Analisi Pico
Analisi Pico
Penelitian yang dipilih kemudian dipaparkan secara tertulis dalam bentuk makalah
dengan ketentuan sebagai berikut ini:
1. Halaman - Cover
2. Halaman - Lembar Pengesahan
3. Halaman - Kata Pengantar
4. Halaman Daftar isi
5. BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jelaskan alasan kuat / logika dalam memilih judul penelitian, misalnya dengan
mengidentifikasi permasalahan utama dan faktor-faktor penyebabnya, jelaskan
tingkat keparahan masalah/ kegawatannya berhubungan dengan luasnya
masalah, dampak masalah dan keterbatasan sumber/ kemampuan untuk mengatasi
masalah tersebut.
Paparkan dengan jelas bagaimana penelitian yang anda pilih dapat menjawab
permasalahan tersebut diatas
1.2 Tujuan Penulisan
Bisa salah satu atau lebih dari tujuan berikut ini. Jika anda mendapatkan
tujuan/informasi lebih maka tambahkan
Memaparkan informasi terkini dengan evidence based di area keperawatan
terkait dengan topik tertentu
Memberikan penjelasan tentang temuan terbaru atau inovasi di dunia
keperawatan ( sebutkan spesifik sesuai topik anda)
Meningkatkan critical thinking tentang manfaat hasil penelitian tersebut bagi
dunia keperawatan
Supervisor Utama:
Ns. Jum Natosba, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.Mat
Pembimbing:
Ns. Jum Natosba, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.Mat
Data Departement of Health and Human Service (DHHS), pada tahun 2010 masyarakat
sehat mencanangkan target 75 % ibu- ibu menyusui dini bayinya, 50 % melanjutkan
menyusui bayinya hingga usia 6 bulan, dan 25 % terus menyusui bayinya hingga usia 1
tahun, 40% menyusui eksklusif selama 3 bulan, 17 % menyusui eksklusif selama 6
bulan, (DHHS, 2000). Rerata bayi di Indonesia hanya menerima asi kurang dari dua
bulan. Hal ini dibuktikan dari data SDKI periode 1997-2003, hanya 14% ibu di indonesia
yang memberikan asi eksklusif sampai enam bulan. Hanya 3,7% bayi yang memperoleh
ASI pada hari pertama, pemberian ASI pada bayi umur kurang 2 bulan sebesar 64%,
antara 2-3 bulan 45,5%, antara 4-5 bulan 13,9 dan antara 6-7 bulan 7,8%. Berdasarkan
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, tingkat pemberian Air Susu Ibu (ASI) ekslusif
di Indonesia baru 15,3% bayi yang mendapat ASI ekslusif hingga enam bulan.
Sementara itu cakupan pemberian susu formula meningkat 3 kali lipat dalam kurun
waktu antara 1997 sebesar 10,8% menjadi 32,4% pada tahun 2002. Sekitar 86% bayi
mendapatkan makanan berupa susu formula, makanan padat, atau campuran antara ASI
dan susu formula. Dampak yang terlihat pada bayi yang diberi ASI tidak eksklusif adalah
memiliki resiko 2,4 kali mengalami kematian apabila menderita ISPA dan 3.9 kali saat
menderita diare.
Kunci kesuksesan menyusui adalah sikap ibu, teknik menyusui, kepercayaan diri ibu
dan frekuensi menyusui. Keadaan setelah persalinan dan tindakan yang dijalani ibu
selama persalinan mempengaruhi sikap ibu secara individual dan peran sebagai ibu
baru. Keadaan ini dapat mengganggu pemberian asi eksklusif kepada bayi dan
menimbulkan adanya keluhan pada payudara berupa payudara bengkak.
Alasan terbanyak yang diungkap ibu yang mengalami payudara benkak adalah luka
pada abdomen yang masih terasa nyeri. Adanya luka abdomen menyebabkan fase
taking in berlangsung lebih lama, luka dijadikan alasan untuk takut menggendong
bayi dan menyusuinya. Sehingga angka kegagalan asi meningkat dan keluhan pada
payudara meningkat. Selain itu sikap ibu lain yang menyebabkan terjadinya payudara
bengkak adalah karena bayi tidak dirawat gabung bersama ibu sehingga tidak
memiliki kesempatan untuk memberikan asi mereka kepada bayi mereka. Kasus
payudara bengkak lainnya disebabkab alasan nyeri luka operasi SC
Jika produksi ASI di kelenjar payudara lebih cepat dibandingkan dengan yang
dikeluarkan (baik dengan cara menyusui maupun dipompa), air susu ini akan tetap
terkumpul di dalam payudara. Aliran darah ke payudara pun, meningkat sehingga
payudara pun menjadi bengkak, padat dan terasa nyeri. Kondisi ini lebih sering terjadi
atau dialami oleh ibu-ibu yang baru melahirkan pertama kali dan biasanya agak lebih
ringan pada ibu yang pernah menyusui sebelumnya.
Payudara yang membengkak ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain
disebabkan perubahan colostrum menjadi asi matang sekitar 2-6 setelah melahirkan
dan jika air susu yang sudah dibentuk ini belum bisa dikeluarkan, maka payudara
menjadi penuh atau bengkak. Faktor kedua yang mempengaruhi lainnya dikarenakan
ibu sedang bekerja dan tidak bisa menyusui bayinya tanpa memompa payudara atau
ketika ibu menyapih bayi tiba-tiba. Faktor bayi yang mempengaruhi payudara bengkak
adalah bayi tertidur sepanjang malam dan bayi menolak menyusu.
Untuk mencegah terjadinya hal ini, sebaiknya susui bayi sesering mungkin atau
saat bayi menginginkan, dan mempelajari bagaimana cara memompa air susu, baik
secara manual maupun dengan pompa.
2. Penelitian lain oleh Sandberg (1998). kompres dingin lebih efektif mengurangi
pembengkakan payudara dan nyeri yang ditimbulkan. Pemakaian bra menyusui
dengan ukuran yang sedikit lebih kecil merupakan faktor resiko terjadinya
pembengkakan payudara.
Intervensi
Intervensi yang diberikan pasien postpartum dengan pembengkakan payudara
dikelompokan dalam 3 kelompok yaitu implementasi kompres hangat dan dingin serta
kubis dingin, kompres dingin saja dan diolesi krem berisi ekstrak kubis dingin. Setelah
dilakukan ke tiga kelompok intervensi ini maka dilakukan pengeluaran langsung dengan
pompa atau manual atau disusukan kepada bayi mereka.
Compare
Berdasarkan hasil evaluasi implementasi terhadap pasien dengan payudara bengkak
didapatkan hasil bahwa:
1. Lebih cepat reda pembengkakan pada ibu dengan intervensi dikompres dingin
selama 10 menit pada tiap payudara kemudian disusukan kepada bayi mereka
dibanding dengan intervensi lainnya.
2. Bila hanya dilakukan kompres pada payudara ketegangan bisa menjadi lemas lagi
dalam waktu 3 jam melakukan kompres.
3. Pada intervensi langsung dikeluarkan dapat menyebabkan rasa sakit pada payudara
selain dari efek pembengkakan itu sendiri, tetapi pada kasus ini perwat mengambil
inisiatif untuk merubah implementasi dengan kompres dan memompa asinya serta
memberikannya kepada bayinya.
Outcome
Kesimpulan yang dapat diambil adalah penyelesaian kasus pembengkakan payudara
dapat diatasi dengan kompres pada payudara selama 10 menit kemudian menyusui
bayi. Intervensi lanjutan adalah bagaimana mencegah agar tidak terjadi payudara
bengkak pada ibu postpartum.
Daftar pustaka
Arora, S., Vatsa, M & Dadhwal, V (2008). A Comparison Of Cabbage Leaves Vs. Hot and
Cold Compresses in the Treatment of Breast Engorgement. Indian Journal of
Community Medicine. 33: 3, 160-162
Sandberg, C.A (1998). Cold therapy for breast engorgement in new mothers who are
breastfeeding. Tesis Proquest
Roberts KL, Reiter M, Schuster D.(1998). Effects of cabbage leaf extract on breast
engorgement. J Hum Lact.14(3):231-6.