, arah gelombang dan angin, kondisi topografi dan tanah dasar laut dan yang paling
penting adalah tinjauan ekonomi untuk mendapatkan bangunan yang paling ekonomis. Pada
tugas ini perencanaan struktur tambatan / dermaga menggunakan material beton bertulang yang
dihitung dengan pengaruh beban luar. Beban luar yang bekerja terdiri atas 2 komponen, yaitu :
Struktur penahan direncanakan terdiri atas konstruksi kelompok tiang pancang (pile group) dan
tembok penahan tanah (retaining wall). Dalam perencanaan, poer dan plat lantai dermaga
ditahan oleh kelompok tiang pancang.
dimana,
θ = sudut antara angin dan kapal =95֯
c = koefisien tekanan arus = 1.3
A = luas proyeksi arah melintang
= (kedalaman – draft) x lebar kapal terbesar
= (15.33 – 10.9) x 27.1 m
= 120.053 m2
B = luas proyeksi arah memanjang
= (kedalaman – draft) x panjang kapal terbesar
= (15.33 – 10.9) x 186 m
= 823.98 m2
Jadi,
1
R = x 1025 kg/m3 x 1.3 x (0.10 m/det)2 x ((120.053 m2 cos (90֯) + 823.98 m2 sin (90֯))
2
= 5489.767 kg.m/det2
= 548.977 kgf
dimana,
R = gaya akibat arus (kgf)
Ac = luas tampang kapal yang terendam air (m2)
ɣw = rapat massa air laut (1025 kg/m3)
Vc = kecepatan arus (m/det)
Cc = koefisien tekanan arus
*) Nilai Cc adalah faktor untuk menghitung gaya lateral dan memanjang. Nilai Cc
tergantung pada bentuk kapal dan kedalaman air di depan tambatan.
Untuk gaya Current Force (akibat arus) ini diambil ukuran kapal CARGO 30000 DWT,
dimana:
Panjang kapal = 186 m
Sarat kapal = 10.9 m
10.9 m
186 m
maka,
= 1.41
Interpolasi:
1.41−1.1
Cc = x (3.0 -5.0) + 5.0
1.5−1.1
= 3.45
Jadi,
0.10 𝑚/𝑑𝑒𝑡²
R = 3.2 x 1025 kg/m3 x 2027.4 m2 x ( )
2 𝑥 9.8 𝑚/𝑑𝑒𝑡²
= 33927.918 kgf
dimana,
cMx, cMy = koefisien energi arah x dan y = 1.3
h = kedalaman = 15.33 m
Wo = berat jenis air laut = 1025 kg/m3
H = tinggi gelombang = 2.79 m
d = sarat kapal terbesar = 10.9 m
l = panjang gelombang = 69 m
Fx adalah besarnya gaya akibat gelombang pada arah x terhadap dermaga
Fy adalah besarnya gaya akibat gelombang pada arah y terhadap dermaga
Maka,
2𝜋15.33 15.33−10.9
1.3 𝑥 sinh( ) 𝑥 𝑠𝑖𝑛ℎ( ) 𝜋𝑐𝑜𝑠95
Fx = 69
2𝜋15.33
69
𝑥 (
8
) 𝑥 10. 92 𝑥 1025 𝑥 2.792
𝑐𝑜𝑠ℎ( 69 )
= -950.365 kgm
2𝜋15.33 15.33−10.9
1.3 𝑥 sinh( ) 𝑥 𝑠𝑖𝑛ℎ( ) 𝜋𝑠𝑖𝑛95
Fy = 69
2𝜋15.33
69
𝑥 (
8
) 𝑥 10. 92 𝑥 1025 𝑥 2.792
𝑐𝑜𝑠ℎ( 69 )
= 10862.717 kgm
2
F = √(𝐹𝑥 )2 + (𝐹𝑦 ) -950.365 kgm
= √(−950.365)2 + (10862.717)2
= 10904.211 kgm
dimana,
E = energi kinetik
W = berat kapal
g = percepatan gravitasi
v = kecepatan kapal saat bertambat pada sudut 95 dengan tambatan
*) untuk kapal besar biasamya kecepatan dihitung v = (7.5 – 15) cm/det dan untuk
kapal kecil diambil v = 30 cm/det.
dimana,
D = sarat kapal = 10.9 m
L = panjang kapal = 186 m
Jadi,
𝜋
Wa = x (10.9 m)2 x 186 m x 1.025 t/m3
4
= 17790.153 ton
maka,
W = 17790.153 ton + 30000
= 47790.153 ton
sehingga,
1 47790.153 𝑡𝑜𝑛 𝑥 (0.10 𝑚/𝑑𝑒𝑡)2
E = x
2 9.81 𝑚/𝑑𝑒𝑡 2
= 24.358 tm
= 24358 kgm
PERENCANAAN BOLDER
Bolder adalah alat pengikat. Kapal yang merapat di dermaga akan ditambatkan
dengan menggunakan tali ke alat penambat yang disebut bollard. Pengikatan ini
dimaksudkan untuk menahan gerakan kapal yang disebabkan oleh angin dan arus. Gaya
tarikan kapal pada alt penambat yang disebabkan oleh tipuan angin dan arus pada badan
kapal disebut dengan gaya tambat (mooring forces). Bollard ditanam/diangker pada
dermaga dan harus mampu menahan gaya tarikan kapal.
(Sumber: “Perencanaan Pelabuhan” pleh Bambang Triatmodjo, hal 222)
Bollard
Bollard digunakan selain untuk mengikat pada kondisi normal dan pada kondisi
badai, juga dapat digunakan untuk mengarahkan kapal merapat dermaga atau untuk
membelok/memutar terhadap ujung dermaga. Supaya tidak mengganggu kelancaran
kegiatan di dermaga (bongkar muat barang) maka tinggi bolder dibuat tidak boleh lebih
dari 50 cm diatas lantai dermaga. Bollard diperhitungkan untuk memikul beban tarik
lateral yang berupa momen. Beban lateral ini diteruskan pada tiang pancang lewat poer
pondasi.
Penulangan Bollard
Bollard diperhitungkan sebagai struktur yang oversteak yang memikul momen (beban
lateral). Direncanakan memikul beban Tarik lateral sebesar : F = 56802.343 kg
= 56802.343 kg x 0.30 m
= 17040.703 kgm
Faktor keamanan =3
= 51122.109 kgm
= 5112210.9 kgcm
b=h=D = 30 cm (direncanakan)
Tulangan disebar merata (δ) = 0.4
Material :
a. Mutu Beton K-225 𝜎′ bk = 225 kg/cm2
b. Mutu Baja U-32 𝜎 ∗ 𝑎𝑢 = 2780 kg kg/cm2
Selimut beton = 3 cm
Dengan cara ULTIMATE, berikut rumusnya:
ℎ
Cu =
𝑀𝑢
√
2 𝑥 𝐾𝐷 𝑥 𝜎′𝑏𝑘 𝑥 𝑏
30
=
5112210.9
√
2 𝑥 0.2 𝑥 225 𝑥 30
= 0.69
Cu = 0.69 δ = 0.4
Diperoleh:
100N = 548 Nm
= 5.48 Nm
= 0.0548 tm
CLAUDIA RAWUNG - 14021101150 64
PERENCANAAN PELABUHAN
(Sumber: Tabel perhitungan kekuatan batas penampang beton bertulang oleh Ir.
Wiratman Wangsadinata)
Penulangan:
2 𝑥 𝐾𝐷 𝑥 𝜎′𝑏𝑘
As =qxbxh
𝜎∗𝑎𝑢
dimana,
𝜋 𝐷2
bxh =
4
𝜋 (30 𝑐𝑚)2
=
4
= 706.858 cm2
maka,
2 𝑥 0.6 𝑥 225
As = 0.0548 x 706.858 cm2 x
2780
= 3.76 cm2
As’ = As
Sehingga,
= 7.52 cm2
Jumlah Tulangan
𝐴𝑠 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
n = 1
𝜋 𝐷2
4
1
Luas = 𝜋 202
4
= 314.159 mm2
= 3.142 cm2
7.52 𝑐𝑚²
n =
3.142 𝑐𝑚 ²
= 2.393
= 3 buah
- keliling tulangan = 𝜋 x D = 𝜋 x ( 30 – 3) cm
= 84.823 cm
= 8.482 cm
Dimana,
D = 14 mm
1
L = 𝜋 (14)2
4
= 153.938 mm2
= 1.54 cm2
Sehingga,
9
n =
1.54
= 6 buah
Panjang Penyaluran
Panjang penyaluran (panjang tulangan bollard) yang masuk pada POER pondasi dihitung menurut
PBI ’71 pasal 8.6 hal. 74 untuk batang polos, berlaku:
Rumus
𝐴 𝑥 𝜎∗𝑎𝑢
Ld = 0.14 x > 0.013 D x 𝜎 ∗ 𝑎𝑢
√𝜎′ bk
Dimana,
D = Ø tulangan = 19 mm
As = 283.529 mm2 = 2.835 cm2
𝜎′ bk = 225 kg/cm2
𝜎 ∗ 𝑎𝑢 = 2780 kg kg/cm2
2.835 𝑥 2780
Ld = 0.14 x > 0.013 (1.9) x 2780
√225
Bitt
Bitt digunakan untuk mengikat kapal pada kondisi cuaca normal. Jarak dan jumlah minimum bitt
untuk beberapa ukuran kapal diberikan dalam tabel di bawah ini.
PERENCANAAN FENDER
Fender berfungsi sebagai bantalan yang ditempatkan di depan dermaga. Fender akan menyerap
energi benturan antara kapal dan dermaga. Gaya yang harus di tahan oleh dermaga tergantung
pada tipe dan konstruksi fender dan defleksi dermaga yang diizinkan.
Fender juga melindungi rusaknya cat badan kapal karena gesekan antara kapal dan dermaga yang
disebabkan oleh gerak kapal waktu merapat ke dermaga.
Fender harus dipasang sepanjang dermaga dan letaknya harus mengenai badan kapal. Karena
ukuran kapal berlainan, maka fender harus dibuat agak tinggi pada sisi dermaga.
Pada perencanaan tugas ini digunakan fender dari karet (Bridgeston Super Arch) tipe V.
Maka,
W = Wa + DWT
𝜋
=( 4 𝑥 𝐷2 𝑥 𝐿 𝑥 𝑊𝑜) + DWT
𝜋
=( 4 𝑥 (10.9 𝑚)2 𝑥 186 𝑚 𝑥 1.025 t/m3) + 30000
= 47790.153 ton
Sehingga,
𝑊 𝑥 𝑉2
E = sin2 α
2𝑔
47790.153 𝑥 (0.15)2
=
2 𝑥 9.81
= 54.805 tm
Energi yang diserap oleh sistem FENDER dan dermaga biasanya ditetapkan atau 50% E,
setengah energi lain diserap oleh kapal dan air.
(Sumber : “Perencanaan Pelabuhan” oleh Bambang Triatmodjo)
Jadi,
1
EF = 2 𝑥 54.805 tm
= 27.403 tm
Bidang Kontak waktu kapal merapat
= 0.08 x L
= 0.08 x 186 m
= 14.88 m
Fender yang digunakan direncanakan sebanyak 2 buah, dimana setiap fender menerima
beban yang sama sebesar:
27.403
tm = 13.702 tm (digunakan fender FV006-3-1)
2
Jarak Fender
Diketahui kedalaman air = 14.33 m