Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN DISTOSIA

A. Pengertian
Distosia adalah persalinan yang panjang, sulit atau abnormal yang timbul akibat berbagai
kondisi yang berhubungan dengan lima factor persalinan. (Bobak, 2004 : 784).
Distosia adalah Kesulitan dalam jalannya persalinan. (Rustam Mukhtar, 1994).
Distosia didefinisikan sebagai persalinan yang panjang, sulit, atau abnormal, yang timbul
akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan 5 faktor persalinan sebagai berikut:
1. Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau akibat upaya
mengedan ibu (kekuatan/power)
2. Perubahan struktur pelvis (jalan lahir)
3. Sebab pada janin meliputi kelainan presentasi/kelainan posisi, bayi besar, dan jumlah bayi
4. Posisi ibu selama persalinan dan melahirkan
5. Respons psikologis ibu terhadap persalinan yang berhubungan dengan pengalaman, persiapan,
budaya, serta sistem pendukung

B. Etiologi
Distosia dapat disebabkan oleh :
1. Kelainan tenaga/ power
2. Kelainan jalan lahir/ passage
3. Kelainan letak dan bentuk janin/ passager

C. Klasifikasi Distosia
1. Persalinan Disfungsional ( Distosia karena Kelainan Kekuatan
Persalinan disfungsional adalah kontraksi uterus abnormal yang menghambat kemajuan
dilatasi serviks normal, kemajuan pendataran/effacement (kekuatan primer), dan atau kemajuan
penurunan (kekuatan sekunder). Gilbert (2007) menyatakan beberapa faktor yang dicurigai dapat
meningkatkan resiko terjadinya distosia uterus sebagai berikut:
a) Bentuk tubuh (berat badan yang berlebihan, pendek)
b) Kondisi uterus yang tidak normal (malformasi kongenital, distensi yangberlebihan, kehamilan
ganda, atau hidramnion)
c) Kelainan bentuk dan posisi janin
d) Disproporsi cephalopelvic (CPD)
e) Overstimulasi oxytocin
f) Kelelahan, dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit, dan kecemasan
g) Pemberian analgesik dan anastetik yang tidak semestinya

Kontraksi uterus abnormal terdiri dari disfungsi kontraksi uterus primer (hipotonik) dan
disfungsi kontraksi uterus sekunder (hipertonik).
a) Disfungsi Hipotonik
HIS bersifat biasa dalam arti bahwa fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dahulu
daripada bagian lain, kelainannya terletak dalam hal bahwa kontraksi uterus lebih aman, singkat,
dan jarang daripada biasa. Keadaan umum penderita biasanya baik dan rasa nyeri tidak seberapa.
Selama ketuban masih utuh umumnya tidak banyak bahaya baik bagi ibu ataupun janin. Apabila
his terlampau kuat maka akan terjadi disfungsi hipertonik

b) Disfungsi Hipertonik
Ibu yang mengalami kesakitan/ nyeri dan frekuensi kontraksi tidak efektif menyebabkan
dilatasi servikal atau peningkatan effacement. Kontraksi ini biasa terjadi pada tahap laten,yaitu
dilatasi servikal kurang dari 4 cm dan tidak terkoordinasi. Kekuatan kontraksi pada bagian
tengah uterus lebih kuat dari pada di fundus, karena uterus tidak mampu menekan kebawah
untuk mendorong sampai ke servik. Uterus mungkin mengalami kekakuan diantara kontraksi
(Gilbert, 2007).
Distosia servikalis sekunder disebabkan oleh kelainan organik pada servik, misalnya
karena jaringan parut atau karsinoma. Dengan HIS kuat serviks bisa robek, dan robekan ini bisa
menjalar ke bagian bawah uterus. Oleh karena itu setiap wanita yang pernah mengalami operasi
pada serviks selalu harus diawasi persalinannya di rumah sakit. Kondisi distosia ini jarang
ditemukan kecuali pada wanita yang tidak diberi pengawasan yang baik waktu persalinan.
Perbedaan antara Disfungsi Hipertonik dan Disfungsi Hipotonik

Disfungsi Hipertonik Disfungsi Hipotonik


Kontraksi
Tidak teratur dan tidak terorganisasi Terkoordinasi tetapi lemah
Intensitas lemah dan pendek, tetapi nyeri Frekuensi kurang dan pendek selama durasi
dan kram kontraksi
Ibu mungkin kurang nyaman karena
kontraksi lemah
Uteri resting tone
Diatas normal, hampir sama dengan Tidak meningkat
karakteristik ablusio plasenta.
Fase persalinan
Laten, terjadi sebelum dilasi 4 cm. Aktif, biasanya terjadi setelah dilasi 4 cm
Lebih jarang terjadi daripada hypotonik Lebih sering terjadi dari pada hipertonik
disfungsi.
Manajemen terapeutik
Koreksi penyebab jika bisa diidentifikasi Amniotomy
Pemberian obat penenang untuk bisa Augmentasi oksitoksin
beristirahat seksio sesaria jika tidak ada peningkatan
Hidrasi
Tocolytics untuk mengurangi high uterine
tone dan promoteperfusi plasenta
Nursing Care
Promote aliran darah uterus Intervensi berhubungan dengan amniotomy
Promote istirahat, kenyamanan, dan dan augmentasi oksitosin.
relaksasi Mendorong perubahan posisi.
Menghilangkan nyeri Ambulasi jika tidak kontraindikasi dan bisa
Dukungan emosional: terima kenyataan diterima oleh ibu
tentang nyeri dan frustasi. Jelaskan alasan Dukungan emosional: jelaskan tindakan
tindakan untuk menyelesaikan persalinan yang diambil untuk meningkatkan
abnormal, tujuan dan akibat yang dipresiksi. ketidakefektifan kontraksi. Libatkan
anggota keluarga dalam mendukung emosi
ibu untuk mengurangi kecemasan

Etiologi Distosia Karena Kelainan Tenaga


1. Faktor herediter memegang peranan dalam kelainan ini.
2. Faktor emosi (ketakutan )
3. Bagian bawah janin tidak berhubungan rapat dengan segmen bawah uterus seperti misalnya
pada kelainan letak janin/disproporsi cephalopelvic.
4. Pada sebagian besar kasus penyebabnya tidak diketahui.
5. Kelainan tenaga terutama ditemukan pada primigravida, khususnya primigravida tua.

Penatalaksanaan
Dalam menghadapi persalinan lama oleh sebab apapun harus diawasi dengan seksama.
Tekanan darah, denyut jantung janin, kemungkinan dehidrasi dan asidosis harus dipantau secara
berkala. Untuk mengurangi rasa nyeri perlu diberikan analgetik. Pemeriksaan dalam perlu
diadakan. Apabila persalinan berlangsung dalam 24 jam tanpa kemajuan yang berarti perlu
diadakan penilaian yang seksama seperti penilaian keadaan umum, apakah persalian benar-benar
sudah mulai atau masih dalam false labour, apakah ada inersia uteri. Untuk menetapkan hal ini
perlu dilakukan pelvimetri rontgenologik/MRI.
Pada keadaan HIS terlalu kuat persalinan perlu diawasi dan episiotomi dilakukan pada
waktu yang tepat untuk menghindari terjadinya ruptura perinei tingkat 3. Bila mana HIS terlalu
kuat dan ada rintangan yang menghalangi lahirnya janin dapat timbul lingkaran retraksi
patologik, yang merupakan tanda bahaya terjadinya ruptura uteri. Dalam keadaan ini janin harus
segera dilahirkan dengan cara yang memberikan trauma sedikit-sedikit nya bagi ibu dan anak.
Penatalaksanaan disfungsi uterus hipertonik dilakukan melalui upaya istirahat terapeutik.
Upaya ini dilakukan melalui pemberian analgesik yang effektif, seperti morfin atau meperidin,
untuk mengurangi nyeri dan menyebabkan wanita tertidur. Penatalaksanaan disfungsi uterus
hipotonik biasanya menyingkirkan kemungkinan disproporsi sefalopelvis (CPD) dengan
melakukan pemeriksaan menggunakan ultrasound atau pemeriksaan sinar X yang diikuti dengan
augmentasi disfunctional dengan oksitosin. Kekuatan sekunder atau upaya mengejan dapat
menjadi lebih berat akibat penggunaan analgesik dalam jumlah besar, pemberian anastesi, ibu
keletihan, hidrasi yang tidak adekuat dan posisi ibu.

2. Distosia karena Kelainan struktur Pelvis


Jenis-jenis panggul:
a) Panggul Ginekoid
Pintu atas panggul bundar dengan diameter transversa yang lebih panjang sedikit
daripada diameter anteroposterior dan dengan panggul tengah dan pintu bawah panggul yang
cukup luas.
b) Panggul Antropoid
Diameter anteroposterior yang lebih panjang dari diameter transversa dengan arkus pubis
menyempit sedikit
c) Panggul Android
Pintu atas panggul yang berbentuk sebagai segitiga berhubungan dengan penyempitan
kedepan, dengan spina iskiadika menonjol kedalam dan arkus pubis menyempit.
d) Panggul Platypelloid
Diameter anteroposterior yang jelas lebih pendek daripada diameter transversa pada pintu
atas panggul dengan arkus pubis yang luas.
Distosia pelvis dapat terjadi bila ada kontraktur diameter pelvis yang mengurangi
kapasitas tulang panggul, termasuk pelvis inlet (pintu atas panggul), pelvis bagian tengah,pelvis
outlet (pintu bawah panggul), atau kombinasi dari ketiganya.
Disproporsi pelvis merupakan penyebab umum dari distosia.Kontraktur pelvis mungkin
disebabkan oleh ketidak normalan kongenital, malnutrisi maternal, neoplasma atau kelainan
tulang belakang. Ketidakmatangan ukuran pembentukan pelvis pada beberapa ibu muda dapat
menyebabkan distosia pelvis.

Kesempitan pada pintu atas panggul


Kontraktur pintu atas panggul terdiagnosis jika diagonal konjugata kurang dari 11,5 cm.
Insiden pada bentuk wajah dan bahu meningkat. Karena bentuk interfere dengan engagement dan
bayi turun, sehingga beresiko terhadap prolaps tali pusat.
Kesempitan panggul tengah
Pada panggul tengah yang sempit, lebih sering ditemukan posisi oksipitalis posterior
persisten atau posisi kepaladalam posisi lintang tetap.
Kesempitan pintu bawah panggul
Agar kepala janin dapat lahir, diperlukan ruangan yang lebih besar pada bagian belakang
pintu bawah panggul. Dengan distansi tuberum bersama dengan diameter sagittalis posterior
kurang dari 15 cm, timbul kemacetan pada kelahiran janin ukuran normal.

Penanganan
Hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana kemajuan pembukaan serviks, apakah
gangguan pembukaan seperti: pemanjangan fase laten; pemanjangan fase aktif; sekunder arrest,
bagaimana kemajuan penurunan bagian terbawah janin (belakang kepala), apakah ada tanda-
tanda klinis dari ibu atau janin yang menunjukkan adanya bahaya bagi ibu atau anak (seperti:
gawat janin, rupture uteri).
Apabila ada salah satu gangguan diatas, maka menandakan bahwa persalinan pervaginam
tidak mungkin dan harus dilaksanakan seksio sesaria. Bila ada kemajuan pembukaan serta
penurunan kepala berjalan lancer, maka persalinan pervaginam bisa dilaksanakan.

3. Distosia karena kelainan letak dan bentuk janin


a) Kelainan letak, presentasi atau posisi
Posisi oksipitalis posterior persisten
Pada persalinan persentasi belakang kepala, kepala janin turun melalui pintu atas
panggul dengan sutura sagittalis melintang atau miring sehingga ubun-ubun kecil dapat
berada di kiri melintang, kanan melintang, kiri depan, kanan depan, kiri belakang atau
kanan belakang. Namun keadaan ini pada umumnya tidak akan terjadi kesulitan
perputarannya kedepan, yaitu bila keadaan kepala janin dalam keadaan fleksi dan panggul
mempunyai bentuk serta ukuran normal.
Penyebab terjadinya posisi oksipitalis posterior persisten ialah usaha penyesuaian
kepala terhadap bentuk dan ukuran panggul.
Mekanisme persalinan
Bila hubungan antara panggul dan kepala janin cukup longgar, persalinan pada posisi
oksipitalis posterior persisten dapat berlangsung secara spontan, tetapi pada umumnya
lebih lama. Kepala janin akan lahir dalam keadaan muka dibawah simfisis dengan
mekanisme sebagai berikut: Setelah kepala mencapai dasar panggul dan ubun-ubun besar
berada dibawah simfisis, dengan ubun-ubun besar tersebut sebagai hipomoklion,
oksipitalis akan lahir melaui perineum diikuti bagian kepala yang lain.

Prognosis
Persalinan pada umumnya berlansung lebih lama kemungkinan kerusakan jalan janin
lebih besar, kematian perinatal lebih tinggi dibandingkan dengan keadaan ubun-ubun kecil
berada didepan.

Penanganan
Pada persalinan ini sebaiknya dilakukan pengawasan yang seksama, tindakan untuk
mempercepat jalannya persalinan dilakukan apabila kala II terlalu lama atau ada tanda-
tanda bahaya terhadap janin. Pada persalinan letak belakang kepala akan lebih mudah
apabila letak ubun-ubun kecil berada di depan, maka harus diusahakan agar ubun-ubun
kecil dapat diputar kedepan. Perputaran kepala dapat dilakukan dengan tangan penolong
yang dimasukkan ke dalam vagina atau dengan cunam.

Presentasi puncak kepala


Kondisi ini kepala dalam keaadaan defleksi. Berdasarkan derajat defleksinya maka
dapat terjadi presentasi puncak kepala, presentasi dahi atau presentasimuka. Presentasi
puncak kepala (presentasi sinsiput) terjadi apabila derajat defleksinya ringan sehingga
ubun-ubun besar berada dibawah. Keadaan ini merupakan kedudukan sementara yang
kemudian berubah menjadi presentasi belakang kepala.

Mekanisme persalinan
Penangannya hamper sama dengan posisi oksipitalis posterior persisten. Perbedaanya
ialah pada presentasi puncak kepala tidak terjadi fleksi kepala yang maksimal.
Presentasi muka
Persentasi muka terjadi bila derajat defleksi kepala maksimal sehingga muka bagian
terendah. Kondisi ini dapat terjadi pada panggul sempit atau janin besar. Multiparitas dan
perut gantung juga merupakan faktor yang menyebabkan persentasi muka.

Mekanisme persalinan
Kepala turun melalui pintu atas panggul dengan sirrkumferensia trakelo-parietalis
dan dengan dagu melintang atau miring. Setelah muka mencapai dasar panggul terjadi
putaran paksi dalam, sehingga dagu memutar kedepan dan berada dibawah arkus pubis.
Dengan daerah submentum sebagai hipomoklion, kepala lahir dengan kepala fleksi
sehingga dahi, ubun-ubun besar, dan bagian belakang kepala melewati perineum. Setelah
kepala lahir terjadi putaran paksi luar dan badan janin lahir seperti pada persentasi
belakang kepala. Apabila dagu berada dibelakang, pad waktu putaran dalam dagu harus
melewati jarak yang lebih jauh supaya dapat berada didepan. Apabila dagu tidak dapat
berputar kedepan (posisi mento posterior persisten) dan janin tidak dapat lahir spontan,
kondisi ini harus segera dilakukan tindakan untuk menolong persalinan.
Kesulitan persalinan dapat terjadi karena ada kesempitan panggul dan janin yang
besar. Pada persentasi muka tidak dapat melakukan dilatasi servik secara sempurna dan
bagian terendah harus turun sampai ke dasar panggul sebelum ukuran terbesar kepala
melewati pintu atas panggul.

Penanganan
Bila selama pengamatan kala II terjadi posisi mento posterior persisten, maka
diusahakan untuk memutar dagu kedepan dengan satu tangan dimasukkan ke vagina. Jika
usaha ini tidak berhasil maka dilakukan secsio sesaria.

Presentasi dahi
Presentasi dahi adalah bila derajat defleksi kepalanya lebih berat, sehingga dahi
merupakan bagian yang paling rendah. Kondisi ini merupakan kedudukan yang bersifat
sementara yang kemudian berubah menjadi presentasi muka atau presentasi belakang
kepala. Penyebab terjadinya kondisi ini sama dengan presentasi muka.
Mekanisme persalinan
Kepala masuk melalui pintu atas panggul dengan sirkumferensia maksilloparietalis
serta sutura frontalis melintang atau miring. Setelah terjadi moulage, dan ukuran terbesar
kepala telah melalui pintu atas panggul, panggul memutar kedepan. Sesudah dagu berada
didepan, dengan fosa kanina sebagai hipomoklion, terjadi fleksi sehingga ubun-ubun besar
dan belakang kepala lahir melewati perineum. Kemudian terjadi defleksi, sehingga mulut
dan dagu lahir dibawah simfisis yang menghalangi presentasi dahi untuk berubah menjadi
presentasi muka, biasanya karena moulage dan kaput suksedaneum yang besar pada dahi
waktu kepala memasuki panggul, sehingga sulit terjadi penambahan defleksi. Persalinan
membutuhkan waktu yang lama dan jarang berlangsung spontan, sedangkan persalinan
pervaginam berakibat perlukaan luas pada perineum dan jalan lahir lainnya.

Prognosis
Janin yang kecil masih mungkin lahir spontan, tetapi janin dengan berat dan besar
normal tidak dapat lahir spontan pervaginam.

Penanganan
Presentasi dahi dengan ukuran panggul dan janin yang normal, tidak akan dapat lahir
spontan melalui vagina sehingga harus dilahirkan dengan secsio sesaria. Bila persalinan
mengalami kemajuan dan ada harapan presentasi dahi dapat berubah menjadi presentasi
belakang kepala tidak perlu dilakukan tindakan. Jika pada akhir kala I kepala belum masuk
kedalam rongga panggul, dapat diusahaakan mengubah presentasi dengan perasat Thorn.
Tapi jika tidak berhasil maka lakukan secsio sesaria. Meskipun kepala sudah masuk ke
rongga panggul, tetapi bila kala II tidak mengalami kemajuan, juga dilakukan secsio
sesaria. Bayi yang lahir dalam presentasi dahi menunjukkan kaput suksedaneum yang
besar pada dahi yang disertai moulage kepala yang hebat.

Letak sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala
di fundus uteri dan bokong berada dibawah cavum uteri. Beberapa jenis letak sungsang
yakni :
- Presentasi bokong
Pada presentasi bokong, akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki terangkat keatas
sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin. Sehingga pada pemeriksaan
dalam hanya dapat diraba bokong.
- Presentasi bokong kaki sempurna
disamping bokong dapat diraba kedua kaki.
- Presentasi bokong kaki tidak sempurna
Hanya terdapat satu kaki disamping bokong sedangkan kaki yang lain terangkat keatas.
- Presentasi kaki
Pada presentasi kaki bagian paling rendah adalah satu atau dua kaki.

Etiologi
Faktor- faktor yang memegang peranan terjadinya letak sungsang adalah
multiparitas, hamil kembar, hidramnion, hidrosefalus, plasenta previa dan panggul sempit,
kelainan uterus dan kelainan bentuk uterus. Plasenta yang terletak didaerah kornu fundus
uteri dapat pula menyebabkan letak sungsang karena plasenta mengurangi luas ruangan
didaerah fundus.

Mekanisme persalinan
Bokong masuk kedalam rongga panggul dengan garis pangkal paha melintang atau
miring. Setelah menyentuh dasar panggul terjadi putaran paksi dalam, sehingga di pintu
bawah panggul garis panggul paha menempati diameter ante posterior dan trokanter
depan berada dibawah simfisis. Kemudian terjadi fleksi lateral pad badan janin, sehingga
trokanter belakang melewati perineum dan lahirlah seluruh bokong diikuti oleh kedua kaki.
Setelah bokong lahir terjadi putaran paksi luar dengan perut janin berada di posterior yang
memungkinkan bahu melewati pintu atas panggul dengan garis terbesar bahu melintang
atau miring. Terjadi putaran paksi dalam pada bahu, sehingga bahu depan berada dibawah
simfisis dan bahu belakang melewati perineum. Pada saat tersebut kepala masuk kedalam
rongga panggul dengan sutura sagitalis melintang atau miring. Didalam rongga panggul
terjadi putaran paksi dalam kepala sehingga muka memutar ke posterior dan oksiput kearah
simfisis. Dengan suboksiput sebagai hipomoklion, maka dagu, mulut, hidung, dahi, dan
seluruh kepala lahir berturut-turut melewati perineum.

Prognosis
Angka kematian bayi pada persalinan letak sungsang lebih tinggi bila dibandingkan
dengan letak kepala. Adanya kesempitan panggul sudah harus diduga pada waktu
pemeriksaan antenatal khususnya pada seorang primigravida dengan letak
sungsang. Untuk itu harus dilakukan pemeriksaan panggul atau MRI. Multiparitas dengan
riwayat obstetrik yang baik, tidak selalu menjamin persalinan dalam letak sungsang akan
berlansung lancar, sebab janin yang besar dapat menyebabkan disproporsi meskipun
ukuran panggul normal.

Penanganan
a. Dalam kehamilan
Mengingat bahayanya, sebaiknya persalinan dalam letak sungsang dihindarkan.
Untuk itu sewaktu pemeriksaan antenatal dijumpai letak sungsang terutama pada
primigravida hendaknya dilakukan versi luar menjadi presentasi kepala. Versi luar ini
sebaiknya dilakukan pada kehamilan antara 34 dan 38 minggu. Kalau pada sebelum
minggu ke 34 kemungkinan besar janin masuh dapat memutar sendiri, sedangkan setelah
minggu ke 38 versi luar akan sulit berhasil dikarenakan janin sudah besar dan jumlah air
ketuban relatif telah berkurang. Sebelum melakukan versi luar, diagnosis letak janin harus
pasti dan denyut jantung janin harus dalam keadaan baik. Kontaindikasi untuk versi luar
adalah:
- panggul sempit
sebenarnya tidak ada gunanya melakukan versi luar karena jika berhasil perlu juga
dilkukan secsio sesaria. Jika kesempitan panggul hanya ringan maka versi luar harus
diusahakan karena jika berhasil akan memungkinkan dilakukan partus percobaan.
- perdarahan antepartum
tidak boleh dilakukan karena akan menambah perdarahan akibat lepasnya plasenta.
- Hipertensi
Usaha versi luar akan dapat menyebabkan solusio plasenta.
- hamil kembar
pada hamil kembar janin yang lain dapat menghalangi versi luar, yang lebih berbahaya jika
janin terletak dalam satu kantong amnion, kemungkinan tali pusat kedua janin akan saling
melilit.
- plasenta previa.

b. Dalam persalinan
Letak sunsang tanpa disproporsi cefalopelvic dapat diambil sikap menunggu sambil
mengawasi kemajuan persalinan, sampai umbilikus dilahirkan. Ekstraksi pada kaki atau
bokong hanya dilakukan apabila dalam kala II terdapat tanda-tanda bahaya bagi ibu atau
janin atau apabila kala II berlangsung lama maka secsio sesaria perlu dilakukan.

Letak lintang
Letak lintang ialah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus dengan
kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Pada umumnya
bokong berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada
pintu atas panggul. Punggung janin berada di depa, di belakang, di atas, atau di bawah.

Etiologi
Penyebab terpenting letak lintang ialah multiparitas disertai dinding uterus dan perut
yang lembek. Keadaan lain yang dapat menghalangi turunnya kepala ke dalam rongga
panggul seperti misalnya panggul sempit, tumor di daerah panggul, plasenta previa,
kehamilan prematur, hidramnion dan kehamilan kembar,kelainan bentuk rahim seperti
uterus arkuatus/uterus subseptus.

Mekanisme Persalinan
Pada letak lintang dengan ukuran panggul normal dan janin cukup bulan, tidak dapat
terjadi persalinan spontan.Bila persalinan dibiarkan tanpa pertolongan, akan menyebabkan
kematian janin dan ruptura uteridan keadaan ini dapat membahayakan ibu akibat
perdarahan dan infeksi dan seringkali berakibat kepada kematian.
Apabila janinnya kecil, sudah mati dan lembek persalinan dapat berlangsung
spontan. Janin lahir dalam keadaan terlipat melalui jalan lahir(konduplikasio korpore)atau
lahir dengan evolusio spontanea menurut cara Denman dan Douglas. Pada cara Denman
bahu tertahan pada simfisis dan dengan fleksi kuat dibagian bawah tulang belakang, badan
bagian bawah, bokong dan kaki turun di rongga panggul dan lahir, kemudian disusul badan
bagian atas dan kepala. Pada cara Douglas bahu masuk kedalam rongga panggul, kemudian
dilewati oleh bokong dan kaki sehingga bahu, bokong dan kaki lahir, selanjutnya disusul
oleh lahirnya kepala. Dua cara tersebut merupakan variasi suatu mekanisme lahirnya janin
dalam letak lintang, akibat fleksi lateral yang maksimal dari tubuh janin.

Prognosis
Persalinan letak lintang memberikan prognosis yang jelek, baik terhadap ibu maupun
janinnya.

Penanganan
Apabila pada pemeriksaan antenatal ditemukan letak lintang, sebaiknya diusahakan
mengubah menjadi presentasi kepala dengan versi luar. Ibu diharuskan masuk rumah sakit
lebih dini pada permulaan persalinan, sehingga bila terjadi perubahan letak, segera dapat
ditentukan diagnosis dan penanganannya. Pada permulaan persalinan masih dapat
diusahakan mengubah letak lintang asalkan pembukaan masih kurang dari empat
sentimeter dan ketuban belum pecah. Pada seorang primigravida bila versi luar tidak
berhasil, sebaiknya segera dilakukan seksio sesarea. Persalinan letak lintang pada
multipara bergantung kepada riwayat obstetrik wanita yang bersangkutan baik, dapat
ditunggu dan diawasi sampai pembukaan serviks lengkap untuk kemudian melakukan versi
ekstraksi. Selama menunggu harus diusahakan ketuban ketuban tetap utuh. Apabila
ketuban pecah sebelum pembukaan lengkap dan terdapat prolapsus funikuli, harus segera
dilakukan seksio sesarea. Jika ketuban pecah, tetapi tidak ada prolapsus funikuli, maka
bergantung kepada tekanan, dapat ditunggu sampai pembukaan lengkap, kemudian
dilakukan versi ekstraksi/seksio sesaria.
Presentasi ganda
Keadaan dimana disamping kepala janin di dalam rongga panggul dijumpai tangan,
lengan/kaki, atau keadaan dimana disamping bokong janin dijumpai tangan.

Etiologi
Presentasi ganda terjadi karena pintu atas panggul tidak tertutup sempurna oleh
kepala atau bokong, misalnya pada seorang multipara dengan perut gantung, pada
kesempitan panggul dan janin yang kecil.

Penanganan
Pada presentasi ganda umumnya tidak ada indikasi untuk mengambil tindakan,
karena pada panggul dengan ukuran normal, persalinan dapat spontan per vagina. Akan
tetapi apabila lengan seluruhnya menumbung disamping kepala, sehingga menghalangi
turunnya kepala dapat dilakukan reposisi lengan. Tangan penolong dimasukkan kedalam
vagina dan mendorong lengan janin keatas melewati kepalanya, kemudian kepala didorong
kedalam rongga panggul dengan tekanan dari luar.
Apabila pada presentasi ganda ditemukan prolaksus funikuli, maka penanganan
bergantung pada kondisi janin dan pembukaan serviks. Bila janin dalam keadaan baik dan
pembukaan belum lengkap sebaiknya dilakukan secsio sesaria, sedangkan bila pembukaan
lengkap, panggul mempunyai ukuran normal pada multipara, dapat dipertimbangkan
melahirkan janin per vagina. Bila janin sudah meninggal, diusahakan untuk persalinan
spontan, sedangkan tindakan untuk mempercepat persalinan hanya dilakukan atas indikasi
ibu.

b) Kelainan bentuk janin


Pertumbuhan janin yang berlebihan
Yang dinamakan bayi besar ialah bila berat badannya lebih dari 4000 gram. Kepala
dan bahu tidak mampu menyesuaikannya ke pelvis, selain itu distensi uterus oleh janin
yang besar mengurangi kekuatan kontraksi selama persalinan dan kelahirannya. Pada
panggul normal, janin dengan berat badan 4000-5000 gram pada umumnya tidak
mengalami kesulitan dalam melahirkannya.
Etiologi
Janin besar dipengaruhi oleh faktor keturunan. Selain itu janin besar dijumpai pada
wanita hamil dengan DM, postmaturitas dan grandemultipara.

Prognosis
Pada panggul normal, janin dengan berat badan kurang dari 4000 gram pada
umumnya tidak menimbulkan kesukaran persalinan. Kesukaran terjadi karena kepala yang
besar atau kepala yang lebih keras(pada post maturitas )tidak dapat memasuki pintu atas
panggul, atau karena bahu yang lebar sulit melewati rongga panggul. Menarik kepala
kebawah terlalu kuat dalam pertolongan melahirkan bahu yang sulit dapat berakibat
perlukaan pada nervus brachialis dan muskulus sternocleidomastoideus.

Penanganan
Apabila kepala sudah lahir sedangkan bahu sulit dilahirkan, hendaknya dilakukan
episiostomi mediolateral yang cukup luas, hidung, mulut janin dibersihkan, kemudian
kepala ditarik curam kebawah secara hati-hati dengan kekuatan yang terukur. Bila tidak
berhasil, tubuh janin diputar dalam rongga panggul, sehingga bahu belakang menjadi bahu
depan dan lahir di bawah simfifis.
Tindakan yang bisa dilakukan untuk membantu mencegah distocia bahu adalah
membantu memutar kepala janin dan mendorongnya kebawah.(Camune& Brucher,
2007;Lanni & Seeds, 2007;Simpson 2008).

Metode yang digunakan untuk membantu distosia bahu:


a) Menurut McRobert`s maneuver adalah ibu mengfleksikan pahanya lebuh tinggi dari
perutnya, dimana dapat mengangkat lengkung pelvic metode ini memiliki efek yang
sama dengan jongkok dan menambah upaya menekan kebawah.
b) Medode suprapubic pressure dilakukan oleh yang membantu persalinan, suprapubic
pressure dilakukan untuk mendorong bagian anterior bahu janin kearah bawah untuk
memindahkan janin dari atas ke simfisis pubis ibu. Pada keadaan dimana janin telah
mati sebelum bahu dilahirkan, dapat dilakukan kleidotomi pada satu atau kedua
klavikula untuk mengurangi kemungkinan perlukaan jalan lahir.
Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah keadaan dimana terjadi penimbunan cairan serebrospinal dalam
ventrikel otak, sehingga kepala menjadi besar sehingga terjadi pelebaran sutura-sutura dan
ubun-ubun. Hidrosefalus akan menyebabkan disproporsi sefalopelvic

Prognosis
Hidrosefalus dapat mengakibatkan ruptura uteri. Ruptera uteri pada hidrosefalus
dapat terjadi sebelum pembukaan servik menjadi lengkap. Pada kasus hidrosefalus ini,
kepala janin harus dikecilkan pada permulaan persalinan. Pada pembukaan 3 cm cairan
serebrospinal dikeluarkan dengan pungsi pada kepala dengan menggunakan jarum spinal.
Bila janin dalam letak sungsang, pengeluaran cairan dari kepala dilakukan dengan pungsi
atau perforasi melalui foramen oksipitalis magnum atau sutura temporalis. selain itu,
ventrikulosentesis transabdominal dengan jarum spinal juga dianjurkan.

Kelainan bentuk janin yang lain


a) Janin kembar melekat(double master)
Torakopagus (pelekatan pada dada) merupakan janin kembar melekat yang paling
sering menimbulkan kesukaran persalinan.
b) Janin dengan perut besar
Pembesaran perut yang menyebabkan distocia, akibat dari asites atau tumor hati, limpa,
ginjal dan ovarium jarang sekali dijumpai.

Prolaksus funikuli
Keadaan dimana tali pusat berada disamping atau melewati bagian terendah janin
didalam jalan lahir setelah ketuban pecah. Pada presentasi kepala, prolaksus funikuli sangat
berbahaya bagi janin, karena setiap saat tali pusat dapat terjepit antara bagian terendah
janin dengan jalan lahir dengan akibat gangguan oksigenasi.
Prolaksus funikuli dan turunnya tali pusat disebabkan oleh gangguan adaptasi bagian
bawah janin terhadap panggul, sehingga pintu atas panggul tidak tertutup oleh bagian
bawah janin.
Penanganan
Pada prolaksus funikuli janin menghadapi bahaya hipoksia, karena tali pusat akan
terjepit antara bagian terendah janin dan jalan lahir. Apabila tali pusat masih berdenyut tapi
pembukaan belum lengkap tindakan yang harus dilakukan adalah reposisi tali pusat atau
seksio sesaria.

4. Distosia karena kelainan posisi ibu


Posisi bisa menimbulkan dampak positif dan negatif pada persalinan, dimana efek gravitasi
dan bagian tubuh memiliki hubungan yang penting untuk kemajuan proses persalinan. Misalnya
posisi tangan dan lutut, posisi oksiput posterior lebih efektif dari pada posisi lintang. Posisi
duduk dan jongkok membantu mendorong janin turun dan memperpendek proses kala II (Terry
et al, 2006). Posisi recumbent dan litotomy bisa membantu pergerakan janin ke arah bawah.
Apabila distosia karena kelainan posisi ibu ini terjadi, tindakan yang harus segera dilakukan pada
proses persalinan adalah seksio sesaria atau vakum.

5. Distosia karena respon psikologis


Stress yang diakibatkan oleh hormon dan neurotransmitter (seperti catecholamines) dapat
menyebabkan distosia. Sumber stress pada setiap wanita bervariasi, tetapi nyeri dan tidak adanya
dukungan dari seseorang merupakan faktor penyebab stress.
Cemas yang berlebihan dapat menghambat dilatasi servik secara normal, persalinan
berlangsung lama, dan nyeri meningkat. Cemas juga menyebabkan peningkatan level strees yang
berkaitan dengan hormon (seperti: endorphin, adrenokortikotropik, kortisol, dan epinephrine).
Hormon ini dapat menyebabkan distosia karena penurunan kontraksi uterus.

6. Pola persalinan tidak normal


Pola persalinan yang tidak normal diidentifikasi dan diklasifikasikan oleh Riedman (1989)
berdasarkan sifat dilasi servikal dan penurunan janin.

Persalinan normal
a) Dilasi (pembukaan) berlanjut
- Fase laten: <4 cm dan low slope
- Fase aktif: > 5 cm dan high slope
- Fase deselerasi: 9 cm

b) Penurunan: aktif pada dilasi 9 cm


Persalinan tidak normal

Pola Nulliparas Multiparas


Fase laten < 20 jam >14 jam
prolonged
Fase dilasi aktif < 1.2 cm/jam <1.5 cm/jam
protracted
Secondary arrest: 2 jam 2 jam
no change
Protracted descent < 1 cm/jam < 2 cm/jam
Arrest of descent 1 jam 1/2 jam
Persalinan >5 cm /hari 10 cm/hari
precipitous
Failure of descent Tidak ada perubahan selama fase
deselarasi dan kala II

7. Distosia karena kelainan traktus genitalis


a) Vulva
Kelainan pada vulva yang menyebabkan distosia adalah edema, stenosis, dan
tumor. Edema biasanya timbul sebagai gejala preeklampsia dan terkadang karena gangguan gizi.
Pada persalinan jika ibu dibiarkan mengejan terus jika dibiarkan dapat juga mengakibatkan
edema. Stenosis pada vulva terjadi akibat perlukaan dan peradangan yang menyebabkan ulkus
dan sembuh dengan parut-parut yang menimbulkan kesulitan. Tumor dalam neoplasma jarang
ditemukan. Yang sering ditemukan kondilomata akuminata, kista, atau abses glandula bartholin.
b) Vagina
Yang sering ditemukan pada vagina adalah septum vagina, dimana septum ini memisahkan
vagina secara lengkap atau tidak lengkap dalam bagian kanan dan bagian kiri. Septum lengkap
biasanya tidak menimbulkan distosia karena bagian vagina yang satu umumnya cukup lebar,
baik untuk koitus maupun untuk lahirnya janin. Septum tidak lengkap kadang-kadang menahan
turunnya kepala janin pada persalinan dan harus dipotong terlebih dahulu.
Stenosis vagina yang tetap kaku dalam kehamilan merupakan halangan untuk lahirnya bayi,
perlu dipertimbangkan seksio sesaria. Tumor vagina dapat menjadi rintangan pada lahirnya janin
per vaginam

c) Servik uteri
Konglutinasio orivisii externi merupakan keadaan dimana pada kala I servik uteri menipis
akan tetapi pembukaan tidak terjadi, sehingga merupakan lembaran kertas dibawah kepala
janin. Karsinoma servisis uteri, merupakan keadaan yang menyebabkan distosia.
d) Uterus
Mioma uteri merupakan tumor pada uteri yang dapat menyebabkan distosia apabila mioma
uteri menghalangi lahirnya janin pervaginam, adanya kelainan letak janin yang berhubungan
dengan mioma uteri, dan inersia uteri yang berhubungan dengan mioma uteri.

e) Varium
Distosia karena tumor ovarium terjadi apabila menghalangi lahirnya janin pervaginam.
Dimana tumor ini terletak pada cavum douglas. Membiarkan persalinan berlangsung lama
mengandung bahaya pecahnya tumor atau ruptura uteri atau infeksi intrapartum.

D. Manifestasi Klinik
a. Ibu :
Gelisah
Letih
Suhu tubuh meningkat
Nadi dan pernafasan cepat
Edem pada vulva dan servik
Bisa jadi ketuban berbau

b. Janin
DJJ cepat dan tidak teratur

E. Manajemen Terapeutik
Penanganan Umum
- Nilai dengan segera keadaan umum ibu dan janin
- Lakukan penilaian kondisi janin : DJJ
- Kolaborasi dalam pemberian :
Infus RL dan larutan NaCL isotanik (IV)
Berikan analgesiaberupa tramandol/ peptidin 25 mg (IM) atau morvin 10 mg (IM)
- Perbaiki keadaan umum
Dukungan emosional dan perubahan posisi
Berikan cairan

Penanganan Khusus
1. Kelainan His
TD diukur tiap 4 jam
DJJ tiap 1/2 jam pada kala I dan tingkatkan pada kala II
Pemeriksaan dalam
2. Kelainan janin
Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan luar
MRI
Jika sampai kala II tidak ada kemajuan dapat dilakukan seksiosesaria baik primer pada awal
persalinan maupun sekunder pada akhir persalinan
3. Kelainan jalan lahir
Kalau konjungata vera <8 (pada VT terba promontorium) persalinan dengan SC
ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS
PADA PASIEN DISTOSIA

I. Pengkajian
1. Identitas Klien
2. Riwayat Kesehatan
a. RKD
Yang perlu dikaji pada klien, biasanya klien pernah mengalami distosia sebelumnya, biasanya
ada penyulit persalinan sebelumnya seperti hipertensi, anemia, panggul sempit, biasanya ada
riwayat DM, biasanya ada riwayat kembar dll.
b. RKS
Biasanya dalam kehamilan sekarang ada kelainan seperti : Kelainan letak janin (lintang,
sunsang dll) apa yang menjadi presentasi dll.
c. RKK
Apakah dalamkeluarga ada yang menderita penyakit kelainan darah, DM, eklamsi dan pre
eklamsi
3. Pemeriksaan Fisik
Kepala
Kongjungtiva anemia, Muka pucat
Mata
Biasanya konjungtiva anemis
Thorak
Inpeksi pernafasan : Frekuensi, kedalam, jenis pernafasan, biasanya ada bagian paru yang
tertinggal saat pernafasan
Abdomen
Kaji his (kekuatan, frekuensi, lama), biasanya his kurang semenjak awal persalinan atau
menurun saat persalinan, biasanya posisi, letak, presentasi dan sikap anak normal atau
tidak, raba fundus keras atau lembek, biasanya anak kembar/ tidak, lakukan perabaab pada
simpisis biasanya blas penuh/ tidak untuk mengetahui adanya distensi usus dan kandung
kemih.
Vulva dan Vagina
Lakukan VT : biasanya ketuban sudah pecah atau belum, edem pada vulva/ servik,
biasanya teraba promantorium, ada/ tidaknya kemajuan persalinan, biasanya teraba
jaringan plasenta untuk mengidentifikasi adanya plasenta previa
Panggul
Lakukan pemeriksaan panggul luar, biasanya ada kelainan bentuk panggul dan kelainan
tulang belakang

II. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan rasa nyaman : nyeri b/d tekanan kepala pada servik, partus lama, kontraksi tidak
efektif
2. Resiko tinggi cedera janin b/d penekanan kepala pada panggul, partus lama, CPD
3. Resiko tinggi kekurangan cairan b/d hipermetabolisme, muntah, pembatasan masukan cairan
4. Resiko tinggi cedera maternal b/d kerusakan jaringan lunak karena persalinan lama
5. Resiko tinggi infeksi b/d rupture membrane, tindakan invasive
6. Cemas b/d persalinan lama

III. Intervensi
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri b/d tekanan kepala pada servik, partus lama, kontraksi tidak
efektif
Tujuan : Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi/ nyeri berkurang
Kriteria : - Klien tidak merasakan nyeri lagi
- Klientampak rilek
- Kontraksi uterus efektif
- Kemajuan persalinan baik

Intervensi:
a. Tentukan sifat, lokasi dan durasi nyeri, kaji kontraksi uterus, hemiragic dan nyeri tekan
abdomen
Rasional : Membantu dalam mendiagnosa dan memilih tindakan, penekanan kepala pada
servik yang berlangsung lama akan menyebabkan nyeri
b. Kaji intensitas nyeri klien dengan skala nyeri
Rasional : Setiap individu mempunyai tingkat ambang nyeri yang berbeda, denga skala dapat
diketahui intensitas nyeri klien
c. Kaji stress psikologis/ pasangan dan respon emosional terhadap kejadian
Rasional : Ansietas sebagai respon terhadap situasi darurat dapat memperberat derajat
ketidaknyamanan karena sindrom ketegangan takut nyeri
d. Berikan lingkungan yang nyaman, tenang dan aktivitas untuk mengalihkan nyeri, Bantu klien
dalam menggunakan metode relaksasi dan jelaskan prosedur
Rasional :Teknik relaksasi dapat mengalihkan perhatian dan mengurangi rasa nyeri
e. Kuatkan dukungan social/ dukungan keluarga
Rasional : Dengan kehadiran keluarga akan membuat klien nyaman, dan dapat mengurangi
tingkat kecemasan dalam melewati persalinan, klien merasa diperhatikan dan perhatian
terhadap nyeri akan terhindari
f. Kolaborasi :
- Berikan narkotik atau sedative sesuai instruksi dokter
Rasional : Pemberian narkotik atau sedative dapat mengurangi nyeri hebat
- Siapkan untuk prosedur bedah bila diindikasikan

2. Resiko tinggi cedera janin b/d penekanan kepala pada panggul, partus lama, CPD
Tujuan : Cedera pada janin dapat dihindari
Kriteria : - DJJ dalam batas normal
- Kemajuan persalinan baik

Intervensi :
a. Melakukan manuver Leopold untuk menentukan posis janin dan presentasi
Rasional : Berbaring tranfersal atau presensasi bokong memerlukan kelahiran sesarea.
Abnormalitas lain seperti presentasi wajah, dagu, dan posterior juga dapat memerlukan
intervensi khusus untuk mencegah persalinan yang lama
b. Dapatkan data dasar DJJ secara manual dan atau elektronik, pantau dengan sering perhatikan
variasi DJJ dan perubahan periodic pada respon terhadap kontraksi uterus
Rasional : DJJ harus direntang dari 120-160 dengan variasi rata-rata percepatan dengan
variasi rata-rata, percepatan dalam respon terhadap aktivitas maternal, gerakan janin dan
kontraksi uterus.
c. Catat kemajuan persalinan
Rasional : Persalinan lama/ disfungsional dengan perpanjangan fase laten dapat menimbulkan
masalah kelelahan ibu, stress berat, infeksi berat, haemoragi karena atonia/ rupture uterus.
Menempatkan janin pada resiko lebih tinggi terhadap hipoksia dan cedera
d. Infeksi perineum ibu terhadap kutil vagina, lesi herpes atau rabas klamidial
Rasional : Penyakit hubungan kelamin didapat oleh janin selama proses melahirkan karena itu
persalinan sesaria dapat diidentifikasi khususnya klien dengan virus herpes simplek tipe II
e. Catat DJJ bila ketuban pecah setiap 15 menit
Rasional : Perubahan pada tekanan caitan amnion dengan rupture atau variasi deselerasi DJJ
setelah robek dapat menunjukkan kompresi tali pusat yang menurunkan transfer oksigen
kejanin
f. Posisi klien pada posisi punggung janin
Rasional :Meningkatkan perfusi plasenta/ mencegah sindrom hipotensif telentang
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek,Gloria M, dkk. 2008. Nursing Interventions Classification (NIC). United States of


America: Mosby

Chandranita, ida ayu, dkk. 2009. Buku ajar patologi obstetric untuk mahasiswa kebidanan.
Jakarta:EGC

Chandranita, ida ayu, dkk. 2009. Memahami kesehatan reproduksi wanita. Jakarta:EGC

Doenges, Marilyn E dan Mary Frances Moorhouse. 2001. Rencana Perawatan


Maternal/Bayi. Jakarta:EGC.

Farrer, Helen. 2001. Perawatan meternitas edisi II. Jakarta: EGC

Mckinney, Emily Slone, dkk. 2009. Maternal Child Nursing. Canada: Library of Congress
Catologing in Publication Data

Prawirohardjo, sarwono. 1997. Ilmu kebidanan edisi 4. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

Perry, Shannon E, dkk. 2010. Maternal child nursing care edisi 4. Canada: Mosby elseveir

Stright, Barbara R. 2004. Keperawatan ibu-bayi baru lahir edisi 3. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai