TAHUN 2016
Heni Lukman
heniluqman93@gmail.com
081214761232
Mengetahui,
Manager Unit Bisnis/Kepala Sekolah ................. Tutor/Pendidik
Tanda tangan Tanda tangan
i
DAFTAR ISI
Abstrak ........................................................................................................ i
BAB I ............................................................................................................ 1
BAB II .......................................................................................................... 4
BAB IV ........................................................................................................ 19
BAB V .......................................................................................................... 21
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Belajar Matematika memang membutuhkan suatu media yang efektif serta efisien.
Peserta didik Sekolah Dasar juga menyukai hal-hal yang spontan dan menarik seperti
media rak telur. Itulah mengapa alasan peneliti tertarik untuk meneliti tentang salah satu
pendukung penyampaian materi tersebut. Peserta didik akan mudah memahami suatu
rumus atau teori jika dibantu dengan benda konkret sebagai alat peraganya.
Menurut Peaget peserta didik Sekolah Dasar yang rata-rata berusia 7 sampai
dengan 12 tahun berada pada tahap operasional konkret. Selama tahap ini peserta didik
mengembangkan konsep dengan menggunakan benda-benda konkret untuk menyelidiki
hubungan dan model-model ide abstrak (Muchtar A. Karim, 1996: 20). Dalam
pembelajaran di Sekolah Dasar, peserta didik membutuhkan objek-objek konkret untuk
mengidentifikasi konsep-konsep yang abstrak. Peserta didik memerlukan alat bantu berupa
media maupun alat peraga yang dapat memperjelas suatu teori dari sumber belajar. Oleh
karena itu, pendidik wajib selektif dalam memilih dan menerapkan media pembelajaran
Matematika untuk peserta didik.
Berdasarkan hasil observasi, peneliti bermaksud melakukan penelitian tentang
peningkatan keterampilan berhitung pada operasi hitung perkalian dengan menggunakan
rak telur pada peserta didik kelas II dan III SD.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan, permasalahan yang akan di teliti adalah :
Apakah proses pembelajaran matematika dengan bantuan rak telur dapat meningkatkan
kemampuan berhitung pada operasi perkalian belajar peserta didik pada mata pelajaran
matematika?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berhitung
pada operasi hitung perkalian dengan berbantuan media rak telur padapeserta didik kelas II
dan III SD pada mata pelajaran Matematika.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas, dapat diperoleh beberapa
manfaat. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.
2
1. Bagi Peserta didik
Diharapkan mampu meningkatkan kemampuan berhitung pada operasi perkalian sehingga
meningkatkan juga hasil belajarnya.
2. Bagi pendidik
a. Dapat meningkatkan kemampuan berhitung pada operasi perkalian peserta didik
berbantuan media rak telur model
b. Meningkatkan makna bekerjasama antara pendidik dan peserta didik.
c. Meningkatkan minat untuk melakukan penelitian.
d. Bervariasi dalam melakukan pembelajaran.
E. Hipotesis Tindakan
Pembelajaran matematika dengan dilakukan menggunakan media rak telur dapat
meningkatkan kemampuan berhitung pada operasi hitung perkalian peserta didik.
3
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Kemampuan
Menurut Keith Davis (Mangkunegara, 2000:67) menyatakan bahwa kemampuan
(ability) sama dengan pengetahuan dan keterampilan (knowledge dan skill), sedangkan
menurut Arief S. Sadiman (2010: 2) belajar adalah suatu proses yang terjadi di mana
semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi sampai akhir hayat.
Salah satu pertanda seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam
diri seseorang. Perubahan tersebut meliputi perubahan yang bersifat pengetahuan, dan
keterampilan maupun perubahan yang menyangkut perubahan nilai dan sikap.
Kemampuan dalam arti yang umum dapat dibatasi sebagai perilaku yang rasional
untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan
(Sudarwan Danim, 1994: 12). Dengan demikian, suatu kemampuan dalam suatu
pendidikan yang berbeda menuntut kemampuan yang berbeda-beda pula.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah
kecakapan atau potensi menguasai suatu keahlian untuk melakukan beragam tugas dalam
suatu pekerjaan. Kemampuan awal peserta didik merupakan prasarat yang diperlukan
peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar selanjutnya. Proses belajar
mengajar kemampuan awal peserta didik dapat menjadi titik tolak untuk membekali
peserta didik agar dapat mengembangkan kemampuan baru.
B. Pengertian Berhitung
Matematika merupakan pembelajaran yang ditujukan untuk menumbuhkan dan
mendorongpeserta didik agar memiliki kemampuan berpikir cermat, objektif, kritis, logis,
dan analitis. Oleh karena itu,peserta didik harus memiliki kemampuan berhitung yang baik.
Menurut Nurhasanah (2007: 243), berhitung adalah mengerjakan hitungan (menjumlahkan,
mengurangi, dan lain sebagainya). Menurut David Glover (2007: 30), In Arithmetic you
add,subtract, multiply and divide numbers. Aritmatika berhubungan dengan menjumlah,
mengurangi, mengali dan membagi bilangan.
Menurut Dali S. Naga dalam Mulyono Abdurrahman (2003: 253), Aritmatika atau
berhitung adalah cabang Matematika yang berkenaan dengan sifat hubungan-hubungan
4
bilangan-bilangan nyata dengan perhitungan mereka terutama menyangkut penjumlahan
pengurangan perkalian dan pembagian.
Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa berhitung di SD adalah kegiatan menjumlahkan,
mengurangi, mengalikan, dan membagi.
D. Kajian Matematika di SD
Menurut Mulyono Abdurrahman (2010: 253) bidang studi Matematika yang
dipelajari di SD mencakup tiga cabang, yaitu aritmatika, aljabar, dan geometri. Dali S.
Naga (M. Abdurrahman, 2010: 253) berpendapat bahwa aritmatika adalah pengetahuan
tentang bilangan dan dalam perkembangan selanjutnya sering diganti dengan abjad. Masih
menurut Dali S. Naga aljabar diartikan sebagai penggunaan abjad dalam Matematika
berupa lambang bilangan yang diketahui atau yang belum diketahui (contoh: X dan Y)
serta pemakaian lambang-lambang lain seperti titik-titik (contoh: 3 + = 5), lebih besar
(>), lebih kecil (<), dan sebagainya.
Menurut Aleks Maryunis (Mulyono Abdurrahman, 2010: 253) geometri adalah
cabang Matematika yang berkenaan dengan titik dan garis. Titik adalah pernyataan tentang
posisi yang tidak memiliki panjang dan lebar sedangkan garis hanya dapat diukur
panjangnya.
Dalam mengajarkan Matematika, pendidik harus memahami bahwa kemampuan
setiappeserta didik SD berbeda-beda, serta tidak semuapeserta didik menyenangi mata
5
pelajaran Matematika (Heruman, 2007: 2). Oleh sebab itu diperlukan langkah-langkah
yang efektif dan tepat dalam pengajarannya.
Dapat disimpulkan bahwa kajian Matematika di SD mencakup tiga hal yaitu,
aritmatika, aljabar dan geometri yang diajarkan melalui langkah-langkah penanaman
konsep dasar dan yang terakhir pembinaan keterampilan.
Menurut Ebbutt dan Straker (Marsigit, 2003: 2-5), memberikan pedoman bagi
pendidik Matematika dalam usaha untuk mendorong agar parapeserta didik menyenangi
Matematika di sekolah. Pedoman yang diberikan tersebut berdasarkan anggapan dasar
tentang hakikat Matematika sebagai berikut:
a. Matematika adalah kegiatan penelusuran pola dan hubungan.
b. Matematika adalah kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi dan penemuan.
c. Matematika adalah kegiatan problem solving.
d. Matematika merupakan alat berkomunikasi.
6
F. Ruang Lingkup tentang Materi Perkalian
Dalam KTSP (2007: 144), ruang lingkup Matematika di Sekolah Dasar yaitu:
a. Bilangan
Pembelajaran bilangan meliputi bilangan rasional, irrasional, pecahan, dan operasi
bilangan.
b. Geometri dan pengukuran
Pembelajaran geometri dan pengukuran meliputi bangun-bangun datar, bangun-bangun
ruang, pengukuran panjang, pengukuran luas, pengukuran volume, pengukuran waktu,
pengukuran temperatur, dan satuan ukur.
c. Pengolahan data
Pengolahan data memuat tentang pengumpulan data, diagram data, dan rerata.
Peneliti dalam penelitian ini memilih materi tentangperkalian bilangan asli yang hasilnya
bilangan dua angka. Menurut Heruman (2007: 22) perkalian pada prinsipnya sama dengan
penjumlahan secara berulang sehingga kemampuan prasyarat yang harus dimilikipeserta
didik adalah penguasaan penjumlahan.
Operasi perkalian bilangan asli pada dasarnya dapat didefinisikan sebagai hasil
penjumlahan berulang bilangan asli (Muchtar A. Karim, 1996: 101). Jika A dan B
bilangan-bilangan asli, maka A x B dapat didefinisikan B + B + B + ... + B (sebanyak A
kali). Oleh karena itu, 4 x 3 akan sama dengan 3 + 3 + 3 + 3, sementara itu 3 x 4 sama
dengan 4 + 4 + 4. Jadi secara konseptual A x B tidak sama dengan B x A, akan tetapi kalau
mau dilihat hasil kalinya saja maka A x B = B x A.
7
berpendapat bahwa media pembelajaran adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan
pesan serta membantupeserta didik untuk belajar.
Azhar Arsyad (2014: 6) lebih lanjut memberikan ciri-ciri umum yang terkandung
dalam batasan media, sebagai berikut:
a. Media pendidikan merupakan perangkat keras (hardware), yaitu suatu benda yang dapat
dilihat, didengar, atau dirabadengan pancaindera.
b. Media pendidikan merupakan perangkat lunak (software),yaitu berisi pesan yang
terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepadapeserta
didik.
c. Penekanan media pendidikan melalui visual dan audio.
d. Media pendidikan memiliki pengertian sebagai alat bantu pada proses pembelajaran
baikdi dalam maupun di luar kelas.
e. Media pendidikan digunakan pendidik dalam proses pembelajaran dengan komunikasi
dan interaksi kepadapeserta didik .
f. Media pendidikan dapat digunakan secara massal, kelompok besar dan kelompok kecil,
atau perorangan.
g. Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen yang berhubungan dengan
penerapan suatu ilmu.
Berdasarkan pendapat dari berbagai ahli tentang media pendidikan dapat
disimpulkan bahwa media pendidikan merupakan perantara yang digunakan oleh pendidik
untuk membantu menyampaikan materi pelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran.
I. Karakteristikpeserta didik SD
8
Menurut Piaget (dalam Paul Suparno, 2001: 26-88) tahap perkembangan kognitif
anak dibagi menjadi empat tahapan yang akan terjadi selama masa kanak-kanak sampai
remaja, yaitu sensori motor (umur 0-2 tahun) dan praoperasional (umur 2-7 tahun),
operasional konkret (umur 7-11 tahun), dan operasional formal (umur11 ke atas). Dari teori
Piaget tersebut maka dapat disimpulkan bahwapeserta didik SD berada pada tahapan
perkembngan kognitif operasional konkret. Hal ini tentu membuat sifat atau karakteristik
anak SD akan berbeda dengan tahap perkembangan yang lainnya. Dibawah ini akan
dijelaskan bagaimana ciri-ciri kognitifpeserta didik SD menurut para ahli.
Ciri-ciri anak usia sekolah dasar sesuai dengan teori perkembangan kognitif Piaget
dalam Pujiati (2007: 2) adalah sebagai berikut:
a. Pola berpikir dalam memahami konsep yang abstrak masih terikat pada benda konkret.
b. Jika diberikan permasalahan belum mampu memikirkan segala alternatif pemecahannya.
c. Pemahaman terhadap konsep yang berurutan melalui tahap demi tahap, misal pada
konsep panjang, luas, volum, berat, dan sebagainya.
d. Belum mampu menyelesaikan masalah yang melibatkan kombinasi urutan operasi pada
masalah yang kompleks.
e. Mampu mengelompokkan objek berdasarkan kesamaan sifat-sifat tertentu, dapat
mengadakan korespondensi satu-satu dan dapat berpikir membalik.
f. Dapat menpendidiktkan unsur-unsur atau kejadian.
g. Dapat memahami ruang dan waktu.
h. Dapat menunjukkan pemikiran yang abstrak.
Teori tahapan belajar dari Jerome Brunner yang dikutip oleh Pujiati (2007:2)
menyatakan bahwa untuk memahami pengetahuan yang baru, maka diperlukan tahapan-
tahapan yang runtut yaitu:
a.Tahap enaktif yaitu tahap belajar dengan memanipulasi benda atau objek yang konkret,
yaitu belajar melalui objek-objek yang konkret. Sebagai contoh, anak menggunakan batu-
batuan, daun-daunan, kerikil, kancing, batu, dan sebagainya pada saat anak mencoba untuk
mengenal bilangan.
b. Tahap ikonik yaitu tahap belajar dengan menggunakan gambar (semi konkret). Anak
sudah tidak menggunakan obyek yang konkret lagi, tetapi sudah menggunakan gambar-
gambar.
c. Tahap simbolik yaitu tahap belajar melalui manipulasi lambang atau simbol.
9
J. Media Rak Telur
Rak telur dalam konsep berhitung perkalian akan memudahkan peserta didik.
Bahan dan alat yang digunakan sangat ekonomis dan mudah ditemukan.
Bahan dan Alat
1. Rak telur yang tidak terpakai
2. Biji-bijian
Cara penggunaan:
1. siapkan media rak telur rainbow dan biji-bijian (bisa juga menggunakan kelereng).
2. minta salah seorang peserta didik ke depan kelas untuk mendemonstrasikan cara
perkalian, sementarapeserta didik yang lain memperhatikan dengan seksama.
3.peserta didik tersebut menjawab soal perkalian, misalnya 7x5=
4. Kemudianpeserta didik tersebut diminta mengambil biji-bijian dan mengisi tujuh lubang
pada rak telur, masing-masing lima biji setiap lubangnya.
4. Kemudian jumlahkan semua biji-biji yang ada di setiap lubang dengan mengajakpeserta
didik yang lain menghitung sama-sama. 5+5+5+5+5+5+5 = 35. Jadi, 7x5=35.
10
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu kajian sistematik
dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan non formal oleh tentor/ pendidik
dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mengenai
hasil dari tindakan-tindakan. Menurut Sutama (2010: 15) PTK adalah penelitian yang
mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substansif, suatu tindakan yang
dilakukan dalam disiplin inkuiri atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang
sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan.
A. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian yang berjudul Upaya Meningkatkan Keterampilan Berhitung Peserta
Didik SD Pada Operasi Hitung Perkalian Berbantuan Media Rak Telur, ini
merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian ini
dilaksanakan mulai tanggal 30 Oktober 2016 sampai tanggal 30 Oktober 2016.
2. Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di Lembaga Kursus Matematika
Batik Tridaya Unit Baleendah
B. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu pada waktu penelitian berlangsung dengan
menggunakan suatu metode (Suharsimi Arikunto, 2010: 192). Adapun instrumen dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Soal Tes
Tes menurut Suharsimi Arikunto (2006: 150) adalah serentetan pertanyaan atau
latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, inteligensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Soal tes pada penelitian
ini digunakan untuk mengukur pencapaianpeserta didik setelah mempelajari materi
perkalian bilangan asli. Dalam menggunakan metode tes, peneliti menggunakan instrument
berupa soal-soal tes. Soal tes terdiri dari banyak butir tes (item) yang masing-masing
mengukur satu jenis indikator.
11
Tabel 3.1 Kisi-kisi Tes Kemampuan Berhitung Perkalian
2. Observasi
Observasi adalah proses penginderaan manusia guna mendapatkan suatu informasi.
Adapun pedoman pengamatanpeserta didik terlampir. Adapun kisi-kisi lembar
observasipeserta didik dapat dilihat di table di bawah ini.
12
1. Data Hasil Tes
Tes pemahaman konsep perkalian bilangan asli berupa data kuantitatif. Sehingga data hasil
tes yang diperoleh pada akhir siklus tindakan dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Hasil
tes tersebut kemudian nilai ketuntasan dan persentase ketuntasan belajarpeserta didik untuk
setiap siklusnya. Rubrik penilaian untuk setiap butir soal adalah sebagai berikut.
a. Isian singkat
1)peserta didik menjawab dengan benar mendapat skor 1.
2)peserta didik menjawab dengan salah mendapat skor 0.
b. Uraian
1)peserta didik menjawab soal dengan lengkap dan benar mendapat skor 3.
2)peserta didik menjawab soal dengan singkat dan benar mendapat skor 2.
3)peserta didik menjawab soal dengan lengkap dan salah mendapat skor 1.
4)peserta didik tidak menjawab soal mendapat skor 0.
Dalam deskriptif kuantitatif, data hasil tes dianalisis dengan menghitung ketuntasan
belajarpeserta didik menggunakan rumus:
Mean = xn Keterangan:
n = jumlahpeserta didik
13
Untuk menghitung persentase ketuntasan belajarpeserta didik maka digunakan
rumus (Daryanto, 2011:192):
14
Gambar 3.1 Siklus PTK
Langkah-langkah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
a. Persiapan
1) Perencanaan tindakan dimulai dengan:
a) Membuat RPP dan instrumen kegiatan pembelajaran yaitu:
Lembar kegiatan pembelajaran yang terdiri dari instrumen (Lembar Kerja Peserta didik)
dan model yang diterapkan.
b) Membuat instrumen pengumpulan data yaitu:
Lembar observasi kemandirian belajar peserta didik dan membuat soal Lembar Kegiatan
peserta didik SD kelas VI
2) Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini pendidik melaksanakan kegiatan belajar mengajar menggunakan model pair
check dengan rencana kegiatan belajar mengajar yang sudah disiapkan. Rencana kegiatan
yang dilakukan bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan-perubahan, sesuai
dengan kegiatan yang ada selama proses pelaksanaan di lapangan.
3) Observasi
Observasi merupakan tahapan kegiatan dilakukan oleh pengamat. Tahap observasi
merupakan tahap pengumpulan data yang bersifat kualitatif. Observasi dilakukan ketika
pelaksanaan tindakan berlangsung. Peneliti melakukan observasi terhadap kemandirian
belajar peserta didik dan kegiatan pendidik selama pelaksanaan pembelajaran dengan
model pair check.
4) Observasi
15
Refleksi merupakan kegiatan akhir di tiap siklus dan merupakan cermin hasil penelitian
pada tiap siklus. Kegiatan tahap ini diawali dengan mengumpulkan seluruh data penelitian
yang meliputi data kemandirian belajar peserta didik.
Data yang diperoleh dari instrumen lembar observasi di evaluasi secara seksama dengan
berpedoman pada indikator kinerja untuk mengetahui keoptimalan hasil tindakan.
b. Siklus Lanjutan
Setelah evaluasi pada siklus I dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah melakukan
kegiatan tindakan pada siklus II. Pada siklus II dimaksudkan sebagai perbaikan dari siklus
I. Tahap kerja pada siklus II mengikuti tahapan kerja pada siklus I yaitu diawali dengan
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Siklus III, IV, V dan
seterusnya di lakukan jika terdapat kemungkinan untuk dilaksanakan apabila dari siklus II
1) Perencanaan
Perencanaan tindakan pada siklus II antara lain: pendidik menyiapkan RPP dengan materi
prosedur dengan cara berpasangan, agar setiap peserta didik akan lebih aktif dan berani
untuk berdiskusi dalam menjawab soal permasalahan yang diberikan. Hasil penilaian yang
digunakan adalah hasil observasi pendidik terhadap proses pengajaran matematika pada
peserta didik. Selain itu, peserta didik diberikan tes pretest dan posstets untuk mengetahui
bagaimana peningkatan model pair check terhadap kemandirian belajar peserta didik
selama dalam pembelajaran.
2) Pelaksanaan Siklus II
Pelaksanaan tindakan pada siklus II di lakukan pada hari selasa tanggal 28 oktober 2016
pada saat kursus matematika berlangsung. Kegiatan mengajar seperti pertemuan pertama
a) Kegiatan Awal
16
Pendidik meriview materi apa saja yang sudah dipelajari sebelumnya dan menanyakan
memberikan soal pretest II untuk mengetahui kemampuan peserta didik tentang mata
Setelah selesai mengerjakan soal pretest II, pendidik menyampaikan bagaimana alur
Kemudian peserta didik diberikan LKPD (Lembar Kegiatan Peserta didik), dan
peserta didik diberikan pembagian peran partner dan pelatih. Dimana kegiatan ini
sesuai dengan sintak atau langkah-langkah dari pembelajaran model pair check.
Dalam pembelajaran peserta didik yang berperan sebagai pelatih memberikan soal dan
mengecek jawaban dari partnernya. Setelah selesai di jawab peserta didik bertukar
Setelah kegiatan diskusi selesai, pendidik membimbing dan memberikan arahan atas
jawaban dari berbagai soal. Dan setiap peserta didik mengecek hasil dari jawaban
c) Kegiatan Akhir
Pendidik mengajak peserta didik untuk mereview materi yang baru saja disampaikan.
17
Pendidik mengakhiri kegiatan belajar dengan memberikan pesan untuk tetap belajar
3) Observasi Siklus I
a. Melakukan pengamatan atau observasi dan mencatat semua proses yang terjadi dalam
tindakan pendampingan yaitu dengan menggunakan lembar observasi.
b. Mencatat semua kelemahan, baik ketidak sesuaian antara tindakan dengan skenario
maupun tindakan dan respon peserta didik yang berbeda dengan yang diharapkan.
4) Refleksi siklus
Berdasarkan tindakan pada siklus I meliputi perencanaan dan pelaksanaan tindakan serta
hasil observasi dapat dilakukan hasil refleksi. Peneliti dan kolaborator mendiskusikan hasil
pelaksanaan tindakan. Upaya untuk meningkatkan kemandirian belajar peserta didik
melalui model pembelajaran pair check masih belum menunjukkan hasil yang maksimal.
Adapun masalah-masalah yang dihadapi antara lain:
a. Aktivitas peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar sebagian besar masih pasif
dan belum bisa belajar dengan mandiri.
b. Pertemuan pertama baru beberapa yang berani menjawab pertanyaan yang dilontarkan
oleh pendidik.
c. Pertemuan pertama baru satu peserta didik yang berani mengemukakan pendapat
d. Kerjasama dan keaktivan peserta didik dalam kelompok perlu lebih ditingkatkan.
Selain itu hal yang dilakukan dalam refleksi siklus ini antara lain:
18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
19
Akhir pada pertemuan kedua yang isi soal-soalnya diambil dari materi di
pertemuan pertama hasil observasi, pembelajaran dengan menggunakan media gambar
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi perkalian pokok bahasan perkalian
bilangan asli. Hal ini dapat dilihat melalui tabel perbandingan hasil pra tindakan sebelum
dilakukannya pembelajaran dengan menggunakan media gambar pada siklus pertama
pertemuan kedua soal evaluasi setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan
media gambar, nilai rata-ratanya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2. Perbandingan nilai rata-rata siswa pada pra tindakan dan siklus I
No Point perbandingan Pra Tindakan Siklus 1
1. Nilai Rata-rata 49 80
2. Presentase Ketuntasan 40% 60%
Belajar
20
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa dengan
menggunakan media rak telur dalam pembelajaran Matematika pada materi tentang
perkalian bilangan asli dapat meningkatkan hasil belajar padapeserta didik kelas II dan III
SD ini terlaksana melalui dua siklus yaitu siklus I. Masing-masing siklus terdiri dari dua
kali pertemuan.
Peningkatan kemampuan berhitung perkalian ditunjukkan dengan adanya
perubahan nilai pada kemampuan berhitung mata pelajaran matematika, yaitu sebelum
terjadi proses pembelajaran, di mana pada awalnyapeserta didik merasa kesulitan untuk
menghitung soal perkalian bilangan asli, setelah menggunakan media rak telur sebagai
media pembelajaran,peserta didik merasa lebih mudah dalam mengerjakan soal-soal.
Dengan demikian hasil pengamatan, dari kegiatan pertama sampai akhir
pembelajaran dengan menggunakan media rak telur semakin meningkat. Keberhasilan
penggunaan media rak telur juga dibuktikan dengan meningkatnya nilai hasil belajar baik
dilihat dari nilai rata-rata tes maupun persentase ketuntasan belajarpeserta didik dari pra
tindakan dan siklus I. Sebelum dilakukannya tindakan, nilai rata-ratapeserta didik hanya
mencapai 65,00 dengan persentase ketuntasanpeserta didik 40 % atau sebanyak 3peserta
didik yang belum tuntas dari 6 peserta didik. Pada siklus I diperoleh nilai rata-ratapeserta
didik mencapai 80 dengan persentase ketuntasanpeserta didik 60% atau sebanyak 1peserta
didik yang belum tuntas dari 6 peserta didik.
B. Saran
Berdasarkan pada kesimpulan di atas, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagipeserta didik
a. Keterampilanpeserta didik dalam berhitung perlu ditingkatkan guna melatih kemandirian
dalam memahami konsep dan mengikuti proses pembelajaran khususnya materi perkalian
bilangan asli.
21
b. Jika mengalami kesulitan dalam memahami materi perkalian yang dipelajari, janganlah
sungkan untuk bertanya kepada pendidik agarpeserta didik dapat memahami konsep secara
maksimal.
c. Dengan menggunakan media rak telur dalam pembelajaran dapat mendorongpeserta
didik lebih aktif, kreatif, lebih antusias mengikuti pembelajaran, lebih menyenangkan dan
efektif, serta dapat meningkatkan hasil belajarpeserta didik.
3. Bagi Peneliti
Bagi peneliti sebagai calon pendidik sekolah dasar selanjutnya, hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai salah satu bahan rujukan untuk melakukan penelitian yang serupa dan
adanya kekurangan-kekurangan dalam penelitian ini hendaknya dapat dikembangkan lebih
lanjut lagi untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik ketika telah terjun
dilapangan dapat menggunakan media rak telur ini supaya proses pembelajaran menjadi
lebih mudah dan bermakna.
22
DAFTAR PUSTAKA
Glover, David. (2007). Apa dan Bagaimana Matematika. Jakarta : PT. Gading
IntiPrima.
23