Anda di halaman 1dari 10

SISTEMATIKA PENULISAN MAKALAH DAN PENJELASANNYA

Penelitian yang dipilih kemudian dipaparkan secara tertulis dalam bentuk makalah
dengan ketentuan sebagai berikut ini:
1. Halaman - Cover
2. Halaman - Lembar Pengesahan
3. Halaman - Kata Pengantar
4. Halaman Daftar isi
5. BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jelaskan alasan kuat / logika dalam memilih judul penelitian, misalnya dengan
mengidentifikasi permasalahan utama dan faktor-faktor penyebabnya, jelaskan
tingkat keparahan masalah/ kegawatannya berhubungan dengan luasnya
masalah, dampak masalah dan keterbatasan sumber/ kemampuan untuk mengatasi
masalah tersebut.
Paparkan dengan jelas bagaimana penelitian yang anda pilih dapat menjawab
permasalahan tersebut diatas
1.2 Tujuan Penulisan
Bisa salah satu atau lebih dari tujuan berikut ini. Jika anda mendapatkan
tujuan/informasi lebih maka tambahkan
Memaparkan informasi terkini dengan evidence based di area keperawatan
terkait dengan topik tertentu
Memberikan penjelasan tentang temuan terbaru atau inovasi di dunia
keperawatan ( sebutkan spesifik sesuai topik anda)
Meningkatkan critical thinking tentang manfaat hasil penelitian tersebut bagi
dunia keperawatan

6. BAB II ANALISIS KEPUSTAKAAN


Pada bab ini jelaskan tentang pemaparan secara teori dari tema yang menjadi
fokus dari telaah jurnal.
7. BAB III PEMBAHASAN
3.1. tema jurnal
Menjelaskan tentang ringkasan Tema Penelitian, Pertanyaan PICO, Penyelesaian
PICO yang terdiri dari Problem/populasi, Intervensi, Compare, Outcome. Daftar
Pustaka: Minimal 5 referensi terkait tema fokus bahasan disertai dengan
jurnal pelengkap dalam daftar pustaka 3.2..Implikasi keperawatan
(Tuliskan Pertanyaan PICO, Penyelesaian PICO yang terdiri dari
Problem/populasi, Intervensi, Compare, Outcome serta pemanfaatan hasil
penelitian ini ke pelayanan keperawatan)
7. BAB IV PENUTUP
4.1 Simpulan
(Tuliskan simpulan dari hal-hal yang diperoleh/ pembahasan dari
jurnal penelitian secara singkat, padat, namun mengandung informasi yang
penting)
4.2 Saran
(Tuliskan berbagai masukan bagi bidang keperawatan (penelitian,
pendidikan, dan praktik) terkait dengan hasil jurnal penelitian yang
dapat diaplikasikan)
8. Daftar Pustaka
(minimal menggunakan 5 referensi, tidak termasuk jurnal
penelitian yang digunakan)
CONTOH
LAPORAN KASUS KEPERAWATAN KOMPREHENSIF
Implementasi Perawatan Breast Engorgement Pada Ibu Postpartum

Supervisor Utama:
Ns. Jum Natosba, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.Mat

Pembimbing:
Ns. Jum Natosba, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.Mat

NAMA : Jum Natosba


NIM: 1106122562

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
BAB. 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


WHO (2006) mendefinisikan ASI eksklusif adalah bahwa bayi hanya menerima ASI dari
ibu, atau pengasuh yang diminta memberikan ASI dari ibu, tanpa penambahan cairan
atau makanan padat lain, kecuali sirup yang berisi vitamin, suplemen mineral atau obat.
WHO juga merekomendasikan pemberian ASI saja pada bayi tanpa didampingi atau
ditambah makanan atau minuman lain sampai bayi berusia enam bulan Pemberian ASI
secara eksklusif menurut Depkes (2003) adalah pemberian ASI saja kepada bayi tanpa
diberi makanan dan minuman lain sejak dari lahir sampai usia 6 bulan, kecuali
pemberian obat dan vitamin.

Data Departement of Health and Human Service (DHHS), pada tahun 2010 masyarakat
sehat mencanangkan target 75 % ibu- ibu menyusui dini bayinya, 50 % melanjutkan
menyusui bayinya hingga usia 6 bulan, dan 25 % terus menyusui bayinya hingga usia 1
tahun, 40% menyusui eksklusif selama 3 bulan, 17 % menyusui eksklusif selama 6
bulan, (DHHS, 2000). Rerata bayi di Indonesia hanya menerima asi kurang dari dua
bulan. Hal ini dibuktikan dari data SDKI periode 1997-2003, hanya 14% ibu di indonesia
yang memberikan asi eksklusif sampai enam bulan. Hanya 3,7% bayi yang memperoleh
ASI pada hari pertama, pemberian ASI pada bayi umur kurang 2 bulan sebesar 64%,
antara 2-3 bulan 45,5%, antara 4-5 bulan 13,9 dan antara 6-7 bulan 7,8%. Berdasarkan
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, tingkat pemberian Air Susu Ibu (ASI) ekslusif
di Indonesia baru 15,3% bayi yang mendapat ASI ekslusif hingga enam bulan.

Sementara itu cakupan pemberian susu formula meningkat 3 kali lipat dalam kurun
waktu antara 1997 sebesar 10,8% menjadi 32,4% pada tahun 2002. Sekitar 86% bayi
mendapatkan makanan berupa susu formula, makanan padat, atau campuran antara ASI
dan susu formula. Dampak yang terlihat pada bayi yang diberi ASI tidak eksklusif adalah
memiliki resiko 2,4 kali mengalami kematian apabila menderita ISPA dan 3.9 kali saat
menderita diare.

Kunci kesuksesan menyusui adalah sikap ibu, teknik menyusui, kepercayaan diri ibu
dan frekuensi menyusui. Keadaan setelah persalinan dan tindakan yang dijalani ibu
selama persalinan mempengaruhi sikap ibu secara individual dan peran sebagai ibu
baru. Keadaan ini dapat mengganggu pemberian asi eksklusif kepada bayi dan
menimbulkan adanya keluhan pada payudara berupa payudara bengkak.

Alasan terbanyak yang diungkap ibu yang mengalami payudara benkak adalah luka
pada abdomen yang masih terasa nyeri. Adanya luka abdomen menyebabkan fase
taking in berlangsung lebih lama, luka dijadikan alasan untuk takut menggendong
bayi dan menyusuinya. Sehingga angka kegagalan asi meningkat dan keluhan pada
payudara meningkat. Selain itu sikap ibu lain yang menyebabkan terjadinya payudara
bengkak adalah karena bayi tidak dirawat gabung bersama ibu sehingga tidak
memiliki kesempatan untuk memberikan asi mereka kepada bayi mereka. Kasus
payudara bengkak lainnya disebabkab alasan nyeri luka operasi SC

1.2. Tujuan Penulisan

Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk:


Memaparkan informasi terkini dengan evidence based di area
keperawatan terkait dengan perawatan payudara bengkak
Memberikan penjelasan tentang temuan terbaru atau inovasi di
dunia keperawatan terkait dengan perawatan payudara bengkak
BAB II
ANALISIS KEPUSTAKAAN

Jika produksi ASI di kelenjar payudara lebih cepat dibandingkan dengan yang
dikeluarkan (baik dengan cara menyusui maupun dipompa), air susu ini akan tetap
terkumpul di dalam payudara. Aliran darah ke payudara pun, meningkat sehingga
payudara pun menjadi bengkak, padat dan terasa nyeri. Kondisi ini lebih sering terjadi
atau dialami oleh ibu-ibu yang baru melahirkan pertama kali dan biasanya agak lebih
ringan pada ibu yang pernah menyusui sebelumnya.

Tanda-tanda terjadinya breast engorgement antaralain payudara terasa padat,


bengkak dan terasa nyeri, areola (bagian payudara yang berwarna hitam/kalang
payudara) mengeras dan kadangkala disertai dengan puting susu yang mendatar. Tanda
lain dari breast engorgement adalah bengkak dan nyeri kadangkala terasa hingga di
bagian ketiak/bawah lengan, kulit payudara juga terasa kencang, mengkilap dan terasa
hangat saat disentuh.

Payudara yang membengkak ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain
disebabkan perubahan colostrum menjadi asi matang sekitar 2-6 setelah melahirkan
dan jika air susu yang sudah dibentuk ini belum bisa dikeluarkan, maka payudara
menjadi penuh atau bengkak. Faktor kedua yang mempengaruhi lainnya dikarenakan
ibu sedang bekerja dan tidak bisa menyusui bayinya tanpa memompa payudara atau
ketika ibu menyapih bayi tiba-tiba. Faktor bayi yang mempengaruhi payudara bengkak
adalah bayi tertidur sepanjang malam dan bayi menolak menyusu.
Untuk mencegah terjadinya hal ini, sebaiknya susui bayi sesering mungkin atau
saat bayi menginginkan, dan mempelajari bagaimana cara memompa air susu, baik
secara manual maupun dengan pompa.

Cara mengatasi payudara bengkak adalah:


1. Bila air susu dapat mengalir keluar dengan lancar,
maka dapat mencegah terjadinya tekanan di dalam
payudara yang diakibatkan terbendungnya air susu. Ibu
sebaiknya tahu bagaimana cara menyusui dengan
baik dan benar. Disarankan untuk mencegah dengan
menyusui bayinya setiap 2-3 jam. Jika bayi terlahir
prematur, Ibu bisa memberikan ASI tanpa kendala
dengan menggunakan pompa.
2. Memberikan kompres dengan temperatur kompres dapat dipilih sesuai
kenyamanannya:
Kompres hangat. Letakkan handuk hangat pada payudara atau berdiri di bawah
aliran air hangat saat mandi. Lakukan selama beberapa menit.
Kompres dingin dengan meletakkan es (yang dibungkus handuk bersih) selama
kurang lebih 10-15 menit (atau senyaman Ibu), lalu secara perlahan pijatlah
payudara. Jangan susui bayi saat payudara sedang dikompres dan tunggu sejenak
setelah payudara dikompres.
3. melakukan pijat payudara dengan gerakan melingkar dari bagian terluar payudara
ke arah dalam (bagian areola dan puting). Gerakan ini diharapkan dapat
mempelancar aliran air susu sehingga meredakan rasa penuh dan tidak nyaman
pada payudara.
4. Daun kubis hijau mentah dapat menjadi alternatif
atasi kondisi ini untuk membantu meredakan
tersumbatnya payudara lebih cepat. Letakkan 1 helai
daun ini di dalam bra pada masing-masing http://www.wikihow.com/Relieve- payudara
(seperti membungkus payudara), biarkan Breast-Engorgement
selama
kira-kira 20-30 menit (atau hingga daun melayu)
dan lakukan 2 kali sehari.
5. Mengeluarkan asi secara manual dengan
menggunakan tangan atau pompa. Pastikan asi yang dikeluarkan untuk mengatasi
nyeri dan tegang pada payudara.
6. Mandi dengan air hangat
7. Menggunakan bra yang menopang dan sedikit longgar, karena bra dengan ukuran
yang terlalu ketat menekan bagian bawah payudara

Dampak payudara bengkak adalah:


bayi tidak bisa menyusu dengan benar, sehingga dapat menimbulkan luka pada
puting
saluran air susu akan tersumbat dan dapat menimbulkan infeksi kelenjar payudara
(mastitis)
suplai air susu berkurang
Ibu bisa menjadi menyerah dan berhenti menyusui bayi

Ibu sebaiknya segera hubungi dokter bila:


demam (suhu > 37,54 C) dan/atau menggigil
merasa lelah atau seperti flu
payudara bengkak, kemerahan, nyeri, terasa hangat
puting susu merah, retak, kebiruan atau mengeluarkan darah
pembengkakan tidak kunjung reda
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Ringkasan Tema Penelitian


Beberapa penelitian didapatkan mengenai intervensi kasus pembengkakan pada
payudara antara lain:
1. Penelitian oleh Arora, Vatsa & Dadhwal (2008) didapatkan implementasi
kompres hangat dan dingin serta kubis efektif untuk mengurangi pembengkakan
pada payudara dan nyeri yang dirasakan. Pembengkakan payudara sangat efektif
dikurangi dengan kompres dingin dan hangat ataupun menggunakan kubis
dingin. Tetapi untuk nyeri yang ditimbulkan lebih efektif kompres hangat dan
dingin dibanding kubis dingin.

2. Penelitian lain oleh Sandberg (1998). kompres dingin lebih efektif mengurangi
pembengkakan payudara dan nyeri yang ditimbulkan. Pemakaian bra menyusui
dengan ukuran yang sedikit lebih kecil merupakan faktor resiko terjadinya
pembengkakan payudara.

3. Roberts KL, Reiter M, Schuster D.(1998) menjelaskan pada penelitian bahwa


payudara bengkak yang diolesi krem berisi ekstrak kubis dibandingkan dengan
krem palsebo hasilnya adalah sama efektifnya menurunkan pembengkakan
payudara. Efek dingin yang diberikan krem yang mampu mengurangi
pembengkakan payudara, sehingga perlu direkomendasikan kepada konsultan asi
maupun petugas kesehatan untuk melakukan konseling laktasi untuk mengurangi
kejadian payudara bengkak

3.2. Pertanyaan PICO


Apakah kompres dingin dan mengeluarkan asi (manual atau disusukan)
mampu menurunkan ketegangan dan ketidaknyamanan payudara
pada kasus payudara bengkak

3.3. Penyelesaian PICO


Problem/populasi:
Permasalahan pada ibu postpartum sebagai dampak dari belum bisa beradaptasi adalah
kegagalan asi dan pembengkakan payudara.

Intervensi
Intervensi yang diberikan pasien postpartum dengan pembengkakan payudara
dikelompokan dalam 3 kelompok yaitu implementasi kompres hangat dan dingin serta
kubis dingin, kompres dingin saja dan diolesi krem berisi ekstrak kubis dingin. Setelah
dilakukan ke tiga kelompok intervensi ini maka dilakukan pengeluaran langsung dengan
pompa atau manual atau disusukan kepada bayi mereka.

Compare
Berdasarkan hasil evaluasi implementasi terhadap pasien dengan payudara bengkak
didapatkan hasil bahwa:
1. Lebih cepat reda pembengkakan pada ibu dengan intervensi dikompres dingin
selama 10 menit pada tiap payudara kemudian disusukan kepada bayi mereka
dibanding dengan intervensi lainnya.
2. Bila hanya dilakukan kompres pada payudara ketegangan bisa menjadi lemas lagi
dalam waktu 3 jam melakukan kompres.
3. Pada intervensi langsung dikeluarkan dapat menyebabkan rasa sakit pada payudara
selain dari efek pembengkakan itu sendiri, tetapi pada kasus ini perwat mengambil
inisiatif untuk merubah implementasi dengan kompres dan memompa asinya serta
memberikannya kepada bayinya.

Outcome
Kesimpulan yang dapat diambil adalah penyelesaian kasus pembengkakan payudara
dapat diatasi dengan kompres pada payudara selama 10 menit kemudian menyusui
bayi. Intervensi lanjutan adalah bagaimana mencegah agar tidak terjadi payudara
bengkak pada ibu postpartum.
Daftar pustaka

Arora, S., Vatsa, M & Dadhwal, V (2008). A Comparison Of Cabbage Leaves Vs. Hot and
Cold Compresses in the Treatment of Breast Engorgement. Indian Journal of
Community Medicine. 33: 3, 160-162

Sandberg, C.A (1998). Cold therapy for breast engorgement in new mothers who are
breastfeeding. Tesis Proquest

Roberts KL, Reiter M, Schuster D.(1998). Effects of cabbage leaf extract on breast
engorgement. J Hum Lact.14(3):231-6.

Harri, Anindita.How to Relieve Breast Engorgement. http://www.wikihow.com/Relieve-


Breast-Engorgement diunduh tgl 11 november 2013

Anda mungkin juga menyukai